You are on page 1of 9

Sejarah Kerajaan Sriwijaya

Dalam bahasa Sansekertasri berarti “bercahaya” danwijaya berarti “kemenangan”. Bukti awal
mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7; seorang pendeta Tiongkok I-tsing
menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 dan tinggal selama 6 bulan. Prasasti
paling tua mengenai Sriwijaya juga berada pada abad ke-7 yaitu Prasasti Kedukan Bukit di
Palembang bertarikh 682.

Sriwijaya (Srivijaya) adl kerajaan maritim yg kuat di pulau Sumatera dan berpengaruh di
Nusantara daerah kekuasaan Sriwijaya meliputi Kamboja Thailand Semenanjung Malaya
Sumatera Jawa Kalimantan dan Sulawesi.

Kemunduran pengaruh Sriwijaya terhadap daerah bawahan mulai menyusut dikarenakan


beberapa peperangandiantara serangan dari raja Dharmawangsa dari Jawa ditahun 990 dan
tahun 1025 serangan Rajendra Coladewa dari Koromandel selanjut tahun 1183 Sriwijaya
dibawah kendali kerajaan Dharmasraya. Dan di akhir masa kerajaan ini takluk di bawah
kerajaan Majapahit.

Sriwijaya menjadi simbol kebesaran Sumatera awal dan kerajaan besar Nusantara selain
Majapahit di Jawa Timur. Pada abad ke-20 kedua kerajaan tersebut menjadi referensi
olehkaum nasionalis utk menunjukkan bahwa Indonesia merupakan satu kesatuan negara
sebelelum kolonialisme Belanda.

Sriwijaya disebut dgn berbagai macam nama. Orang Tionghoa menyebut Shih-li-fo-shih atau
San-fo-ts’i atau San Fo Qi. Dalam bahasa Sansekerta dan Pali kerajaan Sriwijaya disebut
Yavadesh dan Javadeh. Bangsa Arab menyebut Zabaj dan Khmer menyebut
Malayu.Sementara dari peta Ptolemaeus ditemukan keterangan tentang ada 3 pulau
Sabadeibei yg berkaitan dgn Sriwijaya.

Eksistensi Sriwijaya diketahui secara resmi tahun 1918 oleh sejarawan Perancis George
Cœdès dari École française d’Extrême-Orient. Sekitar tahun 1992 hingga 1993 Pierre-Yves
Manguin membuktikan bahwa pusat Sriwijaya berada di Sungai Musi antara Bukit Seguntang
dan Sabokingking (terletak di provinsi Sumatra Selatan Indonesia). Namun Soekmono
berpendapat bahwa pusat Sriwijaya terletak di provinsi Jambi sekarang yaitu pada kawasan
sehiliran Batang Hari antara Muara Sabak sampai ke Muara Tembesi.

Kerajaan Srwijaya 1
Pembentukan dan Pertumbuhan Kerajaaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat perdagangan dan merupakan negara maritim. Negara ini tak
memperluas kekuasaan diluar wilayah kepulauan Asia Tenggara dgn pengecualian
berkontribusi utk populasi Madagaskar sejauh 3.300 mil di barat. Sekitar tahun 500 akar
Sriwijaya mulai berkembang di wilayah sekitar Palembang Sumatera. Kerajaan ini terdiri atas
tiga zona utama daerah ibukota muara yg berpusatkan Palembang lembah Sungai Musi yg
berfungsi sebagai daerah pendukung dan daerah-daerah muara saingan yg mampu menjadi
pusat kekuasan saingan. Wilayah hulu sungai Musi kaya akan berbagai komoditas yg
berharga utk pedagang Tiongkok Ibukota diperintah secara langsung oleh penguasa sementara
daerah pendukung tetap diperintah oleh datu setempat.

Ekspansi kerajaan ini ke Jawa dan Semenanjung Malaya menjadikan Sriwijaya mengontrol
dua pusat perdagangan utama di Asia Tenggara. Berdasarkan observasi ditemukan reruntuhan
candi-candi Sriwijaya di Thailand dan Kamboja. Di abad ke-7 pelabuhan Cham di sebelah
timur Indochina mulai mengalihkan banyak pedagang dari Sriwijaya. Untuk mencegah hal
tersebut Maharaja Dharmasetu melancarkan beberapa serangan ke kota-kota pantai di
Indochina. Kota Indrapura di tepi sungai Mekong di awal abad ke-8 berada di bawah kendali
Sriwijaya. Sriwijaya meneruskan dominasi atas Kamboja sampai raja Khmer Jayawarman II
pendiri imperium Khmer memutuskan hubungan dgn kerajaan di abad yg sama.

DariPrasasti Kedukan Bukit pada tahun 682 di bawah kepemimpinan Dapunta Hyang
Jayanasa Kerajaan Minanga takluk di bawah imperium Sriwijaya. Penguasaan atas Malayu yg
kaya emas telah meningkatkan prestise kerajaan.

BerdasarkanPrasasti Kota Kapur yg yg berangka tahun 682 dan ditemukan di pulau Bangka
Pada akhir abad ke-7 kemaharajaan ini telah menguasai bagian selatan Sumatera pulau
Bangka dan Belitung hingga Lampung. Prasasti ini juga menyebutkan bahwa Jayanasa telah
melancarkan ekspedisi militer utk menghukum Bhumi Jawa yg tak berbakti kepada Sriwijaya
peristiwa ini bersamaan dgn runtuh Tarumanagara di Jawa Barat dan Holing (Kalingga) di
Jawa Tengah yg kemungkinan besar akibat serangan Sriwijaya. Sriwijaya tumbuh dan
berhasil mengendalikan jalur perdagangan maritim di Selat Malaka Selat Sunda Laut China
Selatan Laut Jawa dan Selat Karimata.

Abad ke-7 orang Tionghoa mencatat bahwa terdapat dua kerajaan di Sumatera yaitu Malayu
dan Kedah dan tiga kerajaan di Jawa menjadi bagian kemaharajaan Sriwijaya. Di akhir abad
ke-8 beberapa kerajaan di Jawa antara lain Tarumanegara dan Holing berada di bawah
kekuasaan Sriwijaya. Menurut catatan pada masa ini pula wangsa Melayu-Budha Sailendra
bermigrasi ke Jawa Tengah dan berkuasa disana. Di abad ini pula Langkasuka di
semenanjung Melayu menjadi bagian kerajaan. Di masa berikut Pan Pan dan Trambralinga yg
terletak di sebelah utara Langkasuka juga berada di bawah pengaruh Sriwijaya. Di abad ke-9
wilayah kemaharajaan Sriwijaya meliputi Sumatera Sri Lanka Semenanjung Malaya Jawa
Barat Sulawesi Maluku Kalimantan dan Filipina. Dengan penguasaan tersebut kerajaan
Sriwijaya menjadi kerajaan maritim yg hebat hingga abad ke-13.

Setelah Dharmasetu Samaratungga menjadi penerus kerajaan. Ia berkuasa pada periode 792
sampai 835. Tidak seperti Dharmasetu yg ekspansionis Samaratungga tak melakukan ekspansi
militer tetapi lbh memilih utk memperkuat penguasaan Sriwijaya di Jawa. Selama masa
kepemimpinan ia membangun candi Borobudur di Jawa Tengah yg selesai pada tahun 825.

Kerajaan Srwijaya 2
Budha Vajrayana di Kerajaan Sriwijaya
Sebagaipusat pengajaran Budha Vajrayana Sriwijaya menarik banyak peziarah dan sarjana
dari negara-negara di Asia. Antara lain pendeta dari Tiongkok I-tsing yg melakukan
kunjungan ke Sumatera dalam perjalanan studi di Universitas Nalanda India pada tahun 671
dan 695 serta di abad ke-11 Atisha seorang sarjana Budha asal Benggala yg berperan dalam
mengembangkan Budha Vajrayana di Tibet. I-tsing melaporkan bahwa Sriwijaya menjadi
rumah bagi ribuan sarjana Budha sehingga menjadi pusat pembelajaran agama Buddha.
Pengunjung yg datang ke pulau ini menyebutkan bahwa koin emas telah digunakan di pesisir
kerajaan. Ajaran Buddha aliran Buddha Hinayana dan Buddha Mahayana juga turut
berkembang di Sriwijaya.

Relasi Kerajaan Sriwijaya dgn Kekuatan Regional


Dari catatan sejarah danbukti arkeologi dinyatakan bahwa pada abad ke-9 Sriwijaya telah
melakukan kolonisasi di hampir seluruh kerajaan-kerajaan Asia Tenggara antara lain
Sumatera Jawa Semenanjung Malaya Kamboja dan Vietnam Selatan . Dominasi atas Selat
Malaka dan Selat Sunda menjadikan Sriwijaya sebagai pengendali rute perdagangan rempah
dan perdagangan lokal yg mengenakan biaya atas tiap kapal yg lewat. Sriwijaya
mengakumulasi kekayaan sebagai pelabuhan dan gudang perdagangan yg melayani pasar
Tiongkok dan India.

Pada masa awalKerajaan Khmer juga menjadi daerah jajahan Sriwijaya. Banyak sejarawan
mengklaim bahwa Chaiya di propinsi Surat Thani Thailand Selatan sebagai ibu kota terakhir
kerajaan tersebut pengaruh Sriwijaya nampak pada bangunan pagoda Borom That yg bergaya
Sriwijaya. Setelah kejatuhan Sriwijaya Chaiya terbagi menjadi tiga kota yakni (Mueang)
Chaiya Thatong (Kanchanadit) dan Khirirat Nikhom.

Sriwijaya juga berhubungan dekat dgn kerajaan Pala di Benggala dan sebuah prasasti
berangka 860 mencatat bahwa raja Balaputra mendedikasikan seorang biara kepada
Universitas Nalada Pala. Relasi dgn dinasti Chola di India selatan cukup baik dan kemudian
menjadi buruk setelah Rajendra Coladewa naik tahta dan melakukan penyerangan di abad ke-
11.

Minanga merupakan kekuatan pertama yg menjadi pesaing Sriwijaya yg akhir dapat


ditaklukkan pada abad ke-7. Kerajaan Melayu ini memiliki pertambangan emas sebagai
sumber ekonomi dan kata Swarnnadwipa (pulau emas) mungkin merujuk pada hal ini. Dan
kemudian Kedah juga takluk dan menjadi daerah bawahan.

Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya


Pada paruh pertama abad ke-10 diantara kejatuhan dinasti Tang dan naik dinasti Song
perdagangan dgn luar negeri cukup marak terutama Fujian kerajaan Min dan negeri kaya
Guangdong kerajaan Nan Han. Tak diragukan lagi Sriwijaya mendapatkan keuntungan dari
perdagangan ini. Pada tahun 903 penulis Muslim Ibnu Batutah sangat terkesan dgn
kemakmuran Sriwijaya. Daerah urban kerajaan meliputi Palembang (khusus Bukit Seguntang)
Muara Jambi dan Kedah. Di tahun 902 Sriwijaya mengirimkan upeti ke China. Dua tahun
kemudian raja terakhir dinasti Tang menganugerahkan gelar kepada utusan Sriwijaya. Dari
literatur Tiongkok utusan itu mempunyai nama Arab hal ini memberikan informasi bahwa

Kerajaan Srwijaya 3
pada masa-masa itu Sriwijaya sudah berhubungan dgn Arab yg memungkinkan Sriwijaya
sudah masuk pengaruh Islam di dalam kerajaan.

Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya


Rajendra Coladewa pada tahun 1025 raja Chola dari Koromandel India selatan menaklukkan
Kedah dan merampas dari Sriwijaya. Kemudian Kerajaan Chola meneruskan penyerangan
dan berhasil penaklukan Sriwijaya selama beberapa dekade berikut keseluruh imperium
Sriwijaya berada dalam pengaruh Rajendra Coladewa. Meskipun demikian Rajendra
Coladewa tetap memberikan peluang kepada raja-raja yg ditaklukan utk tetap berkuasa selama
tetap tunduk kepadanya. Setelah invasi tersebut akhir mengakibatkan melemah hegemoni
Sriwijaya dan kemudian beberapa daerah bawahan membentuk kerajaan sendiri dan kemudian
muncul Kerajaan Dharmasraya sebagai kekuatan baru dan kemudian mencaplok kawasan
semenanjung malaya dan sumatera termasuk Sriwijaya itu sendiri.

Istilah San-fo-tsi terutama pada tahun 1225 tak lagi identik dgn Sriwijaya melainkan telah
identik dgn Dharmasraya dimana pusat pemerintahan dari San-fo-tsi telah berpindah jadi dari
daftar 15 negeri bawahan San-fo-tsi tersebut merupakan daftar jajahan kerajaan Dharmasraya
yg sebelum merupakan daerah bawahan dari Sriwijaya dan berbalik menguasai Sriwijaya
beserta daerah jajahan lainnya.
Antara tahun 1079 - 1088 kronik Tionghoa masih mencatat bahwaSan-fo-ts’i masih
mengirimkan utusan dari Jambi dan Palembang. Dalam berita Cina yg berjudul Sung Hui Yao
disebutkan bahwa kerajaan San-fo-tsi pada tahun 1082 mengirim utusan dimana pada masa
itu Cina di bawah pemerintahan Kaisar Yuan Fong. Duta besar tersebut menyampaikan surat
dari raja Kien-pi bawahan San-fo-tsi yg merupakan surat dari putri raja yg diserahi urusan
negara San-fo-tsi serta menyerahkan pula 227 tahil perhiasan rumbia dan 13 potong pakaian.
Dan kemudian dilanjutkan dgn pengiriman utusan selanjut di tahun 1088.

Berdasarkan sumber Tiongkok pada buku Chu-fan-chi yg ditulis pada tahun 1178 Chou-Ju-
Kua menerangkan bahwa di kepulauan Asia Tenggara terdapat dua kerajaan yg sangat kuat
dan kaya yakni San-fo-ts’i dan Cho-po (Jawa). Di Jawa dia menemukan bahwa rakyat
memeluk agama Budha dan Hindu sedangkan rakyat San-fo-ts’i memeluk Budha dan
memiliki 15 daerah bawahan yg meliputi; Pong-fong (Pahang) Tong-ya-nong (Terengganu)
Ling-ya-si-kia (Langkasuka) Kilantan (Kelantan) Fo-lo-an (muara sungai Dungun daerah
Terengganu sekarang) Ji-lo-t’ing (Cherating pantai timur semenanjung malaya) Ts’ien-mai
(Semawe pantai timur semenanjung malaya) Pa-t’a (Sungai Paka pantai timur semenanjung
malaya) Tan-ma-ling (Tambralingga Ligor selatan Thailand) Kia-lo-hi (Grahi Chaiya
sekarang selatan Thailand) Pa-lin-fong (Palembang) Kien-pi (Jambi) Sin-t’o (Sunda) Lan-wu-
li (Lamuri di Aceh) and Si-lan (Kamboja).

DalamKidung Pamacangah dan Babad Arya Tabanan juga disebut ‘Arya Damar’ sebagai
bupati Palembang yg berjasa membantu Gajah Mada dalam menaklukkan Bali pada tahun
1343 Prof. C.C. Berg menganggap identik dgn Adityawarman. Dan kemudian pada tahun
1347 Adityawarman memproklamirkan diri menjadi raja di Malayapura sesuai dgn manuskrip
yg terdapat pada bagian belakang Arca Amoghapasa. Kemudian dari Kitab Undang-Undang
Tanjung Tanah yg kemungkinan ditulis sebelum pada tahun 1377 juga terdapat kata-kata
bumi palimbang.

Pada tahun 1275 Singhasari penerus kerajaan Kediri di Jawa melakukan suatu ekspedisi
dalam Pararaton disebut semacam ekspansi dan menaklukan bhumi malayu yg dikenal dgn
nama Ekspedisi Pamalayu yg kemudian Kertanagara raja Singhasari menghadiahkan Arca

Kerajaan Srwijaya 4
Amoghapasa kepada Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa raja Melayu di Dharmasraya
seperti yg tersebut dalam Prasasti Padang Roco. Dan selanjut pada tahun 1293 muncul
Majapahit sebagai pengganti Singhasari dan setelah Ratu Tribhuwana Wijayatunggadewi naik
tahta memberikan tanggung jawab kepada Adityawarman seorang peranakan Melayu dan
Jawa utk kembali menaklukkan Swarnnabhumi pada tahun 1339. Dan dimasa itu nama
Sriwijaya sudah tak ada disebut lagi tapi telah diganti dgn nama Palembang hal ini sesuai dgn
Nagarakretagama yg menguraikan tentang daerah jajahan Majapahit.

Perdagangan Kerjaaan Sriwijaya


Dalam perdagangan Sriwijaya menjadi pengendali jalur perdagangan antara India dan
Tiongkok yakni dgn penguasaan atas selat Malaka dan selat Sunda. Orang Arab mencatat
bahwa Sriwijaya memiliki aneka komoditi seperti kamper kayu gaharu cengkeh pala kepulaga
gading emas dan timah yg membuat raja Sriwijaya sekaya raja-raja di India. Kekayaan yg
melimpah ini telah memungkinkan Sriwijaya membeli kesetiaan dari vassal-vassal di seluruh
Asia Tenggara.

Pengaruh Budaya dan Agama Islam


Kerajaan Sriwijaya banyak dipengaruhi budaya India pertama oleh budaya Hindu dan
kemudian diikuti pula oleh agama Buddha. Agama Buddha diperkenalkan di Sriwijaya pada
tahun 425 Masehi. Sriwijaya merupakan pusat terpenting agama Buddha Mahayana. Raja-raja
Sriwijaya menguasai kepulauan Melayu melalui perdagangan dan penaklukkan dari kurun
abad ke-7 hingga abad ke-9. Sehingga secara langsung turut serta mengembangkan bahasa
Melayu dan kebudayaan Melayu di Nusantara.

Sangat dimungkinkan bahwa Sriwijaya yg termahsyur sebagai bandar pusat perdagangan di


Asia Tenggara sekaligus sebagai pusat pembelajaran agama Budha juga ramai dikunjungi
pendatang dari Timur Tengah dan mulai dipengaruhi oleh pedagang dan ulama muslim.
Sehingga beberapa kerajaan yg semula merupakan bagian dari Sriwijaya kemudian tumbuh
menjadi cikal-bakal kerajaan-kerajaan Islam di Sumatera kelak disaat melemah pengaruh
Sriwijaya.

Pengaruh orang muslim Arab yg banyak berkunjung di Sriwijaya raja Sriwijaya yg bernama
Sri Indrawarman masuk Islam pada tahun 718. Sehingga sangat dimungkinkan kehidupan
sosial Sriwijaya adl masyarakat sosial yg di dalam terdapat masyarakat Budha dan Muslim
sekaligus. Tercatat beberapa kali raja Sriwijaya berkirim surat ke khalifah Islam di Suriah.
Bahkan disalah satu naskah surat adl ditujukan kepada khalifah Umar bin Abdul Aziz (717-
720M) dgn permintaan agar khalifah sudi mengirimkan da’i ke istana Sriwijaya.

Warisan Sejarah Kemaharajaan Sriwijaya


Berdasarkan Hikayat Melayu pendiri Kesultanan Malaka mengaku sebagai pangeran
Palembang keturunan keluarga bangsawan Palembang dari trah Sriwijaya. Hal ini
menunjukkan bahwa pada abad ke-15 keagungan gengsi dan prestise Sriwijaya tetap
dihormati dan dijadikan sebagai sumber legitimasi politik bagi penguasa di kawasan ini.

Nama Sriwijaya telah digunakan dan diabadikan sebagai nama jalan di berbagai kota dan
nama ini telah melekat dgn kota Palembang dan Sumatera Selatan.Universitas Sriwijaya yg
didirikan tahun 1960 di Palembang dinamakan berdasarkan kedatuan Sriwijaya. Demikian

Kerajaan Srwijaya 5
pulaKodam Sriwijaya (unit komando militer) PT Pupuk Sriwijaya (Perusahaan Pupuk di
Sumatera Selatan)Sriwijaya Post (Surat kabar harian di Palembang) Sriwijaya TV Sriwijaya
Air (maskapai penerbangan) Stadion Gelora Sriwijaya dan Sriwijaya Football Club (Klab
sepak bola Palembang) semua dinamakan demikian utk menghormati memuliakan dan
merayakan kegemilangan kemaharajaan Sriwijaya.

Di samping Majapahit kaum nasionalis Indonesia juga mengagungkan Sriwijaya sebagai


sumber kebanggaan dan bukti kejayaan masa lampau Indonesia.Kegemilangan Sriwijaya telah
menjadi sumber kebanggaan nasional dan identitas daerah khusus bagi penduduk kota
Palembang provinsi Sumatera Selatan dan segenap bangsa Melayu. Bagi penduduk
Palembang keluhuran Sriwijaya telah menjadi inspirasi seni budaya seperti lagu dan tarian
tradisional Gending Sriwijaya. Hal yg sama juga berlaku bagi masyarakat Thailand Selatan yg
menciptakan kembali tarian Sevichai (Sriwijaya) yg berdasarkan pada keanggunan seni
budaya Sriwijaya.

Raja-raja Sriwijaya : Para Maharaja Sriwijaya


Tahun Nama Raja Ibukota Catatan Sejarah
Catatan perjalanan I-tsing di
tahun 671-685Prasasti
Kedukan Bukit (683)
671 Dapunta Hyang Sri Jayanasa Srivijaya
Talang Tuo (684) dan Kota
Kapur Penaklukan Malayu
penaklukan Jawa
Utusan ke Tiongkok 702-
Sri IndravarmanChe-li-to-le- 716 724Utusan ke Khalifah
702 SrivijayaShih-li-fo-shih
pa-mo Muawiyah I dan Khalifah
Umar bin Abdul Aziz
Rudra VikramanLieou- Utusan ke Tiongkok 728-
728 SrivijayaShih-li-fo-shih
t’eng-wei-kong 742
Tidak ada berita pada
743-760    
periode ini
Wangsa Sailendra
    Pindah ke Jawa mengantikan Wangsa
Sanjaya
Maharaja Prasasti Ligor A
760 Jawa
WisnuDharmmatunggadewa menaklukkan Kamboja.
Dharanindra
775 Jawa Prasasti Candi Kalasan 778
Sanggramadhananjaya
782 Samaragrawira Jawa Prasasti Nalanda
Prasasti Karang Tengah
tahun 824.825
792 Samaratungga Jawa menyelesaikan
pembangunan candi
Borobudur
Kebangkitan Wangsa
     
Sanjaya Rakai Pikatan
835 Balaputradewa SrivijayaSuwarnabhumi Kehilangan kekuasaan di

Kerajaan Srwijaya 6
Jawa dan kembali ke
SrivijayaPrasasti Nalanda
(860)
Tidak ada berita pada
860-960    
periode ini
Sri UdayadityavarmanSe-li- Utusan ke Tiongkok 960 &
960 SrivijayaSan-fo-ts’i
hou-ta-hia-li-tan 962
Utusan ke Tiongkok 980 &
980 Hie-tche (Haji) SrivijayaSan-fo-ts’i
983
Utusan ke Tiongkok 988-
992-1003990 Jawa
menyerang Srivijaya
Sri CudamanivarmadevaSe-
pembangunan kuil utk
988 li-chu-la-wu-ni-fu-ma-tian- SrivijayaSan-fo-ts’i
Kaisar China Prasasti
hwa
Tanjore atau Prasasti Leiden
(1044) pemberian anugrah
desa oleh raja-raja I
Sri MaravijayottunggaSe-li-
1008 SrivijayaSan-fo-ts’i Utusan ke Tiongkok 1008
ma-la-pi
1017 Sumatrabhumi SrivijayaSan-fo-ts’i Utusan ke Tiongkok 1017
Diserang oleh Rajendra
1025 Sangramavijayottungga SrivijayaSan-fo-ts’i ColadewaPrasasti Chola
pada candi Rajaraja Tanjore
Dibawah Dinasti Rajendra
1028    
Coladewa dari Koromandel
Utusan ke Tionkok
Rajendra Dewa 1079Memperbaiki candi
1079 PalembangPa-lin-fong
KulottunggaTi-hua-ka-lo Tien Ching di Kuang Cho
(dekat Kanton)
1100 Rajendra II PalembangPa-lin-fong  
Piagam Larger Leyden
1156 Rajendra III PalembangPa-lin-fong
Plates
Dibawah Dinasti Mauli
1183    
Kerajaan Melayu
Srimat Trailokyaraja Prasasti Grahi tahun 1183 di
1183-1286 Dharmasraya
Maulibhusana Warmadewa selatan Thailand
Srimat Tribhuwanaraja Prasasti Padang Roco tahun
1286-1293 Dharmasraya
Mauli Warmadewa 1286 di Siguntur
Tidak ada berita pada
1293-1339    
periode ini
1339   Palembang Dibawah Dinasti Majapahit
Srimat Sri
Udayadityawarma Kembali dibawah Dinasti
1347 Malayapura
Pratapaparakrama Rajendra Mauli
Maulimali Warmadewa
1409     Penaklukan kembali oleh
Majapahit sebagian dari

Kerajaan Srwijaya 7
bangsawan pindah ke
Tumasik atau Malaka

AMANAT

Kerajaan Srwijaya 8
Terima kasih kami ucapakan ke hadirat Alloh SWT, serta Guru pembimbing kami yang sudah
membantu dalam menyelesaikan tuga Kliping Sejarah ini.

Besar harapan kami dengan adanya kliping ini bisa membantu kita untuk mengenal lebih jauh
sejarah kerajaan yang ada di Indonesia. Kami selaku siswa penerus bangsa merasa bangga akan
keanekaragaman sejarah yang dimiliki oleh Indonesia khususnya kerajaan-kerajaan yang ada dari
Sabang sampai Merauke.

Kliping Sejarah ini kami buat sebagai tanda terima kasih atas apa yang telah Indonesia berikan
terhadap kami sebagai penerus Bangsa.

Kerajaan Srwijaya 9

You might also like