You are on page 1of 61

Crara Paktis dan Sederhana Membuat PCB

Written by Mujahidin
Saturday, 07 February 2009
Cara membuat PCB dibawah ini menurut pengalaman saya
adalah cara yang paling praktis, selain biayanya sangat murah,
hasilnya juga tidak kalah menarik dan rapi dibanding dengan
cara menggunakan media Transfer Paper ( original ) yang
harganya lumayan mahal atau Sablon dll yang barangkali akan
lebih rumit.
Sebagian besar kawan-kawan mungkin sudah tidak asing lagi dengan metode ini, namun
bagi yang lain tidak ada salahnya untuk dijadikan sebagai alternatif.

Tips ini saya dapatkan dari seorang kawan dimilis elektronik, dan kebetulan sudah saya
coba beberapa model, termasuk double side juga sangat memungkinkan dan ternyata tidak
terlalu jelek hasilnya.

Bahan-bahan dan peralatan yang harus disiapkan adalah :

1. Printer Laser Jet (harus Tinta Toner) jika tidak ada bisa pakai mesin Foto Copy.
2. Kertas bekas Kalender dinding yang masih baik (tidak kusut/lecek)
3. Papan PCB
4. Kertas Ampelas (abrasive paper) No.P500 atau P600
5. Setrika listrik
6. Ferric Cloride
7. Bor PCB
8. Kikir (halus)
9. Pisau (Cutter)
10. Penggaris (stainless steel)
11. Spidol kecil permanent (for OHP) produk SNOWMAN
12. Komputer + Software PCB, tentunya… (hampir lupa..)

Langkah-langkahnya sebagai berikut :

Software yang digunakan pada komputer terserah, bisa menggunakan Protel, Eagle,
PCBExpress atau yang lain, yang penting pada software tersebut ada fasilitas untuk nge-
print.

Sediakan kertas kalender bekas yang bakal dipakai untuk ngeprint tentunya disisi yang
masih kosong, usahakan kertas kalender dipilih yang masih bersih termasuk tangan kita
juga harus bersih lho… tunda dulu kalau mau nyemil goreng pisang… (berminyak).
Jika ragu ngeprint langsung ke kertas kalender, bisa dicoba dulu ke kertas biasa.Jika
printer Toner tidak ada, maka hasil print diatas kertas biasa yang tadi lalu di Foto Copy,
tapi hasil Foto Copynya (Target) harus diatas kertas Kalender.

Setelah ter-print ke kertas kalender dan memastikan tidak ada trace yang putus,
guntinglah gambar PCB tersebut kira-kira 2-3mm diluar garis gambar.
Potong PCB dengan pisau Cutter seukuran gambar PCB yang baru saja di-print, lalu kikir
bagian tepi PCB agar tidak menonjol..sampai permukaanya rata dan tidak tajam.

Ampelas seluruh permukaan PCB sambil dibasahi dengan air, lakukan proses
pengampelasan dengan cara memutar searah jarum jam sampai bersih, lalu keringkan.

Lakukan pemolesan dengan kertas ampelas dengan gerakan searah jarum jam, sambil
disiram air sampai permukaan PCB bersih. Usahakan bekas goresan ampelas tidak begitu
nampak yang menandakan pemolesan berjalan dengan “baik”.

Panaskan Setrika, jgn putar sampai penuh, kira-kira arah di jam 12 sampai jam 2.
Posisikan gambar PCB diatas papan PCB, trace PCB (tinta Toner) menghadap ke papan
PCB (Tembaga).

Usahakan posisi gambar menghadap ke PCB.

Kertas Kalender ditutup dengan kertas polos

Diatas kertas kalender lapisi dengan kertas biasa, agar Text yg ada di kalender tidak
menempel ke permukaan Setrika.
Tekan Setrika agak kuat diatas kerta kalender yang sudah dilapisi dgn kertas biasa tadi
sampai kira-kira 30 detik sampai gambar menempel ke papan PCB dan lakukan
penggosokan secara merata ke permukaan yg lain.

Waktu yang diperlukan selama proses setrika +/- 3 menit, jangan sampai lebih dari 4
menit karena jika terlalu lama biasanya gambar akan melebar/pudar.

Setelah kertas kalender menempel ke PCB lalu dinginkan papan PCB dengan cara di-
angin-anginkan, jangan sekali-kali langsung direndam ke air atau diblow dengan udara
dingin / AC, gambar (toner) bisa terkelupas sewaktu masuk pada proses selanjutnya.

Jika sudah benar-benar dingin, rendam papan PCB ke dalam air selama +/- 15 s/d 30
menit, tergantung dari tebal/tipisnya kertas kalender, hingga kertas kalender nampak
basah pada permukaan bagian dalam, biasanya jika menggunakan kertas kalender yang
tipis… kertas akan terkelupas dengan sendirinya…. (terapung).
Kupas kertas kalender pelan-pelan dengan tangan sampai gambar/trace nampak, lalu
sedikit-demi sedikit bersihkan sisa-sisa kertas yang masih nempel dengan bantuan Sikat
Gigi bekas, terutama kertas yang nempel pada bagian lubang/pads komponen dan diantara
traces sampai bersih.
Jika terdapat trace yang terkelupas/putus, gunakan Spidol permanent untuk membantu
menyambungnya.

Masukkan Ferric Cloride secukupnya ke dalam “nampan plastic” yg tidak dipakai atau
beli baru di serba 6-ribu, Ferric Cloride paling tidak 1 (bungkus) kemasang Rp.1500,- dan
masukkan air panas/hangat secukupnya +/- 100ml (1/2 gelas), sampai seluruhnya lebur
dengan air, jangan lupa penutup hidung (masker) dan sarung tangan plastic/karet. Kalau
saya sih gak perlu… (jgn ditiru lho..)

Masukkan papan PCB kedalam larutan Ferric Cloride tadi, dan agar prosesnya lebih
cepat, bantu dengan cara menggoyang-goyang nampan, awass tumpah…

Sambil diamati jika papan PCB sudah seluruhnya lebur, maksudnya tembaga yang tidak
tertutup oleh gambar/toner, maka angkat papan PCB dan bersihkan dengan air yang
mengalir (air kran).

Untuk membersihkan gambar/toner, gosokan ampelas pelan-pelan sambil disiram air kran
sampai benar-benar bersih.

Periksa kembali apakah terdapat trace yang putus.


Bor papan PCB dengan mata Bor ukuran 0,8mm s/d 1mm. Bersihkan papan PCB, lalu
mulailah menyolder.

Setelah komponen tersolder seluruhnya, lakukan pengetesan, jika semuanya sudah


berfungsi dengan baik, segera lakukan penyemprotan papan PCB dengan Lacquer produk
PYLOX Clear128 atau produk “rj” (Acrylic Epoxy Spray Paint) harganya sekitar
Rp.14.500,- /kaleng (300cc). Tujuanya agar papan PCB tidak mudah Oxidasi dan tampak
mengkilap terus, syukur2 kalau ada PCB Varnis sebelum di Lacquer, hasilnya akan lebih
menarik.
Proses pengeringan selama +/- 10menit… mulailah merakit dan SELESAI sudah.

Waktu yang dibutuhkan mulai dari proses Nge-Print sampai selesai Pelarutan (Etching)
+/- 30 menit.

Selamat Mencoba.

Thanks to : Jaka Lesmana, YC5NBX

Mendeteksi Tingkat Kebisingan Suara


Mungkin suara yang merdu tidak menjadi masalah bagi kita. Kita cenderung untuk
mendengarkan bahkan mungkin mencari suara yang merdu tersebut. Tetapi jika suara
yang terdengar tidak merdu bahkan menjadi sesuatu yang mengganggu maka bukannya
tidakmungkin kita akan memaki-maki yang menghasilkan suara tersebut.

Selanjutnya, suara yang tidak enak didengar ini kita katakan sebagai kondisi bising.
Kebisingan suara mempunyai satuan yaitu dB (desibel). Taraf kekuatan suara diatas 60dB
sudah dikatakan bising, kondisi ini biasanya terjadi pada saat truk atau kendaraan besar
lewat. Kekuatan suara yang diukur pada tempat yang berbeda akan berbeda pula hasil
pengukurannya. Semakin jauh alat pengukur kebisangan diletakkan dari sumber suara
maka nilai kebisingan yang ditunjukkan akan semakin kecil.

Rangkaian ini dapat diaplikasikan untuk detektor suara yang cukup peka dan dapat
diaplikaiskan untuk sistem keamanan baik untuk rumah maupun pergudangan. Dengan
catatan pengaturan taraf intensitas suara yang diinginkan untuk mentrigger buzzer harus
ditentukan terlebih dahulu karena disetiap tempat intensitas dari suatu sumber suara tidak
sama.

Detektor Taraf Kebisngan Suara


Pada kesempatan kali ini akan dibahas mengenai alat pengukur kebisingan suara
sederhana dengan menggunakan chip LM3915. Chip ini diproduksi oleh National
Semiconductor, mampu mengukur intensitas suara dalam range 30dB. LM3915
mempunyai 10 pin output yan aktif low sehingga tiap step adalah 3 dB. Chip ini tidak
menutup kemungkinan untuk di kaskade untuk mendapatkan range pengukuran yang lebih
besar.

BLOK DIAGRAM

LM3915 Dot/Bar Display Driver

Inti dari rangkaian ini adalah chip dari National Semiconductor, LM3915. LM3915
mempunyai beberapa variasi yaitu LM3914 dan LM3916. Varian-varian tersebut
mempunyai persamaan yang mendasar namun digunakan pada aplikasi yang berbeda.

Output LM3915 selain menggerakkan tampilan LED, dapat juga menggerakkan transistor
PNP. Basis transistor ini dihubungkan dengan output tertentu agar ketika output yang
dimaksud aktif (low) maka transistor PNP ini akan aktif juga dan menyalakan buzzer.

Hubungan antara output LM3915 dengan basis transistor PNP dapat dipilih sesuai dengan
intensitas suara yang diinginkan agar aktif. Dengan konfigurasi seperti ini makan pada
saat intensitas suara sudah mencapai output tertentu maka indikator buzzer berbunyi.
Dipilih transistor PNP karena output LM3915 aktif jika outputnya low. Sehingga ketika
basis transistor PNP tegangannya lebih rendah dari pada emitternya maka transistor PNP
ini aktif.

Selain itu LM3915 mempunyai pin mode untuk mengatur mode tampilan LEDnya. Mode
yang dimiliki oleh LM3915 adalah mode dot dan mode bar. Mode dot akan menyalakan 1
buah led pada suatu kondisi tertentu sedankan mode bar akan menyalakan semua led
dibawah led yang aktif. Pada mode bar akan nampak tinggi dari level intensitas suara
sedangkan pada mode dot hanya nampak sebuah led yang menunjukkan level dari
intensitas suara tersebut.
Rangkaian Input Microphone

Pada blok ini, output dari mic yang level tegangannya masih kecil diperkuat sedemikian
hingga cukup untuk menggerakkan input SIG IN LM 3915. JFET dengan tipe BF245
berfungsi untuk menaikan tegangan referensi pada RLO kira-kira pada setengah VCC.
Dengan kondisi seperti ini maka sinyal dari mic level tegangannya akan naik sebesar
VCC/2 volt.

Mic yang digunakan adalah mic kondenser karena itu mic ini harus dibias dengan
tegangan tertentu melalui R2 dan R3.

RANGKAIAN INPUT MICROPHONE

Potensiometer R9 digunakan untuk menentukan besarnya level input dari mic yang akan
disearahkan /dikuatkan pada opamp TLC271 pada blok berikutnya. Kapasitor C3 mutlak
diperlukan untuk menahan arus DC agar tidak sampai ke input + dari TLC271, karena
yang dikutakan hanya sinyal dari mic bukan tegangan DC dari supply. Besarnya
kapasitor C3 juga ikut mempengaruhi besarnya level sinyal yang mauk ke input + opamp
sehingga pemilihan nilai kapasitor ini jangan terlalu kecil dan juga jangan terlalu besar.

Rangkaian Penyearah dan Penguat

Sinyal yang dihasilkan dari mic ternyata masih terlalu kecil untuk langsung bisa
mengerakkan input LM3915. Selain itu input SIG IN LM3915 membutuhkan level sinyal
AC dengan frekuensi rendah karena jika mendapatkan sinyal AC dengan frekuensi tinggi
maka tampilan LED tidak akan nampak karena terlau cepat perubahannya.

Pada dasarnya opamp TLC271 dikonfigurasikan sebagai penyearah setengah gelombang


dengan penguatan 10x.. Dengan level penguatan sebesar itu sudah cukup untuk dapat
menggerakkan input SIG IN pada LM3915. Tetapi jika dirasa masih terlalu kecil maka
R5 dapat diganti potensiometer 500K.

RANGKAIAN PENYEARAH SETENGAH GELOMBANG

Rangkaian R6 dan C3 merupakan rangkaian LPF (Low Pass Filter) orde satu. Filter ini
akan membuang komponen suara pada frekuensi tinggi seperti noise. Dengan konfigurasi
R6 dan C3 tersebut maka sinyal suara dengan frekuensi kira-kira 200Hz kebawah dapat
dilewatkan dengan baik sehingga perubahan tampilan led tidak terlalu cepat. Jika masih
dinginkan agar perubahan lednya lebih cepat mengikuti irama musik, misalnya, maka nilai
kapasitor C3 dapat diturunkan sampai dengan nilai tertentu sampai dirasa sudah cukup
cepa untuk mengikuti irama musik yang diinginkan.

Blok Rangkaian Pendeteksi Intensitas Suara

Inti dari blok ini adalah LM3915. LM3915 ini akan menerima sinyal dari SIG IN pin
untuk di bandingkan dengan 10 internal komparator dengan tegangan referensi yang
ditentukan dari pin REF HI, REF LO dan REF ADJ.

Tegangan referensi ditentukan dari R1 dan R2 pada gambar 4 di bawah ini.


PENENTUAN TEGANGAN REFERENSI LM3915

Tegangan referensi untuk LM3916 ditentukan dari R1 dan R2 pada gamabr 4 di atas
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Sedangkan besarnya arus yang lewat pada LED ditentukan dengan persamaan berikut :

Resistor 2k2 merupakan resistor internal pada blok tegangan referensi LM3916. Pada
gambar 5 tampak rangkaian detektor taraf kebisingan suara selengkapnya.

SKEMATIK RANGKAIAN DETEKTOR TINGKAT KEBISINGAN SUARA

Pada gambar 5 nampak bahwa pin REF ADJ dan pin REF LO di sambung bersama dan
dihubungkan dengan output dari Q1, BF245. Konfigurasi ini diharapkan agar level
tegangan referensi yang digunakan adalah referensi semu yang dibentuk dari BF245.

Rangkaian tegangan referensi pada gambar 4 diperbolehkan jika rangkaian tidak


menggunakan gsistem round semu. Pada rangkaian pada gambar 5 nampak bahwa sistem
didisain dengan ground semu sehingga terdapat kesulitan untuk mendapatkan tegangan
referensinya. Solusinya yaitu dengan menghubungkan pin REF LO dan pin REF ADJ ke
ground semu yang dibentuk dari JFET BF245.

Pengembangan Rangkaian

Rangkaian ini dengan sedikit modifikasi pada bagian input sinyalnya maka dapat dijadi
VU meter untuk tape atau radio sehingga tape atau radio akan tampil lebih attraktif.
Selain itu rangkaian ini jika digunakan untuk sensor suara untuk sistem keamanan dapat
menjadi suatu sensor yang teliti sekali dan tingakat kebisingan yang diperbolehkan dapat
dipilih sesuai dengan kondisi lingkungan tempat alat ini diletakkan.

Selain itu rangkaian ini juga dapat digunakan sebagai alat ukur intensitas cahaya dengan
mengganti rangkaian input dengan rangkaian input yang menggunakan LDR atau
fototransistor. Teganang yang dihasilkan tidak perlu diserahkan lagi tetapi cukup
diperkuat sampai level yang diinginkan.

Walaupun alat ini tidak terlalu presisi dalam menentukan intensitas kebisingan tetapi
rangkaian ini cukup sederhana untuk direalisasikan oleh penggemar elektronika dan
mampu bekerja cukup baik asalkan tidak digunakan untuk alat ukur yang diharuskan
memiliki ketelitian yang tinggi.

Memanfaatkan LDR Untuk Alarm Cahaya


Rangkaian alarm ini sangat sederhana namun mempunyai kemampuan yang cukup baik
dalam mencegah terbukanya lemari/laci yang seharusnya tertutup. Alarm ini aktif ketika
terdapat cahaya.

Rangkaian alarm ini cara kerjanya sangat mudah dan pembuatannya juga tidak terlalu
rumit, sederhana. Dari namanya sudah dapat diketahui bahwa alarm ini akan bekerja
ketika terdeteksi adanya cahaya. Dengan fungsi tersebut maka rangkaian in dapat
digunakan sebagai alarm pencuri atau alarm terbukanya lemari/laci yang seharusnya
tertutup.

Sistem Alarm Cahaya

Alarm ini dikatifkan ketika adanya cahaya yang datang pada sensor dengan taraf
keterangan tertentu. Pengaturan taraf terang – redup ini dapat dilakukan dengan mengatur
potensiometer R12. Sistem ini mempunyai 2 keunggulan yaitu dilengkapi dengan waktu
tunda pengaktifan alarm, pengaturan bunyi buzzer dan detektor baterai.

Rangkaian Tunda
Rangkaian Tunda

Rangkaian alarm cahaya ini menggunakan sumber tenaga berupa baterai 9V agar dapat
dibawa-bawa, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk diberikan sumber tenaga dari
sebuah power suplai 12V. Rangkaian pada gambar 1 merupakan bagian dari rangkaian
lengkap alarm cahaya. Pada gambar 1 merupakan rangkaian yang menunda aktifnya
alarm ketika tombol SW1 di ‘ON’-kan/di tekan.

Dengan adanya rangkaian ini maka memungkinkan user untuk meletakkan alarm ini di
dalam sebuah lemari/laci sebelum alarm aktif. Rangkaian in dibentuk dari rangkaian C1,
R1, R2, Q1 dan D1. Pada saat tombol SW1 maka kapasitor C1 akan mengisi muatan
melalui R1 sehingga tegangan basis menjadi turun mendekati 0 volt. Kondisi ini akan
menyebabkan transistor Q1 akan aktif dan memaksa tegangan di pin 1 IC 1A akan high.

IC 1 merupakan gerbang inverter dengan schimtt trigger sebanya 6 buah. IC in


merupakan IC CMOS sehingga tegangan suplainya maksimal adalah 18 volt sehingga
dengan tegangan suplai saat ini (9 V dari baterai atau 12V dari power suplai eksternal)
masih dapat bekerja dengan baik.

Kondisi pin 1 pada IC1 yang high ini akan menyebabkan berapapun tegangan yang
dihasilkan oleh pembagian tegangan R3, R12 dan R11 (LDR) tidak berubah yaitu
mendekati 5 volt.

Beberapa saat setelah muatan kapasitor telah penuh maka tegangan basis Q1 sudah cukup
untuk membuat Q1 untuk OFF sehingga tegangan di pin 1 benar-benar dikendalikan oleh
pembagian tegangan antara R3, R12 (potensiometer) dan R11 (LDR).

Jadi ketika Q1 ON maka tegangan di titik pin 1 IC1 akan ditahan tetap sekitar 5 volt dan
tegangan pembagian antara R3, R11, dan R12 akan diabaikan. Sebaliknya ketika Q1 OFF
maka tegangan di titik pin 1 IC1 akan ditentukan oleh pembagian tegangan antara ketiga
tahanan tersebut. Oleh sebab itu ketika Q1 ON maka apa pun kondisi cahaya lampu
(terang/redup) tidak akan mempengaruhi sistem sehingga buzzer akan selalu OFF. Jika
diperlukan waktu tunda yang lebih lama maka nilai kapasitor C1 dapat diganti dengan
yang sedikit lebih besar. Semakin besar nilai kapasitor C1 akan menyebabkan waktu
tunda keaktifan sistem akan semakin lama.

Rangkaian Schmitt Trigger dan Pewaktu Buzzer


Rangkaian Schmit Trigger

Rangkaian yang paling depan pada gambar 2 merupakan rangkaian untuk menentukan
logika dari suatu keadaan terang gelap cahaya. Dengan digunakannya inverter dengan
schmitt trigger akan mencegah trigger yang tidak diinginkan.

LDR merupakan komponen yang mempunyai karakteristik dimana nilai resistansinya


yang tinggi ketika tidak terkena cahaya tetapi nilai resistansinya akan turun dengan drastis
ketika LDR terkena cahaya. Besarnya penurunan nilai resistansi LDR juga dipengaruhi
oleh intensitas cahaya yang masuk ke LDR, semakin tinggi intensitas cahayanya maka
semakin rendah pula nilai resistansinya.

Ketika Q1 OFF dan dalam kondisi gelap maka tegangan di pin 1 IC1 akan dihasilkan dari
pembagian tegangan antara R3, R11 dan R12 akan menghasilkan tegangan yang cukup
tinggi, cukup untuk dianggap logika high oleh gerbang inverter.

Sedangkan sebaliknya ketika dalam kondisi terang maka tegangan di pin 1 akan cukup
rendah karena nilai resistansi LDR yang turun drastis. Nilai tegangan ini bervariasi
berdasarkan tingkat terang-redupnya cahaya yang masuk ke LDR. Kondisi ini dapat
menimbulkan trigger yang berulang-ulang sehingga untuk menghindari trigger seperti ini
digunakan gerbang dengan schmitt trigger, dalam sistem ini digunakan gerbang inverter.
Dasar pemilihannya adalah karena murah dan di dalam satu kemasan terdapat 6 gerbang.

Output dari inverter IC1a sudah berupa logika dan dapat diumpakan langsung ke buzzer.
Namun, pada gambar 2, di depan IC1a ditambahkan rangkaian yang berfungsi untuk
mengatur cara/lama bunyi dari buzzer. Ketika output dari gerbang IC1a high maka
melalui R4 dan C4 (LPF filter) akan men-drive IC1b sehingga outputnya menjadi low
dan menyebabkan kapasitor C6 mengosongkan muatan. Kondisi ini akan menyebabkan
tegangan di pin 5 IC1C akan low untuk selang beberapa waktu (selama kapasitor C8 dis-
charge) dan memberikan output high ke basis transistor Q2. Aktifnya transistor Q2 ini
akan menyebabkan buzzer menyala.

Sesaat kemudian (setelah kapasitor C8 dis-charge) kapasitor C8 akan melakukan


pengisian ulang dan kemudian tegangan di pin 5 IC1c akan naik kembali dari
menghasilkan output low pada basis transistor Q2, buzzer mati. Jadi lama buzzer aktif
ditentukan dari lama waktu dis-charge – charge kapasitor C8 dan R6.

Rangkaian Detektor Low Battery

Tetapi jika diinginkan buzzer tetap aktif selamanya sampai SW1 OFF maka jumper JP3
dapat disambungkan. JP3 yang tersambung akan memaksa tegangan diinput pin 3 IC1b
akan low sehingga buzzer akan berbunyi terus walaupun LDR sudah tidak terkena cahaya
lagi. Buzzer akan mati setalh tombol SW1 OFF. Sebaliknya ketika jumper JP3 ini tidak
dihubungkan maka buzzer akan berbunyi hanya ketika LDR terkena cahaya. Setelah LDR
tidak terkena cahaya maka buzzer akan tidak berbunyi.

Detektor Baterai

Sistem ini memang didisain dengan menggunakan power suplai dari baterai oleh sebab itu
perlu dibuat detektor baterai agar dapat dketahui kapan baterai yang digunakan tesebut
sudah layak untuk diganti. Tegangan baterai yang terlau rendah dapat menyebabkan
sistem alarm salah dalam mengartikan terang-gelap cahaya. Selain itu bunyi buzzer pun
akan semakin keci dan lemah.

Seperti pada gambar 3, detektor baterai dibangun dari rangkaian D7 dan R10. Ketika
tegangan baterai (VCC) di atas 4.3 volt maka masih terdapat arus bocor menuju R10 dan
cukup untuk menyebakan tegangan di pin 9 IC1d high. Kondisi ini akan menyebabkan
osilator yang dibentuk dari rangkaian IC1e, R9, C8, C5, dan R8 tidak bekerja sehingga
menyebabkan tegangan di pin 13 IC1f high. Kondisi ini akan menyebabkan Q2 OFF dan
hanya tergantung dari IC1c.
Rangkaian Alarm Cahaya Lengkap

ebaliknya ketika tegangan baterai sudah dibawah tegangan 4.3 volt maka tidak ada arus
bocor menuju R10 sehingga tegangan di pin 9 akan mendekati 0 volt dan dianggap
sebagai logika low. Kondisi ini menyebabkan osilator aktif sehingga pin 13 IC1f akan
mendapat pulsa-pulsa dari osilator sehingga Q2 akan aktif pula. Pulsa-pulsa yang
dihasilkan oleh IC1f akan mengaktifkan Q2 walaupun IC1c juga aktif.

Hal ini nantinya kan terdengar dengan perpaduan bunyi dengan frekuensi yang lebih
tinggi bunyi buzzer ketika sistem mendapatkan cukup cahaya.

Pengaturan Kepekaan LDR

Pengaturan kepekaan LDR diatur dengan menggunakan potensiometer R11. Pada


pengaturan awal, posisikan potensiometer kira ditengah-tengah. Kemudian letakkan
cahaya pada tempat yang ingin di deteksi dan aturlah potensiometer supaya menghasilkan
bunyi ketika mendapatkan cahaya dan tidak berbunyi ketika sistem tidak mendapatkan
cahaya.

Durasi pengatikfan buzzer ditentukan oleh nilai C6 dan R6, untuk waktu yang lebih lama
disarankan untuk mengganti nilai kapasitor dengan nilai yang lebih tinggi.

Untuk buzzer yang lebih besar, yang membutuhkan arus lebih besar transistor Q2 dapat
diganti dengan transistor darlington yang mempunyai arus kolektor lebih besar.
Perhatikan konsumsi arus buzzer dan kemampuan arus yang mampu dilewatkan oleh
kolektor pada transistor Q2.

MOBILE CELLPHONE CHARGER


Proses charging battery handphone ketika kita sedang melakukan travelling merupakan
masalah besar. Karena pada saat travelling sumber power supply pada umumnya sulit
ditemukan. Jika anda menyalakan handphone anda secara terus menerus maka battery
lama kelamaan akan habis dalam jangka waktu Lima hingga Enam jam dan akhirnya
handphone tidak bisa dipakai. Disini akan dijelaskan rangkaian charger sederhana yang
akan menambah umur battery dua hingga tiga jam.

Pada prinsipnya charger menggunakan rangkaian Current Limited Voltage Source.


Umumnya battery handphone membutuhkan tegangan 3.6 – 6 Volt DC dan arus 180 – 200
mA untuk melakukan proses charging. Biasanya battery handphone terdiri atas tiga sel
battery NiCd, dan setiap sel mempunyai tegangan potensial 1.2 Volt. Pada kecepatan rata
– rata rendah arus yang dibutuhkan untuk mencharge battery handphone kira – kira
100mA.

click here to enlarge

Dalam rangkaian ini terdapat sebuah sumber tegangan 12V terdiri atas 8 sel battery biasa
(Setiap Sel 1.5 Volt) mampu menyuplai arus sekitar 1.8 A yang dihubungkan dengan
keluaran terminal. Rangkaian ini juga mampu memonitor level tegangan battery yang
sedang di charge. Dan secara otomatis akan memutus proses charging ketika terminal
output mendeteksi level tegangan battery tertentu yang telah ditentukan sebelumnya.

IC Timer NE555 digunakan untuk men-charge dan memonitor level tegangan didalam
battery, Pin 5 (IC1) sebagai tegangan kontrol menggunakan tegangan referensi tegangan
zener 5.6Volt. Tegangan pada Pin 6 sebagai threshold diset oleh VR1 dan tegangan pada
Pin 2 sebagai Trigger diset oleh VR2.

Ketika battery handphone dihubungkan dalam rangkaian ini (Proses Charging) tegangan
yang diberikan pada Pin2 (IC1) sebagai trigger akan berada dibawah nilai 1/3 Vcc dan
akan menyebabkan Flip-Flop dalam IC1 akan ON dan pada Pin 3 (IC1) akan high
(Menyebabkan transistor T1 saturasi.).

Ketika battery sudah penuh (Full Charge) maka tegangan akan naik dan tegangan pada
Pin2 (IC1) akan berada diatas level titik trigger threshold. Hal ini akan menyebabkan Flip
Flop OFF dan output akan low (Menyebabkan transistor T1 CutOff) dan secara tidak
langsung proses charging juga akan berhenti.
Pin 6 (Threshold IC1) di set pada 2/3 Vcc dengan menggunakan VR1, transistor T1 yang
digunakan untuk meningkatkan arus pengisian. Nilai R3 sangat berperan untuk
menyediakan arus charging, dengan mengeset nilai R3 menjadi 39 Ohm maka arus
charging yang disediakan sekitar 180mA.

Rangkaian ini dapat dibangun pada jenis PCB apa saja (General Purpose PCB) untuk
proses kalibrasi level tegangan cutoff gunakan DC Variable Power Supply. Hubungkan
terminal output rangkaian dengan DC Variable Power Supply dan set pada 7 Volt. Atur
VR1 pada posisi tengah dan secara pelan atur VR2 sampai LED1 OFF, hal ini
mengindikasikan Low Output. LED1 harus menyala ketika tegangan DC Variable Power
Supply berkurang dibawah 5V. Status nyala LED1 ditunjukkan pada tabel dibawah. Tutup
rangkaian dengan casing plastic dan gunakan konektor yang cocok untuk untuk
menghubungkan ke Battery Handphone.

WATT PMPO, Apaan sih…..


Mitos Audio Power Rating

Kalau anda sering berkunjung ke pusat perbelanjaan elektronik, mungkin yang pertama
kali menarik perhatian anda adalah sebuah stereo set yang memiliki beberapa deret
speaker 'monster' di kiri dan kanannya. Lalu yang paling menyolok adalah ada embel-
embel banner kertas tertempel mentereng di speakernya yang bertuliskan 2000 W PMPO.
Harganya lumayan murah dan yang jelas dalam benak anda tentu dengan power sebesar
ini suaranya akan mengelegar dan membahana. Ditempat lain ada satu stereo set compo
yang hampir sama besar susunan speakernya tetapi kalau diperhatikan spesifikasinya yang
dengan tulisan kecil terbaca hanya 100 W RMS.

Dari kenyataan ini, kalau anda sedang menimbang-nimbang untuk membeli sebuah
compo, tentu pilihan akan jatuh pada stereo set yang pertama. Sebab dengan harga yang
relatif sama bahkan mungkin lebih murah, anda bisa membuat tetangga iri dengan suara
compo yang menggelegar itu. Namun setelah anda mencoba-coba compo yang dipajang
ditoko tersebut, suara dari compo yang kedua ternyata bisa juga diumbar sama seperti
stereo set yang pertama. Kemudian, kalau diteliti lagi ternyata kebutuhan energi listrik
dari kedua set audio tersebut kira-kira 170 W. Dengan notasi power rating 100 W RMS,
masih dapat dimaklumi ada efisiensi perangkat sehingga power audio yang dihasilkan
wajar kalau lebih kecil dari energi listrik yang dikonsumsi. Lalu bagaimana mungkin
energi 170 W sekecil ini bisa menghasilkan power sebesar 2000 W PMPO.

Satuan Watt

Bagi konsumen tentu persepsi dari bahasa iklan dari power rating ini bisa jadi
membingungkan. Lalu apakah bahasa iklan ini menggambarkan hal yang sebenarnya.
Adakah mitos tersembunyi dibalik spesifikasi ini dan bagaimana sebenarnya rating ini
dibuat. Sebagai penggemar dan peminat elektronika, tentu kita sudah mengenal satuan
watt yang menunjukkan besar daya, tenaga atau power. Dalam hal ini yang dimaksud
adalah daya amplifier dari satu sistem penguat audio dan hasil akhirnya adalah tingkat
kebisingan (loudness) yang keluar lewat speaker. Secara matematis power diitulis dengan
P = V.I dan dengan hukum ohm maka P = V2/R dengan satuan watt (W). R adalah
impedansi pada setiap tahap keluaran dan pada keluaran akhir R tidak lain adalah
impedansi dari speaker yang besarnya standard 8 Ohm.

Ketika alunan musiknya lembut dan pelan, tentu power yang keluar lewat speaker juga
pelan dan kita ketahui daya yang keluar secara matematis akan lebih kecil. Misalya
tegangan keluar ke speaker adalah 10 volt AC sehingga dayanya pada saat itu adalah P =
102/8 = 12.5 W. Namun ketika aluanan suara musiknya keras, tegangan keluar pada
speaker menjadi lebih besar misalnya 20 volt AC, dan pada saat itu daya yang keluar
adalah P = 202/8 = 50 W. Sebenarnya nilai power dalam watt belum sepenuhnya
menunjukkan tingkat kebisingan. Besaran tingkat kebisingan di ukur dengan satuan dB
yang logaritmis sesuai dengan telinga manusia yang merespons suara juga secara
logaritmis. Tingkat kebisingan juga masih tergantung dari efisiensi speaker yang
mentransformasikan energi listrik menjadi energi suara. Sebagian lagi terbuang menjadi
energi panas.

Pengujian power rating RMS

Musik adalah gelombang sinusoidal yang frekuensi dan besar tengangannya tidak konstan
melainkan naik turun sesuai dengan alunan musiknya. Tegangan ini bisa negatif dan bisa
juga positif. Standard pengukuran spesifikasi rating daya keluaran sistem audio adalah
dengan menginjeksi sinyal sinusoidal pada inputnya. Dengan menggunakan frekuensi
pada rentang 20 Hz - 20 KHz. Ini adalah rentang frekuensi suara yang dapat didengar oleh
manusia. Beberapa pabrikan melakukan test hanya pada frekuensi 1 KHz saja.
Pengukuran yang lebih fair adalah dengan menginputkan sinyal pink noise yaitu sinyal
gabungan dari banyak frekuensi pada rentang 20Hz - 20kHz. Lalu volume suara dinaikkan
sampai terjadi cacat distorsi pada gelombang keluarannya. Cacat distorsi ini dikenal
dengan sebutan THD (Total Harmonic Distorsion) yaitu sampai terjadinya clipping pada
puncak gelombang keluar yang dihasilkan. Gambaran gelombang ini mudah diketahui
dengan menggunakan osiloskop. Batasan inilah yang menjadi acuan batas maksimum dari
power yang dapat dihasilkan oleh suatu sistem audio.

Cacat distorsi atau clipping dapat disebabkan oleh batasan dari sistem penguat (amplifier),
batasan komponen dan juga batasan dari sistem power supply. Batasan power supply
menjadi penting, sebab ini merupakan sumber energi dari suara yang dihasilkan. Jika
volume suara makin menggelegar tentu saja diperlukan power supply yang stabil untuk
mencapainya. Jika sudah diketahui sampai dimana tegangan keluar maksimum, maka
akan diketahui berapa nilai tegangan puncak (peak) yang dapat dihasilkan tanpa cacat
(atau hampir cacat). Karena gelombang sinus naik turun, tentu tidak dengan serta merta
nilai tegangan peak yang diambil untuk menghitung nilai power rating sistem audio
tersebut. Melainkan dengan menggunakan nilai tegangan RMS (Root Mean Square).
Kalau diterjemahkan ini adalah tegangan rata-rata akar kuadrat yaitu representasi
tegangan DC dari sinyal AC (sinusoidal). Tengangan sinusoidal ini secara matematis
adalah Vt=Vp sin (wt), Vp adalah tegangan puncak dan w = 2pf . Dengan pendekatan
rumus integral sinus kuadrat diperoleh tegangan rata-rata VRMS = Vp/Ö2 atau kira-kira =
0.707 Vp. Dengan demikian power atau daya dapat dihitung dengan PRMS = (VRMS)2/R.
Beberapa pabrikan masih mentolerir besar distorsi 1 % - 10 %. Standard pengujian yang
benar akan mencantumkan nilai atau rentang frekuensi uji dan besar nilai toleran distorsi.
Misalnya dengan mencantumkan pada spesifikasi teknisnya 50 W RMS 1% THD atau 65
W RMS 10% THD plus dengan catatan pada frekuensi berapa hasil uji dilakukan.

Power rating PMPO

Musik pada kenyataannya bukanlah gelombang sinusoidal yang konstan. Melainkan


gabungan dari beberapa harmonisasi gelombang yang terkadang keras dan terkadang
pelan. Dalam satu alunan musik barangkali hanya 40% yang keras. Dengan asumsi
demikian, maka tentu power supply dari sistem audio yang bersangkutan akan masih
mampu mensuplay arus lebih besar. Sistem akan masih dapat memberikan tegangan peak
yang lebih tinggi dan halhasil adalah penunjukkan power yang lebih besar. Dari sinilah
muncul istilah PMPO (Peak Music Power Output). Pabrikan bisa saja mengasumsikan
persentasi sinyal musik secara berlainan misalnya hanya 10% - 20 %. Bahkan yang sangat
ekstreem adalah lebih kecil dari 1 %, serta pengujiannya dilakukan dengan menggunakan
sinyal input yang berupa sinyal kejut hanya beberapa milisecond saja. Dengan cara ini
tentu saja sistem dengan penguatannya yang maksimum akan mampu menghasilkan
tegangan peak yang sangat tinggi tanpa cacat distorsi. Tegangan ini dapat mencapai
misalnya 63 VAC, yang jika dihitung powernya adalah P = 632/8, kira-kira = 500 PMPO.
Tentu saja keadaan ideal ini tidak akan tercapai pada kondisi sebenarnya. Pengukuran
PMPO bukanlah suatu standard industri atau dengan kata lain tidak ada standard
pengukuran yang baku. Istilah ini menurut hemat penulis adalah bahasa iklan untuk
keperluan komersial. Tujuannya agar sistem terlihat lebih garang dan tentu saja dapat
mendongkrak penjualan yang lebih banyak. Untuk itu sebagai konsumen pembeli, harus
kritis dan teliti. Misalnya jika disebutkan power sistem audio incaran tertulis 4500 W
PMPO. Kalau diteliti mungkin ini total penjumlahan untuk 5 kanal yaitu kanal depan kiri
dan kanan, kanal belakang kiri dan kanan serta satu kanal sub woofer.

Penutup

RMS atau PMPO sama-sama menunjukkan power rating, namun keduanya tidak dapat
diperbandingkan. Selain tidak ada standard pengukuran PMPO yang baku, metode
pengukurannya juga berbeda. Namun sebagai ancar-ancar biasanya power PMPO adalah
mark up 20 sampai 40 kali lebih besar dibandingkan power RMS. Jika tertulis 1000 W
PMPO bisa saja power sebenarnya sama dengan 25 W - 50 W RMS. Pencantuman power
rating tentu saja untuk menunjukkan sampai dimana kemampuan tingkat kebisingan yang
bisa dihasilkan. Tentu ini hanyalah sebuah angka yang menunjukkan kemampuan
maksimum perangkat audio tersebut. Jika dianalogikan dengan mobil, ini tidak beda
dengan catatan spesifikasi kecepatan yang tertera dapat mencapai 220 km/jam. Namun
apakah kecepatan maksimum demikian bisa tercapai, adalah hal yang lain. Tentu bisa
tercapai dengan syarat kondisi-kondisi tertentu. Jalan aspal lebar dan mulus, tidak ada
tanjakan, mesin masih baru, bahan bakar dengan oktan tinggi, oli yang tepat, grip serta
tekanan ban ideal, suhu mesih ideal, berat mobil efisien, ringan dan ideal, lalu cuaca harus
cerah, tidak ada angin apalagi hujan dan yang penting lagi pengemudinya harus punya
nyali sekelas pembalap formula 1. Kalau tidak, mobil paling pol dapat dipacu mencapai
140 km/jam dan ini juga sebenarnya sudah mendebarkan. Demikian juga dengan sistem
audio, dengan volume yang sedang-sedang saja dengan alunan yang harmonis kiranya
anda sudah cukup puas. Belum tentu anda tega meng-umbar volume audio anda
sekencang-kencangnya sampai kaca-kaca jendela rumah anda pecah semua.

Dikutip dari sumbernya : uneg-unegku.blogspot.com

Dimmer Lamp Circuit (Menambah Keindahan Pencahayaan di Malam Hari)


Rangkaian dimmer merupakan rangkaian yang sudah umum digunakan antara lain untuk
mengatur terang-redup lampu bolam. Pada kesempatan kali ini akan dijabarkan mengenai
cara kerja rangkaian dimmer. Rangkaian dimmer ini mampu mengatur beban pada
tegangan 220VAC dengan daya sampai 900W tiap kanal dengan beban yang mulai dari
lampu bolam sampai ke beban induktif seperti motor AC.
Triac

Inti dari rangkaian ini adalah penggunaan Triac K6243. Triac tipe ini mempunyai 4 kanal
keluaran sehingga dapat mengatur 4 beban sekaligus. Triac tipe ini jarang dijumpai di
pasar komponen di Indonesia. Komponen alternatifnya dapat digunakan Triac tipe
2N6346. Untuk tipe triac ini mampu melewatkan arus 12A dengan karekateristik
tegangan block-nya sampai 800VAC tetapi hanya mempunyai satu kanal saja. Jadi jika
diperlukan 4 kanal maka dibutuhkan 4 buah triac tipe 2N6346.

Triac merupakan komponen 3 elektroda: MT1, MT2, dan gate. Triac biasanya digunakan
pada rangkaian pengendali, penyakelaran, dan rangkian pemicu/trigger. Oleh karena
aplikasi triac yang demikian luas maka komponen triac biasanya mempunyai dimensi
yang besar dan mampu diaplikasikan pada tegangan 100V sampai 800V dengan arus
beban dari 0.5A sampai 40A.

Triac

Jika terminal MT1 dan MT2 diberi tegangan jala-jala PLN dan gate dalam kondisi
mengambang maka tidak ada arus yang dilewatkan oleh triac (kondisi idel) sampai pada
tegangan ‘break over’ triac tercapai. Kondisi ini dinamakan kondisi off triac. Apabila
gate diberi arus positif atau negatif maka tegangan ‘break over’ ini akan turun. Semakin
besar nilai arus yang masuk ke gate maka semakin rendah pula tegangan ‘break over’nya.
Kondisi ini dinamakan sebagai kondisi on triac. Apabila triac sudah ‘on’ maka triac akan
dalam kondisi on selama tegangan pada MT1 dan MT2 di atas nol volt. Apabila tegangan
pada MT1 dan MT2 sudah mencapai nol volt maka kondisi kerja triac akan berubah dari
on ke off. Apabila triac sudah menjadi off kembali, triac akan selamanya off sampai ada
arus trigger ke gate dan tegangan MT1 dan MT2 melebihi tegangan ‘break over’nya.

Daerah Kerja Triac

Prinsip Kerja Dimmer

Rangkaian Dimmer disajikan dalam 4 bagian utama. Bagian Ramp Generator, Bagian
Pulse Control, Bagian Power Supply Triac, dan Bagian Triac. Bagian Ramp Generator
berfungsi untuk menghasilkan pulsa-pulsa gigi gergaji (sinyal ramp) dengan frekuensi
120Hz dan sinkron dengan fasa tegangan jala-jala PLN.
Sinyal Ramp yang Sinkron Dengan Fasa Jala-Jala PLN

Sinkronisasi mutlak diperlukan karena untuk memicu/men-trigger triac harus pada saat
triac dalam kondisi off dan tegangan PLN mulai tidak sama dengan nol VAC. Pada
Bagian Ramp Generator ini diperlukan rangkaian zero crossing detector yang mendeteksi
keadaan tegangan PLN = nol volt. Pada keadaan ini dihasilkan pulsa ramp yang akan
turun secara linier selama 10ms.

Output dari bagian ramp generator ini dihubungkan ke 4 buah komparator. Pada proyek
ini digunakan LM324 yang memiliki 4 komparator dalam 1 kemasan. Rangkaian Ramp
Generator ini sangat sederhana yang dibangun dari komponen diskrit. Konstanta waktu
ditentukan oleh waktu pembuangan muatan pada rangkaian R5 dan kapasitor C1 yang
akan menswitch-on/off transistor Q2. Rangkaian bagian ramp generator dapat dilihat
pada gambar dibawah.

Rangkaian Ramp Generator Sinkron dengan Jala-Jala PLN

Bagian yang juga memegang peranan penting dalam rangkaian dimmer ini adalah bagian
komparator yang menghasilkan pulsa-pulsa yang lebarnya bervariasi terhadap tegangan 0
– 10 volt DC.
Rangkaian Komparator LM324

Dengan menggunakan komparator LM324 maka tegangan sinyal ramp yang dihasilkan
oleh rangkaian ramp generator akan dibandingkan dengan tegangan dari potensiometer.
Tegangan potensiometer tersebut bervariasi antara 0 volt sampai 10 voltDC.

Pada saat tegangan ramp berada dibawah tegangan potensiometer maka output dari
komparator LM324 adalah +10V sehingga terdapat arus yang mengalir pada R7 (470).
Apabila tegangan ramp lebih tinggi daripada tegangan potensiometer maka output dari
LM324 adalah 0 volt. Dalam kondisi ini tidak ada arus yang mengalir pada R7. Arus ini
merupakan arus aktivasi optocoupler pada bagian triac. Rangkaian pada bagian triac
dapat dilihat pada gambar 6.

Rangkaian Triac dan Beban


Pada saat output dari komparator LM324 = +10V maka terdapat arus yang mangalir ke
optocoupler sehingga pada saat ini optocoupler aktif sehingga akan meng-on-kan
transistor Q2 dan menyebabkan gate triac mengalirkan arus dari MT1 ke gate. Dengan
kata lain gate mendapatkan arus aktivasi sehingga triac akan dalam kondisi ON.

Sinyal Aktivasi Triac

Pada saat tegangan output komparator = nol volt maka optocoupler tidak aktif sehingga
transistro Q2 juga dalam kondisi OFF. Kondisi ini menyebabkan tidak ada arus yang
mengalir dari MT1 ke gate sehingga triac tidak mendapatkan arus picu. Triac dalam
kondisi OFF.

Karena sinyal ramp dimulai pada saat setiap keadaan zero crossing terjadi pada saat setiap
setengah siklus tegangan PLN maka dapat dikatakan bahwa triac akan ditrigger setiap
setelah terjadi zero crossing tegangan PLN. Triac ditrigger harus ditrigger setelah zero
crossing agar tegangan MT1 dan MT2 cukup untuk merubah kondisi kerja triac ketika ada
arus gate.

Output dari komparator dapat dikatakan sebagai PWM kontrol. Hal ini disebabkan karena
lebar dari pulsa output komparator tergantung dari pada tegangan potensiometer.
Perubahan PWM ini akan terjadi setelah terjadinya zero crossing pada tegangan jala-jala
PLN.

Pada rangkaian pada gambar 6 dapat dilihat bahwa untuk rangkaian tersebut masih
dibutuhkan power supply 9 volt untuk pemicu triac. Power supplay ini harus terpisah dari
power supplay yang lain karena output power supplay 9 volt ini dihubungkan langsun ke
230 VAC.

Power supply 9volt ini perlu mendapatkan perhatian ekstra pada pembuatannya karena
ground power supply 9 volt ini tidak boleh digabungkan dengan ground neutral jala-jala
PLN. Kalau hal ini terjadi maka power supply 9 volt akan rusak. Jika ground power
supply 9 volt ini tidak menjadi sati dengan neutral jala-jala PLN maka tegangan 9 volt dan
tegangan 230 VAC akan flaoting satu sama lain dan kondisi ini tidak akan menyebabkan
power supply 9 volt rusak.

Rangkaian Power Supply 9VDC dengan Ground Terisolasi

Rangkaian C2 dan R4 pada gambar 6 merupakan rangkaian snubber yang digunakan


untuk mengkompensasi beban induktif seperti motor. Triac yang digunakan (tipe K2634)
tidak perlu penambahan heat sink tetapi jika diperlukan maka body heat sink tidak boleh
bersentuhan dengan komponen yang lain atau dengan body heat sink yang lain karena
body heat sink tersambung dengan terminal MT1 yang disambungkan ke 230VAC kecuali
antara metal plate komponen triac sudah diisolasi dengan mika. Namun dengan kondisi
ini penyerapan panas oleh heat sink tidak maksimal karena terhambat oleh lapisan mika.
Begitu pula jika menggunakan triac yang lain, biasanya metal plate pada komponen triac
dihubungkan secara hardwire dengan MT1.

Rangkaian di atas berkerja dengan baik untuk lampu 220 V 60 watt dan tidak timbul
masalah apapun. Sebagai pengaman rangkaian maka perlu ditambahkan fuse sebesar 10A
pada input tegangan jala-jala PLN sebelum masuk ke terminal 230VAC. Untuk
mengurangai efek noise yang ditimbulkan oleh rangkaian ini maka dapat ditambahkan
induktor 50uH 10A seri dengan fuse 10A dan diparalel dengan kapasistor sebesar 47nF
500V.

Dengan sedikit modifikasi maka pengaturan rangkaian dimmer ini dapat dilakukan pada
tempat lain. Yaitu dengan menempatkan potensiometer 0-10V ditempat lain sehingga
tampaknya rangkaina dimmer ini lebih canggih.

Motor Stepper dan Rangkaian Interfacenya (Bagian 1)


Stepper motor bukanlah barang baru di dalam dunia komputer. Bahkan hampir sebagian
besar disk drive atau CDROM menggunakan stepper motor untuk memutar disk.
Penggunaannya juga cukup sederhana dan mudah digunakan untuk aplikasi-aplikasi
tertentu yang tidak terlalu membutuhkan torsi yang besar.

Motor stepper banyak digunakan untuk aplikasi-aplikasi yang biasanya cukup


menggunakan torsi yang kecil, seperti untuk penggerak piringan disket atau piringan CD.
Dalam hal kecepatan, kecepatan motor stepper cukup cepat jika dibandingkan dengan
motor DC. Motor stepper merupakan motor DC yang tidak memiliki komutator. Pada
umumnya motor stepper hanya mempunyai kumparan pada statornya sedangkan pada
bagian rotornya merupakan permanen magnet. Dengan model motor seperti ini maka
motor stepper dapat diatur posisinya pada posisi tertentu dan/atau berputar ke arah yang
diinginkan, csearah jarum jam atau sebaliknya.

Kecepatan motor stepper pada dasarnya ditentukan oleh kecepatan pemberian data pada
komutatornya. Semakin cepat data yang diberikan maka motor stepper akan semakin
cepat pula berputarnya. Pada kebanyakan motor stepper kecepatannya dapat diatur dalam
daerah frekuensi audio dan akan menghasilkan putaran yang cukup cepat.

Tipe Motor Stepper

Motor stepper dibedakan menjadi dua macam berdasarkan magnet yang digunakan, yaitu
tipe permanen magnet dan variabel reluktansi. Pada umumnya motor stepper saat ini yang
digunakan adalah motor stepper yang mempunyai variabel relukatansi. Cara yang paling
mudah untuk membedakan antara tip motor stepper di atas adalah dengan cara memutar
rotor dengan tangan ketika tidak dihubungkan ke suplai.

Pada motor stepper yang mempunyai permanen magnet maka ketika diputar dengan
tangan akan terasa lebih tersendat karena adanya gaya yang ditimbulkan oleh permanen
magnet. Tetapi ketika menggunakan motor dengan variabel reluktansi maka ketika
diputar akan lebih halus karena sisa reluktansinya cukup kecil.

Variabel Reluktansi Motor

Pada motor stepper yang mempunyai variabel reluktansi maka terdapat 3 buah lilitan yang
pada ujungnya dijadikan satu pada sebuah pin common. Untuk dapat menggerakkan
motor ini maka aktivasi tiap-tiap lilitan harus sesuai urutannya.

Gambar 1 merupakan gambar struktur dari motor dengan variabel reluktansi dimana tiap
stepnya adalah 30°. Mempunyai 4 buah kutub pada rotor dan 6 buah kutub pada statornya
yang terletak saling berseberangan.
Gambar 1. Variabel Reluktance Motor

Jika lilitan 1 dilewati oleh arus, lilitan 2 mati dan lilitan 3 juga mati maka kumparan 1
akan menghasilkan gaya tolakan kepada rotor dan rotor akan berputar sejauh 30° searah
jarum jam sehingga kutub rotor dengan label Y sejajar dengan kutub dengan label 2.

Jika kondisi seperti ini berulang terus menerus secara berurutan, lilitan 2 dilewati arus
kemudian lilitan 3 maka motor akan berputar secara terus menerus. Maka agar dapat
berputar sebanyak 21 step maka perlu diberikan data dengan urutan seperti pada gambar
2.

‘1’ pada gambar 2 diartikan bahwa lilitan yang bersangkutan dilewati arus sehingga
menghasilkan gaya tolak untuk rotor. Sedangkan ‘0’ diartikan lilitan dalam kondisi off,
tidak mendapatkan arus.

Unipolar Motor Stepper

Motor stepper dengan tipe unipolar adalah motor stepper yang mempunyai 2 buah lilitan
yang masing-masing lilitan ditengah-tengahnya diberikan sebuah tap seperti tampak pada
gambar 3.
Gambar 3. Unipolar Stepper Motor

Motor ini mempunyai step tiap 30° dan mempunyai dua buah liliatan yang didistribusikan
berseberangan 180° di antara kutub pada stator. Sedangkan pada rotonya menggunakan
magnet permanen yang berbentuk silinder dengan mempunyai 6 buah kutub, 3 kutub
selatan dan 3 buah kutub utara. Sehingga dengan konstrusi seperti ini maka jika
dibutuhkan ke presisian dari motor stepper yang lebih tinggi dibutuhkan pula kutub-kutub
pada stator dan rotor yang semakin banyak pula. Pada gambar 3, motor tersebut akan
bergerak setiap step sebesar 30° dengan 4 bit urutan data (terdapat dua buah lilitan dengan
tap, total lilitan menjadi 4 lilitan).

Ketelitian dari magnet permanen di rotor dapat sampai 1.8° untuk tiap stepnya. Ketika
arus mengalir melalui tap tengah pada lilitan pertama akan menyebabkan kutub pada
stator bagian atas menjadi kutub utara sedangkan kutub stator pada bagian bawah menjadi
kutub selatan. Kondisi akan menyebabkan rotor mendapat gaya tarik menuju kutub-kutub
ini. Dan ketika arus yang melalui lilitan 1 dihentikan dan lilitan 2 diberi arus maka rotor
akan mengerak lagi menuju kutub-kutub ini. Sampai di sini rotor sudah berputar sampai
30° atau 1 step.

Gambar 4. Urutan Data Untuk Motor Stepper dengan Tipe Unipolar (torsi normal)
Gambar 5. Urutan Data Motor Stepper Tipe Unipolar (torsi besar)

Untuk meningkatkan torsi yang tidak terlalu besar maka dapat digunakan urutan
pemberian data seperti pada gambar 5. Dimana terdapat dua buah lilitan yang di beri arus
pada suatu waktu. Dengan pemberian urutan data seperti ini akan menghasilkan torsi yang
lebih besar dan tentunya membutuhkan daya yang lebih besar.

Dengan urutan data baik pada gambar 4 atau gambar 5 akan menyebabkan motor berputar
sebanyak 24 step atau 4 putaran.

Bipolar Motor Stepper

Motor dengan tipe bipolar ini mempunyai konstruksi yang hampir sama dengan motor
stepper tipe unipolar namun tidak terdapat tap pada lilitannya, seperti tampak pada
gambar 6.

Gambar 6. Bipolar Motor Stepper

Penggunaan motor dengan tipe bipolar ini membutuhkan rangkaian yang sedikit lebih
rumit untuk mengatur agar motor ini dapat berputar dalam dua arah. Biasanya untuk
menggerakkan motor stepper jenis ini membutuhkan sebuah driver motor yang sering
dikenal sebagai H Bridge. Rangkaian ini akan menontrol tiap-tiap lilitan secara
independen termasuk dengan polaritasnya untuk tiap-tiap lilitan.

Untuk mengontrol agar motor ini dapat berputar satu step maka perlu diberikan arus untuk
tiap-tiap lilitan dengan polaritas tertentu pula. Urutan datanya dapat dilihat pada gambar
7.
Gambar 7. Urutan Data Motor Stepper tipe Bipolar

Motor Stepper dan Rangkaian Interfacenya (Bagian 2)


Rangkaian kontrol untuk setiap tipe motor stepper mempunyai kemiripan yaitu dalam hal
aktivasinya. Namun yang paling membedakan adalah dalam hal urutan pemberian data
aktivasi setiap lilitan pada motor stepper.

Motor stepper merupakan motor listrik yang tidak mempunyai komutator, di mana semua
lilitannya merupakan bagian dari stator. Dan pada rotornya hanya merupakan magnet
permanen. Semua komutasi setiap lilitan harus di kontrol secara eksternal sehingga motor
stepper ini dapat dikontrol sehingga dapat berhenti pada posisi yang diinginkan atau
bahkan berputar ke arah yang berlawanan.

Pada bagaian ini akan dibahas mengenai bagaian terakhir dari rangkaian penggerak motor
stepper. Rangkaian ini pada dasarnya hanya merupakan rangkaian switching arus yang
mengaliri lilitan pada motor stepper. Urutan pemberian data pada motor stepper ini dapat
mengontrol arah putaran dari motor stepper ini. Penambahan kecepatan pada motor
stepper dapat dilakukan dengan cara meningkatkan frekuensi pemberian data pada
rangkaian switching arus.

Rangkaian kontrol ini nantinya terhubung langsung dengan lilitan pada motor, rangkaian
power supplai, dan rangkaian yang dikontrol secara digital yang pada akhirnya
menentukan kapan lilitan yang diinginkan dalam kondisi off atau on. Selain hanya
menggunakan transistor switching ar, saat ini sudah tersedia driver motor yang memang
diperuntukkan bagi motor stepper, yang lebih dikenal dengan H-Bridge. Komponen ini
biasanya digunakan pada motor stepper tipe bipolar, walaupun demikian tidak menutup
kemungkinan digunakan pada motor stepper tipe yang lain.

Rangkaian Driver Variabel Reluctance Motor


Gambar 1. Kontrol Pada Varibel Reluctance Motor Stepper

Di dalam gambar 1 tersebut terdapat sebuah 3 blok dimana masing-masing mengatur


sebuah kumparan motor stepper. Blok tersebut terdiri dari saklar arus yang dikontrol
secara digital. Blok ini berperan penting di dalam pengontrolan arus yang akan melewati
kumparan motor tertentu. Pengontrollan blok ini dapat dilakukan oleh sebuah rangkaian
digital sederhana atau bahkan sebuah komputer melalui printer port. Dengan
menggunakan komputer maka diperlukan perangkat lunak yang nantinya akan mengatur
pemberian data dengan suatu urut-urutan tertentu kepada komponen saklar di dalam blok.

Kumparan pada motor stepper mempunyai karakteristik yang sama dengan karakteristik
beban induktif lainnya. Oleh sebab itu ketika terdapat arus yang melalui kumparan motor,
tidak dapat dimatikan dengan seketika tanpa menghasilkan tegangan transien yang sangat
tinggi. Kondisi ini biasanya nampak dengan timbulnya percikan bunga api (ketika
menggunakan motor DC dengan daya yang besar). Hal ini sangat tidak diinginkan karena
dapat merusak saklar sehingga perlu diberikan rangkaian tambahan untuk membatasi
tegangan transien yang muncul. Sebaliknya ketika saklar tertutup maka terdapat arus yang
mengalir ke kumparan motor dan akan menghasilkan kenaikan tegangan secara perlahan.

Untuk membatasi tegangan spike yang muncul maka ada dua alternatif penyelesaiannya
yaitu dengan memparalel pada kumparan motor dengan dioda dan alternatif yang kedua
adalah dengan menggunakan kapasitor yang dipasang paralel dengan kumparan motor
stepper.
Gambar 2. Spike Voltage Reducer

Diode yang yang terpasang paralel tersebut harus mampu melewatkan arus balik yang
terjadi ketika saklar terbuka. Dioda yang digunakan dapat berupa dioda yang umum
dipakai seperti 1N4001 atau 1N4002. Jika digunakan dioda yang mempunyai karakteristik
‘fast switch’ maka perlu diberikan penambahan kapasitor yang dipasang secara paralel
pada dioda.

Pemasangan kapasitor paralel dengan kumparan motor dapat menyebabkan spike yang
ditimbulkan akan menyebabkan kapasitor tersebut charge sehingga tegangan spike yang
terjadi tidak akan keluar tetapi diredam oleh kapasitor ini. Tetapi yang paling penting
adalah kapasitor ini harus mampu menahan surge current pada saat terjadi spike. Surge
current adalah arus tiba-tiba yang sangat besar yang muncul bersamaan dengan tegangan
spike. Nilai kapasitor harus dipilih pada kondisi dimana nilai induktansi dari kumparan
motor stepper paling besar. Inilah karakteristik motor stepper dengan tipe variabel
reluctance dimana nilai induktansinya berubah-ubah tergantung dari sudut putaran pada
poros rotor. Penambahan kapasitor sehingga tepat akan membentuk sebuah rangkaian
resonansi yang dapat menyebabkan peningkatan torsi pada motor dengan tipe ini.

Rangkaian Driver Unipolar Permanent Magnet and Hybrid Motor

Diode yang yang terpasang paralel tersebut harus mampu melewatkan arus balik yang
terjadi ketika saklar terbuka. Dioda yang digunakan dapat berupa dioda yang umum
dipakai seperti 1N4001 atau 1N4002. Jika digunakan dioda yang mempunyai karakteristik
‘fast switch’ maka perlu diberikan penambahan kapasitor yang dipasang secara paralel
pada dioda.

Pemasangan kapasitor paralel dengan kumparan motor dapat menyebabkan spike yang
ditimbulkan akan menyebabkan kapasitor tersebut charge sehingga tegangan spike yang
terjadi tidak akan keluar tetapi diredam oleh kapasitor ini. Tetapi yang paling penting
adalah kapasitor ini harus mampu menahan surge current pada saat terjadi spike. Surge
current adalah arus tiba-tiba yang sangat besar yang muncul bersamaan dengan tegangan
spike. Nilai kapasitor harus dipilih pada kondisi dimana nilai induktansi dari kumparan
motor stepper paling besar. Inilah karakteristik motor stepper dengan tipe variabel
reluctance dimana nilai induktansinya berubah-ubah tergantung dari sudut putaran pada
poros rotor. Penambahan kapasitor sehingga tepat akan membentuk sebuah rangkaian
resonansi yang dapat menyebabkan peningkatan torsi pada motor dengan tipe ini.

Rangkaian Driver Unipolar Permanent Magnet and Hybrid Motor

Gambar 3. Kontrol Pada Unipolar Permanent Magnet Motor

Rangkaian kontrol untuk mengendalikan motor stepper dengan tipe unipolar ini hampira
sama dengan rangkaian kontrol pada motor tipe variabel reluctance. Perbedaanya hanya
pada struktur kumparan motornya saja.
Gambar 4. Spike Voltage Reducer untuk Unipolar Stepper Motor

Walaupun demikian karena bebanya merupakan beban induktif maka selalu ada tegangan
spike yang muncul ketika saklar terbuka. Oleh sebab itu perlu penambahan dioda yang
terpasang paralel dengan kumparan motor stepper seperti terlihat pada gambar 4.

Dua buah dioda tambahan diperlukan karena kumparan motor bukanlah kumparan yang
independen tetapi sebuah kumparan yang mempunyai tap di tengah-tengah kumparan
seperti struktur pada autotransformer. Ketika salah satu saklar dibuka maka tegangan
spike muncul di kedua ujung kumparan motor tersebut dan di clamp oleh dua buah dioda
ke supplay motor. Tetapi jika salah satu ujung kumparan motor tersebut tidak floating
terhadap supplai motor maka tegangan spike ini akan lebih negatif daripada referensi
ground. Jika saklar yang digunakan berupa relay, kondisi ini bukan menjadi masalah.
Kondisi ini baru menjadi masalah ketika saklar yang digunakan adalah saklar
semikonduktor seperti transistor atau FET.

Untuk membatasi level tegangan spike dapat pula digunakan kapasitor yang terpasang
seperti pada gambar 5.
Gambar 5. Pemberian Kapasitor Pembatas Tegangan Spike

Rangkaian Praktis Pengendali Motor Stepper

Jika rangkaian kontrol yang mengendalikan rangakaian motor driver ini berupa
mikrokontroller atau komponen digital maka ada baiknya agar setiap port yang
mengontrol rangkaian driver motor stepper ini diberi buffer terlebih dahulu agar tidak
membebani port mikrokontroller yang digunakan. Seperti pada gambar 3, pin control_0,
control_1, control_2 dan control_3 ini dapat dikontrol secara digital dengan menggunakan
mikrokontroller dengan memberi komponen yang berfungsi sebagai buffer seperti pada
gambar 6.

Gambar 6. Rangkaian Sederhana Penggerak Motor Stepper


Pada gambar 6 hanya ditampilkan satu bagian untuk mengontrol satu buah kumparan
motor stepper. Ada dua alternatif yaitu dengan menggunakan buffer terlebuh dahulu atau
menggunakan FET, yang mempunyai impedansi input yang sangat tinggi, sebagai
komponen saklarnya. Tegangan Vmotor tidaklah harus selalu sama dengan tegangan VCC
pada mikrokontroller. Oleh sebab itu digunakan sebuah komponen buffer yang
mempunyai output open collector sehingga outputnya dapat di pull-up ke tegangan yang
diinginkan.

Untuk dasar pemilihan transistornya adalah pada karakteristik IC (arus kolektor).


Transistor ini harus merupakan transistor power yang mampu melewatkan arus sesuai
dengan arus yang diperlukan oleh kumparan motor stepper ini. Jika arus yang ditarik oleh
kumparan motor stepper ternyata lebih besar daripada kemampuan transistor maka
transistor akan cepat panas dan dapat menyebabkan rusaknya transistor tersebut.

R pull-up sebesar 470 akan memberikan arus sebesar 10 mA ke basis transistor Q1. Jika
Q1 mempunyai gain sebesar 1000 maka arus yang dapat diliewatkan adalah sekitar
beberapa ampere, tergantung dari besar arus yang ditarik oleh kumparan motor stepper
tersebut. Arus ini harus lebih kecil dari arus IC yang diperbolehkan.

Untuk komponen FET dapat digunakan komponen IRL540 yang dapat mengalirkan arus
sampai 20 A dan mampu menahan tegangan balik sampai 100V. Hal ini disebabkan oleh
karena FET ini mampu menyerap tegangan spike tanpa perlindungan dioda. Tetapi
komponen ini memerlukan heat sink yang besar dan harus cukup baik dalam hal
penyerapan panasnya. Ada baiknya jika digunakan kapasitor untuk menekan level
tegangan spike yang ditimbulkan dari transisi saklar dari on ke off.

Bagaimana Sel Surya Itu Bekerja?


A. Energi Matahari

Semua makhluk hidup seperti tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia perlu energi
untuk pertumbuhan, melakukan kegiatan-kegiatan dan sejenisnya. Sumber energi utama
untuk semua makhluk hidup di bumi adalah matahari. Tanpa matahari tidak ada
kehidupan. Matahari memancarkan sinar terus menerus ke bumi, yang pada dasarnya sinar
tersebut mengalami proses diterima dan dipantulkan. Karena itu dapat diketahui bahwa
sinar matahari merupakan arus energi yang dipancarkan bagi kehidupan. Penggunaan
energi ini tidak menyebabkan hujan asam, efek rumah kaca, atau permasalahan seperti
yang ditimbulkan oleh energi nuklir.

Sering kita lihat sekarang banyak sekali alat penghitung atau kalkulator yang mempunyai
sel surya didalamnya dan tidak pernah memerlukan batterai, dan bahkan diantara
beberapa kalkulator tersebut tidak memiliki tombol off, sepanjang terdapat cahaya yang
cukup, kalkulator ini akan bekerja normal. Para ilmuwan memperkirakan pada 20 tahun
terakhir akan terjadi revolusi besar – besaran tentang penggunaan energi matahari. Pada
suatu hari nanti semua peralatan listrik yang digunakan manusia akan dilayanani oleh
energi matahari. Sinar matahari yang terang mampu menghasilkan sampai 5000 watts
energi per meter persegi diatas permukaan bumi, dan jika energi tersebut bisa
dikumpulkan semua maka akan sangat mudah untuk dimanfaatkan oleh kantor – kantor,
rumah atau perusahaan – perusahaan secara cuma – cuma.

B. Bagaimana Sel Surya Bekerja

Pada bagian ini akan dipelajari bagaimana cara sel surya mengubah energi matahari
menjadi energi listrik. Sel surya yang sering kita lihat adalah sekumpulan modul sel
photovoltaic (photo = cahaya, voltaic = listrik) yang disusun sedemikian rupa dan
dikemas dalam sebuah frame. Sel photvoltaic ini yang nantinya akan merubah secara
langsung energi matahari menjadi listrik.

Sel photovoltaic ini terbuat dari bahan khusus semikonduktor yang sekarang banyak
digunakan dan disebut dengan silikon. Ketika cahaya mengenai sel silikon, cahaya
tersebut akan diserap oleh sel ini, hal ini berarti bahwa energi cahaya yang diserap telah
ditransfer ke bahan semikonduktor yang berupa silikon. Energi yang tersimpan dalam
semikonduktor ini akan mengakibatkan elektron lepas dan mengalir dalam
semikonduktor. Semua sel photovoltaic ini juga memiliki medan elektrik yang memaksa
elektron yang lepas karena penyerapan cahaya tersebut untuk mengalir dalam suatu arah
tertentu. Elektron yang mengalir ini adalah arus listrik, dengan meletakkan terminal
kontak pada bagian atas dan bawah dari sel photovoltaic ini akan dapat dilihat dan diukur
arus yang mengalir sehingga dapat digunakan untuk menyuplai perangkat eksternal. Hal
diatas adalah dasar perubahan energi surya menjadi listrik oleh semikonduktor silikon.
C. Sel Silikon

Sel silikon mempunyai sifat kimia khusus dalam format kristalnya. Atom silikon
mempunyai 14 elektron yang diatur dalam tiga kulit atom yang berbeda. Dua kulit atom
yang pertama terisi elektron penuh dan sisanya pada kulit terluar yang hanya terisi empat
elektron. Atom silikon ini akan selalu mencari jalan untuk memenuhi kulit luarnya (ingin
memenuhi sampai punya 8 elektron) dengan cara melakukan ikatan dengan atom silikon
lain yang kulit luarnya sama mempunyai 4 elektron. Gabungan dari dua atom ini adalah
struktur kristal murni yang merupakan dasar pembentuk sel photovoltaic.

Silikon murni bersifat sebagai konduktor karena tidak ada satupun elektron yang bergerak
bebas, artinya elektron berada pada bahan yang mempunyai sifat konduktor yang bagus
seperti tembaga, atau dengan kata lain elektron terkunci dalam struktur kristal silikon
murni. Silikon dalam sel surya sudah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga akan bekerja
sebagai sel surya. Sel surya ini mempunyai silikon dengan impurity atom lain yang
dicampur dengan atom silikon. Dalam hal ini atom silikon tidak akan bekerja tanpa
impurity tersebut. Silikon akan dicampur dengan sebuah atom phospor. Atom phospor
mempunyai 5 elektron di kulit terluarnya.

Ketika energi diberikan ke kristal silikon murni, sebagai contoh misalnya dalam wujud
panas, hal ini akan menyebabkan beberapa elektron akan lepas dan meninggalkan
atomnya. Setiap elektron akan meninggalkan sebuah hole (lobang) disekitar atom dimana
elektron bisa diikat. Elektron ini kemudian lepas secara acak disekitar kisi – kisi dari
kristal atom tersebut untuk mencari hole lain yang kosong untuk ditempati. Elektron ini
disebut sebagai elektron bebas dan dapat membawa arus listrik.

Silikon tak murnian yang dicampur dengan phospor ini membutuhkan sedikit energi untuk
melepaskan salah satu elektron phospor yang tidak diikat dalam suatu ikatan dengan atom
lain tetangganya. Sebagai hasil campuran antara silikon dan phospor ini, banyak elektron
yang lepas dan banyak membawa muatan arus listrik apabila dibandingkan dengan silikon
murni.

Proses penambahan atom phospor ini disebut sebagai proses doping. Ketika silikon di
doping dengan phospor maka silikon disebut sebagai atom n-type (n untuk negatif)
karena adanya elektron bebas. Silikon n-type yang telah didoping ini mempunyai sifat
konduktor yang lebih bagus daripada silikon murni. Pada bagian lain silikon yang
didoping dengan boron yang mempunyai elektron pada kulit terluar 3 elektron maka
silikon akan menjadi atom p-type (p untuk positif) yang banyak memilki hole bebas
karena ketiadaan elektron. Sehingga atom p-type ini akan bertugas berkebalikan dari atom
n-type.

Ketika diletakkan silikon n-type dengan silikon p-type, maka setiap sel photovoltaic ini
memiliki minimal satu medan listrik. Tanpa medan listrik maka sel tidak akan bekerja,
dan pada fase ini antara silikon n-type dan silikon p-type sedang melakukan ikatan. Dan
kemudian elektron pada slilikon n-type akan mencari hole pada silikon p-type untuk
ditempati elektron tersebut.

Sebelumnya silikon ini memiliki muatan yang netral. Elektron lebih pada phospor akan
diseimbangkan oleh proton. Ketika hole dan elektron digabung jadi satu dalam
sambungan antara n-type dan p-type maka kenetralan dari silikon ini akan terganggu.
Pada sambungan akan membentuk suatu campuran elektron dan akhirnya keseimbangan
tercapai lagi dan akan terbentuk suatu medan elektrik yang memisahkan kedua sisi
tersebut.

A = n-type ; B = p-type

Medan elektrik ini bekerja seperti dioda, membiarkan (bahkan mendorong) elektron untuk
mengalir dari sisi P ke sisi N, dan elektron hanya memiliki satu arah.

D. Listrik yang yang dihasilkan sel photovoltaic

Ketika cahaya dalam hal ini adalah photon (satuan energi dalam cahaya) mengenai sel
surya, maka energinya akan membebaskan pasangan elektron dan hole. Setiap photon
dengan energi yang cukup secara normal akan membebaskan elektron, dan akan
menghasilkan hole bebas juga. Apabila hal ini terjadi cukup dekat dengan medan listrik,
atau jika elektron bebas dan hole bebas masih berada pada range pengaruhnya, maka
medan listrik ini akan mengirimkan elektron pada sisi N dan hole pada sisi P. Hal ini akan
mengakibatkan kenetralan terganggu, dan jika disediakan alur arus luar, maka elektron
akan mengalir sepanjang alur, kembali ke asalnya yaitu sisi P untuk bersatu dengan hole
yang dikirim oleh medan listrik. Elektron yang mengalir ini akan menghasilkan arus
sedangkan medan listrik akan menghasilkan tegangan. Dengan kedua unsur arus dan
tegangan tersebut, akan didapatkan power.

A = n-type ; B = p-type

Rahasia Dibalik Kepingan CD Dan Bagaimana CD Player Membacanya


Media penyimpanan CD (Compact Disk) sudah tidak asing
lagi di lingkungan masyarakat. CD bisa digunakan untuk
menyimpan data musik, film, playstation, program/data
komputer, foto digital dan masih banyak lagi. Alat untuk
merekam CDpun harganya kian terjangkau, tidak sampai
setengah juta rupiah sudah bisa dibeli. CD dengan diameter
4.8 inchi (atau +/- 12cm) dapat menyimpan data musik sampai
80 menit atau data komputer sekitar 700Mbyte. Namun
demikian masih banyak yang belum mengetahui bagaimana sebenarnya format
penyimpanan data didalam CD dan bagaimana cara CD/VCD player menjalankan
program/data yang disimpan didalam CD.

CD tersusun dari lapisan polycarbonate plastic dengan tebal +/- 1.2mm. Selama proses
fabrikasi lapisan ini di press sedemikianrupa dan kemudian dibentuk track atau jalur
penyimpanan datanya. Setelah itu aluminium ditaburkan diatasnya sehingga membentuk
lapisan yang lebih tipis untuk menutupi jalur track data. Proses selanjutnya yaitu
memberikan lapisan acrylic untuk melindungi lapisan aluminium. Pada lapisan acrylic ini,
yang nantinya akan disablon untuk memberi label / judul pada CD. Irisan melintang
sebuah CD dapat dilihat pada gambar.

Penyimpanan data pada CD membentuk jalur Spiral melingkar dari bagian dalam menuju
ke bagian luar. Setiap data digital yang dituliskan ke CD akan meninggalkan seperti
benjolan yang berbentuk balok dengan ukuran lebar 0.5 micron (1micron =1.10-6meter),
panjangnya minimal 0.83 micron (tergantung panjang datanya) dan tinggi 125 nanomater.
(1 nanometer = 1.10-9meter). Benjolan seperti balok ini sering disebut sebagai pits yang
nampak seperti lembaran pita pada sisi aluminium. Akan tetapi apabila pits ini disinari
dengan laser, maka laser akan tetap membaca seperti benjolan – benjolan balok. Ukuran
yang sangat kecil sekali untuk ukuran manusia, seandainya track ini bisa dikeluarkan dari
spiralnya maka akan didapatkan panjang pita +/- 5 kM.

Untuk membaca data pada CD, CD player harus mempunyai sistem mekanis yang presisi
agar bisa mengikuti jalur pits yang kecil. Tiga komponen utama yang terdapat pada CD
player adalah : Drive Motor yang memutar CD, motor disini mempunyai kontrol presisi
yang tinggi untuk berputar 200 sampai 500 rpm tergantung track mana yang akan dibaca.
Komponen yang kedua adalah Lens System dan Laser yang akan membaca pits.
Komponen yang ketiga yaitu Tracking Mechanism yang akan menggerakkan laser
sehingga sinar laser dapat mengikuti jalur / track yang berbentuk spiral, sistem tracking
ini dapat menggerakkan laser pada orde micron.

Data yang telah dibaca oleh sinar laser ini adalah data - data (berupa bit – bit) digital.
Dengan tehnologi microcomputer yang telah dipasang pada CD player maka data – data
digital ini akan diolah menjadi data yang bisa dimengerti dan selanjutnya data ini akan
dikirimkan ke rangkaian elektronik yang disebut dengan DAC (Digital to Analog
Converter). Keluaran dari DAC ini dapat berupa musik, atau film tergantung dari jenis
data yang disimpan.

Memahami Sistem Komuniksi Data Serial Menggunakan Protocol I2C


Written by Mujahidin
Thursday, 07 May 2009
Mengatasi terbatasnya jumlah kaki IC prosesor, berapa perusahaan IC
mengembangkan teknik transfer data secara seri untuk menghubungkan
IC prosesor ke IC pendukungnya, transfer data secara seri antar IC ini
tidak ada hubungannya dengan transfer data seri yang biasa dipakai
untuk modem.

Sebuah IC memori dengan kapasitas 2 KiloByte yang dibentuk dengan


teknik transfer data secara pararel paling tidak mempunyai 24 kaki, yaitu :

• 8 kaki untuk jalur data,


• 11 kaki untuk jalur penomoran memori (jalur alamat),
• 3 kaki untuk jalur kontrol,
• 2 kaki untuk catu daya.

Memori yang sama kalau dibentuk dengan teknik transfer data secara seri mempunyai 8
kaki, dan hanya 2 atau 3 kaki yang perlu dihubungkan ke prosesor. Dengan demikian IC
dengan teknik transfer data secara seri banyak dipakai dalam rancang bangun peralatan
berbasis prosesor.

Teknik transfer data secara seri antar IC dikembangkan oleh 3 perusahaan IC, yang
pertama adalah teknik I2C (Inter Integrated Circuit) yang dikenalkan oleh Philips, teknik
SPI (Serial Peripheral Interface) dari Motorola dan teknik MicroWire ciptaan National
Semiconductor.

Teknik I2C memakai 2 jalur untuk keperluan transfer data secara seri, sedangkan SPI dan
MicroWire memakai 3 jalur. Semua teknik mempunyai 1 jalur untuk Clock, I2C hanya
punya satu jalur data 2 arah, sedangkan SPI dan MicroWire mempunyai 2 jalur data satu
arah, masing-masing untuk jalur data masuk dan jalur data keluar.

Konsep I2C

I2C termasuk jenis komunikasi serial dengan tipe protokol Synchronous, dimana setiap bit
data masuk atau data keluar seirama atau sinkron dengan perubahan clock.

Hal ini sangat beda dengan RS-232 dan tipe potrocol asynchronous yang lain yang tidak
mempunyai clock, akan tetapi pada tipe asynchronous data masuk dan data keluar
berdasarkan pada kecepatan tertentu yang konstan.

I2C versi 1.0 dikenalkan oleh Philips pada tahun 1992, direvisi menjadi versi 2.0 pada
tahun 1998, setahun kemudian direvisi lagi menjadi versi 2.1

Komunikasi data secara I2C dilakukan melalui dua saluran, masing-masing adalah

• saluran data secara seri (SDA) = Serial Data


• saluran clock (SCL) = Serial Clock

kedua saluran ini dikenal sebagai I2C Bus yang dipakai menghubungkan banyak IC I2C
untuk berbagai macam keperluan.

IC-IC I2C itu dibedakan menjadi induk (master) dan anak buah (slave), yang dimaksud
dengan induk adalah peralatan I2C yang memulai transfer data dan yang membangkitkan
clock (SCK).
Yang bertindak sebagai master adalah Mikrokontroler / Komputer yang bertugas
mengendalikan I2C Bus.

Contoh koneksi I2C Bus pada Gambar dipakai untuk menghubungkan 2 IC AT24C02 dan
1 IC PCF8574, I2C bus ini dikendalikan oleh microcontroller yang berfungsi sebagai
master.

Agar data dari master bisa didistribusikan ke semua slave dengan tepat, menurut konsep
I2C semua jenis IC I2C diproduksi dengan nomor group tersendiri yang diatur oleh
Philips, sehingga pabrik IC lain yang memproduksi IC I2C harus mendaftarkan
produknya ke Philips untuk mendapatkan nomor group.

Dalam contoh di Gambar terlihat nomor group IC Serial EEPROM adalah 1010 biner,
nomor group dari IC Remote 8 bit I/O Expander adalah 0111 biner.

Di samping itu saat ini di pasar beredar cukup banyak IC I2C, misalnya IC untuk MPEG2
encoder (SAA6750, nomor group 0100 biner), IC untuk radio mobil AM (TEA6821/2
nomor group 1100 biner) sampai IC untuk Universal Serial Bus (PDIUSB11 nomor group
0011 biner).

Karakteristik Sinyal I2C

Mengingat hanya 2 saluran saja yang dipakai I2C Bus, pada hal I2C Bus diharapkan bisa
dipakai membentuk jaringan kecil dengan banyak peralatan I2C.

Maka dalam konsep I2C ditentukan sinyal dan tatacara dasar untuk memperlancar
komunikasi antar peralatan I2C tersebut.
Signal Level I2C

Jalur I2C hanya mempunyai 2 keadaan (Secara Electrical) yaitu Float High dan Drive
Low. I2C bekerja dengan Resistor Pull-up. Jika tidak ada device yg terkoneksi maka jalur
ini menjadi “Float High”, oleh karena itu diperlukan resistor pull-up pada I2C.

I2C Pull-up Resistor Setting Suggestion

Anda bisa memilih bebas nilai resistor pull-up yang akan dipasang. Namun
direkomendasikan seperti tabel gambar diatas.

Sinyal dasar I2C meliputi sinyal

• START
• STOP
• RESTART
• DATA TRANSFER
• DATA STATES
• ACK Condition
• NACK Condition
A. START CONDITION

• Initializes I2C Bus


• SDA is pulled low while SCL is High

Elemen yang pertama adalah “START”. Kondisi START mengindikasikan bahwa devais
akan memulai transfer data pada bus I2C. Pertama SDA menjadi LOW diikuti kemudian
SCL.

B. STOP CONDITION

• Releases I2C Bus


• SDA is released while SCL is high

Elemen berikutnya yaitu “STOP” condition. STOP mengindikasikan bahwa devais telah
selesai melakukan transfer data dan akan release dari bus.

Signal yang dibentuk dari STOP ini pertama adalah jalur SCL release diikuti dengan SDA
yang juga release. Perlu diingat bahwa ketika jalur release berarti driver dalam keadaan
OFF sehingga pada jalur tinggal resistor pull-up, dan akhirnya masuk kedalam keadaan
“Float High”.

Setelah STOP, jalur I2C semua menjadi HIGH dan disebut dg kondisi idle. Pada saat idle
ini kondisi START dapat dimulai lagi untuk memulai mengirim data.

C. RESTART CONDITION

• Reinitializes I2C Bus


• Used when START does NOT follow STOP

Kondisi RESTART mengindikasikan bahwa devais ingin mengirimkan data lebih banyak
lagi.
Biasanya kondisi RESTART dilakukan ketika START telah terkirim tetapi kondisi STOP
tidak kunjung terjadi.

Sebagai contoh misalnya Jika anda berkomunikasi dengan suatu devais misalnya serial
EEPROM, anda mungkin tidak menginginkan terjadi interupsi ketika mengirimkan
sejumlah data ke serial EEPROM tsb, RESTART bisa membantu anda untuk menghandle
permasalahan ini.

Kondisi RESTART bisa di simpulkan bahwa mula mula jalur I2C pada kondisi STOP
kemudian diikuti kondisi START.

• STOP = SDA goes high while SCL is high


• START = SDA pulled low while SCL is high
D. DATA TRANSFER

• 8 bits of data is sent on the bus


• Data valid when SCL is high

Blok data disini merepresentasikan proses transfer informasi data sebanyak 8 bit. Data
dikirim melalui jalur SDA, sedangkan SCL tetap menghasilkan clock sebagai pendorong
pergerakan setiap bit data.

Data pada jalur SDA valid dan boleh dibaca ketika jalur clock SCL high. Karena pada
saat SCL tidak high (LOW) data bisa berubah sesuai dengan nilainya.

Data byte ini digunakan untuk mentransfer semua jenis informasi data, bisa jadi data
tersebut sebagai control code, addres code atau data code itu sendiri tergantung dari
protocol yang anda bentuk

E. DATA STATES

Sebuah blok data disini bisa anda lihat, bahwa sebuah data valid boleh dibaca hanya
ketika SCL transisi dari LOW ke HIGH, Dan masih valid sampai SCL high.

F. ACK CONDITION

• Acknowledges a data transfer


• ACK is when the recipient drives SDA low

Sebuah devais dapat mengirimkan sinyal “ACK” (Sebagai tanda bahwa data telah
diterima dengan sempurna) dengan cara men-drive jalur SDA menjadi Low pada clock
yang ke-9 dari SCL.

F. NACK CONDITION

• Negatively Acknowledges a data transfer


• NACK is The recipients does Not drive SDA Low

Kebalikan dari ACK, NACK merupakan tanda bahwa data tidak bisa diterima oleh devais,
sehingga tidak ada respon dari devais yang membuat SDA dibiarkan dalam kondisi “Float
High”.

Metode Penomoran I2C

Karena IC I2C hanya dikendalikan lewat kaki SDA dan SCK saja, tidak ada sarana
lainnya dari master yang bisa dipakai untuk mengendalikan I2C, maka alamat yang
dipakai untuk memilih isi IC I2C dikirimkan secara serial pula, persis seperti halnya
pengiriman data.

Pengalamat dasar IC I2C dilakukan dengan Nomor Group dan Nomor Chip.

• Nomor Group adalah nomor yang diberikan oleh Philips (sebagai pencipta I2C)
pada kelompok-kelompok IC I2C. Sebagai contoh nomor group untuk Serial
EEPROM adalah 1010 (biner).
• Nomor Chip adalah nomor yang diberikan pada masing-masing chip lewat kaki
A0,A1 dan A2 dari masing-masing IC. Dalam IC I2C tertentu, A0..A2 tidak
dihubungkan ke kaki IC, tapi dipakai didalam IC untuk menomori register/memori
di dalam IC bersangkutan.
Setelah master I2C mengirimkan sinyal START, byte pertama yang dikirim berisi nomor
Group; nomor Chip dan 1 bit lagi sebagai Penentu Arah Data, seperti yang digambarkan
di Gambar.

Mekanisme kerja byte pertama tersebut bisa dijelaskan sebagai berikut:

1. IC-IC pada I2C Bus yang mempunyai Nomor Group sama dengan Nomor Group
dalam byte partama tersebut akan terpanggil
2. Berikutnya IC-IC dengan Nomor Group sama tersebut akan membandingkan
Nomor Chip dalam byte pertama, nomor chip tidak mungkin sama.
3. Bit Penentu Arah Data dipakai untuk memberi tahu IC I2C arah data yang
dikehendaki, apakah master akan mengirim data atau master menghendaki kiriman
data.

IC Serial EEPROM Buatan ATMEL

Atmel memproduksi Serial EEPROM jenis I2C dengan kode AT24Cxx, AT merupakan
kode pabrik Atmel, 24 menandakan bahwa IC tersebut adalah Serial EEPROM,
sedangkan xx merupakan angka yang mengindikasikan kapasitas Serial EEPROM itu
dalam satuan KiloBit, sebagai contoh AT24C08 merupakan IC SEEPROM I2C
berkapasitas 8 KiloBit (1 KiloByte).
Kaki SDA (kaki nomor 5) dan kaki SCK (kaki nomor 6) merupakan kaki baku IC jenis
I2C, kedua kaki inilah yang mebentuk I2C Bus.

Kaki nomor 7 (WP – Write Protect) merupakan kaki yang dipakai untuk melindungi isi
yang disimpan di dalam IC Serial EEPROM, jika kaki ini diberi tegangan ‘1’ maka IC
dalam keadaan ter-proteksi, isinya tidak dapat diganti. Agar bisa menuliskan informasi ke
dalam IC ini, kaki ini harus diberi tegangan ‘0’.

Kaki nomor 1 sampai dengan nomor 3 (A0, A1 dan A2) merupakan fasilitas untuk
penomoran chip, hal ini diperlukan kalau dalam satu rangkaian dipakai lebih dari satu IC
SEEPROM sejenis. Misalnya dalam satu rangkaian dipakai 3 chip AT24C02, SDA dan
SCK ketiga IC ini masing-masing dihubungkan jadi satu membentuk I2C Bus, agar ketiga
IC ini bisa dipakai secara terpisah kaki A0..A2 (kaki nomor 1 sampai nomor 3) masing-
masing AT24C02 diberi level tegangan seperti terlihat pada Tabel dibawah.

Proses Menulis Pada Serial EEPROM

Secara umum proses pengisian / penulisan data digambarkan pada ilustrasi dibawah ini :

Control in = 1010 0000

Secara lebih detail gambar dibawah memperlihatkan komunikasi data antara Master dan
AT24Cxx dalam proses pengisian / penulisan data ke AT24Cxx. Gambar dibawah
menggambarkan proses pengisian data ke AT24CXX dengan metode pengalamatan 8 bit.

Dalam satu proses pengisian data SEEPROM sinyal START dan sinyal STOP masing-
masing cukup dikirim satu kali saja, yakni sinyal START dipakai untuk mengawali
proses dan sinyal STOP dipakai untuk mengakhiri proses. Kedua sinyal itu bukanlah
awalan dan akhiran dari pengiriman data 1 byte!

Setelah mengirimkan alamat SEEPROM yang akan diisi, Master mengirim data yang
diisikan ke AT24Cxx, setiap kali selesai menyimpan data AT24Cxx dengan sendirinya
menaikkan alamat SEEPROM yang disimpannya, dengan demikian kiriman data
selanjutnya akan disimpan ke memori berikutnya, proses pengisian ini akan berhenti
setelah master menutup komunikasi ini dengan sinyal STOP.

Gambar dibawah menggambarkan proses pengisian data ke AT24CXX dengan metode


pengalamatan 16 bit.

Proses Membaca Pada Serial EEPROM

Proses pembacaan data dari AT24Cxx dilakukan seperti Gambar. Mula-mula Master
mengirimkan alamat EEPROM yang akan dibaca isinya, proses ini mirip dengan bagian
awal pengisian EEPROM yang dibahas di atas, setelah itu Master mengirim sinyal
START sekali lagi, disusul dengan perintah untuk membaca isi EEPROM dan selanjutnya
disusul dengan pembacaan isi EEPROM yang sesungguhnya.
Selesai membaca isi SEEPROM Master menutup komunikasi dengan mengirimkan sinyal
STOP.
Last Updated ( Thursday, 07 May 2009 )

Coding Coding Unik dan Menarik Pada VB 6.0


Written by Mujahidin
Saturday, 21 February 2009
Setelah sekian lama tidak membuka buka dokumen lama, akhirnya saya temukan
lagi beberapa file yang mungkin masih bisa dimanfaatkan untuk dipakai. Berikut
ada beberapa coding - coding unik yang terdapat pada VB 6.0 sehingga akan
membuat program VB yang anda buat mempunyai style dan gaya yang
maksimal. Jika anda lebih kreatif lagi anda bisa meng-edit lagi dari program yang sudah
ada sesuai keinginan anda. Semua source code bisa anda download dalam bentuk file
RAR.

Beberapa list coding unik yang bisa anda download adalah sebagai berikut :

1. Menampilkan Seluruh Font System


2. Form Transparan
3. Explode Form
4. Animasi Form Keluar
5. Alphablend Form
6. Validasi Tombol Keyboard
7. Tombol ENTER Sebagai Tombol TAB
8. Pointer Mouse Dengan Gambar
9. Pointer Auto Fokus Pada Objek
10. Pointer Animasi
11. Nilai Ascii Tombol Keyboard
12. Menyembunyikan Pointer Mouse
13. Membatasi Ruang Gerak Mouser
14. Animasi Tooltip
15. Chat Antar Lan

16. Efek Form Gradasi


Last Updated ( Saturday, 21 February 2009 )

You might also like