Professional Documents
Culture Documents
Tentang
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN KOGNITIF
( DEMENSIA )
Oleh
Martini gulo (082500006)
DII KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TAHUN 2011
KONSEP DEMENSIA
Pengertian Demensia
Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat mempengaruhi
aktifitas sehari-hari. Penderita demensia seringkali menunjukkan beberapa gangguan dan
perubahan pada tingkah laku harian (behavioral symptom) yang mengganggu (disruptive)
ataupun tidak menganggu (non-disruptive) (Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998).
Grayson (2004) menyebutkan bahwa demensia bukanlah sekedar penyakit biasa, melainkan
kumpulan gejala yang disebabkan beberapa penyakit atau kondisi tertentu sehingga terjadi
perubahan kepribadian dan tingkah laku.
Demensia adalah satu penyakit yang melibatkan sel-sel otak yang mati secara abnormal.Hanya
satu terminologi yang digunakan untuk menerangkan penyakit otak degeneratif yang progresif.
Daya ingatan, pemikiran, tingkah laku dan emosi terjejas bila mengalami demensia. Penyakit ini
boleh dialami oleh semua orang dari berbagai latarbelakang pendidikan mahupun kebudayaan.
Walaupun tidak terdapat sebarang rawatan untuk demensia, namun rawatan untuk menangani
gejala-gejala boleh diperolehi.
Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang secara perlahan,
dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan kemampuan untuk memusatkan
perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian.
Pada usia muda, demensia bisa terjadi secara mendadak jika cedera hebat, penyakit atau zat-zat
racun (misalnya karbon monoksida) menyebabkan hancurnya sel-sel otak.
Tetapi demensia biasanya timbul secara perlahan dan menyerang usia diatas 60 tahun.
Namun demensia bukan merupakan bagian dari proses penuaan yang normal. Sejalan dengan
bertambahnya umur, maka perubahan di dalam otak bisa menyebabkan hilangnya beberapa
ingatan (terutama ingatan jangka pendek) dan penurunan beberapa kemampuan belajar.
Perubahan normal ini tidak mempengaruhi fungsi.
Lupa pada usia lanjut bukan merupakan pertanda dari demensia maupun penyakit Alzheimer
stadium awal.
Demensia merupakan penurunan kemampuan mental yang lebih serius, yang makin lama makin
parah.
Pada penuaan normal, seseorang bisa lupa akan hal-hal yang detil; tetapi penderita demensia bisa
lupa akan keseluruhan peristiwa yang baru saja terjadi.
Epidemiologi
Laporan Departemen Kesehatan tahun 1998, populasi usia lanjut diatas 60 tahun adalah 7,2 %
(populasi usia lanjut kurang lebih 15 juta). peningkatan angka kejadian kasus demensia
berbanding lurus dengan meningkatnya harapan hidup suatu populasi . Kira-kira 5 % usia lanjut
65 – 70 tahun menderita demensia dan meningkat dua kali lipat setiap 5 tahun mencapai lebih 45
% pada usia diatas 85 tahun. Pada negara industri kasus demensia 0.5 –1.0 % dan di Amerika
jumlah demensia pada usia lanjut 10 – 15% atau sekitar 3 – 4 juta orang.
Demensia terbagi menjadi dua yakni Demensia Alzheimer dan Demensia Vaskuler. Demensia
Alzheimer merupakan kasus demensia terbanyak di negara maju Amerika dan Eropa sekitar 50-
70%. Demensia vaskuler penyebab kedua sekitar 15-20% sisanya 15- 35% disebabkan demensia
lainnya. Di Jepang dan Cina demensia vaskuler 50 – 60 % dan 30 – 40 % demensia akibat
penyakit Alzheimer.
Klasifikasi
Menurut Umur:
• Demensia senilis (>65th)
• Demensia prasenilis (<65th)
Tipe campuran
Menurut sifat klinis:
• Demensia proprius
• Pseudo-demensia
Etiologi Demensia
Disebutkan dalam sebuah literatur bahwa penyakit yang dapat menyebabkan timbulnya gejala
demensia ada sejumlah tujuh puluh lima. Beberapa penyakit
dapat disembuhkan sementara sebagian besar tidak dapat disembuhkan (Mace, N.L. & Rabins,
P.V. 2006). Sebagian besar peneliti dalam risetnya sepakat bahwa penyebab utama dari gejala
demensia adalah penyakit Alzheimer, penyakit vascular (pembuluh darah), demensia Lewy
body, demensia frontotemporal dan sepuluh persen diantaranya disebabkan oleh penyakit lain.
Lima puluh sampai enam puluh persen penyebab demensia adalah penyakit Alzheimer.
Alzhaimer adalah kondisi dimana sel syaraf pada otak mati sehingga membuat signal dari otak
tidak dapat di transmisikan sebagaimana mestinya (Grayson, C. 2004). Penderita Alzheimer
mengalami gangguan memori, kemampuan membuat keputusan dan juga penurunan proses
berpikir.
Gejala Klinis
Ada dua tipe demensia yang paling banyak ditemukan, yaitu tipe Alzheimer dan Vaskuler.
Demensia Alzheimer
Gejala klinis demensia Alzheimer merupakan kumpulan gejala demensia akibat gangguan neuro
degenaratif (penuaan saraf) yang berlangsung progresif lambat, dimana akibat proses degenaratif
menyebabkan kematian sel-sel otak yang massif. Kematian sel-sel otak ini baru menimbulkan
gejala klinis dalam kurun waktu 30 tahun. Awalnya ditemukan gejala mudah lupa (forgetfulness)
yang menyebabkan penderita tidak mampu menyebut kata yang benar, berlanjut dengan
kesulitan mengenal benda dan akhirnya tidak mampu menggunakan barang-barang sekalipun
yang termudah. Hal ini disebabkan adanya gangguan kognitif sehingga timbul gejala
neuropsikiatrik seperti, Wahan (curiga, sampai menuduh ada yang mencuri barangnya),
halusinasi pendengaran atau penglihatan, agitasi (gelisah, mengacau), depresi, gangguan tidur,
nafsu makan dan gangguan aktifitas psikomotor, berkelana.
Demensia Vaskuler
Untuk gejala klinis demensia tipe Vaskuler, disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah di otak.
“Dan setiap penyebab atau faktor resiko stroke dapat berakibat terjadinya demensia,”. Depresi
bisa disebabkan karena lesi tertentu di otak akibat gangguan sirkulasi darah otak, sehingga
depresi itu dapat didiuga sebagai demensia vaskuler. Gejala depresi lebih sering dijumpai pada
demensia vaskuler daripada Alzheimer. Hal ini disebabkan karena kemampuan penilaian
terhadap diri sendiri dan respos emosi tetap stabil pada demensia vaskuler.
Pengkajian
Demensia adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami penurunan kemampuan daya ingat
dan daya pikir tanpa adanya penurunan fungsi kesadaran. Berdasarkan beberapa hasil penelitian,
diperoleh data bahwa demensia sering terjadi pada usia lanjut yang telah berumur di atas 60
tahun. Sampai saat ini diperkirakan sekitar 500.000 penderita demensia di indonesia.
Mengkaji pasien lansia dengan demensia Untuk mengkaji pasien lansia dengan demensia,
saudara dapat menggunakan tehnik mengobservasi prilaku pasien dan wawancara langsung
kepada pasien dan keluarganya. Observasi yang saudara lakukan terutama untuk mengkaji data
objective demensia. Ketika mengobservasi prilaku pasien untuk tanda-tanda seperti:
• Kurang konsentrasi
• Kurang kebersihan diri
• Rentan terhadap kecelakaan: jatuh
• Tidak mengenal waktu, tempat dan orang
• Tremor
• Kurang kordinasi gerak
• Aktiftas terbatas
• Sering mengulang kata-kata.
Berikut ini adalah aspek psikososial yang perlu dikaji oleh perawat : apakah lansia mengalami
kebingungan, kecemasan, menunjukkan afek yang labil, datar atau tidak sesuai.
Bila data tersebut saudara peroleh, data subjective didapatkan melalui wawancara:
Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan tanda dan gejala yang ditemukan pada saat pengkajian, maka ditetapkan diagnosa
keperawatan:
Evaluasi
Untuk mengukur keberhasilan asuhan keperawatan yang saudara lakukan, dapat dilakukan
dengan menilai kemampuan klien dan keluarga:
1. Gangguan proses pikir: bingung
Kemampuan pasien:
• Mampu menyebutkan hari, tanggal dan tahun sekarang dengan benar
• Mampu menyebutkan nama orang yang dikenal
• Mampu menyebutkan tempat dimana pasien berada saat ini
• Mampu melakukan kegiatan harian sesuai jadual
• Mampu mengungkapkan perasaannya setelah melakukan kegiatan
• Kemampuan keluarga
• Mampu membantu pasien mengenal waktu temapt dan orang
• Menyediakan kalender yang mempunyai lembaran perhari dengan tulisan besar dan jam
besar
• Membantu pasien melaksanakan kegiatan harian sesuai jadual yang telah dibuat
• Memberikan pujian setiap kali pasien mampu melaksanakan kegiatan harian
2.Risiko cedera
Kemampuan pasien:
• Menyebutkan dengan bahasa sederhana faktor-faktor yang menimbulkan cedera
• Menggunakan cara yang tepat untuk mencegah cedera
• Mengontrol aktivitas sesuai kemampuan
• Kemampuan keluarga
• Keluarga dapat mengungkapkan faktor-faktor yang dapat menimbulkan cedera pada
pasien
• Menyediakan pengaman di dalam rumah
• Menjauhkan alat-alat listrik dari jangkauan pasien
• Selalu menemani pasien di rumah
• Memantau kegiatan harian yang dilakukan pasien
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho,Wahjudi. Keperawatan Gerontik.Edisi2.Buku Kedokteran EGC.Jakarta;1999
Stanley,Mickey. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi2. EGC. Jakarta;2002