Professional Documents
Culture Documents
Kontribusi : Wheny
BAB I
PENDAHULUAN
1
serum dapat memberikan informasi diagnostik dan prognostic yang tidak ternilai bagi
dokter.
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusam masalah maka makala ini bertujuan sebagai berikut:
1) Mengetahui Klasifikasi Enzim berdasarkan tipe dan mekanism reaksi.
2) Mengetahui bahwa Enzim memerlukan koenzim.
3) Mengetahui Enzim murni berfungsi sangat penting bagi pemahaman struktur,
fungsi, mekanisme reaksi, dan pengaturan enzim.
4) Mengetahui Enzim dapat ditemukan di dalam organel spesifik
2
BAB II
PEMBAHASAN
Satu abad lalu, baru ada beberapa enzim yang dikenal dan kebanyakan di
antaranya mengatalisis reaksi hidrolisis ikatan kovalen. Semua enzim ini diidentifikasi
dengan penambahan akhiran –ase pada nama substansi atau substrat yang
dihidrolisisnya. Jadi, lipase menghidrolisis lemak (Yunani lipos), amilase
menghidrolisis pati (Yunani amylon), dan protease menghidrolisis protein. Meskipun
banyak sisa peristilahan ini masih tetap bertahan sampai sekarang, pemakaiannya
sudah terbukti tidak memadai ketika ditemukan berbagai enzim yang mengatalisis
reaksi yang berbeda terhadap substrat yang sama, misal, oksidasi atau reduksi
terhadap fungsi alcohol suatu gula. Sementara akhiran -ase tetap digunakan, nama
enzim yang ada sekarang ini lebih menekankan pada tipe reaksi yang dikatalisisnya.
Sebagai contoh, enzim dehidrogenase mengatalisis pengeluaran hidrogen, sementara
enzim transferase mengatalisis reaksi pemindahan gugus. Dengan semakin banyaknya
enzim yang ditemukan, ketidakjelasan juga semakin tak terelakkan, dan kerap kali
tidak jelas enzim mana yang tengah dibicarakan oleh seorang penyelidik. Untuk
mngatasi permasalahan ini, International Union of Biochemistry (IUB) telah
mengadopsi sebuah sistem yang kompleks tetapi tidak meragukan bagi peristilahan
enzim yang didasarkan pada mekanisme reaksi. Meskipun kejelasan dan pengurangan
keraguan tersebut membuat sistem nomenklatur IUB dipakai untuk ujian riset, nama
yang lebih pendek tetapi kurang begitu jelas tetap digunakan dalam buku ajar dan
laboratorium klinik. Karena alasan tersebut, sistem IUB hanya disampaikan secara
sepintas.
1) Reksi dan enzim yang mengatalisis reaksi tersebut membentuk enem kelas,
masing-masing mempunyai 4-13 subkelas.
2) Nama enzim terdiri atas 2 bagian. Nama pertama menunjukkan substrat.
Nama kedua, yang berakhir dengan akhiran –ase, menyatakan tipe reaksi yang
dikatalisis.
3) Informasi tambahan, bila diperlukan untuk menjelaskan reaksi, dapat
dituliskan dalam tanda kurung pada bagian akhir; misal, enzim yang mengatalisis
3
reaksi L-malat + NAD+ piruvat + CO2 + NADH + H +
diberi nama 1.1.1.37 L-
malat: NAD+ oksidoreduktase (dekarboksilasi).
4) Setiap enzim mempunyai nomor kode (EC) yang mencirikan tipe reaksi ke
dalam kelas (digit pertama), subkelas (digit kedua), dan subsubkelas (digit ketiga).
Digit keempat adalah untuk enzim spesifik. Jadi, EC 2.7.1.1 menyatakan kelas 2
(transferase), subkelas 7 (transfer fosfat), subsubkelas 1 (alcohol merupakan aseptor
fosfat). Digit terakhir menyatakan heksokinase atau ATP: D-heksosa 6-
fosfotrasferase, sebuah enzim yang mengatalisis pemindahan fosfat dari ATP ke
gugus hidroksil pada atom karbon keenam molekul glukosa.
4
substrat. Sebagai contoh, dalam reaksi oksideruduksi, jika satu molekul substrat
dioksidasi, satu molekul koenzim akan direduksi.
Aalsan kedua untuk memberi koenzim penghargaan yang sama adalah bahwa
aspek reaksi ini mungkin mempunyai makna fisiologik mendasar yang lebih besar.
Sebagai contoh, peran penting kmampuan otot yang bekerja secara anaerob untuk
mengubah piruvat menjadi laktat tidak terletak pada piruvat ataupun laktat. Reaksi
tersebut semata-mata bertujuan mengoksidasi koenzin NADH yang tereduksi menjadi
NAD+. Tanpa NAD+ glikolisis tidak dapat berlanjut dan sintesis ATP Anaerob (dan
dengan demikian, aktivitas kerjannya) akan terhenti. Di bawah keadaan anaerob,
reduksi piruvat menjadi laktat menghasilkan oksidasi ulang NADH dan memunkinkan
sintesis ATP. Reaksi lain dapat melakukan funsi ini sama baiknya. Sebagai contoh
pada bakteri atau ragi yang tumbuh secara anaerob, metabolit yang berasal dari
piruvat bertindak secara oksidan bagi NADH dan mereka sendiri berada dalam
keadaan tereduksi.
OH O
CH O C O
H3C C H3C C
I-Laktat Piruvat
NAD+ NADH + H+
Gambar : NAD+ bekerja sebagai kosubstrat dalam reaksi laktat hidrogenase.
5
Tabel . Mekanisme bagi regenerasi Anaerob NAD+
D–G+A A–G+D
Yang memindahkan gugus molekul fungsional (G) dari molekul donor (D-G)
kepada sebuah molekul aseptor akhir (misal, reaksi dahidrogenasi) atau sebagai
pembawa gugus intermediet (misal, reksi transaminasi). Diagram berikut melukiskan
konsep yang disebut terakhir ini.
D– H KoE A–H
D KoE - H A
Meskipun diagram ini mengesankan pembentukan hanya satu kompleks KoE-G
tunggal saat berlangsungnya seluruh reaksi, sebenarnya ada berbagai kompleks
intermediet KoE-G yang dapat terlibat dalam suatu reaksi tertentu (misal,
transaminasi).
Jika gugus yang dipindahkan merupakan hydrogen, adalah biasa untuk
menggambarkan hanya “separuh reaksi” di sebelah kiri:
D– H KoE
D KoE - H
6
Bahwa hal ini sebenarnya merepresentasikan hanya suatu kasus khusus dari
pemindahan gugus yang biasa dapat paling mudah dipahami dalam pengertian reksi
yang berlangsung di dalam sel utuh.
7
2.3 ENZIM MENGATALISIS REAKSI SPESIFIK ATAU REAKSI TIPE
Kesanggupan enzim mengatalisis satu reaksi spesifik dan pada hakikatnya tidak
mengatalisis reaksi yang lain mungkin merupakan sifat enzim yang paling signifikan.
Laju proses metabolisme karenanya dapat diatur oleh perubahan dalam efisiensi
katalitik enzim spesifik. Banyak enzim mengatalisis jenis reaksi yang sama
(pemindahan fosfat, reduksi-oksidasi, dl) dengan hanya sejumlah kecil substrat yang
secara structural berhubungan, kendati sering pada kecepatan reaksi yang secara
bermakna lebih rendah. Berbagai reaksi dengan substrat alternatif ini cenderung
terjadi kalau substrat terdapat dalam konsentrasi yang tinggi. Meskipun kadar
sedemikian jarang ditemukan di dalam sel hidup, kadar ini dapat diciptakan di
laboratorium. Disini, substrat alami dan sintetik alternatif digunakan untuk
memfasilitasi pendeteksian enzim dan penelitian mengenai mekanisme katalitiknya.
Gambar : Pelekatan tiga titik sebuah substrat ke tapak – aktif enzim yang berbentuk
planar
8
alcohol, bersifat sangat spesifik untuk bagian gula serta untuk ikatan ( atau ), tetapi
relatif nonspesifik untuk aglikon (porsi alcohol).
9
Untuk mengukur kadar enzim di dalam sebuah sampel ekstrak jaringan atau
cairan biologik lain, kecepatan reaksi yang dikatalitis oleh enzim dalam sampel
tersebut harus ditentukan. Dalam kondisi yang tepat, hasil pengukuran kecepatan
reaksi harus sebanding dengan jumlah enzim yang ada. Karena jumlah molekul atau
massa enzim yang ada sukar ditentukan, hasil pengukuran tersebut dinyatakan dalam
unit enzim.. Jumlah relatif enzim dalam berbagai ekstrak kemudian dapat
dibandingkan. International Union of Biocemistry mengartikan satu unit aktivitas
enzim sebagai 1 mikromol (1 mol; 10-6) substrat yang bereaksi atau produk yang
ditransformasikan per menit.
10
1
0,8
Densitas Optik
0,6
NADH
0,4
0,2
NAD+
0
200 250 300 350 400
Panjang gelombang (nm)
Gambar : Spektrum Absopsi NAD+ dan NADH. Densitas yang tampak di sini adalah
untuk 44 Mg/L, larutan di dalam sebuah sel dengan lintasan cahaya 1 cm NADP+
mempunyai spectrum yangmasing-masing analog dengan spectrum NAD+ dan
NADH.
11
2.5 ENZIM MURNI BERFUNGSI SANGAT PENTING BAGI PEMAHAMAN
STRUKTUR, FUNGSI, MEKANISME REAKSI, DAN PENGATURAN
ENZIM.
Tujuan yang ingin dicapai dalam pemurnian enzim adalah mengisolasi enzim
spesifikasi dan ekstra sel “Mentah” (crude) yang mengandung banyak komponen lain.
Molekul-molekul kecil dapat disingkirkan lewat dialysis atau filtrasi gel, asam nukleat
melalui pngendapan dengan antibiotik streptomisin, dan seterusnya. Permaslahannya
adalah memisahkan enzim yang kita kehendaki dari ratusan protein yang mempunyai
stuktur kimia dan fisika yang seupa.
Perjalanan suatu pemurnian tipikal dan enzim hati dengan pemulihan yang baik
serta pemurnian keseluruhan yang besarnya mencapai 490 kali lipat.
Glukosa
ATP, Mg 2+
HEKSOKINASE
ADP, Mg2+
Glukosa-6-Fosfat
NADP+
GLUKOSA-6-FOSFAT
DEHIDROGENAE
NADP + H+
6-Fosfoglukonolakton
Enzim Diperoleh dari Sumber-Sumber Alami atau dari Sel Tempat Enzim
Tersebut Siekspresikan oleh Gen yang diKlon.
Dulu, riset awal terhadap enzim terbatas pada protein yang dapat dimurnikan
dari sel-sel binatang, tanaman, atau bakteri tempat enzim tersebut terdapat secara
alami. Sekarang, teknologi DNA rekombinan telah memungkinkan ilmuwan
memprouksi protein di dalam sel tempat protein tersebut normalnya tidak ditemukan.
Sel-sel hospes tipikal adalah bakteri dan ragi yang secara kuantitas mudah tumbuh.
Kemmapuan mengekspresikan protein rekombinan pada tingkat yang relatif tinggi
menjadikan para ilmuwan mempu mengisolasi enzim yang sulit dimurnikan karena
konsentrasi rendahnya di dalam sel tempat mereka ditemukan secara alami. Lebih
lanjut, melalui perubahan DNA yang mengkodekan protein melalui mutagenesis
12
berorientasi –tapak (site-directed mutagenesis), para Ilmuwan dapat menambah,
menghilangkan, atau mengubah asam-asam amino spesifik dalam enzim rekombinan
untuk untuk memfasilitasi penentuan peran fungsional dan strukturalnya. Perubahan
dapat pula dilakukan untuk membuat protein lebih mudah dimurnikan.
Bagaimanapun, pmurnian enzim dan sumbernya yang alami tetap merupakan hal yang
penting, khususnya guna mengidentifikasi sifat serta peran modifikasi posstranslasi
yang yang berfungsi mengatur lokasi enzim serta efisiensi katalik.
13
mengandung ayakan molecular, protein yang berukuran kecil akan tersebar baik di
dalam ruang antar partikel maupun di dalam ruang internal atau pori-pori penyangga.
Ketika campuran protein dengan ukuran yang berbeda-beda mengalir lewat kolom,
mobilitas protein yang berukuran kecil akan terhambat, relatif terhadap protein yang
ukurannya terlalu besar untuk masuk ke dalam pori- poi ini. Dengan demikian,protein
berukuran besar akan muncul dari dalam kolom sebelum protein yang berukuran
kecil.
Tabel : Rangkuman skema pemurnian enzim tipikal
Fraksi Enzim Aktivitas Protein Aktivitas Pemulihan
Total (mU)1 Total (mg) Spesifik Keseluruhan
(mU/mg)
Homogenat hati mentah 100.000 10.000 10 (100)
Cairan supernatan, pemusingan 100.000 x g 98.000 8.000 12, 2 98
Endapan [NH4]2SO4 40 – 50 % 90.000 1.500 60 90
Endapan aseton 20 – 35 % 60.000 250 240 60
Fraksi kolom DEAE 80 – 110 58.000 29 2.000 58
Endapan [NH4]2SO4 43 – 48 % 52.000 20 2.600 52
Kristal pertama 50.000 12 4.160 50
Rekritalisasi 49.000 10 4.900 49
14
Ligand ini secara khas berikatan dengan penyangga lewat molekul penghubung.Yang
mempunyai panjang tiga hingga delapan atom karbon.
Pada kromatografi yang bersifat hidrofobik, hidrokarbon, alkil atau aril akan
terikat ke penyangga seperti sephadex. Retensi protein pada penyangga ini melibatkan
interaksi hidrofobik antara rantai alkil dan regio hidrofobik pada protein tersebut.
Protein kemudian di masukan ke dalam larutan yang menggandung garam dengan
konsentrasi tinggi (misal, [NH4]2SO4) dan dielusikan dengan garam yang sama yang
memiliki gradien menurun.
Teknologi DNA Rekombinan Dapat Menjadi Sumber Enzim Yang Kaya
Banyak gen yang mengkodekan enzim telah diklon, ditentukan rangkaiannya, dan
disisipkan ke dalam vector yang berasal dari plasmid atau faga tempat gen tersebut
dapat di kontrol oleh suatu promoter yang kuat. Promoter tersebut dapat “mendorong”
produksi enzim rekombinan hingga mencapai taraf yang jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan yang terdapat pada sumber – sumber alam. Dengan
menggunakan promoter yang diatur oleh zat penginduksi (inducer) kimia spesifik,
ekspresi enzim rekombinan dapat diatur secara cermat. Umumnya vector ekspresi
semacam ini disisipkan ke dalam mikroorganisme yang mudah tumbuh seperti
Escherichia coli atau ragi untuk memproduksi enzim rekombinan.
Protein Fusi Rekombinan Dimurnikan dengan kromatograsi afinitas
Disamping menghasilkan sumber yang kaya akan enzim, yang sangat memfasilitasi
pemurnian, teknologi DNA rekombinan dapat digunakan untuk menciptakan protein
termodifikasi yang dapat dimurnikan dengan kromatografi afinitas. Cara yang umum
dilakukan adalah dengan mengikatkan kepada gen, sejumlah rangkaian nukleutida
yang k\mengkodekan ekstensi protein sehingga terbentuk protein fusi yang
merupakan ligand yang baik bagi penyangga afinitas spesifik. Salah satu pendekatan
yang popular adalah denngan mengikatkan rantai yang terdiri atas lima atau enam
asam amino histidin atau sebagai alternatif lain, domain pengikat substrat untuk enzim
glutation S-trasferase kepada gugus terminal amino atau karboksil enzim yang
bersangkutan. Protein fusi rekombinan trsebut kemudian dapat dimurnikan pada
kolom afinitas yang berisi ion logam bivalen terikat seperti Ni2+ (untuk fusi dengan
polihistidin) atau glutation terikat (untuk protein fusi glutation S-trasferase) (Gambar
8-6).Protein fusi sering mengandung tapak (site) pembelahan untuk protease yang
sangat spesifik seperti trombin, pada regio yang menghubungkan kedua bagian dari
15
protein fusi tersebut. Hal ini memungkinkan pengeluaran domain fusi tambahan
tersebut setelah pemurnian afinitas.
GST
Enzim
GST T Enzim
16
Elektroforesis Gel Poliakrilamida Dapat Mendeteksi Kontaminan
Penilaian homogeneitas protein paling baik dilakukan dengan elektroforesis gel
poliakrilamida (PAGE, polyacrylida gel electrophoresis) di bawah berbagai kondisi.
Yang paling popular di antaranya adalah elektroforesis gel poliakrilamida atau PAGE
dengan sodium dodesil sulfat (SDS), suatu detergen ion yang memisahkan protein
multimerik menjadi protomer. Karena setiap ikatan peptida mengikat kurang lebih dua
buah molekul SDS, polipeptida tersebut memiliki muatan negatif yang kuat. Dengan
demikian, jarak yang ditempuh setiap polipeptida ketika bermigrasi kearah anoda
bergantung pada massa molecular relatifnya (Mr). Sebagai alternatif lain, PAGE dapat
dilaksanakan dalam kondisi asli yaitu, tanpa adanya SDS atau denaturan lain sehingga
struktur kuaterner dan kerap kali pula aktivitas katalitik enzimnya dapat
dipertahankan. Dalam PAGE dua dimensi (O’Farrell), dimensi pertama memisahkan
protein yang terdenaturasi berdasarkan nilai pl-nya dengan melakukan ekuilibrasi
protein tersebut di dalam medan listrik yang mengandung urea dan dengan gradien pH
yang dipertahankan oleh amfolit terpolimerisasi. Setelah pemrosesan dengan SDS
selesai, dimensi kedua kemudian memisahkan protein berdasarkan ukuran molecular
unit protomernya.
17
pembentukannya dan mengungkap lokasi enzim. Histoenzimologi menghasilkan
gambar grafik dan pola yang relatif bersifat fisiologik mengenai distribusi enzim.
18
LAKTAT DEHIDROGENASE
(Laktat) SH2 S (piruvat)
NAD+ NADH + H+
19
HMMM
MMMM
Markert telah menggunakan sejumlah kondisi yang diketahui dapat
membongkar dan membentuk kembali struktur kuanterner untuk menerangkan
hubungan antar isozim laktat dehidrogenase. Pemecahan dan pembentukan kembali
laktat dehidrogenase –I1 atatu laktat dehidrogenase –I5 homogen tidak emnghasilkan
isozim yang baru.
2.8 ANALISIS KUANTITATIF ENZIM PLASMA TERTENTU
MEMPUNYAI MAKNA DIAGNOSTIK.
Enzim plasma nonfungsional tidak melakukan sembanrang fungsi fisiologik ynag
diketahui di dalam darah. Substrat sering tidak ditemukan di dalam plasma, dan enzim
sendiri terdapat di dalam darah manusia normal dengan kadar sampai sejuta kali lipat
lebih rendah daripada kadar di jaringan. Keberadaan enzim di dalam plasma dengan
kadar yang meningkat diatas nilai normalnya menunjukkan peningkatan laju
kerusakan jaringan.
2.9 ENZIM ENDONUKLEASE RESTRIKSI MEMFASILITASI
PENEGAKAN DIAGNOSIS PENYAKIT GENTIK
Penegakan diagnosis penyakit genetic telah memperoleh dorongan yang luar
biasa dari perkembangan teknologi DNA rekombinan. Meskipun semua penyakit
molecular telah lama diketahui terjadi sbagai akibat perubahan DNA, teknik untuk
pemeriksan langsung terhadap rangkaian DNA, teknik untuk pemeriksaan langsung
terhadap rangkaian DNA baru belakangan ini tersedia. Pengembangan pelacakan
hibridasi untuk fragmen DNA telah menghasilkan sejumlah teknik penapisan prenatal
dengan sensitivitas yang memedai guna menentukan ada tidaknya kalainan herediter,
teknik ini dilakukan dengan memetakan enzim retriksi DNA yang berasal dari sel-sel
janin dalam cairan amnion atau dengan memeriksa produk yang dihasilkan
menggunakan oligonukleotida sebagai senyawa primer untuk reaksi rantai
polimerase, (PCR, polymerase chain reaction). Pada prinsipnya berbagai pelacak
terhadap DNA dapat dilakukan untuk menengakan diagnosis sebagaian besar penyakit
genetik. Sebuah pelacak terhadap DNA yang dibuat terhadap suatu bagian gen untuk
sub unit hemoglobin normal dapat mendeteksi fragmen restrisik yang emmendek atau
tidak ada akibat delesi di dalam gen tersebut, sebagaiman terjadi pada sebagian
penyakit talasemia-, dan pada tipe-tipe talasemia - serta -, ∆ yang langka.
20
HASIL DIGESTI RESTRIKSI YANG SUDAH TERLACAK DAPAT
MENGUNGKAPKAN GEN HOMOLOG DENGAN RANGKAIAN BASA
BERBEDA.
Pelacak DNA dapat pula digunakan mendeteksi rangkaian DNA yang
behubungan erat dengan gen. Pemeriksaan analisis ini dapat dikembangkan untuk
mendeteksi berbagai variasi kromosom spesifik (perbedaan dalam rangkaian antar
kromosom homolog). Digesti DNA oleh enzim retriksi endonuklease akan
menghasilkan peta restriksi berbeda-beda (pola fragmen DNA) dari gen-gen
homologyang mengandung rangkaian basa yang berlainan . fenomena ini diberi nam
“polimorfisme panjang fragmen restriksi”. Bagi penyakit genetic yang
berhubungan dengan RFLP,seorang manusia yang menjadi pembawa penyakit
tersebut akan membawa satu kromosom dengan gen normal dan satu kromosom lagi
dengan gen cacat.
RNA KATALITIK
Meskipun jelas bukan merupakan protein, asam ribonukleat (RNA) tertentu
akan memperlihatkan aktivitas katalitik yang sangat spesifik bagi substrat tertentu.
RNA ini yang memenuhi semua kriteria klasik untuk didefinisi sebagai enzim, disebut
ribozim. Meskipun substrat yang dikatalisis oleh ribozim hanya terbatas pada ikatan
fosfodiester RNA, spesifitas kerjanya sepenuhnya sebanding kerja enzim yang klasik.
Ribozim mengatalisis reaksi trans esrterifikasi dan akhirnya reaksi hidrolisis ikatan
fosfodiester dalam molekul RNA. Reaksi ini diperlancar oleh gugus OH.
21
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Enzim merupakan katalisator yang mengatur kecepata berlangusngnaya
berbagai proses fisiologik
2. Cacat pada fungsi enzim sering menyebabkan penyakit
3. Enzim yang mengatalisis reaksi yang melibatkan pemindahan gugus isomerisasi,
oksido-reduksi, atau sintesis ikatan kovalen memerlukan substrat yang dikenal
dengan koenzim
4. Sebagian besar enzim bersifat sangat spesifik terhadap substratnya, koenzim
serta tipe reaksi yang dikatalisisnya. Meskipun demikian, beberapa enzim
protease juga memecah ester. Bagi enzim yang bekerja pada substrat dapat pula
ikut bereaksi, tetapi umumnya dengan kecepatan yang lebih rendah.
5. Pengukuran aktivitas enzim merupakan hal sentral bagi penentuan kuantitas
enzim dalam riset atau laboratorium klinik.
6. Aktivitas enzim dehidrogenase yang bergantung –NAD(P)+ diperiksa secara
spektrofotomentris dengan mengukur perubahan absorbsi pada 330 mm yang
menyertai oksidasi atau reduksi NAD (P)H.
7. Perangkaian enzim lain pada dehidrogenase dapat memperlancar analisisnya.
8. Untuk menyelidiki struktur mekanisme kerja, dan pengaturan aktivitasnya,
enzim harus dimurnikan hingga mencapai homogeneitas sekitar 95%.
9. teknik pemurnian enzim mencakup presipitasi selektif dengan pelarut garam
atau organic dan kromatografi pada penyangga pertukaran ion, filtrasi gel,
afinitas substrat, ligand zat warna, atau interaksi hidrofobik.
10. kemampuan memanfaatkan teknik rekombinan DNA untuk mengekspresikan
enzim dalam tubuh hospes yang dipilih telah membawa revolusi dalam teknik
pemurnian enzim dengan menghasilkan enzim dalan jumalh besar yang dalam
sebagian besar keadaan, mudah dimurnikan hingga mencapa homogeneitas.
11. Kemajuan pemurnian dinilai dengan mengukur peningkatan aktifitas spesifik
suatu enzim (aktivitas per unit masa) dan homogenitas akhir lewat elektroforesis
gel poliakrilamida (PAGE).
12. Penentuan lokasi enzim intrasel yang tepat disimpulkan lewat teknik histokimia
dan fraksionasi sel, yang dirangkaiakn dengan analisis enzimatik, terhadap
22
sayatan jaringan atau fraksi homogenat sel, isozim, bentuk yang secara fisik
berbeda pada enzim nonfungsional di dalam serum menunjukan kerusakan pada
jaringan tertentu manusia, dan memberikan informasi diagnostik seta prognostic
yang berharga.
13. Kemampuan enzim restriksi endonuklease mendeteksi perubahan yang sangat
kecil pada struktur gen telah memungkinkan dokter mendiagnosis penyakit
genetic akibat mutasi yang menghasilkan enzim yang cacat atau enzim
nonfungsional.
14. RNA katalitik yang dikenl sebagai ribozim mengatalisis reaksi hidrolisis yang
sangat spesifik ikatan fosfodiester pada RNA. Reaksi ini amat penting dalam
berbagai pristiwa pemrosesan yang terlibat di dalam maturasi pra-mRNA
3.2 SARAN
Peranan enzim dalam kesehatan sangat penting, untuk itu manusia hendaknya
lebih menjaga kesehatan. Dan kami penyusun mengharapkan masukan untuk
penyempurnaan makalah ini.
23
KEPUSTAKAAN
24
25
26