You are on page 1of 15

[Type the document

title]
[Type the document subtitle]

Pertemuan 1
Kelompok 5
Irvan Darwansyah Lubis
Listyono
Nuning Septi Wahyuningtyas
Tosca Nina Claudia
Abstrak :

Sejak krisis global tahun 2008 – 2009, Bakrie Life tidak mampu membayar
simpanan pokok nasabah Diamond Investa dengan total piutang mencapai Rp
360 milyar terhadap kurang lebih 250 nasabah. Diamond investa merupakan
produk asuransi plus investasi dengan tingkat return tetap sebesar 12-13% per
tahun. Nilai ini lebih tinggi dibandingkang return rata-rata yang ditawarkan
asuransi lainnya yang berkisar antara 7 – 8%. Sesuai prospektus awal, investasi
ditempatkan 80% di pasar obligasi, 5% di saham dan 5% deposito. Namun pada
kenyataannya investasi pada pasar saham mencapai 80 – 90% dimana sebagian
besar merupakan saham grup Bakrie. Pada saat krisis global tahun 2008 – 2009,
pasar saham di seluruh dunia mengalami goncangan termasuk saham-saham
grup Bakrie akibatnya Bakrie Life tidak mampu membayarkan return dan
simpanan pokok nasabah.

Setelah sekian lama gagal memenuhi pembayaran simpanan pokok nasabah,


Bakrie Life menawarkan restrukturi pembayaran dalam Surat Keputusan
Bersama atau SKB yang menyebutkan dana pokok akan diangsur sebesar 25% di
tahun 2010, 25% di tahun 2011 dan sisanya 50% di tahun 2012. Selama tahun
2010, telah dilakukan dua kali pembayaran, namun setelah itu kembali macet.
Nasabah dihadapkan pada pilihan yang sulit antara membawa kasus wanprestasi
ke proses pengadilan atau menunggu sampai dengan Bakrie Life mampu
membayar.
BAB I
LANDASAN TEORI

Prospektus antara nasabah dengan manajemen Bakrie Life merupakan sebuah


kontrak atau persetujuan. Prospektus memberikan informasi dan gambaran bagi
nasabah mengenai penempatan investasi yang akan dilakukan oleh fund
manager. Kontrak atau persetujuan merupakan salah satu bentuk perikatan
dimana perikatan itu sendiri diartikan sebagai hubungan hukum antara dua
orang yang memberikan hak pada satu oang untuk menuntut sesuatu dari yang
lainnya, dan yang lainnya tersebut diwajibkan untuk memenuhi tuntutan.
Sesuatu disebut juga prestasi meliputi :
a) menyerahkan suatu barang
b) melakukan suatu perbuatan; atau
c) tidak melakukan suatu perbuatan
Dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata disebutkan enis-jenis perikatan
antara lain :
1. Perikatan bersyarat, yaitu suatu perikatan yang tergantung pada kondisi
di kemudian hari. Apabila kondisi terpenuhi, maka perikatan tersebut lahir,
dan sebaliknya apabila tidak.
2. Perikatan-perikatan dengan waktu yang telah ditetapkan
3. Perikatan dengan pilihan atau perikatan yang membolehkan satu pihak
untuk memilih.
4. Perikatan tanggung renteng, yaitu perikatan antara satu pihak dengan
beberapa pihak lainnya.
5. Perikatan yang dapat dibagi-bagi dan perikatan yang tidak dapat dibagi-
bagi. Perikatan ini tergantung pada prestasi apakah dapat dibagi atau
tidak.
6. Perikatan dengan penetapan hukuman untuk mencegah salah satu pihak
lalai memenuhi kewajibannya.

Sumber perikatan dapat berasal dari kontrak atau persetujuan maupun undang-
undang. Yang dimaksud dengan persetujuan adalah perbuatan dimana satu
orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang atau lebih. Prospektus
Diamond Investa merupakan sumber perikatan yang berasal dari perjanjian
antara nasabah dengan manajemen Bakrie Life. Menurut pasal 1320 KUH
Perdata syarat sah terjadinya suatu persetujuan antara lain :
1. kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya
2. kecakapan untuk membuat suatu perikatan
3. sesuatu hal tertentu
4. sesuatu sebab yang halal
Cakap yang dimaksud di atas adalah cakap menurut hukum dengan kata lain
orang yang sudah dewasa dan sehat pikirannya. Sedangkan mereka yang
dianggap tidak cakap hukum menurut pasal 1330 adalah
- anak yang belum dewasa
- orang yang berada di bawah pengampunan
- perempuan yang telah menikah dalam hal ditetapkan oleh Undang-
undang dan semua yang dilarang menurut Undang-undang.

Dua syarat pertama disebut syarat-syarat subjektif, sedangkan dua syarat


terakhir adalah syarat objektif. Apabila syarat objektif tidak dipenuhi , maka
dikatakan perjanjian tersebut “batal demi hukum” artinya perikatan atau
perjanjian tersebut dari semula tidak ada. Sedangkan apabila syarat subjektif
tidak terpenuhi maka satu pihak mempunyai hak untuk meminta agar perjanjian
tersebut dibatalkan. Perjanjian yang mengandung pemaksaan, khilafan dan
penipuan dianggap tidak sah. Pemaksaan yang dimaksud bukankan paksaan
fisik melakukan pemaksaan spikis misalnya ancaman akan dianiaya atau
dibunuh. Kekhilafan atau kekeliruan terjadi apabila salah satu pihak khilaf
mengenai pokok atau pihak lain dalam perjanjian. Sedangkan penipuan adalah
kondisi dimana salah satu pihak dengan sengaja memberikan keterangan tidak
benar untuk membujuk atau menjerumuskan pihak lainnya.

Persoalan timbul apabila salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya yang
dikenal dengan “wanprestasi”. Wanprestasi meliputi :
- tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukan
- melaksanakan apa yang dijanjikan, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan
- melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat
- melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan
Dalam kondisi demikian, maka pihak yang dirugikan dapat merealisasikan atau
mengeksekusi sendiri apa yang menjadi haknya (prestasi primair) atas biaya
pihak yang lalai atau menuntut pembayaran ganti rugi (prestasi subsidair)
sebagai mana diatur dalam pasal 1240 dan 1241 KUH Perdata. Sedangkan
hukuman bagi pihak yang lalai antara lain :
- membayar kerugian yang diderita oleh pihal lainnya atau istilah lainnya
ganti rugi
- pembatalan perjanjian atau disebut dengan “pemecahan” perjanjian
- peralihan risiko
- membayar biaya perkara apabila dibawa ke pengadilan.
Ganti rugi meliputi unsur biaya, kerugian dan bunga. Biaya adalah semua
pengeluaran yang telah dikeluarkan oleh salah satu pihak. Kerugian adalah
semua kerusakan yang diakibatkan oleh kelalaian pihak lainnya. Sedangkan
bunga adalah opportunity loss atau keuntungan yang hilang. Penuntutan ganti
rugi ini diatur dalam pasal 1247 dan 1248 KUH Perdata. Peralihan risiko
disebutkan dalam pasal 1460 dimana risiko didefiniikan sebagai kewajiban untuk
menanggung semua kerugian apabila terjadi suatu peristiwa di luar kesalahan
salah satu pihak yang menimpa objek perjanjian.
BAB II
STUDI KASUS : DIAMOND INVESTA BAKRIE LIFE

I. Diamond Investa
Bakrie Life atau PT Asuransi Jiwa Bakrie merupakan salah satu perusahaan
yang tergabung dalam grup usaha Bakrie yang bergerak di bidang usaha
asuransi jiwa, sektor industri dan jasa keuangan. Bakrie Life didirikan pada
tahun 1996 setelah mengakusisi PT Asuransi Jiwa Centris atau Centris Life
Centri pada 24 Oktober 1996 dengan kepemilikan 94% Bakrie Capital
Indonesia (BCI) dan 6% kelompok pegawai Bakrie Life. Produk Bakrie Life
meliputi asuransi jiwa, asuransi kesehatan, asuransi pendidikan dan investra
atau asuransi sekaligus investasi. Salah satunya adalah Diamond Investa.
Diamond Investa diluncurkan pada tahun 2005 dan langsung diserbu banyak
nasabah karena produk ini menjamin return yang sebesar 12 – 13%. Dalam
keterangan disebutkan bahwa bunga investasi Diamond Investa mengacu
pada rata-rata bunga deposito Bank Mandiri, BNI dan Bank Permata ditambah
bonus sebesar 1,5% per tahun. Return Diamond Investa relatif sangat tinggi
dibandingkan return rata-rata yang ditawarkan asuransi lainnya yang berkisar
antara 7 – 8%. Berbeda dengan produk asuransi plus investasi lainnya,
produk Diamond Investa memberikan return yang tetap. Produk asuransi plus
investasi lainnya kebanyakan berbentuk unit link atau penyertaan. Pada
asuransi unit link, return yang diterima nasabah fluktuatif tergantung pada
performance underlying aset.
Pada prospektus awal yang disampaikan kepada calon nasabah, manajemen
Bakrie Life memberikan informasi bahwa dana nasabah 80% akan
ditempatkan pada pasar obligasi, 15% pada saham dan 5% pada deposito.

II. Gagal Bayar


Krisis global tahun 2008 – 2009 berawal dari krisis subprime mortgage atau
kredit perumahan di Amerika Serikat. Macetnya kredit di sektor perumahan
secara cepat menyebabkan anjloknya pasar modal dan bangkrutnya pemain-
pemain besar Wall Street seperti Lehman Brothers dan Washington Mutual.
Krisis kemudian menyebar ke belahan dunia lainnya akibat reaksi panik
investor yang agresif menjual saham sehingga bursa saham anjlok. Tercatat
bursa saham Eropa turun sampai dengan 37%, Cina 57%, dan India 52%.
Krisis spasar modal segera mempengaruhi sektor riil sehingga menurut IMF
(International Mutual Fund) kerugian yang ditimbulkan ditaksir mencapai 1,4
trilyun dollar AS.

Indonesia juga tidak lepas dari pengaruh krisi global 2008 – 2009 yang
menyebabkan merosotnya IHSG sampai dengan 6,69% atau turun sebesar
48,96 point sebelum dilakukan suspend. Nilai tersebut merupakan yang
tertinggi kedua di kawasan Asia setelah Filipina.
Melorotnya IHSG diikuti terkoreksinya harga saham, tercatat 209 emiten
anjlok termasuk enam emiten milik grup Bakrie. Saham Bakrie terkena
penghentian perdagangan saham otomatis atau auto rejection karena
mengalami penurunan lebih dari 30%, diantaranya adalah saham PT Bumi
Resources Tbk (BUMI) , PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk (UNSP), PT Energi
Mega Persada Tbk (ENRG), PT Bakrieland Development Tbk (ELTY), PT Bakrie
Telecom Tbk (BTEL) dan PT Bakrie & Brothers yang merupakan induk kelima
perusahaan di atas. Menurut analis rontoknya harga-harga saham seluruh
grup Bakrie disebabkan karena penggadaian saham-saham anak usaha yang
dilakukan BNBR. Para kreditur secara masif melepas aset-aset saham grup
Bakrie pada harga murah.

Apa korelasi anjloknya harga saham grup Bakrie dengan produk asuransi
Diamond Investa Bakrie Life? Tanpa sepengetahuan nasabah, manajemen
Bakrie Life menempatkan investasi pada saham lebih dari 5%, malahan
mencapai 70 – 80%. Saham-saham yang diambil kebanyakan adalah saham
grup Bakrie. Anjloknya harga-harga saham grup Bakrie ikut menyeret Bakrie
Life dalam kesulitan likuiditas. Sejak akhir 2008, Bakrie Life tidak mampu
membayar simpanan pokok nasabah dan per Juni 2009 Bapepam – LK
melarang Bakrie Life memasarkan produknya lagi.

III.Restrukturisasi Pembayaran
Total piutang Bakrie Life terhadap nasabahnya mencapai Rp 360 milyar.
Manajemen Bakrie Life menawarkan pengembalian dana nasabah sebesar 1%
per bulan. Dengan demikian akan dibutukan waktu 8 tahun 4 bulan bagi
setiap nasabah untuk meperoleh dananya kembali. Nasabah jelas-jelas
menolak tawaran ini. Akhirnya dibuat Surat Keputusan Bersama (SKB) untuk
melakukan restruktursi pembayaran. SKB merupakan perjanjian atau kontrak
antara nasabah dengan Bakrie Life dimana Bakrie Life berkomitmen untuk
membayar bunga sebesar 9,5% per bulan beserta cicilan pokok sebesar 25%
pada 2010, 25% pada 2011 dan sisanya 50% pada 2012. Skema pembayaran
angsuran pokok dana tersebut yaitu Maret 2010 (6,25%), Juni 2010 (6,25%),
September 2010 (6,25%), Desember 2010 (6,25%), Maret 2011 (6,25%), Juni
2011 (6,25%), September 2011 (6,25%), Desember 2011 (6.25%), dan
terakhir pada Januari 2012 (50%). Nasabah dirugikan karena dari return 12 –
13 % seperti yang dijanjikan dalam prospektus awal turun menjadi 9,5%.
Angsuran bulan Maret dan Juni 2010 telah diselesaikan oleh Manajemen
Bakrie Life. Namun hingga saat ini angsuran bulan September dan Desember
2010 belum dilunasi. Bapepam – LK telah mengirimkan surat teguran kepada
Bakrie Life dan meminta kepada pemegang saham Bakrie Life yaitu Bakrie
Capital untuk membantu menyuntikkan dana ke Bakrie Life guna memenuhi
kewajiban kepada nasabah. Namun Bapepam – LK secara hukum tidak dapat
memaksa Bakrie Capital. DPR Telah memberikan tenggat waktu sampai
dengan akhir Oktober 2010 agar pemegang saham dan manajemen Bakrie
Life untuk melunasi dana nasabah Diamond Investa. Sampai dengan
pertengahan Oktober 2010 Bakrie Life telah menyelesaikan terhadap
nasabah dengan dana di bawah Rp 200 juta dan tunggakan pembayaran
cicilan terhadap nasabah dengan dana di atas Rp 200 juta.

Bapepam - LK telah men-suspend operasional Bakrie Life, tetapi belum


sampai mencabut ijin usahanya. Apabila Bapepam – LM mencabut ijin usaha
Bakrie Life maka Bapepam – LK tidak dapat melakukan pendampingan
kepada nasabah dan kasus ini dianggap selesai. Nasabah Diamond Investa
dapat juga mengambil jalur hukum, dan apabila berhasil sehingga Bakrie Life
dianggap pailit, maka aset yang tersisa dapat digunakan untuk menutup
kewajiban kepada nasabah. Hanya saja yang menjadi pertanyaan apakah
aset yang ada tersebut mencukupi untuk ganti rugi kepada nasabah?

BAB III
ANALISA KASUS

I. Perikatan dalam Produk Diamon Investa


Produk Diamond Investa merupakan produk asuransi plus investasi yang
memberikan return fixed sebesar 12- 13%. Produk Diamond Investa berbeda
dengan produk asuransi plus investasi lainnya, misalnya unit link. Produk
Unit Link mirip dengan reksadana dimana dana nasabahnya diwakilkan
dengan unit penyertaan yang besarnya sesuai dengan dana yang
diinvestasikan. Nilai unit penyertaan ini berubah-ubah setiap hari sesuai
dengan pergerakan underlying aset, sehingga tidak diperoleh return yang
fixed.
Return yang ditawarkan Dimond Investa sangat tinggi dibandingkan dengan
produk asuransi lainnya yang berkisar antara 7 – 8%. Return yang tinggi
berkorelasi dengan tingginya risiko. Kembali pada syarat sah persetujuan
sesuai pasal KUH Perdata pasal 1320 yaitu kecakapan untuk membuat
perikatan, maka nasabah Diamond Investa dianggap cakap dan secara sadar
mengetahui potensi risiko dan ketidakpatutan yang ada dalam kontrak
Diamond Investa. Bagi sebagian orang yang mengetahui mengenai asuransi
dan investasi akan berhati-hati sebelum memutuskan menempatkan
dananya dalam Diamond Investa.

II. Keterbukaan Informasi


Prospektus awal antara nasabah Diamond Investa dan manajemen Bakrie
Life merupakan suatu kontrak atau perjanjian yang memberikan gambaran
portfolio penempatan dana nasabah sebesar 80% di pasar obligasi, 15% di
pasar saham dan 5% sisanya di deposito. Sampai dengan awal tahun 2008,
nasabah menerima return seperti yang dijanjikan yaitu sebesar 12 – 13%.
Namun terjadinya krisis global tahun 2008 – 2009 menyebabkan manajemen
Bakrie Life mengalami kesulitan likuiditas sehingga tidak mampu
membayarkan simpanan pokok nasabahnya. Setelah itu diketahui adanya
penyimpangan yang dilakukan oleh manajemen Bakrie Life yaitu
penempatan dana tidak sesuai dengan prospektus awal yang disampaikan
kepada nasabah. Sebanyak 70 – 80% dana nasabah ditempatkan di pasar
saham, sedangkan sisanya ditaruh di pasar obligasi dan deposito.
Kebanyakan saham yang dibeli manajemen Bakrie Life adalah saham milik
grup Bakrie yang saat itu mengalami anjlok hingga mengalami auto
rejection. Kondisi ini menyeret likuiditas Bakrie Life .

Informasi yang disampaikan manajemen Bakrie Life tidak sesuai dengan


kenyataan. Sebelum terjadi krisis global 2008 – 2009, nasabah memperoleh
informasi NAB (Nilai Aktiva Bersih) yang sehat dan tidak bermasalah. Namun
nasabah tidak memperoleh informasi portfolio dana yang sebenarnya dan
hal ini baru diketahui setelah Bakrie Life mengalami kesulitas likuiditas pada
akhir 2008. Dalam hal ini manajemen Bakrie Life tidak transparan kepada
nasabahnya atau tidak memberikan informasi yang benar dan jelas-jelas
melanggar Undang-undang No 8 tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen pasal 4 tentang hak dan Kewajiban Konsumen dimana dalam ayat
c disebutkan bahwa hak salah satu hak konsumen adalah hak atas informasi
yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/ atau
jasa.

III. WanPrestasi
Manajemen Bakre Life dianggap telah melanggar perikatan karena
melakukan investasi tidak sesuai dengan perjanjian awal. Manajemen Bakrie
Life menempatkan investasi pada pasar saham melebihi 5% dan
diperkirakan mencapai 70 – 80% sehingga dapat dikatakan bahwa
manajemen Bakrie Life telah melakukan wanprestasi. Sesuai dengan KUH
Perdata Buku pasal 1243 nasabah dapat meminta ganti rugi kepada Bakrie
Life berupa penggantian biaya, kerugian dan bunga. Nasabah Diamond
Investa juga berhak membawa hal ini kepengadilan.

Setelah sekian lama tidak mampu membayar simpanan pokok nasabah plus
bunga, manajemen menawarkan untuk mengembalikan dana nasabah 1%
perbulan. Tawaran ini tidak diterima oleh nasabah hingga akhirnya lahir SKB
atau Surat Keputusan Bersama untuk merestrukturisasi pembayaran. Dalam
SKB tersebut secara tegas disebutkan mekanisme dan time line
pembayaran. Disebutkan bahwa Bakrie Life akan membayarkan bunga
sebesar 9,5% per bulan beserta cicilan pokok sebesar 25% pada 2010, 25%
pada 2011 dan sisanya 50% pada 2012. Skema pembayaran angsuran pokok
dana tersebut yaitu Maret 2010 (6,25%), Juni 2010 (6,25%), September 2010
(6,25%), Desember 2010 (6,25%), Maret 2011 (6,25%), Juni 2011 (6,25%),
September 2011 (6,25%), Desember 2011 (6.25%), dan terakhir pada Januari
2012 (50%). Namun sekali lagi Bakrie Life tidak memenuhi kewajiban dalam
SKB atau telah melakukan wanprestasi.

IV. Lahirnya Surat Keputusan Bersama


SKB merupakan kontrak baru antara nasabah Diamond Investa dengan
Bakrie Life untuk menggantikan prospektus awal. Dalam SKB tersebut
disebutkan mengenai skema pembayaran dan return yang akan diterima
oleh nasabah. Dengan disetujuinya SKB tersebut maka prospektus awal yang
berisi penggambaran penempatan dana tidak lagi berlaku. Sesuai dengan
KUH Perdata pasal 1413 tentang Pembaruan Utang disebutkan bahwa ada
tiga jalan untuk pembaruan utang, antara lain :
1. Bila seorang debitur membuat suatu perikatan utang baru untuk
kepentingan kreditur untung menghapuskan utang yang lama, yang
dihapuskan karenanya
2. Bila seorang debitur baru ditunjuk untuk menggantikan debitur lama,
yang oleh kreditur dibebaskan dari perikatannya
3. Bila sebagai akibat suatu perjanjian baru seorang kreditur baru
ditunjuk untuk menggantikan kreditur lama, yang terhadapnya debitur
dibebaskan dari perikatannya.

SKB antara nasabah dengan Bakrie Life lahir menggantikan prospektus


sesuai dengan kondisi pertama yang disebutkan di atas. Merujuk pada pasal
ini maka tidak tetap bila nasabah menggugat Bakrie Life telah melakukan
wanprestasi dengan tidak melakukan penempatan dana sebagaimana yang
digambarkan dalam prospektus karena dengan lahirnya SKB maka perikatan
yang pertama yaitu prospektus dihapus. Namun nasabah tetap dapat
membawa kasus wanprestasi Bakrie Life terhadap isi SKB ke muka hakim.

V. Investment Fraud
Bakrie Life secara jelas telah melakukan wanprestasi terhadap nasabah
Diamond Investa karena melakukan penempatan dana tidak sesuai dengan
prospektus. Namun timbul pertanyaan apakah manajemen Bakrie Life telah
melakukan investment fraud. Manajemen Bakrie Life mengelola dana
nasabah pada 20 – 25 saham teraktif (LQ 45) di Bursa Efek Indonesia (BEI)
yang kebanyakan adalah saham milik perusahaan grup Bakrie. Saham pada
masing-masing emiten tidak lebih dari 25% dimana hal ini tidak menyalahi
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan
Keuangan Perusahaan Asuransi dan perusahaan Reasuransi. Pada KMK
tersebut pada Bab 3 Kekayaan Yang Diperkenankan Bagian 5 Produk
Asuransi Yang Dikaitkan Dengan Investasi Pasal 21 disebutkan jenis-jenis
Investasi yang diperbolehkan, antara lain kas dan bank, deposito berjangkan
dan sertifikat deposito, saham yang tercatat di bursa efek, obligasi dan
Medium Term Notes, unit penyertaan reksadana, serta surat berhargayang
diterbitkan atau dijamin oleh Pemerintah atau Bank Indonesia. Namun dalam
pasal tersebut tidak ditetapkan pembatasan untuk masing-masing jenis
investasi. Apabila dikaitkan dengan pasal 19 yaitu Penempatan Investasi
Pada Satu Pihak, disebutkan bahwa
(1) Penempatan investasi pada satu pihak tidak melebihi 25% (dua
puluh lima per seratus) dari jumlah investasi, kecuali penempatan
pada surat berharga yang diterbitkan oleh pemerintah atau Bank
Indonesia dan surat berharga yang dijamin oleh Pemerintah atau
bank Indonesia.
(2) Pihak sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) adalah satu
perusahaan, atau sekelompok perusahaan yang memiliki hubungan
afiliasi satu dengan yang lain.
Maka apabila merujuk pada ketentuan tersebut, sangat sulit untuk menjerat
Bakrie Lfe dengan pasal investment fraud.

VI. Fungsi Pengawasan Bapepam – LK


Nasabah Bakrie Life mempertanyakan peran Bapepam – LK sebagai
pengawas terhadap produk Diamond Investa. Tanggung jawab Bapepam – LK
tidak terbatas pada pelaksanaa fit and proper test dan pemberian ijin kepada
perusahaan baru. Publik menyayangkan lambat dan tidak tegasnya sikap
Bapepam – LK. Sesuai dengan No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal pasal 5
ayat e, disebutkan bahwa Bapepam – LK berwenang mengadakan
pemeriksaan dan penyidikan terhadap setiap Pihak dalam hal terjadi
peristiwa yang diduga merupakan pelanggaran terhadap Undang-undang
dan atau peraturan pelaksanaanya. Selain itu Bapepam – LK juga
mempunyai wewenang untuk menjatuhkan sanksi kepada Bakrie Life, mulai
dari pemberian sanksi material, pencabutan ijin, sampai dengan sanksi moral
seperti pengumuman kepada publik bahwa produk Diamond Investa tidak
layak dimiliki. Sanksi diberikan sebagai bentuk tanggung jawab Bapem – LK
dalam melindungi investor dari praktik penyimpangan di industri keuangan.
Namun sejauh ini masyarakat tidak pernah diingatkan akan hal ini. Selain
Bapepam – LK, yang ikut bertanggung jawab mengenai kasus ini adalah
Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) selaku regulator industri asuransi.

Terhadap pemegang saham Bakrie Life, Bapepam – LK tidak mempunyai


wewenang hukum memaksa pemegang saham melunasi kewajiban Bakrie
Life. Bapepam – LK telah menegur manajemen Bakrie Life dan akhirnya pada
Juni 2009 membekukan operasional Bakrie Life. Bapepam – LK belum
mencabut ijin usaha Bakrie Life karena dengan dicabutnya ijin usaha Bakrie
Life maka kasus ini dianggap tidak ada dan nasabah tidak dapat menuntut
ganti rugi.

VII. Penyelesaian Jalur Hukum


Bakrie Life telah melakukan wanprestasi atas kegagalan membayar bunga
dan simpanan pokok nasabah Diamond Investa. Penyelesaian sengketa ini
dapat ditempuh melalui pengadilan atau diluar pengadilan berdasarkan
pilihan sukarela pihak yang bersengketa sehingga lahirlah SKB untuk
merestrukturisasi pembayaran. Namun sekali lagi, Bakrie Life lalai memenuhi
kewajiban terhadap nasabahnya sesuai dengan SKB. Sampai saat ini,
angsuran cicilan 6,25% yang jatuh tempo pada September dan Desember
2010 belum dibayarkan. Apabila upaya penyelesaian sengketa di luar
pengadilan telah ditempuh dan tidak berhasil maka opsi lainnya adalah
penyelesaian melalui pengadilan. Nasabah dapat menuntut manajemen
Bakrie Life atas beberapapasal sebagaimana disebutkan di atas, antara lain
KUH Perdata dan UU Perlindungan Konsumen.

Namun penyelesaian melalui jalur hukum tidak sepenuhnya jalur terbaik bagi
nasabah. Penyelesaian di pengadilan memerlukan biaya yang tidak sedikit
misalnya biaya untuk sewa pengacara, terutama untuk nasabah perorangan.
Di samping itu, nasabah juga masih pesimis dengan kepastian hukum di
Indonesia. Apalagi dalam hal ini mereka berhadapan bukan dengan
sembarangan orang melainkan grup Bakrie. Bisa – bisa merekan kembali
dituduh dengan pasal pencemaran nama baik. Masih segar dalam ingatan
kasus Lumpur Lapindo Mei 2006 dimana akhirnya oleh pemerintah dianggap
sebagai bencana alam dan diambil alih oleh pemerintah.

Apabila jalur hukum ditempuh dan dimenangkan oleh nasabah, maka Bakrie
Life dinyatakan pailit dan nasabah dapat mengambil keseluruhan aset Bakrie
Life. Namun pembagian aset bisa sangat kecil dan tidak sesuai dengan
tuntutan ganti rugi para nasabah. Opsi ini lebih baik daripada terus
menunggu kepastian pengembalian dana oleh Bakrie Life yang belum jelas
kapan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

I. Kesimpulan
− Manajemen Bakrie Life secara jelas telah terbukti lalai terhadap kontrak
prokpektus produk Diamond Investa.
− Manajemen Bakrie Life tidak memberikan informasi yang benar kepada
nasabahnya terkait dengan produk Diamond Investa.
− Dengan lahirnya SKB antara nasabah dengan manajemen Bakrie Life
maka kontrak awal yaitu prospketus Diamond Investa dinyatakan dihapus.
− Nasabah mempunyai opsi menuntut Bakrie Life ke pengadilan karena lalai
memenuhi kewajibannya sesuai dengan SKB atau tetap menunggu sampai
dengan manajemen Bakrie Life melunasi hutang-hutangnya.

II. Saran
− Bapepam – LK seharusnya mengoptimalkan fungsi pengawasan sehingga
dapat memberikan peringatan lebih dini kepada publik.

You might also like