Professional Documents
Culture Documents
title]
[Type the document subtitle]
Pertemuan 1
Kelompok 5
Irvan Darwansyah Lubis
Listyono
Nuning Septi Wahyuningtyas
Tosca Nina Claudia
Abstrak :
Sejak krisis global tahun 2008 – 2009, Bakrie Life tidak mampu membayar
simpanan pokok nasabah Diamond Investa dengan total piutang mencapai Rp
360 milyar terhadap kurang lebih 250 nasabah. Diamond investa merupakan
produk asuransi plus investasi dengan tingkat return tetap sebesar 12-13% per
tahun. Nilai ini lebih tinggi dibandingkang return rata-rata yang ditawarkan
asuransi lainnya yang berkisar antara 7 – 8%. Sesuai prospektus awal, investasi
ditempatkan 80% di pasar obligasi, 5% di saham dan 5% deposito. Namun pada
kenyataannya investasi pada pasar saham mencapai 80 – 90% dimana sebagian
besar merupakan saham grup Bakrie. Pada saat krisis global tahun 2008 – 2009,
pasar saham di seluruh dunia mengalami goncangan termasuk saham-saham
grup Bakrie akibatnya Bakrie Life tidak mampu membayarkan return dan
simpanan pokok nasabah.
Sumber perikatan dapat berasal dari kontrak atau persetujuan maupun undang-
undang. Yang dimaksud dengan persetujuan adalah perbuatan dimana satu
orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang atau lebih. Prospektus
Diamond Investa merupakan sumber perikatan yang berasal dari perjanjian
antara nasabah dengan manajemen Bakrie Life. Menurut pasal 1320 KUH
Perdata syarat sah terjadinya suatu persetujuan antara lain :
1. kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya
2. kecakapan untuk membuat suatu perikatan
3. sesuatu hal tertentu
4. sesuatu sebab yang halal
Cakap yang dimaksud di atas adalah cakap menurut hukum dengan kata lain
orang yang sudah dewasa dan sehat pikirannya. Sedangkan mereka yang
dianggap tidak cakap hukum menurut pasal 1330 adalah
- anak yang belum dewasa
- orang yang berada di bawah pengampunan
- perempuan yang telah menikah dalam hal ditetapkan oleh Undang-
undang dan semua yang dilarang menurut Undang-undang.
Persoalan timbul apabila salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya yang
dikenal dengan “wanprestasi”. Wanprestasi meliputi :
- tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukan
- melaksanakan apa yang dijanjikan, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan
- melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat
- melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan
Dalam kondisi demikian, maka pihak yang dirugikan dapat merealisasikan atau
mengeksekusi sendiri apa yang menjadi haknya (prestasi primair) atas biaya
pihak yang lalai atau menuntut pembayaran ganti rugi (prestasi subsidair)
sebagai mana diatur dalam pasal 1240 dan 1241 KUH Perdata. Sedangkan
hukuman bagi pihak yang lalai antara lain :
- membayar kerugian yang diderita oleh pihal lainnya atau istilah lainnya
ganti rugi
- pembatalan perjanjian atau disebut dengan “pemecahan” perjanjian
- peralihan risiko
- membayar biaya perkara apabila dibawa ke pengadilan.
Ganti rugi meliputi unsur biaya, kerugian dan bunga. Biaya adalah semua
pengeluaran yang telah dikeluarkan oleh salah satu pihak. Kerugian adalah
semua kerusakan yang diakibatkan oleh kelalaian pihak lainnya. Sedangkan
bunga adalah opportunity loss atau keuntungan yang hilang. Penuntutan ganti
rugi ini diatur dalam pasal 1247 dan 1248 KUH Perdata. Peralihan risiko
disebutkan dalam pasal 1460 dimana risiko didefiniikan sebagai kewajiban untuk
menanggung semua kerugian apabila terjadi suatu peristiwa di luar kesalahan
salah satu pihak yang menimpa objek perjanjian.
BAB II
STUDI KASUS : DIAMOND INVESTA BAKRIE LIFE
I. Diamond Investa
Bakrie Life atau PT Asuransi Jiwa Bakrie merupakan salah satu perusahaan
yang tergabung dalam grup usaha Bakrie yang bergerak di bidang usaha
asuransi jiwa, sektor industri dan jasa keuangan. Bakrie Life didirikan pada
tahun 1996 setelah mengakusisi PT Asuransi Jiwa Centris atau Centris Life
Centri pada 24 Oktober 1996 dengan kepemilikan 94% Bakrie Capital
Indonesia (BCI) dan 6% kelompok pegawai Bakrie Life. Produk Bakrie Life
meliputi asuransi jiwa, asuransi kesehatan, asuransi pendidikan dan investra
atau asuransi sekaligus investasi. Salah satunya adalah Diamond Investa.
Diamond Investa diluncurkan pada tahun 2005 dan langsung diserbu banyak
nasabah karena produk ini menjamin return yang sebesar 12 – 13%. Dalam
keterangan disebutkan bahwa bunga investasi Diamond Investa mengacu
pada rata-rata bunga deposito Bank Mandiri, BNI dan Bank Permata ditambah
bonus sebesar 1,5% per tahun. Return Diamond Investa relatif sangat tinggi
dibandingkan return rata-rata yang ditawarkan asuransi lainnya yang berkisar
antara 7 – 8%. Berbeda dengan produk asuransi plus investasi lainnya,
produk Diamond Investa memberikan return yang tetap. Produk asuransi plus
investasi lainnya kebanyakan berbentuk unit link atau penyertaan. Pada
asuransi unit link, return yang diterima nasabah fluktuatif tergantung pada
performance underlying aset.
Pada prospektus awal yang disampaikan kepada calon nasabah, manajemen
Bakrie Life memberikan informasi bahwa dana nasabah 80% akan
ditempatkan pada pasar obligasi, 15% pada saham dan 5% pada deposito.
Indonesia juga tidak lepas dari pengaruh krisi global 2008 – 2009 yang
menyebabkan merosotnya IHSG sampai dengan 6,69% atau turun sebesar
48,96 point sebelum dilakukan suspend. Nilai tersebut merupakan yang
tertinggi kedua di kawasan Asia setelah Filipina.
Melorotnya IHSG diikuti terkoreksinya harga saham, tercatat 209 emiten
anjlok termasuk enam emiten milik grup Bakrie. Saham Bakrie terkena
penghentian perdagangan saham otomatis atau auto rejection karena
mengalami penurunan lebih dari 30%, diantaranya adalah saham PT Bumi
Resources Tbk (BUMI) , PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk (UNSP), PT Energi
Mega Persada Tbk (ENRG), PT Bakrieland Development Tbk (ELTY), PT Bakrie
Telecom Tbk (BTEL) dan PT Bakrie & Brothers yang merupakan induk kelima
perusahaan di atas. Menurut analis rontoknya harga-harga saham seluruh
grup Bakrie disebabkan karena penggadaian saham-saham anak usaha yang
dilakukan BNBR. Para kreditur secara masif melepas aset-aset saham grup
Bakrie pada harga murah.
Apa korelasi anjloknya harga saham grup Bakrie dengan produk asuransi
Diamond Investa Bakrie Life? Tanpa sepengetahuan nasabah, manajemen
Bakrie Life menempatkan investasi pada saham lebih dari 5%, malahan
mencapai 70 – 80%. Saham-saham yang diambil kebanyakan adalah saham
grup Bakrie. Anjloknya harga-harga saham grup Bakrie ikut menyeret Bakrie
Life dalam kesulitan likuiditas. Sejak akhir 2008, Bakrie Life tidak mampu
membayar simpanan pokok nasabah dan per Juni 2009 Bapepam – LK
melarang Bakrie Life memasarkan produknya lagi.
III.Restrukturisasi Pembayaran
Total piutang Bakrie Life terhadap nasabahnya mencapai Rp 360 milyar.
Manajemen Bakrie Life menawarkan pengembalian dana nasabah sebesar 1%
per bulan. Dengan demikian akan dibutukan waktu 8 tahun 4 bulan bagi
setiap nasabah untuk meperoleh dananya kembali. Nasabah jelas-jelas
menolak tawaran ini. Akhirnya dibuat Surat Keputusan Bersama (SKB) untuk
melakukan restruktursi pembayaran. SKB merupakan perjanjian atau kontrak
antara nasabah dengan Bakrie Life dimana Bakrie Life berkomitmen untuk
membayar bunga sebesar 9,5% per bulan beserta cicilan pokok sebesar 25%
pada 2010, 25% pada 2011 dan sisanya 50% pada 2012. Skema pembayaran
angsuran pokok dana tersebut yaitu Maret 2010 (6,25%), Juni 2010 (6,25%),
September 2010 (6,25%), Desember 2010 (6,25%), Maret 2011 (6,25%), Juni
2011 (6,25%), September 2011 (6,25%), Desember 2011 (6.25%), dan
terakhir pada Januari 2012 (50%). Nasabah dirugikan karena dari return 12 –
13 % seperti yang dijanjikan dalam prospektus awal turun menjadi 9,5%.
Angsuran bulan Maret dan Juni 2010 telah diselesaikan oleh Manajemen
Bakrie Life. Namun hingga saat ini angsuran bulan September dan Desember
2010 belum dilunasi. Bapepam – LK telah mengirimkan surat teguran kepada
Bakrie Life dan meminta kepada pemegang saham Bakrie Life yaitu Bakrie
Capital untuk membantu menyuntikkan dana ke Bakrie Life guna memenuhi
kewajiban kepada nasabah. Namun Bapepam – LK secara hukum tidak dapat
memaksa Bakrie Capital. DPR Telah memberikan tenggat waktu sampai
dengan akhir Oktober 2010 agar pemegang saham dan manajemen Bakrie
Life untuk melunasi dana nasabah Diamond Investa. Sampai dengan
pertengahan Oktober 2010 Bakrie Life telah menyelesaikan terhadap
nasabah dengan dana di bawah Rp 200 juta dan tunggakan pembayaran
cicilan terhadap nasabah dengan dana di atas Rp 200 juta.
BAB III
ANALISA KASUS
III. WanPrestasi
Manajemen Bakre Life dianggap telah melanggar perikatan karena
melakukan investasi tidak sesuai dengan perjanjian awal. Manajemen Bakrie
Life menempatkan investasi pada pasar saham melebihi 5% dan
diperkirakan mencapai 70 – 80% sehingga dapat dikatakan bahwa
manajemen Bakrie Life telah melakukan wanprestasi. Sesuai dengan KUH
Perdata Buku pasal 1243 nasabah dapat meminta ganti rugi kepada Bakrie
Life berupa penggantian biaya, kerugian dan bunga. Nasabah Diamond
Investa juga berhak membawa hal ini kepengadilan.
Setelah sekian lama tidak mampu membayar simpanan pokok nasabah plus
bunga, manajemen menawarkan untuk mengembalikan dana nasabah 1%
perbulan. Tawaran ini tidak diterima oleh nasabah hingga akhirnya lahir SKB
atau Surat Keputusan Bersama untuk merestrukturisasi pembayaran. Dalam
SKB tersebut secara tegas disebutkan mekanisme dan time line
pembayaran. Disebutkan bahwa Bakrie Life akan membayarkan bunga
sebesar 9,5% per bulan beserta cicilan pokok sebesar 25% pada 2010, 25%
pada 2011 dan sisanya 50% pada 2012. Skema pembayaran angsuran pokok
dana tersebut yaitu Maret 2010 (6,25%), Juni 2010 (6,25%), September 2010
(6,25%), Desember 2010 (6,25%), Maret 2011 (6,25%), Juni 2011 (6,25%),
September 2011 (6,25%), Desember 2011 (6.25%), dan terakhir pada Januari
2012 (50%). Namun sekali lagi Bakrie Life tidak memenuhi kewajiban dalam
SKB atau telah melakukan wanprestasi.
V. Investment Fraud
Bakrie Life secara jelas telah melakukan wanprestasi terhadap nasabah
Diamond Investa karena melakukan penempatan dana tidak sesuai dengan
prospektus. Namun timbul pertanyaan apakah manajemen Bakrie Life telah
melakukan investment fraud. Manajemen Bakrie Life mengelola dana
nasabah pada 20 – 25 saham teraktif (LQ 45) di Bursa Efek Indonesia (BEI)
yang kebanyakan adalah saham milik perusahaan grup Bakrie. Saham pada
masing-masing emiten tidak lebih dari 25% dimana hal ini tidak menyalahi
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan
Keuangan Perusahaan Asuransi dan perusahaan Reasuransi. Pada KMK
tersebut pada Bab 3 Kekayaan Yang Diperkenankan Bagian 5 Produk
Asuransi Yang Dikaitkan Dengan Investasi Pasal 21 disebutkan jenis-jenis
Investasi yang diperbolehkan, antara lain kas dan bank, deposito berjangkan
dan sertifikat deposito, saham yang tercatat di bursa efek, obligasi dan
Medium Term Notes, unit penyertaan reksadana, serta surat berhargayang
diterbitkan atau dijamin oleh Pemerintah atau Bank Indonesia. Namun dalam
pasal tersebut tidak ditetapkan pembatasan untuk masing-masing jenis
investasi. Apabila dikaitkan dengan pasal 19 yaitu Penempatan Investasi
Pada Satu Pihak, disebutkan bahwa
(1) Penempatan investasi pada satu pihak tidak melebihi 25% (dua
puluh lima per seratus) dari jumlah investasi, kecuali penempatan
pada surat berharga yang diterbitkan oleh pemerintah atau Bank
Indonesia dan surat berharga yang dijamin oleh Pemerintah atau
bank Indonesia.
(2) Pihak sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) adalah satu
perusahaan, atau sekelompok perusahaan yang memiliki hubungan
afiliasi satu dengan yang lain.
Maka apabila merujuk pada ketentuan tersebut, sangat sulit untuk menjerat
Bakrie Lfe dengan pasal investment fraud.
Namun penyelesaian melalui jalur hukum tidak sepenuhnya jalur terbaik bagi
nasabah. Penyelesaian di pengadilan memerlukan biaya yang tidak sedikit
misalnya biaya untuk sewa pengacara, terutama untuk nasabah perorangan.
Di samping itu, nasabah juga masih pesimis dengan kepastian hukum di
Indonesia. Apalagi dalam hal ini mereka berhadapan bukan dengan
sembarangan orang melainkan grup Bakrie. Bisa – bisa merekan kembali
dituduh dengan pasal pencemaran nama baik. Masih segar dalam ingatan
kasus Lumpur Lapindo Mei 2006 dimana akhirnya oleh pemerintah dianggap
sebagai bencana alam dan diambil alih oleh pemerintah.
Apabila jalur hukum ditempuh dan dimenangkan oleh nasabah, maka Bakrie
Life dinyatakan pailit dan nasabah dapat mengambil keseluruhan aset Bakrie
Life. Namun pembagian aset bisa sangat kecil dan tidak sesuai dengan
tuntutan ganti rugi para nasabah. Opsi ini lebih baik daripada terus
menunggu kepastian pengembalian dana oleh Bakrie Life yang belum jelas
kapan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
I. Kesimpulan
− Manajemen Bakrie Life secara jelas telah terbukti lalai terhadap kontrak
prokpektus produk Diamond Investa.
− Manajemen Bakrie Life tidak memberikan informasi yang benar kepada
nasabahnya terkait dengan produk Diamond Investa.
− Dengan lahirnya SKB antara nasabah dengan manajemen Bakrie Life
maka kontrak awal yaitu prospketus Diamond Investa dinyatakan dihapus.
− Nasabah mempunyai opsi menuntut Bakrie Life ke pengadilan karena lalai
memenuhi kewajibannya sesuai dengan SKB atau tetap menunggu sampai
dengan manajemen Bakrie Life melunasi hutang-hutangnya.
II. Saran
− Bapepam – LK seharusnya mengoptimalkan fungsi pengawasan sehingga
dapat memberikan peringatan lebih dini kepada publik.