Professional Documents
Culture Documents
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, dilakukan percobaan mengidentifikasi zat warna pada
makanan. Sampel yang digunakan pada percobaan ini adalah minuman Frutang yang
berwarnakuning pekat cenderung oranye. Oleh karena yang ditinjau dalam percobaan ini
adalah warna sampel yang menunjukkan komponen penyusunnya dan didasrkan pada kadar
penjerapannya metode yang digunakan untuk identifikasi adalah kromatografi.
Pada percobaan kromatografi kertas ini, sampel yang sebelumnya telah dipekatkan
terlebih dahulu kemudian ditotolkan pada kertas saring dengan jarak tertentu yang telah
diukur terlebih dahulu. Selain sampel ditotolkan juga zat pembanding pada kertas saring yang
sama. Kertas saring ini merupakan fasa diam pada metode ini, karena dapat mengalirkan fasa
geraknya yaitu pelarutnya.
Sebagaimana menurut Khopkar (2002), “Susunan serat kertas membentuk medium
berpori yang bertindak sebagai tempat untuk mengalirkannya fase bergerak. Berbagai macam
tempat kertas secara komersil tersedia adalah whatman 1, 2, 31 dan 3 MM. Kertas asam
asetil, kertas kieselguhr, kertas silikon dan kertas penukar ion juga digunakan. Kertas asam
asetil dapat digunakan untuk zat – zat hidrofobik. Untuk memilih kertas yang menjadi
pertimbangan adalah tinggkat kesempurnaan pemisahan, difusitas pembentukan spot, efek
tailing dan pembentuk komet serta laju pergerakan untuk teknik descending”.
Adapun pelarut yang digunakan pada percobaan ini terdiri dari tiga buah larutan yang
berbeda, yaitu 1-butanol, asam etanoat dan air dengan volume yang berbeda dari masing-
masingnya dan kemudian dicampurkan menjadi satu. Campuran ketiga larutan ini disebut
dengan eluen, yang mana di dalam metode kromatografi kertas ini merupakan fasa gerak.
Sebagaimana menurut Eko (2010) ,” Kromatografi pada kertas biasanya melibatkan
kromatografi pembagian atau penjerapan. Pada kromatografi pembagian, senyawa terbagi
dalam pelarut alkohol yang sebagian besar tidak bercampur dengan air (misalnya n-butanol)
dan dalam air. Campuran pelarut klasik yaitu n-butanol-asam asetat-air (4:1: 5, lapisan atas)
(di-singkat BAA),;memang dirancang sebagai sarana untuk meningkatkan kadar air lapisan
n-butanol dan dengan demikian memperbaiki manfaat campuran pelarut tersebut”.
Setelah beberapa saat, dari dimasukkannya kertas saring ke dalam pelarut. Terlihat
bahwa pelarut terserap naik ke atas, dan sampel juga bergerak tetapi tidak secepat gerak
pelarut. Kemudian kertas saring diambil dan diperoleh jarak tempuh pelarut adalah 4,75 cm
sedangkan jarak tempuh sampel adalah 1,2 cm. Dari data ini ini diperoleh Rf sampel yaitu
0,25. Dan dari pembanding diperoleh Rf yaitu 0. Perbandingan Rf sampel dengan Rf
pembanding terlalu jauh jadi dimungkinkan sampel tidak mengandung zat pembanding yaitu
chrome yellow. Akan tetapi pada percobaan ini zat pembanding terlalu kering, yang
menyebabkan zat pembanding ini tidak bergerak.
Sebagaimana menurut Alip (2011), “Metoda identifikasi yang paling mudah adalah
berdasarkan pada kedudukan dari noda relatif terhadap permukaan pelarut, menggunakan
harga Rf. Harga Rf merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu senyawa pada kromatogram
dan pada kondisi konstan merupakan besaran karakteristik dan reprodusibel. Harga Rf
didefinisikan sebagai perbandingan antara jarak senyawa dari titik awal dan jarak tepi muka
pelarut dari titik awal.”
5. KESIMPULAN
6. DAFTAR PUSTAKA
Sari, Sri Adelila. 2010. Metode Pemisahan Jilid 2. Banda Aceh: Syah Kuala University Press.