You are on page 1of 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sejarah dan perkembangan Ilmu Forensik tidak dapat dipisahkan dari sejarah dan
perkembangan hukum acara pidana. Sebagaimana diketahui bahwa kejahatan yang terjadi
di muka bumi ini sama usia tuanya dengan sejarah manusianya itu sendiri. Luka
merupakan salah satu kasus tersering dalam kedokteran Forensik. Luka bisa terjadi pada
korban hidup maupun korban mati. Dalam sebuah survey di sebuah rumah sakit di selatan
tenggara kota London dimana didapatkan 425 pasien yang dirawat oleh karena kekerasan
fisik yang disengaja. Beberapa jenis senjata digunakan pada 68 dari 147 kasus
penyerangan di jalan raya, terdapat 12 % dari penyerangan menggunakan besi batangan
dan pemukul baseball atau benda – benda serupa dengan itu, lalu di ikuti dengan
penggunaan pisau 18%, terdapat nilai yang sangat berarti dari kasus penusukan, sekitar
47% kasus yang masuk rumah sakit dan 90% mengalami luka yang serius.

Hal yang harus dicatat bahwa terdapat 2 dari 3 penyerangan terjadi di dalam
tempat tinggal atau klub-klub dengan menggunakan pisau, kaca, dan bermacam-macam
senjata. 40% kasus penikaman terjadi di jalan raya dan 23% di dalam tempat tinggal dan
klub-klub , 50% pasien sedang mabuk atau minum pada saat sebelum waktu
penyerangan, 27% pasien tersebut adalah penganguran. Luka-luka yang disebabkan oleh
pukulan (46%), tendangan (17%) bermacam-macam senjata (17%), pisau dan pecahan
kaca (15%) sisanya disebabkan oleh gigitan manusia dan penyebab-penyebab lain yang
tidakdiketahui. Selama tahun 2006, jumlah kejahatan meningkat dari 256.543 (tahun
2005) menjadi 296.119. Inilah peningkatan kejahatan yakni sekitar 15,43 persen. Jumlah
penduduk yang beresiko terkena kejahatan rata-rata 123 orang per 100.000 penduduk
Indonesia di 2006. Bila dibandingkan tahun 2005 terjadi kenaikan 1,65 persen.

Pada pasal 133 ayat (1) KUHAP dan pasal 179 ayat (1) KUHAP dijelaskan
bahwa penyidik berwenang meminta keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman
atau dokter atau bahkan ahli lainnya. Keterangan ahli tersebut adalah Visum et Repertum,
dimana didalamnya terdapat penjabaran tentang keadaan korban, baik korban luka,
keracunan, ataupun mati. Seorang dokter perlu menguasai pengetahuan tentang
mendeskripsikan luka. Visum et Repertum harus dibuat sedemikian rupa, yaitu
memenuhi persyaratan formal dan material , sehingga dapat dipakai sebagai alat bukti
yang sah di sidang pengadilan.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

TRAUMATOLOGI

1. Definisi

Traumatologi berasal dari kata trauma dan logos. Trauma berarti kekerasan atas jaringan
tubuh yang masih hidup, sedang logos berarti ilmu. Jadi traumatologi merupakan ilmu
yang mempelajari semua aspek yang berkaitan dengan kekerasan terhadap jaringan tubuh
manusia yang masih hidup.

2. Penyebab trauma

Kekerasan yang mengenai tubuh seseorang dapat menimbulkan efek pada fisik maupun
psikisnya. Efek fisik maupun psikisnya. Efek fisik berupa luka- luka yang kalau di
periksa dengan teliti akan dapat di ketahui jenis penyebabnya. Yaitu :

A. Benda – benda mekanik

 Benda Tajam

Ciri- ciri umum dari luka benda tajam adalh sebagai berikut :

- Garis batas luka biasanya teratur, tepinya rata dan sudutnya runcing

- Bila ditautkan akan mejadi rapat (karena benda tersebut hanya memisahkan ,
tidak menghancurkan jaringan) dan membentuk garis lurus dari sedikit
lengkung.

- Tebing luka rata dan tidak ada jembatan jaringan.

- Daerah di sekitar garis batas luka tidak ada memar.

 Benda Tumpul

2
Kekerasan oleh benda keras dan tumpul dapat mengakibatkan berbagai macam
jenis luka, antara lain :

a. Memar ( kontusi )

Memar merupakan salah satu bentuk luka yang ditandai oleh kerusakan
jaringan tanpa disertai diskontinuitas permukaan kulit. Kerusakan tersebut di
sebabkan oleh pecahnya kapiler sehingga darah keluar dan meresap ke
jaringan di sekitarnya

Mula – mula terlihat pembengkakan, berwarna merah kebiruan. Sesudah 4


sampai 5 hari berubah menjadi kuning kehijauan dan sesudah lebih dari
seminggu menjadi kekuningan.

Pada orang yang menderita penyakit defisiiensi atau menderita kelainan darah,
kerusakan yang terjadi akibat trauma tumpul tersebut akan lebih besar di
bandingkan pada orang normal. Oleh sebab itu, besar kecilnya memar tidak
dapat di jadikan ukuran untuk menentukan besar kecilnya benda penyebabnya
atau kekerasan tidaknya pukulan. Pada wanita atau orang – orang yang gemuk
juga akan mudah terjadi memar

Dilihat sepintas lalu luka memar terlihat seperti lebam maya, tetapi jika di
periksa dengan seksama akan dapat dilihat perbedaan – perbedaanya, yaitu :

Memar Lebam mayat


Lokasi Bisa dimana saja Pada bagian terendah
Pembengkakan Positif negatif
Bila di tekan Warna tetap Memucat / hilang
Mikroskopik Reaksi jaringan( + ) Reaksi jaringan ( - )

b. Luka lecet ( abrasi )

3
Luka lecet adalah luka yang disebabkan oleh rusaknya atau lepasnya lapisan
luar dari kulit, yang ciri – cirinya adalah :

o Bentuk luka tak teratur

o Batas luka tidak teratur

o Tepi luka tidak rata

o Kadang – kadang di temukan sedikit perdarahan

o Permukaannya tertutup oleh krusta ( serum yang telah mongering )

o Warna coklat kemerahan

o Pada pemeriksan mikroskopik terlihat adanya beberapa bagian yang


masih di tutupi epitel dan reaksi jaringan ( inflamasi )

Bentuk luka lecet kadang–kadang dapat memberi petunjuk tentang benda


penyebabnya; seperti misalnnya kuku, ban mobil, tali atau ikat pinggang.

Luka lecet juga dapat terjadi sesudah orang meninggal dunia, dengan tanda –
tanda sebagai berikut :

o Warna kuning mengkilat

o Lukasi biasnya didaerah penonjolan tulang

o Pemeriksaan mikroskopik tidak di temukan adanya sisa- sia epitel dan


tidak di temukan reaksi jaringan.

c. Luka terbuka / robek ( laserasi )

Luka terbuka / robek adalah luka yang disebabkan karena persentuhan dengan
benda tumpul dengan kekuatan yang mampu merobek seluruh lapisan kulit
dan jaringan di bawahnya, yang ciri–cirinya sebagai berikut :

o Bentuk garis batas luka tidak teratur dan tepi luka tak rata

4
o Bila ditautkan tidak dapat rapat ( karena sebagaian jaringan hancur )

o Tebing luka tak rata serta terdapat jembatan jaringan

o Di sekitar garis batas luka di temukan memar

o Lokasi luka lebih mudah terjadi pada daerah yang dekat dengan tulang
( misalnya daerah kepala, muaka atau ekstremitas ).

Karena terjadinya luka disebabkan oleh robeknya jaringan maka bentuk dari
luka tersebut tidak menggambarkan bentuk dari benda penyebabnya. Jika
benda tumpul yang mempunyai permukaan bulat atau persegi dipukulkan
pada kepala maka luka robek yang terjadi tiak berbentuk bulat atau persegi

Kekerasan akibat benda tajam dapat menimbulkan luka yang bentuknya


tergantung dari cara benda tajam itu mengenai sasaran. Jika diiriskan akan
mengakibatkan luka irirs, jika di tusukan akan mengakibatkan luka tusuk dan
jika di bacokan ( di ayunkan dengan tenaga yang kuat ) akan mengakibatkan
luka bacok.

Kekerasan akibat benda tumpul dapat menyebabkan luka memar , luka lecet
atau luka robek.

 Benda Yang Mudah Pecah ( kaca )

Kekerasan oleh benda yang mudah pecah ( missal kaca ), dapat mengakibatkan
luka –luka campuran; yang terdiri atas luka iris, luka tusuk dan luka lecet,

Pada daerah luka atau sekitarnya biasanya tertinggal fragmen-fragmen dari benda
yang mudah pecah itu. Jika yang menjadi penyebabnya adalah kaca mobil maka
luka-luka campuran yang terjadi hanya terdiri atas luka lecet dan luka iris saja,
sebab kaca mobil sengaja dirancang sedemikian rupa sehingga kalau peah akan
terurai menjadi bagian-bagian kecil.

3. Waktu terjadinya kekerasan

5
Waktu terjadinya kekerasan merupakan hal yang sangat penting bagi keperluan
penuntutan oleh penuntut umum, pembelaan oleh penasehat hukum terdakwa serta untuk
penentuan keputusan oleh hakim. Dalam banyak kasus, informasi tentang waktu
terjadinya kekerasan itu akan dapat digunakan sebagai bahan analisa guna
mengungkapkan banyak hal, terutama yang berkaitan dengan alibi seseorang.
Masalahnya ialah, tidak seharusnya seseorang dituduh atau dihukum jika pada saat
terjadinya tindak pidana ia berada di tempat yang jauh dari tempat kejadian perkara

Dengan melakukan pemeriksaan yang teliti , akan dapat ditentukan :

A. Luka terjadi antemortem atau post mortem

Jika pada tubuh jenazah ditemukan luka maka pertanyaanya ialah luka itu terjadi
sebelum atau sesudah mati. Untuk menjawab pertanyaan tersebut perlu dicari ada
tidaknya tanda – tanda intravital. Jika di temukan berarti luka terjadi sebelum mati
dan demikian pula sebaliknya

Tanda intravital itu sendiri pada hakekatnya merupakan tanda yang menunjukan
bahwa

 Jaringan setempat masih hidup ketika terjadi trauma

Tanda – tanda bahwa jaringan yang terkena trauma masih dalam keadaan
hidup ketika terjadi trauma antara lain :

a. Retraksi jaringan

Terjadi karena serabut–serabut elastic dibawah kulit terpotong dan


kemudian mengkerut sambil menarik kulit di atasnya. Jika arah luka
memotong serabut secara tegak lurus maka bentuk luka akan menganga,
tetapi jika arah luka sejajar dengan serabut elastic maka bentuk luka tak
begitu menganga.

b. Reaksi vaskuler

Bentuk reaksi vaskuler tergantung dari jenis trauma, yaitu :

6
o Pada trauma suhu panas, bentuk reaksi intravitalnya berupa :

 Eritema ( kulit berwarna kemerahan )

 Vesikel atau bulla.

o Pada trauma neda keras dan tumpul, bentuk intravitas berupa

 Kontusi atau memar

c. Reaksi mikroorganisme ( infeksi )

Jika tubuh dari orang yang masih hidup mendapat trauma dan
meninggalkan luka terbuka maka kuman – kuman kan masuk serta
menimbulkan infeksi yang ciri – cirinya sebagai berikut :

o Warna kemerahan

o Terlihat bengkak

o Terdapat pus

o Bila sudah lama terlihat danya jaringan granulasi

d. Reaksi biokimiawi

Jika jaringan yang masih hidup mendapat trauma maka pada daerah
tersebut akan terjadi aktivitas biokimiawi berupa :

o kenaikan kadar serotonin (kadar maksimal terjadi 10 menit sesudah


trauma)

o Kenaikan kadar histamine ( kadar maksimal terjadi jadi 20-30 menit


sesudah trauma).

o Kenaikan kadar enzyme ( ATP, aminopeptidase, acid-phosphatase dan


alkali-phosphatase ) yang terjadi beberapa jam sesudah trauma sebagai
akibat dari mekanisme pertahanan jaringan.

7
 Organ dalam masih berfungsi saat terjadi trauma

Jika organ dalam ( jantung atau paru – paru )masih dalam keadaan berfungsi
ketika terjadi trauma maka tanda – tandanya antara lain :

a. Perdarahan hebat ( profuse bleeding ) :

Trauma yang terjadi pada orang hidup akan menimbulkan perdarahan


yang banyak sebab jantung masih bekerja sehingga terus menerus
memomp darah keluar lewat luka

Berbeda sekali dengan trauma yang terjadi sesudah mati sebab keluarnya
darah di sini secara pasif karena pengaruh gravitasi sehingga jumlahnya
tidak banyak.

Perdarahan pada luka intravital di bagi menjadi 2 yaitu perdarahan internal


dan eksternal.

Perdarahan internal mudah dibuktikan karena darah tertampung di rongga


badan ( rongga perut, rongga dada, rongga panggul, rongga kepala dan
kantong pericardium ) sehingga dapat di ukur pada waktu otopsi.

Sedangkan perdarahan eksternal (darah tumpah di tempat kejadian) hanya


dapat disimpulkan jika pada waktu otopsi di temukan tanda- tanda anemis
(muka dan organ-organ dalam pucat) disertai tanda–tanda limpa melisut,
jantung dan nadi utama tidak berisi darah.

b. Emboli udara

Terdiri atas emboli udara venosa ( pulmoner ) dan emboli udara arterial
( sistematik )

Emboli udara venosa terjadi jika lumen dari vena yang terpotong tidak
mengalami kolap karena terfixir dengan baik, seperti vena jugularis
eksterna atau subclavia. Udara akan masuk ketika tekanan di jantung
kanan negative. Gelembung udara yang terkumpul di jantung kanan dapat

8
terus menuju ke daerah paru – paru sehingga dapat mengganggu
fungsinya.

Emboli arterial dapat terjadi sebagai kelanjutan dari emboli udara venosa
pada penderita foramen ovale persisten atau sebagai akibat dari tindakan
pneumotoraks artificial atau karena luka – luka yang menembus paru –
paru. Kematian dapat terjadi akibat gelembung udara masuk pembuluh
darah koroner atau otak.

c. Emboli lemak

Emboli lemak terjadi pada trauma tumpul yang mengenai jaringan


berlemaka atau trauma yang mengakibatkan patah tulang panajang.
Akibatnya, jaringan lemak akan mengalami pencairan dan kemudian
masuk kedalam pembuluh darah vena yang pecah menuju atrium kanan,
ventrikel kanan dan dapat terus menuju daerah paru – paru.

d. Pneumotorak

Jika dinding dada menderita luka tembus atau paru – paru menderita luka,
sementara paru – paru itu sendiri tetap berfungsi maka luka tersebut dapat
berfungsi sebagai ventil. Akibatnya, udara luar atau udara paru- paru akan
masuk ke rongga pleura setiap inspirasi

Semakin lama udara yang masuk ke rongga pleura semakin banyak yang
pada akhirnya akan menghalangi pengembangan paru – paru sehingga
pada akhirnya paru – paru menjadi kolap.

e. Emfisema kulit ( krepitasi kulit )

Jika trauma pada dada mengakibatkan tulang iga patah dan menusuk apru
– paru maka pada setiap ekspirasi udara paru – paru dapat masuk
kejaringan ikat di bawah

9
Pada palpasi akan terasa ada krepitasi di sekitar daerah trauma. Keadaan
seperti ini tidak mungkin terjadi jika trauma terjadi sesudah orang
meninggal dunia.

Jika trauma terjadi sesudah orang meninggal dunia maka kelainan –


kelainan tersebut di atas tidak mungkin terjadi mengingat pada saat itu
jantung dan paru – parunya sudah berhenti bekerja.

B. Umur luka

Untuk mengetahui kapan terjadi kekerasan, perlu diketahui umur luka. Hanya saja,
tidak ada satupun metode yang dapat digunakan untuk menilai dengan tepat kapan
suatu kekerasan ( baik pada korban hidup ataupun mati ) dilakukan mengingat adanya
factor individual, penyulit ( misalnya infeksi, kelainan darah atau penyakit defisiensi )
serta factor kualitas dari kekerasan itu sendiri.

Kendati demikian ada beberapa cara dapat di gunakan untuk memperkirakannya,


yaitu dengan melakukan :

1. Pemeriksaan makroskopik

Pemeriksaan dengan mata telanjang atas luka dapat memperkirakan berapa


umur luka tersebut. Pada korban hidup, perkiraan di hitung dari saat trauma
sampai saat di periksa pada korban mati, mulai dari saat trauma sampai saat
kematiaanya.

Pada kekerasan dengan benda tumpul, umur luka dapat di perkirakan dengan
mengamati perubaha–perubahan yang terjadi. Mula – mula pada daerah yang
mengalami trauma akan terlihat pembengkakan akibat ekstravasai dan
inflamasi, berwarna merah kebiruan. Sesudah 4 sampai 5 hari warna tersebut
berubah menjadi kuning kehijauan dan sesudah lebih dari seminggu menjadi
kekuningan.

Pada luka robek atau terbuka juga dapat diperkirakan umurnya dengan
mengamati perubahan–perubahanya. Dalam selang waktu 12 jam sesudah

10
trauma akan terjadi pembengkakan pada tepi luka. Selanjutnya kondisi luka
akan di dominasi oleh tanda–tanda inflamasi dan kemudian di susul tanda –
tanda penyembuhan.

2. Pemeriksaan mikroskopik ( histology ).

Mengingat hasil makroskopik sangat variatif dan jauh dari ketepatan maka
perlu di lakukan pemeriksaan mikroskopik pada korban mati. Selain berguna
bagi intravitalis luka, pemeriksaan mikroskopik juga untuk menentukan umur
luka secara lebih teliti. Caranya ialah dengan mengamati perubahan –
perubahan histologiknya

Infiltrasi perivaskuler dari leukosit polymorfonuklear dapat di lihat dengan


jelas pada kasus – kasus dengan periode survival sekitar 4 jam atau lebih.
Dilatasi kapiler dan marginasi leukosit mungkin dapat di lihat lebih dini lagi,
bahkan beberapa menit sesudah trauma. Leukosit yang mula – mula masuk ke
jaringan adlah jenis polymorfonuklear. Pada stadium berikutnya akan tampak
monosit , namun leukosit jenis ini jarang di temukan pada eksudt kurang dari
12 jam sesudah trauma.

Pada trauma dengan inflamsi aseptic, proses eksudasi akan mencapai puncak
dlam waktu 48 jam.

Epitelisasi baru terjadi pada hari ketiga , sedangkan sel- sel fibroblast mulai
menunjukan perubahan reaktif ( dalam bentuk proliferasi ) sekitar 15 jam
sesudah trauma. Tingkat proliferati tersebut serta pembentukan kapiler –
kapiler baru sangat variatif , tetapi biasnya jaringan granulasi lengkap dengan
vaskularisasinya akan terbentu paling tidak sesudah 3 hari. Serabut – serbut
kolagen yang baru juga mulai terbentuk 4 atau 5 hari sesudah trauma.

Pada luka – luka kecil, kemungkinan jaringan parut tampak pada akhir
minggu pertama. Biasanya sekitar 12 hari sesudah trauma, aktifitas sel- sel
epitel dan jaringan di bawahnya mengalami tahapan regresi. Akibatnya
jaringan epitel akan mengalami atrofi, vaskularisasi jaringan di bawahnya juga

11
berkurang dig anti serabut – serabut kolagen. Sampai beberapa minggu
sesudah penyembuhannya, serabut – serabut elastic masih tampak banyak dari
jaringan tak terkena trauma.

Perubahan – peruabahan histologik dari luka ini snagat di pengaruhi ada


tidaknya infeksi. Perlu di ketahui bahwa infeksi akan memperlambat proses
penyembuhan luka.

Peningkatan akitfitas adenosine triphosphatase dan aminopeptidase dapat di


lihat lebih dini, yaitu setengah jam setelah trauma. Peningkatan aktifitas
aminopeptidase dapat di lihat sesudah 2 jam, sedangkan peningkatan acid
phosphatase dan alkali phosphatase sesudah 4 jam.

4. Cara melakukan kekerasan

Untuk sejata tajam, cara senjata itu di gunakan dapat di bedakan, yaitu :

1. Diiriskan

Di iriskan mengandung pengertian bahwa mata tajam dari sejata tersebut di


tekankan lebih dahulu ke suatu bagian dari tubuh dakn kenudian di geser
kearah yang sesuai dari senjata.

Luka yang di timbulkannya merupakan luka iris ( incised wound )yang ciri –
cirinya :

o Sesuai ciri – ciri umum luka akibat senjata tajam

o Panjang luka lebih besar dari dalamnya luka.

2. Ditusukan

Artinya bagian dari senjata tajam di tembakkan pada suatu bagian dari tubuh
dengan arah tegak lurus atau miring kemudian ditekan kedalam tubuh sesuai
arah tadi.

12
Lka –luka yang di timbulkannya merupaka luka tusuk ( stab wound ) yang ciri
– cirinya :

o Sesuai ciri –ciri umum luka akibat senjata tajam

o Dalam luka lebih besar dari panjangnya luka.

3. Dibacokan

Mengandung perngertian bahwa senjata tajam yang ukurannya relative besar


dan diayunkan dengan tenaga yang kuat sehingga mata tajam dari senjata
tersebut mengenai sautu bagian dari tubuh. Tulang – tulang di bawahnya
biasnya berfungsi sebgai bantalan sehingga ikut menderita luka

Luka yang di timbulkannya merupakan luka bacok ( chop wound ) yang

ciri – cirinya :

o Sesuai ciri –ciri umum luka akibat senjata tajam

o Ukuran luka besar dan menganga

o Panjang luka kurang lebih sama dengan dalam luka

o Biasnya tulang tulang dibawahnya ikut menderita luka

Jika senjata yang di gunakan tidak begitu tajam maka disekitar garis batas
luka terdapat memar.

4. Di tembakan

Untuk senjata api, cara senjata itu di tembakan juga dapat di tentukan, yaitu :

1. Secara tegak lurus atau miring

2. Dengan jarak tembak temple, dekat, sedang atau jauh

Jika di tembakan tegak lurus kearah permukaan tubuh maka ciri – cirinya :

13
 Letak lubang luka terhadap cincin lecet konsentris luka di tembakan
secara miring kearah permukaan tubuh maka ciri- cirinya :

o Letak lubang luka terhadap cincin lecet episentris

 Jika di tembakan dengan jarak kontak maka luka yang terjadi


mempunyai ciri – ciri :

o Bentuknya seperti bintang (cruriform )

o Terlihat memar berbetuk sirkuler akibat hentakan balik dari


moncong senjata.

 Jika di tembakan dengan jarak dekat ( 1 inci – 2 kaki ) maka ciri – ciri
dari luka yang terjadi adalah :

o Berupa lubang berbentuk bulat yang di kelilingi cincin lecet

o Terdapat produk dari mesiu ( tattoo, sisa – sisa mesiu atau


jelaga )

 Jika di tembakan dengan jarak jauh ( lebih 2 kaki ) maka lka yang
terjadi mempunyai ciri – ciri :

o Berupa lubang berbentuk bulat yang di kelilingi cincin lecet

o Tidak di temukan produk mensiu

5. Akibat trauma

A. Aspek medic

Konsekuensi dari luka yang di timbulkan oleh trauma dapat berupa :

1. Kelainan fisik / organic

Bentuk dari kelainan fisik atau organic ini dapat berupa :

- Hilangnya jaringan atau bagian dari tubuh

14
- Hilangnya sebagaian atau seluruh organ tertentu

2. Gangguan fungsi dari organ tubuh tertentu

Bentuk dari gangguan fungsi tergantung dari organ atau bagaian tubuh yang
terkena trauma. Contoh dari gangguan fungsi antara lain lumpuh, buta, tuli atau
terganggunya fungsi organ – organ dalam.

3. Infeksi

Seperti di ketahui bahwa kulit atau membrane mukosa merupakan barier terhadap
infeksi. Bila kulit atau membrane tersebut rusak maka kuman akan masuk lewat
pintu ini. Bahkan kuman dapat masuk lewat daerah memar atau bahkan irritasi
akibat benda yang terkontaminasi oleh koman. Jenis kuman dapat berupa
streptococcus, staphylococcus, echeria coli, proteus vulgaris, clostridium tetani
serta kuman yang menyebabkan gas gangrene.

4. Penyakit

Trauma sering di anggap sebagai precipitating factor terjadinya penyakit jantung


walaupun hubungan kausalnya sulit diterangkan dan masih dalam kontroversi.

5. Kelainan psikis

Trauma, meskipun tidak menimbulkan kerusakan otak, kemungkinan dapat


menjadi precipitating factor bagi terjadinya kelainan mental yang spketrumnnya
amat luas; yaitu dapat berupa compensational neurosis, anxiety neurosis,
dementia praecox primer ( schizophrenia ), manic depressive atau psikosis.
Kepribadian serta potensi individu untuk terjadinya reaksi mental yang abnormal
merupakan factor utama timbulnya gangguan mental tersebut; meliputi jenis,
derajat serta lamanya gangguan. Oleh sebab itu pada setiap gangguan mental post-
trauma perlu dikaji elemen-elemen dasarnya yang terdiri atas latar belakang

15
mental dan emosi serta nilai relative bagi yang bersangkutan atas jaringan atau
organ yang terkena trauma.

Secar umum dapat diterima bahwa hubungan antara kerusakan jaringan tubuh atu
organ dengan psikosis post trauma di dasarkan atas :

- Keadaan mental benar – benar sehat sebelum trauma

- Trauma telah merusak susunan syaraf pusat

- Trauma, tanpa mempersoalkan lokasinya, mengancam kehidupan seseorang.

- Trauma menimbulkan kerusakan pada bagian yang struktur dan fungsinya


dapat mempengaruhi emosi organ genital, payudara, mata, tangan atau wajah.

- Korban cemas akan lamanya waktu penderitaan

- Psikosis terjadi dalam tenggang waktu yang masuk akal

- Korban dihantui oleh kejadian ( kejahatan atau kecelkaan ) yang menimpanya.

B. Aspek yuridis

Jika dari sudut medic, luka merupakan kerusakan jaringan (baik disertai atau tidak
disertai diskontuinitas permukaan kulit) akibat trauma maka dari sudut hukum, luka
merupakan kelainan yang dapat disebabkan oleh suatu tindak pidana, baik yang
bersifat intensional (sengaja), reckless ( ceroboh ) atau negligence (kurang hati –
hati). Untuk menentukan berat ringannya hukuman perlu ditentukan lebih dahulu
berat ringannya luka.

Kebijakan hokum pidana didalam penentuan berat ringannya luka tersebut didasarkan
atas pengaruhnya terhadap :

- Kesehatan jasmani

- Kesehatan rohani

- Kelangsungan hidup janin di dalam kandungan

16
- Estetika jasmani

- Pekerjaan jabatan atau pekerjaan mata pencarian

- Fungsi alat indera

1. Luka ringan

Luka ringan adalah luka yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan dalam
menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencariannya.

2. Luka sedang

Luka sedang adalah luka yang mengakibatkan penyakit atau halangan dalam
menjalankan pekerjaan jabtan atau mata pencariaanya untuk sementara waktu.

3. Luka berat

Luka berat adalah luka yang sebagaiman diuraikan didalam pasal 90KUHP, yang
terdiri atas :

a. Luka atau penyakit yang tidak dapat diharapkan akan sembuh dengan
sempurna lebih ditujukan pada fungsinya. Contohnya trauma pada satu mata
yang menyebabkan kornea robek.

Sesudah di jahit sembuh, tetapi mata tersebut tidak dapat melihat

b. Luka yang dpat mendatangkan bahaya maut

Dapat mendatangkan bahaya maut pengertiannya memeiliki potensial untuk


menimbulkan kematian, tetapi sesudah diobati dapat sembuh

c. Luka yang menimbulkan rintangan tetap dalam menjalankan pekerjaan jabatan


atau mata pencariaanya.

Luka yng dari sudut medic tidak membahayakan jiwa, dari sudut hokum dapat
dikatagorikan sebagai luka berat. Contonya trauma pada tangan kiri pemain

17
biola atau pada wajah seorang peragawati dapat dikatagorikan luka berat jika
akibatnya mereka tidak dapat lagi menjalankan pekerjaanya tersebut selamnya.

d. Kehilangan salah satu dari panca indera

Jika trauma menimbulkan kebutaan satu mata atau kehilngan pendengran satu
telinga, tdiak dapat digolongkan kehilangan ondera. Meskipun demikian tetap
digolongkan sebagai luka berat berdasarkan butir (a) di atas.

e. Cacat besar atau kudung

f. Lumpuh

g. Gangguan daya pikir lebih dari 4 minggu lamanya,

Gangguan daya piker tidak harus berupa kehilangan kesadaran tetapi dapat
juga berupa amnesia, disorientasi, anxietas, depresi atau gangguan jiwa
lainnya.

h. Keguguran atau kematian janin seorang peempuan

Yang dimaksud dengan keguguran ialah keluarnya janin sebelum masa


waktunya, yaitu tidak di dahului oleh proses yang sebagaimana umumnya
terjadi seorang wanita ketika melahirkan. Sedang kematian janin mengandung
pengertian bahwa janin tidak lagi menunjukan tanda – tanda hidup. Tidak
dipersoalkan bayi keluar atau tidak dari perut ibunya.

6. Kontek peristiwa penyebab luka

Latar belakang penyebab luka dapat disebabkan oleh peristiwa pembunuhan, bunuh diri
atau kecelakaan .

1. Pembunuhan

Ciri – ciri lukannya adalah :

- Lokasi luka di sembarang tempat, yaitu daerah yang mematikan maupun yang
tidak mematikan

18
- Luka tersebut di daerah yang dapat di jangkau maupun yang tidak dpat di
jangkau oleh tangan korban

- Pakaian yang menutupi daerah luka ikut robek terkena senjata

- Dpat di temuka luka tangkisan ( defensive wounds ), yaitu pada korban yang
sadar ketika mengalami seranga. Luka tangkisan tersebut terjadi akibat reflek
menahan serangan sehingga letak luka tangkisan biasanya pada lengan bawah
bagian luar.

2. Bunuh diri

Ciri- ciri lukanya adlah :

- Lokasi luka pada daerah yang dapat mematikan secara cepat.

- Lokasi tersebut dapat dijangkau oleh tangan yang bersangkutan

- Pakaian yang menutupi luka tidak ikut robek oleh senjata

- Ditemukan luka –luka percobaan ( tentative wounds )

Luka percobaan tersebut terjadi karena yang bersangkutan masih ragu – ragu
atau karena sedang memilih letak senjata yang pas sambil mengumpulkan
keberaniaanya, sehingga ciri-ciri luka percobaan adalah :

- Jumlahnya lebih dari satu

- Lokasinya disekitar luka yang mematikan

- Kualitasnya lukanya dangkal

- Tidak mematikan

3. kecelakaaan

jika ciri- ciri luka yang ditemukan tidak mengambarkan pembunuhan atau bunuh diri
maka kemungkinannya adalah akibat kecelekaan. Untuk lebih memastikannya perlu
di lakukan pemeriksaan ditemapt kejadian.

19

You might also like