Professional Documents
Culture Documents
Apabila ada huruf nun bertasyid ( ) dan mim bertasyid ( ), maka hukum bacaannya adalah
gunnah. Maka cara bacanya harus didengungkan ke hidung, dan membacanya ditahan dua harkat
Tanda baca tasyid ini menunjukan bahwa huruf tersebut merupakan hurup rangkap. Huruf
yang pertama dibaca sukun (mati) dan huruf yang kedua berharkat (hidup).
a. Pengertian Gunnah
Gunnah menurut bahasa, artinya dengung atau suara desing yang keluar dari pangkal hidung
Sedangkan menurut istilah, gunnah adalah suara enak yang keluar dari pangkal hidung
(khoisyum) dan tersusun dalam dua huruf yaitu: nun ( ) dan mim ( ). Secara mutlak( dalam
Contohnya:
1. Pembagian Gunnah
Gunnah (suara dengung) dalam ilmu tajwid dibagi menjadi dua yaitu:
a. Gunnah Asliyah
Gunnah Asliyah disebut juga gunnah naqishoh (kurang) karena suara dengung (nun dan
mim) kurang dari 1 harkat atau hamper tak tampak, tetapiharus ada, yaitu ketika:
Dibaca idhar
Contohnya:
Berharkat
Contohnya:
b. Gunnah Far’iyah,
Gunnah far’iyah dinamakan juga gunnah kamilah (sempurna) karena suara dengung (nun dan
-Bertasyid, Contoh:
Catatan:
Tebal dan tipisnya suara gunnah, tergantung pada huruf yang sesudahnya, maksudnya
Gunnah Tafkhim (tebal) yaitu nun mati atau tanwin dan mim mati yang bertemu huruf-huruf
tafkhim. Contoh:
Terdapat tiga hukum bagi mim sakinah apabila bertemu huruf-huruf al-qur’an, yaitu:
2. Ikhfa Syafawi
3. Idzhar Syafawi
Mim sakinnah ialah mim yang tidak berbaris atau lebih dikenali dengan mim mati. Mim
sakinah mempunyai ciri yang sama seperti nun sakinah karena kedua-duanya adalah suara yang
keluar dari pangkal hidung (khaisyum) yang mengeluarkan suara dengung atau sifat gunnah
sebagai suatu ciri yang mesti ada pada mim dan nun sakinah.
Semua hukum mim sakinah dikaitkan dengan perkataan syafawi yang bermaksud bibir
karena huruf mim itu adalah huruf yang keluar melalui pertemuan dua bibir. Sila rujuk tentang
pengertian dan maksud idghom, ikhfa, dan idzhar dari segi bahasa dan istilah secara terperinci
dari penjelasan yang telah diuraikan dalam hukum nun sakinah di atas.
- Idghom syafawi atau idghom mislain soghir
Dari segi istilah berarti menggabungkan mim sakinah kedalam mim berbaris besrta dengung.
Idghom ini hanya mempunyai satu huruf yaitu mim ( ). Cara membacanya apabila mim sakinah
bertemu dengan huruf mim yang berbaris maka hendaklah dimasukkan suara mim sakinah
kedalam mim yang berbaris itu dengan disertai dengung. Ini dapat dipastikan dengan merapatkan
kedua bibir dengan sempurna dan di tekan udara kepangkal hidung untuk menyempurnakan mim
sakinah itu.
Contoh:
Tanda-tanda idghom syafawi bagi mim sakinnah ini dapat dikenal dengan melihat mim
sakinah yang tidak mempunyai sebarang tanda diatasnya seperti: mim (tanpa tanda) diikuti pula
dengan mim berbaris yang datang selepasnya mempunyai tanda tasyid seperti : (bersabdu).
Sebab-sebab idghom adalah suara mim sakinah digabungkan kedalam mim yang berbaris karena
kedua huruf yang bertemu adalah dari huruf yang sama makhraj dan sifat-sifatnya
(mutamasyilain).
Hukum ini dinamakan idghom karena penggabungan mim kedalam mim yang kedua dan
dinamakan syafawi, karena kedua huruf ini adalah keluar dari makhraj bibir.
Idghom syafawi juga dinamakan idghom mislain soghir. Perkataan mislain bermaksud
dua huruf yang serupa, perkataan soghir pula bermaksud huruf pertama sukun dan huruf kedua
berbaris. Jika idghom ini dinamakan dengan mislain soghir, maka ia bermaksud menggabungkan
Dinamakan soghir karena ada idghom yang kabir yaitu menggabungkan dua huruf yang
yang dibaca secara idghom seperti: . tetapi idghom seperti ini hanya diamalkan oleh
bacaan riwayat Al-Susi dari Qira’at Abu ‘Amr Al-Basri sahaja dan tidak diterima oleh semua
Qura’ lain. Maka karena itulah penamaan idghom ini dengan idghom syafawi adalah lebih baik
berbanding dengan menanamkan idghom mislain sogir karena penanamanya dengan idghom
mislain soghir akan melibatkan perbincangan ilmu qira’at yang tidak diketahui ramai.
Dinamakan mislain soghir karena bagi huruf pertama sukun dan huruf berbaris yang
kedua bermaksud kecil, karena idghom seperti ini ditemui dalam jumlah yang kecil berbanding
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa selalu melimpahkan
kasih sayang dan bimbingannya sehingga kami masih dapat melakukan berbagai aktivitas
Shalawat dan salam semoga selalu terlimpahkan kepada sosok yang telah membawa
manusia dari kegelapan menuju cahaya terang benderang Nabi Muhammad SAW. Tak lupa
kami ucapkan banyak terimakasih kepada dosen pengampu Fatimah.S.Th.I yang telah
mengajarkan mata kuliah Tahsin & Tahfizd Qur’an dan tidak lupa juga kepada para rekan-
rekan mahasiswa yang telah membantu dalam menyelsaikan tugas makalah ini. Tanpa bimbingan
dan dukungan dari mereka makalah ini tidak akan selesai dengan sempurna dan tepat pada
waktunya.
Semoga dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memacu aktivitas yang
berhubungan dengan materi yang ada dalam makalah dan semoga makalah ini dapat bermanfaat
Penyusun
HUKUM MIM SAKINAH DAN NUN BERTASYID