You are on page 1of 37

BAB I

STATUS PASIEN
A. Identitas Pasien
1. No Rekam Medik : 19.34.30
2. Nama : An Nadif
3. Usia : 4 tahun 6 bulan
4. Jenis Kelamin : Laki-laki
5. Nama orang tua : Bp Sugiyardi
6. Alamat : Ngebrak 2/1 plumbon, Mojolaban,
Karanganyar
7. Tanggal Masuk Rumah Sakit : 20 Desember 2010
8. Ruang : Bangsal bedah (ZB)/III/15
9. TB : 115 cm
10. BB : 12 kg
11. Dokter Pengirim : dr. Bakri Sp.B, FINACS

B. Anamnesa
1. Keluhan Utama
 Rencana lepas pen
2. Riwayat Penyakit Sekarang
 Kurang lebih 6 bulan yang lalu pasien jatuh dan dipasang pen oleh
dokter bedah. Rencana lepas pen.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
 Hipertensi : (-)
 DM : (-)
 Alergi : (-)
 Asma : (-)
 Riwayat mondok : Saat usia 2 tahun Pasien mondok 1 minggu
di Rumah Sakit Panti Waloyo dengan
keluhan demam.

1 Case Repport Anestesi


Aff Pen
4. Perjalanan Penyakit
S : Kurang lebih 6 bulan yang lalu pasien jatuh dan dipasang pen
oleh dokter bedah. Rencana lepas pen. Demam (-), Mual (-),
Muntah (-), BAK lancer, BAB (+), Makan minum baik.
O : KU : Baik
Status generalis : Dalam batas normal
Status lokalis : Fraktur humerus dextra distal
A : Tension fraktur humeri dextra
P : ORIF
Injeksi Ceftriaxon 1 x 500 mg
Injeksi Antrain 3 x 1/3 Ampul
5. Pemeriksaan Fisik Preoperatif
a. Pemeriksaan umum
1) Keadaan Umum
a) Kesan keadaan sakit : Anak tampak menangis ketakutan
b) Kesadaran : Komposmentis
c) Kesan status gizi : baik
2) Tanda Vital
a) Nadi : 72x/menit (Normal : 80x/menit)
b) Tekanan darah : 90/60 mmHg
c) Pernapasan : 20x/menit
d) Temperatur tubuh : 36,50C
3) Status Gizi
a) Berat badan : 12 kg
b) Tinggi badan : 115 cm
4) Pemeriksaan kulit
Warna kulit sawo matang. Tidak tampak kelainan pada
kulit, UKK (-), anemis (-), sianosis (-), hematom (-), ikterus (-),
edema (-), malaria (-) atau kelainan kulit lainnya.
5) Pemeriksaan rambut
a) Warna : hitam

2 Case Repport Anestesi


Aff Pen
b) Kelebatan : lebat
c) Distribusi : merata
d) Karakteristik lain : rambut lurus, alopesia (-)
6) Pemeriksaan kelenjar limfe
Kelenjar limfe tidak teraba (normal), nyeri tekan
kelenjar getah bening regional (-), tanda-tanda inflamasi (-).
7) Pemeriksaan otot
Normotrofi (+), atrofi/hipertrofi (-), hematom (-), nyeri
(-)
8) Pemeriksaan tulang
Generalis : pertumbuhan (normal), deformitas (-), nyeri (-),
krepitasi (-).
Lokalis : Regio brachii et antebrachii, pertumbuhan dalam
batas normal, deformitas (-), nyeri (-), krepitasi (-)
9) Pemeriksaan sendi
Generalis : gerak terbatas, radang (-)
Lokalis : Artikulatio cubiti ; gerak terbatas, radang (-)
b. Pemeriksaan khusus
1) Pemeriksaan kepala
a) Mata : konjungtiva anemis (-), sclera ikterus (-)
b) Hidung : baik
c) Telinga : baik
d) Mulut : baik
e) Tenggorokan : baik
2) Pemeriksaan leher
a) Tampak simetris
b) Pulsasi vena : baik
c) Dapat digerakkan (mobile) : (+)
3) Pemeriksaan thorak
a) Payudara : baik
b) Paru

3 Case Repport Anestesi


Aff Pen
 Inspeksi : dalam batas normal
Simetris, bentuk dada normal, pernafasan
thoracoabdominal (+) normal, retraksi (-), bentuk
vertebrae baik.
 Palpasi : dalam batas normal
Thorax simetris, benjolan abnormal (-), nyeri
(-), pembesaran kelenjar limfe aksial (-), fremitus (+),
krepitasi subkutis (-), ketinggalan pernafasan (-).
 Perkusi : sonor (normal)
 Auskultasi : vesicular (normal)
c) Jantung
 Inspeksi dan palpasi : denyut iktus cordis baik
 Perkusi : redup
 Auskultasi : BJ I & II baik
4) Pemeriksaan Abdomen
a) Inspeksi : dalam batas normal
Bentuk perut mendatar; dinding perut baik, jejas
(-), sikatrik (-), stria (-); gerakan dinding perut simetris.
b) Auskultasi : Suara peristaltik normal, 20x/menit
c) Perkusi : timpani
d) Palpasi : Nyeri tekan (-), nyeri lepas tekan
(-), ascites (-)
 Limpa : dalam batas normal; tidak teraba, nyeri (-)
 Ginjal : dalam batas normal; tidak teraba, nyeri (-)
 Hepar : dalam batas normal; tepi lancip,permukaan
licin,

4 Case Repport Anestesi


Aff Pen
C. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil
HEMATOLOGI
Hemoglobin 11,7
WBC 6.900
Eritrosit 5.150.000
Hematokrit 38,8 %
MCV 75,3
MCH 22,7
MCHC 30,2
HITUNG JENIS LEUKOSIT
Basofil 0
Eosinofil 0
Batang 0
Segmen 70
Limfosit 44,6%
Monosit 6,2 %
Trombosit 307.000
CT 03’30”
BT 0,30”
Golongan darah B
IMUNOLOGI / SEROLOGI
WIDAL -
S. Thypi -
S. Parathypi A -
S. Parathypi B -
KIMIA DARAH
Ureum 23,6
Kreatinin 0,55

5 Case Repport Anestesi


Aff Pen
2. Rontgen : Ro Brachii & Antebrachii dextra
3. Elektrokardiografi :-
4. Elektroencephalografi :-
D. Tindakan Operasi
1. Diagnosa masuk : Tension fraktur humeri dextra
2. Diagnosa akhir : Tension fraktur humeri dextra
3. Tanggal operasi : 20 Desember 2010
4. Riwayat : Union fraktur humeri dextra
5. Jenis : Aff pen mayor sedang elektif
6. ACC : (+)
7. Tindakan : ORIF removal K Wire
E. Tindakan Anestesi
1. Jenis Anestesi : GA
2. Teknik Anestesi : Face Mask
3. Premedikasi : Hipnoz
4. Induksi : Recofol
5. Maintenance : O2, N2O, Halothane
6. Obat-obatan : Pronalges, Scalto, Ulseranin,
Infomide
7. Infus : RL, Tutofusin
8. ASA :I
9. Posisi pasien : supine
F. Ringkasan Rawat Inap
1. Instruksi Postoperasi :
 Observasi keadaan umum dan vital sign
 Sadar (+) & flatus (+) : coba minum sedikit
 Obat : injeksi Ceftriaxon 2 x 500 mg, injeksi antrain 3 x
1/3 Ampul
 Visite : lapor dr Bakri Sp.B, FINAC

6 Case Repport Anestesi


Aff Pen
2. Tanggal keluar rumah sakit: 21 Desember 2010
3. Cara keluar rumah sakit : Atas persetujuan
4. Kadaan keluar : perbaikan

7 Case Repport Anestesi


Aff Pen
BAB II
Tinjauan Pustaka
A. Fisiologi tulang
1. Fisiologi Tulang
Tulang adalah bentuk khusus jaringan ikat dengan kerangka kolagen
yang mengandung garam Ca2+ dan PO43-, terutama hidroksiapatit. Sistem
skelet (tulang) dibentuk oleh sebuah matriks dari serabut-serabut dan protein
yang diperkeras dengan kalsium, magnesium fosfat, dan karbonat. Bahan-
bahan tersebut berasal dari embrio hyalin tulang rawan melalui osteogenesis
kemudian menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut
osteoblast. Terdapat 206 tulang di tubuh yang diklasifikasikan menurut
panjang, pendek, datar, dan tak beraturan, sesuai dengan bentuknya. Secara
umum tulang mempunyai fungsi sebagai berikut(3):
a. Tulang berperan dalam homoestasis Ca2+ dan PO43- secara keseluruhan.
b. Tulang berfungsi untuk melindungi organ vital.
c. Menahan jaringan tubuh dan memberi bentuk kepada kerangka tubuh
d. Melindungi organ ±organ tubuh (contoh tengkorak melindungi otak).
e. Untuk pergerakan (otak melekat kepada tulang untuk berkontraksi dan
bergerak)
f. Untuk pergerakan (otak melekat kepada tulang untuk berkontraksi dan
bergerak).
g. Merupakan tempat penyimpanan mineral, seperti kalsium.
h. Hematopoiesis (tempat pembuatan sel darah merah dalam sum-sum
tulang)
2. Struktur Tulang

8 Case Repport Anestesi


Aff Pen
Gambar
1 : struktur tulang
a. Periosteum
Periosteum merupakan lapisan pertama dan selaput terluar tulang
yang tipis. Periosteum mengandung osteoblas (sel pembentuk jaringan
tulang), jaringan ikat dan pembuluh darah. Periosteum merupakan tempat
melekatnya otot-otot rangka (skelet) ke tulang dan berperan dalam
memberikan nutrisi, pertumbuhan dan reparasi tulang rusak.
b. Tulang kompak (korteks)
Tulang kompak merupakan lapisan kedua pada tulang yang
memiliki tekstur halus dan sangat kuat. Tulang kompak memiliki sedikit
rongga dan lebih banyak mengandung kapur (Calsium Phosfat dan
Calsium Carbonat) sehingga tulang menjadi padat.
Tulang kompak paling banyak ditemukan pada tulang kaki dan
tulang tangan. Delapan puluh persen tulang di tubuh dibentuk oleh tulang
kompak. Sel tulang kompak berada di lakuna dan menerima nutrisi dari
kanalikulus yang bercabang di seluruh tulang kompak dan disalurkan
melalui kanal havers yang mengandung pembuluh darah
Di sekeliling tiap kanal havers, kolagen tersusun dalam lapisan
konsentris dan membentuk silinder yang disebut osteon (sistemHavers)
atau disebut juga tulang keras.
Setiap sistem Havers terdiri dari saluran Havers, yaitu suatu saluran
yang sejajar dengan sumbu tulang. Disekeliling sistem havers terdapat
lamella-lamella yang konsentris dan berlapis-lapis. Pada lamella terdapat
rongga-rongga yang disebut lakuna. Di dalam lakuna terdapat osteosit

9 Case Repport Anestesi


Aff Pen
Dari lakuna keluar saluran-saluran kecil yang menuju ke segala arah
disebut kanalikuli yang berhubungan dengan lakuna lain. Di antara sistem
havers terdapat lamella interestial yang lamella-lamellanya tidak
berkaitan dengan sistem havers. Pembuluh darah dari periosteum
menembus tulang kompak melalui saluran volkman yang berhubungan
dengan pembuluh darah saluran havers. Kedua saluran ini arahnya saling
tegak lurus.
c. Tulang Spongiosa
Pada lapisan ketiga disebut dengan tulang spongiosa, berada di
dalam korteks dan membentuk sisa 20% tulang di tubuh. Sesuai dengan
namanya tulang spongiosa memiliki banyak rongga. Rongga tersebut diisi
oleh sumsum merah yang dapat memproduksi sel-sel darah. Tulang
spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut trabekula.
Trabekula terdiri dari spikulum / lempeng, dan sel-sel terletak di
permukaan lempeng. Nutrien berdifusi dari cairan ekstrasel tulang ke
dalam trabekula. Lebih dari 90 % protein dalam matriks tulang tersusun
atas kolagen tipe I.
d. Sumsum Tulang (Bone Marrow)
Lapisan terakhir tulang yang paling dalam adalah sumsum tulang.
Sumsum tulang wujudnya seperti jelly yang kental, dilindungi oleh tulang
spongiosa seperti yang telah dijelaskan dibagian tulang spongiosa.
Sumsum tulang berperan penting dalam tubuh kita karena berfungsi
memproduksi sel-sel darah yang ada dalam tubuh.
3. Tipe-tipe Tulang
a. Berdasarkan Jaringan Penyusun dan Sifat-sifat Fisiknya
1) Tulang Rawan ( Kartilago )
Tulang rawan adalah tulang yang tidak mengandung pembuluh
darah dan saraf kecuali lapisan luarnya (perikondrium). Tulang rawan
memiliki sifat lentur karena tulang rawan tersusun atas zat interseluler
yang berbentuk jelly yaitu condroithin sulfat yang di dalamnya

10 Case Repport Anestesi


Aff Pen
terdapat serabut kolagen elastin. Maka dari itu, tulang rawan bersifat
lentur dan lebih kuat dibandingkan dengan jaringan ikat biasa.
Pada saat interseluler tersebut juga terdapat rongga-rongga yang
disebut lakuna yang berisi sel tulang rawan yaitu kondrosit.
Tulang rawan terdiri dari tiga tipe, yaitu :
a) Tulang rawan hialin
Yaitu tulang yang berwarna putih sedikit kebiru-biruan,
mengandung serat-serat kolagen dan kondrosit. Tulang rawan
hialin dapat kita temukan pada laring, trakea, bronkus, ujung-ujung
tulang panjang, tulang rusuk bagian depan, cuping hidung, dan
rangka janin.
b) Tulang rawan elastic
Yaitu tulang yang mengandung serabut-serabut elastis.
Tulang rawan elastis dapat kita temukan pada daun telinga, tuba
eustachi (pada telinga ) dan laring.
c) Tulang rawan fibrosa
Yaitu tulang yang mengandung banyak sekali bundle-bundel
serat kolagen sehingga tulang rawan fibrosa sangat kuat dan lebih
kaku. Tulang inio dapat kita temukan pada discus diantara tulang
vertebrae dan pada simfisis pubis diantara dua tulang pubis.
Pada orang dewasa tulang rawan jumlahnya sangat sedikit
dibandingkan dengan anak-anak. Pada orang dewasa tulang rawan
hanya ditemukan di beberapa tempat, yaitu cuping hidung, cuping
telinga, antar tulang rusuk (cortal cartilage) dan tulang dada, sendi-
sendi tulang, antar ruas tulang belakang dan pada cakra epifisis.
2) Tulang Keras ( Osteon )
Tulang keras atau yang sering kita sebut sebagai tulang yang
sebenarnya berfungsi untuk menyusun berbagai sistem rangka. Tulang
tersusun atas sel, matriks protein, dan deposit mineral. Sel-selnya
terdiri atas tiga jenis dasar, yaitu osteoblas, osteosit, dan osteoklas.
a) Osteoblas

11 Case Repport Anestesi


Aff Pen
Merupakan sel pembentuk tulang yang memproduksi kolagen
tipe I dan berespon terhadap perubahan PTH. Tulang baru dibentuk
oleh osteoblast yang membentuk osteoid dan mineral pada matriks
tulang. Bila proses ini selesai osteoblast menjadi osteosit dan
terperangkap dalam matriks tulang yang mengandung mineral
b) Osteosit
Berfungsi memelihara kontent mineral dan elemen organik
tulang. Osteosit ini merupakan sel-sel tulang dewasa.
c) Osteoklas
Osteoklas mengikis dan menyerap tulang yang sudah
terbentuk di sekitarnya dengan mengeluarkan asam yang
melarutkan kristal kalsium fosfat dan enzim yang menguraikan
matriks organik. Sel ini berinti banyak, dapat bergerak, serta
melekat di tulang melalui integrin di tonjolan membran yang
disebut sealing zone.
b. Berdasarkan Bentuk
1) Tulang Pipa
Tulang pipa bentuknya bulat, memanjang, bagian tengahnya
berlubang, seperti pipa. Di bagian dalam ujungnya terdapat sum-sum
merah berfungsi untuk pembentukan sel darah merah.
Tulang pipa terdiri atas tiga bagian, yaitu kedua ujung yang
bersendian (epifisis), bagian tengah (diafisis), dan cakra epifisis yang
berada di antara epifisis dengan diafisis. Pada anak-anak cakra epifisis
berupa tulang rawan yang mengandung osteoblas, sehingga masih
mengalami pertumbuhan. Sedangkan pada orang dewasa, cakra epifisis
berupa tulang keras yang menyebabkan epifisis dan diafisisnya
menyatu, sehingga tidak lagi mengalami pertumbuhan. Contoh :
Tulang lengan, tulang paha, tungkai dan ruas-ruas tulang jari.
2) Tulang Pipih
Tulang pipih bentuknya pipih, terdiri atas lempengan tulang
kompak dan tulang spongiosa. Didalamnya terdapat sumsum merah

12 Case Repport Anestesi


Aff Pen
yang berfungsi untuk pembuatan sel darah merah dan sel darah putih.
Contoh : Tulang rusuk, tulang dada, tulang belikat, tulang panggul, dan
tulang dahi.
3) Tulang Pendek
Tulang pendek bentuknya bulat dan pendek (ruas tulang).
Didalamnya juga terdapat sumsum merah berfungsi untuk pembuatan
sel darah merah dan sel darah putih. Contoh : Tulang-tulang pada
pergelangan tangan, pergelangan kaki, dan telapak tangan.
4) Tulang tidak beraturan
Selain ke tiga macam tulang tersebut di atas yang sudah
dijelaskan secara rinci, ada juga kelompok tulang yang tidak beraturan
karena bentuknya tidak teratur. Contoh : Tulang punggung dan tulang
rahang.
4. Osifikasi
Merupakan proses penulangan, yaitu perubahan tulang rawan menjadi
tulang keras. Osifikasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a. Osifikasi kondral, yaitu pembentukan tulang keras dari tulang rawan.
Contoh: tulang pipa dan tulang pendek
b. Osifikasi desmal, yaitu pembentukan tulang keras dari jaringan
mesenkim. Contoh: tulang pipih
Selama perkembangan janin, sebagian tulang dibentuk dalam tulang
rawan, kemudian diubah menjadi tulang melalui osifikasi. Osifikasi dimulai
dari sel-sel mesenkim memasuki daerah osifikasi, bila daerah tersebut
banyak mengandung pembuluh darah akan membentuk osteoblas, bila tidak
mengandung pembuluh darah akan membentuk kondoblas.
5. Mineral Utama dalam Tulang
a. Kalsium
Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam
tubuh manusia. Tubuh manusia dewasa mengandung sekitar 1100 g (27,5
mol) kalsium. Kira-kira 99% kalsium terdapat di dalam jaringan keras
yaitu pada tulang dan gigi. Sedangkan sisanya, 1% kalsium terdapat pada

13 Case Repport Anestesi


Aff Pen
darah dan jaringan lunak.Untuk memenuhi 1% kebutuhan ini, tubuh
mengambilnya dari makanan yang dimakan atau dari tulang. Apabila
makanan yanag dimakan tidak dapat memenuhi kebutuhan, maka tubuh
akan mengambilnya dari tulang. Sehingga tulang dapat dikatakan sebagai
cadangan kalsium tubuh. Jika hal ini terjadi dalam waktu yang lama,
maka tulang akan mengalami pengeroposan tulang.
Kalsium sangat penting karena mempunyai fungsi sebagai berikut :
1) Diperlukan untuk pemeliharaan permeabilitas natrium normal di saraf.
2) Terlibat dalam memicu pelepasan asetilkolin dari ujung saraf pada
sambungan otot saraf.
3) Terlibat dalam eksitasi kontraksi dalam sel otot.
4) Sebagai sinyal intraseluler untuk beberapa hormone.
5) Diperlukan beberapa enzim untuk aktivitas normal.
6) Sekresi protein.
6. Remodeling Tulang
Keseimbangan antara aktivitas osteoblas dan osteoklas menyebabkan
tulang terus menerus diperbarui atau mengalami remodeling. Osteoklas
membuat terowongan ke dalam tulang korteks yang diikuti oleh osteoblas,
sedangkan remodeling tulang trabekular terjadi di permukaan trabekular.
Pada kerangka manusia, setiap saat sekitar 5% tulang mengalami
remodeling oleh sekitar 2 juta unit remodeling tulang. Kecepatan pembaruan
untuk tulang adalah sekitar 4% per tahun untuk tulang kompak dan 20% per
tahun untuk tulang trabekular .
Pada anak dan remaja, aktivitas osteoblas melebihi aktivitas osteoklas,
sehingga kerangka menjadi lebih panjang dan menebal. Aktivitas osteoblas
juga melebihi aktivitas osteoklas pada tulang yang pulih dari fraktur. Pada
orang dewasa muda, aktivitas osteoblas dan osteoklas biasanya setara,
sehingga jumlah total massa tulang konstan. Pada usia pertengahan,
khususnya pada wanita, aktivitas osteoklas melebihi aktivitas osteoblas dan
kepadatan tulang mulai berkurang. Aktivitas osteoklas juga meningkat pada

14 Case Repport Anestesi


Aff Pen
tulang. Pada usia dekade ketujuh atau kedelapan, dominansi aktivitas
osteoklas dapat menyebabkan tulang menjadi rapuh sehingga mudah patah.

B. Anatomi Os Humerus & Sendi Siku


1. Os Humerus
Merupakan satu-satunya tulang penyusun rangka region brachii. Sifatnya
termasuk tulang panjang (os longum), sehingga dapat dibedakan menjadi
epiphysis proximalis, diaphysis, dan epiphysis distalis. Adapun bangunan-
bangunan yang terdapat didalamnya adalah(4).
Tabel 1 : Bangunan yang terdapat pada os humerus
Epiphysis proximalis Diaphysis Epiphysis Distalis

caput humeri Collum cirurgicum Capitulum humeri

collum anatomicum Tuberositas deltoidea Trochlea humeri

Tuberculum majus Sulcus nervi radialis

Tuberculum minus Collum cirurgicum

Sulcus Tuberositas deltoidea


intertubercularis

Crista tuberculi
majoris

crista tuberculi
minoris

2. Sendi siku
Sendi siku dibentuk oleh tiga potong tulang yaitu tulang humerus, ulna
dan radius yang saling berhubungan dalam satu rongga sendi yang bersama-
sama.
Pada dasarnya di dalam sendi siku terdapat dua gerakan yakni
fleksi/ekstensi dan rotasi berupa pronasi dan supinasi. Gerakan fleksi dan
ekstensi terjadi antara tulang humerus dan lengan bawah (radius dan ulna),

15 Case Repport Anestesi


Aff Pen
pronasi dan supinasi terjadi karena radius berputar pada tulang ulna,
sementara itu radius juga berputar pada boros bujurnya sendiri. Sendi
radioulnar proksimal dibentuk oleh kepala radius dan incisura radialis ulna
dan merupakan bagian dari sendi siku. Sendi radioulnar distal terletak dekat
pergelangan tangan. Sendi siku sangat stabil yang diperkuat oleh simpai
sendi yaitu ligamentcollateral medial dan lateral. Ligamentum annulare radii
menstabilkan terutama kepala radius. Otot-otot yang berfungsi pada gerakan
sendi siku ialah brachioradialis, biceps brachii, otot triceps brachii, pronator
teres dan supinator. Selain otot di atas, dari siku juga berasal sejumlah otot
yang berfungsi untuk pergelangan tangan seperti otot ekstensor carpi radialis
longus yang berfungsi sebagai penggerak utama ekstensi sendi pergelangan
tangan dipersarafi oleh saraf radialis akar saraf servikal 6 - 7, otot ekstensor
carpi radialis brevis, berfungsi sebagai penggerak utama ekstensi dan
abduksi sendi pergelangan tangan dipersarafi oleh saraf radialis akar saraf
servikal 6 - servikal 7(2).

C. Fraktur Tulang
1. Pengertian
Fraktur/patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan atau
tulang rawan yang disebabkan karena rudapaksa (Jong&Sjamsuhidajat,
2005).
Fraktur merupakan terputusnya kontinyuitas dari tulang, lempeng
epifisis, atau tulang rawan sendi (6).
2. Klasifikasi fraktur tulang
1) Menurut ada/tidaknya hubungan antara patahan tulang dengan dunia luar
a) Patah tulang tertutup (jika tidak terdapat hubungan antara fraktur
dengan dunia luar)
b) Patah tulang terbuka (jika terdapat hubungan antara tulang dengan
dunia luar)
Derajat patah tulang terbuka(5) :
Tabel 2 : Derajat patah tulang terbuka

16 Case Repport Anestesi


Aff Pen
Derajat Luka Fraktur

I Laserasi<2 cm Sederhana, dislokasi ringan


minimal

II Laserasi>2 cm, kontusi Dislokasi fragmen jelas


otot disekitarnya

III Luka lebar, rusak hebat Kominutif, segmental,


atau hilangnya jaringan fragmen tulang ada yang
sekitarnya hilang

c) fraktur komplikata
d) fraktur patologis(7)
2) Lokasi
Fraktur dapat terjadi di berbagai tempat pada tulang seperti pada
diafisis, metafisis, epifisis, atau intraartikuler. Jika fraktur didapatkan
bersamaan dengan dislokasi sendi, maka dinamakan fraktur dislokasi.
3) Luas
Terbagi menjadi fraktur lengkap dan tidak lengkap. Fraktur tidak
lengkap contohnya adalah retak.
4) Konfigurasi
Dilihat dari garis frakturnya, dapat dibagi menjadi transversal
(mendatar), oblik (miring), atau spiral (berpilin). Jika terdapat lebih dari
satu garis fraktur, maka dinamakan kominutif.
5) Hubungan antar bagian yang fraktur
Antar bagian yang fraktur dapat masih berhubungan (undisplaced)
atau terpisah jauh (displaced).
6) Hubungan antara fraktur dengan jaringan sekitar
Fraktur dapat dibagi menjadi fraktur terbuka atau fraktur tertutup.
7) Komplikasi
Fraktur dapat terjadi dengan disertai komplikasi, seperti gangguan
saraf, otot, sendi, dll atau tanpa komplikasi

17 Case Repport Anestesi


Aff Pen
Gambar 2 :Fraktur kominutif (kanan) & fraktur oblik (kiri)

Gambar 3 : Macam-macam fraktur

3. Patofisiologi Fraktur
a) Gaya atau trauma penyebab fraktur dapat berupa :
1) Gaya langsung
2) Gaya tidak langsung
b) Pada tulang panjang
1) Gaya twisting => fraktur spiral
2) Gaya bending dan kompresi => fraktur tranversal disertai separasi
triangular fragment butterfly
3) Kombinasi twisting, bending dan kompresi => fraktur oblik pendek
4) Tarikan tendon atau ligament => fraktur avulsi.

18 Case Repport Anestesi


Aff Pen
c) Pada tulang kanselous seperti vertebra atau calcaneal memberikan crush
fracture yang komminutif.
4. Diagnosis
a) Anamnesa :
1) Identitas penderita
2) Keluhan nyeri lokal dengan atau tanpa disertai penurunan fungsi
3) Mekanisme injury, berat ringannya trauma
4) Kapan terjadinya, tempat kejadian
5) Apakah sudah mendapat pertolongan
6) Siapa yang menolong, apa yang telah dilakukan
b) Pemeriksaan fisik.
1) Look
i. bengkak, deformitas (angulasi, pemendekan dan rotasi)
ii. luka : apakah berhubungan dengan fraktur atau tidak
iii. fat globule ada / tidak
2) Feel
i. Diskontinuitas , krepitasi dan false movement
ii. Neuro Vascular Disorder : periksa pulsasi arteri, status sensorik
3) Movement
Pergerakan pada distal dan proksimal dari fraktur sesuai dengan
toleransi pendirita karena nyeri. Hal ini berguna untuk menilai adakah
keterlibatan sendi dan syaraf.
5. Terapi fraktur meliputi 3 dasar obyektif yaitu :
a) Reduksi / reposisi : menempatkan kembali fragment tulang pada posisi
seanatomis mungkin. Dapat dilakukan dengan reduksi tertutup / reduksi
terbuka
b) Mempertahankan reduksi sampai healing dan cukup untuk mencegah
displacement (immobilisasi). Ada 3 metoda yang lazim yaitu
(1) fiksasi eksternal dengan cast atau splint,
(2) traksi
(3) fiksasi internal dengan nail, plate atau screw.

19 Case Repport Anestesi


Aff Pen
c) Mengembalikan fungsi otot, sendi dan tendon (rehabilitasi) untuk
mencegah joint stiffness & disuse atrophy. Harus dilakukan sesegera
mungkin
6. Penyembuhan fraktur dengan fiksasi internal yang rigid
Selama dilakukan fiksasi, fraktur site terproteksi dari stress dan bahkan
seperti tidak fraktur sehingga tidak ada stimulus untuk produksi baik kalus
eksternal dari periosteum maupun kalus internal dari endosteum.
Konsekwensinya penyembuhan fraktur terjadi secara langsung antara kortek
kedua fragment sehingga terjadi “primary bone healing”(7).
Selama fiksasi, tulang terproteksi terhadap stress sehingga akan terjadi
“disuse osteoporosis” yang dikenal sebagai “stress-relief osteoporosis.”
“Stress-relief osteoporosis” akan kembali setelah removal of implant (ROI)
sehingga setelah ROI tulang tidak boleh menerima beban yang berlebihan
karena dapat terjadi fraktur lagi(7).

20 Case Repport Anestesi


Aff Pen
BAB III
ANALISA STATUS PASIEN

A. Identitas Pasien
1. No Rekam Medik : 19.34.30
2. Nama : An Nadif
3. Usia : 4 tahun 6 bulan
4. Jenis Kelamin : Laki-laki
5. Nama orang tua : Bp Sugiyardi
6. Alamat : Ngebrak 2/1 plumbon, Mojolaban,
Karanganyar
7. Tanggal Masuk Rumah Sakit : 20 Desember 2010
8. Ruang : Bangsal bedah (ZB)/III/15
9. TB : 115 cm
10. BB : 12 kg
11. Dokter Pengirim : dr. Bakri Sp.B, FINACS

B. Anamnesa
1. Keluhan Utama
 Rencana lepas pen
2. Riwayat Penyakit Sekarang
 Kurang lebih 6 bulan yang lalu pasien jatuh dan dipasang pen oleh
dokter bedah. Rencana lepas pen.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
 Hipertensi : (-)
 DM : (-)
 Alergi : (-)
 Asma : (-)
 Riwayat mondok : Saat usia 2 tahun Pasien mondok 1 minggu

21 Case Repport Anestesi


Aff Pen
di Rumah Sakit Panti Waloyo dengan
keluhan demam.

22 Case Repport Anestesi


Aff Pen
4. Perjalanan Penyakit
S : Kurang lebih 6 bulan yang lalu pasien jatuh dan dipasang pen
oleh dokter bedah. Rencana lepas pen. Demam (-), Mual (-),
Muntah (-), BAK lancer, BAB (+), Makan minum baik.
O : KU : Baik
Status generalis : Dalam batas normal
Status lokalis : Fraktur humerus dextra distal
A : Tension fraktur humeri dextra
P : ORIF
Injeksi Ceftriaxon 1 x 500 mg
Injeksi Antrain 3 x 1/3 Ampul
5. Pemeriksaan Fisik Preoperatif
a. Pemeriksaan umum
1) Keadaan Umum
a) Kesan keadaan sakit : Anak tampak menangis ketakutan
b) Kesadaran : Komposmentis
c) Kesan status gizi : baik
2) Tanda Vital
a) Nadi : 72x/menit (Normal : 80x/menit)
b) Tekanan darah : 90/60 mmHg (Dalam batas normal)
c) Pernapasan : 20x/menit (Dalam batas normal)
d) Temperatur tubuh : 36,50C (Dalam batas normal)
3) Status Gizi
a) Berat badan : 12 kg
b) Tinggi badan : 115 cm
4) Pemeriksaan kulit : Baik
Warna kulit sawo matang. Tidak tampak kelainan pada
kulit, UKK (-), anemis (-), sianosis (-), hematom (-), ikterus (-),
edema (-), malaria (-) atau kelainan kulit lainnya.
5) Pemeriksaan rambut : Baik
a) Warna : hitam

23 Case Repport Anestesi


Aff Pen
b) Kelebatan : lebat
c) Distribusi : merata
d) Karakteristik lain : rambut lurus, alopesia (-)
6) Pemeriksaan kelenjar limfe : Baik
Kelenjar limfe tidak teraba (normal), nyeri tekan
kelenjar getah bening regional (-), tanda-tanda inflamasi (-).
7) Pemeriksaan otot : Baik
Normotrofi (+), atrofi/hipertrofi (-), hematom (-), nyeri
(-)
8) Pemeriksaan tulang : Baik
Generalis : pertumbuhan (normal), deformitas (-), nyeri (-),
krepitasi (-).
Lokalis : Regio brachii et antebrachii, pertumbuhan dalam
batas normal, deformitas (-), nyeri (-), krepitasi (-)
9) Pemeriksaan sendi : Baik
Generalis : gerak terbatas, radang (-)
Lokalis : Artikulatio cubiti ; gerak terbatas, radang (-)
b. Pemeriksaan khusus
1) Pemeriksaan kepala : Baik
a) Mata : konjungtiva anemis (-), sclera ikterus (-)
b) Hidung : baik
c) Telinga : baik
d) Mulut : baik
e) Tenggorokan : baik
2) Pemeriksaan leher : Baik
a) Tampak simetris
b) Pulsasi vena : baik
c) Dapat digerakkan (mobile) : (+)
3) Pemeriksaan thorak : Baik (dalam batas normal)
a) Payudara : baik
b) Paru

24 Case Repport Anestesi


Aff Pen
 Inspeksi : dalam batas normal
Simetris, bentuk dada normal, pernafasan
thoracoabdominal (+) normal, retraksi (-), bentuk
vertebrae baik.
 Palpasi : dalam batas normal
Thorax simetris, benjolan abnormal (-), nyeri
(-), pembesaran kelenjar limfe aksial (-), fremitus (+),
krepitasi subkutis (-), ketinggalan pernafasan (-).
 Perkusi : sonor (normal)
 Auskultasi : vesicular (normal)
c) Jantung
 Inspeksi dan palpasi : denyut iktus cordis baik
 Perkusi : redup
 Auskultasi : BJ I & II baik
4) Pemeriksaan Abdomen : Baik
a) Inspeksi : dalam batas normal
Bentuk perut mendatar; dinding perut baik, jejas
(-), sikatrik (-), stria (-); gerakan dinding perut simetris.
b) Auskultasi : Suara peristaltik normal, 20x/menit
c) Perkusi : timpani
d) Palpasi : Nyeri tekan (-), nyeri lepas tekan
(-), ascites (-)
 Limpa : dalam batas normal; tidak teraba, nyeri (-)
 Ginjal : dalam batas normal; tidak teraba, nyeri (-)
 Hepar : dalam batas normal; tepi lancip,permukaan
licin,

25 Case Repport Anestesi


Aff Pen
C. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil
HEMATOLOGI
Hemoglobin 11,7
WBC 6.900
Eritrosit 5.150.000
Hematokrit 38,8 %
MCV 75,3
MCH 22,7
MCHC 30,2
HITUNG JENIS LEUKOSIT
Basofil 0
Eosinofil 0
Batang 0
Segmen 70
Limfosit 44,6%
Monosit 6,2 %
Trombosit 307.000
CT 03’30”
BT 0,30”
Golongan darah B
IMUNOLOGI / SEROLOGI
WIDAL -
S. Thypi -
S. Parathypi A -
S. Parathypi B -
KIMIA DARAH
Ureum 23,6
Kreatinin 0,55

26 Case Repport Anestesi


Aff Pen
2. Rontgen : Ro Brachii & Antebrachii dextra
3. Elektrokardiografi :-
4. Elektroencephalografi :-

D. Tindakan Operasi
1. Diagnosa masuk : Tension fraktur humeri dextra
2. Diagnosa akhir : Tension fraktur humeri dextra
3. Tanggal operasi : 20 Desember 2010
4. Riwayat : Union fraktur humeri dextra
Frktur union adalah keadaan dimana tulang yang
mengalami fraktur telah menyambung kembali.
5. Jenis : Aff pen mayor sedang elektif
6. ACC : (+)
7. Tindakan : ORIF removal K Wire

E. Tindakan Anestesi
1. Jenis Anestesi : GA
2. Teknik Anestesi : Face Mask
3. Premedikasi : Hipnoz
 Indikasi : Premedikasi sebelum tindakan bedah besar
atau kecil (mayor/minor) digunakan untuk durasi singkat,
sedasi dengan amnesia untuk prosedur endoskopi dan
bedah dibawah anastesi local. Infus  diazepam dapat
menyebabkan sumbatan jalan napas dan hipoksia seperti
anastesi intravena lainnya
 KI : Depresi napas; acute pulmonary
insufficiency; henti napas saat tidur (sleep apnoea);
gangguan hati berat; myasthenia gravis

27 Case Repport Anestesi


Aff Pen
 Perhatian : Penyakit pernapasan, kelemahan otot,
riwayat penyalahgunaan alkohol atau obat, gangguan
kepribadian yang nyata; kehamilan; menyusui; penyesuaian
dosis pada lansia atau kondisi lemah dan gangguan hati,
gangguan ginjal; hindari penggunaan jangka panjang dan
penghentian mendadak; porfiria
 Dosis : dengan infuse intravena lambat segera
sebelum prosedur
4. Induksi : Recofol
Induksi Propofol (Recofol, diprivan) intravena dengan
kepekatan 1% menggunakan dosis 2-3 mg/kgBB. Suntikan recofol
intravena sering menyebabkan nyeri, sehingga satu menit
sebelumnya sering diberikan lidokain 1 mg/kgBB secara intravena
5. Maintenance : O2, N2O, Halothane
 Dikerjakan dengan inhalasi
 Rumatan anestesi ini mengacu pada Trias Anestesi yaitu
tidur ringan (hypnosis) sekedar tidak sadar, Analgesia
cukup diusahakan agar pasien selama dibedah tidak
menimbulkan nyeri, dan Relaksasi otot lurik yang cukup.
 Halothane
 adalah obat anestesi inhalasi berbentuk cairan
bening, tak berwarana, mudah menguap dan berbau
harum.
 Pemberian halothane biasanya dengan oksigen atau
nitrous okside 70% serta menggunakan vaporizer
yang khusus dikalibrasi agar konsentrasi uap yang
dihasilkan akurat dan mudah dikendalikan.
Halothane dikemas dalam botol berwarna gelap dan
mengandung 0,01 % timol sebagai bahan stabilisasi
 SE : adalah penyekit hepatitis , sindrom
hepatitis memiliki angka kematian sebesar 30%

28 Case Repport Anestesi


Aff Pen
sampai 70%. perkiraan hasil dari metabolisme
halotan menjadi asam trifluoroacetic melalui reaksi
oksidatif dalam hati. Sekitar 20% Halothane yang
dihirup akan dimetabolisme oleh hati dan produk-
produk tersebut akan dikeluarkan dalam urin
 O2 dan N2O digunakan untuk mengembangkan paru
 Rumatan inhalasi Anak Nadif menggunakan campuran N2O
dan O2 3:1 ditambah Halotan 0,5-2 vol%
6. Obat-obatan : Pronalges Suppo, Scelto, Ulceranin,
Infomid
 Pronalges Suppo
 Komposisi : Ketoprofen 100 mg

 KI : ulcus pepticum, penderita asma, urtikaria atau

reaksi sensitivitas lain yang ditimbulkan oleh aspirin

atau NSAID lain.

 ES : Gangguan saluran pencernaan, pusing,

sakit kepala

 Dosis : 1 supposituria pada malam hari, jika

digabungkan dengan pemberian peroral pada siang hari

 Kemasan : 10 supposituria

b. Scelto
 Kelas terapi : Analgesik

 Komposisi : Setiap ampul mengandung 10 mg

Ketorolac trometamol dalam 1 ml pelarut steril (1%)

 Indikasi : SCELTO i.v./i.m. diindikasikan untuk

nyeri akut pada sesudah operasi misalnya bedah

orthopedic, torak/abdominal, ginekologi, dan nyeri akut

keadaan gawat darurat misalnya kolik ureter, trauma

mekanis, cholelithiasis

29 Case Repport Anestesi


Aff Pen
 ES : Gangguan saluran pencernaan, mual,

pusing, sakit kepala, edema tempat suntikan

 Perhatian dan peringatan : Seperti NSAID lainnya,


dapat menyebabkan iritasi lambung / saluran cerna,

supervisi ketat pada penderita penyakit saluran cerna

kronis. Gangguan fungsi ginjal, gangguan koagulasi,

gangguan retensi cairan & edema, dehidrasi dan riwayat

asma

 Interaksi : Penggunaan Ketorolac tidak dianjurkan

bersama-sama dengan obat Probenecid, furosemide,

lithium, oxpentifiline, ACE-inhibitor, methotrexate,

antikoagulan dan NSAID lainnya

 Kemasan : Dus isi 5 ampul @ 10 mg

c. Ulceranin
 Kandungan : Ranitidina-HCI setara ranitidina 150

mg/tablet; 300 mg/ kaplet; 25 mg/ml injeksi.

 Indikasi : Tukak lambung, usus 12 jari,

refluks esofagitis, hipersekresi patologis seperti

sindroma Zollinger-Ellison.

 KI : hipersensitivitas.

 Dosis : ulkus duodenal: dewasa: sehari 2x150 mg

tablet selama 4-8 minggu; hipersekresi; dewasa: sehari

2x150 mg tablet, dapat ditingkatkan menjadi 6 g sehari;

penderita dengan kreatinin kliren <50 ml/menit,

digunakan dosis sehari 1x150 mg; injeksi: dewasa: i.v.:

50 mg dien¬cerkan 20 ml, disuntikan < 4 ml/menit

Selama 5 menit, dapat diulang setiap 6-8 jam; i.m.: 50

mg (tanpa pengenceran) setiap 6-8 jam

30 Case Repport Anestesi


Aff Pen
d. Invomit
 Deskripsi : Ondansetron suatu antagonis reseptor

5HT3 yang bekerja secara selektif dan kompetitif

dalam mencegah maupun mengatasi mual dan muntah

akibat pengobatan dengan sitostatika dan radioterapi.

 Komposisi : Tiap 4 ml injeksi mengandung

ondansetron hydrochloride setara dengan 8 mg

ondansetron.

 Indikasi : Penanggulangan mual dan muntah karena

kemoterapi dan radioterapi serta operasi.

 Dosis :

 Penanggulangan mual dan muntah karena

kemoterapi dan radioterapi serta operasi.

 Dewasa : Kemoterapi yang sangat

emetogenik, misalnya cisplatin. Mula-mula

diberikan injeksi 8 mg ondansetron i.v. secara

lambat atau diinfuskan selama 15 menit segera

sebelum diberikan kemoterapi, diikuti dengan

infus 1 mg ondansetron/jam selama terus-

menerus selama kurang dari 24 jam atau 2 injeksi

8 mg i.v. secara lambat atau diinfuskan selama 15

menit dengan selang waktu 4 jam. Atau bisa juga

diikuti dengan pemberian 8 mg peroral 2 kali

sehari selama kurang dari 5 hari.

 Kemoterapi yang kurang emetogenik, misalnya

siklospamid. Injeksi i.v. 8 mg ondansetron secara

lambat atau diinfuskan selama 15 menit segera

sebelum diberikan kemoterapi, diikuti dengan 8

31 Case Repport Anestesi


Aff Pen
mg peroral 2 kali sehari selama kurang dari 5

hari.

 Anak-anak > 4 tahun : 5 mg/ml secara

i.v. selama 15 menit segera sebelum diberikan

kemoterapi, diikuti dengan memberikan 4 mg

peroral tiap 12 jam selama kurang dari 5 hari

 Kemasan : 5 Ampul @ kotak

7. Infus : RL, Tutofusin


a. RL
 Indikasi :

 Resusitasi

 Suplai ion bikarbonat

 Asidosis metabolik

 Kemasan : Botol 500 ml

b. Tutofusin
 Komposisi : Per liter : Natrium 100 mEq, Kalium 18

mEq, Kalsium 4 mEq, Magnesium 6 mEg, Klorida 90 mEq,

Asetat 38 mEq, Sorbitol 50 gram

 Kegunaan :

 Cairan elektrolit lengkap yang dapat memenuhi

kebutuhan pasien post trauma

 Sumber kalori sorbitol dapat diutilisasi secara

maksimal sekalipun pasien mengalami stress

metabolik

 Memiliki kalori 200 Kkal/liter sebagai Nitrogen

Sparing Effect

 Indikasi : Air & elektrolit yang dibutuhkan pada

fase sebelum, selama, & sesudah operasi

32 Case Repport Anestesi


Aff Pen
 KI : Insufisiensi ginjal, intoleransi Fruktosa

& Sorbitol, kekurangan Fruktosa-1-6-difosfate,

keracunan Metil alkohol.

 Perhatian : Penyakit ginjal atau jantung, retensi

cairan, hipernatremia.

 Interaksi Obat : penambahan Fosfat inorganik

akan menyebabkan pengendapan.

 Kemasan : 1 botol : 500 ml

 Dosis : 30 mL/kg berat badan/hari (setara

dengan 1,5 gram Sorbitol/kg berat badan/hari).

Pasien dengan berat badan 70 kg : 2 liter/hari dengan

kecepatan infus maksimal 6 mL/menit (sama dengan 120

tetes/menit).

8. ACC : (+)
9. ASA : I (Pasien sehat organic, fisiologik,
psikiatrik, biokimia)
10. Posisi pasien : supine

F. Ringkasan Rawat Inap


1. Instruksi Postoperasi :
 Observasi keadaan umum dan vital sign
 Sadar (+) & flatus (+) : coba minum sedikit
 Obat : injeksi Ceftriaxon 2 x 500 mg, injeksi antrain 3 x
1/3 Ampul
 Ceftriaxon
 Golongan : Antibiotik

 Indikasi : Lihat di bawah cefaclor

dan keterangan di atas; profilaksis bedah;

profilaksis meningitis meningokokus

33 Case Repport Anestesi


Aff Pen
 Farmakologi

 Absorbsi : diabsobsi dengan baik

setelah pemberian secara I. M.

 Distribusi : distribusi secara luas

di dalam tubuh termasuk kelenjar

empedu, paru, tulang, empedu,

CSF , plasenta, melalui amnion dan

ASI.

 Ikatan protein : 85-95%

 Waktu paruh eliminasi : pada hepar

dan fungsi ginjal yang normal : 5-9

jam.

 Kadar puncak serum : 1-2 jam

setelah pemberian secara I. M.

 Ekskresi : di urin 33%-65% sebagai

obat asal; feses.

 Kontraindikasi

 Hipersensitif terhadap

seftriakson, komponen lain dalam

sediaan dan sefalosporin lainnya.

 Neonatus Hyperbilirubinemia

 Interaksi obat

 Chephalosporin : menigkatkan efek

antikoagulan dari derivat

kumarin(Dikumarol dan Warfarin)

 Agen urikosurik: (Probenesid,

Sulfinpirazon) dapat menurunkan

34 Case Repport Anestesi


Aff Pen
ekskresi sefalosporin,  monitor

efek toksik.

 Antrain
 Tiap ml mengandung : Metamizole Na 500

mg

 Cara kerja obat :Metamizole 

Na  adalah  derivat  metansulfonat  dari 

aminopirin  yang mempunyai khasiat

analgesik. Mekanisme kerjanya adalah

menghambat transmisi rasa sakit ke

susunan saraf pusat dan perifer.

Metamizole  Na  bekerja  sebagai 

analgesik,  diabsorpsi  dari  saluran

pencernaan mempunyai waktu paruh 1-4

jam.

 Indikasi : Untuk meringankan rasa

sakit,terutama nyeri kolik operasi

 Peringatan :

 Tidak untuk mengobati sakit otot

pada gejala-gejala flu dan tidak

untuk mengobati

rematik,lumbago,sakit

punggung,bursitis,sindroma bahu

lengan.

 Karena dapat menimbulkan

agranulositosis yang berakibat

35 Case Repport Anestesi


Aff Pen
fatal, maka sebaiknya tidak

digunakan dalam jangka panjang.

 Hati-hati   pada   penderita   yang  

pernah   mengalami   gangguan

pembentukan darah/kelainan

darah. gangguan fungsi hati atau

ginjal. Karena itu perlu dilakukan

pemeriksaan fungsi hati dan darah

pada penggunaan yang lebih lama

dari penggunaan untuk mengatasi

rasa sakit akut.

 Pada pemakaian jangka lama dapat

menimbulkan sindrom neuropathy

yang akan berangsur hilang bila

pengobatan dihentikan.

 ES :

 Hipersensitifitas

 Agranulositosis

 Visite : lapor dr Bakri Sp.B, FINAC


2. Tanggal keluar rumah sakit: 21 Desember 2010
3. Cara keluar rumah sakit : Atas persetujuan
4. Kadaan keluar : perbaikan

36 Case Repport Anestesi


Aff Pen
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.bedahugm.net/fraktur-humerus/
2. Suharto. 2000. Dalam :
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/12FisioterapipadaTennisElbowtipeII129
.pdf/12FisioterapipadaTennisElbowtipeII129.html
3. http://www.scribd.com/doc/31062275/Fisiologi-Tulang
4. Asisten anatomi FK UNS. 2004. Guidance to anatomy 1. FK UNS. Surakarta
5. Sjamsuhidajat R & Jong WD. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. EGC :
JakartaChandrasoma, P., Taylor, C.R., 2006. Ringkasan Patologi Anatomi.
ed.2. Jakarta: EGC
6. http://www.klikdokter.com/medisaz/read/2010/07/05/105/fraktur--patah-
tulang-
7. Wardhana, HAW. 2009. Trauma Muskuloskeletal Bahan Kuliah Ilmu Bedah.
UMS : Surakarta
8. DiPiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Well, B.G., Posey, L.M., 2005. A
Pathophysiologic Approach, In. Pharmacotheraphy. 6th ed. New York:
McGraw-Hill Companies
9. Fauci, A.S., Braunwald, E., Kasper, D.L., Hauser, S.L., Longo, D.L.,
Jameson, J.L., Loscalzo, J., 2008. Harrison’s: Principles of Internal Medicine.
17th ed. New York: McGraw-Hill Companies
10. Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta : Media
Aesculapilus
11. Price, S. A., Wilson, L. M., 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit; alih bahasa, Brahm U., Pendit et al; Editor edisi bahasa Indo nesia,
Huriawati Hartanto et al. Ed. 6. Jakarta: EGC
12. Tjan TH & Rahardja K. 2007. Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan
Efek Sampingnya. Edisi Keenam. Jakarta : Gramedia

37 Case Repport Anestesi


Aff Pen

You might also like