Professional Documents
Culture Documents
STATUS PASIEN
A. Identitas Pasien
1. No Rekam Medik : 19.34.30
2. Nama : An Nadif
3. Usia : 4 tahun 6 bulan
4. Jenis Kelamin : Laki-laki
5. Nama orang tua : Bp Sugiyardi
6. Alamat : Ngebrak 2/1 plumbon, Mojolaban,
Karanganyar
7. Tanggal Masuk Rumah Sakit : 20 Desember 2010
8. Ruang : Bangsal bedah (ZB)/III/15
9. TB : 115 cm
10. BB : 12 kg
11. Dokter Pengirim : dr. Bakri Sp.B, FINACS
B. Anamnesa
1. Keluhan Utama
Rencana lepas pen
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Kurang lebih 6 bulan yang lalu pasien jatuh dan dipasang pen oleh
dokter bedah. Rencana lepas pen.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Hipertensi : (-)
DM : (-)
Alergi : (-)
Asma : (-)
Riwayat mondok : Saat usia 2 tahun Pasien mondok 1 minggu
di Rumah Sakit Panti Waloyo dengan
keluhan demam.
Crista tuberculi
majoris
crista tuberculi
minoris
2. Sendi siku
Sendi siku dibentuk oleh tiga potong tulang yaitu tulang humerus, ulna
dan radius yang saling berhubungan dalam satu rongga sendi yang bersama-
sama.
Pada dasarnya di dalam sendi siku terdapat dua gerakan yakni
fleksi/ekstensi dan rotasi berupa pronasi dan supinasi. Gerakan fleksi dan
ekstensi terjadi antara tulang humerus dan lengan bawah (radius dan ulna),
C. Fraktur Tulang
1. Pengertian
Fraktur/patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan atau
tulang rawan yang disebabkan karena rudapaksa (Jong&Sjamsuhidajat,
2005).
Fraktur merupakan terputusnya kontinyuitas dari tulang, lempeng
epifisis, atau tulang rawan sendi (6).
2. Klasifikasi fraktur tulang
1) Menurut ada/tidaknya hubungan antara patahan tulang dengan dunia luar
a) Patah tulang tertutup (jika tidak terdapat hubungan antara fraktur
dengan dunia luar)
b) Patah tulang terbuka (jika terdapat hubungan antara tulang dengan
dunia luar)
Derajat patah tulang terbuka(5) :
Tabel 2 : Derajat patah tulang terbuka
c) fraktur komplikata
d) fraktur patologis(7)
2) Lokasi
Fraktur dapat terjadi di berbagai tempat pada tulang seperti pada
diafisis, metafisis, epifisis, atau intraartikuler. Jika fraktur didapatkan
bersamaan dengan dislokasi sendi, maka dinamakan fraktur dislokasi.
3) Luas
Terbagi menjadi fraktur lengkap dan tidak lengkap. Fraktur tidak
lengkap contohnya adalah retak.
4) Konfigurasi
Dilihat dari garis frakturnya, dapat dibagi menjadi transversal
(mendatar), oblik (miring), atau spiral (berpilin). Jika terdapat lebih dari
satu garis fraktur, maka dinamakan kominutif.
5) Hubungan antar bagian yang fraktur
Antar bagian yang fraktur dapat masih berhubungan (undisplaced)
atau terpisah jauh (displaced).
6) Hubungan antara fraktur dengan jaringan sekitar
Fraktur dapat dibagi menjadi fraktur terbuka atau fraktur tertutup.
7) Komplikasi
Fraktur dapat terjadi dengan disertai komplikasi, seperti gangguan
saraf, otot, sendi, dll atau tanpa komplikasi
3. Patofisiologi Fraktur
a) Gaya atau trauma penyebab fraktur dapat berupa :
1) Gaya langsung
2) Gaya tidak langsung
b) Pada tulang panjang
1) Gaya twisting => fraktur spiral
2) Gaya bending dan kompresi => fraktur tranversal disertai separasi
triangular fragment butterfly
3) Kombinasi twisting, bending dan kompresi => fraktur oblik pendek
4) Tarikan tendon atau ligament => fraktur avulsi.
A. Identitas Pasien
1. No Rekam Medik : 19.34.30
2. Nama : An Nadif
3. Usia : 4 tahun 6 bulan
4. Jenis Kelamin : Laki-laki
5. Nama orang tua : Bp Sugiyardi
6. Alamat : Ngebrak 2/1 plumbon, Mojolaban,
Karanganyar
7. Tanggal Masuk Rumah Sakit : 20 Desember 2010
8. Ruang : Bangsal bedah (ZB)/III/15
9. TB : 115 cm
10. BB : 12 kg
11. Dokter Pengirim : dr. Bakri Sp.B, FINACS
B. Anamnesa
1. Keluhan Utama
Rencana lepas pen
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Kurang lebih 6 bulan yang lalu pasien jatuh dan dipasang pen oleh
dokter bedah. Rencana lepas pen.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Hipertensi : (-)
DM : (-)
Alergi : (-)
Asma : (-)
Riwayat mondok : Saat usia 2 tahun Pasien mondok 1 minggu
D. Tindakan Operasi
1. Diagnosa masuk : Tension fraktur humeri dextra
2. Diagnosa akhir : Tension fraktur humeri dextra
3. Tanggal operasi : 20 Desember 2010
4. Riwayat : Union fraktur humeri dextra
Frktur union adalah keadaan dimana tulang yang
mengalami fraktur telah menyambung kembali.
5. Jenis : Aff pen mayor sedang elektif
6. ACC : (+)
7. Tindakan : ORIF removal K Wire
E. Tindakan Anestesi
1. Jenis Anestesi : GA
2. Teknik Anestesi : Face Mask
3. Premedikasi : Hipnoz
Indikasi : Premedikasi sebelum tindakan bedah besar
atau kecil (mayor/minor) digunakan untuk durasi singkat,
sedasi dengan amnesia untuk prosedur endoskopi dan
bedah dibawah anastesi local. Infus diazepam dapat
menyebabkan sumbatan jalan napas dan hipoksia seperti
anastesi intravena lainnya
KI : Depresi napas; acute pulmonary
insufficiency; henti napas saat tidur (sleep apnoea);
gangguan hati berat; myasthenia gravis
sakit kepala
Kemasan : 10 supposituria
b. Scelto
Kelas terapi : Analgesik
mekanis, cholelithiasis
asma
c. Ulceranin
Kandungan : Ranitidina-HCI setara ranitidina 150
sindroma Zollinger-Ellison.
KI : hipersensitivitas.
ondansetron.
Dosis :
hari.
Resusitasi
Asidosis metabolik
b. Tutofusin
Komposisi : Per liter : Natrium 100 mEq, Kalium 18
Kegunaan :
metabolik
Sparing Effect
cairan, hipernatremia.
tetes/menit).
8. ACC : (+)
9. ASA : I (Pasien sehat organic, fisiologik,
psikiatrik, biokimia)
10. Posisi pasien : supine
ASI.
jam.
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap
Neonatus Hyperbilirubinemia
Interaksi obat
efek toksik.
Antrain
Tiap ml mengandung : Metamizole Na 500
mg
jam.
Peringatan :
untuk mengobati
rematik,lumbago,sakit
punggung,bursitis,sindroma bahu
lengan.
pembentukan darah/kelainan
pengobatan dihentikan.
ES :
Hipersensitifitas
Agranulositosis
1. http://www.bedahugm.net/fraktur-humerus/
2. Suharto. 2000. Dalam :
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/12FisioterapipadaTennisElbowtipeII129
.pdf/12FisioterapipadaTennisElbowtipeII129.html
3. http://www.scribd.com/doc/31062275/Fisiologi-Tulang
4. Asisten anatomi FK UNS. 2004. Guidance to anatomy 1. FK UNS. Surakarta
5. Sjamsuhidajat R & Jong WD. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. EGC :
JakartaChandrasoma, P., Taylor, C.R., 2006. Ringkasan Patologi Anatomi.
ed.2. Jakarta: EGC
6. http://www.klikdokter.com/medisaz/read/2010/07/05/105/fraktur--patah-
tulang-
7. Wardhana, HAW. 2009. Trauma Muskuloskeletal Bahan Kuliah Ilmu Bedah.
UMS : Surakarta
8. DiPiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Well, B.G., Posey, L.M., 2005. A
Pathophysiologic Approach, In. Pharmacotheraphy. 6th ed. New York:
McGraw-Hill Companies
9. Fauci, A.S., Braunwald, E., Kasper, D.L., Hauser, S.L., Longo, D.L.,
Jameson, J.L., Loscalzo, J., 2008. Harrison’s: Principles of Internal Medicine.
17th ed. New York: McGraw-Hill Companies
10. Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta : Media
Aesculapilus
11. Price, S. A., Wilson, L. M., 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit; alih bahasa, Brahm U., Pendit et al; Editor edisi bahasa Indo nesia,
Huriawati Hartanto et al. Ed. 6. Jakarta: EGC
12. Tjan TH & Rahardja K. 2007. Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan
Efek Sampingnya. Edisi Keenam. Jakarta : Gramedia