Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.3.1 Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa keperawatan diharapkan mampu untuk mengerti dan
memahami asuhan keperawatan pada pasien hipertensi dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan.
1. Atrium
Darah vena mengalir ke dalam jantung melalui vena cava superior dan
inferior masuk ke dalam atrium kanan, yang ditampung selama fase sistol
2. Ventrikel
Letak ventrikel kanan ini paling depan di dalam rongga dada, yaitu
tepat di bawah manubrium sternii. Sebagian besar ventrikel kanan berada
di kanan depan ventrikel kiri dan di medial atrium kiri. Ventrikel kanan
berbentuk bulan sabit atau setengah bulatan, berdinding tipis dengan tebal
4-5 mm. Secara fungsional vemtrikel kanan dapat dibagi dalam alur masuk
dan alur keluar. Ruang alur masuk ke ventrikel kanan (right ventricular
inflow tract) dibatasi oleh katup trikuspid, trabeskel anterior, dan dinding
inferior ventrikel kanan. Sedangkan alur keluar (right ventricular outflow
tract) berbentuk tabung atau corong, berdinding licin treletak dibagian
superior ventrikel kanan yang disebut infundibulum atau konus arteriosus.
Ventrikel kiri berbentuk lonjong seperti telur, dimana bagian ujungnya
mengarah ke arteroinferior kiri menjadi apeks kordis. Bagian dasar
ventrikel tersebut, adalah anulus mitral. Tebal dinding ventrikel kiri adalah
2-3 kali lipat dinding ventrikel kanan, sehingga menempati 75% massa
otot jantung seluruhnya. Tebal dinding saat kontraksi 8-12 mm. Batas
dinding medialnya berupa septum intraventrikular yang memisahkannya
dari ventrikel kanan.
Tekanan darah ↓
Aktivasi α Aktivasi β1
Laju filtrasi Renin ↑ adrenoreseptor di adrenoreseptor di
glomerulus ↓ otot polos ↑ jantung ↑
bradikardi
Aldosteron ↑ Pemberian
β-bloker
Volume darah ↑
Pusing Merangsang
reflek fagal
HIPERTENSI
↓ supply Ischemic
oksigen stroke
moikardial
Gagal jantung Pembedahan Nefrosclerosis
dan aneurisms & gagal ginjal
Hemorrhagic Retinopati
Miokardial Miokardial stoke
ischemia infarction
Gangguan
citra tubuh
Ragam Referensi
ZAT
Biasa SI
Kalsium 8,5 – 10,5 mg/100ml 2,1 – 2,6 mmol/L
Klorida 100 – 106 mEq/L 100-106 mmol/L
Kreatinin 0,6 – 1,5 mg/100ml 60 – 130 µ mol/LL
Glukosa Puasa : 70-110 3,9 - 5,6 mmol/L
mg/100ml
Lipid
Kolesterol 120 – 220 mg/100ml 3,10-5,69 mmol/L
Ester kolesterol 60 – 75 % kolesterol -
Fosfolipid 9 – 16 mg/100ml 2,9 -5,2 mmol/L
sebagai fosforlipid
Asam lemak total 190 – 420 mg/100ml 1,9 – 4,2 g/L
Lipid tatal 450 – 1000 mg/100ml 4,5 – 10,0 g/L
Trigliserida 40 – 150 mg/100ml 0,4 – 1,5 g/L
Kalium 3,5 – 5,0 mEq/L 3,5 – 5,0 mmol/L
Natrium 135 – 145 mEq/L 135 – 145 mmol/L
Nitrogen urea (BUN) 8 – 25 mg/100ml 2,9 – 8,9 mmol/L
Asam urat 3,0 – 7,0 mg/100ml 0,18-0,42 mmol/L
Urobilinogen Sampai 1,0 Ehrlich urin Sampai 1,0 unit arb
Aldosteron Ekskresi : 5 – 19 14 – 53 nmol/hari
µ g/hari
Hemoglobin ♂ = 13 – 18 % g/100ml ♂ = 8,1 – 11,2
♀ = 12 -16 g/100ml mmol/L
♀ = 7,4 – 9,9
mmol/L
2.7 Terapi
2.7.1 Terapi Medis
Terapi medis diberikan dengan jalan memberikan obat-obat antihipertensi.
Obat-obat antihipertensi dibagi menjadi beberapa golongan kelompok obat,
yaitu ;
3. ACE-Inhibitor
ACE-Inhibitor diberikan jika obat utama (diuretika dan β-bloker)
tidak efektif atau kontraindikasi. Di samping penggunaannya yang luas,
masih belum jelas jika terapi antihipertensi dengan ACE-inhibitor
meningkatkan resiko dari penyakit utama (gagal ginjal, stroke, gagal
jantung kongestif, serangan jantung).
Cara kerja obat golongan ini adalah menurunkan tekanan darah
melalui pengurangan tahanan pembuluh darah perifer tanpa menaikkan
cardiac output, laju, dan kontraktilitas. ACE-inhibitor bekerja
mengeblok Angiotensin Converting Enzym (ACE) yang mengubah
angiotensin-I menjadi vasokonstriktor yang lebih poten, yaitu
angiotensin-II. Inhibitor ini juga mengurangi laju inaktifasi bradikinin.
Vasodilatasi ini terjadi sebagai hasil dari efek kombinasi dari penurunan
vasokonstriksi yang disebabkan oleh pengurangan kadar angiotensin
dan efek poten vasodilator dari peningkatan bradikinin. Melalui
pengurangan sirkulasi angiotensin II ACE-inhibitor juga mengurangi
sekresi aldosteron, hasilnya penurunan retensi air dan garam.
4. Antagonis Angiotensin II
Nanopeptida losartan, reseptor penghambat angiotensin II yang
sangat selektif telah terbukti sebagai obat antihipertensi. Efek
farmakologinya sama dengan ACE-inhibitor dalam hal membuat proses
dilatasi dan menghalangi sekresi aldosteron. Efek yang merugikannya
6. α-Blocker
Prazosin, oxazosin dan terazosin memproduksi kompetitif inhibitor
α-adrenoceptors. Obat-obat tersebut mengurangi tahanan pembuluh
darah perifer dan menurunkan tekanan darah arteri melalui relaksasi
arteri dan otot polos vena. Obat tersebut hanya menyebabkan perubahan
yang sedikit pada cardiac output, aliran darah ginjal, dan laju filtrasi
glomerulus. Oleh arena itu, tidak akan terjadi takikardi yang lama dan
tidak terbentuk peningkatan pelepasan renin. Hipotensi postural
mungkin bisa terjadi pada beberapa individu. Prazosin digunakan untuk
terapi hipertensi ringan sampai menengah dan diberikan secara
kombinasi dengan propanolol otau obat deuretika untuk efek aditif.
Reflek takikardi dan peningkatan dosos yang pertama merupakan efek
merugikan yang umum. Kombinasi dengan β-bloker mungkin
diperlukan untuk menurunkan reflek takikardi jangka pendek.
8. Vasodilators
Merupakan obat yang membuat otot polos relaksasi dengan segera.
Vasodilator bekerja dengan membuat otot polos pembuluh darah relaksasi,
menurunkan tahanan pembuluh darah sehingga tekanan pembuluh darah
akan menurun. Vasodilator menghasilkan reflek stimulasi jantung, gejala
lain yang timbul antara lain peningkatan kontraksi miokard, heart rate,dan
pengunaan oksigen. Hal ini mungkin timbul angina pectoris, infark
miokard, atau gagal jantung yang dapat terjadi pada beberapa individu.
Vasodilator juga meningkatkan konsentrasi plasma renin, yang
mengakibatkan retensi air dan garam. Efek samping yang tidak diinginkan
ini dapat dihalangi oleh kombinasi pemberian deuritik dan β-bloker.
a. Hydralazine
Obat ini menyebabkan vasodilatasi secara langsung, bekerja
terutama pada arteri dan arteriole. Hasilnya adalah penurunan tahanan
perifer, yang menurunkan reflek elevasi pada heart rate dan cardiac
output. Hydralazine digunakan untuk terapi hypertensi sedang.
Hydralazine hampir selalu diberikan dengan kombinasi β-blocker
seperti propanolol (untuk menyeimbangkan takikardi) dan deuretik
(untuk mengurangi retensi natrium). Secara bersamaan obat tersebut
mengurangi cardiac output, volume plasma, dan tahanan pembuluh
darah perifer. Efek merugikan dari terapi hydralazine termasuk sakit
kepala, nausea, mual,aritmia, dan timbulnya angina. Sindrom seperti
penyakit lupus dapat terjadi dengan pemberian dosis tinggi, tetapi hal
itu bersifat reversible dan diskontinyu obat.
b. Minoxidil
9. Hypertensive Emergency
Hipertensi emergency adalah tipe hipertensi yang jarang terjadi, tetapi
memerlukan terapi seumur hidup dimana tekanan diastolnya diatas 150
mmHg dengan tekanan sistol lebih dari 210 mmHg pada orang yang
normal atau 130 mmHg pada individu yang sebelumnya memiliki
komplikasi seperti ensefalopati, perdarahan otak, gagal ventrikel kiri, atau
stenosis aorta. Tujuan pengobatannya adalah untuk menurunkan tekanan
darah dengan segera.
a. Sodium Nitroprusside
Nitroprusside diberikan secara intravena dan menyebabkan
vasodilatasi prompt dengan reflek takikardi. Its capable untuk
mengurangi tekanan darah, regardless penyebab hipertensi. Obat ini
memiliki sedikit efek diluar sistem kardiovaskuler, bekerja pada arteri
dan vena otot polos (karena nitroprusside juga bekeja pada veins, maka
dapat mengurangi cardiac preload). Nitroprusside dapat dimetabolisme
segera (T1/2 dalam menit) dan memerlukan pemberian secara kontinyu
untuk mengatur aksi hipotensi. Sodium nitroprusside digunakan sedikit
untuk mengurangi efek kecuali hipotensi yang diakibatkan oleh
overdosis. Metabolisme nitroprusside menghasilkan ion sianida. Kasus
keracunan ion sianida sangat jarang terjadi, namun jika hal tersebut
terjadi dapat diatasi dengan pemberian sodium thiosulfate untuk
pembentukan thiocyanate yang tidak begitu toksik dan dapat
dieliminasi lewat ginjal.
b. Diazoxide
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas pasien
Nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan
3.1.2 Riwayat kesehatan
1. Riwayat penyakit keluarga hipertensi, diabetes mellitus, dislipidemia, penyakit
jantung koroner, stroke atau penyakit ginjal.
2. Lama dan tingkat tekanan darah tinggi sebelumnya dan hasil serta efek
sampinng obat antihipertensi sebelumnya.
3. Riwayat atau gejala sekarang penyakit jantung koroner dan gagal jantung,
penyakit serebrovaskuler, penyakit vaskuler perifer, diabetes mellitus, pirai,
dislipidemia, asma bronkhiale, disfungsi seksual, penyakit ginjal, penyakit
nyata yang lain dan informasi obat yang diminum.
4. Penilaian faktor risiko termasuk diet lemak, natrium, dan alcohol, jumlah
rokok, tingkat aktifitas fisik, dan peningkatan berat badan sejak awal dewasa.
5. Riwayat obat-obatan atau bahan lain yang dapat meningkatkan tekanan darah
termasuk kontrasepsi oral, obat anti keradangan nonsteroid, liquorice, kokain
dan amfetamin. Perhatian juga untuk pemakaian eritropoetin, siklosporin atau
steroid untuk penyakit yang bersamaan.
6. Faktor pribadi, psikososial, dan lingkungan yang dapat mempengaruhi hasil
pengobatan antihipertensi termasuk situasi keluarga, lingkungan kerja, dan
latar belakang pendidikan.
2. Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung kroner/katup dan
penyakit serebrovaskular, episode palpitasi, presipitasi.
3. Integritas Ego
Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euforia, atau marah
kronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral).
Tanda: Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan
yang meledak. Gerak tangan empati, otot muka tegang (khusus sekitar
mata), gerakan fisik cepat, pernafasan menghela, peningkatan pola
bicara.
4. Eliminasi
Gejala:Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti, infeksi/obstruksi atau
riwayat penyakit ginjal masa yang lalu).
5. Makanan/Cairan
Gejala: Makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam,
tinggi lemak, tinggi kolestrol (seperti makanan yang digoreng, keju,
telur); gula-gula yang bewarna hitam; kandungan tinggi kalori. Mual,
muntah. Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkar/menurun).
Riwayat penggunaan diuretik.
6. Neurosensori
Gejala:Keluhan pening/pusing. Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat
bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam). Episode
kebas dan /atau kelamahan pada satu sisi tubuh. Gangguan penglihatan
( diplopia, penglihatan kabur). Episode epistaksis.
Tanda: Status mental: perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, afek,
proses pikir, atau memori (ingatan). Respon motorik: penurunan
kekuatan genggaman tangan dan/ atau reflaks tendon dalam. Perubahan-
perubahan retinal optik: dari sklerosis/penyempitan arteri ringan sampai
berat dan perubahan sklerotik dengan edema atau papilaedema, eksudat,
dan hemoragi tergantung pada berat/lamanya hipertensi.
7. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung). Nyeri hilang
timbul pada tungkai/klaudikasi (indikasi arteriosklerosis pada arteri
ekstremitas bawah). Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah
terjadi sebelumnya. Nyeri abdomen/massa (foekromositoma).
8. Pernafasan
Gejala: Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja. Takipnea, ortopnea,
dispnea nokturnal paroksismal. Batuk dengan/tanpa pembentukan
sputum. Riwayat merokok.
Tanda: Distres respirasi/penggunaan otot aksesori pernafasan. Bunyi nafas
tambahan (krakles/mengi). Sianosis
9. Keamanan
Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan. Episode parestesia unilateral
transien hipotensi postural.
b. Batasan Karakteristik
Mayor
Edema (perifer, sakrum)
Kulit tegang dan meningkat
Minor
Masukan cairan lebih besar daripada haluaran cairan
Napas pendek
Penambahan berat badan
2. Identifikasi dan awasi intake diet klien Pengawasan intake makanan pasien
dan kebiasaan-kebiasaan yang sangat diperlukan untuk mencegah
mungkin menyokong terjadinya bertambahnya volume cairan dengan
retensi urin. intake makanan yang tidak terkontrol.
Lanjutkan dengan memberikan intake Intake natrium yang tinggi dapat
yang seseuai dengan kebutuhan klien. menyebabkan retensi air.
3. Identifikasi pengetahuan klien
mengenai diagnosa medis, diet,
pengobatan, aktivitas dan penggunaan
balutan ACE dan stoking emboli.
Lanjutkan dengan penyuluhan
kesehatan jika diindikasikan.
b. Batasan Karakteristik
c. Kriteria Hasil
1. Melakukan pola-pola penanggulangan yang baru.
2. Menyatakan dan menunjukkan penerimaan atas penampilan (perawatan,
pakaian, postur, pola makan dan penilaian diri).
3. Menunjukkan keinginan dan kemampuan untuk melakukan perawatan
diri/tanggung jawab terhadap peran.
c. Kriteria Hasil
Gangguan Pola tidur b.d memerlukan waktu yang berlebihan sekunder terhadap obat-
obatan antihipertensi
a. Definisi
Suatu keadaan dimana individu mengalami atau mempunyai risiko
mengalami perubahan dalam jumlah dan kualitas pola istirahat yang
menyebabkan ketidaknyamanan atau mengganggu gaya hidup yang
diinginkan.
b. Batasan Karakteristik
Mayor
Kesulitan jatuh atau tetap tertidur.
Minor
Lelah pada saat bangun atau sepanjang hari
Agitasi
Perubahan alam perasaan
Mengantuk sepanjang hari
c. Kriteria Hasil
b. Batasan Karakteristik
Mayor
c. Kriteria Hasil
1. Pasien akan menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan
regimen pengobatan.
2. Pasien dapat mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan
komplikasi yang perlu diperhatikan.
3. Pasien akan mempertahankan tekanan darah dalam parameter normal.
4.2 Saran
Untuk menurunkan resiko hipertensi, pasien yang menderita hipertensi
hendaknya melakukan terapi medis maupun non-medis secara kontinyu, melakukan
pola gaya hidup sehat seperti olahraga teratur, diet teratur sesuai dengan kebutuhan
dan lain-lain.
Doenges, ME., Moorhouse, MF., Geissler, AC. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan
Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta
: EGC
Guyton, AC. & Hall, JE. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
Khatib, Oussama M.N. 2005. Clinical Guidelines for the Management of Hypertension.
WHO
Price, SA. & Wilson, LM. 2006.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta : EGC
Rilantono, Lily Ismudiati dkk. 1996. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta : FKUI
Aninomous. 2008. High Blood Pressure, Factors that Contribute to. akses internet di
http://www.americanheart.org/presenter.jhtml?identifier=3053