You are on page 1of 9

Model Precede-Proceed

Model yang dikembangkan oleh Green dan Kreuter (1991) pada tahun 1980, merupakan
model yang paling cocok diterapkan dalam perencanaan dan evaluasi promosi kesehatan,
yang dikenal dengan modelPRECEDE (Predisposing, Reinforcing and Enabling Causes in
Educational Diagnosis and Evaluation). PRECEDE merupakan kerangka untuk membantu
perencanaan mengenal masalah, mulai dari kebutuhan pendidikan sampai pengembangan
program. Pada tahun 1991, model ini disempurnakan menjadi model PRECEDE-PROCEEDE.
PROCEEDE merupakan singkatan dari Policy, Regulatory, and Organizational Contructs in
Educational and environmental Development.

Dalam aplikasinya, PRECEDE-PROCEED dilakukan bersama-sama dalam proses perencanaan,


pelaksanaan, dan evaluasi. PRECEDE digunakan pada fase diagnosis masalah, penetapan
prioritas dan tujuan program, sedangkan PROCEED digunakan untuk menetapkan sasaran
dan kriteria kebijakan, pelaksanaan, dan evaluasi. Menurut Schmidt dkk. (1990), model ini
paling banyak diterima dan telah berhasil diterapkan dalam perencanaan program-program
komprehensif dalam banyak susunan yang berlainan, serta model ini dianggap lebih
berorientasi praktis. Gambar 6.1 meringkas gambaran model PRECEDE-PROCEED.

LANGKAH=LANGKAH PERENCANAAN PROMOSI KESEHATAN

Menentukan Kebutuhan Promosi Kesehatan

Diagnosis masalah

Dilakuan dengan menggunakan kerangka PRECEDE-PROCEEDE sesuai gambar 6.1 dan 6.2.
PRECEDE digunakan pada fase diagnosis masalah, penetapan prioritas masalah dan tujuan
program, sedangkan PROCEED digunakan untuk menetapkan sasaran dan kriteria kebijakan,
serta implementasi dan evaluasi.
Gambar 6.1 Kerangka PRECEDE-PROCEED. Sumber: Green, Lawrence and Marshall W.
Kreuter, 1991:24

Gambar 6.2 Indikator, dimensi, dan hubungan di antara faktor-faktor yang diidentifikasi
pada fase 1,2, dan 3 pada kerangka PRECEDE-PROCEEDE.
Fase 1 (Diagnosis sosial)

Diagnosis sosial adalah proses menetukan persepsi masyarakat terhadap kebutuhannya dan
aspirasi masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidupnya,m elalui partisipasi dan
penerapan berbagai informasi yang didesain sebelumnya. Untuk mengetahui masalah sosial,
digunakan indikator sosial seperti pada Gambar 6.2. penilaian dapat dilakukan atas dasar
data sensus, vital statistik yang ada, atau pengumpulan data secara langsung ke masyarakat.
Apabila data langsung dikumpulkan dari masyarakat, cara pengumpulan data yang dapat
dilakukan adalah wawancara dengan informan kunci, forum yang ada di masyarakat, Focus
Groups Discussion (FGD), nominal group process, dan survei.

Fase 2 (diagnosis epidemiologi)

Pada fase ini, siapa atau kelompok mana yang terkena masalah kesehatan (umur, jenis
kelamin, lokasi, dan suku) diidentifikasi. Di samping itu, dicari pula bagaimana pengaruh
atau akibat dari masalah kesehatan tersebut (mortalitas, morbiditas, disabilitas, tanda dan
gejala yang timbul) dan cara menanggulangi masalah tersebut (imunisasi, perawatan atau
pengobatan, modifikasi lingkungan atau perilaku). Informasi ini sangat penting untuk
menetapkan prioritas masalah, yang didasarkan pertimbangan besarnya masalah dan akibat
yang ditimbulkan, serta kemungkingan untuk diubah. Prioritas masalah harus tergambar
pada tujuan program dengan ciri “who eill benefit how much of what outcome by when”.

Fase 3 (Diagnosis perilaku dan lingkungan)

Untuk fase ini, masalah perilaku dan lingkungan yang memengaruho perilaku dan status
kesehatan atau kualitas hidup seseorang atau masyarakat diidentifikasi. Penting bagi
promotor kesehatan untuk membedakan masalah perilaku yang dapat dikontrol secara
individu atau harus dikontrol melalui institusi. Contohnya, pada kasus malnutrisi yang
disebabkan oleh ketidakmampuan membeli bahan makanan, intervensi pendidikan tidak
akan bermanfaat sehingga diperlukan pendekatan perubahan sosial untuk mengatasi
masalah lingkungan.

Indikator masalah perilaku yang memengaruhi status kesehatan seseorang adalah


pemanfaatan pelayanan kesehatan (utilization), upaya pencegahan (prevention action), pola
konsumsi akanan (consumption pattern), kepatuhan (compliance), dan upaya pemeliharaan
kesehatan sendiri (self care). Dimensi perilaku yang digunakan adalah earliness, quality,
persistence, frequency, dan range. Indikator lingkungan yang digunakan adalah keadaan
sosial, ekonomi, fisik dan pelayanan kesehatan, sedangkan dimensi yang digunakan terdiri
atas keterjangkauan, kemampuan, dan pemerataan.
1. Langkah-langkah dalam melakukan diagnosis perilaku dan lingkungan, yaitu 1)
memisahkan faktor perilaku dan nonperilaku sebagai penyebab masalah kesehatan,
2) mengidentifikasi perilaku yang dapat dicegah dan perilaku yang berhubungan
dengan tindakan perawatan atau pengobatan. Untuk faktor lingkungan, melakukan
eliminasi faktor nonperilaku yang tidak dapat diubah (misalnya, faktor genetik dan
demografi), 3) mengurutkan masalah perilaku dan lingkungan berdasarkan besarnya
pengaruh terhadap kesehatan, 4) mengurutkan masalah perilaku dan lingkungan
berdasarkan kemungkinan untuk diubah, 5) menetapkan perilaku dan lingkungan
yang menjadi sasaran proigram. Setelah itu, tetapkan tujuan perubahan perilaku dan
lingkungan yang ingin dicapai program.

Fase 4 (Diagnosis pendidikan dan organisasional)

Identifikasi diagnosis pendidikan dan organisasional dilakukan berdasarkan determinan


perilaku yang mempengaruhi status kesehatan seseorang atau masyarakat, yaitu 1) faktor
predisposisi (predisposing factors), meliputi pengetahuan, sikap, persepsi, kepercayaan dan
nilai atau norma yang diyakini seseorang, 2) faktor pendorong (enabling factors), yaitu
faktor ingkungan yang memfasilitasi perilaku seseorang, dan 3) faktor penguat (reinforcing
factors), yaitu perilaku orang lain yang berpengaruh (toma, toga, guru,, petugas kesehatan,
orang tua, pemegang kekuasaan) yang dapat menjadi pendorong seseorang untuk
berperilaku.

Langkah selanjutnya adalah menetapkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai


berdasarkan faktor predisposisi yang telah diidentifikasi, dan menetapkan tujuan
organisasional berdasarkan faktor penguat dan faktor pendorong yang telah diidentifikasi
elalui upaya pengembangan organisasi dan sumber daya.

Fase 5 (Diagnosis administrasi dan kebijakan)

Pada fase ini, dilakukan analisis kebijakan, sumber daya, dan peraturan yang berlaku yang
dapat memfasilitasi atau menghambat pengembangan program promosi kesehatan. Untuk
diagnosis administratif, dilakukan tiga penilaian, yaitu sumber daya yang dibutuhkan untuk
melaksanakan program, sumber daya yang terdapat di organisasi dan masyarakat, serta
hambatan pelaksanaan program. Untuk diagnosis kebijakan, dilakukan identifikasi dukungan
dan hambatan politis, peraturan dan organisasional yang memfasilitasi program serta
pengembangan lingkungan yang dapat mendukung kegiatan masyarakat yang kondusif bagi
kesehatan.

Pada fase ini kita melangkah dari perencanaan dengan PRECEDE ke implementasi dan
evaluasi dengan PROCEED. PRECEDE digunakan untuk meyakinkan bahwa program akan
sesuai dengan kebutuhan dan keadaan individu atau masyarakat sasaran. Sebaliknya,
PROCEED untuk meyakinkan bahwa program akan tersedia, dapat dijangkau, dapat diterima
dan dapat dipertanggungjawabkan kepada penentu kebijakan, administrator, konsumen
atau klien, dan stakeholder terkait. Hal ini dilakukan untuk menilai kesesuaian program
dengan standar yang telah ditetapkan.

Data yang dibutuhkan untuk perencanaan promosi kesehatan dapat diperoleh dari berbagai
sumber berikut.

1. Dokumen yang ada

2. Langsung dari masyarakat, untuk mengetahui status kesehatan masyarakat, perilaku


kesehatan, dan determinan perilaku itu

3. Petugas kesehatan di lapangan

4. Tokoh masyarakat

Pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut

1. Key informant approach

Cara ini cukup sederhana dan relatif murah, karena informasi yang diperoleh
mewakili berbagai perspektif dan selain untuk membuat perencanaan, data yang ada
juga dapat membantu pengimplementasian promosi kesehatan. Informasi yang
siperoleh dari informan kunci melalui Focus Group Discussion sangat menolong
untuk memahami masalah yang ada.

2. Community forum approach

Data dikumpulkan melalui forum diskusi. Promotor kesehatan bersama masyarakat


mendiskusikan masalah yang ada dan jalan keluarnya. Jika dilihat dari sudut
program, cara ini sangat ekonomis dan promotor kesehatan dapat memahami
masalah dari berbagai sudut pandang masyarakat.

3. Sample survey approach

Cara pengumpulan data kebutuhan masyarakat yang paling valid dan akurat, karena
estimasi kesalahan dapat diseleksi. Namun cara ini sangat mahal. Metode yang
digunakan adalah wawancara dan observasi (terutama jika ingin melihat skills).

Menetapkan prioritas masalah

Langkah-langkah untuk menetapan prioritas masalah kesehatan meliputi hal-hal berikut.

1. Menentukan status kesehatan masyarakat


2. Menentukan pola pelayanan kesehatan masyarakat yang ada

3. Menentukan hubungan antara status kesehatan dan pelayanan kesehatan di


masyarakat

4. Menentukan determinan masalah kesehatan masyarakat (meliputi tingkat


pendidikan, umur, jenis kelamin, ras, letak geografis, kebiasaan atau perilaku dan
kepercayaan yang dianut).

Beberapa faktor yang haru dipertimbangkan dalam menentukan prioritas masalah dan
akibat yang ditimbulkan, pertimbangan politis, dan sumber daya yang ada di masyarakat.

Mengembangkan Komponen Promosi Kesehatan

Menentukan tujuan promosi kesehatan

Pada dasarnya, tujuan utama promosi kesehatan mencakup tiga hal yaitu peningkatan
pengetahuan dan atau sikap masyarakat, peningkatan perilaku masyarakat, dan
peningkatan status kesehatan masyarakat. Agar tujuan dapat dicapai dan dijalankan sesuai
keinginan, penetapan tujuan harus memenuhi syarat: Specific, Measurable, Appropriate,
Reasonable, Time bound, dan dinyatakan dalam bentuk performance, bukan effort.

Tujuan promosi kesehatan terdiri atas tiga tingkatan (Green, 1991), yaitu tujuan program,
tujuan pendidikan, dan tujuan perilaku.

Tujuan program (program objective). Tujuan program merupakan refleksi dari fase sosial
dan epidemiologi, berupa pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam periode tertentu
yag berhubungan dengan status kesehatan. Tujuan ini harus mencakup who will in how
much of what by when. Tujuan program juga sering disebut sebagai tujuan jangka panjang
(contohnya, kortalitas akibat kecelakaan kerja pada pekerja menurun 50% setelah promosi
kesehatan berjalan lima tahun).

Tujuan pendidikan (educational objective). Merupakan tujuan jangka pendek, yang


merupakan gambaran perilaku yang akan dicapai dalam mengatasi maslaah kesehatan.
Tujuan perilaku berhubungan dengan pengetahuan, sikap, dan tindakan (contohnya,
pengetahuan pekerja tentang tanda-tanda bahaya di tempat kerja meningkat 60% setelah
promosi kesehatan berjalan 6 bulan).

Menentukan sasaran promosi kesehatan

Pada tahap ini, ditentukan sasaran langsung (primer) dan sasaran tidak langsung (sekunder
dan tersier). Sasaran promosi kesehatan adalah individu dan kelompok, atau keduanya.

Menentukan isi promosi kesehatan


Komponen isi promosi kesehatan berisi bahan yang akan disampaikan kepada sasaran untuk
meningkatkan pencapaian tujuan. Adapun persyaratan isi promosi kesehatan meliputi
berorientasi pada tujuan, harus menunjang pencapaian tujuan (khususnya tujuan jangka
pendek), dan harus disusun berdasarkan masing-masing tujuan jangka pendek paling sedikit
jumlahnya sama dengan tujuan jangka pendek yang dirumuskan.

Isi pesan dapat dibuat dengan menggunakan gambar dan bahasa setempat sesederhana
ungkin agar mudah dipahami oleh sasaran sehingga mereka merasa pesan tersebut benar-
benar ditujukan untuk mereka dan diharapkan sasaran mau melaksanakan isi pesan
tersebut.

Menentukan metode yang akan digunakan

Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan metode promosi kesehatan
adalah sebagai berikut.

1. Aspek yang akan dicapai

- Aspek pengetahuan. Metode yang dapat digunakan, misalnya penyuluhan


langsung, pemasangan poster, spanduk, dan penyebaran leaflet.

- Aspek sikap. Metode yang dapat digunakan berupa contoh konkret yang dapat
menggugah emosi, perasaan, dan sikap sasaran misalnya memperlihatkan foto,
slide, film atau video.

- Aspek keterampilan. Metode yang dapat digunakan berupa memberi


kesempatan kepada sasaran untuk mencoba keterampilan tersebut.

2. Sumber daya yang dimiliki masyarakat

3. Jenis atau jumlah sasaran

Menentukan media yang akan digunakan

Media dibuat untuk memudahkan pemahaman materi yang akan disampaikan. Media yang
dipilih harus bergantung pada jenis sasaran, tingkat pendidikan sasaran, aspek yang ingin
dicapai, metode yang digunakan , dan sumber daya yang ada. Media dapat digunakan di
berbagai tempat antara lain sebagai berikut.

1. Rumah tangga (leaflet, model buku bergambar, benda nyata seperti buah-buahan,
dan sayuran)

2. Tempat kerja dan sekolah (papan tulis, flipchart, poster, leaflet, buku cerita
bergambar, kotak gambar gulung dan boneka)
3. Masyarakat umum (poster, spanduk, leaflet, flannel graf, dan wayang)

Menyusun rencana evaluasi

Di tahap ini, dijabarkan kapan evaluasi akan dilaksanakan, di mana dilaksanakan, kelompok
sasaran yang mana yang akan dievaluasi, dan siapa yang akan melaksanakan evaluasi.

Menyusun jadwal pelaksanaan

Merupakan penjabaran waktu, tempat dan pelaksanaan, yang biasanya disajikan dalam
bentuk Gantt chart.
i

You might also like