Professional Documents
Culture Documents
Fachry
asuyanto
Fachry,
dimana:
rho=massa jenis fluida
g= gravitai bumi
Q=debit alir
H= total Head Loss
P=Daya
V=Tegangan Motor
I= Arus
asuyant
Pak Freddy,
Kalau menurut saya, kalau fluidanya 100% liquid, maka tidak akan ada
perbedaan apakah kita bicara ttg laju (v) atau debit (Q) karena
liquidnya inkompresibel, selama aliran fluida memenuhi seluruh
permukaan diameter pipa (A).
Yang kedua, yang saya tahu sistem pompa biasanya diatur di sisi
outletnya bukan pada suctionnya. Ini untuk menghindari kavitasi
bilamana debit air berkurang, disinilah pengontrol recycle mulai
berfungsi.
Pak Fachry,
Saya mencoba membantu, Kalau normalnya harus seperti itu yaitu
berbanding lurus sebagaimana
dapat dilihat dari persamaan :
Power (W) = Q (m3/s) X H (m) x fluid Density (kg/m3)x g
(m/s2)....persamaan (1)
Untuk Power diasumsikan adalah P= Vx I ....... (persm 2)
Sehingga jika persamaan persamaan 2 disubsitusi ke 1
maka hasilnya :
V( voltage) x I (Ampere ) = Q (m3/s) X H (m) x fluid Density (kg/m3)x g
(m/s2).
Jadi kalau dilihat persamaam diatas maka jelas harus berbanding lurus.
Untuk actualnya dilapangan terkadang tidak dijumpai data seperti itu
karena mungkin terjadi kerusakan pada
system mechanical pump atau motor sehingga tiba-tiba ampere akan
naik secara drastis meskipun flownya masih kecil
seperti kerusakan bearing pump, dan lain sebagainya.
Fachry
asuyant
Pak Fachry,
Saya kira saya udah menjelaskannya di respons yang pertama.
Pertanyaan anda yang pertama adalah relasi Q dengan I, sedangkan di
email ini relasi Q dan H dengan I.
Memang betul I bisa saja sama dengan Q berubah, karena dalam hal
ini H ikut berubah. Malah di titik extrim, Q bisa sampai 0 (tidak ada
flow) dengan I yang sama dan H yang maksimum.
Saya kira memang dalam hal ini ada dua konteks yang berbeda yang
anda bicarakan.
cahyo@migas-indonesia.com
Pak Fachry,
setahu saya, ampere itu berbanding lurus dengan Head and Q. Hanya
saja, Q dan head dihubungkan dengan persamaan kurva vs system
head. Q lebih sensitive ketimbang head dalam penyumbang nilai
ampere. Perhatikan jika pompa sentrifugal sedang dioperasikan dan
valve keluarannya ditutup rapat, maka pada saat itu nilai amperenya
menjadi minimum.
Muhammad Salman
Ikut nimbrung nih. Menurut saya, pendapat pak Fachry benar, Daya
yang disuplai oleh motor tersebut pada desainnya adalah relatif tetap.
Kalo dari performance pompa, rumus tersebut variabel yang berubah
adalah sisi sebelah kanan, yaitu perubahan debit dan head pompa,
sementara g adalah konstanta. Perubahan nilai variabel sebelah kiri
dalam hal ini ampere, karena V biasanya konstanta, akan terjadi
apabila terdapat gangguan atau beban tambahan selain Q dan H,
misalnya adanya beban gesekan akibat bearing yang mulai aus, atau
juga Packing yang terlalu kencang, dll. Untuk melindungi motor agar
tidak overheat, biasanya nilai I ini ada rangenya, dimana apabila
melewati range, motor akan trip. CMIIW Untuk hubungan Q dan
ampere, saya rasa sulit untuk di dideskripsikan dengan jelas, karena
energi yang dihasilkan poros, bisa saja dikonfersikan ke performance
pompa dan rugi2 lainnya, jadi bisa saja nilai I naik, sementara Q tetap.
Mungkin rekan2 yang lain bisa mengkoreksi atau menambahkan....
Ilham santoso
Salam,
Jadi ampere motor akan tergantung dari operating point pompa dan
inefisiensi sistem.
Muhammad Salman
Dear rekans...
Ikut nimbrung lagi nih... Saya sangat sependapat dengan pak Ilham
Santoso. Ampere yang dikonsumsi motor adalah power atau indikasi
dari kerja poros. Kerja poros motor ini akan di konversikan menjadi
kerja pada sistem (Performance pompa) + ineffisiensi sistem . Dengan
pemahaman ini, semua kasus yang pernah dijelaskan rekan2 akan
terjawab. Baik itu ada fenomena kenaikan arus sementara debit tetap.
Ataupun arus tetap, tetapi debit turun, dan lain-lain.
Jadi, menurut saya, arus tidak berbanding lurus dengan debit aliran
(CMIIW), walau sepenuhnya pendapat tersebut tidak salah. Fenomena
perubahan ampere pada saat valve di buka tutup (throtle), bukan
hanya di pengaruhi debit air yang mengalir karena debit juga
kemungkinan tidak berubah, hanya kecepatan fluida yang berubah,
tetapi juga dipengaruhi oleh kelakuan fluida itu sendiri (turbulensi
aliran), serta bertambahnya losses akibat friksi dimana adanya
pengecilan penampang aliran fluida dan kecepatan aliran fluida
(Mohon dikoreksi oleh para pakar Mekanika Fluida).
Sebagai informasi, sebelum adanya teknologi vibrasi yang dapat
menganalisa performance pompa dengan lebih detail, ampere (arus
listrik) pada motor dijadikan indikasi monitoring kondisi pompa.
Apabila performance pompa tetap, sementara arus naik, mechanical
engineer dan electrical engineer pasti akan melihat suatu warning,
dimana terjadi sesuatu pada pompa atau motor. Dari segi mechanical,
bisa jadi bearing sudah mulai bermasalah, sehingga friksi meningkat.
Atau bila pompa menggunakan Gland Packing, indikasi bahwa gland
packing terlalu ketat menempel pada shaft sehingga friksi-nya juga
meningkat, dan lain-lain. Dari segi proses, untuk fluida yang
mempunya viscositas (kekentalan) yang perlu dijaga, dari indikasi arus
ini juga bisa dijadikan acuan apakah kekentalan fluida masih tetap
atau malah bertambah (CMIIW). Sampai sekarang sepertinya arus
masih dijadikan salah satu patokan kondisi pompa.
Mohon pencerahannya...
Handoko Utama S.
Jadi secara matematis, bisa dibilang flow rate sama arus itu
berbanding lurus..
tetapi harus diperhatikan hub antara flowrate dan head..karena dua
parameter itu berpengaruh ke ampere...
roeddy setiawan
Sedikit tambahan:
a. kalau motor / prime mover di couple via vanbelt atau gearbox harus
di kalikan rugi 2 fanbelt (umumnya fanbelt modern antara .92 -.97).
kalau direct cuople saya tidak perlu ada rugi rugi
b, kalau prime mover nya ambil dari jala jala AC, memang betul power
instantaneuos (susah banget nulis nya) P= V.I, tapi harga ini berubah
setiap saat, biasanya kita pake Pavg= V.I. cos phi. Kadang kadang
kawan dr electric bilang sebagai "power factor" sebenarnya ya itu
harga dari cos Phi. phi nya sendiri sebetulnya sudut antara arus dg
voltage. temaN electrical anda bisa sugest berapa cos phi untuk
system anda.
pra setyo
Pak Handoko dan rekan2 semuanya,
Handoko Utama S.
adhi budhiarto
Mas Fachry,
Ikut
nimbrung ahh.
Biar
kita sama persepsi, maka ada baiknya kita tinjau dulu hubungan
antara motor (driver) dengan pompa. Bayangkan ada dua sisi pada
pompa, yaitu sisi motor dan sisi pompa.
Power
di-supply ke motor kemudian motor menggerakkan coupling/gear
(transmisi). Coupling ini kemudian digunakan untuk menggerakkan
impeller yang ada pada sisi pompa.
Agar
lebih mudah ngebayanginnya, dapat direpresentasikan dalam simbol
sebagai berikut :
Dimana :
Pm = power yang di-supply ke motor (digunakan untuk menjalankan
motor)
= BHP/Pc*100%
BHP = brake horsepower
= power output transmisi
= power input pompa
= A*V*cos phi*(3^(0.5))*nm*nt (note :
A = ampere; V = voltage; cos phi biasanya saya ambil = 0,8)
Saya pernah menemui kasus ini. Kasus ini terjadi pada pompa stripper
reboiler. Fakta yang terjadi waktu itu adalah : flow pompa jauh lebih
kecil daripada flow normal disain, tekanan discharge normal,
dan ampere tinggi. Saya sebagai seorang process engineer sih
sebenernya "gak terlalu peduli" pada ampere, yang penting bagi saya
pompa harus dapat mengalirkan flow yang saya inginkan. Dengan
rendahnya flow pompa, maka flow bottom stripper gak bisa tinggi
sehingga temperaturnya pun gak bisa tinggi, ya efeknya pada bottom
stripper masih ada fraksi ringan. Nah kalo udah seperti ini ya jadi
"dosa"-nya process engineer.
A.Rofiudin @sulfindo
"Fakta yang terjadi waktu itu adalah : flow pompa jauh lebih kecil
daripada flow normal disain, tekanan discharge normal, dan ampere
tinggi"........
Setelah dianalisa hasilnya adalah clearance antara impeller wear ring
dan inlet suction sudah out of tolerance, bukannya bila hal ini terjadi
maka flow berkurang, tekanan discharge juga berkurang dan ampere
juga berkurang? (bila dibandingkan dengan kondisi clearance wear ring
original dan kondisi kerja (baca : semisal bukaan valve sama..). karena
pompa tersebut sudah AUS ! dan kalau akibat yang ini (wear ring)
terjadinya juga tidak mendadak.
Kalau nanti ternyata ada hal yang "lain" berarti ada yang bermain di
luar sistem itu, nah itulah tugas para Engineer. Makanya antara
engineer harus akur agar masalah cepat selesai.......
Ari Santoso
Untuk pompa, dalam keadaan nominal, cos phi nya umumnya dipakai
antara 0.8 s/d 0.85.
Ini menjawab pertanyaan Pak Adhi Budhiarto, bahwa pada flow yang
kecil, arus masih tetap tinggi.
Pada kasus yang saya ceritakan, discharge valve full open (discharge
pressure normal), namun flow rendah dan ampere maksimum. Setelah
pompa dibongkar, ternyata didapati impeller dan wear ring yang
terkikis karena korosi. Jika kondisi keduanya tidak sempurna memang
dapat mengakibatkan flow rendah namun konsumsi listrik (ampere)
tinggi. Setelah keduanya diganti, pompa dapat kembali beroperasi
normal.
murdib @inco
Pak Adhi,
Ikut nimbrung lagi ni pak, habis cuti, Mohon maaf lahir dan bathin.
Rumus : A1*v1 = A2*v2 itu memang sudah benar namun secara logic
matematic bahwa A2*v2 adalah sisi outlet setelah melewati valve
sedangkan fluida yang mengalir pada valve tersebut mengalami
kerugian atau friction, sehingga semakin besar bukaan valve semakin
sedikit friction atau momentum yang terjadi akibatnya akan
mepengaruhi flow. sehingga mungkin tepatnya rumus tersebut jika
dialirkan dengan melalui suatu hambatan maka dirumuskan A1*v1 =
A2*v2*friction.
Jika pendapat saya salah mohon dikoreksi.
Muhammad Salman
Pada kasus yang bapak ceritakan, Energi yang disuplai oleh motor,
dikonversikan oleh pompa menjadi kerja pompa ditambah rugi2
(losses) sistem. Dalam hal ini karena ada masalah pada impeller dan
wear ring (korosi) sehingga performance pompa menurun, sementara
rugi2 bertambah. Dalam kasus ini tidak ada penurunan flow yang
disengaja(menutup valve), dan ampere-nya juga tidak turun, malah
naik ?? Jadi apakah kelinieran itu berlaku..? Dalam posting saya,
tertulis dengan jelas bahwa pendapat tersebut tidak sepenuhnya
salah, namun kalau digeneralisir bahwa flow linier dengan arus, saya
agak kurang sreg, karena bukan hanya flow yang berpengaruh :-)
(CMIIW).
Untuk kasus penutupan discharge valve, anda benar, memang ada
batasan dimana rumus V1 x A1 = V2 x A2 berlaku, namun seperti yang
saya tuliskan, bisa jadi debit tersebut tidak berubah (dalam batasan
rumus V1 x A1 = V2 x A2 berlaku). Mungkin untuk penutupan
discaharge valve sebesar 10 % atau lebih (???, tergantung jenis valve-
nya juga, karena bentuk masing2 valve berbeda) rumus tersebut
masih berlaku (harus dihitung dulu.. :-)..).
Generalisir kelinieran ampere dengan flow, menurut saya agak kurang
tepat...
Mohon Pencerahannya...
Pranoto Hutomo
Ramai dan menarik sekali diskusi mengenai ampere vs flow pompa ini.
Berikut ini ada beberapa hal yang dapat saya sampaikan :
4. Kondisi (valve) discharge pompa yang full open dan dijepit sebagian
akan memberikan kondisi sistem pompa yang berbeda. Misalnya pada
kondisi discherge valve full open, tekanan discharge 10 kg/cm2 dan
kapasitas 100 m3/hr, kalau valve discharge dijepit tentu tekanan
discharge akan naik dan kapasitas akan turun. Logikanya, kalau valve
dijepit berarti ada rugi2 tekanan (head), maka untuk melawan tekanan
downstream (sistem) yang tidak berubah, tentu dibutuhkan tekanan
yang lebih besar dari pompa. Karena pompa harus menghasilkan
tekanan (head) yang lebih besar, tentu kapasitas yang bisa ditransfer
menjadi lebih kecil (lihat kurva H-Q pada pump curve)
A. Rofiudin @sulfindo
Lalu............
Kecuali bila pompa itu tetap harus ber Q yang sama = 100 m3/hr (Q
saja lah yang diperhitungkan), nah baru internal circulation
ditambahkan sebagai beban, yang ujung-ujungnya meningkatkan
ampere.
Ilham B Santoso
Salam,
Ikut nimbrung diskusi. Mungkin diskusi akan lebih enak kalau kita ke
basic dari pompa sentrifugal. Pompa sentrifugal adalah termasuk jenis
pompa rotor dinamik dimana pompa yang memberikan energi kinetik
(kecepatan aliran fluida sebagai hasil gaya sentrifugal) pada fluida
agar fluida memiliki cukup energi untuk transport (pemindahan atau
dipindahkan). Hal ini berbeda dengan pompa positive displacement
baik yang rotary ataupun reciprocating. Transfer energi kinetik
tersebut terjadi hanya pada impeller saja dan secara ideal tidak
dipengaruhi oleh casing dan sebagainya. Hal ini dapat terlihat pada
hukum kesebangunan pompa, yang pada prakteknya sering terlihat
pada kurva performance pompa dari vendor pompa, dimana semua
factor performance pompa Q (flowrate), H (head) dan P (daya) hanya
dipengaruhi oleh factor putaran dan diameter impeller. Hal ini dapat
dimengerti karena kerja pompa (transfer energi ke fluida) hanya terjadi
pada impeller yang sedang berputar.
Selanjutnya fungsi casing (volute casing) “hanyalah” untuk mengubah
energi kinetik fluida (yang telah dinaikkan oleh impeller) menjadi head
static fluida. Jadi secara “ideal” tidak akan ada perubahan daya poros
yang disebabkan oleh perubahan kondisi casing.
Pranoto Hutomo
Mas Rofiudin,
Kasus ini dapat terjadi pada bukaan valve discharge belum penuh dan
kapasitas harus dipertahankan konstan serta tekanan di downstream
valve discahrge masih dapat dilawan pompa pada bukaan valve lebih
besar.
Terima kasih.
A. Rofiudin @sulfindo
Mas Pranoto,
Untuk naik atau turun ampere, mungkin kita beda persepsi, saya
bilang turun kalau kasusnya seperti contoh saya (tidak ada syarat flow
harus tetap sama, atau head harus tetap sama), tapi kalau ada syarat
lain mungkin saya akan berpikir berbeda lagi.
"Kasus ini dapat terjadi pada bukaan valve discharge belum penuh dan
kapasitas harus dipertahankan konstan serta tekanan di downstream
valve discahrge masih dapat dilawan pompa pada bukaan valve lebih
besar"
Bila bukaan valve belum penuh, maka ampere akan lebih kecil
dibanding dengan bukaan valve penuh. (jangan ada syarat flow
keluaran harus tetap sama). jadi apa adanya system lalu bila terjadi A
dan terjadi B. lalu lihat ampere.
Kalau ampere naik saya setuju kalau begini: Flow discharge 100 m3/hr,
lalu setelah itu ada wear ring yang membesar sehingga ada sirculasi di
casing atau ada line recycle dia 1/8 inch yang di buka sedikit dari
piping discharge ke suction tetapi ada syarat yang 100 m3/hr tidak
boleh kurang (alias flownya bertambah), oke saya setuju ampere naik.
CMIIW.
Pranoto Hutomo
Mas Rofiudin,
Kasus diatas kemungkinan akan terjadi pada pompa dengan kurva H-Q
yang penurunanan H-nya tajam atau pada pompa dengan kapasitas
rendah tapi differential pressurenya tinggi.
A. Rofiudin@sulfindo
Mas Pranoto,
Saya jelas sekali dari apa yang diterangkan, ternyata beda persepsi
ada di belakangnya yaitu bilamana proses mintanya tetap....
okey clear.........