You are on page 1of 19

Ampere Vs Flow Pompa

Fachry

Rekan rekan saya ingin mohon ilmunya...


Bagaimanakah hubungan antara flow fluida pompa dengan ampere
motor (penggerak pompanya) ?
Apakah selalu berbanding lurus atau bagaimana ?

asuyanto

Fachry,

Saya asumsikan kamu ngomong ttg pompa sentrifugal.

Dalam keadaan steady state, debit pompa selalu berbanding lurus


dengan ampere motornya dengan asumsi tegangan dari power dan
efisiensi sistem tidak berubah.

Dalam keadaan operasional, pola ini akan berantakan karena


dipengaruhi keadaan sekitarnya, contohnya : bisa saja motornya
berputar dengan amper tinggi tapi tidak ada flow karena pompa
berada dalam kondisi dead head.

Freddy Valensky @singgar-mulia

P= Rho x g x Q x H Daya yang dibutuhkan untuk memindahkan fluida


P = V x I Rumus hubungan Arus dengan Daya

dimana:
rho=massa jenis fluida
g= gravitai bumi
Q=debit alir
H= total Head Loss
P=Daya
V=Tegangan Motor
I= Arus

jika kita subtitusi terlihat bahwa kapasitas yang dialirkan berbanding


lurus dengan Daya yang dibutuhkan.
berarti jika kapasitas fluida meningkat maka daya yang dibutuhkan
juga akan naik dikarenakan loadnyabertambah.. nah dengan naiknya
daya berarti arus yg dibutuhkan juga meningkat.

Jadi... bukan berbanding lurus dengan laju alir melainkan dari


Kapasitas alir ( jumlah fluida yg akan dialirkan).. Karna kalo laju fluida
pada pompa jarang kita rubah, hanya feeding pada suctionnya saja
yang sering kita atur dengan cara mengatur bukaan valve inlet ke
pompa tsb.... semain banyak feeding kita berikan maka kerja
pompa/motor akan semakin berat. logikanya begitu pak.. :)

dilapangan juga sering saya perhatikan.. bahkan menjadi salah satu


indikator jika pada panel terlihat amper motor menurun... maka pasti
feeding fluida pada sisi pump suction pasti terjadi kendala...

demikian pak fachry ...mohon direvisi jika salah

asuyant

Pak Freddy,

Kalau menurut saya, kalau fluidanya 100% liquid, maka tidak akan ada
perbedaan apakah kita bicara ttg laju (v) atau debit (Q) karena
liquidnya inkompresibel, selama aliran fluida memenuhi seluruh
permukaan diameter pipa (A).

Yang kedua, yang saya tahu sistem pompa biasanya diatur di sisi
outletnya bukan pada suctionnya. Ini untuk menghindari kavitasi
bilamana debit air berkurang, disinilah pengontrol recycle mulai
berfungsi.

Murdin, Baso (PTI - SOR) @inco

Pak Fachry,
Saya mencoba membantu, Kalau normalnya harus seperti itu yaitu
berbanding lurus sebagaimana
dapat dilihat dari persamaan :
Power (W) = Q (m3/s) X H (m) x fluid Density (kg/m3)x g
(m/s2)....persamaan (1)
Untuk Power diasumsikan adalah P= Vx I ....... (persm 2)
Sehingga jika persamaan persamaan 2 disubsitusi ke 1
maka hasilnya :
V( voltage) x I (Ampere ) = Q (m3/s) X H (m) x fluid Density (kg/m3)x g
(m/s2).
Jadi kalau dilihat persamaam diatas maka jelas harus berbanding lurus.
Untuk actualnya dilapangan terkadang tidak dijumpai data seperti itu
karena mungkin terjadi kerusakan pada
system mechanical pump atau motor sehingga tiba-tiba ampere akan
naik secara drastis meskipun flownya masih kecil
seperti kerusakan bearing pump, dan lain sebagainya.

Semoga bisa membantu.

Fachry

Rekan2....pak freddy, murdin


bukannya dari kurva performance pompa (head VS Flow) ketika (kita
ubah bukaan valve) flow turun maka head akan naik ?
jika begitu bukannya dengan rumus :
*V( voltage) x I (Ampere ) = Q (m3/s) X H (m) x fluid Density (kg/m3)x
g(m/s2)*
**
bisa saja daya nya tetap, karena Q turun dan H naik , density & perc
grav tetap, sehingga ampere bisa saja tetap, benarkah begitu ?

asuyant

Pak Fachry,
Saya kira saya udah menjelaskannya di respons yang pertama.
Pertanyaan anda yang pertama adalah relasi Q dengan I, sedangkan di
email ini relasi Q dan H dengan I.

Memang betul I bisa saja sama dengan Q berubah, karena dalam hal
ini H ikut berubah. Malah di titik extrim, Q bisa sampai 0 (tidak ada
flow) dengan I yang sama dan H yang maksimum.

Saya kira memang dalam hal ini ada dua konteks yang berbeda yang
anda bicarakan.

cahyo@migas-indonesia.com

Pak Fachry,
setahu saya, ampere itu berbanding lurus dengan Head and Q. Hanya
saja, Q dan head dihubungkan dengan persamaan kurva vs system
head. Q lebih sensitive ketimbang head dalam penyumbang nilai
ampere. Perhatikan jika pompa sentrifugal sedang dioperasikan dan
valve keluarannya ditutup rapat, maka pada saat itu nilai amperenya
menjadi minimum.

Jadi dengan dua persamaan dan dua variable, harusnya hubungan


ampere dengan Q dan H itu jelas adanya.

Muhammad Salman

Ikut nimbrung nih. Menurut saya, pendapat pak Fachry benar, Daya
yang disuplai oleh motor tersebut pada desainnya adalah relatif tetap.
Kalo dari performance pompa, rumus tersebut variabel yang berubah
adalah sisi sebelah kanan, yaitu perubahan debit dan head pompa,
sementara g adalah konstanta. Perubahan nilai variabel sebelah kiri
dalam hal ini ampere, karena V biasanya konstanta, akan terjadi
apabila terdapat gangguan atau beban tambahan selain Q dan H,
misalnya adanya beban gesekan akibat bearing yang mulai aus, atau
juga Packing yang terlalu kencang, dll. Untuk melindungi motor agar
tidak overheat, biasanya nilai I ini ada rangenya, dimana apabila
melewati range, motor akan trip. CMIIW Untuk hubungan Q dan
ampere, saya rasa sulit untuk di dideskripsikan dengan jelas, karena
energi yang dihasilkan poros, bisa saja dikonfersikan ke performance
pompa dan rugi2 lainnya, jadi bisa saja nilai I naik, sementara Q tetap.
Mungkin rekan2 yang lain bisa mengkoreksi atau menambahkan....

Ilham santoso

Salam,

Menurut pendapat saya ampere yang dikonsumsi oleh motor


penggerak pompa adalah merupakan indikator dari daya (power) yang
diperlukan untuk menggerakan pompa untuk menjalankan fungsinya
plus inefisiensi transfer daya serta inefisiensi mekanik seperti adanya
gesekan pada bearing, turbulensi aliran, power loss pada coupling,
power loss pada motor yang mungkin akibat kondisi kumparan rotor
yang sudah cacat, dan sebagainya.
Sedangkan daya untuk menjalankan pompa sesuai dengan fungsinya
adalah tergantung dari berat fluida yang dipindahkan setiap detiknya
(masa jenis di kalikan dengan kapasitas aliran (Q)), jarak yang
ditempuh oleh fluida (berbanding lurus dengan Head, H), dan tentu
kekentalan fluida.

Jadi ampere motor akan tergantung dari operating point pompa dan
inefisiensi sistem.

Muhammad Salman

Dear rekans...
Ikut nimbrung lagi nih... Saya sangat sependapat dengan pak Ilham
Santoso. Ampere yang dikonsumsi motor adalah power atau indikasi
dari kerja poros. Kerja poros motor ini akan di konversikan menjadi
kerja pada sistem (Performance pompa) + ineffisiensi sistem . Dengan
pemahaman ini, semua kasus yang pernah dijelaskan rekan2 akan
terjawab. Baik itu ada fenomena kenaikan arus sementara debit tetap.
Ataupun arus tetap, tetapi debit turun, dan lain-lain.
Jadi, menurut saya, arus tidak berbanding lurus dengan debit aliran
(CMIIW), walau sepenuhnya pendapat tersebut tidak salah. Fenomena
perubahan ampere pada saat valve di buka tutup (throtle), bukan
hanya di pengaruhi debit air yang mengalir karena debit juga
kemungkinan tidak berubah, hanya kecepatan fluida yang berubah,
tetapi juga dipengaruhi oleh kelakuan fluida itu sendiri (turbulensi
aliran), serta bertambahnya losses akibat friksi dimana adanya
pengecilan penampang aliran fluida dan kecepatan aliran fluida
(Mohon dikoreksi oleh para pakar Mekanika Fluida).
Sebagai informasi, sebelum adanya teknologi vibrasi yang dapat
menganalisa performance pompa dengan lebih detail, ampere (arus
listrik) pada motor dijadikan indikasi monitoring kondisi pompa.
Apabila performance pompa tetap, sementara arus naik, mechanical
engineer dan electrical engineer pasti akan melihat suatu warning,
dimana terjadi sesuatu pada pompa atau motor. Dari segi mechanical,
bisa jadi bearing sudah mulai bermasalah, sehingga friksi meningkat.
Atau bila pompa menggunakan Gland Packing, indikasi bahwa gland
packing terlalu ketat menempel pada shaft sehingga friksi-nya juga
meningkat, dan lain-lain. Dari segi proses, untuk fluida yang
mempunya viscositas (kekentalan) yang perlu dijaga, dari indikasi arus
ini juga bisa dijadikan acuan apakah kekentalan fluida masih tetap
atau malah bertambah (CMIIW). Sampai sekarang sepertinya arus
masih dijadikan salah satu patokan kondisi pompa.
Mohon pencerahannya...
Handoko Utama S.

Setuju dengan pak murdin,

Kalo boleh komentar..


Normalnya memang flow rate berbanding lurus dengan ampere..
cuman mungkin perlu diperhatikan spesifikasi/grapik pompa Q vs H-
nya juga...
kalo pompa sentrifugal putaran 'forward' semakin Q-nya besar,
otomatis H-nya
juga besar, sehingga, Amperenya juga gede..
tapi kalo sentrifugal 'backward', semakin Q-nya besar, H-nya semakin
kecil..
ada juga yang Q-nya besar, H-nya konstan...

Jadi secara matematis, bisa dibilang flow rate sama arus itu
berbanding lurus..
tetapi harus diperhatikan hub antara flowrate dan head..karena dua
parameter itu berpengaruh ke ampere...

Itu semua dengan asumsi semua komponen pompa berjalan normal...


CMIIW

roeddy setiawan

Dear pak Fachri,

Sedikit tambahan:
a. kalau motor / prime mover di couple via vanbelt atau gearbox harus
di kalikan rugi 2 fanbelt (umumnya fanbelt modern antara .92 -.97).
kalau direct cuople saya tidak perlu ada rugi rugi
b, kalau prime mover nya ambil dari jala jala AC, memang betul power
instantaneuos (susah banget nulis nya) P= V.I, tapi harga ini berubah
setiap saat, biasanya kita pake Pavg= V.I. cos phi. Kadang kadang
kawan dr electric bilang sebagai "power factor" sebenarnya ya itu
harga dari cos Phi. phi nya sendiri sebetulnya sudut antara arus dg
voltage. temaN electrical anda bisa sugest berapa cos phi untuk
system anda.

pra setyo
Pak Handoko dan rekan2 semuanya,

Mohon penjelasan yang lebih detail tentang:


1) Pompa centrifugal putaran "forward" dan pompa centrifugal putaran
"backward"?
2) Karakteristik curva centrifugal dengan flow yang besar maka head
akan besar, mohon penjelasan apakah ini juga karakteristik curve
centrifugal pump or Positive Displacement (PD) pump?
3) Ampere akan berhubungan dengan Power, mohon penjelasan range
untuk power dari electric driver untuk kategori Low Voltage (LV),
Medium Voltage (MV), dan (High Voltage) HV?

Terima Kasih atas bantuannya.

Handoko Utama S.

1. forward itu searah dengan kelengkungan sudu-sudu pompa, kalau


backward berlawanan.. tapi ada juga yang sudu-sudu nya
lurus...sehingga Head-nya cenderung konstan...
2. iya betul, itu karakteristik centrifugal, kalo PD pump setau saya Q-
nya konstan...sesuai dengan volume pistonnya pompa saja..
3. maaf , saya kurang mengerti yang ini, mugnkin yg lain bisa
membantu..=)

adhi budhiarto

Mas Fachry,

Ikut
nimbrung ahh.

Biar
kita sama persepsi, maka ada baiknya kita tinjau dulu hubungan
antara motor (driver) dengan pompa. Bayangkan ada dua sisi pada
pompa, yaitu sisi motor dan sisi pompa.

Power
di-supply ke motor kemudian motor menggerakkan coupling/gear
(transmisi). Coupling ini kemudian digunakan untuk menggerakkan
impeller yang ada pada sisi pompa.
Agar
lebih mudah ngebayanginnya, dapat direpresentasikan dalam simbol
sebagai berikut :

Pada sisi motor : ada Pm & nm


Pada sisi coupling : ada Pc & nt
Pada sisi pompa : ada BHP, HHP, & np

Dimana :
Pm = power yang di-supply ke motor (digunakan untuk menjalankan
motor)

Pc = power yang digunakan oleh coupling/gear (transmisi)


nm = efisiensi motor = Pc/Pm*100%
nt = efisiensi coupling/gear (kalo gak ada datanya, biasanya saya
ambil = 98%)

= BHP/Pc*100%
BHP = brake horsepower
= power output transmisi
= power input pompa
= A*V*cos phi*(3^(0.5))*nm*nt (note :
A = ampere; V = voltage; cos phi biasanya saya ambil = 0,8)

HHP = power output pompa


= rho*g*H*Q (rho = density; g = percepatan gravitasi; H = differential
head; Q = debit/flow)
np = efisiensi pompa
= HHP/BHPx100%

Kalo dari penjelasan di atas, jelas idealnya alias normalnya memang


flow tuh sebanding dengan ampere (baik untuk pompa sentrifugal
maupun pompa reciprocating), artinya untuk flow yang besar pasti
butuh ampere yang tinggi.
Kalo fakta di lapangan ampere tinggi tapi flow-nya rendah pasti ada
yang "aneh".

Saya pernah menemui kasus ini. Kasus ini terjadi pada pompa stripper
reboiler. Fakta yang terjadi waktu itu adalah : flow pompa jauh lebih
kecil daripada flow normal disain, tekanan discharge normal,
dan ampere tinggi. Saya sebagai seorang process engineer sih
sebenernya "gak terlalu peduli" pada ampere, yang penting bagi saya
pompa harus dapat mengalirkan flow yang saya inginkan. Dengan
rendahnya flow pompa, maka flow bottom stripper gak bisa tinggi
sehingga temperaturnya pun gak bisa tinggi, ya efeknya pada bottom
stripper masih ada fraksi ringan. Nah kalo udah seperti ini ya jadi
"dosa"-nya process engineer.

Yang saya lakukan waktu itu adalah :

Menghitung NPSH available, karena tidak ada fasilitas untuk mengukur


tekanan suction (hasil : NPSHa masih > NPSHr).Menghitung tahanan
pada downstream discharge pompa (untuk counter check tekanan
discharge pompa yang terukur).Menghitung HHP, BHP, dan efisiensi
(hasil : efisiensi aktual hanya 69% efisiensi disain).

Cukup sampe disitu tugas process engineer, selanjutnya data tersebut


saya kasih ke mechanical engineer. Waktu itu saya bilang ke mereka :
permasalahan proses sudah saya tinjau dan saya yakin tidak ada
permasalahan proses yang menyebabkan pompa tidak dapat
mengalirkan flow sesuai supply power dan saya curiga ada "something
wrong" di pompa. Mechanical engineer tidak langsung percaya namun
mereka terlebih dahulu mengecek tahanan downstream discharge
pompa dengan cara "memainkan" bukaan discharge valve pompa.
Setelah disimpulkan bahwa tahanan downstream discharge pompa
normal, maka mereka kemudian memutuskan untuk membongkar
pompa. Setelah dibongkar ternyata didapati kondisi impeller dan wear
ring tidak normal (terkikis karena korosi). Kedua bagian pompa
tersebut kemudian diganti. Setelah diganti, pompa dapat beroperasi
normal (flow, ampere, dan efisiensi sudah kembali mendekati disain).
Kalo impeller dan wear ring gak normal, agar pompa dapat
mengalirkan flow yang sama seperti saat keduanya dalam kondisi
normal, maka dibutuhkan energi yang lebih besar (energi ini diperoleh
dari coupling yang digerakkan oleh motor). Kalo kondisi impeller dan
wear ring sudah parah ya jadinya seperti ilustrasi di atas, walopun
ampere motor sudah maksimum, flow-nya tetap masih jauh lebih
rendah daripada seharusnya.

A.Rofiudin @sulfindo

Ikut nimbrung mas Adhi,

"Fakta yang terjadi waktu itu adalah : flow pompa jauh lebih kecil
daripada flow normal disain, tekanan discharge normal, dan ampere
tinggi"........
Setelah dianalisa hasilnya adalah clearance antara impeller wear ring
dan inlet suction sudah out of tolerance, bukannya bila hal ini terjadi
maka flow berkurang, tekanan discharge juga berkurang dan ampere
juga berkurang? (bila dibandingkan dengan kondisi clearance wear ring
original dan kondisi kerja (baca : semisal bukaan valve sama..). karena
pompa tersebut sudah AUS ! dan kalau akibat yang ini (wear ring)
terjadinya juga tidak mendadak.

Yang sering menaikkan ampere dengan tiba-tiba, serta menurunkan


flow dan pressure yang significant adalah bila kehilangan salah satu
fasa (salah satu contoh saja), entah kabel kendor atau hal lain.

Pada dasarnya hubungan antara Q (flow) dan I (ampere) adalah


berbanding lurus..... Seperti hukum "Archimides" "ONO REGO ONO
RUPO / Ada harga ada rupa (Qualitas)".
Kalau kita mau menganalisa Q dan I, buatlah semua sistem sama
kondisinya lalu tambah flow lihat Amperenya.

Kalau nanti ternyata ada hal yang "lain" berarti ada yang bermain di
luar sistem itu, nah itulah tugas para Engineer. Makanya antara
engineer harus akur agar masalah cepat selesai.......

Maaf bila saya salah.

Ari Santoso

Rekan2, kalau boleh saya nimbrung untuk memperjelas dari sisi


Electrical.

Untuk pompa, dalam keadaan nominal, cos phi nya umumnya dipakai
antara 0.8 s/d 0.85.

Dengan demikian, secara umum flow akan sebanding dengan arus.

Tidak demikian halnya dengan keadaan pompa sewaktu outletnya


dicekik sehingga flownya mengecil (valve tidak terbuka penuh).

Arus akan turun sampai sampai batas arus minimumnya (tergantung


karakteristik motor), kemudian cos phi nya yang menurun.

Ini menjawab pertanyaan Pak Adhi Budhiarto, bahwa pada flow yang
kecil, arus masih tetap tinggi.

Cos phi biasanya hanya di ukur di sisi incoming.


adhi budhiarto

Pada kasus yang saya ceritakan, discharge valve full open (discharge
pressure normal), namun flow rendah dan ampere maksimum. Setelah
pompa dibongkar, ternyata didapati impeller dan wear ring yang
terkikis karena korosi. Jika kondisi keduanya tidak sempurna memang
dapat mengakibatkan flow rendah namun konsumsi listrik (ampere)
tinggi. Setelah keduanya diganti, pompa dapat kembali beroperasi
normal.

Jadi normalnya/idealnya ya tetap jika flow pompa besar pasti ampere-


nya (konsumsi listrik) juga besar, dan sebaliknya jika flow pompa kecil
pasti ampere-nya juga kecil. Kalo ada pendapat bahwa action menjepit
discharge valve tidak akan menurunkan debit/flow namun hanya akan
mengubah A (luas penampang aliran) dan v (laju alir) kok saya gak
sependapat ya. Soalnya fakta di lapangan kalo kita mau ngatur flow
pompa ya dengan cara membuka/menjepit discharge valve. Kayaknya
rumus A1*v1 = A2*v2 di sini kok gak berlaku ya.

murdib @inco

Pak Adhi,
Ikut nimbrung lagi ni pak, habis cuti, Mohon maaf lahir dan bathin.

Rumus : A1*v1 = A2*v2 itu memang sudah benar namun secara logic
matematic bahwa A2*v2 adalah sisi outlet setelah melewati valve
sedangkan fluida yang mengalir pada valve tersebut mengalami
kerugian atau friction, sehingga semakin besar bukaan valve semakin
sedikit friction atau momentum yang terjadi akibatnya akan
mepengaruhi flow. sehingga mungkin tepatnya rumus tersebut jika
dialirkan dengan melalui suatu hambatan maka dirumuskan A1*v1 =
A2*v2*friction.
Jika pendapat saya salah mohon dikoreksi.

Muhammad Salman

Dear mas Adhi...


Kalo menurut saya, semua masalah yang diutarakan dalam postingan
pompa ini seharusnya bisa di analisa dengan hukum kekekalan energi.
Dimana Energi tidak bisa dimusnahkan, tetapi hanya bisa
dikonversikan dari bentuk satu ke bentuk yang lain (CMIIW). Untuk
masalah dipompa ini. Energi yang dihasilkan motor dikurangi rugi2
pada motor itu harus sama dengan energi yang dihabiskan pada sisi
pompa. Pada sisi pompa, energi ini dikonversikan pada kerja pompa
(performance pompa) + ineffisiensi pada sistem.

Ein = Eout (CMIIW)

Pada kasus yang bapak ceritakan, Energi yang disuplai oleh motor,
dikonversikan oleh pompa menjadi kerja pompa ditambah rugi2
(losses) sistem. Dalam hal ini karena ada masalah pada impeller dan
wear ring (korosi) sehingga performance pompa menurun, sementara
rugi2 bertambah. Dalam kasus ini tidak ada penurunan flow yang
disengaja(menutup valve), dan ampere-nya juga tidak turun, malah
naik ?? Jadi apakah kelinieran itu berlaku..? Dalam posting saya,
tertulis dengan jelas bahwa pendapat tersebut tidak sepenuhnya
salah, namun kalau digeneralisir bahwa flow linier dengan arus, saya
agak kurang sreg, karena bukan hanya flow yang berpengaruh :-)
(CMIIW).
Untuk kasus penutupan discharge valve, anda benar, memang ada
batasan dimana rumus V1 x A1 = V2 x A2 berlaku, namun seperti yang
saya tuliskan, bisa jadi debit tersebut tidak berubah (dalam batasan
rumus V1 x A1 = V2 x A2 berlaku). Mungkin untuk penutupan
discaharge valve sebesar 10 % atau lebih (???, tergantung jenis valve-
nya juga, karena bentuk masing2 valve berbeda) rumus tersebut
masih berlaku (harus dihitung dulu.. :-)..).
Generalisir kelinieran ampere dengan flow, menurut saya agak kurang
tepat...

Mohon Pencerahannya...

Pranoto Hutomo

Ramai dan menarik sekali diskusi mengenai ampere vs flow pompa ini.
Berikut ini ada beberapa hal yang dapat saya sampaikan :

1. Kalau kita berbicara mengenai sistim pompa, baik itu mengenai


flow, tekanan, ampere (daya/power), NPSH, efisiensi dll, saya rasa
sebaiknya kita berbasis pada pump performance curve. Kalau ditelaah
sebenarnya semua parameter diatas telah tercakup dalam pump
performance curve.

2. Kalau pompa beroperasi dalam kondisi normal, semua akan


mengikuti grafik-grafik pada kurva pompa tsb. Pompa akan
memberikan respon/reaksi apabila terjadi perubahan pada disisi
suction atau discharge-nya.
Apabila kapasitas (flow) pompa naik, tentu ampere (daya/power) yang
dibutuhkan akan naik, NPSHR(required) juga naik, tetapi tekanan yang
di-develop oleh pompa akan turun. Biasanya flow dapat dirubah
dengan membuka/menjepit discharge valve lebih besar/kecil.
Sebaliknya kalau tekanan yang naik (biasanya dilakukan dengan
menjepit discharge valve), maka kapasitas yang dihasilkan tentu akan
turun, power yang dibutuhkan turun, NPSHR juga turun. Semua ini
dapat dilihat pada pump perf. curve.

3. Kalau terjadi gangguan/kerusakan, misalnya impeller (dan atau


impeller wear ring) serta wear ring (casing) yang sudah terkikis (aus),
tentunya claerance antara impeller wear ring (yang bergerak) dan
casing wear ring (yang diam) akan membesar, yang ini akan dapat
mengakibatkan terjadinya internal resirculation di dalam pompa dari
discharde ke suction pump. Internal recirculation ini secara aktual
membutuhkan power (ampere), tetapi secara kesisteman tidak akan
menambah kapasitas yang yang dideliver pompa. Selain itu, apabila
impeller sudah terkikis, hal ini akan menyebabkan tekanan/ kapasitas
discharge yang di-develop oleh impeller tidak akan bisa optimal akibat
kontur permukaan dalam impeller yang sudah berubah dari desainya
(kalau mau dilihat segitiga kecepatannya pasti sudah berubah - ingat
kinematika). Kondisi ini akan berakibat pada naiknya konsumsi power
(ampere) meskipun kapasitas (dan tekanan) yang diberikan oleh
pompa lebih rendah dari yang seharusnya. Kondisi
ini kalau mau bisa saja disebut kondisi inefficiency.

4. Kondisi (valve) discharge pompa yang full open dan dijepit sebagian
akan memberikan kondisi sistem pompa yang berbeda. Misalnya pada
kondisi discherge valve full open, tekanan discharge 10 kg/cm2 dan
kapasitas 100 m3/hr, kalau valve discharge dijepit tentu tekanan
discharge akan naik dan kapasitas akan turun. Logikanya, kalau valve
dijepit berarti ada rugi2 tekanan (head), maka untuk melawan tekanan
downstream (sistem) yang tidak berubah, tentu dibutuhkan tekanan
yang lebih besar dari pompa. Karena pompa harus menghasilkan
tekanan (head) yang lebih besar, tentu kapasitas yang bisa ditransfer
menjadi lebih kecil (lihat kurva H-Q pada pump curve)

Sebagai contoh, kalau rugi2 tekanan akibat valve yg dijepit mencapai


2 kg/cm2, maka sekarang pompa harus memberikan tekanan
discharge 12 kg/cm2. Sebagai akibatnya tentu kapasitas yang dapat
diberikan oleh pompa berkurang, misalnya dari 100 m3/hr menjadi 80
m3/hr (besarnya penurunan kapasitas ini tergantung pada desain
impeller-nya).
5. Fenomena diatas kiranya dapat dijelaskan dengan mempelajari
persamaan Bernoulli yang melibatkan parameter kapasitas, tekanan,
kecepatan fluida, density, gravitasi, reynold number, dll.

6. Untuk persamaan v1 x A1 = v2 x A2 = Q saya rasa tidak salah.


Tetapi kalau diterapkan untuk kondisi tutupan valve yang berbeda
tentunya tidak cocok, karena pada kedua kondisi tersebut
kapasitasnya jelas tidak sama (sebagaimana telah dibahas pada point
diatas). Kalau persamaan ini diterapkan pada kondisi yang sama
misalnya sama2 pada kondisi discharge valve full open kemudian
dihitung untuk pipa yang berbeda diamaternya tentu akan terpenuhi,
meskipun yang satunya dihitung disisi suction dan lainnya dihitung
disisi discharge pompa pasti persamaan diatas tetap terpenuhi (karena
pada kondisi ini kapasitasnya sama),

Demikian urun rembug yang dapat disampaikan, semoga bermanfaat


dan tidak menambah ruwet.

A. Rofiudin @sulfindo

Mas Pranoto Hutomo,

Penjelasannya sangat bagus sekali, tetapi secara pribadi kok saya


tetap kurang setuju dengan penjelasan nomor tiga yang awal kalimat
mengenai kerusakan di wear ring (nomor 3 akhir kalimat, tentang sudu
yang berubah oke lah saya setuju).

Pertanyaannya saya sederhanakan begini saja mas :

Ada sebuah pompa centrifugal beroperasi dengan :


Suction dan dischare valve = full open.
Head = 40 mlc
Pressure = 6 kg/cm2
Flow = 100 m3/hr
Ampere saat ini adalah = 47 A
Clearance wear ring impeller dan casing = 0,35 mm
(semua harga ini contoh saja).

Lalu............

Tanpa di bongkar pompanya, pompa yang masih jalan tersebut sama


mas "Deddy Corburizer" di sulap Clearance wear ring nya menjadi = 5
mm.
Nah pertanyaannya berapakah Ampere sekarang (dengan clearance
yang membesar).

Saya kok tetap menjawab = Turun, karena sudah terjadi perubahan


(pasti head, flow dan pressure juga berubah) dan intinya
memompanya jadi lama tidak seperti yang sebelumnya waktu
clearance = 0,35 mm.

Kecuali bila pompa itu tetap harus ber Q yang sama = 100 m3/hr (Q
saja lah yang diperhitungkan), nah baru internal circulation
ditambahkan sebagai beban, yang ujung-ujungnya meningkatkan
ampere.

Mohon komentarnya dari para ahli, agar saya mengerti bahwa


pendapat saya itu benar apa salah.

Saya juga tidak pernah menemukan pompa yang running dengan


ampere mendekati setting trip, jalan terus, setelah sekian lama (flow
kurang dan setelah di bongkar wear ring aus) tetapi pompa tersebut
tidak trip, padahal mepet sekali.

Terima kasih bila ada tanggapan dari pakar pompa.

Ilham B Santoso

Salam,

Ikut nimbrung diskusi. Mungkin diskusi akan lebih enak kalau kita ke
basic dari pompa sentrifugal. Pompa sentrifugal adalah termasuk jenis
pompa rotor dinamik dimana pompa yang memberikan energi kinetik
(kecepatan aliran fluida sebagai hasil gaya sentrifugal) pada fluida
agar fluida memiliki cukup energi untuk transport (pemindahan atau
dipindahkan). Hal ini berbeda dengan pompa positive displacement
baik yang rotary ataupun reciprocating. Transfer energi kinetik
tersebut terjadi hanya pada impeller saja dan secara ideal tidak
dipengaruhi oleh casing dan sebagainya. Hal ini dapat terlihat pada
hukum kesebangunan pompa, yang pada prakteknya sering terlihat
pada kurva performance pompa dari vendor pompa, dimana semua
factor performance pompa Q (flowrate), H (head) dan P (daya) hanya
dipengaruhi oleh factor putaran dan diameter impeller. Hal ini dapat
dimengerti karena kerja pompa (transfer energi ke fluida) hanya terjadi
pada impeller yang sedang berputar.
Selanjutnya fungsi casing (volute casing) “hanyalah” untuk mengubah
energi kinetik fluida (yang telah dinaikkan oleh impeller) menjadi head
static fluida. Jadi secara “ideal” tidak akan ada perubahan daya poros
yang disebabkan oleh perubahan kondisi casing.

Jadi pada kasus yang disampaikan oleh P Rofiudin, dengan perubahan


clearance pada pompa secara ideal tidak akan mempengaruhi
kebutuhan arus pompa, karena kerja poros pompa tidaklah berubah,
meskipun tentu flowrate dan head dinamik pompa akan sedikit turun
karena clearance yang berlebihan akan menghasilkan head static yang
berlebihan di dalam casing pompa sehingga akan mengurangi head
fluida pada sisi output fluida (discharge pompa). Namun pada kondisi
realnya tentu akan ada sedikit perubahan/penurunan pada arus
(ampere) dikarenakan oleh factor aliran pada fluida (Q) yang turun
karena sebagaimana kita ketahui semakin tinggi/cepat aliran fluida
pada pipa maka head friction dan head velocity juga akan naik.

Demikian pendapat saya, CMIIW.

Pranoto Hutomo

Mas Rofiudin,

Terima kasih. Mengenai efek yang terjadi akibat perubahan clearance


antara impeller wear ring dan casing wear ring mungkin bisa dijelaskan
sebagai berikut :

1. (Clearance) wear ring dan wear ring-ring selain memisahkan antara


rotating part dan static part pompa, juga memisahkan antara sisi
discharge dan sisi suction dari pompa. Sehingga dengan membesarnya
clearance ini, maka flow yang melewati sisi keluar impeller tidak
semua akan dikirim ke line pipa discharge pompa, tetapi sebagian
akan dikembalikan ke sisi suction melalui clearance yang membesar
tersebut. Semakin besar clearance yang terjadi akan semakin besar
flow yang dikembalikan. Disini perlu kita perhatikan bahwa untuk
kembali ke sisi suction, tekanan yang 'harus dilawan' pasti lebih kecil
dibanding kalau ke discharge line pompa, sehingga aliran akan lebih
mudah kembali ke suction. Karena flow yang melewati impeller ini
lebih besar (dibandingkan aktual flow yang dikirim ke discharge line),
maka tentu ampere (daya) yang dibutuhkan pompa lebih besar (relaif -
tergantung membesarnya clearance) dibanding kalau yang mengalir
dalam impeller sama dengan flow aktual ke discharge line.

Kasus ini dapat terjadi pada bukaan valve discharge belum penuh dan
kapasitas harus dipertahankan konstan serta tekanan di downstream
valve discahrge masih dapat dilawan pompa pada bukaan valve lebih
besar.

2. Untuk contoh yang diajukan Mas Rofiudin, karena bukaan valve


discharge sudah penuh, kalau clearance tsb membesar maka kapasitas
yang dikirim ke discharge pipe akan turun (dibawah 100 m3/hr), tetapi
kapasitas total yang di-develop impeller pompa relatif akan tetap sama
atau sedikit turun akibat performance pompa yang menurun, sehingga
kemungkinan amperenya akan tetap sama atau sedikit turun.

3. Dari diskusi mengenai pembesaran clearance antara impeller ring


dan casing wear ring ini, selain masalah ampere dan penurunan
performance pompa, masalah naiknya vibrasi (blade pass frequency ?)
mungkin efeknya justru lebih besar, apalagi kalau pompanya
multistage.

Terima kasih.

A. Rofiudin @sulfindo

Mas Pranoto,

Untuk naik atau turun ampere, mungkin kita beda persepsi, saya
bilang turun kalau kasusnya seperti contoh saya (tidak ada syarat flow
harus tetap sama, atau head harus tetap sama), tapi kalau ada syarat
lain mungkin saya akan berpikir berbeda lagi.

Terus akhir di ulasan no 1.

"Kasus ini dapat terjadi pada bukaan valve discharge belum penuh dan
kapasitas harus dipertahankan konstan serta tekanan di downstream
valve discahrge masih dapat dilawan pompa pada bukaan valve lebih
besar"

saya kurang jelas maksudnya bila disamakan kasusnya dengan


clearance wear ring.

Bila bukaan valve belum penuh, maka ampere akan lebih kecil
dibanding dengan bukaan valve penuh. (jangan ada syarat flow
keluaran harus tetap sama). jadi apa adanya system lalu bila terjadi A
dan terjadi B. lalu lihat ampere.

Kalau ampere naik saya setuju kalau begini: Flow discharge 100 m3/hr,
lalu setelah itu ada wear ring yang membesar sehingga ada sirculasi di
casing atau ada line recycle dia 1/8 inch yang di buka sedikit dari
piping discharge ke suction tetapi ada syarat yang 100 m3/hr tidak
boleh kurang (alias flownya bertambah), oke saya setuju ampere naik.

CMIIW.

Pranoto Hutomo

Mas Rofiudin,

Sedikit beda persepsi dalam masalah ini rasanya tidak terlalu


bermasalah.
Tulisan pada akhir ulasan no. 1 tsb mungkin bisa dijelaskan dengan
contoh berikut :
kapasitas pompa 30 m3/hr
tekanan disharge pompa 15 kg/cm2
tekanan setelah/downstream discharge velve 14 kg/cm2
bukaan discharge valve 90%.

Kalau clearancenya membesar maka kapasitas yang ditransfer ke


discharge pompa akan sedikit berkurang. Kalau kondisi proses
menginginkan kapasitasnya harus tetap, maka valve discharge harus
dibuka. Tetapi kalau discharge valve dibuka sedikit saja, tekanan
discharge ternyata turun lebih rendah dari 14 kg/cm2. Kondisi ini yang
saya maksud tekanan pompa tidak mampu lagi melawan tekanan
sistem kalau discharge valve dibuka.

Kasus diatas kemungkinan akan terjadi pada pompa dengan kurva H-Q
yang penurunanan H-nya tajam atau pada pompa dengan kapasitas
rendah tapi differential pressurenya tinggi.

Untuk kasus Mas Rofiudin yang pertama, memang mungkin akan


terjadi penurunan ampere, karena dengan perubahan clearance yang
tinggi tersebut (dari 0,35 mm menjadi 5 mm) pasti operasional pompa
akan sangat terganggu sehingga flow yang dapat di-develop oleh
impeller pompa tidak akan sesuai dengan desainnya lagi (performance
pompa akan turun cukup besar).

Untuk kasus Mas Rofiudin yang belakangan, saya sependapat.

A. Rofiudin@sulfindo
Mas Pranoto,

Saya jelas sekali dari apa yang diterangkan, ternyata beda persepsi
ada di belakangnya yaitu bilamana proses mintanya tetap....

okey clear.........

You might also like