You are on page 1of 45

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Salah satu indikator Indonesia sehat 2010 adalah status kesehatan


yang meliputi angka kematian Ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB).
Di Indonesia pada saat ini Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) masih cukup tinggi, menurut SDKI (Survey
Demografi Kesehatan Indonesia) tahun 2007 AKI adalah 228 per 100.000
kelahiran hidup. Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia seperti
halnya di negara lain adalah perdarahan, infeksi, preklamsia da eklamsi.
Penyebab tidak langsung kematian ibu antara lain adalah anemia (51%),
KEK (kurang energi kronis) 30% dan 4 terlalu (terlalu muda usia kawin,
terlalu tua melahirkan, terlalu dekat jarak Melahirkan, terlalu sering
melahirkan). (Saifudin, 2002).
Penyebab pasti pre-eklamsia sampai saat ini belum diketahui, Salah
satu penyebab yang muncul adalah kenaikkan tekanan darah (Hipertensi).
Hipertensi diperkirakan menjadi komplikasi sekitar 7 % sampai 10 %
seluruh kehamilan.Seluruh Ibu yang mengalami Hipertensi selama masa
hamil, setengah sampai dua pertiganya di diagnosa mengalami
preeklampsia.(Bobak, 2004)

Pre-eklampsia umumnya terjadi pada trimester III, tepatnya di atas


kehamilan 20 minggu, namun dapat timbul sebelumnya seperti pada mola
hidatidosa atau penyakit trofoblastik lainnya. Sebelumnya, edema
termasuk ke dalam salah satu kriteria diagnosis preeklampsia, namun
sekarang tidak lagi dimasukkan ke dalam kriteria diagnosis, karena pada
wanita hamil ditemukan adanya edema, terutama di tungkai, karena
adanya stasis pembuluh darah. (www.idmgarut.wordpress.com)
2

Diabetes mellitus, mola hidatidosa, kehamilan ganda, hidrops fetalis,


umur lebih dari 35 tahun, dan obesitas merupakan faktor predisposisi
untuk terjadinya pre eklamsi. Faktor lain yang menjadi predisposisi
terjadinya preeklamsi meliputi hipertensi kronik, kelainan faktor
pembekuan, penyakit ginjal, usia ibu yang terlalu tua atau terlalu muda dan
riwayat preeklamsia dalam keluarga. (Masrullah 2008).
Angka kejadian Pre eklamsi di dunia sebesar 0-13 % di Singapura
0,13-6,6% sedangkan di Indonesia 3,4-8,5%. Dari penelitian Soejoenoes di
12 rumah sakit rujukan pada 1980 dengan jumlah sample 19.506,
didapatkan kasus pre-eklamsi 4,78 %, kasus eklamsia 0,51% dan angka
kematian perinatal 10,88 perseribu. Penelitian yang dilakukan oleh
Soejoenoes pada tahun 1983 di 12 Rumah Sakit Pendidikan di Indonesia,
didapatkan kejadian Pre-eklamsia dan eklamsia 5,30 % dengan kematian
perinatal 10,83 perseribu (4,9) kali lebih besar dibandingkan dengan
kehamilan normal
Dari data di RS Budi Kemuliaan tahun 2007 jumlah kejadian
Preeklamsi Berat sebesar 8,38 % dari 6634 persalinan, sedangkan di
RSUPN Cipto mangunkusumo tahun 2007 jumlah kejadian preeklamsi
Berat sebesar 18,8 % dari 3947 persalinan.
RSAB Harapan Kita Jakarta Barat termasuk salah satu Rumah Sakit
rujukan yang jumlah kasus ibu bersalin dengan preeklamsi yang masih
cukup tinggi pada tahun 2008 sebesar 3,19 % dari 2628 persalinan yang
kemudian mengalami kenaikkan pada tahun 2009 sebesar 3,44 % dari
2615 persalinan.

1.2 Rumusan Masalah

Masih tingginya angka kejadian preeklamsi di RSAB Harapan Kita


yang merupakan salah satu rumah sakit rujukan di jakarta barat pada tahun
2008, di mana didapatkan 3,19 % ibu yang mengalami preeklamsi berat
dari 2628 Persalinan, untuk itu perlu diketahui Bagaimana Gambaran Ibu
3

Bersalin dengan Preseklamsi Berat di RSAB Harapan Kita Jakarta Barat


pada tahun 2009.

1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan Umum


Untuk mengetahui gambaran Kejadian Pre Eklamsi Berat di RSAB
Harapan Kita Jakarta Barat tahun 2009
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Untuk mengetahui Distribusi Frekuensi ibu bersalin
dengan Preeklamsia Berat di RSAB Harapan Kita tahun
2009.
1.3.2.2 Untuk mengetahui Distribusi frekuensi ibu bersalin
dengan preeklamsi berat berdasarkan umur di RSAB
Harapan Kita tahun 2009
1.3.2.3 Untuk mengetahui Distribusi frekuensi ibu bersalin
dengan preeklamsi berat berdasarkan Gravida di RSAB
Harapan Kita tahun 2009
1.3.2.4 Untuk mengetahui Distribusi frekuensi ibu bersalin
dengan preeklamsi berat berdasarkan usia kehamilan di
RSAB Harapan Kita tahun 2009
1.3.2.5 Untuk mengetahui Distribusi frekuensi ibu bersalin
dengan Preeklamsi Berat berdasarkan Pendidikan di
RSAB Harapan Kita tahun 2009
1.3.2.6 Untuk mengetahui Distribusi frekuensi ibu bersalin
dengan preeklamsi berat berdasarkan riwayat preeklamsi
pada persalinan yang lalu di RSAB Harapan Kita tahun
2009
1.3.2.7 Untuk mengetahui Distribusi frekuensi ibu bersalin
dengan Preeklamsi Berat berdasarkan riwayat hipertensi
yang lalu di RSAB Harapan Kita tahun 2009
1.3.2.8 Untuk mengetahui Distribusi frekuensi ibu bersalin
4

dengan Preeklamsi Berat berdasarkan jenis Persalinan di


RSAB Harapan Kita tahun 2009
1.3.2.9 Untuk mengetahui Distribusi frekuensi ibu bersalin
dengan Preeklamsi Berat berdasarkan Berat Badan Janin
yang dilahirkan di RSAB Harapan Kita tahun 2009.

1.4 Manfaat penelitian


1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan
1.4.1.1 Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan bagi pembaca khususnya mahasiswi widya
karsa jayakarta
1.4.1.2 Dapat dijadikan salah satu referensi dalam pembuatan
karya tulis ilmiah selanjutnya.
1.4.2 Bagi Penulis
1.4.3.1 Sebagai Sarana menerapkan mata kuliah biostatistik,
metodologi, asuhan kebidanan patologis
1.4.3.2 Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang
gambaran preeklamsi berat
1.4.3.3 Dapat menjadi pengalaman yang berharga dalam proses
pembuatan karya tulis ini.

1.5 Ruang Lingkup


Ruang lingkup Penelitian ini hanya dibatasi pada Gambaran ibu
bersalin dengan preeklamsi berat dilihat dari Faktor usia ibu, gravida, usia
kehamilan, pendidikan, riwayat Preeklamsi dan hipertensi, jenis
persalinan, dan berat badan janin yang dilahirkan. Rancangan penelitian
ini adalah dengan menggunakan Data rekam Medik di RSAB Harapan
Kita, dengan Subjek penelitiannya adalah Ibu Bersalin dengan Preeklamsi
Berat di RSAB Harapan Kita tahun 2009.
5

1.6 Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan


penelitian, manfaat penelitian, rumusan masalah, ruang
lingkup, dan sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan penelitian yang terdiri dari konsep dan teori
BAB III Kerangka kerja penelitian yang terdiri dari Kerangka konsep
dan Definisi Operasional.
BAB IV Metode dan prosedur penelitian yang terdiri : Desain
penelitian, lokasi dan waktu penelitan, populasi dan sampel,
etika penelitian, alat pengumpulan data, keterbatasan
penelitian.
BAB V Hasil penelitian
BAB VI Pembahasan
BAB VII Kesimpulan dan Saran
6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pre eklampsi

2.1.1 Definisi

Pre eklamsi dan eklamsi merupakan kumpulan gejala yang timbul

pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias :

hipertensi, proteinuri, dan edema, yang kadang-kadang disertai konvulsi

sampai koma. Ibu tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan-

kelainan vascular atau hipertensi sebelumnya (Rustam, 1998).

Pre eklamsi adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan

edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera

setelah persalinan (Mansjoer, 2001).

Pre eklamsi ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan

proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi

dalam triwulan ke-3 kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya

pada mola hidatidosa (Winkjosastro, 2002).

2.1.2 Etiologi

Menurut Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH etiologi penyakit ini sampai

saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori-teori dikemukakan

oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya, oleh karena itu
7

disebut “penyakit teori”, namun belum ada memberikan jawaban yang

memuaskan. Teori yang sekarang dipakai sebagai penyebab pre eklamsi

adalah teori “iskemia plasenta”. Namun teori ini belum dapat

menerangkan semua hal yang bertalian dengan penyakit ini.

2.1.3 Faktor Predisposisi

Pada Primigravida frekuensi preeklamsi lebih tinggi bila

dibandingkan dengan multigravida, terutama primigravida muda, Diabetes

millitus, Mola Hidatidosa, Kehamilan ganda, Hidrops fetal, umur kurang

dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun, obesitas merupakan faktor

predisposisi untuk terjadinya preeklamsia (Wiknjosastro, 2005)

Nulipara umur belasan tahun, pasien kurang mampu dengan

pemeriksaan ANC kurang, keadaan sosial ekonomi, nutrisi buruk,

terutama diet kurang protein. Mempunyai riwayat preeklamsi atau eklamsi

dalam keluarga, mempunyai penyakit hipertensi sebelumnya. Selain itu

mola hidatidosa, kehamilan ganda, diabetes millitus, usia lebih dari 35

tahun, atau kurang dari 20 tahun, kehamilan ganda, hidrops fetalis juga

merupakan faktor predisposisi. (Prawirohardjo, 2005).

Kejadian preeklamsi bervariasi di setiap negara bahkan pada setiap

daerah berbagai faktor yang mempengaruhi diantaranya : Jumlah umur ibu

di atas 35 tahun, prmigravida, hidramnion, hamil ganda, mola hidatidosa.

(Setiawan, 1998).
8

2.1.4 Klasifikasi

Pre eklamsi dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu :

a. Pre eklamsi ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut :

1) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi

berbaring terlentang; atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih;

atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara pengukuran

sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa

1 jam, sebaiknya 6 jam

2) Edema umum; kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat

badan 1 kg atau lebih per minggu.

3) Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter; kwalitatif 1+ atau

2+ pada uri kateter atau midstream.

b. Pre eklamsi berat, bila disertai keadaan sebagai berikut :

1) Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.

2) Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.

3) Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam.

4) Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri di

epigastrium.

5) Terdapat edema paru dan sianosis.


9

2.1.5 Kriteria Diagnosistik PEB:

a. Peningkatan tekanan darah: tekanan darah sistolik > 160mmHg atau

tekanan darah diastolik > 110mmHg dalam dua kali pengukuran

dengan interval 6 jam pada wanita dalam keadaan istirahat

b. Proteinuria: kadar protein dalam urin 24 jam >5g atau >3+ pada

pemeriksaan urin menggunakan dipstick. Urin diperiksa dua kali

secara terpisah dengan interval 4 jam

c. Oliguria: jumlah urin 24 jam kurang dari 500mL

d. Gangguan serebral atau pengelihatan

e. Edema paru atau sianosis

f. Nyeri epigastrium atau kuadran kanan atas abdomen

g. Gangguan fungsi hati

h. Trombositopenia

i. Restriksi pertumbuhan intrauterin

j. Perdarahan retina

Diagnosis preeklampsia ditegakkan jika terdapat minimal hipertensi dan

proteinuria. (Wiknjosastro, 2005)


10

2.1.6 Pemeriksaan Fisik:

a. Tekanan darah harus diukur dalam setiap ANC

b. Tinggi fundus harus diukur dalam setiap ANC untuk mengetahui

adanya retardas i pertumbuhan intrauterin atau oligohidramnion

c. Edema pada muka yang memberat

d. Peningkatan berat badan lebih dari 0,5 kg per minggu atau

peningkatan berat badan secara tiba-tiba dalam 1-2 hari

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

Saat ini belum ada pemeriksaan penyaring yang terpercaya dan efektif

untuk preeklampsia. Dulu kadar asam urat digunakan sebagai indikator

preeklampsia, namun ternyata tidak sensitif dan spesifik sebagai alat

diagnostik. Namun, peningkatan kadar asam urat serum pada wanita yang

menderita hipertensi kronik menandakan peningkatan resiko terjadinya

preeklampsia superimpose.

Pemeriksaan laboratorium dasar harus dilakukan di awal kehamilan

pada wanita dengan faktor resiko menderita preeklampsia, yang terdiri dari

pemeriksaan kadar enzim hati, hitung trombosit, kadar kreatinin serum,

dan protein total pada urin 24 jam. Pada wanita yang telah didiagnosis

preeklampsia, harus dilakukan juga pemeriksaan kadar albumin serum,

LDH, apus darah tepi, serta waktu perdarahan dan pembekuan. Semua
11

pemeriksaan ini harus dilakukan sesering mungkin untuk memantau

progresifitas penyakit.

2.1.8 Komplikasi

a. Solusio plasenta: Biasa terjadi pada ibu dengan hipertensi akut.

b. Hipofibrinogenemia

c. Hemolisis: Gejala kliniknya berupa ikterik. Diduga terkait nekrosis

periportal hati pada penderita pre-eklampsia.

d. Perdarahan otak: Merupakan penyebab utama kematian maternal

penderita eklampsia.

e. Kelainan mata: Kehilangan penglihatan sementara dapat terjadi.

Perdarahan pada retina dapat ditemukan dan merupakan tanda gawat

yang menunjukkan adanya apopleksia serebri.

f. Edema paru

g. Nekrosis hati: Terjadi pada daerah periportal akibat vasospasme

arteriol umum. Diketahui dengan pemeriksaan fungsi hati, terutama

dengan enzim.

h. Sindrom HELLP (hemolisis, elevated liver enzymes, dan low

platelet).

i. Prematuritas

j. Kelainan ginjal: Berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan

sitoplasma sel endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur

lainnya. Bisa juga terjadi anuria atau gagal ginjal.


12

k. DIC (Disseminated Intravascular Coagulation): Dapat terjadi bila

telah mencapai tahap eklampsia.

2.1.9 Tatalaksana

a. Tujuan penanganan

Tujuan penanganan preeklampsia berat yakni: (1) Mencegah kejang,

(2) Menjaga tekanan darah ibu, (3) Menginisiasi kelahiran.

Rangsangan untuk menimbulkan kejang dapat berasal dari luar atau

dari penderita sendiri dan his dalam persalinan merupakan rangsangan

yag kuat. Maka dari itu, preeklamsi berat dapat lebih mudah menjadi

eklamsi pada waktu persalinan. Telah diketahui bahwa pada

preeklamsi janin di ancam bahaya hipoksia dan pada persalinan

bahaya ini makin besar. Pada gawat janin pada kala satu dilakukan

segera seksio sesaria. (Wiknjosastro, 2005)

b. Penanganan umum

Jika tekanan darah distole tetap lebih dari 110 mmHg, berikan

obat antihipertensi sampai tekanan diastolik diantara 90-100 mmHg,

pasang infus dengan jarum berat (16 gauge atau lebih besar), ukur

keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload cairan,

kateterisasi urine untuk memantau pengeluaran urine dan protein. Jika

volume kurang dari 30 milli liter per jam hentikan MgSO4 dan

berikan cairan IV (NaCl 0,9 % atau RL) pada kecepatan 1 liter per

jam. Pantau kemungkinan edema paru. Observasi tanda – tanda vital,


13

refleks dan denyut jantung janin setiap jam. Jika terjadi odema paru

hentikan pemberian cairan IV dan berikan diuretik furosemid 40 mg

IV sesekali saja jika terjadi

Persalinan harus dilakukan segera setelah keadaan pasien

stabil.Penundaan meningkatkan resiko untuk ibu dan janin. Periksa

serviks, jika serviks matang, lakukan pemecahan ketuban, lalu induksi

persalinan dengan oksitoksin atau prostad glandin. Jika persalinan

pervaginam tidak dapat diharapkan dalam 24 jam untuk preeklamsia

lakukan seksio sesaria. Jika denyut jantung janin kurang atau lebih

180 x/menit, serviks belum matang janin hidup, lakukan seksio

sesaria. Jika anastesi untuk sesaria tidak tersedia atau janin mati atau

terlalu kecil usahakan lahir pervaginam (Saifudin, 2002).

Dosis awal : MgSO4 40% sebanyak 10 ml (4 gram) disuntikkan

intramuskulus bokong kiri dan kanan sebagai dosis permulaan, dan

dapat diulang 4 gram tiap 6 jam menurut keadaan. Tambahan MgSO4

hanya diberikan bila dieuresis baik, refleks patella positif, dan

kecepatan pernafasan lebih dari 16 permenit. Obat tersebut, selain

menenangkan, juga menurunkan tekanan darah dan meningkatkan

diuresis; klorpromazin 50 mg IM,dan diazepam 20 mg intramuskulus.

Dosis pemeliharaan : MgSO4 (40%) 6 gram di masukkan ke

dalam infus RL 500 mg IV harus habis dalam 6 jam (28 tpm),

lanjutkan sampai 24 jam pasien persalinan atau kejang terakhir.


14

Sebelum pemberian MgSO4 periksa : frekuensi pernafasan

minimal 16 kali permenit, refleks patella pasitif, urine minimal 30

milli liter per menit dalam 4 jam terakhir. Stop pemberian MgSO4 jika

frekuensi pernafasan kurang dari 16 kali per menit, refleks patella (-)

urine kurang dari 30 mili liter.

Pada persalinan preeklamsi berat, persalinan harus berlangsung

dalam 24 jam, jika terdapat gawat janin lakukan seksio sesaria. Jika

seksio sesaria akan dilakukan perhatikan bahwa ; tidak terdapat

koadulopati, anastesi yang aman atau terpilih adalah anastesi umum.

Jangan lakukan anastesi lokal, sedang anastesi spiral berhubungan

dengan hipotensi. Jika anastesi yang umum tidak tersedia atau janin

mati, atem terlalu kecil lakukan persalinan pervaginam. Jika serviks

matang, lakukan induksi dengan oksitoksin 2 sampai 5 IU dalam 500

ml dextrose 10 tetes per menit atau dengan prosttaglandin.

(Prawirohardjo, 2002).

2.1.10 Gambaran Ibu bersalin dengan Preeklamsi Berat

1. Jenis persalinan

Menurut Wiknjosastro,2005. Preeklamsia berat dapat lebih

mudah menjadi eklamsia pada waktu persalinan.telah diketahui bahwa

pada preeklamsia janin diancam bahaya hipoksia dan pada persalinan

bahaya ini makin besar.

Persalinan harus dilakukan segera setelah keadaan pasien stabil.


15

Penundaan meningkatkan resiko untuk ibu dan janin.penundaan

meningkatkan resiko untuk ibu dan janin. Periksa serviks matang,

lakukan pemecahan ketuban, lalu induksi persalinan dengan

oksitoksin atau prostadglandin. Jika persalinan pervaginam tidak dapat

diharapkan dalam 24 jam untuk preeklamsia lakukan seksio sesaria.

Jika denyut jantung janin kurang atau lebih dari 180 x/menit lakukan

seksio sesaria. (Saifudin, 2002).

Dari hasil penelitian yang dilakukan di RSAB Harapan kita

tahun 2008 didapatkan ibu bersalin dengan preeklamsia berat sebagian

besar persalinannya dilakukan secara seksio sesaria 95 % dari 40

kasus ibu bersalin dengan preeklamsi berat.

2. Berat Badan Lahir Janin

Pada Pre Eklamsia didapatkan risiko persalinan prematur 2,67

kali lebih besar, persalinan buatan 4,39 kali lebih banyak, dan

mempunyai kecenderungan lebih tinggi untuk mendapatkan bayi

dengan berat badan lahir rendah. Salah satu upaya untuk menurunkan

AKP akibat PE - E adalah dengan menurunkan angka kejadian PE E.

Angka kejadian dapat diturunkan melalui upaya pencegahan,

pengamatan dini, dan terapi. (sudhaberata,2009).

Pada kasus preeklamsia berat yang dilakukan oleh sudhaberata

(2009) di RSU Tarakan Kaltim didapatkan komplikasi terbesar pada

ibu dengan preeklamsia pada periode 1 Januari 2006 – 31 Desember


16

2008 adalah BBLR (prematur dan dismatur) sebesar 34% (terbanyak),

IUFD 17%, asfiksia neonatorum 17%, perdarahan pasca persalinan

14%, kematian neonatal dini 9%, dan gangguan visus, solusio

plasenta, serta kematian ibu masing-masing 1 kasus (3%). Angka

kematian perinatal (AKP) dalam penelitian ini sebesar 2,67%. Sedang

Wibowo H. (1993) di RSUP Dr. Kariadi mendapatkan AKP 5,0%;

Soejoenoes A. (1983) dari 12 RS rujukan mendapatkan AKP sebesar

10.88%; Siregar MF (1997) di RS Dr. Pirngadi Medan mendapatkan

AKP sebesar 9,55 permil.

Oleh karena itu penulis ingin meneliti berat badan janin yang

lahir pada ibu dengan preeklamsia berat di RSAB Harapan Kita

3. Umur

Umur adalah lama waktu hidup atau ada sejak di lahirkan atau

diadakan, umur ibu berhubungan dengan status reproduksinya yang

berhubungan erat dengan kehamilan, persalinan sehingga mereka

cenderung hati – hati dalam menjaga kehamilannya menurut hartono

yang dikutip dari (Andi, 2001). Kehamilan yang terjadi pada anak

belasan tahun maupun wanita – wanita yang melebihi umur 35 tahun,

terutama wanita primipara ; keduanya menambah risiko terjadinya pre

eklamsi. (Nelson, 1999).

Dari penelitian di RSUD dr. Soebandi Jember tahun 2005,

didapatkan kejadian preeklamsi terjadi pada ibu berusia antara 20 –

35 tahun sebanyak 67,35 % .sedangkan menurut penelitian elida tahun


17

2004 di RSUPN cipto mangunkusumo Jakarta Pusat didapatkan ibu

bersalin dengan Preeklamsi berat tertinggi pada usia 20 – 35 tahun

dengan presentasi 27,8 %.

Berdasarkan penelitian oleh Eka (2008) di RSAB harapan kita

terdapat 75 % ibu mengalami preeklamsi berat pada umur 20 sampai

35 tahun.

4. Gravida

Preeklampsia dapat ditemui pada sekitar 5-10% kehamilan,

terutama kehamilan pertama pada wanita berusia di atas 35 tahun.

Frekuensi pre-eklampsia pada primigravida lebih tinggi bila

dibandingkan dengan multigravida. (www.idmgarut.wordpress.com)

Dari hasil penelitian yang dilakukan di RSU tarakan pada 1

januari 2006 – 3 desember 1998 yaitu Frekuensi kejadian pre eklamsi

berat pada multigravida yaitu 54,24 % sedangkan pada primigravida

45,76 %. (Antika, 2007). Di RS Cipto Mangunkusumo pada tahun

2004 ditemukan kasus preeklamsi berat pada primigravida sebesar

40,7 (Elida,2004). dari hasil penelitian yulia di RS Islam sukapura

pada tahun 2007 Ibu Bersalin dengan preeklamsia berat mayoritas

didapatkan pada ibu bersalin dengan multipara sebanyak 53,45 %.

Berdasarkan penelitian di RSAB Harapan Kita tahun 2008

ditemukan ibu bersalin dengan preeklamsi berat sebagian besar pada

nullipara dengan presentasi 37,5% dari 40 kasus yang ada.


18

5. Pendidikan

Pendidikan adalah proses penambahan pengetahuan secara

formal oleh seseorang dan mendapat ijazah (Notoatmojo,2007).

menurut sarwono (2005) Faktor sosial ekonomi dapat mempengaruhi

tingginya preeklamsia, salah satunya dalam hal pendidikan. dan

menurut Fuchs, (2002) semakin tinggi tingkat pendidikan seorang

wanita terutama yang bekerja pada sektor formal, maka wanita

tersebut akan lebih mudah mendapatkan akses dari segala informasi,

khususnya informasi kesehatan tentang pemeliharaan dan pelayanan

kesehatan bagi diri dan keluarga.

Berdasarkan hasil penelitian yang lalu di RSU Tarakan, Status

pendidikan yang menderita preeklamsia mayoritas berpendidikan SD

sebanyak 18 kasus 60 % pada tahun 2004. (Amelda,2008), sedangkan

di RSUD dr. Soebandi Jember pada periode 2005 sebagian besar Ibu

dengan Pre eklamsi berat mempunyai pendidikan akhir sekolah dasar

sebanyak 47,96% serta tidak bekerja sebesar 66,33 % (kurniawati,

2005).Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Eka di RSAB

Harapan Kita tahun 2008 didapatkan dengan presentasi terbesar

sebanyak 70 % lulus perguruan tinggi.

6. Riwayat Preeklamsi

Faktor predisposisi terjadinya preeklamsia salah satunya adalah

ibu yang memiliki riwayat preeklamsia sebelumnya.

(Wahyuningsih,2002).
19

Dari hasil penelitian oleh Eka tahun 2008 di RSAB jakarta Barat

ditemukan 80 % ibu yang bersalin memiliki riwayat preeklamsia Berat

pada kehamilan sebelumnya.

Dari hasil Data penderita preeklamsi di Rumah Sakit Dr. H.

Soewondo Kendal, dan sebagai control adalah ibu hamil normal yang

diambil dari bidan praktek yang telah mengirim kasus preeklampsia

berat periode 2004 – juni 2007.oleh Agung Supriandono dan Sulchan

Sofoewan menyebutkan terdapat 50,9% kasus preeklampsia berat

mempunyai riwayat preeklampsia, dan pada kelompok kontrol

terdapat 7,3% mempunyai riwayat preekalmpsia berat, dengan risiko

sampai 13 kali untuk terjadi preeklampsia berat bagi ibu hamil yang

mempunyai riwayat keturunan dalam keluarga.

7. Usia Kehamilan

Preeklamsia Berat terjadi pada usia kehamilan diatas 20 minggu

dan paling banyak terjadi pada usia kehamilan 37 minggu. (sarwono,

2005).

Dari hasil penelitian oleh Helmidawati di RSU Tarakan periode

Januari – Juni tahun 2008 didapatkan ibu bersalin dengan preeklamsia

Berat terjadi pada usia Kehamian 37 – 42 minggu sebanyak 95,42%.

Hasil ini sesuai dengan yang ditemukan di RSUD dr. Soebandi

Jember pada periode 1 Januari – 31 Desember 2005 yaitu 80, 61 % ibu

dengan preeklamsi Berat dengan Usia kehamilan 37 – 42 minggu.

(Kurniawati,2005) sedangkan dari hasil Penelitian yang dilakukan


20

oleh Eka di RSAB Harapan Kita tahun 2008 didapatkan 60 % ibu

bersalin yang usia kehamilannya 32 – 37 minggu.

8. Riwayat Hipertensi
Pre-eklampsi ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi,

edema dan proteinuria yang timbul karena kehamilan.Tekanan darah

tinggi pada ibu hamil menimbulkan dampak bervariasi. Mulai dari

yang ringan hingga berat. Misalnya mengganggu organ ginjal ibu

hamil, menyebabkan rendahnya berat badan bayi ketika lahir, dan

melahirkan sebelum waktunya.

Hipertensi adalah bila didapatkan tekanan darah > 140/90

mmHg atau kenaikkan tekanan diastolik > 15 mmHg dan atau sistolik

> 30 mmHg dalam kehamilan.

Hipertensi diperkirakan menjadi komplikasi sekitar 7% sampai

10% seluruh kehamilan. Seluruh ibu yang mengalami hipertensi

selama masa hamil, setengah sampai dua pertiganya didiagnosa

mengalami preeklampsia (Bobak, 2004). Oleh karena itu penulis ingin

mengetahui apakah terdapat hubungan antara Preeklamsi Berat yang

diderita ibu sekarang, berhubungan dengan riwayat hipertensi yang

diderita Ibu sebelumnya.


21

2.2 Kerangka Teori

Predisposisi

 Umur
 Gravida
 Usia kehamilan
 Pendidikan
 Riwayat
IBU BERSALIN DENGAN
Preeklamsi
PREEKLAMSI BERAT
 Riwayat
Hipertensi (komplikasi: BBLR, IUFD,
 Hidramnion asfiksia neonaturum,
 Hamil ganda solusio plasenta)
 Mola Hidatidosa
 Diabetes millitus
 Hidrops fetalis
 Penyakit ginjal

Sumber: (Sarwono,2005), (Setiawan,1998), (Manuba,1999), (Notoatmojo,2007),

(Wahyuningsih,2002), (Bobak,2004).
22

BAB III
KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep penelitian

Pada penelitian mengenai gambaran ibu bersalin yang mengalami


preeklamsi berat di RSAB Harapan Kita Jakarta Barat penulis ingin melihat
dari aspek umur, gravida, usia kehamilan, pendidikan, riwayat preeklamsi,
riwayat hipertensi, jenis persalinan dan berat badan lahir janin.

Variabel Variabel
Independen Dependen

1.Umur
Ibu bersalin dengan
2.Gravida preeklamsia berat
3.Usia kehamilan  Jenis Persalinan
 Berat Badan Lahir
4.Pendidikan
Janin
5.Riwayat Preeklamsi

6.Riwayat Hipertensi

3.1 bagan kerangka konsep


23

3.2 Definisi Operasional

Untuk memudahkan dalam memahami penelitian ini maka variabel


dalam penelitian ini akan dijelaskan dalam definisi operasional.

NO VARIABEL DEFINISI CARA ALAT HASIL UKUR SKALA


OPERASIONAL UKUR UKUR

Dependent

1. Ibu Bersalin Ibu bersalin yang Rekam Cek 1. PEB Nominal


dengan terdiagnosa medik List 2. Tidak PEB
Preeklamsi preeklamsi berat
Berat dengan gejala
hipertensi, rotein
urine atau disertai
oedema.
a. Jenis Cara persalinan Ibu Rekam Cek 1. Spontan Nominal
Persalinan dengan preeklamsia medik List 2. Seksio Cesaria
berat yang
melahirkan, baik
secara spontan
maupun Seksio
Cesaria .
b. Berat badan Berat badan janin Rekam Cek 1. < 2500 gram Ordinal
janin yang di lahirkan oleh medik List 2. 2500-4000
ibu yang mengalami gram
Preeklamsia Berat. 3. >4000 gram

Independent

2. Umur Rekam 1. < 20 tahun Ordinal


Jarak, atau lama medik Cek 2. 20 – 35 tahun
waktu hidup sampai List 3. >35 tahun
dengan di diagnosa
preeklamssia berat

3. Gravida Jumlah kehamilan Rekam Cek 1. Primigravida Ordinal


24

yang dialami seorang medik List (pertama kali


wanita hamil)
2. Multigravida
(≥ 1)
3. Grandemulti
(≥5)
4. Usia Masa kehamilan yang Rekam 1. <37 minggu Ordinal
kehamilan dihitung dari hari medik Cek 2. ≥37 minggu
pertama haid terakhir List
sampai saat datang
kekamar bersalin
5. Pendidikan Jenjang Pendidikan Rekam Cek 1. Pendidikan Ordinal
formal oleh seseorang medik List Dasar
yang di buktikan 2. Pendidikan
dengan ijazah Menengah
(SMP – SMU)
3. Pendidikan
tinggi
(Akademi/
Perguruan
tinggi)

6. Riwayat seseorang yang telah Rekam 1. Ya Nominal


Preeklamsi mempunyai penyakit medik Cek 2. Tidak
hipertensi, desertai List
protein urine, atau
udema sebelum
kehamilan ini
7. Riwayat seseorang yang telah 1. Ya Nominal
Hipertensi mempunyai penyakit Rekam 2. Tidak
hipertensi (tekanan medik Cek
darah diatas 140/90 List
mmHg), sebelum
kehamilan ini.
25

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian


Desain penelitian yang yang digunakan adalah metode Deskriptif dengan
pendekatan Cross sectional yang bertujuan unutk mengetahui gambaran ibu
bersalin dengan preeklamsia berat di RSAB Harapan Kita Jakarta Barat
Tahun 2009.

4.2 Tempat dan Waktu penelitian


Di RSAB Harapan Kita Jakarta Barat, penelitian dilakukan pada Bulan
Maret - Juni tahun 2010.

4.3 Populasi dan Sampel


4.3.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin dengan
preeklamsi berat yang melahirkan di RSAB Harapan Kita Jakarta
Barat yaitu sebanyak 90 Pasien
4.3.2 Sampel
Pada Penelitian ini tidak dilakukan pengambilan sampel, sehingga
untuk menjadi subjek penelitian adalah ibu bersalin yang
mengalami preeklamsia berat di RSAB Harapan Kita Jakarta Barat
periode 2009 sebanyak 90 Pasien

4.4 Pengumpulan Data


Data yang diambil merupakan data sekunder yaitu dengan melihat rekam
medik di RSAB Harapan Kita dengan menggunakan lembar cek list.

4.5 Pengolahan Data


26

a. Editing
Dilakukan proses penelitian data di lapangan hingga dapat dihasilkan
data yang lebih akurat untuk pengolahan data selanjutnya.
b. Coading
Proses pemberian kode jawaban yang akan di analisa atau di
masukkan dalam pencatatan yang bertujuan mengikat data yang
didapat dengan cara memberi kode pada variabel yang diteliti
c. Pengelompokkan data
Setelah data dikelompokkan melalui tabel isian, data di kelompokkan
sesuai kriteria penelitian.
d. Tabulating
Data yang sudah dikelompokkan menurut variabel dengan
menggunakan tabel dan distribusi frekuensi.

4.6 Penyajian Data


Data disajikan dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi

4.7 Analisa Data


Pada Hasil pengolahan data dilakukan analisis data dengan menggunakan
analisa univariat, yaitu analisa yang dilakukan terhadap tiap variabel dari
hasil penelitian. Dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi
dari masing – masing variabel yang diteliti dengan menggunakan rumus.

X Ket :
F : Frekuensi
F= x 100 %
N: Jumlah populasi
N
X: Jumlah yang didapat
(Hidayat, 2007).
27

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan di RSAB Harapan Kita periode 1

Januari – 31 Desember 2009 terdapat 90 kasus (3,44 %) persalinan dengan ibu

bersalin preeklamsia berat dari 2615 kasus persalinan. Setelah penelitian

dilaksanakan kemudian data diolah dan hasil penelitian disajikan dalam bentuk

tabel distribusi berikut:

5.1.1 Angka kejadian PEB

Tabel 5.1

Distribusi Ibu Bersalin dengan Preeklamsi Berat


Di RSAB Harapan Kita Jakarta Barat Tahun 2009.

No Ibu Bersalin dengan n f (%)

preeklamsi berat

1. PEB 90 3,44
2. Tidak PEB 2525 96,56
Jumlah 2615 100

Dari hasil penelitian data tabel 5.1 diatas dapat dilihat ibu bersalin dengan
preeklamsi berat berjumlah 90 pasien (3,44%),dan ibu bersalin yang tidak
menderita PEB adalah sebesar 2525 pasien dengan persentase 96,56%.
Tabel 5.2

Distribusi Ibu Bersalin dengan PEB Berdasarkan Jenis Persalinan


Di RSAB Harapan Kita Jakarta Barat Tahun 2009.
28

No Jenis Persalinan n f (%)

1 Spontan 4 4,44
2 SC 86 95,56
Jumlah 90 100

Dari hasil penelitian data tabel 5.2 diatas berdasarkan jenis persalinan tertinggi
yang dilakukan pada ibu bersalin dengan preeklamsi berat berupa Seksio Cesaria,
yaitu sebesar 95,56% dan terendah pada jenis persalinan secara spontan, yaitu
sebesar 4,44%.

Tabel 5.3

Distribusi Ibu Bersalin dengan PEB Berdasarkan Berat Badan Lahir Janin
Di RSAB Harapan Kita Jakarta Barat Tahun 2009.
29

No BBL n f (%)

1 < 2500 gram 41 45,55


2 2500 – 4000 gram 42 46,67
3 > 4000 gram 7 7,78
Jumlah 90 100

Dari hasil penelitian data tabel 5.3 di atas berdasarkan berat badan lahir janin
dengan ibu bersalin preeklamsi berat didapatkan jumlah tertinggi pada bayi
dengan berat badan lahir 2500 – 4000 gram sebanyak 42 pasien (46,67%) dan
terendah pada berat badan lahir > 4000 gram.

Tabel 5.4

Distribusi Ibu Bersalin dengan Preeklamsi Berat Berdasarkan Umur


Di RSAB Harapan Kita Jakarta Barat Tahun 2009.

No Umur (Tahun) n f (%)


30

1 < 20 0 -
2 20 – 35 54 60
3 >35 36 40
Jumlah 90 100

Dari hasil penelitian data tabel 5.4 di atas berdasarkan umur dengan ibu bersalin
dengan preeklamsi berat di dapatkan jumlah tertinggi pada umur ibu 20 – 35
tahun sebanyak 54 pasien (60%) dan terendah pada umur >35 tahun yaitu sebesar
36 pasien (40%).

Tabel 5.5

Distribusi Ibu Bersalin dengan Preeklamsi Berat Berdasarkan Gravida


Di RSAB Harapan Kita Jakarta Barat Tahun 2009.

No Gravida n f (%)
31

1. Primigravida 24 26,67
2. Multigravida 57 63,33
3. Grandemultigravida 9 10
Jumlah 90 100

Dari hasil penelitian data tabel 5.5 di atas berdasarkan gravida dengan ibu bersalin
dengan preeklamsi berat didapatkan jumlah tertinggi pada multigravida sebanyak
57 pasien (63,33%) dan terendah pada umur 9 pasien (10%).

Tabel 5.6

Distribusi Ibu Bersalin dengan PEB Berdasarkan Usia Kehamilan


Di RSAB Harapan Kita Jakarta Barat Tahun 2009.

No Usia Kehamilan n f (%)


(Minggu)

1. <37 41 45,56
32

2. ≥37 49 54,44
Jumlah 90 100

Dari hasil penelitian data tabel 5.6 di atas Berdasarkan Usia Kehamilan dari 90
Ibu Bersalin dengan preeklamsi berat dengan jumlah tertinggi berusia ≥ 37
minggu yaitu sebesar 49 orang, dengan persentase 54,44% dan terendah pada usia
kehamilan <37 minggu yaitu sebesar 41 dengan persentase 45,56%.

Tabel 5.7

Distribusi Ibu Bersalin dengan Preeklamsi Berat Berdasarkan Pendidikan


Di RSAB Harapan Kita Jakarta Barat Tahun 2009.

No Pendidikan n f (%)

1 Pendidikan Dasar 5 5,56


2 Pendidikan Menengah 32 35,56
3 Pendidikan Tinggi 53 58,89
33

Jumlah 90 100

Dari hasil penelitian data tabel 5.7 di atas berdasarkan pendidikan dari 90 ibu
bersalin dengan preeklamsi berat dengan jumlah tertinggi pada pendidikan tinggi
yaitu sebesar 53 orang, dengan persentase 58,89% dan terendah pada pendidikan
dasar yaitu sebesar 5 orang dengan persentase 5,56%.

Tabel 5.8

Distribusi Ibu Bersalin dengan PEB Berdasarkan Riwayat Preeklamsi


Di RSAB Harapan Kita Jakarta Barat Tahun 2009.

No Riwayat Preeklamsi n f (%)

1. Ya 32 35,56
2. Tidak 58 64,44
Jumlah 90 100
34

Dari Hasil Penelitian data tabel 5.8 di atas berdasarkan riwayat preeklamsi pada
ibu bersalin dengan preeklamsi berat dengan jumlah tertinggi pada ibu bersalin
yang tidak mempunyai riwayat preeklamsi sebelumnya, yaitu sebesar 58 orang
(64,44%) dan jumlah terendah sebesar 32 orang dengan persentase 35,56 %.

Tabel 5.9

Distribusi Ibu Bersalin dengan PEB Berdasarkan Riwayat Hipertensi


Di RSAB Harapan Kita Jakarta Barat Tahun 2009.

No Riwayat Hipertensi n f (%)

1. Ya 47 52,22
2. Tidak 43 47,78
Jumlah 90 100

Dari Hasil Penelitian data tabel 5.9 diatas Berdasarkan Riwayat Hipertensi Pada
35

ibu bersalin dengan preeklamsi berat di dapatkan jumlah tertinggi pada ibu
bersalin yang mempunyai riwayat hipertensi yaitu sebesar 47 orang (52,22%) dan
terendah pada ibu bersalin yang tidak mempunyai riwayat hipertensi yaitu sebesar
43 orang (47,78%).

5.2 Pembahasan

5.2.1 Angka Kejadian

Dari hasil Penelitian di RSAB Harapan Kita tahun 2009 melalui

data rekam medis, penulis memperoleh data 90 kasus ibu bersalin (3,44%)

dengan preeklamsia berat dari 6215 persalinan, dibandingkan dengan

angka kejadian preeklamsia berat pada tahun 2008 yaitu sebesar 84 ibu

bersalin dengan preeklamsia berat dari 2628 persalinan, hal ini

mengalami peningkatan dari jumlah tahun sebelumnya,angka ini didukung


36

pula jika dibandingkan dengan jumlah preeklamsi berat di RS Cipto

mangunkusumo yang masih cukup tinggi yaitu sebesar 18,8 % dari 3947

persalinan.

Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui Gambaran

Ibu bersalin dengan preeklamsia berat di RSAB Harapan Kita Tahun

2009, yang ditinjau dari jenis persalinan, berat badan lahir janin, umur,

gravida, usia kehamilan, pendidikan, riwayat preeklamsia, dan riwayat

hipertensi. Dari hasil data yang didapat penulis mengambil seluruh total

sample atau keseluruhan populasi.

5.2.2 Jenis Persalinan Pada Preeklamsi Berat

Sesuai dengan teori saifuddin (2002). Persalinan harus dilakukan

segera setelah keadaan pasien stabil. Penundaan meningkatkan resiko

untuk ibu dan janin. Periksa serviks, jika serviks matang, lakukan

pemecahan ketuban, lalu induksi persalinan dengan oksitoksin atau

prostaglandin. Jika persalinan pervaginam tidak dapat diharapkan dalan 24

jam untuk preeklamsi lakukan seksio sesaria. Jika denyut jantung janin

kurang atau lebih 180 x/menit lakukan seksio sesaria. Jika servik belum

matang janin hidup, lakukan seksio sesaria.

Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh penulis di RSAB

Harapan Kita Tahun 2009 didapatkan Ibu Bersalin dengan preeklamsi

berat sebagian besar persalinannya dilakukan secara seksio sesaria sebesar

95,56% dibandingkan dengan persalinan secara spontan sebesar 4,44%.


37

Hal ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Eka (2009) di RSAB Harapan kita tahun 2008 didapatkan

ibu bersalin dengan preeklamsia berat sebagian besar persalinannya

dilakukan secara seksio sesaria 95% dari 40 kasus ibu bersalin dengan

preeklamsi berat.

Dari hasil penelitian diatas, maka dapat dikatakan bahwa

persalinan yang tertinggi pada seksio sesaria , meskipun dapat dilakukan

dengan menggunakan partus pervaginam, namun apabila dalam observasi

tensi tidak terkontrol dan partus pervaginam tidak dapat dilakukan lagi

dalam 24 jam, maka langkah akhir terminasi kehamilan dengan seksio

sesaria.

5.2.3 Berat Badan Lahir Janin

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh penulis

didapatkan berat badan janin yang dilahirkan dengan preeklamsi berat di

RSAB Harapan Kita tahun 2009 sebagian besar berat badan lahir janin

antara 2500 - 4000 gram yaitu sebanyak 42 bayi dengan persentase

46,67%, dan tidak jauh berselisih dengan berat badan lahir janin < 2500

gram yaitu sebanyak 41 bayi dengan presentase 45,56 %. dan disusul

dengan Berat badan lahir janin > 4000 gram sebanyak 7 bayi dengan

persentase 7,78%.

Menurut Sudhaberata (2009) Pada Pre Eklamsia didapatkan resiko

persalinan prematur 2,67 kali lebih besar, persalinan buatan 4,39 kali lebih

banyak, dan mempunyai kecenderungan lebih tinggi untuk mendapatkan


38

bayi dengan berat badan lahir rendah. Salah satu upaya untuk menurunkan

AKP akibat PE - E adalah dengan menurunkan angka kejadian PE E.

Angka kejadian dapat diturunkan melalui upaya pencegahan, pengamatan

dini, dan terapi.Pada kasus preeklamsia berat yang dilakukan oleh

sudhaberata (2009) di RSU Tarakan Kaltim didapatkan komplikasi

terbesar pada ibu dengan preeklamsia pada periode 1 Januari 2006 – 31

Desember 2008 adalah BBLR (prematur dan dismatur) sebesar 34%.

Dari hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa berat badan bayi yang

paling banyak yaitu antara 2500 – 4000 gr, karena penelitian ini dilakukan

pada ibu bersalin, dengan cukup bulan.

5.2.4 Umur

Menurut teori Nelson (1999) Kehamilan yang terjadi pada anak

belasan tahun maupun wanita – wanita yang melebihi umur 35 tahun,

terutama wanita primipara, keduanya menambah risiko terjadinya pre

eklamsi.Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh penulis

didapatkan usia ibu bersalin dengan preeklamsi berat di RSAB Harapan

Kita tahun 2009 mayoritas berusia 20 – 35 tahun sebanyak 54 dengan

persentase 60%. Menurut teori dengan hasil penelitian yang didapat. Hal

ini belum sejalan. Tetapi, Hal ini sejalan dengan penelitian elida tahun

2004 di RSUPN cipto mangunkusumo Jakarta Pusat didapatkan ibu

bersalin dengan Preeklamsi berat tertinggi pada usia 20 – 35 tahun dengan

presentasi 27,8%. Dan Eka (2009) di RSAB Harapan Kita Tahun 2008

mayoritas Ibu bersalin dengan Preeklamsi Berat sebanyak 30 orang pasien


39

(75%) dari 40 orang pasien yang menderita preeklamsi berat.

Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa yang mengalami

preeklamsia berat terbanyak pada umur 20 – 35 tahun, pada kelompok ini

merupakan kelompok usia produktif, sehingga memungkinkan terjadinya

banyak komplikasi.

5.2.5 Gravida

Preeklampsia dapat ditemui pada sekitar 5-10% kehamilan, terutama

kehamilan pertama pada wanita berusia di atas 35 tahun. Frekuensi pre-

eklampsia pada primigravida lebih tinggi bila dibandingkan dengan

multigravida. (www.idmgarut.wordpress.com).

Berdasarkan Hasil Penelitian yang dilakukan oleh penulis didapatkan

Ibu Bersalin dengan Preeklamsia Berat sebagian besar adalah Multigravida

yaitu sebanyak 57 orang dengan persentase 63,33%, hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Antika (2007) di RSU Tarakan pada 1

januari 2006 – 31 Desember 1998 yaitu frekuensi pada mulitgravida lebih

besar yaitu 54,24% dibandingkan dengan primigravida sebesar 45,76%.

Dari hasil penelitian ini yang didapat yaitu pada kelompok

multigravida, karena sistem metabolisme ibu pada multigravida sudah

berkurang.

5.2.6 Usia Kehamilan

Menurut Sarwono (2005) preeklamsi terjadi pada usia kehamilan

diatas 20 minggu dan paling banyak terjadi pada usia kehamilan 37

minggu.
40

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis didapatkan ibu

Bersalin dengan preeklamsia terbanyak pada Usia Kehamilan ≥ 37 minggu

yaitu sebanyak 49 orang (54,44%), hal ini sejalan dengan hasil penelitian

sebelumnya oleh Helmidawati di RSU Tarakan periode Januari – Juni

tahun 2008 didapatkan ibu bersalin dengan preeklamsia Berat terjadi pada

usia Kehamian 37 – 42 minggu sebanyak 95,42%.

5.2.7 Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seorang wanita terutama yang

bekerja pada sektor formal, maka wanita tersebut akan lebih mudah

mendapatkan akses dari segala informasi, khususnya informasi kesehatan

tentang pemeliharaan dan pelayanan kesehatan bagi diri dan keluarga

(Fuchs, 2002).

Dari hasil penelitian sebelumnya di RSU Tarakan Status pendidikan

yang menderita preeklamsia mayoritas berpendidikan SD sebanyak 18

kasus 60 % pada tahun 2004. (Amelda,2008) dan dari Hasil penelitian

yang dilakukan oleh penulis didapatkan Ibu Bersalin dengan Preeklamsi

Berat sebagian Besar Lulus perguruan tinggi yaitu sebanyak 53 orang

dengan persentase 58,89%. hal ini sejalan dengan penelitian yasng

dilakukan oleh Eka (2009) di RSAB Harapan Kita tahun 2008 sebesar

70%. Dari hasil penelitian ini, didapatkan preeklamsia berat terbanyak

pada perguruan tinggi, karena RSAB Harapan Kita merupakan rumah sakit

rujukan nasional yang mayoritas berasal dari golongan menengah ke atas.

5.2.8 Riwayat Preeklamsi


41

Menurut wahyuningsih (2002), faktor predisposisi terjadinya

preeklamsi salah satunya adalah ibu yang memiliki riwayat preeklamsi

sebelumnya.

Dari Hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis didapatkan

mayoritas Ibu bersalin dengan preeklamsi berat sebanyak 58 orang dengan

persentase 64,44% tidak mempunyai riwayat preeklamsi sebelumnya. Hal

ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Eka (2009) di RSAB Harapan Kita

tahun 2008 sebanyak 80% Ibu Bersalin tidak mempunyai riwayat

preeklamsi sebelumnya.

Dari hasil penelitian ini, didapatkan hasil yang terbanyak pada ibu

yang tidak mempunyai preeklamsia sebelumnya dikarenakan jumlah

responden yang diteliti, tidak mempunyai pencetus preeklamsia

sebelumnya.

5.2.9 Riwayat Hipertensi

Menurut Bobat (2004) Hipertensi diperkirakan menjadi komplikasi

sekitar 7% sampai 10% seluruh kehamilan. Seluruh ibu yang mengalami

hipertensi selama masa hamil, setengah sampai dua pertiganya didiagnosa

mengalami preeklampsia.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dapat disimpulkan

bahwa mayoritas Ibu Bersalin dengan Preeklamsi Berat terbanyak pada ibu

bersalin dengan riwayat hipertensi sebelumnya yaitu 47 kasus(52,22%)

dan yang tidak mempunyai riwayat hipertensi sebelumnya sebanyak 43

kasus (47,78%) baik pada awal kehamilan maupun sebelum hamil.dari


42

hasil penelitian tersebut bersesuai dengan teori Bobat.

5.2.10 Keterbatasan Penelitian

Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini masih jauh dari

kesempurnaan. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari data rekam

medik RSAB Harapan Kita tahun 2009, diperoleh data 90 ibu bersalin

dengan preeklamsia berat dan penulis mengambil seluruh sample sebanyak

dari total populasi.

Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui gambaran ibu

bersalin dengan preeklamsia berat di RSAB Harapan Kita tahun 2009,

yang ditinjau dari umur, jenis persalinan, berat badan lahir janin, umur,

gravida, usia kehamilan, pendidikan, riwayat preeklamsia, riwayat

hipertensi. Penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan yang ada

diantaranya keterbatasan ilmu pengetahuan, jumlah sample dan kurun

waktu penelitian yang dilakukan sangat singkat.

BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan

6.1.1. Distribusi frekuensi ibu bersalin dengan preeklamsia berat dari hasil

penelitian didapatkan pada ibu bersalin dengan preeklamsi berat

sebanyak 90 orang dengan persentasi 3,44%.


43

6.1.2. Distribusi frekuensi Ibu Bersalin dengan preeklamsia berat

berdasarkan Jenis Persalinan dari hasil penelitian yang sudah

dilakukan oleh penulis didapatkan pada Seksio Cesaria sebanyak 86

orang dengan persentase 95,56%.

6.1.3. Distribusi frekuensi Ibu Bersalin dengan preeklamsia berat

berdasarkan Berat Badan Lahir janin dari hasil penelitian didapatkan

pada berat badan lahir janin antara 2500 – 4000 gram sebanyak 42

orang 46,67%.

6.1.4. Distribusi frekuensi Ibu Bersalin dengan preeklamsia berat

berdasarkan Umur dari hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh

penulis didapatkan jumlah tertinggi pada usia 20 – 35 tahun sebanyak

54 orang dengan persentase 60%.

6.1.5. Distribusi frekuensi Ibu Bersalin dengan preeklamsia berat

berdasarkan Gravida dari hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh

penulis didapatkan pada Multigravida sebanyak 57 orang dengan

persentase 63,33%.

6.1.6. Distribusi frekuensi Ibu Bersalin dengan preeklamsia berat

berdasarkan Usia Kehamilan dari hasil penelitian yang sudah

dilakukan oleh penulis didapatkan sebanyak 49 orang dengan

persentase 54,44%.

6.1.7. Distribusi frekuensi Ibu Bersalin dengan preeklamsia berat

berdasarkan Pendidikan dari hasil penelitian yang sudah dilakukan

oleh penulis didapatkan sebanyak 53 orang dengan persentase


44

58,89%.

6.1.8. Distribusi frekuensi Ibu Bersalin dengan preeklamsia berat

berdasarkan Riwayat Preeklamsi dari hasil penelitian yang sudah

dilakukan oleh penulis didapatkan sebanyak 58 orang dengan

persentase 64,44%.

6.1.9. Distribusi frekuensi Ibu Bersalin dengan preeklamsia berat

berdasarkan Riwayat Hipertensi dari hasil penelitian yang sudah

dilakukan oleh penulis didapatkan sebanyak 47 orang dengan

persentase 52,22%.

6.2 Saran

6.2.1. Bagi Institusi Rumah Sakit

a. Agar institusi rumah sakit mampu digunakan sebagai sarana media

pengambilan data dan informasi untuk melihat gambaran ibu

bersalin dengan persalinan kurang bulan pada tahun 2009,

sehingga meningkatkan kemampuan dalam pelayanan kesehatan

dan memudahkan mahasiswa dalam pengambilan data.

b. Hendaknya institusi rumah sakit lebih meningkatkan mutu dan

kualitas dari pelayanan kesehatan, secara promotif, preventif dan

kuratif kepada masyarakat agar menambah wawasan dan informasi

tentang kesehatan. Khususnya tentang persalinan preeklamsia berat

pada angka kesakitan dan kematian. Sehingga institusi rumah sakit

mampu menurunkan angka kematian dan kesakitan ibu dan bayi.


45

6.2.2 Bagi Bidan

a. Meningkatkan konseling dan penyuluhan tentang usia reproduksi

sehat dan pentingnya pemeriksaan kehamilan, serta memberikan

konseling pada ibu hamil untuk mengurangi aktifitas berat yang

dapat mengganggu kesehatan sehingga berakibat kurang baik pada

kehamilannya.

b. Melakukan deteksi dini terhadap penyulit kehamilan untuk

mengurangi risiko terjadinya komplikasi pada saat persalinan

berlangsung.

6.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat dilakukan penelitian

lebih lanjut tentang Ibu Bersalin dengan Preeklamsia Berat.

6.2.4 Bagi Pembaca

Karena penelitian ini masih banyak kekurangan, penulis

mengharapkan pembaca dapat menambah kekurangan dari hasil

penelitian selanjutnya agar lebih baik lagi dan pembaca bisa

mendapatkan manfaat dari hasil penelitian penulis.

You might also like