You are on page 1of 3

Reaktor Nuklir di

Indonesia
Written by Chairul Hudaya   
Wednesday, 12 November 2008
Oleh : Markus Wauran *)

(Artikel ini diterbitkan di Suara Pembaruan Daily)

Pengembangan dan pengaplikasian teknologi nuklir di Indonesia diawali dengan pembentukan


Panitia Negara untuk penyelidikan Radioaktivitet pada 1954. Panitia Negara bertugas
menyelidiki kemungkinan adanya jatuhan radioaktif dari uji coba senjata nuklir di Lautan
Pasifik yang dilakukan oleh ne- gara-negara maju.

Dengan memperhatikan perkembangan pendayagunaan dan pemanfaatan tenaga atom bagi


kesejahteraan masyarakat maka melalui Peraturan Pemerintah No 65 Tahun 1958 pada 5
Desember 1958 dibentuk Dewan Tenaga Atom dan Lembaga Tenaga Atom (LTA), yang
kemudian disempurnakan menjadi Badan Tenaga Atom Nasional (Batan), berdasarkan UU No
31 Tahun 1964 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Tenaga Atom. Di sisi lain, pada 1957,
Indonesia menjadi Anggota IAEA (International Atomic Energy Agency).

Dengan perubahan paradigma, pada 1997 ditetapkan UU No 10 tentang Ketenaganukliran di


mana antara lain diatur pemisahan unsur pelaksana kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir
(Batan) dan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten), di samping ditetapkan perlunya
dibentuk Majelis Pertimbangan Tenaga Nuklir. Di sisi lain, dengan UU tersebut nama Batan
disesuaikan menjadi Badan Tenaga Nuklir Nasional. Tanggal 5 Desember ditetapkan sebagai
hari jadi Batan, yang merupakan tanggal bersejarah bagi perkembangan teknologi nuklir di
Indonesia.

Bertolak dari ketentuan awal itu, untuk lebih meningkatkan penguasaan di bidang iptek nuklir,
pada 1965 diresmikan pengoperasian reaktor atom pertama dengan nama Triga Mark II di
Bandung, Pusat Penelitian Tenaga Atom Pasar Jumat, Jakarta, pada 1966, Reaktor Atom
Kartini di Yogyakarta 1967, dan terakhir Reaktor Atom Siwabessy di Serpong 1987.

Reaktor Triga Mark II memiliki daya 250 kW pada 1965, ditingkatkan menjadi 1.000 kW
pada 1971, dan terakhir menjadi 2.000 kW pada 2000. Reaktor tersebut merupakan salah satu
fasilitas dari kawasan nuklir Bandung yang menempati lahan sekitar 3 ha. Di kawasan ini
terdapat Pusat Teknologi Bahan dan Radiometri. Kegiatan di sana meliputi pendayagunaan
reaktor untuk penelitian dan pembinaan keahlian, litbang bahan dasar, radioisotop dan
senyawa bertanda, instrumentasi dan teknik analisis radiometri, pengawasan keselamatan
kerja terhadap radiasi dan lingkungan, serta pelayanan kedokteran nuklir.

Fasilitas lain yang terdapat di kawasan itu adalah laboratorium fisika, kimia, dan biologi,
produksi isotop dan senyawa bertanda, dan klinik kedokteran nuklir pertama di Indonesia
sebagai embrio berdirinya Unit Kedokteran Nuklir di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung.

Kawasan Nuklir

Reaktor Kartini memiliki daya 100 kW dan terletak di kawasan nuklir Yogyakarta dengan
luas lahan sekitar 8,5 ha. Di samping Reaktor Kartini, kawasan ini juga memiliki fasilitas
perangkat subkritik, laboratorium penelitian bahan murni, akselerator, laboratorium penelitian
D2O, laboratorium fisika dan kimia nuklir, fasilitas keselamatan kerja dan kesehatan,
perpustakaan, fasilitas laboratorium untuk pendidikan, Pusat Teknologi Akselerator dan
Proses Bahan, serta Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir (STTN).

Kawasan Nuklir Pasar Jumat Jakarta dibangun pada 1966 di atas lahan sekitar 20 ha. Di
kawasan ini terdapat beberapa fasilitas, yaitu tiga unit Iradiator Gamma (y) kobalt-60, 2 mesin
berkas elektron, laboratorium pengolahan uranium, perangkat alat ukur radiasi, laboratorium
kimia, biologi, proses dan hidrologi, fasilitas pendidikan dan latihan, serta Gedung Peragaan
Sains dan Teknologi Nuklir (Perasten).

Di kawasan ini terdapat beberapa unit organisasi Batan, seperti: Pusat Aplikasi Teknologi
Isotop dan Radiasi, Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi, Pusat
Pengembangan Geologi Nuklir, Pusat Pendidikan dan Pelatihan serta Pusat Diseminasi Iptek
Nuklir. Berbagai kegiatan penelitian dilakukan di kawasan ini, yang meliputi litbang
radioisotop dan radiasi serta aplikasinya di berbagai bidang, litbang eksplorasi dan
pengolahan bahan nuklir, geologi dan geofisika, litbang keselamatan radiasi dan biomedika
nuklir, pendidikan dan pelatihan serta kegiatan sosialisasi dan diseminasi hasil Litbangyasa
Iptek Nuklir kepada masyarakat yang dilakukan Batan.

Reaktor Siwabessy dengan daya 30 MW terletak di kawasan nuklir Serpong, Provinsi Banten,
dengan luas lahan sekitar 25 ha. Kawasan Nuklir Serpong adalah pusat Litbangyasa Iptek
Nuklir yang dibangun dengan tujuan untuk mendukung usaha pengembangan industri nuklir
dan persiapan pembangunan serta pengoperasian PLTN di Indonesia. Pembangunan instalasi
dan laboratorium Kawasan Nuklir Serpong dilaksanakan melalui tiga fase yang dimulai sejak
1983 dan selesai secara keseluruhan 1992. Kawasan Nuklir Serpong terletak di kawasan Pusat
Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspitek).

Selain fasilitas utama Reaktor Siwabessy, di kawasan nuklir Serpong terdapat beberapa
fasilitas utama lainnya, seperti Instalasi Produksi Elemen Bakar Reaktor Riset, Instalasi
Radioisotop dan Radiofarmaka, Instalasi Elemen Bakar Eksperimental, Instalasi Pengolahan
Limbah Radioaktif, Instalasi Radiometalurgi, Instalasi Keselamatan dan Keteknikan Reaktor,
Fasilitas Pengembangan Informatika, Instalasi Mekano Elektronik Nuklir, Instalasi
Spektometri Neutron, serta Instalasi Penyimpanan Elemen Bakar Bekas dan bahan
Terkontaminasi

Catatan Penting

Sejak berfungsinya empat kawasan nuklir dengan berbagai fasilitas termasuk tiga reaktor
nuklir melalui berbagai kegiatan penelitian, pengembangan dan pemanfaatan iptek nuklir
termasuk pembangunan SDM yang menguasai iptek nuklir, maka beberapa catatan penting
dan mendasar perlu dikemukakan.

Pertama, kepemimpinan Batan dari masa ke-masa secara signifikan mampu membangun
berbagai fasilitas teknologi nuklir termasuk reaktor nuklir yang menghasilkan berbagai
kegiatan untuk penelitian, pengembangan dan pemanfaatan teknologi nuklir

Kedua, pemanfaatan teknologi nuklir dari reaktor nuklir dan fasilitas perangkat nuklir lainnya
telah dirasakan masyarakat secara luas, meliputi bidang pertanian, peternakan, industri,
kesehatan dan kedokteran, hidrologi, rekayasa dan konstruksi, dan lainnya.

Ketiga, para operator reaktor nuklir telah menunjukkan prestasi gemilang dalam
mengoperasikan reaktor nuklir karena sejak reaktor nuklir pertama, Triga Mark II, berfungsi
disusul Reaktor Kartini dan Reaktor Siwabessy tidak pernah terjadi kejadian (evident) atau
kecelakaan (accident) sesuai standar INES (International Nuclear Evident Scale) yang
mengancam keselamatan manusia dan lingkungan. Ini membuktikan bahwa para operator
reaktor nuklir Indonesia memiliki budaya disiplin kerja yang tinggi.

Keempat, melihat kualitas SDM Indonesia yang menguasai iptek nuklir cukup menonjol, pada
1962 seorang tenaga BATAN, Ir Soebekti, direkrut menjadi staf IAEA dan setelah itu para
ahli nuklir Indonesia secara bergantian tanpa putus direkrut dan bekerja di-IAEA sampai
sekarang.

Kelima, manajemen reaktor nuklir mulai dari pengoperasian, pengawasan, sampai


pemeliharaan telah membuktikan diri sebagai orang-orang yang ahli, andal, berpengalaman,
berdedikasi total dan berprestasi. Buktinya, Reaktor pertama Triga Mark II yang telah
berumur 43 tahun masih beroperasi dengan baik.

Keenam, manajemen pengolahan limbah telah ditangani dengan baik karena sampai saat ini
belum pernah terjadi kebocoran atau kecelakaan yang menghebohkan. Di sisi lain, manajemen
terbuka untuk diawasi oleh lembaga berwenang baik di dalam negeri (Bapeten) maupun luar
negeri (IAEA), sehingga meraih kepercayaan dunia internasional.

Bertolak dari hal-hal tersebut, maka dari segi pengalaman tersedianya SDM yang ahli dan
terampil dengan jumlah yang memadai, budaya disiplin kerja yang prima, serta berbagai
perangkat fasilitas teknologi nuklir, Indonesia telah sangat siap untuk membangun dan
mengoperasikan PLTN. Yang kita butuhkan hanya dukungan dana (dalam dan luar negeri),
serta desain dan konstruksi dari negara-negara maju yang berpengalaman.

*) Penulis adalah anggota Himpunan Masyarakat Nuklir Indonesia dan anggota DPR/MPR
periode 1987-1999.

You might also like