Professional Documents
Culture Documents
Kehamilan terasa penuh dibagian atas dan gerakan terasa lebih banyak
dibagian bawah.2.2.3.2 Pemeriksaan luarDibagian bawah uterus tidak teraba
kepala, balutemen negative, teraba kepala dibagian fundus uteri, denyut
jantung janin ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi dari pada umbilikus
2.2.3.3 Pemeriksaan dalamSetelah ketuban pecah teraba cakrum, kedua
tuberalitas iskit, dan anus, bila teraba bagian kecil bedakan apakah kaki atau
tangan(FKUI, Kapita Selekta Kedokteran jilid 1 edisi 3, 1999)2.2.3.4
Pemeriksaan foto rongenBayangan kepala difundus(Prof. Dr. Rustam
Mochtar, MPH, Sinopsis Obsetri jilid 1 edisi 2, 1998)2.2.4 Etologi / Penyebab
Letak Sungsang2.2.4.1 Sudut Ibu
2.2.6 Prognosis2.2.6.1
Bagi ibuKemunkinan robekan pada perenium lebih besar, juga karena
dilakukan tindakan, selain itu ketuban lebih cepat pecah dan partus lebih
lama, jadi mudah terkena infeksi.2.2.6.2 Bagi anakProknosa tidak begitu baik,
karena ada gangguan peredaran darah plasenta setelah bokong lahir dan
juga setelah perut lahir, tali pusat terjepit antara kepala dan panggul, anak
bisa menubrito aspiksio(Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba, DSOG, Ilmu
Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB, 1998)2.2.7 Penanganan / Terapi
Sikap sewaktu hamilKerena kita tahu bahwa prognosa bagi anak tidak begitu
baik, maka usahakan merubah letak janin dengan versi luar.Tujuannya
adalah untuk merubah letak menjadi letak kepala hal ini dilakukan pada primi
dengan kehamilan 34 minggu, mulai dengan usia kehamilan 36 minggu dan
tidak ada panggul sempit, gemili atau plasenta previa.Teknik :- Lebih dahulu
bokong dilepaskan dari PAP dan ibu berada dalam posisi Trendelm Burg-
Tangan kiri letakkan dikepala dan tangan kanan pada bokong- Putar ke arah
muka atau perut janin- Lalu putar tangan kiri diletakkan dibokong dan tangan
kanan dikepala- Setelah berhasil pasang gurita, observasi TTV, DDJ serta
keluhan2.2.8 Sikap Bidan Dalam Mengahadapi Letak SungsangBidan yang
menghadapi kehamilan dan persalinan letak sungsang sebaiknya :-
Melakukan rujukan ke puskesmas, dokter keluarga atau dokter ahli untuk
mendapatkan petunjuk kepastian dalam lahir- Bila ada kesempatan,
melakukan rujukan kerumah sakit untuk mendapatkan pertolongan persalinan
yang optimal- Bila terpaksa, melakukan pertolongan persalinan letak
sungsang sebaiknya bersama dokter- Klien harus diberikan KIE dan motifasi
serta melakukan perjanjian tertulis dalam bentuk Informetconsen(Prof. Dr. Ida
Bagus Gde Manuaba, 1998)
1. Manuaba, Ida Bagus, Gde, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan da KB.
Jakarta : EGC2. Mochtar, Rustam, 1998. Sinopsis Obstetry. Jakarta : EGC3.
Prawiroharjo, Sarwono, 2000. Pelayanan Kebidanan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka4. Sastro, Suleman. 1983. Obstetry Fisiologi.
Bandung : UNPAD5. Varney, Hursh Midwefery, Sel, Ed. Blok Well, Sucentifie
Publication, Boston, London
Posisi sungsang, bisakah normal?
Ditulis oleh admin
Usia kehamilan istriku sudah memasuki 36 minggu, setelah kami lakukan USG ternyata
posisi bayi kami sungsang, apakah bayi kami masih bisa dilahirkan secara normal? atau
memang harus melalui operasi cesar?. Apa cara yang harus kami lakukan supaya posisi
bayi kami normal?. Terima kasih atas jawabannya.
Israr, Jakarta
Jika ini kehamilan pertama, maka biasanya sudah tidak berubah lagi. Cara persalinan
terbaik untuk letak sungsang ada operasi sesar. Lahir spontan boleh saja dengan
beberapa kondisi/syarat khusus (taksiran berat janin tidak lebih dari 3500 gram, panggul
luas, bagian terbawah janin adalah bokong, bukan kaki, dan bokong sudah masuk pintu
atas panggul serta persalinan timbul secara spontan/tidak diinduksi), tetapi risiko
kesakitan dan kematian pada bayi meningkat 3 kali lipat. Jika ini kehamilan kedua atau
lebih, masih ada kemungkinan berubah sampai 38 minggu.
Saran saya:
- pastikan betul usia kehamilannya memang 36 minggu
- jika memang yakin usia kehamilan 36 minggu dan ini anak pertama, teliti lagi melalui
pemeriksaan USG untuk mencari penyebab sungsang, apakah janinnya besar,
bagaimana letak plasenta, apakah ada lilitan tali pusat, bagaimana kondisi panggul
dsbnya; jika tidak ditemukan penyebab yang jelas, maka bapak bisa minta pertimbangan
dokter untuk melakukan versi luar (diputar) apakah memungkinkan atau tidak
- jika ini anak kedua atau lebih, lakukan senam hamil dan gerakan knee-chest (sujud-
menungging) minimal 5 kali sehari selama 10-15 menit, bertahap; evaluasi USG pada
usia kehamilan 38 minggu, apakah ada perubahan atau tidak; jika tidak ada perubahan
dan tidak memenuhi syarat untuk persalinan spontan, sebaiknya operasi sesar saja.
Cara persalinan pada letak sungsang yang tidak berkomplikasi (tidak ada penyebab
khusus), diserahkan pada bapak-ibu yang bersangkutan untuk memilih, apakah ingin
spontan atau operasi sesar dengan mempertimbangan untung-ruginya. Hanya saja,
secara medis, rekomendasinya adalah operasi sesar.
←
Kehamilan sungsang atau posisi sungsang adalah posisi dimana bayi di dalam rahim berada dengan
kepala di atas sehingga pada saat persalinan normal, pantat atau kaki si bayi yang akan keluar terlebih
dahulu dibandingkan dengan kepala pada posisi normal. Kehamilan sungsang didiagnosis melalui
bantuan ultrasonografi (USG).
Sekitar 3-4% bayi berada dalam posisi ini ketika lahir. Dalam persalinan prematur, kemungkinan bayi
berada dalam posisi sungsang lebih tinggi. Pada umur kehamilan 28 minggu, kemungkinan bayi berada
dalam posisi sungsang adalah 25%. Angka tersebut akan turun seiring dengan umur kehamilan
mendekati 40 minggu.
Karena risiko persalinan normal pada bayi dengan posisi sungsang lebih tinggi dibandingkan bayi
dengan posisi normal, maka umumnya persalinan akan dilakukan dengan bedah caesar.
Tapi benarkah bayi sungsang harus dilahirkan dengan operasi? Saat ini lebih banyak bayi letak
sungsang yang lahir dengan operasi sesar, terutama pada persalinan anak pertama dengan bayi yang
cukup besar. Hal ini karena risiko kematian dan cacat/kecelakaan pada pertolongan persalinan bayi
letak sungsang lewat vagina (spontan) jauh lebih tinggi ( 4 kali lebih besar) dari persalinan spontan
bayi letak kepala.
Meskipun demikian tidak semua bayi sungsang harus lahir dengan operasi, ada tanda-tanda yang
diyakini dokter yang menyebabkan bayi sungsang dapat dilahirkan spontan, antara lain dari jenis letak
sungsang (bukan letak kaki) dan kelancaran jalannya persalinan.
Lebih dari 50% bayi pernah mengalami letak sungsang dalam kurun 9 bulan kehamilan, dan lebih dari
90% yang menjadi letak kepala pada umur kehamilan cukup bulan (kehamilan > 37 minggu). Demikian
juga dengan bayi letak kepala, sebagian besar akan tetap demikian sampai akhir masa kehamilan,
namun ada juga (meskipun jauh lebih sedikit) yang menjadi letak sungsang. Saat ini kehamilan ibu
masih berusia 5 setengah bulan dan meskipun saat ini bayi dalam letak kepala ia masih dapat berubah.
Mudah-mudahan sampai akhir kehamilan nanti bayi ibu tetap dalam letak kepala.
Penyebab letak sungsang sering tidak diketahui pasti, secara teori dapat terjadi karena faktor ibu seperti
perut kendur, kelainan bentuk rahim, tumor jinak rahim/mioma, letak plasenta lebih rendah, atau faktor
bayi seperti pada bayi kembar, kelainan janin, hidramnion (cairan ketuban terlalu banyak) dll. Karena
penyebab letak sungsang tidak diketahui pasti maka pencegahannya pun sulit.
Apabila tidak ada indikasi kontra, biasanya dokter akan mencoba melakukan pemutaran dari luar (versi
luar) dahulu dilakukan mulai usia kehamilan 28 minggu, saat ini dilakukan mulai pada usia kehamilan
37 minggu.
Apabila bayi ibu sampai akhir kehamilan nanti tetap dalam letak kepala, maka ada kemungkinan untuk
dilahirkan melalui vagina secara spontan atau dengan bantuan alat (vakum/forseps). Kehamilan akan
ditunggu sampai kontraksi/mulas persalinan datang dengan alami dan diharapkan dapat melahirkan
tanpa operasi. Asal tidak ada kondisi lain yang menyebabkan harus cesar, misalnya kehamilan lewat
waktu (lama hamil > 42 minggu.
Pada ibu yang pernah mengalami operasi sesar tidak dapat dilakukan induksi dengan obat-obatan/infus)
jika ketuban pecah dini dan tidak disertai kontraksi persalinan, atau persalinan tidak maju. Apabila bayi
ibu menjadi letak sungsang lagi, kemungkinan besar bayi dilahirkan dengan operasi cesar.
sumber : hanyawanita
health: kesehatan
Bagaimana bila anda atau saudari mengalami kehamilan dengan letak sungsang? Letak
sungsang merupakan keadaan dimana bokong janin atau kaki berada di bagian bawah
kavum uteri (rongga rahim). Ulasan berikut tentang patofisologi, etiologi atau penyebab,
bagaimana mendiagnosis atau mengetahui apakan janin letak sungsang atau tidak, dan
bagaimana penanganan bila sesorang akan melahirkan bayi dengan letak sungsang. Untuk
ibu hamil dan rekan-rekan yang bergerak dibidang medis ataupun kehamilan ulasan ini
sangat perlu diketahui. Sebagian besar selama kehamilan, fetus (janin) yang sedang
berkembang sangat bebas untuk bergerak di dalam uterus (rahim). Antara umur kehamilan
32-36 minggu, fetus bertambah besar sehingga pergerakannya terbatas. Sangat sulit bagi
fetus untuk turn over, jadi apapun posisi yang dicapai pada saat ini biasanya sama dengan
posisi saat persalinan akan dimulai. Sayangnya, beberapa fetus tidak seperti itu. Sebagian
dari mereka berada dalam posisi sungsang.
Letak sungsang terjadi dalam 3-4% dari persalinan yang ada. Terjadinya letak sungsang
berkurang dengan bertambahnya umur kehamilan. Letak sungsang terjadi pada 25% dari
persalinan yang terjadi sebelum umur kehamilan 28 minggu, terjadi pada 7% persalinan yang
terjadi pada minggu ke 32 dan terjadi pada 1-3% persalinan yang terjadi pada kehamilan
aterm. Faktor-faktor lain yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang
diantaranya adalah multiparitas, kehamilan kembar, hidramnion, hidrosefalus, plasenta
previa, panggul sempit, dan kadang-kadang letak sungsang disebabkan oleh kelainan uterus
dan kelainan bentuk uterus.Baik ibu maupun janin dengan letak sungsang memiliki risiko
yang lebih besar dibandingkan dengan letak kepala. Manipulasi secara manual dalam jalan
lahir akan memperbesar risiko infeksi pada ibu.6 Pada janin, mortalitas tiga kali lebih besar
dibandingkan dengan presentasi verteks, hal ini disebabkan karena setelah sebagian janin
lahir maka uterus akan berkontraksi yang berakibat pada gangguan sirkulasi uteroplasenta,
janin akan bernafas, dan terjadilah aspirasi air ketuban, mekonium, lendir dan darah.2Untuk
menegakkan diagnosis letak sungsang diperlukan beberapa hal, yaitu anamnesis yang
komunikatif dan terarah, pemeriksaan fisik yang teliti dan seksama, dan penunjang diagnosis
dalam hal ini yaitu pemeriksaan ultrasonografi yang sangat membantu diagnosis dan
pelaksanaan terapi serta intervensi lebih dini bisa dilakukan. Dalam kehamilan, mengingat
bahaya-bahayanya, sebaiknya persalinan dalam letak sungsang dihindarkan. Untuk itu bila
pada waktu pemeriksaan antenatal dijumpai letak sungsang, terutama pada primigravida,
hendaknya diusahakan melakukan versi luar menjadi presentasi kepala.Sedangkan dalam
persalinan, untuk menolong persalinan letak sungsang diperlukan lebih banyak ketekunan
dan kesabaran dibandingkan dengan persalinan presentasi kepala. Selama terjadi kemajuan
persalinan dan tidak ada tanda-tanda bahaya yang mengancam kehidupan janin, maka
penolong tidak perlu melakukan tindakan yang bertujuan untuk mempercepat kelahiran janin.
Letak sungsang ini akan memerlukan teknik persalinan yang berbeda dengan persalinan
letak kepala baik dalam persalinan pervaginam maupun sectio cesarea. Persalinan
pervaginam sungsang terdiri dari tiga jenis yakni spontan, manual aid dan total ekstraksi
dimana semuanya memiliki resiko terutama pada fetal seperti asfiksi dan lainnya sedangkan
indikasi untuk melakukan section cesarea pada letak sungsang sama dengan indikasi umum
section cesarea secara umum.Khusus pada persalinan pervaginam, terdapat beberapa teknik
atau perasat yang digunakan pada situasi berbeda pada letak sungsang, namun semuanya
memiliki tujuan yang sama yaitu melahirkan bayi dengan selamat.Ada beberapa komplikasi
yang mungkin timbul dalam persalinan sungsang yang dapat mempengaruhi prognosis ibu
dan bayi yang dilahirkan yang sedapat mungkin dihindari dengan cara menguasai teknik
persalinan sungsang dengan baik guna mencapai “well born baby” dan “well health mother”.
Berikut akan diulas satu persatu mulai dari definisi menurut dunia kedokteran.
Mengenai Pengertian dari Persalinan Letak SungsangPersalinan sungsang adalah
persalinan untuk melahirkan janin yang membujur dalam uterus dengan bokong atau kaki
pada bagian bawah dimana bokong atau kaki akan dilahirkan terlebih dahulu daripada
anggota badan lainnya.
PrevalensiLetak sungsang terjadi dalam 3-4% dari persalinan yang ada. Terjadinya letak
sungsang berkurang dengan bertambahnya umur kehamilan. Letak sungsang terjadi pada
25% dari persalinan yang terjadi sebelum umur kehamilan 28 minggu, terjadi pada 7%
persalinan yang terjadi pada minggu ke 32 dan terjadi pada 1-3% persalinan yang terjadi
pada kehamilan aterm.2,3 Sebagai contoh, 3,5 persen dari 136.256 persalinan tunggal dari
tahun 1990 sampai 1999 di Parkland Hospital merupakan letak sungsang.1
PatofisiologiLetak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban
relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan
demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak
lintang.6Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban
relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar daripada kepala,
maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan
kepala berada ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat
dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih
tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam
presentasi kepala.6Sayangnya, beberapa fetus tidak seperti itu. Sebagian dari mereka
berada dalam posisi sungsang.Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni:1,2,3,4,5,6•
Presentasi bokong (frank breech) (50-70%). Pada presentasi bokong akibat ekstensi kedua
sendi lutut, kedua kaki terangkat ke atas sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau
kepala janin. Dengan demikian pada pemeriksaan dalam hanya dapat diraba bokong.•
Presentasi bokong kaki sempurna ( complete breech ) ( 5-10%). Pada presentasi bokong kaki
sempurna disamping bokong dapat diraba kaki.• Presentasi bokong kaki tidak sempurna dan
presentasi kaki ( incomplete or footling ) ( 10-30%). Pada presentasi bokong kaki tidak
sempurna hanya terdapat satu kaki di samping bokong, sedangkan kaki yang lain terangkat
ke atas. Pada presentasi kaki bagian paling rendah adalah satu atau dua kaki.
Gambar Presentasi letak sungsang. Berturut-turut dari kiri ke kanan : complete breech, frank
breech, dan footlink breech. 7
EtiologiAda beberapa penyebab yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang
diantaranya adalah:41. Prematuritas karena bentuk rahim relatif kurang lonjong, air ketuban
masih banyak dan kepala anak relatif besar2. Hidramnion karena anak mudah bergerak.3.
Plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu atas panggul.4. Panggul
sempit5. Kelainan bentuk kepala: hidrocephalus, anencephalus, karena kepala kurang sesuai
dengan bentuk pintu atas panggul.Faktor lain yang menjadi predisposisi terjadinya letak
sungsang selain umur kehamilan termasuk diantaranya relaksasi uterus berkaitan dengan
multiparitas, multi fetus, persalinan sungsang sebelumnya, kelainan uterus dan tumor pelvis.
Plasenta yang terletak di daerah kornu fundus uteri dapat pula menyebabkan letak sungsang,
karena plasenta mengurangi luas ruangan di daerah fundus.6Fianu dan Vaclavinkova (1978)
menemukan prevalensi lebih tinggi pada implantasi plasenta di daerah kornual-fundal pada
letak lintang (73 %) dari presentasi vertex (5 %) dengan sonografi. Frekuensi terjadinya letak
sungsang juga meningkat dengan adanya plesenta previa, tetapi hanya sejumlah kecil letak
sungsang yang berhubungan dengan plasenta previa. Tidak ada hubungan yang kuat antara
letak sungsang dengan pelvis yang menyempit (panggul sempit).1
DiagnosisDiagnosis letak sungsang pada umumnya tidak sulit. Pada pemeriksaan luar, di
bagian bawah uterus tidak dapat diraba bagian yang keras dan bulat, yakni kepala, dan
kepala teraba di fundus uteri. Kadang-kadang bokong janin teraba bulat dan dapat memberi
kesan seolah-olah kepala, tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah kepala. Seringkali
wanita tersebut menyatakan bahwa kehamilannya terasa lain daripada kehamilannya yang
terdahulu, karena terasa penuh di bagian atas dan gerakan terasa lebih banyak di bagian
bawah. Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi
daripada umbilikus. 6Apabila diagnosis letak sungsang dengan pemeriksaan luar tidak dapat
dibuat, karena misalnya dinding perut tebal, uterus mudah berkontraksi atau banyaknya air
ketuban, maka diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan dalam. Apabila masih ada
keragu-raguan, harus dipertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografik atau
M.R.I. ( Magnetic Resonance Imaging ). 6Setelah ketuban pecah, dapat diraba lebih jelas
adanya bokong yang ditandai dengan adanya sakrum, kedua tuber ossis iskii, dan anus. Bila
dapat diraba kaki, maka harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit,
sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar dengan jari-jari lain
dan panjang jari kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan. Pada persalinan lama,
bokong janin mengalami edema, sehingga kadang-kadang sulit untuk membedakan bokong
dengan muka. 6Pemeriksaan yang teliti dapat membedakan bokong dengan muka karena jari
yang akan dimasukkan ke dalam anus mengalami rintangan otot, sedangkan jari yang
dimasukkan ke dalam mulut akan meraba tulang rahang dan alveola tanpa ada hambatan.
Pada presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki dapat diraba disamping bokong,
sedangkan pada presentasi bokong kaki tidak sempurna, hanya teraba satu kaki di samping
bokong.1,6
Penatalaksanaan Dalam kehamilanMengingat bahaya-bahayanya, sebaiknya persalinan
dalam letak sungsang dihindarkan. Untuk itu bila pada waktu pemeriksaan antenatal dijumpai
letak sungsang, terutama pada primigravida, hendaknya diusahakan melakukan versi luar
menjadi presentasi kepala. Versi luar sebaiknya dilakukan pada kehamilan antara 34 dan 38
minggu. Pada umumnya versi luar sebelum minggu ke-34 belum perlu dilakukan, karena
kemungkinan besar janin masih dapat memutar sendiri, sedangkan setelah minggu ke-38
versi luar sulit untuk berhasil karena janin sudah besar dan jumlah air ketuban relatif
berkurang. 6Sebelum melakukan versi luar, diagnosis letak janin harus pasti, sedangkan
denyut jantung janin harus baik. Apabila bokong sudah turun, bokong harus dikeluarkan lebih
dahulu dari rongga panggul, tindakan ini dilakukan dengan meletakkan jari-jari kedua tangan
penolong pada perut ibu bagian bawah untuk mengangkat bokong janin. Kalau bokong tidak
dapat dikeluarkan dari panggul, usaha untuk melakukan versi luar tidak ada gunanya. Setelah
bokong keluar dari panggul, bokong ditahan dengan satu tangan, sedang tangan yang lain
mendorong kepala ke bawah sedemikian rupa, sehingga fleksi tubuh bertambah. 6
Selanjutnya kedua tangan bekerjasama untuk melaksanakan putaran janin untuk menjadi
presentasi kepala. Selama versi dilakukan dan setelah versi berhasil denyut jantung janin
harus selalu diawasi. Sesudah janin berada keadaan presentasi kepala, kepala didorong
masuk ke rongga panggul. Versi luar hendaknya dilakukan dengan kekuatan yang ringan
tanpa mengadakan paksaan. Versi luar tidak ada gunanya dicoba bila air ketuban terlalu
sedikit, karena usaha tersebut tidak akan berhasil. 6Kontraindikasi lain untuk melakukan versi
luar ialah: 1) panggul sempit, 2) perdarahan antepartum; 3) hipertensi; 4) hamil kembar; 5)
plasenta previa. Pada panggul sempit tidak ada gunanya melakukan versi luar, karena
meskipun berhasil menjadi presentasi kepala, akhirnya perlu dilakukan seksio sesarea.
Tetapi bila kesempitan panggul hanya ringan, versi luar harus diusahakan karena kalau
berhasil akan memungkinkan dilakukan partus percobaan. Versi luar pada perdarahan
antepartum tidak boleh dilakukan, karena dapat menambah perdarahan akibat lepasnya
plasenta. 6 Pada penderita hipertensi, usaha versi luar dapat menyebabkan solusio plasenta;
sedangkan pada kehamilan kembar, selain janin yang lain dapat menghalangi usaha versi
luar tersebut, yang lebih berbahaya ialah bila janin berada dalam satu kantong amnion
kemungkinan tali pusat kedua janin akan saling melilit. 6Kalau versi luar gagal karena
penderita menegangkan otot-otot dinding perut, penggunaan narkosis dapat
dipertimbangkan. Kerugian penggunaan narkosis untuk versi luar antara lain: narkosis harus
dalam, sebab dengan narkosis ringan versi laur jauh lebih sulit dibandingkan bila penderita
tetap dalam keadaan sadar. Disamping itu, karena penderita tidak merasakan sakit ada
bahaya kemungkinan digunakan tenaga berlebihan dan dapat mengakibatkan lepasnya
plasenta. Mengingat bahayanya, sebaiknya tidak melakukan versi luar dengan menggunakan
narkosis.1,6VersiVersi atau pemutaran, merupakan tindakan untuk mengubah presentasi
janin secara artifisial, baik melalui penggantian kutub yang satu dengan lainnya pada letak
longitudinal, atau konversi letak oblik atau letak lintang menjadi letak longitudinal.Tergantung
pada bagian presentasi janin (kepala atau bokong), dapat dilakukan versi sefalik atau podalik.
Jenis versi ini juga diberi nama menurut metode yang dipakai. Jadi, versi luar merupakan
tindakan manipulasi yang dilakukan lewat dinding abdomen ; sementara pada versi dalam,
seluruh tangan operator dimasukkan ke dalam kavum uteri.A. Versi Sefalik LuarTujuan
prosedur ini adalah untuk mengubah presentasi yang kurang menguntungkan menjadi
presentasi verteks atau presentasi belakang kepala.IndikasiJika presentasi bokong atau bahu
(letak lintang) didiagnosis pada minggu-minggu terakhir kehamilan, pengubahannya menjadi
presentasi verteks dapat dicoba lewat manuver luar asalkan tidak terdapat disproporsi nyata
antara besar janin dan ukuran panggul. Versi sefalik dianggap oleh sebagian dokter
kebidanan sebagai teknik yang sering berhasil baik dengan morbiditas yang kecil, sehingga
harus dicoba untuk menghindari peningkatan angka mortalitas yang menyertai persalinan
sungsang. Jika letak janin melintang, perubahan presentasi tersebut merupakan satu-satunya
alternatif bagi tindakan seksio sesarea, kecuali bila janin itu berukuran sangat kecil dan
biasanya belum viabel.Menurut Fortunato dkk. (1998), versi sefalik luar lebih besar
kemungkinannya untuk berhasil jika : (1) bagian presentasi belum turun ke dalam panggul;
(2) cairan ketuban masih terdapat dalam jumlah yang normal; (3) posisi punggung bayi tidak
menghadap ke belakang; (4) pasien tidak gemuk. Denyut jantung janin harus dimonitor terus-
menerus, sehingga dokter bisa mendengar suara denyut jantung tersebut selama melakukan
tindakan. Kalau ada, alat sonografi akan bermanfaat. Jangan menggunakan anestesi, karena
akan mengakibatkan pemakaian tenaga yang tidak semestinya.Dalam stadium awal
persalinan, sebelum ketuban pecah, berlaku inidikasi yang sama. Indikasi tersebut kemudian
bisa diperluas sampai pada letak bayi yang tidak stabil biasanya masih bisa berubah secara
spontan menjadi letak longitudinal ketika proses persalinan berlangsung. Akan tetapi versi
sefalik luar jarang berhasil kalau serviks sudah mengadakan dilatasi penuh atau kalau
ketuban sudah pecah.
B. Versi Podalik DalamPerasat ini terdiri dari pemutaran janin oleh dokter kebidanan yang
memasukkan tangannya ke dalam rongga rahim, menangkap salah satu atau kedua kaki
janin, dan menariknya keluar lewat serviks, sementara bagian atas badan janin didorong ke
arah yang berlawanan secara trans abdomen. Tindakan ini kemudian diikuti oleh ekstraksi
bokong.IndikasiKecuali pada persalinan bayi kedua dalam kehamilan kembar, hanya ada
beberapa indikasi untuk dilakukannya versi podalik dalam. Terkadang prosedur ini bisa
dibenarkan kalau serviks sudah berdilatasi penuh, ketuban masih utuh dan janin yang berada
dalam letak lintang berukuran kecil dan atau sudah mati. Kemungkinan trauma yang serius
pada janin dan ibu pada waktu dilakukan versi podalik dalam dari suatu presentasi kepala.
Managemen Dalam persalinanJenis pimpinan persalinan sungsang1,2,3,4,5,61. Persalinan
pervaginamBerdasarkan tenaga yang dipakai dalam melahirkan janin pervaginam, persalinan
pervaginam dibagi menjadi 3 yaitu:a) Persalinan spontan (spontaneous breech). Janin
dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri. Cara ini lazim disebut cara Bracht.b)
Manual aid (partial breech axtraction; assisted breech delivery). Janin dilahirkan sebagian
dengan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga penolong.c) Ekstraksi
sungsang (total breech extraction). Janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga
penolong.2. Persalinan per abdominam ( seksio sesarea)A. Prosedur Pertolongan Persalinan
Spontan1,5,6Tahapan1. Tahap pertama: fase lambat, yaitu mulai lahirnya bokong sampai
pusat (skapula depan ).disebut fase lambat karena fase ini hanya untuk melahirkan bokong,
yaitu bagian yang tidak begitu berbahaya.2. Tahap kedua: fase cepat, yaitu mulai dari
lahirnya pusar sampai lahirnya mulut. Disebut fase cepat karena pada fase ini kepala janin
mulai masuk pintu atas panggul, sehingga kemungkinan tali pusat terjepit. Oleh karena itu
fase ini harus segera diselesaikan dan tali pusat segera dilonggarkan. Bila mulut sudah lahir,
janin dapat bernafas lewat mulut.3. Tahap ketiga: fase lambat, yaitu mulai lahirnya mulut
sampai seluruh kepala lahir. Disebut fase lambat karena kepala akan keluar dari ruangan
yang bertekanan tinggi (uterus), ke dunia luar yang tekanannya lebih rendah, sehingga
kepala harus dilahirkan secara perlahan-lahan untuk menghindari terjadinya perdarahan intra
kranial (adanya ruptur tentorium serebelli).Teknik1. Sebelum melakukan persalinan, penolong
harus memperhatikan sekali lagi persiapan untuk ibu, janin, maupun penolong. Pada
persiapan kelahiran janin harus selalu disediakan cunam Piper.2. Ibu tidur dalam posisi
litotomi, sedang penolong berdiri di depan vulva. Ketika timbul his ibu disuruh mengejan
dengan merangkul kedua pangkal paha. Pada waktu bokong mulai membuka vulva
(crowning) disuntikkan 2-5 unit oksitosin intra muskulus. Pemberian oksitosin ini adalah untuk
merangsang kontraksi rahim sehingga fase cepat dapat diselesaikan dalam 2 his berikutnya.
3. Episiotomi dikerjakan pada saat bokong membuka vulva. Segera setelah bokong lahir,
bokong dicengkram secara Bracht, yaitu kedua ibu jari penolong sejajar sumbu panjang
paha, sedangkan jari-jari lain memegang panggul.4. Pada setiap his ibu disuruh mengejan.
Pada waktu tali pusat lahir dan tampak sangat tegang, tali pusat dikendorkan lebih dahulu.5.
Kemudian penolong melakukan hiperlordosis pada badan janin guna mengikuti gerakan
rotasi anterior, yaitu punggung janin didekatkan ke perut ibu. Penolong hanya mengikuti
gerakan ini tanpa melakukan tarikan sehingga gerakan tersebut hanya disesuaikan dengan
gaya berat badan janin. Bersamaan dengan dimulainya gerakan hiperlordosis ini, seorang
asisten melakukan ekspresi Kristeller pada fundus uterus, sesuai dengan sumbu panggul.
Maksud ekspresi Kristeller ini adalah:a. Agar tenaga mengejan lebih kuat, sehingga fase
cepat dapat segera diselesaikan.b. Menjaga agar posisi kepala janin tetap dalam posisi fleksi.
c. Menghindari terjadinya ruang kosong antara fundus uterus dengan kepala janin sehingga
tidak terjadi lengan menjungkit.6. Dengan melakukan gerakan hiperlordosis ini berturut-turut
lahir tali pusat, perut, bahu dan lengan, dagu, mulut dan akhirnya seluruh kepala.7. Janin
yang baru lahir diletakkan diperut ibu. Seorang asisten segera menghisap lendir dan
bersamaan dengan itu penolong memotong tali pusat.8. Keuntungana. Tangan penolong
tidak masuk ke dalam jalan lahir, sehingga mengurangi bahaya infeksi.b. Cara ini adalah cara
yang paling mendekati persalinan fisiologik, sehingga mengurangi trauma pada janin.9.
Kerugiana. 5-10% persalinan secara Bracht mengalami kegagalan, sehingga tidak semua
persalinan letak sungsang dapat dipimpin dengan cara Bracht.b. Persalinan secara Bracht
mengalami kegagalan terutama dalam keadaan panggul sempit, janin besar, jalan lahir kaku
misalnya pada primigravida, adanya lengan menjungkit atau menunjuk.
Gambar teknik hiperlordosis punggung bayi pada perasat Bracht 7
B. Prosedur Manual Aid1,5,6Indikasi1. Persalinan secara Bracht mengalami kegagalan,
misalnya bila terjadi kemacetan baik pada waktu melahirkan bahu atau kepala.2. Dari semula
memang hendak melakukan pertolongan secara manual aid. Di Negara Amerika sebagian
besar ahli kebidanan cenderung untuk melahirkan letak sungsang secara manual aid, karena
mereka menganggap bahwa sejak pusar lahir adalah fase yang sangat berbahaya bagi janin,
karena pada saat itulah kepala masuk ke dalam pintu atas panggul, dan kemungkinan besar
tali pusat terjepit diantara kepala janin dan pintu atas panggul.Tahapan1. Tahap pertama,
lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan tenaga ibu sendiri.2. Tahap kedua,
lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong. Cara atau teknik untuk melahirkan
bahu dan lengan adalah secara:a. Klasik ( Deventer )b. Muellerc. Louvset3. Tahap ketiga,
lahirnya kepala.Kepala dapat dilahirkan dengan cara:a. Mauriceaub. Najouksc. Wigan Martin-
Winckeld. Prague terbalike. Cunam Piper
Gambar Melahirkan bahu dan lengan dengan cara klasik/Deventer 7
Gambar Melahirkan bahu dan lengan (Mueller) : ekstraksi depan kemudian belakang 7
Gambar Manual aid Mauriceau-Veit-Smellie 7
Saya I Made Haryoga. Selamat datang di rumah saya. Silakan lihat halaman about me untuk
profil saya selengkapnya. Terima kasih atas kunjungannya.
Letak sungsang merupakan suatu letak dimana bokong bayi merupakan bagian
rendah dengan atau tanpa kaki (keadaan dimana janin terletak memanjang dengan
kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Ada 4 tipe
letak sungsang
1)Complete/flexed brech, pada posisi ini paha dan lutut bayi fleksi dan kaki menutupi
bokong. Tipe ini lebih sering pada multigravida
2)Extended brech (frank brech) pada bayi fleksi, tetapi pada kaki ektensi, sehingga
kaki berada dekat kepala, sering terjadi pada primiyang prematur
3)Presentesi kaki, 1 atau kedua kaki di bawah bokong
4)Presentasi lutut, janin berada dalam posisi 1 atau kedua lutut berada di bawah
bokong
Penyebab
Presentasi bokong terjadi kurang lebih 3% pada semua persalinan, penyebab pasti
dari presentasi bokong belum diketahui secara pasti tetapi dapat terjadi pada
persalinan premetur, uterus bikormis, insufisiensi cairan ketuban, plasenta letak
rendah atau tumor yang menghalangi jalan lahir. Selain itu kelainan-kelainan seperti
hidrosefalus, gande multi, polihidramnion memungkinkan terjadinya malpresentasi
Diagnosis
Diagnosis ditegakan dengan pemerikasaan abdominal. Pada palpasi di bagian bawah
teraba bagian yang kurang keras dan kurang bundar, sementara di fundus teraba
bagian yang keras, bundar dan melenting. Denyut jantung janin terdengar di atas
pusat. Penmeriksaan dengan USG atau rontgen dapat mengetahui letak yang
sebenarnya pada pemeriksaan pervaginam teraba bagian lunak anus juga akan teraba
bagian sacrum.
Bahaya
Persalinan sungsang tidak menyebabkan bahaya bagi ibu tetapi menimbulkan hal
yang serius bagi bayinya. Kematian bayi pada persalinan sungsang 4 kali lebih besar
daripada persalinan biasa. Pelepasan plasenta dapat terjadi pada kala II akibat
tarikan dari tali pusat. Setelah kepala masuk ke dalam rongga panggul dapat terjadi
tekanan pada kepala pada tali pusat dan ini akan menyebabkan hipoksia janin.
Bahaya lain adalah fraktur, ruptur organ abdomen dan banyak bahaya untuk otot
syaraf.
1.Kala I persalinan
Kala I persalinan lebih lama daripada letak belakang kepala. Jika bokong enganged
seperti pada bokong murni dimana terdapat resiko pecah selput ketuban dan
prolapsus umbilikal, ibu sebaiknya tidak berjalan-jalan. Kadang-kadang kontraksi
uterus hipotonis sehingga dapat dirangsang dengan pemberian oksitosin. Pada saat
pembukaan servik tercapai ¾ nya biasanya ibu ingin mengejan, bokong dapat
melalui servik tetapi kepala tidak melalui servik sehinga ibu dilarang untuk mengejan
sampai dilatasi servik lengkap
2.Kala II persalinan
Pemeriksaan vaginal dilakukan untuk mengetahui pembukaan lengkapsebelum
menyuruh ibu mengedan.
Bayi di pegang pada pergelangan kaki dan menggunakan traksi yang halus, tubuh di
simpan di atas abdomen ibu. Perineum ditekan dengan jari untuk membuka mulut
bayi. Mulut dibersihkan dari lendir sehingga bayi bernafas tanpa menghisap cairan
lendir. Setelah hidung tampak di vulva , lubang hidung segera dibersihkan kepala
dilahirkan secara perlahan-lahan. Jika kepala dilahirkan dengan cepat dapat terjadi
perdarahan intrakranial, untuk menghindarinya biasanya dengan menggunakan
forcep erygey’s atau neville barnes untuk kepala yang sudah lahir hal ini
memungkinkan untuk mengontrol kecepatan lahirnya kepala.
Kepala ditarik ke bawah sampai batas hidung sehingga saluran nafas dapat
dibersihkan dan oksigen dapat diberikan segera setelah bayi bernafas. Selanjutnya
kepala dilahirkan dengan lambat, obat-obatan oksitosin diberikan pada ibu segera
seteah bayi lahir.
CONDYLOMA
Condyloma acuminata (kondiloma akuminata, genital warts, kutil kelamin) atau lebih
dikenal dengan istilah penyakit Jengger Ayam, mungkin karena bentuknya yang mirip
Jengger Ayam pada condyloma yang luas, adalah kelainan kulit berbentuk kutil
dengan permukaan berlekuk-lekuk mirip jengger ayam, yang disebabkan oleh Human
Papilloma Virus (HPV) tipe tertentu. Jika pembaca pernah melihat kutil (bahasa jawa:
caplak, veruka), seperti itulah bentuk condyloma acuminata. Hanya saja kutil tersebut
letaknya di kelamin dan sekitarnya. Bahkan dapat menyebar ke anus (condyloma
anogenital). Gambar 1: silahkan klik untuk melihat gambar condyloma acuminata di
penis.
Identifikasi HPV untuk pertama kali pada tahun 1907. Kini, lebih 120 jenis subtype
HPV telah dapat diidentifikasi. Tapi tidak semua type dapat menyebabkan condyloma
acuminata. Sekitar 90 % condyloma acuminata diyakini berhubungan dengan type 6
dan type 11. Belasan tye lainnya dijumpai pula pada penderita condyloma acuminata.
Para ahli menengarai HPV type tertentu memiliki kecenderungan onkogenk (potensial
menjadi kanker), terutama type 16 dan type 18.
Penyebaran Penyakit
Berdasarkan jenis kelamin, frekuensi kejadian antara pria dan wanita sama besarnya.
Sedangkan berdasarkan kelompok umur disebutkan bahwa condyloma acuminata
lebih sering dijumpai pada usia dewasa muda dan pada usia tigapuluhan. Hal ini
dikaitkan dengan peningkatan aktifitas seksual. ( Gambar 2: silahkan klik untuk
melihat condyloma acuminata di vagina )
HPV ditularkan melalui kontak langsung, dari mulut ke organ kelamin, dari jari ke
organ kelamin dan sebaliknya, serta melalui hubungan seksual, sehingga condyloma
acuminata dikelompokkan sebagai Penyakit Menular Seksual (PMS, STD).
Bagaimana mengenalinya ?
Masa inkubasi condyloma acuminata berkisar antara 3 minggu sampai 8 bulan dengan
rata-rata 3 bulan.
Condyloma acuminata relatif mudah dikenali karena bentuknya yang khas, mirip
jengger ayam, yakni kutil dengan permukaan berlekuk-lekuk (berjonjot-jonjot) di
organ kelamin dan sekitarnya. Kutil-kutil kecil dapat bergabung membentuk
kelompok yang lebih besar mirip dengan bunga kol.
Jika mengalami infeksi sekunder (oleh garukan, gesekan atau sebab lain), condyloma
acuminata berubah warna menjadi kehitaman, mudah berdarah dan berbau tak sedap.
Pada pria, tempat yang paling disukai (predileksi) Condyloma acuminata diantaranya:
gland penis (topi baja si cucakrowo), lekukan antara kepala dan batang penis (sulkus
koronarius), jaringan tipis di bawah ujung saluran kencing (frenulum), batang penis
dan adakalanya di sekitar anus.
Jika meragukan, maka akan dilakukan test sederhana menggunakan asam asetat 5%
yang dioleskan di permukaan kutil selama 3-5 menit. Pada condyloma acuminata
maka kutil akan berubah warna menjadi putih.
PENGOBATAN
Hingga kini belum ada obat yang benar-benar memuaskan untuk menghilangkan
HPV. Pengobatan yang lazim dilakukan adalah untuk menghilangkan condyloma
acuminata, meliputi:
VAKSINASI
Saat ini telah digunakan vaksin Papilloma virus (Gardasil) yang ditujukan untuk
pencegahan kanker serviks. Adapun untuk pencegahan terhadap condyloma
acuminata oleh HPV type 6 dan type 11, vaksin Gardasil diberikan pada anak laki-
laki, pria dewasa dan wanita usia 9-26 tahun.
PENCEGAHAN HPV
Secara garis besar, upaya pencegahan terhadap penularan HPV dapat dilakukan
dengan:
Genital wart
From Wikipedia, the free encyclopedia
Genital wart(s)
Classification and external resources
Prevention
See also: HPV vaccine
Gardasil (sold by Merck & Co.) is a vaccine that protects against human
papillomavirus types 16, 18, 6, and 11. Types 6 and 11 cause genital
warts, while 16 and 18 cause cervical cancer. The vaccine is
preventive, not therapeutic, and must be given before exposure to the
virus type to be effective, ideally before the beginning of sexual activity.
The vaccine is widely approved for use by young women, it is being
tested for young men,[11][12] and has been approved for males in some
areas, such as the UK, the US and Canada.
Management
There is no cure for HPV, but there are methods to treat visible warts,
which could reduce infectivity, although there are no trials studying the
effectiveness of removing visible warts in reducing transmission.[13]
Genital warts may disappear without treatment, but sometimes
eventually develop a fleshy, small raised growth. There is no way to
predict whether they will grow or disappear. Warts can sometimes be
identified because they show up as white when acetic acid is applied,
but this method is not recommended on the vulva because microtrauma
and inflammation can also show up as acetowhite.[10] Magnifying
glasses or colposcope may also be used to aid in identifying small
warts.[10]
Depending on the sizes and locations of warts (as well as other factors),
a doctor will offer one of several ways to treat them. Podofilox is the
first-line treatment due to its low cost.[14] Almost all treatments can
potentially cause depigmentation or scarring.[13]
• A 0.15% – 0.5% podophyllotoxin (also called podofilox) solution in a
gel or cream. Marketed as Condylox (0.5%), Wartec (0.15%) and
Warticon (0.15%),[15] it can be applied by the patient to the
affected area and is not washed off. It is the purified and
standardized active ingredient of the podophyllin (see below).
Podofilox is safer and more effective than podophyllin.[15] Skin
erosion and pain are more commonly reported than with
imiquimod and sinecatechins.[16] Its use is cycled (2 times per
day for 3 days then 4–7 days off); one review states that it should
only be used for four cycles.[17]
• Imiquimod (Aldara) is a topical immune response cream, applied to
the affected area. It causes less local irritation than podofilox but
may cause fungal infections (11% in package insert) and flu-like
symptoms (less than 5% disclosed in package insert).[16]
• Sinecatechins (marketed as Veregen and Polyphenon E) is an
ointment of catechins (55% epigallocatechin gallate[10]) extracted
from green tea and other components. Mode of action is
undetermined.[18] It appears to have higher clearance rates than
podophyllotoxin and imiquimod and causes less local irritation,
but clearance takes longer than with imiquimod.[16]
• Liquid nitrogen cryosurgery is safe for pregnancy. It kills warts 71–
79% of the time, but recurrence is 38% to 73% 6 months after
treatment.[10] Local infections have been reported.[10]
• Trichloroacetic acid (TCA) is less effective than cryosurgery,[17] and is
not recommended for use in the vagina, cervix, or urinary meatus.
[10]
• Surgical excision is best for large warts, and has a greater risk of
scarring.[13]
• Laser ablation does not seem to be any more effective than other
physician-applied methods,[3] but is often used as a last resort
and is extremely expensive.[10]
• A 20% podophyllin anti-mitotic solution , applied to the affected area
and later washed off. However, this crude herbal extract is not
recommended for use on vagina, urethra, perianal area, or cervix,
[10] and must be applied by a physician.[15] Reported reactions
include nausea, vomiting, fever, confusion, coma, renal failure,
ileus, and leukopenia; death has been reported with extensive
topical application, or application on mucous membranes.[10]
• Interferon can be used; it is effective, but it is also expensive and its
effect is inconsistent.[17]
• Electrocauterization can be used; it is an older procedure but recovery
time is generally longer. In severe cases of genital warts,
treatment may require general or spinal anesthesia. This is a
surgical procedure. More effective than cryosurgery and
recurrence is at a much lower rate.
Discontinued
← A 5% 5-fluorouracil (5-FU) cream was used, but it is no longer
considered an acceptable treatment due to the side-effects.[10]
Podophyllin and podofilox should not be used during pregnancy, as they
are absorbed by the skin and could cause birth defects in the fetus.
Epidemiology
Genital HPV infections have an estimated prevalence in the US of 10–
20% and clinical manifestations in 1% of the sexually active adult
population.[17] US incidence of HPV infection has increased between
1975 and 2006.[17] About 80% of those infected are between the ages
of 17–33.[17] Although treatments can remove the warts, they do not
remove the HPV, so warts can recur after treatment (about 50–73% of
the time[19]), and also spontaneously regress.[17] Traditional theories
postulated that the virus remained in the body for a lifetime. However,
new studies using sensitive DNA techniques have shown that through
immunological response the virus can either be cleared or suppressed
to levels below what polymerase chain reaction (PCR) tests can
measure. One study testing genital skin for subclinical HPV using PCR
found a prevalence of 10%.[17]
References
1. ^ http://www.webmd.com/sexual-conditions/hpv-genital-warts/hpv-virus-
information-about-human-papillomavirus
2. ^ http://www.aad.org/public/publications/pamphlets/viral_genital.html
3. ^ a b O'Mahony C (2005). "Genital warts: current and future management
options". Am J Clin Dermatol 6 (4): 239–243. PMID 16060711.
4. ^ http://www.mckinley.illinois.edu/Handouts/genital_warts.html
5. ^ http://www.cdc.gov/std/hpv/stdfact-hpv.htm
6. ^ http://www.cancerhelp.org.uk/type/cervical-cancer/about/cervical-cancer-
risks-and-causes#hpv
7. ^
http://brown.edu/Student_Services/Health_Services/Health_Education/
sexual_health/sexually_transmitted_infections/hpv.php
8. ^ http://www.webmd.com/sexual-conditions/hpv-genital-warts/hpv-virus-
information-about-human-papillomavirus
9. ^ "American Cancer Society: "Can Anal Cancer Be Prevented?"". Retrieved
2008-09-10.[dead link]
10. ^ a b c d e f g h i j k Mayeaux EJ, Dunton C (July 2008). "Modern
management of external genital warts". J Low Genit Tract Dis 12 (3):
185–192. doi:10.1097/LGT.0b013e31815dd4b4. PMID 18596459.
11. ^ Cortez, Michelle Fay and Pettypiece, Shannon. "Merck Cancer Shot
Cuts Genital Warts, Lesions in Men". Bloomberg News.
(Bloomberg.com) 13 Nov 2008.
12. ^ HPV Vaccine Gardasil May Help Boys, Men by WebMD Health
News, Nov 13, 2008
13. ^ a b c Kodner CM, Nasraty S (December 2004). "Management of
genital warts". Am Fam Physician 70 (12): 2335–2342.
PMID 15617297.
14. ^ Fox PA, Tung MY (2005). "Human papillomavirus: burden of illness
and treatment cost considerations". Am J Clin Dermatol 6 (6): 365–381.
PMID 16343025.
15. ^ a b c von Krogh G, Longstaff E (December 2001). "Podophyllin office
therapy against condyloma should be abandoned". Sex Transm Infect
77 (6): 409–412. doi:10.1136/sti.77.6.409. PMID 11714936.
PMC 1744412.
16. ^ a b c Meltzer SM, Monk BJ, Tewari KS (March 2009). "Green tea
catechins for treatment of external genital warts". Am. J. Obstet.
Gynecol. 200 (3): 233.e1–7. doi:10.1016/j.ajog.2008.07.064.
PMID 19019336.
17. ^ a b c d e f g h Scheinfeld N, Lehman DS (2006). "An evidence-based
review of medical and surgical treatments of genital warts". Dermatol.
Online J. 12 (3): 5. PMID 16638419.
18. ^ "Veragen package insert" (PDF). Retrieved 2008-08-18.[dead link]
19. ^ CDC. (2004). REPORT TO CONGRESS: Prevention of Genital
Human Papillomavirus Infection.
Background
Condyloma acuminatum refers to an epidermal manifestation attributed to the
epidermotropic human papillomavirus (HPV), as in the images below. More than 100
types of double-stranded HPV papovavirus have been isolated to date. Many of
these have been related directly to an increased neoplastic risk in men and women.
Approximately 90% of condyloma acuminata are related to HPV types 6 and 11.
These 2 types are the least likely to have a neoplastic potential. Risk for neoplastic
conversion has been determined to be moderate (types 33, 35, 39, 40, 43, 45, 51-56,
58) or high (types 16, 18),1 with many other isolated types. The picture is complicated
by proven coexistence of many of these types in the same patient (10-15% of
patients), the lack of adequate information on the oncogenic potential of many other
types, and ongoing identification of additional HPV-related clinical pathology.
Pathophysiology
Cells of the basal layer of the epidermis are invaded by human papillomavirus (HPV).
These penetrate through skin and cause mucosal microabrasions. A latent viral
phase begins with no signs or symptoms and can last from a month to several years.
Following latency, production of viral DNA, capsids, and particles begins. Host cells
become infected and develop the morphologic atypical koilocytosis of condyloma
acuminata.
The most commonly affected areas are the penis, vulva, vagina, cervix, perineum,
and perianal area. Uncommon mucosal lesions in the oropharynx, larynx, and
trachea have been reported. HPV-6 even has been reported in other uncommon
areas (eg, extremities).
Multiple simultaneous lesions are common and may involve subclinical states as
well-differentiated anatomic sites. Subclinical infections have been established to
carry both an infectious and oncogenic potential.
Consider sexual abuse as a possible underlying problem in pediatric patients;2
however, keep in mind that infection by direct manual contact or indirectly by fomites
rarely may occur. Finally, passage through an infected vaginal canal at birth may
cause respiratory lesions in infants.2
Frequency
United States
International
International prevalence has been reported variably. Available data from England,
Panama, Italy, the Netherlands, and other developed and underdeveloped countries
report HPV infections to be at least as common as in the US.
Mortality/Morbidity
← Mortality is secondary to malignant transformation to carcinoma in both males
and females. This oncogenic potential has been reported to triple the risk of
genitourinary cancer among infected males. Fortunately, this is rare with HPV
types 6 and 11, which are the most commonly isolated viruses.
← HPV infection appears to be more common and worse in patients with various
types of immunologic deficiencies. Recurrence rates, size, discomfort, and
risk of oncologic progression are highest among those patients. Secondary
infection is uncommon.
← Latent illness often becomes active during pregnancy. Vulvar condyloma
acuminata may interfere with parturition. Trauma then may occur, producing
crusting or erythema. Bleeding has been reported in large lesions that can
occur during pregnancy.
← In males, bleeding has been reported due to flat warts of the penile urethral
meatus, usually associated with HPV-16. Lesions may lead to disfigurement
of area(s) involved. Finally, acute urethral obstruction in women also may
occur.
Sex
• Both sexes are susceptible to infection.
• Overt disease may be more common in men (reported in 75% of patients);
however, infection may be more prevalent in women.
Age
← Prevalence is greatest in persons aged 17-33 years, with incidence peaking
in persons aged 20-24 years.
Clinical
History
20. Smoking, oral contraceptives, multiple sexual partners, and early coital age
are risk factors for acquiring condyloma acuminata.
21. Generally, two thirds of individuals who have sexual contact with a partner
with condyloma acuminata develop lesions within 3 months.
22. The chief complaint usually is one of painless bumps, pruritus, or discharge.
0 Involvement of more than 1 area is common.
1 History of multiple lesions, rather than 1 isolated wart, is common.
23. Oral, laryngeal, or tracheal mucosal lesions (rare) presumably are transferred
by oral-genital contact.
24. History of anal intercourse in both males and females warrants a thorough
search for perianal lesions.
25. Rarely, urethral bleeding or urinary obstruction may be the presenting
complaint when the wart involves the meatus.
26. The patient's history may indicate presence of previous or other current
STDs.
27. Coital bleeding may occur. Vaginal bleeding during pregnancy may be due to
condyloma eruptions.
28. Latent illness may become active, particularly with pregnancy and
immunosuppression.
29. Lesions may regress spontaneously, remain the same, or progress.
30. Pruritus may be present.
31. Discharge may be a complaint.
Physical
• Single or multiple papular eruptions may be observed.
◦ Eruptions may appear pearly, filiform, fungating, cauliflower, or plaquelike.
◦ They can be quite smooth (particularly on penile shaft), verrucous, or
lobulated.
◦ Eruptions may seem harmless or may have a disturbing appearance.
• Carefully search for simultaneously involved multiple sites.
• Eruptions' color may be the same as the skin, or they may exhibit erythema or
hyperpigmentation. Check for irregularity in shape, form, or color suggestive
of melanoma or malignancy.
• Propensity has been established for penile glans and shaft in men and for
vulvovaginal and cervical areas in women.
◦ In contrast to early reports, presence of external condyloma acuminata in
both men and women warrants a thorough search for cervical or
urethral lesions.
◦ Such internal lesions have been found in more than one half of females with
external lesions.
◦ One report indicates that infected males have a 20% chance of having
subclinical urethral lesions.
◦ More than 50% of female patients with external lesions have been found to
have negative Papanicolaou (Pap) tests but tested positive for HPV
infection using in situ hybridization.
• Urethral meatus and mucosal lesions can occur.
◦ Some are subclinical.
◦ Hair or the inner aspect of uncircumcised foreskin hides some lesions.
• Search for evidence of other STDs (eg, ulcerations, adenopathy, vesicles,
discharge).
• Look for perianal lesions, particularly in patients with history or risk of
immunosuppression or anal intercourse.
Causes
• Several of the epidermotropic human papillomaviruses (HPVs) cause condyloma
acuminata.
• HPV types 6 and 11 most commonly are isolated, but many of the more than 60
types of HPV potentially cause condyloma.
• Male sexual partners of women with cervical intraepithelial neoplasia often have
infections with the same viral type.
Differential Diagnoses
Molluscum Contagiosum
Rhabdomyolysis
Workup
Laboratory Studies
← As indicated by history and examination, test for other
STDs, such as HIV, gonorrhea, chlamydia, and syphilis.
← Although not ED tests, the following are listed strictly for
educational purposes and to assist readers in
understanding and managing potential complications:
0 Pap smear: This test is used to look for papillomatosis,
acanthosis, koilocytic abnormality, and mild nuclear
abnormality.
1 Filter hybridization (Southern blot and slot blot
hybridization), in situ hybridization, and polymerase
chain reaction (PCR): These tests may be used for
diagnosis and HPV typing.
2 Hybrid capture
Other Tests
• Acetowhitening
0 Subclinical lesions can be visualized by wrapping penis
with gauze soaked with 5% acetic acid for 5
minutes.
1 Using a 10-X hand lens or colposcope, warts appear
as tiny white papules.
2 A shiny white appearance of skin represents foci of
epithelial hyperplasia (subclinical infection).
Procedures
← Although not ED procedures, the following are listed
strictly for educational purposes and to assist readers in
understanding and managing potential presenting
complications:
0 Colposcopy (stereoscopic microscopy): This is very
useful to identify (mostly) cervical lesions, which
are identified better using acetic acid.
1 Biopsy: Biopsy is indicated for lesions that are atypical,
recurrent after initial success, or resistant to
treatment or in patients with a high risk for
neoplasia or immunosuppression.
2 Anoscopy
Antroscopy
Condyloma (Genital Warts)
Related
Encyclopedia
Related
Healthscout Videos
Treating Prostate
Cancer Without Side
Effects
Laser Surgery Saves
Twins
How Do I Adhere to
My HIV Medications?
How Do I Use a Male
and Female
Condom?
More...
Related
Animations
• Erectile Dysfunction
• Menopause
More...
Related Drug
Information
• Cialis
• Diflucan
• Flomax
• Mircette
More...
Related News
Articles
LETAK LINTANG
BAB IPENDAHULUAN
3.2 Klasifikasi 1. Menurut letak kepala terbagi atas :a. Lli I : kepala di
kirib. Lli II : kepala di kanan2. Menurut posisi punggung terbagi atas :a.
dorso anterior ( di depan )b. dorso posterior ( di belakang )c. dorso
superior ( di atas )d. dorso inferior ( di bawah )5
3.3 Etiologi Penyebab utama letak lintang adalah 1,2,4 :1. Relaksasi
berlebihan dinding abdomen akibat multiparitas yang tinggi Wanita
dengan paritas 4 atau lebih memiliki insiden letak lintang 10 kali lipat
disbanding wanita nullipara. Relaksasi dinding abdomen pada perut
gantung menyebabkan uterus jatuh ke depan, sehingga menimbulkan
defleksi sumbu panjang bayi menjauhi sumbu jalan lahir, yang
menyebabkan terjadinya posisi oblik atau melintang.2. Janin prematur3.
Plasenta previa4. Cairan amnion berlebih (hidramnion) dan kehamilan
kembar5. Panggul sempit dan tumor di daerah panggul6. kelainan bentuk
rahim seperti uterus arkuatus atau uterus subseptus
Seorang ibu hamil mengeluhkan bentuk perutnya yang hamil kali ini
berbeda dibandingkan bentuk perutnya saat kehamilan anak pertama,
kedua dan ketiganya. Dokter kandungan yang memeriksanya
mengatakan bahwa ibu yang sedang hamil keempat ini posisi janinnya
letak lintang. Apakah letak lintang?
Letak lintang adalah “presentasi janin, dimana janin berada dalam
posisi melintang atau tegak lurus terhadap jalan lahir. Ini adalah letak
yang tidak baik dalam kehamilan trismester akhir.Persalinan
pervaginam (persalinan normal melalui vagina) TIDAK MUNGKIN
dilakukan, kecuali pada keadaan janin sangat kecil, atau telah mati
cukup lama.
Adapun beberapa keadaan yang menyebabkan terjadinya kehamilan letak
Adapun tindakan versi ekstraksi pada letak lintang hanya boleh dilakukan :
pada keadaan dimana anak kedua kehamilan kembar dan selaput ketuban
baru pecah atau dipecahkan.
Kehamilan letak lintang merupakan kehamilan yang berisiko sehingga
alangkah baiknya ibu hamil melakukan pemeriksaan secara rutin
sehingga kelainannya dapat ditanggulangi sejak dini.
semoga ini menjawab pertanyaan Kiki tentang materi yang dia cari
kandungan, kehamilan letak lintang, lintangletak lintang
← ANAMNESA
Keluhan Utama: hamil
Anamnesa Khusus :
G2P1A0 mengatakan hamil 9 bulan dan telah
diperiksa di dokter ahli kandungan dan dinyatakan letak
lintang, atas hal ini ibu direncanakan untuk dioperasi
seksio sesaria. Ibu partus terakhir 2 tahun yang lalu di
bidan dengan berat badan 3500gram dan meninggal
beberapa jam setelah bersalin..
• ANAMNESA TAMBAHAN
HPHT : Awal Desember 2006
PNC : Bidan
Menikah : Istri 18 tahun, ibu rumah tanggara
Suami 20 tahun, wiraswasta
Menarch : Usia 13 tahun
Riwayat KB : -
← PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : Afebris
Konjungtiva : Anemis -/-
Thoraks : t.a.k
Cor : t.a.k
Pulmo : t.a.k
Abdomen : Lihat status obstetrikus
Tinggi Badan : 136 cm
Status Obstetrikus
a. Pemeriksaan luar:
abdomen : cembung, tegang
TFU : 28 cm
LP : 92 cm
His : -
LA : lintang
b. Pemeriksaan dalam: v/v : t.a.a
Portio : tebal lunak
OUE : tertutup
Fluxus : (+), sedikit
• DIAGNOSA KERJA
G2P1A0 gravida 37 – 38 minggu + letak lintang
• PENATALAKSANAAN
a. infus RL 20 gtt/menit
b. rencana operasi Sectio sesaria
A. LAPORAN OPERASI
Tanggal : 15 September 2007, jam 12.20 WIB
Diagnosa prabedah : G2P1A0 Gravida 37-38 minggu +
letak lintang
Diagnosa pasca bedah : P2A0 partus maturus dengan
SC atas indikasi letak lintang
Indikasi operasi : Letak Lintang
Jenis operasi : Sectio Sesaria Transperitoneal Profunda
Prosedur operasi
1. Dilakukan tindakan a dan antiseptik pada
daerah abdomen sekitarnya dengan
betadine.
2. Dilakukan insisi pfanensteil ± 10 cm
3. Setelah peritonium dibuka tampak dinding
depan uterus
4. Segmen Bawah Rahim disayat konkaf dan
diperlebar ke kiri dan kanan.
5. Pukul 12.30 Bayi lahir dengan ekstraksi kaki,
Jenis Kelamin laki-laki, BB : 2450 gr, PB :
45 cm. AS :6-7 cm. Lalu uterus diinjeksi
dengan oksitosin 10 IU intramural
6. Pukul 12.33 Plasenta lahir lengkap dengan
berat ± 500gr, ukuran 20x20x2 cm
7. Uterus dijahit 2 lapis secara jelujur
interlocking.
8. Rongga abdomen dibersihkan lalu dinding
abdomen dijahi lapis demi lapis.
9. Kulit dijahit subkutikuler.
10. Therapi : cefotaxim 1 gr/12 jam
kaltropen supp/8 jam
Tanggal Keterangan
IIi. PERMASALAHAN
1. Apakah penegakan diagnosis pada pasien ini sudah
benar?
2. Apakah penatalaksanaan pasien sudah sesuai dengan
standar pelayanan ?
3. Bagaimana prognosis pasien ini ?
IV. PEMBAHASAN
IV.1. apakah penegakan diagnosis pada pasien ini sudah benar?
LETAK LINTANG
Letak lintang ialah suatu keadaan di mana janin melintang di
dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan
bokong berada pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong
berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu
berada pada pintu atas panggul. Punggung janin dapat berada :
- Di depan (dorsoanterior)
- Di belakang (dorsoposterior)
- Di atas (dorsosuperior)
- Di bawah (dorsoinferior)
EtTIOLOGI
Multiparitas disertai dinding uterus dan perut yang
lembek.
Kehamilan prematur, hidramnion dan kehamilan kembar
Keadaan lain yang dapat menghalangi turunnya
kepalake dalam rongga panggul sempit, tumor
daerah panggul dan plasenta previa.
Kelainan bentuk rahim seperti uterus arkuatus atau
uterus subseptus.
DIAGNOSIS
Pada inspeksi tampak bahwa perut melebar ke samping dan pada
kehamilan cukup bulan, fundus uteri lebih rendah dari biasa,
hanya beberapa jari diatas pusat.
Pada palpasi ternyata bahwa fundus uteri maupun bagian bawah
rahim kosong, sedangkan bagian-bagian besar (kepala dan
bokong) teraba disamping kiri atau kanan di atas fossa iliaka.
Pada auskultasi BJA dapat dinilai setinggi pusat kanan dan kiri.
Dan pada USG juga terlihat gambaran letak lintang.
Pada pasien ini penegakkan diagnosis sudah dilakukan dengan
benar. Dimana sudah dilakukan pemeriksaan luar yaitu pada
pemeriksaan leopold. Dan pada pemeriksaan leopold II dimana
untuk menentukan letak punggung janin namun pada pasien ini
yang teraba bokong dan kepala pada kedua sisi kanan dan kiri.
Kemudian sudah dilakukan juga pemeriksaan penunjang USG
sebelumnya yang menyatakan pada pasien ini mengalami
kehamilan letak lintang.
V. KESIMPULAN
1. Penegakan diagnosa pada pasien ini sudah tepat. Sesuai
dengan tanda dari letak lintang.
© Pemeriksaan obstetrik
Pemeriksaan luar:
abdomen : cembung, tegang
TFU : 28 cm
LP : 92 cm
His : -
LA : lintang
© Pemeriksaan penunjang
Hasil USG dinyatakan letak lintang.
2. Penatalaksanaan letak lintang pada pasien ini sudah benar,
sesuai dengan standar pelayanan.
© Tindakan versi luar tidak dilakukan karena
kontraindikasi yaitu tinggi badan pasien 136
cm.
© Dilakukannya Operasi sectio sesaria pada
pasien ini.
3. Fungsi reproduksi pada pasien ini masih baik. Namun pada
pasien ini kita harus melakukan motivasi KB. Dan
sebaiknya menggunakan kontrasepsi yang tidak
mengganggu laktasi.
Letak Lintang
LETAK LINTANG
B. Etiologi
Sebab terpenting terjadinya letak lintang adalah
multiparitas disertai dinding uterus dan perut lembek.
Pada kehamilan prematur, hidramnion dan kehamilan
kembar, janin sering dijumpai dalam letak lintang.
Keadaan-keadaan lain yang dapat menghalangi
turunnya kepala ke dalam rongga panggul seperti
misalnya panggul sempit, tumor di daerah panggul dan
plasenta previa dan pula mengakibatkan terjadinya
letak lintang tersebut. Demikian pula kelainan bentuk
rahim, seperti misalnya uterus arkuatus atau uterus
subseptus, juga merupakan penyebab terjadinya letak
lintang.(Hanifa Wiknjosastro,dkk.1992)
Penyebab dari letak lintang sering merupakan
kombinasi dari berbagai faktor, sering pula
penyebabnya tetap merupakan suatu misteri. Faktor-
faktor tersebut adalah:
- Fiksasi kepala tidak ada, karena panggul sempit,
hidrosefalus, anaensefalus, plasenta previa, dan tumor-
tumor pelvis
- Janin sudah bergerak pada hidramnio, multiparitas,
anak kecil, atau sudah mati.
- Gemeli (kehamilan ganda)
- Kelainan uterus seperti arkuatus, bikornus, atau
septum
- Lumbar skoliosis
- Monster
- Pelvic kidney dan kandung kemih serta rektum yang
penuh.(Rustam mochtar.1998)
C. Diagnosis
Adanya letak lintang sering sudah dapat diduga hanya
dengan inspeksi. Uterus tampak lebih melebar dan
fundus uteri lebih rendah tidak sesuai dengan umur
kehamilannya. Pada palpasi fundus uteri kosong,
kepala janin berada di samping, dan di atas simfisis
juga kosong, kecuali bila sudah turun ke dalam
panggul. Denyut jantung janin ditemukan di sekitar
umbilikus. Apabila bahu sudah masuk ke dalam
panggul, pada pemeriksaan dalam dapat diraba bahu
dan tulang-tulang iga. Bila ketiak dapat diraba, arah
menutupnya menunjukkan letak dimana kepala janin
berada. Kalau ketiak menutup ke kiri, kepala di sebelah
kiri, sebaliknya kalau ketiak menutup ke kanan, kepala
berada disebelah kanan. Punggung dapat ditentukan
dengan terabanya skapula dan ruas tulang belakang,
sedangkan dada dengan terabanya klavikula. Kadang-
kadang dapat pula diraba tali pusat yang menumbung.
(Hanifa Wiknjosastro,dkk.1992)
Diagnosis letak lintang janin diantaranya:
1. Inspeksi
Perut membuncit ke samping
2. Palpasi
- Fundus uteri lebih rendah dari seharusnya tua
kehamilan
- Fundus uteri kosong dan bagian bawah kosong,
kecuali kalau bahu sudah masuk dalam p.a.p.
- Kepala (ballotement) teraba di kanan atau kiri
3. Auskultasi
DJJ setinggi pusat kanan atau kiri.
4. Pemeriksaan dalam (VT)
- Teraba tulang iga, skapula, dan kalau tangan
menumbung teraba tangan.Untuk menentukan tangan
kanan atau kiri lakukan cara dengan bersalaman.
- Teraba bahu dan ketiak yang bisa menutup ke kanan
atau ke kiri. Bila kepala terletak di kiri, ketiak menutup
di kiri.
- Letak punggung ditentukan dengan adanya skapula
letak dada dengan klavikula.
- Pemeriksaan dalam agak sukar dilakukan bila
pembukaan kecil dan ketuban intak, namun pada letak
lintang biasanya ketuban cepat pecah.
5. Foto Rontgen
Tampak janin dengan letak lintang.(Rustam
mochtar.1998)
D. Mekanisme Persalinan
Pada letak dengan ukuran panggul normal dan janin
cukup bulan, tidak dapat terjadi persalinan spontan.
Bila persalinan dibiarkan tanpa pertolongan, akan
menyebabkan kematian janin dan ruptura uteri. Bahu
masuk ke dalam panggul, sehingga rongga panggul
seluruhnya terisi bahu dan bagian-bagian tubuh
lainnya. Janin tidak dapat turun lebih lanjut dan
terjepit dalam rongga panggul. Dalam usaha untuk
mengeluarkan segmen uterus berkontraksi dan
beretraksi dan sedangkan segmen bawah uterus
melebar serta menipi, sehingga batas antara dua
bagian itu makin lama makaian tinggi dan terjadi
lingkaran retraksi patologik. Keadaan demikian
dinamakan letak lintang kasep, sedangkan janin akan
meninggal. Bila tidak segera dilakukan pertolongan,
akan terjadi ruptura uteri, sehingga janin yang
meninggal sebagian atau seluruhnya keluar dari uterus
dan masuk ke dalam rongga perut. Ibu berada dalam
keadaan sangat berbahaya akibat perdarahan dan
infeksi, dan sering kali meninggal pula. Kalau janin
kecil, sudah mati dan menjadi lembek, kadang-kadang
persalian dapat berlangsung spontan. Janin lahir
dalam keadaan terlipat melalui janin lahir
(konduplikasio korpore) atau lahir dengan evolusio
spontanea menurut cara Denman atau Douglas. Pada
cara Denman bahu tertahan pada simfisis dan dengan
fleksi kuat di bagian bawah tulang belakang, badan
bagian bawah, bokong dan kaki turun di rongga
panggul dan lahir, kemudian disusul badan bagian atas
dan kepala. Pada cara Douglas bahu bmasuk ke dalam
rongga panggul, kemudian dilewati oleh bokong dan
kaki, sehingga bahi, bokong dan kaki lahir, selanjutnya
disusul lahirnya kepala. Dua cara tersebut merupakan
variasi suatu mekanisme lahirnya janin dalam letak
lintang, akibat fleksi lateral yang maksimal dari tubuh
janin. .(Hanifa Wiknjosastro,dkk.1992)
Anak normal yang cukup bulan tidak mungkin lahir
secara spontan dalam letak lintang. Janin hanya dapat
lahir spontan, bila kecil (prematur), sudah mati dan
menjadi lembek, atau bila panggul luas. Beberapa cara
janin lahir spontan:
1. Evolutio Spontanea
a). Menurut Denman
Setelah bahu lahir kemudian diikuti bokong, perut,
dada, dan akhirnya kepala.
b). Menurut Douglas
Bahu diikuti oleh dada, perut, bokong, dan akhirnya
dada.
2. Conduplicatio corpore
Kepala perut berlipat bersama-sama lahir memasuki
panggul. Kadang-kadang oleh karena his, letak lintang
berubah spontan mengambil bangun semula dari
uterus menjadi leta membujur, kepala atau bokong,
namun hal ini jarang sekali terjadi. Kalau letak lintang
dibiarkan, maka bahu akan masuk ke dalam rongga
panggul, turun makin lama makin dalam sampai
rongga panggul terisi seluruhnya oleh badan janin.
Bagian korpus uteri mengecil sedang SBR meregang.
Hali ini disebut letak lintang kasep (Neglected
Tranverse Lie).
Adanya letak lintang kasep dapat diketahui bila ada
ruptura uteri mengancam; bila tangan dimasukkan ke
dalam kavum uteri terjepit antara janin dan panggul
serta dengan narkosa yang dalam tetap sulit merubah
letak janin. Bila tidak cepat diberikan pertolongan,
akan terjadi ruptura uteri dan janin sebagian atau
seluruhnya masuk ke dalam rongga perut. Pada letak
lintang biasanya:
• Ketuban cepat pecah
• Pembukaan lambat jalannya
• Partus jadi lebih lama
• Tangan menumbung (20-50%)
• Tali pusat menumbung (10%).(Rustam
mochtar.1998)
E. Prognosis
Meskipun letak lintang dapat diubah menjadi
presentasi kepala, tetapi kelaina-kelainan yang
menyebabkan letak lintang, seperti misalnya panggul
sempit , tumor panggul dan plasenta previa masih
dapat menimbulkan kesulitan pada persalinan.
Persalinan letak lintang memberikan prognosis yang
jelek, baik terhadap ibu maupun janinnya. Faktor-
faktor yang mempengaruhi kematian janin pada letak
lintang di samping kemungkinan terjadinya letak
lintang kasep dan ruptura uteri, juga sering akibat tali
pusat menumbung serta trauma akibat versi ekstraksi
untuk melahirkan janin. Versi ekstraksi ini dahulu
merupakan tindakan yang sering dilakukan, karena
besarnya trauma baik terhadap janin maupun ibu,
seperti misalnya terjadi rupture uteri dan robekan
jalan lahir lainnya. .(Hanifa Wiknjosastro,dkk.1992)
Prognosis letak lintang diantaranya:
1. Bagi ibu
Bahaya yang mengancam adalah ruptura uteri baik
spontan, atau sewaktu versi dan ekstraksi . Partus
lama, ketuban pecah dini dengan demikian mudah
dapat infeksi intrapartum.
2. Bagi janin
Angka kematian tinggi (25-40%), yang dapat
disebabkan oleh:
- Prolapsus funiculi
- Trauma partus
- Hipoksia karena kontraksi uterus terus menerus
- Ketuban pecah dini.(Rustam mochtar.1998)
F. Penanganan
Bila sudah ketahuan sungsang atau melintang, ibu
hamil dapat melakukan beberapa usaha untuk
membuat letak janinnya normal meskipun
kemungkinan berahasilnya kurang dari 60 %. Cara
tersebut antara lain :
- Ibu hamil agar rajin menungging
- bisa dengan mengepel lantai
- dianjurkan untuk melakukan posisi bersujud (knee
chest position), dengan posisi perut seakan-akan
menggantung ke bawah. Cara ini harus rutin dilakukan
setiap hari sebanyak 2 kali, misalnya pagi dan sore.
Masing-masing selama 10 menit. Bila posisi ini
dilakukan dengan baik dan teratur, kemungkinan
besar bayi yang sungsang dapat kembali ke posisi
normal. Kemungkinan janin akan kembali ke posisi
normal, berkisar sekitar 92 persen. Dan posisi
bersujud ini tidak berbahaya karena secara alamiah
memberi ruangan pada bayi untuk berputar kembali ke
posisi normal.
- Begitu juga saran agar si ibu memakai korset atau
semacam celana bersepeda nan ketat guna
mempertahankan letak janin yang sudah kembali
normal.
Apabila pada pemeriksaan antenatal ditemukan letak
lintang, sebaiknya diusahakan mengubah menjadi
presentasi kepala dengan versi luar. Sebelum
melakukan versi luar harus dilakukan pemeriksaan
teliti ada tidaknya panggul sempit, tumor dalam
panggul, atau plasenta previa, sebab dapat
membahayakan janin dan meskipun versi luar
berhasil, janin mungkin akan memutar kembali. Untuk
mencegah janin memutar kembali ibu dianjurkan
menggunakan korset, dan dilakukan pemeriksaan
antenatal ulangan untuk menilai letak janin. Ibu
diharuskan masuk rumah sakit lebih dini pada
permulaan persalinan, sehingga bila terjadi perubahan
letak, segera dapat ditentukan diagnosis dan
penanganannya. Pada permulaan persalianan masih
dapat diusahakan mengubah letak janin menjadi
presentasi kepala asalkan pembukaan masih kurang
dari empat sentimeter (< 4 cm) dan ketuban belum
pecah. Pada seorang primigravida bila versi luar tidak
berhasil, sebaiknya segera dilakukan seksio seksaria.
Sikap ini berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
sebagai berikut :
1. bahu tidak dapat melakukan dilatasi pada serviks
dengan baik, sehingga pada seorang primigravida kala
I menjadi lama dan pembukaan serviks sukar menjadi
lengkap
2. karena tidak ada bagian besar janin yang menahan
tekanan intra-uterin pada waktu his, maka lebih sering
terjadi pecah ketuban sebelum pembukaan serviks
sempurna dan dapat mengakibatkan terjadinya
prolapsus funikuli
3. pada primigravida versi ekstraksi sukar dilakukan.
Pertolongan persalinan letak lintang pada multipara
bergantung pada beberapa faktor. Apabila riwayat
obstetrik wanita yang bersangkutan baik, tidak
didapatkan kesempitan panggul, dan janin tidak
seberapa besar, dapat ditunggu dan diawasi sampai
pembukaan serviks lengkap untuk kemudian
melakukan versi ekstraksi. Selama menunggu harus
diusahakan supaya ketuban tetap utuh dan melarang
wanita tersebut bangun atau meneran. Apabila
ketuban pecah sebelum pembukaan lengkap dan
terdapat prolapsus funikuli, harus segera dilakukan
seksio seksarea. Jika ketuban pecah, tetapi tidak ada
prolapsus funikuli, maka bergantung kepada tekanan,
dapat ditunggu sampai pembukaan lengkap kemudian
dilakukan versi ekstraksi atau mengakhiri persalinan
dengan seksio sesarea. Dalam hal ini persalinan dapat
diawasi untuk beberapa waktu guna mengetahui
apakah pembukaaan berlangsung dengan lancar atau
tidak. Versi ekstraksi dapat dilakukan pula pada
kehamilan kembar apabila setelah bayi pertama lahir,
ditemukan bayi kedua berada dalam letak lintang.
Pada letak kasep, versi ekstraksi akan mengakibatkan
ruptura uteri, sehingga bila janin masih hidup,
hendaknya dilakukan seksio sesarea dengan segera,
sedangkan pada janin yang sudah mati dilahirkan per
vaginam dengan dekapitasi.(Hanifa
Wiknjosastro,dkk.1992)
Penanganan letak lintang dapat dilakukan dengan
berbagai cara, antara lain:
a). Sewaktu hamil
Usahakan jadi letak membujur (kepala atau bokong)
dengan melakukan versi luar pada primi dengan usia
kehamilan 34 minggu, atau multi pada kehamilan 36
minggu.
b). Sewaktu partus
Janin dapat dilahirkan dengan cara pervaginam, yaitu
dengan versi dan ekstraksi, atau embriotomi
(dekapitasi eviserasi) bila janin sudah meninggal; atau
perabdominam; seksio sesarea.
c). Tingkat pertolongan
1) Bila ketuban belum pecah
- Pembukaan 5 cm : versi luar
- Pembukaan 5 cm :tunggu sampai hampir lengkap
ketuban dipecahkan.
2) Bila ketuban pecah
- Bila ketuban sudah pecah dan pembukaan lengkap :
versi dan ekstraksi
- Lama pecah : seksio sesarea
- Letak lintang kasep dan anak hidup : seksio sesarea
- Letak lintang kasep dan anak mati: laparotomi, atau
kalau fasilitas kurang, embriotomi secara hati-hati
Menurut Eastmant dan Greenhill, penanganan letak
lintang ada dua cara:
1. bila ada panggul sempit seksio sesarea adalah cara
yang terbaik dalam segala letak lintang , dengan anak
hidup.
2. Semua primigravida dengan letak lintang harus
ditolong dengan seksio sesarea walaupun tidak ada
panggul sempit.(Rustam mochtar.1998)
DAFTAR PUSTAKA
Mochtar, Rustam.1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta:
EGC
Wiknjosastro, Hanifa.,et al. 1992. Ilmu Kebidanan.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
(Ubaydillah, 2000).
Muda.
a. Keguguran.
Keguguran pada usia muda dapat
bawaan.
nifas.
anemis..
kematian.
alat.
(3) Persalinan yang lama dan sulit.
b. Dari bayinya :
kehamilan.
SUMBER :
Dewasa ini, perkembangan arus informasi yang pesat banyak
mempengaruhi remaja. Salah satunya dalam hal gaya hidup.
Remaja-remaja Indonesia sedikit demi sedikit mulai mengadopsi
budaya Barat dalam cara berpakaian, bertutur kata, maupun pola
pergaulan yang semakin bebas. Perilaku seks bebas yang sudah
lazim di belahan dunia Barat sudah mulai merebak di kalangan
remaja Indonesia. Salah satu dampak yang diakibatkan perilaku
seks bebas ini yaitu kehamilan dini (kehamilan pada usia remaja,
antara 13 – 19 tahun). Remaja merupakan kelompok dengan
signifikansi tingkat komplikasi yang lebih tinggi selama kehamilan
dan persalinan.
Referensi :
www.nlm.nih.gov/medlineplus/teenagepregnancy
www.marchofdimes.com/professionals
www.womhealth.org.au
Isi terkait: