You are on page 1of 89

Sungsang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Belum Diperiksa
Sungsang juga adalah nama sebuah wuku

Sungsang (Breech), oleh W.Smellie, 1792


Kehamilan sungsang atau posisi sungsang adalah posisi dimana
bayi di dalam rahim berada dengan kepala di atas sehingga pada saat
persalinan normal, pantat atau kaki si bayi yang akan keluar terlebih
dahulu dibandingkan dengan kepala pada posisi normal. Kehamilan
sungsang didiagnosis melalui bantuan ultrasonografi (USG).
Kehamilan sungsang dapat disebabkan oleh banyak hal antara lain
kelahiran kembar, cairan amniotik yang berlebihan, hidrosefalus,
anencefaly, ari-ari yang pendek dan kelainan rahim.
Sekitar 3-4% bayi berada dalam posisi ini ketika lahir. Dalam persalinan
prematur, kemungkinan bayi berada dalam posisi sungsang lebih tinggi.
Pada umur kehamilan 28 minggu, kemungkinan bayi berada dalam
posisi sungsang adalah 25%. Angka tersebut akan turun seiring dengan
umur kehamilan mendekati 40 minggu.
Karena risiko persalinan normal pada bayi dengan posisi sungsang
lebih tinggi dibandingkan bayi dengan posisi normal, maka umumnya
persalinan akan dilakukan dengan bedah caesar.

2.2 Konsep Dasar Kehamilan Letak Sungsang


2.2.1 DefenisiKehamilan letak sungsang yaitu janin terletak memanjang
dengan kepala difundus uteri dan bokong bagian bawah kavum uteri
(Prawiroharjo, Sarwono 1999).
2.2.2 Klasifikasi2.2.2.1 Letak bokong murni (Fank Breech)Letak bokong
dengan kedua tunkai terangkat keatas2.2.2.2 Letak sungsang sempurna
(Campliete Breech)Letak bokong dimana kaki ada disamping bokong (Letak
bokong sempurna atau lipat kijang).

2.2.2.3 Letak sungsang sempurna (Incomplite Breech)Letak sungsang


dimana selain bokong bagian yang terendah juga kaki atau lutut, terdiri dari :-
Kedua kaki : letak kaki sempurna (24%)Satu kaki : letak kaki tidak sempurna-
Kedua lutut : letak lutut sempurna (1%)Satu lutut : letak lutut tidak sempurna
(Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH, Sinopsis Obsetri jilid 1 edisi 2, 1998)2.2.3
Diagnosa2.2.3.1 Anamnesa

Kehamilan terasa penuh dibagian atas dan gerakan terasa lebih banyak
dibagian bawah.2.2.3.2 Pemeriksaan luarDibagian bawah uterus tidak teraba
kepala, balutemen negative, teraba kepala dibagian fundus uteri, denyut
jantung janin ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi dari pada umbilikus
2.2.3.3 Pemeriksaan dalamSetelah ketuban pecah teraba cakrum, kedua
tuberalitas iskit, dan anus, bila teraba bagian kecil bedakan apakah kaki atau
tangan(FKUI, Kapita Selekta Kedokteran jilid 1 edisi 3, 1999)2.2.3.4
Pemeriksaan foto rongenBayangan kepala difundus(Prof. Dr. Rustam
Mochtar, MPH, Sinopsis Obsetri jilid 1 edisi 2, 1998)2.2.4 Etologi / Penyebab
Letak Sungsang2.2.4.1 Sudut Ibu

a. Keadaan rahim- Rahim arkuatus- Setum pada rahim- Uterus Dupletis-


Mioma bersama kehamilan
b. Keadaan plasenta- Plasenta retak rendah- Plasenta previac. Keadaan jalan
lahir- Kesempitan panggul- Difermitas tulang panggul- Terdapat tumor yang
menghalangi jalan lahir dan perputaran keposisi kepala2.2.4.2 Sudut janin
Pada janin terdapat berbagai keadaan yang menyebabkan letak sungsang-
Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat- Hidrosefalus atau Anensefalus-
Kehamilan kembar- Hidramneon atau Oligohidramneon- Prematuritas(Prof.
Dr. Ida Bagus Gde Manuaba, 1998)2.2.5 Mekanisme Persalinan Letak
sungsang FisiologisBokong masuk PAP dapat melintang atau miring
mengikuti jalan lahir dan melakukan putar paksi dalam sehingga trachcanter
depan berada dibawah simpesis dengan trachcenter depan sebagai
hipamoklion, akan lahir trachcenter belakang, dan selanjunya seluruh bokong
lahir, sementara itu bahu memasuki jalan lahir dan mengikuti jalan lahir untuk
melakukan putar paksi dalam sehingga bahu depan berada dibawah simpisis,
dengan bahu depan sebagai hipomoklion akan lahir bahu belakang bersama
dengan tangan belakang, diikuti kelahiran bahu depan dan tangan depan.
Bersamaan dengan kelahiran bahu, kepala bayi memasuki jalan lahir dapat
melintang atau miring, serta melakukan putar paksi dalam sehingga sub
occiput berada dibawah simpisis, sub occiput menjadi hipomoklion, berturut-
turut akan lahir dagu, mulut, hidnug, muka kepala dan seluruhnya.Persalinan
kepala yang mempunyai terbatas sekitar 8 menit, setelah bokong lahir
melampoui batas 8 menit dapat menimbulkan kesakitan atau kematian pada
bayi.(Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba, DSOG, Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan dan KB, 1998)

2.2.6 Prognosis2.2.6.1
Bagi ibuKemunkinan robekan pada perenium lebih besar, juga karena
dilakukan tindakan, selain itu ketuban lebih cepat pecah dan partus lebih
lama, jadi mudah terkena infeksi.2.2.6.2 Bagi anakProknosa tidak begitu baik,
karena ada gangguan peredaran darah plasenta setelah bokong lahir dan
juga setelah perut lahir, tali pusat terjepit antara kepala dan panggul, anak
bisa menubrito aspiksio(Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba, DSOG, Ilmu
Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB, 1998)2.2.7 Penanganan / Terapi
Sikap sewaktu hamilKerena kita tahu bahwa prognosa bagi anak tidak begitu
baik, maka usahakan merubah letak janin dengan versi luar.Tujuannya
adalah untuk merubah letak menjadi letak kepala hal ini dilakukan pada primi
dengan kehamilan 34 minggu, mulai dengan usia kehamilan 36 minggu dan
tidak ada panggul sempit, gemili atau plasenta previa.Teknik :- Lebih dahulu
bokong dilepaskan dari PAP dan ibu berada dalam posisi Trendelm Burg-
Tangan kiri letakkan dikepala dan tangan kanan pada bokong- Putar ke arah
muka atau perut janin- Lalu putar tangan kiri diletakkan dibokong dan tangan
kanan dikepala- Setelah berhasil pasang gurita, observasi TTV, DDJ serta
keluhan2.2.8 Sikap Bidan Dalam Mengahadapi Letak SungsangBidan yang
menghadapi kehamilan dan persalinan letak sungsang sebaiknya :-
Melakukan rujukan ke puskesmas, dokter keluarga atau dokter ahli untuk
mendapatkan petunjuk kepastian dalam lahir- Bila ada kesempatan,
melakukan rujukan kerumah sakit untuk mendapatkan pertolongan persalinan
yang optimal- Bila terpaksa, melakukan pertolongan persalinan letak
sungsang sebaiknya bersama dokter- Klien harus diberikan KIE dan motifasi
serta melakukan perjanjian tertulis dalam bentuk Informetconsen(Prof. Dr. Ida
Bagus Gde Manuaba, 1998)

1. Manuaba, Ida Bagus, Gde, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan da KB.
Jakarta : EGC2. Mochtar, Rustam, 1998. Sinopsis Obstetry. Jakarta : EGC3.
Prawiroharjo, Sarwono, 2000. Pelayanan Kebidanan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka4. Sastro, Suleman. 1983. Obstetry Fisiologi.
Bandung : UNPAD5. Varney, Hursh Midwefery, Sel, Ed. Blok Well, Sucentifie
Publication, Boston, London
Posisi sungsang, bisakah normal?
Ditulis oleh admin   

Wednesday, 25 February 2009

Usia kehamilan istriku sudah memasuki 36 minggu, setelah kami lakukan USG ternyata
posisi bayi kami sungsang, apakah bayi kami masih bisa dilahirkan secara normal? atau
memang harus melalui operasi cesar?. Apa cara yang harus kami lakukan supaya posisi
bayi kami normal?. Terima kasih atas jawabannya.
 
Israr, Jakarta
Jika ini kehamilan pertama, maka biasanya sudah tidak berubah lagi. Cara persalinan
terbaik untuk letak sungsang ada operasi sesar. Lahir spontan boleh saja dengan
beberapa kondisi/syarat khusus (taksiran berat janin tidak lebih dari 3500 gram, panggul
luas, bagian terbawah janin adalah bokong, bukan kaki, dan bokong sudah masuk pintu
atas panggul serta persalinan timbul secara spontan/tidak diinduksi), tetapi risiko
kesakitan dan kematian pada bayi meningkat 3 kali lipat. Jika ini kehamilan kedua atau
lebih, masih ada kemungkinan berubah sampai 38 minggu.
 
Saran saya:
- pastikan betul usia kehamilannya memang 36 minggu
- jika memang yakin usia kehamilan 36 minggu dan ini anak pertama, teliti lagi melalui
pemeriksaan USG untuk mencari penyebab sungsang, apakah janinnya besar,
bagaimana letak plasenta, apakah ada lilitan tali pusat, bagaimana kondisi panggul
dsbnya; jika tidak ditemukan penyebab yang jelas, maka bapak bisa minta pertimbangan
dokter untuk melakukan versi luar (diputar) apakah memungkinkan atau tidak
- jika ini anak kedua atau lebih, lakukan senam hamil dan gerakan knee-chest (sujud-
menungging) minimal 5 kali sehari selama 10-15 menit, bertahap; evaluasi USG pada
usia kehamilan 38 minggu, apakah ada perubahan atau tidak; jika tidak ada perubahan
dan tidak memenuhi syarat untuk persalinan spontan, sebaiknya operasi sesar saja.
Cara persalinan pada letak sungsang yang tidak berkomplikasi (tidak ada penyebab
khusus), diserahkan pada bapak-ibu yang bersangkutan untuk memilih, apakah ingin
spontan atau operasi sesar dengan mempertimbangan untung-ruginya. Hanya saja,
secara medis, rekomendasinya adalah operasi sesar.

dr. Valleria Sp.OG


Staff Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas YARSI Jakarta
Praktek:1. RS Hasanah Graha AfiaJl. Raden Saleh no. 42 DepokTelp. 021-778262672.
RS MH Thamrin International CileungsiJl. Raya Narogong Limus Nunggal CileungsiTelp.
021-8235052

 

Kehamilan sungsang atau posisi sungsang adalah posisi dimana bayi di dalam rahim berada dengan
kepala di atas sehingga pada saat persalinan normal, pantat atau kaki si bayi yang akan keluar terlebih
dahulu dibandingkan dengan kepala pada posisi normal. Kehamilan sungsang didiagnosis melalui
bantuan ultrasonografi (USG).

Sekitar 3-4% bayi berada dalam posisi ini ketika lahir. Dalam persalinan prematur, kemungkinan bayi
berada dalam posisi sungsang lebih tinggi. Pada umur kehamilan 28 minggu, kemungkinan bayi berada
dalam posisi sungsang adalah 25%. Angka tersebut akan turun seiring dengan umur kehamilan
mendekati 40 minggu.

Karena risiko persalinan normal pada bayi dengan posisi sungsang lebih tinggi dibandingkan bayi
dengan posisi normal, maka umumnya persalinan akan dilakukan dengan bedah caesar.

Tapi benarkah bayi sungsang harus dilahirkan dengan operasi? Saat ini lebih banyak bayi letak
sungsang yang lahir dengan operasi sesar, terutama pada persalinan anak pertama dengan bayi yang
cukup besar. Hal ini karena risiko kematian dan cacat/kecelakaan pada pertolongan persalinan bayi
letak sungsang lewat vagina (spontan) jauh lebih tinggi ( 4 kali lebih besar) dari persalinan spontan
bayi letak kepala.

Meskipun demikian tidak semua bayi sungsang harus lahir dengan operasi, ada tanda-tanda yang
diyakini dokter yang menyebabkan bayi sungsang dapat dilahirkan spontan, antara lain dari jenis letak
sungsang (bukan letak kaki) dan kelancaran jalannya persalinan.

Lebih dari 50% bayi pernah mengalami letak sungsang dalam kurun 9 bulan kehamilan, dan lebih dari
90% yang menjadi letak kepala pada umur kehamilan cukup bulan (kehamilan > 37 minggu). Demikian
juga dengan bayi letak kepala, sebagian besar akan tetap demikian sampai akhir masa kehamilan,
namun ada juga (meskipun jauh lebih sedikit) yang menjadi letak sungsang. Saat ini kehamilan ibu
masih berusia 5 setengah bulan dan meskipun saat ini bayi dalam letak kepala ia masih dapat berubah.
Mudah-mudahan sampai akhir kehamilan nanti bayi ibu tetap dalam letak kepala.

Penyebab letak sungsang sering tidak diketahui pasti, secara teori dapat terjadi karena faktor ibu seperti
perut kendur, kelainan bentuk rahim, tumor jinak rahim/mioma, letak plasenta lebih rendah, atau faktor
bayi seperti pada bayi kembar, kelainan janin, hidramnion (cairan ketuban terlalu banyak) dll. Karena
penyebab letak sungsang tidak diketahui pasti maka pencegahannya pun sulit.

Apabila tidak ada indikasi kontra, biasanya dokter akan mencoba melakukan pemutaran dari luar (versi
luar) dahulu dilakukan mulai usia kehamilan 28 minggu, saat ini dilakukan mulai pada usia kehamilan
37 minggu.

Apabila bayi ibu sampai akhir kehamilan nanti tetap dalam letak kepala, maka ada kemungkinan untuk
dilahirkan melalui vagina secara spontan atau dengan bantuan alat (vakum/forseps). Kehamilan akan
ditunggu sampai kontraksi/mulas persalinan datang dengan alami dan diharapkan dapat melahirkan
tanpa operasi. Asal tidak ada kondisi lain yang menyebabkan harus cesar, misalnya kehamilan lewat
waktu (lama hamil > 42 minggu.

Pada ibu yang pernah mengalami operasi sesar tidak dapat dilakukan induksi dengan obat-obatan/infus)
jika ketuban pecah dini dan tidak disertai kontraksi persalinan, atau persalinan tidak maju. Apabila bayi
ibu menjadi letak sungsang lagi, kemungkinan besar bayi dilahirkan dengan operasi cesar.

sumber : hanyawanita
health: kesehatan

Bagaimana bila anda atau saudari mengalami kehamilan dengan letak sungsang? Letak
sungsang merupakan keadaan dimana bokong janin atau kaki berada di bagian bawah
kavum uteri (rongga rahim). Ulasan berikut tentang patofisologi, etiologi atau penyebab,
bagaimana mendiagnosis atau mengetahui apakan janin letak sungsang atau tidak, dan
bagaimana penanganan bila sesorang akan melahirkan bayi dengan letak sungsang. Untuk
ibu hamil dan rekan-rekan yang bergerak dibidang medis ataupun kehamilan ulasan ini
sangat perlu diketahui. Sebagian besar selama kehamilan, fetus (janin) yang sedang
berkembang sangat bebas untuk bergerak di dalam uterus (rahim). Antara umur kehamilan
32-36 minggu, fetus bertambah besar sehingga pergerakannya terbatas. Sangat sulit bagi
fetus untuk turn over, jadi apapun posisi yang dicapai pada saat ini biasanya sama dengan
posisi saat persalinan akan dimulai. Sayangnya, beberapa fetus tidak seperti itu. Sebagian
dari mereka berada dalam posisi sungsang.

Letak sungsang terjadi dalam 3-4% dari persalinan yang ada. Terjadinya letak sungsang
berkurang dengan bertambahnya umur kehamilan. Letak sungsang terjadi pada 25% dari
persalinan yang terjadi sebelum umur kehamilan 28 minggu, terjadi pada 7% persalinan yang
terjadi pada minggu ke 32 dan terjadi pada 1-3% persalinan yang terjadi pada kehamilan
aterm. Faktor-faktor lain yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang
diantaranya adalah multiparitas, kehamilan kembar, hidramnion, hidrosefalus, plasenta
previa, panggul sempit, dan kadang-kadang letak sungsang disebabkan oleh kelainan uterus
dan kelainan bentuk uterus.Baik ibu maupun janin dengan letak sungsang memiliki risiko
yang lebih besar dibandingkan dengan letak kepala. Manipulasi secara manual dalam jalan
lahir akan memperbesar risiko infeksi pada ibu.6 Pada janin, mortalitas tiga kali lebih besar
dibandingkan dengan presentasi verteks, hal ini disebabkan karena setelah sebagian janin
lahir maka uterus akan berkontraksi yang berakibat pada gangguan sirkulasi uteroplasenta,
janin akan bernafas, dan terjadilah aspirasi air ketuban, mekonium, lendir dan darah.2Untuk
menegakkan diagnosis letak sungsang diperlukan beberapa hal, yaitu anamnesis yang
komunikatif dan terarah, pemeriksaan fisik yang teliti dan seksama, dan penunjang diagnosis
dalam hal ini yaitu pemeriksaan ultrasonografi yang sangat membantu diagnosis dan
pelaksanaan terapi serta intervensi lebih dini bisa dilakukan. Dalam kehamilan, mengingat
bahaya-bahayanya, sebaiknya persalinan dalam letak sungsang dihindarkan. Untuk itu bila
pada waktu pemeriksaan antenatal dijumpai letak sungsang, terutama pada primigravida,
hendaknya diusahakan melakukan versi luar menjadi presentasi kepala.Sedangkan dalam
persalinan, untuk menolong persalinan letak sungsang diperlukan lebih banyak ketekunan
dan kesabaran dibandingkan dengan persalinan presentasi kepala. Selama terjadi kemajuan
persalinan dan tidak ada tanda-tanda bahaya yang mengancam kehidupan janin, maka
penolong tidak perlu melakukan tindakan yang bertujuan untuk mempercepat kelahiran janin.
Letak sungsang ini akan memerlukan teknik persalinan yang berbeda dengan persalinan
letak kepala baik dalam persalinan pervaginam maupun sectio cesarea. Persalinan
pervaginam sungsang terdiri dari tiga jenis yakni spontan, manual aid dan total ekstraksi
dimana semuanya memiliki resiko terutama pada fetal seperti asfiksi dan lainnya sedangkan
indikasi untuk melakukan section cesarea pada letak sungsang sama dengan indikasi umum
section cesarea secara umum.Khusus pada persalinan pervaginam, terdapat beberapa teknik
atau perasat yang digunakan pada situasi berbeda pada letak sungsang, namun semuanya
memiliki tujuan yang sama yaitu melahirkan bayi dengan selamat.Ada beberapa komplikasi
yang mungkin timbul dalam persalinan sungsang yang dapat mempengaruhi prognosis ibu
dan bayi yang dilahirkan yang sedapat mungkin dihindari dengan cara menguasai teknik
persalinan sungsang dengan baik guna mencapai “well born baby” dan “well health mother”.
Berikut akan diulas satu persatu mulai dari definisi menurut dunia kedokteran.
Mengenai Pengertian dari Persalinan Letak SungsangPersalinan sungsang adalah
persalinan untuk melahirkan janin yang membujur dalam uterus dengan bokong atau kaki
pada bagian bawah dimana bokong atau kaki akan dilahirkan terlebih dahulu daripada
anggota badan lainnya.
PrevalensiLetak sungsang terjadi dalam 3-4% dari persalinan yang ada. Terjadinya letak
sungsang berkurang dengan bertambahnya umur kehamilan. Letak sungsang terjadi pada
25% dari persalinan yang terjadi sebelum umur kehamilan 28 minggu, terjadi pada 7%
persalinan yang terjadi pada minggu ke 32 dan terjadi pada 1-3% persalinan yang terjadi
pada kehamilan aterm.2,3 Sebagai contoh, 3,5 persen dari 136.256 persalinan tunggal dari
tahun 1990 sampai 1999 di Parkland Hospital merupakan letak sungsang.1
PatofisiologiLetak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban
relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan
demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak
lintang.6Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban
relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar daripada kepala,
maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan
kepala berada ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat
dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih
tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam
presentasi kepala.6Sayangnya, beberapa fetus tidak seperti itu. Sebagian dari mereka
berada dalam posisi sungsang.Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni:1,2,3,4,5,6•
Presentasi bokong (frank breech) (50-70%). Pada presentasi bokong akibat ekstensi kedua
sendi lutut, kedua kaki terangkat ke atas sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau
kepala janin. Dengan demikian pada pemeriksaan dalam hanya dapat diraba bokong.•
Presentasi bokong kaki sempurna ( complete breech ) ( 5-10%). Pada presentasi bokong kaki
sempurna disamping bokong dapat diraba kaki.• Presentasi bokong kaki tidak sempurna dan
presentasi kaki ( incomplete or footling ) ( 10-30%). Pada presentasi bokong kaki tidak
sempurna hanya terdapat satu kaki di samping bokong, sedangkan kaki yang lain terangkat
ke atas. Pada presentasi kaki bagian paling rendah adalah satu atau dua kaki.

Gambar Presentasi letak sungsang. Berturut-turut dari kiri ke kanan : complete breech, frank
breech, dan footlink breech. 7
EtiologiAda beberapa penyebab yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang
diantaranya adalah:41. Prematuritas karena bentuk rahim relatif kurang lonjong, air ketuban
masih banyak dan kepala anak relatif besar2. Hidramnion karena anak mudah bergerak.3.
Plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu atas panggul.4. Panggul
sempit5. Kelainan bentuk kepala: hidrocephalus, anencephalus, karena kepala kurang sesuai
dengan bentuk pintu atas panggul.Faktor lain yang menjadi predisposisi terjadinya letak
sungsang selain umur kehamilan termasuk diantaranya relaksasi uterus berkaitan dengan
multiparitas, multi fetus, persalinan sungsang sebelumnya, kelainan uterus dan tumor pelvis.
Plasenta yang terletak di daerah kornu fundus uteri dapat pula menyebabkan letak sungsang,
karena plasenta mengurangi luas ruangan di daerah fundus.6Fianu dan Vaclavinkova (1978)
menemukan prevalensi lebih tinggi pada implantasi plasenta di daerah kornual-fundal pada
letak lintang (73 %) dari presentasi vertex (5 %) dengan sonografi. Frekuensi terjadinya letak
sungsang juga meningkat dengan adanya plesenta previa, tetapi hanya sejumlah kecil letak
sungsang yang berhubungan dengan plasenta previa. Tidak ada hubungan yang kuat antara
letak sungsang dengan pelvis yang menyempit (panggul sempit).1
DiagnosisDiagnosis letak sungsang pada umumnya tidak sulit. Pada pemeriksaan luar, di
bagian bawah uterus tidak dapat diraba bagian yang keras dan bulat, yakni kepala, dan
kepala teraba di fundus uteri. Kadang-kadang bokong janin teraba bulat dan dapat memberi
kesan seolah-olah kepala, tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah kepala. Seringkali
wanita tersebut menyatakan bahwa kehamilannya terasa lain daripada kehamilannya yang
terdahulu, karena terasa penuh di bagian atas dan gerakan terasa lebih banyak di bagian
bawah. Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi
daripada umbilikus. 6Apabila diagnosis letak sungsang dengan pemeriksaan luar tidak dapat
dibuat, karena misalnya dinding perut tebal, uterus mudah berkontraksi atau banyaknya air
ketuban, maka diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan dalam. Apabila masih ada
keragu-raguan, harus dipertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografik atau
M.R.I. ( Magnetic Resonance Imaging ). 6Setelah ketuban pecah, dapat diraba lebih jelas
adanya bokong yang ditandai dengan adanya sakrum, kedua tuber ossis iskii, dan anus. Bila
dapat diraba kaki, maka harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit,
sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar dengan jari-jari lain
dan panjang jari kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan. Pada persalinan lama,
bokong janin mengalami edema, sehingga kadang-kadang sulit untuk membedakan bokong
dengan muka. 6Pemeriksaan yang teliti dapat membedakan bokong dengan muka karena jari
yang akan dimasukkan ke dalam anus mengalami rintangan otot, sedangkan jari yang
dimasukkan ke dalam mulut akan meraba tulang rahang dan alveola tanpa ada hambatan.
Pada presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki dapat diraba disamping bokong,
sedangkan pada presentasi bokong kaki tidak sempurna, hanya teraba satu kaki di samping
bokong.1,6
Penatalaksanaan Dalam kehamilanMengingat bahaya-bahayanya, sebaiknya persalinan
dalam letak sungsang dihindarkan. Untuk itu bila pada waktu pemeriksaan antenatal dijumpai
letak sungsang, terutama pada primigravida, hendaknya diusahakan melakukan versi luar
menjadi presentasi kepala. Versi luar sebaiknya dilakukan pada kehamilan antara 34 dan 38
minggu. Pada umumnya versi luar sebelum minggu ke-34 belum perlu dilakukan, karena
kemungkinan besar janin masih dapat memutar sendiri, sedangkan setelah minggu ke-38
versi luar sulit untuk berhasil karena janin sudah besar dan jumlah air ketuban relatif
berkurang. 6Sebelum melakukan versi luar, diagnosis letak janin harus pasti, sedangkan
denyut jantung janin harus baik. Apabila bokong sudah turun, bokong harus dikeluarkan lebih
dahulu dari rongga panggul, tindakan ini dilakukan dengan meletakkan jari-jari kedua tangan
penolong pada perut ibu bagian bawah untuk mengangkat bokong janin. Kalau bokong tidak
dapat dikeluarkan dari panggul, usaha untuk melakukan versi luar tidak ada gunanya. Setelah
bokong keluar dari panggul, bokong ditahan dengan satu tangan, sedang tangan yang lain
mendorong kepala ke bawah sedemikian rupa, sehingga fleksi tubuh bertambah. 6
Selanjutnya kedua tangan bekerjasama untuk melaksanakan putaran janin untuk menjadi
presentasi kepala. Selama versi dilakukan dan setelah versi berhasil denyut jantung janin
harus selalu diawasi. Sesudah janin berada keadaan presentasi kepala, kepala didorong
masuk ke rongga panggul. Versi luar hendaknya dilakukan dengan kekuatan yang ringan
tanpa mengadakan paksaan. Versi luar tidak ada gunanya dicoba bila air ketuban terlalu
sedikit, karena usaha tersebut tidak akan berhasil. 6Kontraindikasi lain untuk melakukan versi
luar ialah: 1) panggul sempit, 2) perdarahan antepartum; 3) hipertensi; 4) hamil kembar; 5)
plasenta previa. Pada panggul sempit tidak ada gunanya melakukan versi luar, karena
meskipun berhasil menjadi presentasi kepala, akhirnya perlu dilakukan seksio sesarea.
Tetapi bila kesempitan panggul hanya ringan, versi luar harus diusahakan karena kalau
berhasil akan memungkinkan dilakukan partus percobaan. Versi luar pada perdarahan
antepartum tidak boleh dilakukan, karena dapat menambah perdarahan akibat lepasnya
plasenta. 6 Pada penderita hipertensi, usaha versi luar dapat menyebabkan solusio plasenta;
sedangkan pada kehamilan kembar, selain janin yang lain dapat menghalangi usaha versi
luar tersebut, yang lebih berbahaya ialah bila janin berada dalam satu kantong amnion
kemungkinan tali pusat kedua janin akan saling melilit. 6Kalau versi luar gagal karena
penderita menegangkan otot-otot dinding perut, penggunaan narkosis dapat
dipertimbangkan. Kerugian penggunaan narkosis untuk versi luar antara lain: narkosis harus
dalam, sebab dengan narkosis ringan versi laur jauh lebih sulit dibandingkan bila penderita
tetap dalam keadaan sadar. Disamping itu, karena penderita tidak merasakan sakit ada
bahaya kemungkinan digunakan tenaga berlebihan dan dapat mengakibatkan lepasnya
plasenta. Mengingat bahayanya, sebaiknya tidak melakukan versi luar dengan menggunakan
narkosis.1,6VersiVersi atau pemutaran, merupakan tindakan untuk mengubah presentasi
janin secara artifisial, baik melalui penggantian kutub yang satu dengan lainnya pada letak
longitudinal, atau konversi letak oblik atau letak lintang menjadi letak longitudinal.Tergantung
pada bagian presentasi janin (kepala atau bokong), dapat dilakukan versi sefalik atau podalik.
Jenis versi ini juga diberi nama menurut metode yang dipakai. Jadi, versi luar merupakan
tindakan manipulasi yang dilakukan lewat dinding abdomen ; sementara pada versi dalam,
seluruh tangan operator dimasukkan ke dalam kavum uteri.A. Versi Sefalik LuarTujuan
prosedur ini adalah untuk mengubah presentasi yang kurang menguntungkan menjadi
presentasi verteks atau presentasi belakang kepala.IndikasiJika presentasi bokong atau bahu
(letak lintang) didiagnosis pada minggu-minggu terakhir kehamilan, pengubahannya menjadi
presentasi verteks dapat dicoba lewat manuver luar asalkan tidak terdapat disproporsi nyata
antara besar janin dan ukuran panggul. Versi sefalik dianggap oleh sebagian dokter
kebidanan sebagai teknik yang sering berhasil baik dengan morbiditas yang kecil, sehingga
harus dicoba untuk menghindari peningkatan angka mortalitas yang menyertai persalinan
sungsang. Jika letak janin melintang, perubahan presentasi tersebut merupakan satu-satunya
alternatif bagi tindakan seksio sesarea, kecuali bila janin itu berukuran sangat kecil dan
biasanya belum viabel.Menurut Fortunato dkk. (1998), versi sefalik luar lebih besar
kemungkinannya untuk berhasil jika : (1) bagian presentasi belum turun ke dalam panggul;
(2) cairan ketuban masih terdapat dalam jumlah yang normal; (3) posisi punggung bayi tidak
menghadap ke belakang; (4) pasien tidak gemuk. Denyut jantung janin harus dimonitor terus-
menerus, sehingga dokter bisa mendengar suara denyut jantung tersebut selama melakukan
tindakan. Kalau ada, alat sonografi akan bermanfaat. Jangan menggunakan anestesi, karena
akan mengakibatkan pemakaian tenaga yang tidak semestinya.Dalam stadium awal
persalinan, sebelum ketuban pecah, berlaku inidikasi yang sama. Indikasi tersebut kemudian
bisa diperluas sampai pada letak bayi yang tidak stabil biasanya masih bisa berubah secara
spontan menjadi letak longitudinal ketika proses persalinan berlangsung. Akan tetapi versi
sefalik luar jarang berhasil kalau serviks sudah mengadakan dilatasi penuh atau kalau
ketuban sudah pecah.
B. Versi Podalik DalamPerasat ini terdiri dari pemutaran janin oleh dokter kebidanan yang
memasukkan tangannya ke dalam rongga rahim, menangkap salah satu atau kedua kaki
janin, dan menariknya keluar lewat serviks, sementara bagian atas badan janin didorong ke
arah yang berlawanan secara trans abdomen. Tindakan ini kemudian diikuti oleh ekstraksi
bokong.IndikasiKecuali pada persalinan bayi kedua dalam kehamilan kembar, hanya ada
beberapa indikasi untuk dilakukannya versi podalik dalam. Terkadang prosedur ini bisa
dibenarkan kalau serviks sudah berdilatasi penuh, ketuban masih utuh dan janin yang berada
dalam letak lintang berukuran kecil dan atau sudah mati. Kemungkinan trauma yang serius
pada janin dan ibu pada waktu dilakukan versi podalik dalam dari suatu presentasi kepala.
Managemen Dalam persalinanJenis pimpinan persalinan sungsang1,2,3,4,5,61. Persalinan
pervaginamBerdasarkan tenaga yang dipakai dalam melahirkan janin pervaginam, persalinan
pervaginam dibagi menjadi 3 yaitu:a) Persalinan spontan (spontaneous breech). Janin
dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri. Cara ini lazim disebut cara Bracht.b)
Manual aid (partial breech axtraction; assisted breech delivery). Janin dilahirkan sebagian
dengan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga penolong.c) Ekstraksi
sungsang (total breech extraction). Janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga
penolong.2. Persalinan per abdominam ( seksio sesarea)A. Prosedur Pertolongan Persalinan
Spontan1,5,6Tahapan1. Tahap pertama: fase lambat, yaitu mulai lahirnya bokong sampai
pusat (skapula depan ).disebut fase lambat karena fase ini hanya untuk melahirkan bokong,
yaitu bagian yang tidak begitu berbahaya.2. Tahap kedua: fase cepat, yaitu mulai dari
lahirnya pusar sampai lahirnya mulut. Disebut fase cepat karena pada fase ini kepala janin
mulai masuk pintu atas panggul, sehingga kemungkinan tali pusat terjepit. Oleh karena itu
fase ini harus segera diselesaikan dan tali pusat segera dilonggarkan. Bila mulut sudah lahir,
janin dapat bernafas lewat mulut.3. Tahap ketiga: fase lambat, yaitu mulai lahirnya mulut
sampai seluruh kepala lahir. Disebut fase lambat karena kepala akan keluar dari ruangan
yang bertekanan tinggi (uterus), ke dunia luar yang tekanannya lebih rendah, sehingga
kepala harus dilahirkan secara perlahan-lahan untuk menghindari terjadinya perdarahan intra
kranial (adanya ruptur tentorium serebelli).Teknik1. Sebelum melakukan persalinan, penolong
harus memperhatikan sekali lagi persiapan untuk ibu, janin, maupun penolong. Pada
persiapan kelahiran janin harus selalu disediakan cunam Piper.2. Ibu tidur dalam posisi
litotomi, sedang penolong berdiri di depan vulva. Ketika timbul his ibu disuruh mengejan
dengan merangkul kedua pangkal paha. Pada waktu bokong mulai membuka vulva
(crowning) disuntikkan 2-5 unit oksitosin intra muskulus. Pemberian oksitosin ini adalah untuk
merangsang kontraksi rahim sehingga fase cepat dapat diselesaikan dalam 2 his berikutnya.
3. Episiotomi dikerjakan pada saat bokong membuka vulva. Segera setelah bokong lahir,
bokong dicengkram secara Bracht, yaitu kedua ibu jari penolong sejajar sumbu panjang
paha, sedangkan jari-jari lain memegang panggul.4. Pada setiap his ibu disuruh mengejan.
Pada waktu tali pusat lahir dan tampak sangat tegang, tali pusat dikendorkan lebih dahulu.5.
Kemudian penolong melakukan hiperlordosis pada badan janin guna mengikuti gerakan
rotasi anterior, yaitu punggung janin didekatkan ke perut ibu. Penolong hanya mengikuti
gerakan ini tanpa melakukan tarikan sehingga gerakan tersebut hanya disesuaikan dengan
gaya berat badan janin. Bersamaan dengan dimulainya gerakan hiperlordosis ini, seorang
asisten melakukan ekspresi Kristeller pada fundus uterus, sesuai dengan sumbu panggul.
Maksud ekspresi Kristeller ini adalah:a. Agar tenaga mengejan lebih kuat, sehingga fase
cepat dapat segera diselesaikan.b. Menjaga agar posisi kepala janin tetap dalam posisi fleksi.
c. Menghindari terjadinya ruang kosong antara fundus uterus dengan kepala janin sehingga
tidak terjadi lengan menjungkit.6. Dengan melakukan gerakan hiperlordosis ini berturut-turut
lahir tali pusat, perut, bahu dan lengan, dagu, mulut dan akhirnya seluruh kepala.7. Janin
yang baru lahir diletakkan diperut ibu. Seorang asisten segera menghisap lendir dan
bersamaan dengan itu penolong memotong tali pusat.8. Keuntungana. Tangan penolong
tidak masuk ke dalam jalan lahir, sehingga mengurangi bahaya infeksi.b. Cara ini adalah cara
yang paling mendekati persalinan fisiologik, sehingga mengurangi trauma pada janin.9.
Kerugiana. 5-10% persalinan secara Bracht mengalami kegagalan, sehingga tidak semua
persalinan letak sungsang dapat dipimpin dengan cara Bracht.b. Persalinan secara Bracht
mengalami kegagalan terutama dalam keadaan panggul sempit, janin besar, jalan lahir kaku
misalnya pada primigravida, adanya lengan menjungkit atau menunjuk.
Gambar teknik hiperlordosis punggung bayi pada perasat Bracht 7
B. Prosedur Manual Aid1,5,6Indikasi1. Persalinan secara Bracht mengalami kegagalan,
misalnya bila terjadi kemacetan baik pada waktu melahirkan bahu atau kepala.2. Dari semula
memang hendak melakukan pertolongan secara manual aid. Di Negara Amerika sebagian
besar ahli kebidanan cenderung untuk melahirkan letak sungsang secara manual aid, karena
mereka menganggap bahwa sejak pusar lahir adalah fase yang sangat berbahaya bagi janin,
karena pada saat itulah kepala masuk ke dalam pintu atas panggul, dan kemungkinan besar
tali pusat terjepit diantara kepala janin dan pintu atas panggul.Tahapan1. Tahap pertama,
lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan tenaga ibu sendiri.2. Tahap kedua,
lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong. Cara atau teknik untuk melahirkan
bahu dan lengan adalah secara:a. Klasik ( Deventer )b. Muellerc. Louvset3. Tahap ketiga,
lahirnya kepala.Kepala dapat dilahirkan dengan cara:a. Mauriceaub. Najouksc. Wigan Martin-
Winckeld. Prague terbalike. Cunam Piper
Gambar Melahirkan bahu dan lengan dengan cara klasik/Deventer 7

Gambar Melahirkan bahu dan lengan (Mueller) : ekstraksi depan kemudian belakang 7
Gambar Manual aid Mauriceau-Veit-Smellie 7

Gambar Perasat Prague terbalik 7

Gambar 7. Ekstraksi dengan menggunakan cunam Piper 7


C. Prosedur Ekstraksi sungsangTeknik Ekstraksi Kaki1. Setelah persiapan selesai, tangan
yang searah dengan bagian-bagian kecil janin dimasukkan secara obstetrik ke dalam jalan
lahir, sedang tangan yang lain membuka labia. Tangan yang di dalam mencari kaki depan
dengan menelusuri bokong, pangkal paha sampai lutut, kemudian melakukan abduksi dan
fleksi pada paha janin sehingga kaki bawah menjadi fleksi. Tangan yang di luar mendorong
fundus uterus ke bawah. Setelah kaki bawah fleksi pergelangan kaki dipegang oleh jari kedua
dan jari ketiga dan dituntun keluar dari vagina sampai batas lutut.2. Kedua tangan penolong
memegang betis janin, yaitu kedua ibu jari diletakkan di belakang betis sejajar sumbu
panjang betis, dan jari-jari lain di depan betis. Dengan pegangan ini, kaki janin ditarik curam
ke bawah sampai pangkal paha lahir.3. Pegangan dipindahkan pada pangkal paha setinggi
muingkin dengan kedua ibu jari di belakang paha, sejajar sumbu panjang paha dan jari-jari
lain di depan paha.4. Pangkal paha ditarik curam ke bawah sampai trokanter depan lahir.
Kemudian pangkal paha dengan pegangan yang sama dielevasi ke atas sehingga trokanter
belakang lahir. Bila kedua trokanter telah lahir berarti bokong telah lahir.5. Sebaliknya bila
kaki belakang yang dilahirkan lebih dahulu, maka yang akan lahir lebih dulu ialah trokhanter
belakang dan untuk melahirkan trokhanter depan maka pangkal paha ditarik terus curam ke
bawah.6. Setelah bokong lahir, maka untuk melahirkan janin selanjutnya dipakai teknik
pegangan femuro-pelviks. Dengan pegangan ini badan janin ditarik curam ke bawah sampai
pusar lahir. Selanjutnya untuk melahirkan badan janin yang lain dilakukan cara persalinan
yang sama seperti pada manual aid.1,5,6Gambar 4. Ekstraksi kaki menggunakan perasat
Pinard 7Teknik Ekstraksi Bokong1. Ekstraksi bokong dikerjakan bila jenis letak sungsang
adalah letak bokong murni (frank breech), dan bokong sudah berada di dasar panggul,
sehingga sukar untuk menurunkan kaki.2. Jari telunjuk tangan penolong yang searah dengan
bagian kecil janin, dimasukkan ke dalam jalan lahir dan diletakkan di pelipatan paha depan.
Dengan jari telunjuk ini, pelipatan paha dikait dan ditarik curam ke bawah. Untuk memperkuat
tenaga tarikan ini, maka tangan penolong yang lain mencengkeram pergelangan tangan tadi,
dan turut menarik curam ke bawah.3. Bila dengan tarikan ini trokanter depan mulai tampak di
bawah simfisis, maka jari telunjuk penolong yang lain segera mengait pelipatan paha ditarik
curam ke bawah sampai bokong lahir.4. Setelah bokong lahir, bokong dipegang secara
femuro-pelviks, kemudian janin dapat dilahirkan dengan cara manual aid (bedah
kebidanan).1,5,6Penyulit persalinan pervaginam1. Sufokasi.Bila sebagian besar badan
janin telah lahir, terjadilah pengecilan rahim, sehingga terjadi gangguan sirkulasi plasenta dan
menimbulkan anoksia janin. Keadaan ini merangsang janin untuk bernapas. Akibatnya darah,
mukus, cairan amnion dan mekonium akan diaspirasi, yang dapat menimbulkan sufokasi.
Badan janin yang sebagian sudah berada diluar rahim, juga merupakan rangsangan yang
kuat untuk janin bernapas.2. Asfiksia fetalis.Selain akibat mengecilnya uterus pada waktu
badan janin lahir, yang menimbulkan anoksia, maka anoksia ini diperberat lagi, dengan
bahaya terjepitnya tali pusat pada waktu kepala masuk panggul (fase cepat).
3. Kerusakan jaringan otak.Trauma pada otak janin dapat terjadi, khususnya pada panggul
sempit atau adanya diproporsi sefalo-pelvik, serviks yang belum terbuka lengkap, atau kepala
janin yang dilahirkan secara mendadak, sehingga timbul dekompresi.4. Fraktur pada tulang-
tulang janin.Kerusakkan pada tulang janin dapat berupa:a. Fraktur tulang-tulang kepala.b.
Fraktur humerus ketika hendak melahirkan lengan yang menjungkit (extended).c. Fraktur
klavikula ketika melahirkan bahu yang lebar.d. Paralisis brakialise. Fraktur femur.f. Dislokasi
bahu.g. Dislokasi panggul terutama pada waktu melahirkan tungkai yang sangat ekstensi
(fleksi maksimal).h. Hematoma otot-otot.Mengingat penyulit pada janin akibat persalinan
pervaginam cukup berat, maka perlu dilakukan evaluasi obstetrik dengan teliti, sebelum
memutuskan untuk melahirkan janin secara pervaginam. Bila sudah diputuskan melahirkan
janin pervaginam, maka penolong dituntut untuk menguasai teknik persalinannya secara
terampil. Cara persalinan secara ekstraksi total (total extraction) merupakan cara persalinan
dengan penyulit janin yang sangat nburuk, yaitu kematian janin 3 kali lebih banyak dibanding
persalinan spontan. Oleh karena itu cara persalinan ini sekarang sudah tidak dianjurkan lagi
pada janin hidup. Kematian perinatal pada letak sungsang dibanding dengan letak belakang
kepala rata-rata 5 kali lebih banyak.1,5Komplikasi pada persalinan pervaginamPersalinan
sungsang dengan tarikan sampai pada lahirnya umbilikus dan talipusat menyentuh pelvis,
akan menekan tali pusat. Oleh karena itu, sekali letak sungsang melewati introitus vagina,
abdomen, thoraks, lengan dan kepala harus lahir secara tepat. Ini melibatkan persalinan yang
sedikit cepat dapat menekan bagian-bagian janin. Pada kehamilan aterm, beberapa
pergerakan kepala mungkin sukses melewati jalan lahir. Pada keadaan yang tidak
menguntungkan ini, pilihan persalinan pervaginam keduanya tidak memuaskan:1. persalinan
mungkin tertunda beberapa menit ketika melahirkan kepala yang menyusul melewati pelvis
ibu, tetapi hipoksia dan asidemia bertambah berat; atau2. persalinan mungkin dipaksakan,
menyebabkan trauma dari penekanan, tarikan atau keduanya.Pada fetus preterm, perbedaan
antara ukuran kepala dan bokong biasanya lebih besar daripada fetus yang lebih tua. Saat
itu, bokong dan ekstremitas bawah fetus preterm akan melewati serviks dan dilahirkan, dan
serviks belum berdilatasi cukup untuk melahirkan kepala tanpa trauma. Pada keadaan ini,
insisi Duhrssen pada serviks mugkin dapat dilakukan. Walaupun demikian, trauma pada fetus
dan ibu mungkin dapat dinilai, dan fetal hipoksia mungkin berbahaya. Robertson dan kawan-
kawan ( 1995,1996) mengamati tidak ada perbedaan yang bermakna pada kejadian kepala
terperangkap pada persalinan sungsang umur kehamilan 28-36 mingggu atau 24-27 minggu.
Mereka juga menemukan tidak ada hubungan kelahiran neonatus yang tidak diinginkan
setelah kepala terperangkap. Masalah lain pada mekanisme letak sungsang adalah
terperangkapnya lengan di belakang leher. Komplikasi lengan menunjuk ( nuchal arm)
sampai 6 persen dari persalinan sungsang pervaginam dan dihubungkan dengan
peningkatan mortalitas neonatal ( Cheng and Hanah, 1993 ).Frekuensi prolaps tali pusat
meningkat apabila fetus berukuran kecil atau bila sungsang tidak dalam posisi bokong murni.
Dalam laporan Collea dan kawan-kawan ( 1978 ), insiden pada posisi frank breech sekitar 0.5
perse, yang sesuai dengan 0,4 persen pada presentasi kepala ( Barrett, 1991 ). Sedangkan,
insiden prolaps tali pusat pada presentasi kaki adalah 15 persen, dan 5 persen pada letak
bokong murni.Soernes dan Bakke ( 1986) pada pengamatan awal menyatakan bahwa
panjang tali pusat umbilikus lebih pendek pada letak sungsang dari keterlibaletak kepala
secara signifikan. Lebih lanjut, keterlibatan tali pusat yang melingkar-lingkar pada fetus lebih
umum pada letak sungsang ( Spellacy and associates, 1996). Abnormalitas tali pusat ini
sepertinya memainkan peran dalam perkembangan janin letak sungsang seperti insiden yang
relatif tinggi pola denyut jantung janin yang mencemaskan pada persalinan. Sebagai contoh,
Flannagan dan kawan-kawan (1987) menyeleksi 244 wanita dengan letak sungsung yang
bervariasi (72 persen adalah frank brech) untuk percobaan persalinan, didapatkan 4 persen
kejadian prolaps tali pusat. Fetal distres bukan karena prolaps tali pusat didiagnosa pada 5
persen wanita lainnya yang dipilih untuk persalinan pervaginam. Keseluruhan, 10 persen dari
wanita yang dikenali untuk persalinan pervaginam mengalami persalinan sesarean karena
berisiko dalam persalinan.Apgar skor, khususnya pada 1 menit, pada persalinan pervaginam
letak sungsang secara umum lebih rendah dari bila dilakukan persalinan sesarean secara
elektif (Flanagan dan kawan-kawan,1987). Dengan cara yang sama, nilai asam basa darah
tali pusat secara signifikan berbeda untuk persalinan pervaginam. Christian dan Brady (1991)
melaporkan bahwa pH darah arteri umbilikus rendah, Pco2 tinggi, dan HCO3 lebih rendah
dibandingkan persalinan letak kepala. Socol dan kawan-kawan (1988) menyimpulkan,
bagaimanapun, persalinan sesarean meningkatkan Apgar skor tetapi tidak status asm basa.
Flanagan dan kawan-kawan (1987) menekankan bahwa kelahiran bayi pada persalinan
sungsang tidak diperburuk oleh perbedaan yang signifikan dari Apgar skor atau status asam
basa pada kelahiran.Albrechtsen dan kawan-kawan (1997) mengevaluasi percobaan untuk
memilih persalinan pervaginam atau sesarean pada letak sungsang. Pada 1212 letak
sungsang,D. Prosedur persalinan sungsang per abdominal1. Persalinan letak sungsang
dengan seksio sesarea sudah tentu merupakan cara yang terbaik ditinjau dari janin. Banyak
ahli melaporkan bahwa persalinan letak sungsang pervaginam, memberi trauma yang sangat
berarti bagi janin, yang gejala-gejalanya akan tampak baik pada waktu persalinan maupun
baru di kemudian hari.2. Namun hal ini tidak berarti bahwa semua letak sungsang harus
dilahirkan per abdominal. Untuk melakukan penilaian apakah letak sungsang dapat
melahirkan per vaginam atau harus per abdominam kadang-kadang sukar.3. Beberapa
kriteria yang dapat dipakai pegangan bahwa letak sungsang harus dilahirkan per abdominal,
misalnya:a. Primigravida tua.b. Nilai sosial janin tinggi (high social value baby).c. Riwayat
persalinan yang buruk (bad obstetric history).d. Janin besar, lebih dari 3,5 kg-4 kg.e. Dicurigai
adanya kesempitan panggul.f. Prematuritas.Zatuchni dan Andros telah membuat suatu
indeks prognosis untuk menilai lebih tepat apakah persalinan dapat dilahirkan per vaginam
atau per abdominam.
KomplikasiPada letak sungsang yang persisten, meningkatnya komplikasi berikut harus
diantisipasi:1,61. Morbiditas dan mortalitas perinatal dari persalinan yang sulit.2. Berat badan
lahir yang rendah pada persalinan preterm, hambatan pertumbuhan, atau keduanya.3.
Prolaps tali pusat.4. Plasenta previa.5. Kelainan fetus, neonatus, dan bayi.6. Anomali uterus
dan tumor.7. Multipel fetus8. Intervensi operatif, khususnya seksio sesarea.
PrognosisBaik ibu maupun janin dengan letak sungsang memiliki risiko yang lebih besar
dibandingkan dengan letak kepala. Pada persalinan sungsang yang sulit terdapat
peningkatan risiko maternal. Manipulasi secara manual dalam jalan lahir akan memperbesar
risiko infeksi pada ibu. Berbagai perasat intra uteri, khususnya dengan segmen bawah uterus
yang sudah tipis, atau persalinan after coming head lewat serviks yang belum berdilatasi
lengkap, dapat mengakibatkan ruptura uteri, laserasi serviks ataupun keduanya. Tindakan
manipulasi tersebut dapat pula menyebabkan pelebaran luka episiotomi dan robekan
perineum yang dalam. Anestesi yang memadai untuk menimbulkan relaksasi uterus yang
nyata dapat pula mengakibatkan atonia uteri yang selanjutnya diikuti oleh perdarahan
postpartum dari tempat implantasi plasenta. Meskipun demikian, secara umum prognosis
bagi ibu yang bayinya dilahirkan dengan ekstraksi bokong bagaimanapun juga lebih baik bila
dibandingkan pada tindakan seksio sesarea.Bagi janin, prognosisnya kurang menguntungkan
dan akan semakin serius dengan semakin tingginya bagian presentasi pada awal
dilakukannya ekstraksi bokong. Di samping peningkatan risiko terjadinya ruptura tentorium
dan perdarahan intraserebral, yang menyertai persalinan sungsang, angka mortalitas
perinatal juga meningkat akibat semakin besarnya kemungkinan terjadinya trauma lain pada
saat dilakukan ekstraksi. Lebih lanjut, prolapsus funikuli pada presentasi bokong tak lengkap
jauh lebih sering dijumpai bila dibandingkan pada presentasi verteks, dan komplikasi ini
selanjutnya akan memperburuk prognosis bagi bayi.Fraktur humerus dan klavikula tidak
selalu dapat dihindari ketika dilakukan pembebasan lengan, dan fraktur femur dapat terjadi
dalam pelaksanaan ekstraksi bokong pada persalinan frank breech yang sulit. Hematom otot
sternokleidomastoideus kadang kala terjadi setelah tindakan ekstraksi, meskipun keadaan ini
akan hilang spontan. Tetapi, beberapa permasalahan yang lebih serius dapat mengikuti
separasi epifisis pada tulang skapula, humerus atau femur. Paralisis lengan merupakan
peristiwa yang bisa terjadi akibat tekanan oleh jari tangan operator pada pleksus brakialis
ketika melakukan traksi, tetapi lebih sering lagi disebabkan oleh peregangan leher secara
berlebihan ketika dilakukan pembebasan lengan bayi. Kalau bayi ditarik keluar secara paksa
lewat panggul yang sempit, fraktur kompresi berbentuk sendok atau fraktur tengkorak yang
sebenarnya, dengan akibat yang umumnya fatal, bisa saja terjadi. Kadang-kadang leher bayi
sendiri dapat patah kalau pada waktu ekstraksi digunakan tenaga yang besar.1,6
Jika ingin lebih lengkapnya bisa dibaca sumber-sumber tulisan ini:
1. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JH, Wenstrom KD. Breech
Presentation and Delivery in William Obstetrics, 21st edition. New York: Mc Graw Hill
Company, 2001: 509-535.2. Distosia (Patologi Persalinan ) dalam Obstetri Patologi bagian
obstetri dan ginekologi, edisi 1979. Bandung: Elstar Offset: 169-185.3. DiLeo GM. Fetal
Anatomi. http://www.ahealthyme.com/fa/ahealth.csd, last update december 10, 1999.
accesssed August 9, 2006.4. Fischer R. Breech Presentation.
http://www.emedicine.com/bp/emed.css, last update May 5, 2005. Accessed August 9, 2006.
5. Wiknjosastro H. Persalinan Sungsang dalam Ilmu Bedah Kebidanan, edisi ke-4. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka, 2002: 104-122.6. Wiknjosastro H. Patologi Persalinan dan
Penanganannya dalam Ilmu Kebidanan, edisi ke-3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka, 2002:
607-622.7. Nugroho,K. Persalinan Sungsang.
http//:www.geocities.com/Yosemite/rapids/cklobpt9.html.Accessed August 18, 2006.
bayi, janin, kebidanan, kehamilan letak sungsang, kesehatan ibu hamil, letak sungsang,
managemen kehamilan, patofisiologi obgyn, persalinan letak sungsang, tugas kedokteran
This post was written by:

haryoga - who has written 62 posts on imadeharyoga.com.

Saya I Made Haryoga. Selamat datang di rumah saya. Silakan lihat halaman about me untuk
profil saya selengkapnya. Terima kasih atas kunjungannya.

Contact the author

Kelainan Kelainan Letak Sungsang Dalam Kehamilan

Letak sungsang merupakan suatu letak dimana bokong bayi merupakan bagian
rendah dengan atau tanpa kaki (keadaan dimana janin terletak memanjang dengan
kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Ada 4 tipe
letak sungsang
1)Complete/flexed brech, pada posisi ini paha dan lutut bayi fleksi dan kaki menutupi
bokong. Tipe ini lebih sering pada multigravida
2)Extended brech (frank brech) pada bayi fleksi, tetapi pada kaki ektensi, sehingga
kaki berada dekat kepala, sering terjadi pada primiyang prematur
3)Presentesi kaki, 1 atau kedua kaki di bawah bokong
4)Presentasi lutut, janin berada dalam posisi 1 atau kedua lutut berada di bawah
bokong

Penyebab
Presentasi bokong terjadi kurang lebih 3% pada semua persalinan, penyebab pasti
dari presentasi bokong belum diketahui secara pasti tetapi dapat terjadi pada
persalinan premetur, uterus bikormis, insufisiensi cairan ketuban, plasenta letak
rendah atau tumor yang menghalangi jalan lahir. Selain itu kelainan-kelainan seperti
hidrosefalus, gande multi, polihidramnion memungkinkan terjadinya malpresentasi

Diagnosis
Diagnosis ditegakan dengan pemerikasaan abdominal. Pada palpasi di bagian bawah
teraba bagian yang kurang keras dan kurang bundar, sementara di fundus teraba
bagian yang keras, bundar dan melenting. Denyut jantung janin terdengar di atas
pusat. Penmeriksaan dengan USG atau rontgen dapat mengetahui letak yang
sebenarnya pada pemeriksaan pervaginam teraba bagian lunak anus juga akan teraba
bagian sacrum.

Bahaya
Persalinan sungsang tidak menyebabkan bahaya bagi ibu tetapi menimbulkan hal
yang serius bagi bayinya. Kematian bayi pada persalinan sungsang 4 kali lebih besar
daripada persalinan biasa. Pelepasan plasenta dapat terjadi pada kala II akibat
tarikan dari tali pusat. Setelah kepala masuk ke dalam rongga panggul dapat terjadi
tekanan pada kepala pada tali pusat dan ini akan menyebabkan hipoksia janin.
Bahaya lain adalah fraktur, ruptur organ abdomen dan banyak bahaya untuk otot
syaraf.

Bahaya persalinan sungsang dapat di simpulkan sebagai berikut:


1.Anoksia intra dan ekstra uterin
2.Perdarahan intrakranial
3.Fraktur dan dislokasi
4.Kerusakan otot dan syaraf terutama pada otot sterno mastoid dan fleksus brachialis
5.Ruptur organ abdomen
6.Oedem genital dan memar atau lecet akibat capformation
Kejadian anomali kongenital tinggi pada bayi dengan presentasi atau letak sungsang
dan terutama pada BBLR.

Manajemen Persalinan Sungsang


Persalinan dianjurkan di rumah sakit di bawah pengawasan dokter ahli obstetri,
anastesi dan ahli anak. Jika ibu tidak partus spontan pada 40 minggu biasanya
dilakukan induksi persalinan. Kebanyakan dokter ahli kebidanan menganjurkan
induksipersalinan pada 38 minggu, ketika fetus masih agak kecil.

1.Kala I persalinan
Kala I persalinan lebih lama daripada letak belakang kepala. Jika bokong enganged
seperti pada bokong murni dimana terdapat resiko pecah selput ketuban dan
prolapsus umbilikal, ibu sebaiknya tidak berjalan-jalan. Kadang-kadang kontraksi
uterus hipotonis sehingga dapat dirangsang dengan pemberian oksitosin. Pada saat
pembukaan servik tercapai ¾ nya biasanya ibu ingin mengejan, bokong dapat
melalui servik tetapi kepala tidak melalui servik sehinga ibu dilarang untuk mengejan
sampai dilatasi servik lengkap

2.Kala II persalinan
Pemeriksaan vaginal dilakukan untuk mengetahui pembukaan lengkapsebelum
menyuruh ibu mengedan.

Mekanisme persalinan letak sungsang


Hubungan sacrum dengan panggul ibu akanmenentukan posisi janin, posisinya sama
dengan letak kepalatetapi pada letak sungsang sacrum sebagai penunjuk.

Ada 4 posisi pada letak sungsang:


1.Posisi sacrum kiri depan
2.Posisi sacrum anterior kanan
3.Sacrum kanan/kiri
4.Sacrum kiri/kanan belakang

Pertolongan persalinan pada letak sungsang


Persalinan letak sungsang dapat ditolong dengan prasar brach ataupun dengan
tindakan/extraksi.
Pertama-tama kandung kancing dikosongkan ketika bokong belakng meregang
perineum diberi anastesi lokal dan dilakukan episiotomi. Bokong belakang tampak di
vulva dan bokong maju lebih cepat. Badan bayi maju sampai sejauh umbilikus
kemudian kaki di lepaskan/dilahirkan dengan perlahan-lahan. Tali pusat
dilongggarkan pada kontraksi berikutnya bahu akan tampak. Lengan yang
normalnya fleksi menyilang di depan dada dengan mudah dilepaskan dan bahu akan
lahir. Sekarang bayi dalamkeadaan menggantung pada berat badannya, selama
beberapa waktu untuk memudahkan penurunan dan fleksi dari kepala. Ketika kuduk
dan garis rambut sudah tampak menunjukan bahwa kepala akan lahir.

Bayi di pegang pada pergelangan kaki dan menggunakan traksi yang halus, tubuh di
simpan di atas abdomen ibu. Perineum ditekan dengan jari untuk membuka mulut
bayi. Mulut dibersihkan dari lendir sehingga bayi bernafas tanpa menghisap cairan
lendir. Setelah hidung tampak di vulva , lubang hidung segera dibersihkan kepala
dilahirkan secara perlahan-lahan. Jika kepala dilahirkan dengan cepat dapat terjadi
perdarahan intrakranial, untuk menghindarinya biasanya dengan menggunakan
forcep erygey’s atau neville barnes untuk kepala yang sudah lahir hal ini
memungkinkan untuk mengontrol kecepatan lahirnya kepala.

Kepala ditarik ke bawah sampai batas hidung sehingga saluran nafas dapat
dibersihkan dan oksigen dapat diberikan segera setelah bayi bernafas. Selanjutnya
kepala dilahirkan dengan lambat, obat-obatan oksitosin diberikan pada ibu segera
seteah bayi lahir.

Metode mauriceau digunakan untuk melahirkan kepala dimana terjadi kelambatan


dari penurunan kepala, tehniknya yaitu dengan menunggangkan bayi apada lengan
kiri, memasukan tiga jari kedalam vagina dan mencari mulut bayi, kemudian
memasukan jari tengah ke dalam mulut dan kepala difleksikan. Jari tengah dan jari
telunjuk tangan kanan disangkutkan pada bahu untuk digunakan sebagai tarikan.
Jari tengah menekan oksiput untuk membantu fleksi, asisten menekan daerah supra
pubik dengan sehalus mungkin kepala dilahirkan melalui jalan lahir, jalan nafas
dibersihkan dan kelahiran kepala dilakuka dengan cara yang sama. Pada keadaan
emergensi bidan dapat melakukan tehnik ini meskipun jarang dilakukan. Apabila
pada praktek di masyarakat, bidan menemukan kakus dengan persalinan sungsang,
bidan harus mengupayakan membawa ibu ke rumah sakit, mengingat bahaya yang
dapat ditimbulkan dari persalinan tersebut.

DIPOSKAN OLEH BERKAH WATER TECHNOLOGY DI 00.53

Kematian perinatal langsung yang disebabkan karena persalinan presentasi


bokong sebesar 4-5 kali dibanding presentasi kepala. Sebab kematian
perinatal pada persalinan presentasi bokong yang terpenting adalah
prematuritas dan penanganan persalinan yang kurang sempurna, dengan
akibat hipoksia atau perdarahan di dalam tengkorak. Trauma lahir pada
presentasi bokong banyak dihubungkan dengan usaha untuk mempercepat
persalinan dengan tindakan-tindakan untuk mengatasi macetnya persalinan.
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum
uteri (2). Tipe letak sungsang yaitu: Frank breech (50-70%) yaitu kedua
tungkai fleksi ; Complete breech (5-10%) yaitu tungkai atas lurus keatas,
tungkai bawah ekstensi ; Footling (10-30%) yaitu satu atau kedua tungkai
atas ekstensi, presentasi kaki.Letak sungsang terjadi pada 3-4% dari seluruh
persalinan. Kejadian letak sungsang berkurang dengan bertambahnya usia
kehamilan. Letak sungsang pada usia kehamilan kurang dari 28 minggu
sebesar 25%, pada kehamilan 32 minggu 7% dan, 1-3% pada kehamilan
aterm.Pengertian Kehamilan SungsangKehamilan pada
bayi dengan presentasi bokong (sungsang) dimana bayi letaknya sesuai
dengan sumbu badan ibu, kepala berada pada fundus uteri, sedangkan
bokong merupakan bagian terbawah di daerah pintu atas panggul atau
simfisis (Manuab,1998).Pada letak kepala, kepala yang merupakan bagian
terbesar lahir terlebih dahulu, sedangkan pesalinan letak sungsang justru
kepala yang merupakan bagian terbesar bayi akan lahir terakhir. Persalinan
kepala pada letak sungsang tidak mempunyai mekanisme “Maulage” karena
susunan tulang dasar kepala yang rapat dan padat, sehingga hanya
mempunyai waktu 8 menit, setelah badan bayi lahir. Keterbatasan waktu
persalinan kepala dan tidak mempunyai mekanisme maulage dapat
menimbulkan kematian bayi yang besar (Manuaba,1998). Bentuk-
Bentuk Letak Sungsang (Manuaba ,1998)).
Berdasarkan komposisi dari bokong dan kaki dapat ditentukan bentuk letak
sungsang sebagai berikut :A. Letak Bokong Murni1. Teraba bokong2.
Kedua kaki menjungkit ke atas sampai kepala bayi3. Kedua kaki bertindak
sebagai spalkB. Letak Bokong Kaki Sempurna1. Teraba bokong2. Kedua
kaki berada di samping bokongC. Letak Bokong Tak Sempurna1. Teraba
bokong2. Disamping bokong teraba satu kakiD. Letak Kaki1. Bila bagian
terendah teraba salah satu dan atau kedua kaki atau lutut2. Dapat dibedakan
letak kaki bila kaki terendah ; letak bila lutut terendahUntuk menentukan
berbagai letak sungsang dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan
dalam, pemeriksaan foto abdomen, dan pemeriksaan ultrasonografi.a. Letak
Bokong Murni Flexi pada paha, extensi pada lutut, ini merupakan jenis yang
tersering dan meliputi hampir 2/3 presentasi bokong.b. Letak Bokong Kaki
Sempurna Flexi pada paha dan lutut (Frant Greech).c. Letak Bokong Tak
Sempurna / lutut Satu atau dua kaki dengan ekstensi pada kaki merupakan
bagian terendah (Fn Complek Breech).EtiologiFaktor-faktor presentasi
bokong meliputi prematuritas, air ketuban yang berlebihan. Kehamilan ganda,
plasenta previa, panggul sempit, fibra, myoma,hydrocepalus dan janin besar.
Banyak yang diketahui sebabnya, ada pesentasi bokong membakal.
Beberapa ibu melahirkan bayinya semua dengan presentasi bokong
menunjukkan bahwa bentuk panggulnya adalah sedemikian rupa sehingga
lebih cocok untuk presentasi bokong daripada presentasi kepala.. Implantasi
plasenta di fundus atau di tonus uteri cenderung untuk mempermudah
terjadinya presentasi bokong ( Harry oxorn,1996 ) Penyebab letak
sungsang dapat berasal dari 1. Sudut Ibu a. Keadaan
rahim1) Rahim arkuatus2) Septum pada rahim3) Uterus dupleks4) Mioma
bersama kehamilanb. Keadaan plasenta1) Plasenta letak rendah2) Plasenta
previac. Keadaan jalan lahir1) Kesempitan panggul2) Deformitas tulang
panggul3) Terdapat tumor menjalani jalan lahir dan perputaran ke posisi
kepala2. Sudut janinPada janin tedapat berbagai keadaan yang
menyebabkan letak sungsang : 1) Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat2)
Hedrosefalus atau anesefalus3) Kehamilan kembar4) Hidroamnion atau
aligohidromion5) PrematuritasDalam keadaan normal, bokong mencapai
tempat yang lebih luas sehingga terdapat kedudukan letak kepala. Disamping
itu kepala janin merupakan bagian terbesar dan keras serta paling lambat.
Melalui hukum gaya berat, kepala janin akan menuju kearah pintu atas
panggul. Dengan gerakan kaki janin, ketegangan ligamentum fatundum dan
kontraksi braxson hicks, kepala janin berangsur-angsur masuk ke pintu atas
panggul.Mekanisme persalinan letak sungsang
Mekanisme persalinan letak sungsang berlangsung sebagai berikut :a)
Persalinan bokongb) Persalinan bahuc) Persalinan kepala(Manuaba, 1998)
Bokong masuk pintu atas panggul dapat melintang atau miring mengikuti
jalan lahir dan melakukan putaran paksi dalam sehingga trochanter depan
berada di bawah simfisis. Dengan trochanter depan sebagai hipomoklion
akan lahir trochanter belakang dan selanjutnya seluruh bokong lahir untuk
melakukan putaran paksi dalam sehingga bahu depan berada dibawah
simfisis. Dengan bahu depan sebagai hipomoklion akan lahir bahu belakang
bersama dengan tangan belakang diikuti kelahiran bahu depan dan tangan
depan. Bersamaan dengan kelahiran bahu, kepala bayi memasuki jalan lahir
dapat melintang atau miring, serta melakukan putaran paksi dalam sehingga
suboksiput berada di bawah simfisis. Suboksiput menjadi hipomuklion,
berturut-turut akan lahir dagu, mulut, hidung, muka dan kepala seluruhnya.
Persalinan kepala mempunyai waktu terbatas sekitar 8 menit, setelah bokong
lahir. Melampaui batas 8 menit dapat menimbulkan kesakitan /kematian bayi
(Manuaba, 1998).Diagnosa kedudukan 1. Pemeriksaan
abdominala. Letaknya adalah memanjang.b. Di atas panggul terasa massa
lunak mengalir dan tidak terasa seperti kepala. Dicurigai bokong. Pada
presentasi bokong murni otot-otot paha teregama di atas tulang-tulang
dibawahnya, memberikan gambaran keras menyerupai kepala dan
menyebabkan kesalahan diagnostic.c. Punggung ada di sebelah kanan dekat
dengan garis tengah bagian-bagian kecil ada di sebelah kiri, jauh dari garis
tengah dan di belakang.d. Kepala berada di fundus uteri. Mungkin kepala
cukup diraba bila kepala ada di bawah tupar/iga-iga. Kepala lebih keras dan
lebih bulat dari paha bokong dan kadang-kadang dapat dipantulkan
(Balloffablle) dari pada bokong uteri teraba terasa massa yang dapat
dipantulkan harus dicurigai presentasi bokong.e. Tonjolan kepala tidak ada
bokong tidak dapat dipantulkan2. Denyut jantung janin Denyut jantung janin
terdengar paling keras pada atau di atas umbilicus dan pada sisi yang sama
pada punggung. Pada RSA (Right Sacrum Antorior) denyut jantung janin
terdengar paling keras di kuadrat kanan atas perut ibu kadang-kadang denyut
jantung janin terdengar di bawah umbilicus3. Pemeriksaan vaginal1) Bagian
terendah teraba tinggi2) Tidak teraba kepala yang keras, rata dan teratur
dengan garis-garis sutura dan fantenella. Hasil pemeriksaan negatif ini
menunjukkan adanya mal presentasi.3) Bagian terendahnya teraba lunak dan
ireguler. Anus dan tuber ichiadicum terletak pada satu garis. Bokong dapat
dikelirukan dengan muka.4) Kadang-kadang pada presentasi bokong murni
sacrum tertarik ke bawah dan teraba oleh jari-jari pemeriksa. Ia dapat
dikelirukan dngan kepala oleh karena tulang yang keras.5) Sakrum ada di
kuadran kanan depan panggul dan diameter gitochanterika ada pada
diameter obligua kanan.4. Pemeriksaan Sinar XSinar X menunjukkan dengan
tepat sikap dan posisi janin, demikian pula kelainan-kelainan seperti
hydrocephalus.Menurut
Prawirohardjo, berdasarkan
jalan lahir yang dilalui, maka persalinan
sungsang dibagi menjadi :1. Persalinan Pervaginama.
Spontaneous breech (Bracht)b. Partial breech extraction : Manual and
assisted breech deliveryc. Total breech extraction2. Persalinan per abdominal
: Seksio SesariaProsedur persalinan sungsang secara
spontan :1. Tahap lambat : mulai lahirnya bokong sampai pusar
merupakan fase yang tidak berbahaya.2. Tahap cepat : dari lahirnya pusar
sampai mulut, pada fase ini kepala janin masuk PAP, sehingga kemungkinan
tali pusat terjepit.3. Tahap lama : lahirnya mulut sampai seluruh bagian
kepala, kepala keluar dari ruangan yang bertekanan tinggi (uterus) ke dunia
luar yang tekanannya lebih rendah sehingga kepala harus dilahirkan
perlahan-lahan untuk menghindari pendarahan intrakranial (adanya tentorium
cerebellum).Prosedur
Persalinan Bayi Sungsang
( Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal Neonatal,2002)Langkah klinik1. Persetujuan
tindakan medik2. Persiapan Pasien :a) Ibu dalam posisi litotomi pada tempat
tidur persalinanb) Mengosongkan kandung kemih , rektum serta
membersihkan daerah perenium dengan antisepticInstrumen :a) Perangkat
untuk persalinanb) Perangkat untuk resusitasi bayic) Uterotonika (Ergometrin
maleat, Oksitosin)d) Anastesi lokal (Lidokain 2%)e) Cunam piper, jika tidak
ada sediakan cunam panjangf) Semprit dan jarum no.23 (sekali pakai)g) Alat-
alat infush) Povidon Iodin 10%i) Perangkat episiotomi dan penjahitan luka
episiotomiPersiapan Penolonga) Pakai baju dan alas kaki ruang tindakan,
masker dan kaca mata pelindungb) Cuci tangan hingga siku dengan di bawah
air mengalirc) Keringkan tangan dengan handuk DTTd) Pakai sarung tangan
DTT / sterile) Memasang duk (kain penutup)4.Tindakan Pertolongan Partus
Sungsanga) Lakukan periksa dalam untuk menilai besarnya pembukaan,
selaput ketuban dan penurunan bokong serta kemungkinan adanya penyulit.
b) Intruksikan pasien agar mengedan dengan benar selama ada his.c) Pimpin
berulang kali hingga bokong turun ke dasar panggul, lakukan episiotomi saat
bokong membuka vulva dan perineum sudah tipis. Melahirkan bayi :
I. Cara Bracht1) Segera setelah bokong lahir, bokong dicekam secara
bracht (kedua ibu jari penolong sejajar dengan panjang paha, jari-jari yang
lain memegang daerah panggul).2) Jangan melakukan intervensi, ikuti saja
proses keluarnya janin.3) Longgarkan tali pusat setelah lahirnya perut dan
sebagian dada.4) Lakukan hiperlordosis janin pada saat anguluc skapula
inferior tampak di bawah simfisis (dengan mengikuti gerak rotasi anterior yaitu
punggung janin didekatkan ke arah perut ibu tanpa tarikan) disesuaikan
dengan lahirnya badan bayi.5) Gerakkan ke atas hingga lahir dagu, mulut,
hidung, dahi dan kepala.6) Letakkan bayi di perut ibu, bungkus bayi dengan
handuk hangat, bersihkan jalan nafas bayi, tali pusat dipotong.II. Cara
Klasik (Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
Neonatal,2002)Pengeluaran bahu dan tangan secara klasik dilakukan jika
dengan Bracht baht dan tangan tidak bisa lahir.Prosedur :1) Segera setelah
bokong lahir, bokong dicekam dan dilahirkan sehingga bokong dan kaki lahir.
2) Tali pusat dikendorkan.3) Pegang kaki pada pergelangan kaki dengan satu
tangan dan tarik ke atasa. Dengan tangan kiri dan menariknya ke arah kanan
atas ibu untuk melahirkan bahu kiri bayi yang berada di belakang.b. Dengan
tanggan kanan dan menariknya ke arah kiri atas ibu untuk melahirkan bahu
kanan bayi yang berada di belakang.4) Masukkan dua jari tangan kanan atau
kiri (sesuai letak bahu belakang) sejajar dengan lengan bayi, untuk
melahirkan lengan belakang bayi.5) Setelah bahu dan lengan belakang lahir
kedua kaki ditarik ke arah bawah kontra lateral dari langkah sebelumnya
untuk melahirkan bahu dan lengan bayi depan dengan cara yang sama.III.
Cara MullerPengeluaran bahu dan tangan secara Muller dilakukan jika
dengan cara Bracht bahu dan tangan tidak bisa lahir.Melahirkan bahu depan
terlebih dahulu dengan menarik kedua kaki dengan cara yang sama seperti
klasik, ke arah belakang kontra lateral dari letak bahu depan.Setelah bahu
dan lengan depan lahir dilanjutkan langkah yang sama untuk melahirkan bahu
dan lengan belakang.IV. Cara Lovset (Dilakukan bila ada lengan bayi
yang terjungkit di belakang kepala / nuchal arm)(a) Setelah bokong dan kaki
bayi lahir memegang bayi dengan kedua tangan. Memutar bayi 180o dengan
lengan bayi yang terjungkit ke arah penunjuk jari tangan yang muchal.(b)
Memutar kembali 180o ke arah yang berlawanan ke kiri atau ke kanan
beberapa kali hingga kedua bahu dan lengan dilahirkan secara Klasik atau
Muller.V. Ekstraksi KakiDilakukan bila kala II tidak maju atau tampak
gejala kegawatan ibu-bayi. Keadaan bayi / ibu mengharuskan bayi segera
dilahirkan.1) Tangan kanan masuk secara obstetrik melahirkan bokong,
pangkal paha sampai lutut, kemudian melakukan abduksi dan fleksi pada
paha janin sehingga kaki bawah menjadi fleksi,tangan yang lain mendorong
fundus ke bawah. Setelah kaki fleksi pergelangan kaki dipegang dengan dua
jari dan dituntun keluar dari vagina sampai batas lutut.2) Kedua tangan
penolong memegang betis janin, yaitu kedua ibu jari diletakkan di belakang
betis sejajar sumbu panjang paha dan jari-jari lain di depan betis, kaki ditarik
turun ke bawah sampai pangkal paha lahir.3) Pegangan dipindah ke pangkal
paha sehingga mungkin dengan kedua ibu jari di belakang paha, sejajar
sumbu panjang paha dan jari lain di depan paha.4) Pangkal paha ditarik
curam ke bawah sampai trokhanter depan lahir kemudian pangkal paha
dengan pegangan yang sama dievaluasi ke atas hingga trokhanter belakang
lahir. Bila kedua trokhanter lahir berarti bokong telah lahir.5) Sebaliknya bila
kaki belakang yang dilahirkan lebih dulu, maka yang akan lahir lebih dahulu
ialah trokhanter belakang dan untuk melahirkan trokhanter depan maka
pangkal paha ditarik terus cunam ke bawah.6) Setelah bokong lahir maka
dilanjutkan cara Clasik , atau Muller atau Lovset.VI. Teknik
Ekstraksi BokongDikerjakan bila presentasi bokong murni dan
bokong sudah turun di dasar panggul, bila kala II tidak maju atau tampak
keadaan janin lebih dari ibu yang mengharuskan bayi segera dilahirkan.1) Jari
penunjuk penolong yang searah dengan bagian kecil janin, dimasukkan
kedalam jalan lahir dan diletakkan dilipatan paha bagian depan. Dengan jari
ini lipat paha atau krista iliaka dikait dan ditarik curam ke bawah. Untuk
memperkuat tenaga tarikan ini, maka tangan penolong yang lain menekam
pergelangan tadi dan turut menarik curam ke bawah.2) Bila dengan tarikan ini
trokhanter depan mulai tampak di bawah simfisis, maka jari telujuk penolong
yang lain mengkait lipatan paha ditarik curam ke bawah sampai bokong lahir.
3) Setelah bokong lahir, bayi dilahirkan secara Clasik , atau Muller atau
Lovset.Cara Melahirkan Kepala BayiCara Mauriceu
(dilakukan bila bayi dilahirkan secara manual aid bila dengan Bracht kepala
belum lahir).1) Letakkan badan bayi di atas tangan kiri sehingga badan bayi
seolah-olah memegang kuda (Untuk penolong kidal meletakkan badan bayi di
atas tangan kanan).2) Satu jari dimasukkan di mulut dan dua jari di maksila.3)
Tangan kanan memegang atau mencekam bahu tengkuk bayi4) Minta
seorang asisten menekan fundus uteri.5) Bersama dengan adanya his,
asisten menekan fundus uteri, penolong persalinan melakukan tarikan ke
bawah sesuai arah sumbu jalan lahir dibimbing jari yang dimasukkan untuk
menekan dagu atau mulut..DAFTAR PUSTAKAProf.Dr.Ida Bagus Gede
Manuaba,SpOG;1998.Ilmu KebidananPenyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan.Jakarta,EGC.
Oxorn,Harry&Forte,William R;1996.Ilmu Kebidanan Patologi &
Fisiologi.Jakarta,YayasanEssentia Medica..Prawirohardjo,
Sarwono;2002.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
Neonatal.Jakarta,JNPKKR_POGI.Cunningham FG et al. Premature
Rupture of the Membrane. Williams Obstetric, 22st ed. Mc.Graw Hill
Publishing Division, New York, 2005.Wiknjosastro H. Distosia Pada
Kelainan Letak Serta Bentuk Janin. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 2005. Fischer Richard et al,
Breech Presentation, e medicine, January 2002.

Related Posts by Categories

CONDYLOMA

KODE ICD-10 : A63.0 : Genital warts ( Condyloma acuminata )

Condyloma acuminata (kondiloma akuminata, genital warts, kutil kelamin) atau lebih
dikenal dengan istilah penyakit Jengger Ayam, mungkin karena bentuknya yang mirip
Jengger Ayam pada condyloma yang luas, adalah kelainan kulit berbentuk kutil
dengan permukaan berlekuk-lekuk mirip jengger ayam, yang disebabkan oleh Human
Papilloma Virus (HPV) tipe tertentu. Jika pembaca pernah melihat kutil (bahasa jawa:
caplak, veruka), seperti itulah bentuk condyloma acuminata. Hanya saja kutil tersebut
letaknya di kelamin dan sekitarnya. Bahkan dapat menyebar ke anus (condyloma
anogenital). Gambar 1: silahkan klik untuk melihat gambar condyloma acuminata di
penis.

Identifikasi HPV untuk pertama kali pada tahun 1907. Kini, lebih 120 jenis subtype
HPV telah dapat diidentifikasi. Tapi tidak semua type dapat menyebabkan condyloma
acuminata. Sekitar 90 % condyloma acuminata diyakini berhubungan dengan type 6
dan type 11. Belasan tye lainnya dijumpai pula pada penderita condyloma acuminata.
Para ahli menengarai HPV type tertentu memiliki kecenderungan onkogenk (potensial
menjadi kanker), terutama type 16 dan type 18.

Penyebaran Penyakit

Penyebaran condyloma acuminata bersifat kosmopolitan, artinya merambah ke


seluruh belahan dunia tanpa memandang ras.

Berdasarkan jenis kelamin, frekuensi kejadian antara pria dan wanita sama besarnya.
Sedangkan berdasarkan kelompok umur disebutkan bahwa condyloma acuminata
lebih sering dijumpai pada usia dewasa muda dan pada usia tigapuluhan. Hal ini
dikaitkan dengan peningkatan aktifitas seksual. ( Gambar 2: silahkan klik untuk
melihat condyloma acuminata di vagina )

Penularan dan Perjalanan Penyakit

HPV ditularkan melalui kontak langsung, dari mulut ke organ kelamin, dari jari ke
organ kelamin dan sebaliknya, serta melalui hubungan seksual, sehingga condyloma
acuminata dikelompokkan sebagai Penyakit Menular Seksual (PMS, STD).

Bagaimana mengenalinya ?

Masa inkubasi condyloma acuminata berkisar antara 3 minggu sampai 8 bulan dengan
rata-rata 3 bulan.
Condyloma acuminata relatif mudah dikenali karena bentuknya yang khas, mirip
jengger ayam, yakni kutil dengan permukaan berlekuk-lekuk (berjonjot-jonjot) di
organ kelamin dan sekitarnya. Kutil-kutil kecil dapat bergabung membentuk
kelompok yang lebih besar mirip dengan bunga kol.

Pada umumnya condyloma acuminata berwarna kemerahan, coklat kemerahan,


keabu-abuan hingga ada yang berwarna kehitaman.

Jika mengalami infeksi sekunder (oleh garukan, gesekan atau sebab lain), condyloma
acuminata berubah warna menjadi kehitaman, mudah berdarah dan berbau tak sedap.

Pada pria, tempat yang paling disukai (predileksi) Condyloma acuminata diantaranya:
gland penis (topi baja si cucakrowo), lekukan antara kepala dan batang penis (sulkus
koronarius), jaringan tipis di bawah ujung saluran kencing (frenulum), batang penis
dan adakalanya di sekitar anus.

Sedangkan pada wanita, tempat yang paling digemari si Condyloma acuminata


diantaranya: labium (bibir vagina), vagina dan dapat juga mengenai serviks.

Seorang dokter dapat mendiagnosa condyloma acuminata berdasarkan gejala klinis,


yakni dengan melihat bentuk dan predileksi kutil (jonjot-jonjot) pada area kelamin.

Jika meragukan, maka akan dilakukan test sederhana menggunakan asam asetat 5%
yang dioleskan di permukaan kutil selama 3-5 menit. Pada condyloma acuminata
maka kutil akan berubah warna menjadi putih.

PENGOBATAN

Hingga kini belum ada obat yang benar-benar memuaskan untuk menghilangkan
HPV. Pengobatan yang lazim dilakukan adalah untuk menghilangkan condyloma
acuminata, meliputi:

← Kemoterapi, yakni pengobatan menggunakan Tinctura Podofilin 25 %,


Podofilotoksin 0,5 %, Asam Trikloroasetat 25 % – 50 % dan Krim 5-
flurourasil 1-5 %. Pada wanita hamil digunakan obat Asam Trikloroasetat 25-
50 % seminggu sekali hingga condyloma acuminata bersih.
← Tindakan Pembedahan, meliputi: Bedah scalpel (menggunakan pisau bedah),
Bedah Listrik (elektrokauterisasi) dan Bedah Beku menggunakan Nitrogen
cair. Bedah beku merupakan salah satu pilihan untuk pengobatan condyloma
acuminata pada wanita hamil selain menggunakan Asam Trikloroasetat.
← Laser karbondioksida. Metode ini lebih sedikit meninggalkan jaringan parut
ketimbang Bedah Listrik.
← Interferon. Dikenal 2 bentuk interferon, yakni interferon alfa (berbentuk
suntikan dan krim) yang diberikan 3 kali seminggu selama 6 minggu dan
interferon beta (suntikan) yang diberikan selama 10 hari.
← Imunoterapi. Metode pengobatan imunoterapi digunakan pada penderita
dengan condyloma acuminata yang luas dan resisten (kebal) terhadap
pengobatan lain.
Meski mudah kambuh (residif), condyloma acuminata memiliki prognosis yang baik.
Artinya tidak berbahaya.

VAKSINASI

Saat ini telah digunakan vaksin Papilloma virus (Gardasil) yang ditujukan untuk
pencegahan kanker serviks. Adapun untuk pencegahan terhadap condyloma
acuminata oleh HPV type 6 dan type 11, vaksin Gardasil diberikan pada anak laki-
laki, pria dewasa dan wanita usia 9-26 tahun.

PENCEGAHAN HPV

Secara garis besar, upaya pencegahan terhadap penularan HPV dapat dilakukan
dengan:

• Menjaga hygiene organ genital.


• Menghindari gonta-ganti pasangan.
• Penggunaan pengaman (kondom) ditengarai tidak menjamin terjadinya penularan.
Namun demikian tetap dianjurkan menggunakan pengaman (kondom) jika
memiliki pasangan dengan riwayat condyloma acuminata.
• Dianjurkan untuk tidak berhubungan intim selama masa pengobatan hingga
pengobatan selesai dan benar-benar dinyatakan aman oleh dokter yang
merawat.
Semoga bermanfaat.

Genital wart
From Wikipedia, the free encyclopedia

Genital wart(s)
Classification and external resources

Severe case of genital warts around the anus


ICD-10 A63.0
ICD-9 078.11
DiseasesDB 29120
eMedicine derm/454 med/1037
MeSH C02.256.650.810.217
Genital warts (or Condylomata acuminata, venereal warts, anal
warts and anogenital warts) is a highly contagious sexually
transmitted disease caused by some sub-types of human
papillomavirus (HPV). It is spread through direct skin-to-skin contact
during oral, genital, or anal sex with an infected partner. Warts are the
most easily recognized symptom of genital HPV infection, where types
6 and 11 are responsible for 90% of genital warts cases.[1] Whilst of
those infected with genital HPV it is estimated that only a "small
percentage"[2] (between 1%[3] and 5%[4]) develop genital warts, those
infected can still transmit the virus. Other types of HPV also cause
cervical cancer and probably most anal cancers, however it is important
to underline that the types of HPV that cause genital warts are not the
same as those that cause genital or anal cancer.[5][6][7] HPV
prevalence at any one time has been observed in some studies at 27%
over all sexually active people, rising to 45% between the ages of 14
and 19.[8]
Contents [hide]
← 1
Signs and
symptoms
← 2
Prevention
← 3
Management
← 4
Epidemiology
← 5
References
← 6
External links
Signs and symptoms
Genital warts often occur in clusters and can be very tiny or can spread
into large masses in the genital or penis area. In other cases they look
like small stalks. In women they occur on the outside and inside of the
vagina, on the opening (cervix) to the womb (uterus), or around (or
inside) the anus. They are approximately as prevalent in men but the
symptoms may be less obvious. When present, they usually are seen
on the tip of the penis. They also may be found on the shaft of the
penis, on the scrotum, or around (or inside) the anus. Rarely, genital
warts also can develop in the mouth or throat of a person who has had
oral sex with an infected person[citation needed].
The viral particles are able to penetrate the skin and mucosal surfaces
through microscopic abrasions in the genital area, which occur during
sexual activity. Once cells are invaded by HPV, a latency (quiet) period
of months to years (decades) may occur. HPV can last for several years
without a symptom.[9] Having sex with a partner whose HPV infection is
latent and demonstrates no outward symptoms still leaves one
vulnerable to becoming infected. If an individual has unprotected sex
with an infected partner, there is a 70% chance that he or she will also
become infected. The immune system eventually clears the virus
through interleukins, which recruit interferons, which slow viral
replication.[10]

Severe case of genital Severe case of genital


warts on a female warts on a male

Prevention
See also: HPV vaccine
Gardasil (sold by Merck & Co.) is a vaccine that protects against human
papillomavirus types 16, 18, 6, and 11. Types 6 and 11 cause genital
warts, while 16 and 18 cause cervical cancer. The vaccine is
preventive, not therapeutic, and must be given before exposure to the
virus type to be effective, ideally before the beginning of sexual activity.
The vaccine is widely approved for use by young women, it is being
tested for young men,[11][12] and has been approved for males in some
areas, such as the UK, the US and Canada.

Management
There is no cure for HPV, but there are methods to treat visible warts,
which could reduce infectivity, although there are no trials studying the
effectiveness of removing visible warts in reducing transmission.[13]
Genital warts may disappear without treatment, but sometimes
eventually develop a fleshy, small raised growth. There is no way to
predict whether they will grow or disappear. Warts can sometimes be
identified because they show up as white when acetic acid is applied,
but this method is not recommended on the vulva because microtrauma
and inflammation can also show up as acetowhite.[10] Magnifying
glasses or colposcope may also be used to aid in identifying small
warts.[10]
Depending on the sizes and locations of warts (as well as other factors),
a doctor will offer one of several ways to treat them. Podofilox is the
first-line treatment due to its low cost.[14] Almost all treatments can
potentially cause depigmentation or scarring.[13]
• A 0.15% – 0.5% podophyllotoxin (also called podofilox) solution in a
gel or cream. Marketed as Condylox (0.5%), Wartec (0.15%) and
Warticon (0.15%),[15] it can be applied by the patient to the
affected area and is not washed off. It is the purified and
standardized active ingredient of the podophyllin (see below).
Podofilox is safer and more effective than podophyllin.[15] Skin
erosion and pain are more commonly reported than with
imiquimod and sinecatechins.[16] Its use is cycled (2 times per
day for 3 days then 4–7 days off); one review states that it should
only be used for four cycles.[17]
• Imiquimod (Aldara) is a topical immune response cream, applied to
the affected area. It causes less local irritation than podofilox but
may cause fungal infections (11% in package insert) and flu-like
symptoms (less than 5% disclosed in package insert).[16]
• Sinecatechins (marketed as Veregen and Polyphenon E) is an
ointment of catechins (55% epigallocatechin gallate[10]) extracted
from green tea and other components. Mode of action is
undetermined.[18] It appears to have higher clearance rates than
podophyllotoxin and imiquimod and causes less local irritation,
but clearance takes longer than with imiquimod.[16]
• Liquid nitrogen cryosurgery is safe for pregnancy. It kills warts 71–
79% of the time, but recurrence is 38% to 73% 6 months after
treatment.[10] Local infections have been reported.[10]
• Trichloroacetic acid (TCA) is less effective than cryosurgery,[17] and is
not recommended for use in the vagina, cervix, or urinary meatus.
[10]
• Surgical excision is best for large warts, and has a greater risk of
scarring.[13]
• Laser ablation does not seem to be any more effective than other
physician-applied methods,[3] but is often used as a last resort
and is extremely expensive.[10]
• A 20% podophyllin anti-mitotic solution , applied to the affected area
and later washed off. However, this crude herbal extract is not
recommended for use on vagina, urethra, perianal area, or cervix,
[10] and must be applied by a physician.[15] Reported reactions
include nausea, vomiting, fever, confusion, coma, renal failure,
ileus, and leukopenia; death has been reported with extensive
topical application, or application on mucous membranes.[10]
• Interferon can be used; it is effective, but it is also expensive and its
effect is inconsistent.[17]
• Electrocauterization can be used; it is an older procedure but recovery
time is generally longer. In severe cases of genital warts,
treatment may require general or spinal anesthesia. This is a
surgical procedure. More effective than cryosurgery and
recurrence is at a much lower rate.
Discontinued
← A 5% 5-fluorouracil (5-FU) cream was used, but it is no longer
considered an acceptable treatment due to the side-effects.[10]
Podophyllin and podofilox should not be used during pregnancy, as they
are absorbed by the skin and could cause birth defects in the fetus.

Epidemiology
Genital HPV infections have an estimated prevalence in the US of 10–
20% and clinical manifestations in 1% of the sexually active adult
population.[17] US incidence of HPV infection has increased between
1975 and 2006.[17] About 80% of those infected are between the ages
of 17–33.[17] Although treatments can remove the warts, they do not
remove the HPV, so warts can recur after treatment (about 50–73% of
the time[19]), and also spontaneously regress.[17] Traditional theories
postulated that the virus remained in the body for a lifetime. However,
new studies using sensitive DNA techniques have shown that through
immunological response the virus can either be cleared or suppressed
to levels below what polymerase chain reaction (PCR) tests can
measure. One study testing genital skin for subclinical HPV using PCR
found a prevalence of 10%.[17]

References
1. ^ http://www.webmd.com/sexual-conditions/hpv-genital-warts/hpv-virus-
information-about-human-papillomavirus
2. ^ http://www.aad.org/public/publications/pamphlets/viral_genital.html
3. ^ a b O'Mahony C (2005). "Genital warts: current and future management
options". Am J Clin Dermatol 6 (4): 239–243. PMID 16060711.
4. ^ http://www.mckinley.illinois.edu/Handouts/genital_warts.html
5. ^ http://www.cdc.gov/std/hpv/stdfact-hpv.htm
6. ^ http://www.cancerhelp.org.uk/type/cervical-cancer/about/cervical-cancer-
risks-and-causes#hpv
7. ^
http://brown.edu/Student_Services/Health_Services/Health_Education/
sexual_health/sexually_transmitted_infections/hpv.php
8. ^ http://www.webmd.com/sexual-conditions/hpv-genital-warts/hpv-virus-
information-about-human-papillomavirus
9. ^ "American Cancer Society: "Can Anal Cancer Be Prevented?"". Retrieved
2008-09-10.[dead link]
10. ^ a b c d e f g h i j k Mayeaux EJ, Dunton C (July 2008). "Modern
management of external genital warts". J Low Genit Tract Dis 12 (3):
185–192. doi:10.1097/LGT.0b013e31815dd4b4. PMID 18596459.
11. ^ Cortez, Michelle Fay and Pettypiece, Shannon. "Merck Cancer Shot
Cuts Genital Warts, Lesions in Men". Bloomberg News.
(Bloomberg.com) 13 Nov 2008.
12. ^ HPV Vaccine Gardasil May Help Boys, Men by WebMD Health
News, Nov 13, 2008
13. ^ a b c Kodner CM, Nasraty S (December 2004). "Management of
genital warts". Am Fam Physician 70 (12): 2335–2342.
PMID 15617297.
14. ^ Fox PA, Tung MY (2005). "Human papillomavirus: burden of illness
and treatment cost considerations". Am J Clin Dermatol 6 (6): 365–381.
PMID 16343025.
15. ^ a b c von Krogh G, Longstaff E (December 2001). "Podophyllin office
therapy against condyloma should be abandoned". Sex Transm Infect
77 (6): 409–412. doi:10.1136/sti.77.6.409. PMID 11714936.
PMC 1744412.
16. ^ a b c Meltzer SM, Monk BJ, Tewari KS (March 2009). "Green tea
catechins for treatment of external genital warts". Am. J. Obstet.
Gynecol. 200 (3): 233.e1–7. doi:10.1016/j.ajog.2008.07.064.
PMID 19019336.
17. ^ a b c d e f g h Scheinfeld N, Lehman DS (2006). "An evidence-based
review of medical and surgical treatments of genital warts". Dermatol.
Online J. 12 (3): 5. PMID 16638419.
18. ^ "Veragen package insert" (PDF). Retrieved 2008-08-18.[dead link]
19. ^ CDC. (2004). REPORT TO CONGRESS: Prevention of Genital
Human Papillomavirus Infection.

Background
Condyloma acuminatum refers to an epidermal manifestation attributed to the
epidermotropic human papillomavirus (HPV), as in the images below. More than 100
types of double-stranded HPV papovavirus have been isolated to date. Many of
these have been related directly to an increased neoplastic risk in men and women.

Genital wart in pubic area

Genital wart in pubic area (look at bottom middle of picture)

Approximately 90% of condyloma acuminata are related to HPV types 6 and 11.
These 2 types are the least likely to have a neoplastic potential. Risk for neoplastic
conversion has been determined to be moderate (types 33, 35, 39, 40, 43, 45, 51-56,
58) or high (types 16, 18),1 with many other isolated types. The picture is complicated
by proven coexistence of many of these types in the same patient (10-15% of
patients), the lack of adequate information on the oncogenic potential of many other
types, and ongoing identification of additional HPV-related clinical pathology.

For example, bowenoid papulosis, seborrheic keratoses, and Buschke-Löwenstein


tumors have been linked to HPV infections though they were previously a part of the
differential diagnosis of condyloma acuminata. Bowenoid papulosis consists of rough
papular eruptions attributed to HPV and is considered to be a carcinoma in situ. The
eruptions can be red, brown, or flesh colored. They may regress or become invasive.
Seborrheic keratoses previously were considered a benign skin manifestation. HPV
has been linked to rough plaques indicative of this disease. It has both an infectious
and an oncogenic potential. Finally, Buschke-Löwenstein tumor (ie, giant condyloma)
is a fungating, locally invasive, low-grade cancer attributed to HPV.

Pathophysiology
Cells of the basal layer of the epidermis are invaded by human papillomavirus (HPV).
These penetrate through skin and cause mucosal microabrasions. A latent viral
phase begins with no signs or symptoms and can last from a month to several years.
Following latency, production of viral DNA, capsids, and particles begins. Host cells
become infected and develop the morphologic atypical koilocytosis of condyloma
acuminata.

The most commonly affected areas are the penis, vulva, vagina, cervix, perineum,
and perianal area. Uncommon mucosal lesions in the oropharynx, larynx, and
trachea have been reported. HPV-6 even has been reported in other uncommon
areas (eg, extremities).

Multiple simultaneous lesions are common and may involve subclinical states as
well-differentiated anatomic sites. Subclinical infections have been established to
carry both an infectious and oncogenic potential.
Consider sexual abuse as a possible underlying problem in pediatric patients;2
however, keep in mind that infection by direct manual contact or indirectly by fomites
rarely may occur. Finally, passage through an infected vaginal canal at birth may
cause respiratory lesions in infants.2

Frequency
United States

Annual incidence of condyloma acuminatum is 1%. It is considered the most


common sexually transmitted disease (STD). Prevalence has been reported to
exceed 50%. Highest prevalence and risk is among young adults in the third decade
and in older teenagers. A 4-fold or more increase in prevalence has been reported in
the last 2 decades.

International

International prevalence has been reported variably. Available data from England,
Panama, Italy, the Netherlands, and other developed and underdeveloped countries
report HPV infections to be at least as common as in the US.

Mortality/Morbidity
← Mortality is secondary to malignant transformation to carcinoma in both males
and females. This oncogenic potential has been reported to triple the risk of
genitourinary cancer among infected males. Fortunately, this is rare with HPV
types 6 and 11, which are the most commonly isolated viruses.
← HPV infection appears to be more common and worse in patients with various
types of immunologic deficiencies. Recurrence rates, size, discomfort, and
risk of oncologic progression are highest among those patients. Secondary
infection is uncommon.
← Latent illness often becomes active during pregnancy. Vulvar condyloma
acuminata may interfere with parturition. Trauma then may occur, producing
crusting or erythema. Bleeding has been reported in large lesions that can
occur during pregnancy.
← In males, bleeding has been reported due to flat warts of the penile urethral
meatus, usually associated with HPV-16. Lesions may lead to disfigurement
of area(s) involved. Finally, acute urethral obstruction in women also may
occur.
Sex
• Both sexes are susceptible to infection.
• Overt disease may be more common in men (reported in 75% of patients);
however, infection may be more prevalent in women.
Age
← Prevalence is greatest in persons aged 17-33 years, with incidence peaking
in persons aged 20-24 years.
Clinical
History
20. Smoking, oral contraceptives, multiple sexual partners, and early coital age
are risk factors for acquiring condyloma acuminata.
21. Generally, two thirds of individuals who have sexual contact with a partner
with condyloma acuminata develop lesions within 3 months.
22. The chief complaint usually is one of painless bumps, pruritus, or discharge.
0 Involvement of more than 1 area is common.
1 History of multiple lesions, rather than 1 isolated wart, is common.
23. Oral, laryngeal, or tracheal mucosal lesions (rare) presumably are transferred
by oral-genital contact.
24. History of anal intercourse in both males and females warrants a thorough
search for perianal lesions.
25. Rarely, urethral bleeding or urinary obstruction may be the presenting
complaint when the wart involves the meatus.
26. The patient's history may indicate presence of previous or other current
STDs.
27. Coital bleeding may occur. Vaginal bleeding during pregnancy may be due to
condyloma eruptions.
28. Latent illness may become active, particularly with pregnancy and
immunosuppression.
29. Lesions may regress spontaneously, remain the same, or progress.
30. Pruritus may be present.
31. Discharge may be a complaint.
Physical
• Single or multiple papular eruptions may be observed.
◦ Eruptions may appear pearly, filiform, fungating, cauliflower, or plaquelike.
◦ They can be quite smooth (particularly on penile shaft), verrucous, or
lobulated.
◦ Eruptions may seem harmless or may have a disturbing appearance.
• Carefully search for simultaneously involved multiple sites.
• Eruptions' color may be the same as the skin, or they may exhibit erythema or
hyperpigmentation. Check for irregularity in shape, form, or color suggestive
of melanoma or malignancy.
• Propensity has been established for penile glans and shaft in men and for
vulvovaginal and cervical areas in women.
◦ In contrast to early reports, presence of external condyloma acuminata in
both men and women warrants a thorough search for cervical or
urethral lesions.
◦ Such internal lesions have been found in more than one half of females with
external lesions.
◦ One report indicates that infected males have a 20% chance of having
subclinical urethral lesions.
◦ More than 50% of female patients with external lesions have been found to
have negative Papanicolaou (Pap) tests but tested positive for HPV
infection using in situ hybridization.
• Urethral meatus and mucosal lesions can occur.
◦ Some are subclinical.
◦ Hair or the inner aspect of uncircumcised foreskin hides some lesions.
• Search for evidence of other STDs (eg, ulcerations, adenopathy, vesicles,
discharge).
• Look for perianal lesions, particularly in patients with history or risk of
immunosuppression or anal intercourse.
Causes
• Several of the epidermotropic human papillomaviruses (HPVs) cause condyloma
acuminata.
• HPV types 6 and 11 most commonly are isolated, but many of the more than 60
types of HPV potentially cause condyloma.
• Male sexual partners of women with cervical intraepithelial neoplasia often have
infections with the same viral type.

Differential Diagnoses
Molluscum Contagiosum

Rhabdomyolysis

Other Problems to Be Considered


Bowen diseaseCondyloma lataDarier disease
FibroepitheliomasHailey-Hailey diseaseNeoplasiaNeviPearly
penile papulesSquamous cell carcinoma in situVulvar
neurofibromatosisVulvar vestibular papillae

Workup
Laboratory Studies
← As indicated by history and examination, test for other
STDs, such as HIV, gonorrhea, chlamydia, and syphilis.
← Although not ED tests, the following are listed strictly for
educational purposes and to assist readers in
understanding and managing potential complications:
0 Pap smear: This test is used to look for papillomatosis,
acanthosis, koilocytic abnormality, and mild nuclear
abnormality.
1 Filter hybridization (Southern blot and slot blot
hybridization), in situ hybridization, and polymerase
chain reaction (PCR): These tests may be used for
diagnosis and HPV typing.
2 Hybrid capture
Other Tests
• Acetowhitening
0 Subclinical lesions can be visualized by wrapping penis
with gauze soaked with 5% acetic acid for 5
minutes.
1 Using a 10-X hand lens or colposcope, warts appear
as tiny white papules.
2 A shiny white appearance of skin represents foci of
epithelial hyperplasia (subclinical infection).
Procedures
← Although not ED procedures, the following are listed
strictly for educational purposes and to assist readers in
understanding and managing potential presenting
complications:
0 Colposcopy (stereoscopic microscopy): This is very
useful to identify (mostly) cervical lesions, which
are identified better using acetic acid.
1 Biopsy: Biopsy is indicated for lesions that are atypical,
recurrent after initial success, or resistant to
treatment or in patients with a high risk for
neoplasia or immunosuppression.
2 Anoscopy
Antroscopy
Condyloma (Genital Warts)

Related
Encyclopedia

AIDS and HIV


• Infection
Bashful Bladder
• Syndrome
• Birth Control
• Candida Albicans
More...

Related
Healthscout Videos

Treating Prostate
Cancer Without Side
Effects
Laser Surgery Saves
Twins
How Do I Adhere to
My HIV Medications?
How Do I Use a Male
and Female
Condom?
More...

Related
Animations

• Erectile Dysfunction
• Menopause
More...

Related Drug
Information

• Cialis
• Diflucan
• Flomax
• Mircette
More...

Related News
Articles

Health Tip: Your


• Diet's Role in
Gestational Diabetes
Health Tip: Plan
• Ahead for Labor,
Delivery
Health Tip: Help Ease
• Morning Sickness
Health Tip:
Pregnancy Can Lead
• to Skin and Hair
Changes
More...
 
← Definition of Condyloma (Genital Warts)
← Description of Condyloma (Genital Warts)
← Causes and Risk Factors of Condyloma
(Genital Warts)
← Diagnosis of Condyloma (Genital Warts)
← Treatment of Condyloma (Genital Warts)
← Questions To Ask Your Doctor About
Condyloma (Genital Warts)
Definition of Condyloma (Genital Warts)
Genital warts are a sexually transmitted disease
that appears externally on the genitalia, in the anal
area, internally in the upper vagina or cervix, and
in the male urethra.

The lesion is typically raised and pinkish. This


condition may produce no symptoms at all, or
cause itching, burning, tenderness, pain during
intercourse, or frequent urination.

Description of Condyloma (Genital Warts)


Some half a million new cases of genital warts are
diagnosed in the U.S. each year. Technically
known as condyloma acuminata, genital warts are
small growths, sometimes resembling cauliflower,
that occur on or near the genitals. Like other
warts, the genital variety is caused by by the
human papillomavirus (HPV). Worldwide, HPV is
one of the most common causes of sexually
transmitted disease (STD).

The wart itself is actually the "tip of an iceberg" in


that the virus lurks in cells of the normal-
appearing skin around the visible wart, and
possibly also in other uro-genital areas.

The viral nature of the condition also has important


implications for transmission and treatment. Many
if not most people who harbor the virus do not
know it. The virus may infect cells but not cause
warts for many years, erupting into visible lesions
when the immune system is suppressed.
Because of a wart's location and sexual mode of
transmission, it may cause emotional and social
problems. Genital warts can inflict extreme
psychological turmoil, and those who have them
often feel embarrassed, angry, and even guilty.

Concern about genital warts has increased because


of an association between HPV and genital cancers.
Anyone who has ever had sex is at risk for
harboring HPV. The virus seems to cause visible
lesions when a person's immune system is
suppressed, but many flare up even without an
obvious trigger. This may occur because of illness
(particularly other sexually transmitted diseases),
or from taking certain drugs, such as cancer
chemotherapy or drugs to prevent rejection of an
organ transplant. Deficiencies of folic acid and
vitamin A also may trigger genital warts. Smoking
raises risk twofold, partly because nicotine
byproducts attack immune system cells in the
cervix.

Text Continues Below

Causes and Risk Factors of Condyloma (Genital


Warts)
Genital warts are spread by sexual contact with an
infected partner and are very contagious. They
often appear within three months of contact.
Condoms can help, but do not assure, prevention.
Although much remains to be learned about how
the papilloma virus progresses, doctors have
observed that the warm, moist environment in the
genital area seems to favor wart growth.
Outbreaks appear to be exacerbated during
pregnancy and in patients with defective immune
systems.

Patients with a history of genital warts may be at


increased risk for certain types of cancer. The
human papilloma virus is associated with up to 90
percent of all cervical malignancies and is also
thought may play a role in cancers of the vagina,
anus, vulva and penis.

Cervical warts may be transmitted to the newborn


via passage through the infected birth canal.

Diagnosis of Condyloma (Genital Warts)


Finding a cauliflower-like growth on the genitals is
reason to see a doctor who can tell if it is genital
warts or a different kind of growth.

The practitioner may use a type of microscope


called a colposcope to examine a woman's cervix
to see if there are internal outbreaks.

When acetic acid (vinegar) is swabbed on the


cervix or penis, HPV lesions appear whitish.
Colposcopy can be valuable in detecting flat lesions
that are not visible to the unaided eye, but only
two-thirds of white areas seen in a colposcope are
due to HPV infection. Sampling cells with a biopsy
and testing for HPV genetic material, may be
necessary to confirm a diagnosis.

An abnormal Pap smear can sometimes indicate a


cervical HPV infection. Some types of HPV can
cause cervical cancer, while others can cause
vulvar or anal cancer. With any abnormal Pap
smear, a woman should be examined by her
doctor.

Treatment of Condyloma (Genital Warts)


People with genital warts have a variety of
treatments to choose from, but none is a perfect
cure. The treatments vary widely in cost.

Genital wart treatments fall into three categories:


prescription topical preparations that destroy wart
tissue; surgical methods that remove wart tissue;
and biological-based approaches that target the
virus causing the underlying condition. Each
treatment must be applied to individual warts -
none is taken systematically.

The FDA has approved Condylox (a .5% podofilox


solution, applied to the affected area and which
should not be washed off) as a topical treatment
for genital warts. Some doctors prescribe Podocon-
25 and Podofin (a 20% podophyllin anti-mitotic
solution, which you can apply and wash off later)
or a 5 percent 5-fluorouracil cream Most Condylox
users experience a burning sensation, pain,
inflammation, itching, or erosion of the affected
area. Pregnant women should not use these
applications as they can cause birth defects.
Also prescribed is Imiquimod, an immune response
cream applied to the affected warts, or
Trichloroacetic acid (TCA).

Visible genital warts can be physically removed


using, cold, heat, or excision by a scalpel or laser.
All of these techniques are uncomfortable, and the
warts tend to recur because HPV is still present in
surrounding cells.

Carbon dioxide laser vaporization and conventional


surgical excision are best reserved for extensive
warts, especially for patients who have not
responded to other treatment. Cryotherapy is
performed on less extensive lesions. This method
used liquid nitrogen or a device called a cryoprobe
to freeze the wart tissue, which then crumbles
away. It is inexpensive, does not require an
anesthetic, and is less likely to leave a scar than
excision using a scalpel.

The viral nature of genital warts suggests that


anti-viral therapies may be effective. Standard
treatments burn, scrape, freeze, or use a laser to
remove affected tissue - some doctors inject alpha
interferon directly into the warts, to treat warts
that have come back. Interferon therapy attacks
the virus, the underlying source of the warts; but it
is usually expensive and does not lessen the rate
at which the warts return.

Questions To Ask Your Doctor About Condyloma


(Genital Warts)
How can these best be removed?
What can I do to prevent spreading them to my
partner?

LETAK LINTANG

Judul : Letak LintangDitulis oleh : – Sri Handaryati- Dewi Sandra


marlina Simatupang- Ratih Ekamawati

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangLetak lintang adalah suatu keadaaan dimana janin


melintang (sumbu panjang janin kira-kira tegak lurus dengan sumbu
panjang tubuh ibu) di dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu
sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Bila sumbu panjang
tersebut membentuk sudut lancip, hasilnya adalah letak lintang oblik.
Letak lintang oblik biasanya hanya terjadi sementara karena kemudian
akan berubah menjadi posisi longitudinal atau letak lintang saat
persalinan. Di Inggris letak lintang oblik dinyatakan sebagai letak lintang
yang tidak stabil. Kelainan letak pada janin ini termasuk dalam macam-
macam bentuk kelainan dalam persalinan (distosia) 1,2,3 .Angka kejadian
letak lintang sebesar 1 dalam 300 persalinan. Hal ini dapat terjadi karena
penegakan diagnosis letak lintang dapat dilihat pada kehamilan muda
dengan menggunakan ultrasonografi 3.Letak lintang terjadi pada 1 dari
322 kelahiran tunggal (0,3 %) baik di Mayo Clinic maupun di University
of Iowa Hospital, USA. Di Parklannd Hospital, dijumpai letak lintang pada
1 dari 335 janin tunggal yang lahir selama lebih dari 4 tahun 2.Beberapa
rumah sakit di Indonesia melaporkan angka kejadian letak lintang, antara
lain: RSUD dr.Pirngadi, Medan 0,6%; RS Hasan Sadikin Bandung 1,9%;
RSUP dr. Cipto Mangunkuskumo selama 5 tahun 0,1%; sedangkan
Greenhill menyebut 0,3% dan Holland 0,5-0,6%. Insidens pada wanita
dengan paritas tinggi mempunyai kemungkinanan 10 kali lebih besar dari
nullipara 1,3.Dengan ditemukannya letak lintang pada pemeriksaan
antenatal, sebaiknya diusahakan mengubah menjadi presentasi kepala
dengan versi luar. Persalinan letak lintang memberikan prognosis yang
jelek baik terhadap ibu maupun janinnya. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kematian janin pada letak lintang di samping
kemungkinan terjadinya letak lintang kasep dan ruptur uteri, juga sering
akibat adanya tali pusat menumbung serta trauma akibat versi ekstraksi
untuk melahirkan janin, Berdasarkan uraian di atas maka kami perlu
menguraikan permasalahan dan penatalaksanaan pada kehamilan
dengan janin letak lintang 3.

BAB IIITINJAUAN PUSTAKA

3.1 DefinisiLetak lintang adalah suatu keadaan dimana sumbu panjang


janin kira-kira tegak lurus dengan sumbu panjang tubuh ibu (janin
melintang di dalam uterus) dengan kepala terletak di salah satu fossa
iliaka dan bokong pada fossa iliaka yang lain. Pada umumnya bokong
berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada
pada pintu atas panggul 1,2.Pada letak lintang bahu menjadi bagian
terendah yang juga disebut sebagai presentasi bahu atau presentasi
acromnion dimana arah akromion yang menghadap sisi tubuh ibu
menentukan jenis letaknya yaitu letak akromion kiri atau kanan 1,4.

3.2 Klasifikasi 1. Menurut letak kepala terbagi atas :a. Lli I : kepala di
kirib. Lli II : kepala di kanan2. Menurut posisi punggung terbagi atas :a.
dorso anterior ( di depan )b. dorso posterior ( di belakang )c. dorso
superior ( di atas )d. dorso inferior ( di bawah )5

3.3 Etiologi Penyebab utama letak lintang adalah 1,2,4 :1. Relaksasi
berlebihan dinding abdomen akibat multiparitas yang tinggi Wanita
dengan paritas 4 atau lebih memiliki insiden letak lintang 10 kali lipat
disbanding wanita nullipara. Relaksasi dinding abdomen pada perut
gantung menyebabkan uterus jatuh ke depan, sehingga menimbulkan
defleksi sumbu panjang bayi menjauhi sumbu jalan lahir, yang
menyebabkan terjadinya posisi oblik atau melintang.2. Janin prematur3.
Plasenta previa4. Cairan amnion berlebih (hidramnion) dan kehamilan
kembar5. Panggul sempit dan tumor di daerah panggul6. kelainan bentuk
rahim seperti uterus arkuatus atau uterus subseptus

3.4 DiagnosisAdanya letak lintang sering sudah dapat diduga hanya


dengan inspeksi. Uterus tampak lebih melebar dan fundus uteri
membentang hingga sedikit di atas umbilikus sehingga lebih rendah tidak
sesuai dengan umur kehamilannya 1,2.Pada palpasi fundus uteri kosong,
balotemen kepala teraba pada salah satu fossa iliaka dan bokong pada
fossa iliaka yang lain, dan di atas simfisiss juga kosong, kecuali bila bahu
sudah turun kedalam panggul. Apabila bahu sudah masuk kedalam
panggul, pada pemeriksaan dalam dapat diraba bahu dan tulang-tulang
iga. Bila ketiak dapat diraba, arah menutupnya mrnunjukkan letak
dimana kepala janin berada. Kalau ketiak menutup kekiri, kepala berada
di sebelah kiri, sebaliknya kalau ketiak menutup ke kanan, kepala berada
di sebelah kanan. Denyut jantung janin ditemukan disekitar umbilikus.
Pada saat yang sama, posisi punggung mudah diketahui. Punggung
dapat ditentukan dengan terabanya skapula dan ruas tulang belakang,
sedangkan dada dengan terabanya klavikula. Pada pemeriksaan dalam,
pada tahap awal persalinan, bagian dada bayi, jika dapat diraba, dapat
dikenali dengan adanya “rasa bergerigi” dari tulang rusuk. Bila dilatasi
bertambah, skapula dan klavikula pada sisi thoraks yang lain akan dapat
dibedakan. Bila punggungnya terletak di anterior, suatu dataran yang
keras membentang di bagian depan perut ibu; bila punggungnya di
posterior, teraba nodulasi ireguler yang menggambarkan bagian-bagian
kecil janin dapat ditemukan pada tempat yang sama. Kadang-kadang
dapat pula diraba tali pusat yang menumbung 1,2.Pada tahap lanjut
persalinan, bahu akan terjepit erat di rongga panggul dan salah satu
tangan atau lengan sering mengalami prolaps ke vagina dan melewati
vulva 2.

3.5 Mekanisme persalinanPada letak lintang dengan ukuran panggul


normal dan janin cukup bulan, tidak dapat terjadi persalinan spontan.
Bila persalinan diabiarkan tanpa pertolongan, akan menyebabkan
kematian janin dan ruptur uteri. Setelah ketuban pecah, jika persalinan
berlanjut, bahu janin akan dipaksa masuk ke dalam panggul sehingga
rongga panggul seluruhnya terisi bahu dan tangan yang sesuai sering
menumbung. Setelah terjadi sedikit penurunan, bahu tertahan oleh tepi
pintu atas panggul, dengan kepala di salah satu fossa iliaka dan bokong
pada fossa iliaka yang lain. Bila proses persalinan berlanjut, bahu akan
terjepit kuat di bagian atas panggul 1,2.Janin tidak dapat turun lebih
lanjut dan terjepit dalam rongga panggul. Dalam usaha untuk
mengeluarkan janin, segmen atas uterus terus berkontraksi dan
beretraksi sedangkan segmen bawah uterus melebar serta menipis,
sehingga batas antara dua bagian itu makin lama makin tinggi dan
terjadi lingkaran retraksi patologik. Keadaan demikian dinamakan letak
lintang kasep, sedangkan janin akan meninggal. Bila tidak segera
dilakukan pertolongan, akan terjadi ruptur uteri (sehingga janin yang
meninggal sebagian atau seluruhnya keluar dari uterus dan masuk ke
dalam rongga perut) atau kondisi dimana his menjadi lemah karena otot
rahim kecapaian dan timbulah infeksi intrauterine sampai terjadi
tymponia uteri. Ibu juga berada dalam keadaan sangat berbahaya akibat
perdarahan dan infeksi, dan sering kali meninggal pula 1,4.Bila janin
amat kecil (biasanya kurang dari 800gr) dan panggul sangat lebar,
persalinan spontan dapat terjadi meskipun kelainan letak tersebut
menetap. Janin akan tertekan dengan kepala terdorong ke abdomen.
Bagian dinding dada di bawah bahu kemudian menjadi bagian yang
paling bergantung dan tampak di vulva. Kepala dan dada kemudian
melewati rongga panggul secara bersamaan dan bayi dapat dikeluarkan
dalam keadaan terlipat (conduplicatio corpora) atau lahir dengan evolusio
spontanea dengan 2 variasi yaitu 1) mekanisme dari Denman dan 2)
mekanisme dari Douglas 1,2,4.Pada cara Denman bahu tertahan pada
simfisis dan dengan fleksi kuat di bagian bawah tulang belakang, badan
bagian bawah, bokong dan kaki turun di rongga panggul dan lahir,
kemudian disusul badan bagian atas dan kepala. Pada cara Douglas bahu
masuk kedalam rongga panggul, kemudian dilewati oleh bokong dan
kaki, sehingga bahu, bokong dan kaki lahir, selanjutnya disusul oleh
lahirnya kepala. Dua cara tersebut merupakan variasi suatu mekanisme
lahirnya janin dalam letak lintang, akibat fleksi lateral yang maksimal dari
tubuh janin 1.

3.6 PenatalaksaanApabila pada pemeriksaan antenatal ditemukan letak


lintang, sebaiknya diusahakan mengubah menjadi prsentasi kepala
dengan versi luar. Sebelum melakukan versi luar harus melakukan
pemeriksaan teliti ada tidaknya panggul sempit, tumor dalam panggul,
atau plasenta previa, sebab dapat membahayakan janin dan meskipun
versi luar berhasil, janin mungkin akan memutar kembali. Untuk
mencegah janin memutar kembali ibu dianjurkan menggunakan korset,
dan dilakukan pemeriksaan antenatal ulangan untuk menilai letak janin.
Ibu diharuskan masuk rumah sakit lebih dini pada permulaan persalinan,
sehingga bila terjadi perubahan letak, segera dpat ditentukan diagnosis
dan penanganannya. Pada permulaan persalinan masih dapat diusahakan
mengubah letak lintang menjadi presentasi kepala asalkan pembukaan
masih kurang dari empat sentimeter dan ketuban belum pecah. Pada
seorang primigravida bila versi luar tidak berhasil, sebaiknya segera
dilakukan seksio sesarea. Sikap ini berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan sebagai berikut : 1) bahu tidak dapat melakukan dilatasi
pada serviks dengan baik, sehingga pada seorang primigravida kala I
menjadi lama dan pembukaan serviks sukar menjadi lengkap; 2) karena
tidak ada bagian besar janin yang menahan tekanan intra-uterin pada
waktu his, maka lebih sering terjadi pecah ketuban sebelum pembukaan
serviks sempurna dan dapat mengakibatkan terjadinya prolapsus funikuli;
3) pada primigravida versi ekstraksi sukar dilakukan 1.Pertolongan
persalinan letak lintang pada multipara bergantung kepada beberapa
faktor. Apabila riwayat obstetrik wanita yang bersangkutan baik, tidak
didapatkan kesempitan panggul, dan janin tidak seberapa besar, dapat
ditunggu dan diawasi sampai pembukaan serviks lengkap untuk
kemudian melakukan versi ekstraksi. Selama menunggu harus
diusahakan supaya ketuban tetap utuh dan melarang wanita tersebut
bangun atau meneran. Apabila ketuban pecah sebelum pembukaan
lengkap dan terdapat prolapsus funikuli, harus segera dilakukan seksio
sesarea. Jika ketuban pecah, tetapi tidak ada prolapsus funikuli, maka
bergantung kepada tekanan, dapat ditunggu sampai pembukaan lengkap
kemudian dilakukan versi ekstraksi atau mengakhiri persalinan dengan
seksio sesarea. Dalam hal ini persalinan dapat diawasi untuk beberapa
waktu guna mengetahui apakah pembukaan berlangsung dengan lancer
atau tidak. Versi ekstraksi dapat dilakukan pula pada kehamilan kembar
apabila setelah bayi pertama lahir, ditemukan bayi kedua berada dalam
letak lintang. Pada letak lintang kasep, versi ekstraksi akan
mengakibatkan ruptur uteri, sehingga bila janin masih hidup, hendaknya
dilakukan seksio sesarea dengan segera, sedangkan pada janin yang
sudah mati dilahirkan pervaginam dengan dekapitasi 1.

3.7 Prognosis Meskipun letak lintang dapat diubah menjadi presentasi


kepala, tetapi kelainan-kelainan yang menyebabkan letak lintang, seperti
misalnya panggul sempit, tumor panggul dan plasenta previa masih tetap
dapat menimbulkan kesulitan pada persalinan. Persalinan letak lintang
memberikan prognosis yang jelek, baik terhadap ibu maupun janinnya 1.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian janin pada letak lintang di
samping kemungkinan terjadinya letak lintang kasep dan ruptur uteri,
juga sering akibat adanya tali pusat menumbung serta trauma akibat
versi ekstraksi untuk melahirkan janin. Versi ekstraksi ini dahulu
merupakan tindakan yang sering dilakukan, tetapi pada saat ini sudah
jarang dilakukan, karena besarnya trauma baik terhadap janin maupun
ibu, seperti misalnya terjadinya ruptur uteri dan robekan jalan lahir
lainnya. Angka kematian ibu berkisar antara 0-2% (RS Hasan Sadikin
Bandung,1996), sedangkan angka kematian janin di Rumah Sakit Umum
Pusat Propinsi Medan 23,3% dan di RS Hasan Sadikin Bandung 18,3% 1.
DAFTAR PUSTAKA1. Wiknjosastro, H. (Ed.). (2007). Ilmu Kebidanan
(kesembilan ed.). Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2.
Cunningham, G., Gant, N. F., Leveno, K. J., Gilstrap III, L., Hauth, J. C., &
Wenstrom, K. D. (2006). Obstetri William (21 ed., Vol. 1). Jakarta: EGC.3.
Admin. (2008). Kehamilan Dengan Letak Lintang. Retrieved Mei 2009, from
Seputar Kedokteran Dan Linux:
http://medlinux.blogspot.com/2009/02/kehamilan-dengan-letak-lintang.html4.
Obstetri Patologi. (1984). Bandung: Bag. Obstetri dan Ginekologi FK UNPAD
Bandung.5. Mochtar, D. Letak Lintang (Transverse Lie) dalam Sinopsis
Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Edisi 2. Jakarta : EGC. 1998;
Hal. 366-3726. Idmgarut. (2009, Januari). Case Report: Letak Lintang.
Retrieved Mei 2009, from http://idmgarut.wordpress.com

Seorang ibu hamil mengeluhkan bentuk perutnya yang hamil kali ini
berbeda dibandingkan bentuk perutnya saat kehamilan anak pertama,
kedua dan ketiganya. Dokter kandungan yang memeriksanya
mengatakan bahwa ibu yang sedang hamil keempat ini posisi janinnya
letak lintang. Apakah letak lintang?
Letak lintang adalah “presentasi janin, dimana janin berada dalam
posisi melintang atau tegak lurus terhadap jalan lahir. Ini adalah letak
yang tidak baik dalam kehamilan trismester akhir.Persalinan
pervaginam (persalinan normal melalui vagina) TIDAK MUNGKIN
dilakukan, kecuali pada keadaan janin sangat kecil, atau telah mati
cukup lama.
Adapun beberapa keadaan yang menyebabkan terjadinya kehamilan letak

lintang adalah: plasenta previa dimana letak plasenta tidak sebagaimana


mestinya hingga menghalangi posisi normal janin dalam kandungan,
kehamilan multiple atau kehamilan kembar, prematuritas karena bayi yang
terlalu kecil sehingga dapat berputar-putar, hidramnion atau kelebihan cairan
amnion yang juga menyebabkan janin bisa berubah posisi hingga melintang,
panggul sempit, pendulum dinding abdomen, multiparitas, dan kelainan
uterus atau janin lainnya
Untuk mengetahui adanya kehamilan letak sungsang biasanya dokter
akan melakukan pemeriksaan dan mendapatkan beberapa kondisi
berikut: pemeriksaan luar (palpasi Leopold) diraba kepala di kanan atau
di kiri perut ibu, bunyi jantung janin berada di sekitar pusar, fundus uteri
terhadap usia gestasi lebih rendah daripada letak memanjang atau
membujur, pemeriksaan dalam mungkin dapat diraba lengan, bahu atau
iga janin, ditentukan berdasarkan letak punggung : dorsosuperior atau
dorsoinferior, dorsoanterior atau dorsoposterior.
Lalu apa yang akan dilakukan dokter bila terjadi kehamilan letak lintang? Bila
janin dalam keadaan hidup, segera akan dilakukan pengakhiran persalinan
dengan sectio cesarean, namun bila janin telah mati dan syarat-syarat
embriotomi terpenuhi, maka dilakukan embriotomi. Jika embriotomi tidak
mungkin dikerjakan,dilakukanlah sectio cesarea.
Namun pada kondisi-kondisi tertentu dokter kandungan berusaha melakukan
koreksi letak lintang menjadi memanjang/membujur dengan tindakan versi
luar. Versi luar dapat dicoba dilakukan bila : persalinan masih dalam fase
laten, selaput ketuban masih utuh, bagian terbawah janin belum masuk pintu
atas panggul, anak dalam keadaan baik, ibu dalam keadaan baik. Namun
versi luar sangat beresiko sehingga jarang dilakukan.

Adapun tindakan versi ekstraksi pada letak lintang hanya boleh dilakukan :
pada keadaan dimana anak kedua kehamilan kembar dan selaput ketuban
baru pecah atau dipecahkan.
Kehamilan letak lintang merupakan kehamilan yang berisiko sehingga
alangkah baiknya ibu hamil melakukan pemeriksaan secara rutin
sehingga kelainannya dapat ditanggulangi sejak dini.
semoga ini menjawab pertanyaan Kiki tentang materi yang dia cari
kandungan, kehamilan letak lintang, lintangletak lintang

Letak lintang terjadi bila sumbu memanjang janin


menyilang sumbu memanjang ibu secara tegak lurus atau
mendekati 90 °. Beberapa rumah sakit di Indonesia melaporkan
angka kejadian letak lintang pada beberapa rumah sakit sebagai
berikut : RSUP Pirngadi Medan 0,6%, RS Hasan Sadikin Bandung
1,9%; RSUP Cipto Mangunkusumo selama 5 tahun0,1% dari
12827 persalinan.
II. IDENTIFIKASI KASUS
IDENTITAS
Nama : Ny.Y No. Medrec : 01 05 0768
Usia : 21 tahun
Alamat : Sukaresmi
Pendidikan terakhir : SMU
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Tanggal Masuk RS : 15 September 2007 , Pukul 10.00 WIB
Tanggal Keluar RS : 18 September 2007

← ANAMNESA
Keluhan Utama: hamil
Anamnesa Khusus :
G2P1A0 mengatakan hamil 9 bulan dan telah
diperiksa di dokter ahli kandungan dan dinyatakan letak
lintang, atas hal ini ibu direncanakan untuk dioperasi
seksio sesaria. Ibu partus terakhir 2 tahun yang lalu di
bidan dengan berat badan 3500gram dan meninggal
beberapa jam setelah bersalin..

• ANAMNESA TAMBAHAN
HPHT : Awal Desember 2006
PNC : Bidan
Menikah : Istri 18 tahun, ibu rumah tanggara
Suami 20 tahun, wiraswasta
Menarch : Usia 13 tahun
Riwayat KB : -

← PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : Afebris
Konjungtiva : Anemis -/-
Thoraks : t.a.k
Cor : t.a.k
Pulmo : t.a.k
Abdomen : Lihat status obstetrikus
Tinggi Badan : 136 cm
Status Obstetrikus
a. Pemeriksaan luar:
abdomen : cembung, tegang
TFU : 28 cm
LP : 92 cm
His : -
LA : lintang
b. Pemeriksaan dalam: v/v : t.a.a
Portio : tebal lunak
OUE : tertutup
Fluxus : (+), sedikit

32. PEMERIKSAAN PENUNJANG


o Hasil USG, dinyakatan letak lintang.
o Laboratorium lengkap, hasilnya:
- Hb : 11,9 gr/dl
- Ht : 35,5%
- Leukosit : 7.700 /mm3
- Trombosit : 208.000 /mm3
- GDS : 73 mg/dl
- SGOT : 26 U/l
- SGPT : 15 U/l
- Ureum : 13 mg/dl
- Kreatinin : 0,66 mg/dl
- waktu perdarahan : 2’
- waktu pembekuan : 8’

• DIAGNOSA KERJA
G2P1A0 gravida 37 – 38 minggu + letak lintang

• PENATALAKSANAAN
a. infus RL 20 gtt/menit
b. rencana operasi Sectio sesaria

A. LAPORAN OPERASI
Tanggal : 15 September 2007, jam 12.20 WIB
Diagnosa prabedah : G2P1A0 Gravida 37-38 minggu +
letak lintang
Diagnosa pasca bedah : P2A0 partus maturus dengan
SC atas indikasi letak lintang
Indikasi operasi : Letak Lintang
Jenis operasi : Sectio Sesaria Transperitoneal Profunda
Prosedur operasi
1. Dilakukan tindakan a dan antiseptik pada
daerah abdomen sekitarnya dengan
betadine.
2. Dilakukan insisi pfanensteil ± 10 cm
3. Setelah peritonium dibuka tampak dinding
depan uterus
4. Segmen Bawah Rahim disayat konkaf dan
diperlebar ke kiri dan kanan.
5. Pukul 12.30 Bayi lahir dengan ekstraksi kaki,
Jenis Kelamin laki-laki, BB : 2450 gr, PB :
45 cm. AS :6-7 cm. Lalu uterus diinjeksi
dengan oksitosin 10 IU intramural
6. Pukul 12.33 Plasenta lahir lengkap dengan
berat ± 500gr, ukuran 20x20x2 cm
7. Uterus dijahit 2 lapis secara jelujur
interlocking.
8. Rongga abdomen dibersihkan lalu dinding
abdomen dijahi lapis demi lapis.
9. Kulit dijahit subkutikuler.
10. Therapi : cefotaxim 1 gr/12 jam
kaltropen supp/8 jam

A. FOLLOW UP POST OPERASI

Tanggal Keterangan

16/ 09/ 07 S : nyeri pada luka operasi


O : CM, KU baik
T : 100/70 mmHg
N : 84x/menit
R : 18x/menit
S : afebris
Konjungtiva anemis -/-
BAK terpasang kateter
BAB (-), flatus (+)
BU (+)
TFU : 1 jari di bawah pusat
Kontraksi Uterus : +, baik
Luka operasi : tertutup verband
ASI +/+
Perdarahan +, sedikit
Balance Cairan
- input cairan 2500 cc
Darah 250 cc
- output 1500 cc
Balance : + 1250 cc
Hb : 10,5 gr/dl
Leukosit : 14.700
Trombosit : 204.000
Ht : 30,8 %
A : post SCTP atas indikasi letak lintang
P : Cefotaxim 1 gr/12 jam
Metronidazol 500 mg/12 jam
As. Mefenamat 3 x 500 mg
Mobilisasi

17/09/2007 S : batuk berdahak


O : CM, KU baik
T : 90/70 mmHg
N : 80 x/mnt
RR : 22 x/mnt
S : afebris
Konjungtiva anemis -/-
TFU : 1 jari dibawah pusat
BAK (+)
BAB (+), BU (+), flatus (+), luka operasi tertutup verband
Mobilisasi (+)
A : post SCTP atas indikasi letak lintang
P : off infus
Mobilisasi bertahap
Cefadroksil 2x 500mg
As.Mefenamat 3 x 500 mg
Sulfas Ferous 1×1

18/ 09/07 S : mules, batuk berkurang.


O : CM, KU baik
T : 110 /60 mmHg
N : 80 x/mnt
RR : 20 x/mnt
S : afebris
Konjungtiva anemis -/-
TFU : 1 jari dibawah pusat
BAK (+),BAB (+)
Luka operasi kering
A : post SCTP atas indikasi letak lintang
P : Ganti Verband
Cefadroksil 2x 500mg
As.Mefenamat 3 x 500 mg
Sulfas Ferous 1×1
BLPL

IIi. PERMASALAHAN
1. Apakah penegakan diagnosis pada pasien ini sudah
benar?
2. Apakah penatalaksanaan pasien sudah sesuai dengan
standar pelayanan ?
3. Bagaimana prognosis pasien ini ?

IV. PEMBAHASAN
IV.1. apakah penegakan diagnosis pada pasien ini sudah benar?
LETAK LINTANG
Letak lintang ialah suatu keadaan di mana janin melintang di
dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan
bokong berada pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong
berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu
berada pada pintu atas panggul. Punggung janin dapat berada :
- Di depan (dorsoanterior)
- Di belakang (dorsoposterior)
- Di atas (dorsosuperior)
- Di bawah (dorsoinferior)
EtTIOLOGI
Multiparitas disertai dinding uterus dan perut yang
lembek.
Kehamilan prematur, hidramnion dan kehamilan kembar
Keadaan lain yang dapat menghalangi turunnya
kepalake dalam rongga panggul sempit, tumor
daerah panggul dan plasenta previa.
Kelainan bentuk rahim seperti uterus arkuatus atau
uterus subseptus.

DIAGNOSIS
Pada inspeksi tampak bahwa perut melebar ke samping dan pada
kehamilan cukup bulan, fundus uteri lebih rendah dari biasa,
hanya beberapa jari diatas pusat.
Pada palpasi ternyata bahwa fundus uteri maupun bagian bawah
rahim kosong, sedangkan bagian-bagian besar (kepala dan
bokong) teraba disamping kiri atau kanan di atas fossa iliaka.
Pada auskultasi BJA dapat dinilai setinggi pusat kanan dan kiri.
Dan pada USG juga terlihat gambaran letak lintang.
Pada pasien ini penegakkan diagnosis sudah dilakukan dengan
benar. Dimana sudah dilakukan pemeriksaan luar yaitu pada
pemeriksaan leopold. Dan pada pemeriksaan leopold II dimana
untuk menentukan letak punggung janin namun pada pasien ini
yang teraba bokong dan kepala pada kedua sisi kanan dan kiri.
Kemudian sudah dilakukan juga pemeriksaan penunjang USG
sebelumnya yang menyatakan pada pasien ini mengalami
kehamilan letak lintang.

IV.2 apakah penatalaksanaan pada pasien ini sudah sudah sesuai


dengan standar pelayanan?
PENANGANAN
Apabila pada pemeriksaan antenatal ditemukan letak lintang,
sebaiknya diusahakan mengubah menjadi presentasi kepala
dengan versi luar. Meskipun versi luar berhasil janin akan dapat
memutar kembali oleh karena itu dianjurkan menggunakan korset
dan dilakukan pemeriksaan antenatal ulangan untuk menilai letak
janin. Pada seorang primigravida bila versi luar tidak berhasil
sebaiknya segera dilakukan seksio sesaria. Sikap ini berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
1. Bahu tidak dapat melakukan dilatasi pada serviks
dengan baik, sehingga seorang primigravida kala I
menjadi lama dan pembukaan serviks sukar menjadi
lengkap.
2. Karena tidak ada bagian besar janin yang menahan
tekanan intrauterin pada waktu his, maka lebih
sering terjadi pecah ketuban sebelum pembukaan
serviks sempurna dan dapat mengakibatkan
terjadinya prolapsus funikuli.
3. Pada primigravida versi ekstraksi sukar dilakukan.
Pada keadaan hamil diusahakan jadi letak membujur
dengan melakukan versi luar pada primigravida yaitu pada usia
kehamilan 34 minggu atau multigravida pada usia kehamilan 36
minggu.
Versi luar adalah upaya yang dilakukan dari luar untuk
dapat mengubah kedudukan janin menjadi kedudukan lebih
menguntungkan dalam persalinan pervaginam. Berdasarkan
ketetapan tersebut dikenal bentuk versi luar :
1. Versi Sefalik : melakukan perubahan kedudukan janin
menjadi letak kepala.
2. Versi podalik : perubahan kedudukan janin menjadi
letak bokong (sungsang).
Untuk dapat melaksanakan versi luar perlu diperhatikan beberapa
pertimbangan berikut ini:
1. Kontraindikasi versi luar
§ Ketuban sudah pecah.
§ Penderita mempunyai hipertensi
§ Rahim pernah mengalami pembedahan : seksio
sesaria, pengeluaran mioma uteri.
§ Penderita pernah mengalami perdarahan selama
hamil.
§ Pernah mengalami tindakan operasi pervaginam.
§ Terdapat faktor resiko tinggi kehamilan: kasus
infertilitas, sering mengalami keguguran,
persalinan prematuritas atau kelahiran mati,
tinggi badan kurang dari 150 cm, mempunyai
deformitas pada tulang panggul/ belakang.
§ Pada kehamilan kembar.
2. Syarat versi luar dapat berhasil dengan baik :
Dilakukan pada usia kehamilan 34-36 minggu
Pada inpartu dilakukan sebelum pembukaan 4 cm.
Bagian terendah belum masuk atau masih dapat
dikeluarkan dari PAP.
Bayi dapat dilahirkan pervaginam
Ketuban masih positif utuh.
Pertolongan persalinan letak lintang pada multipara bergantung
kepada beberapa faktor. Apabila riwayat obstetrinya baik dapat
ditunggu dan diawasi sampai pembukaan lengkap untuk kemudian
dilakukan versi ekstraksi. Apabila ketuban pecah sebelum
pembukaan lengkap dan terdapat prolapsus funikuli harus segera
dilakukan seksio sesaria. Pada letak lintang kasep versi ekstraksi
akan mengakibatkan ruptur uteri, sehingga bila janin masih hidup
hendaknya dilakukan seksio sesaria dengan segera sedangkan
pada janin yang sudah mati dilahirkan pervaginam dengan
dekapitasi.
MEKANISME PERSALINAN
Pada letak lintang dengan ukuran panggul normal dan janin cukup
bulan, tidak dapat terjadi persalinan spontan. Bila persalinan
dibiarkan tanpa pertolongan akan menyebabkan kematian janin
dan ruptur uteri. Bahu masuk ke dalam panggul, sehingga rongga
panggul seluruhnya terisi bahu dan bagian-bagian tubuh lainnya.
Janin tidak dapat turun lebih lanjut dan terjepit dalam rongga
panggul. Dalam usaha untuk mengeluarkan janin, segmen atas
uterus terus berkontraksi dan beretraksi sedangkan segmen
bawah uterus melebar serta menipis sehingga batas antara dua
bagian itu makin lama makin tinggi dan terjadi lingkaran retraksi
patologik. Keadaan demikian dinamakan letak lintang kasep.
Kalau janin kecil, sudah mati dan menjadi lembek, kadang-kadang
persalinan dapat berlangsung spontan. Janin lahir cara Denman
atau Douglas.
Cara Denman Bahu tertahan pada simfisis dan dengan
fleksi kuat di bagian bawah tulang belakang ,
badan bagian bawah, bokong dan kaki turun di
rongga panggul dan lahir. Kemudian disusul
badan bagian atas dan kepala.
Cara Douglas, bahu masuk ke dalam rongga panggul,
kemudian dilewati oleh bokong dan kaki, sehingga
bahu, bokong dan kaki lahir, selanjutnya disusun
oleh lahirnya kepala.
Pada pasien ini penatalaksanaannya sudah sesuai dengan
standar pelayanan. Pada pasien tidak dilakukan versi luar karena
pasien ini terdapat kontraindikasi untuk dilakukan tindakan
tersebut yaitu tinggi badan ibu kurang dari 150 cm (136 cm). Oleh
karena pasien tidak dilakukan tindakan versi luar maka persalinan
pervaginam tidak dapat dilakukan. Dan persalinan ibu dilakukan
dengan operasi seksio sesaria.

IV.3 bagaimana prognosis pasien ini?


Persalinan letak lintang memberikan prognosis yang jelek, baik
terhadap ibu maupun janinnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kematian janin pada letak lintang disamping kemungkinan
terjadinya letak lintang kasep dan ruptura uteri, juga sering akibat
adanya tali pusat menumbung serta trauma akibat versi ekstraksi
untuk melahirkan janin.
Prognosis pada pasien ini bisa dikatakan kurang baik. Pada Quo
ad vitam ad bonam dan quo ad functionam ad bonam. Sewaktu
melakukan sectio sesaria pada pasien ini tidak disertai dengan
tindakan pemasangan IUD. Dimana pasien yang dilakukan operasi
sectio sesaria kontraindikasi bila terjadi kehamilan dalam kurun
waktu 2 tahun pasca operasi. Dan untuk mencegah hal ini terjadi
sebaiknya pada saat dilakukan sectio sesaria disertai dengan
pemasangan IUD. Namun hal ini bukanlah kesalahan yang mutlak
karena pelaksanaan kontrasepsi bisa dilakukan dalam waktu 40
hari setelah partus. Dan sebaiknya dilakukan kontrasepsi yang
tidak mengganggu asi.

V. KESIMPULAN
1. Penegakan diagnosa pada pasien ini sudah tepat. Sesuai
dengan tanda dari letak lintang.
© Pemeriksaan obstetrik
Pemeriksaan luar:
abdomen : cembung, tegang
TFU : 28 cm
LP : 92 cm
His : -
LA : lintang

© Pemeriksaan penunjang
Hasil USG dinyatakan letak lintang.
2. Penatalaksanaan letak lintang pada pasien ini sudah benar,
sesuai dengan standar pelayanan.
© Tindakan versi luar tidak dilakukan karena
kontraindikasi yaitu tinggi badan pasien 136
cm.
© Dilakukannya Operasi sectio sesaria pada
pasien ini.
3. Fungsi reproduksi pada pasien ini masih baik. Namun pada
pasien ini kita harus melakukan motivasi KB. Dan
sebaiknya menggunakan kontrasepsi yang tidak
mengganggu laktasi.

Letak Lintang
LETAK LINTANG

A. Pengertian Letak Lintang


Letak Lintang adalah suatu keadaan di mana janin
melintang di dalam uterus dengan kepala pada sisi
yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang
lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi
daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada
pintu atas panggul. Punggung janin dapat berada di
depan (dorsoanterior), di belakang (dorsoposterior), di
atas (dorsosuperior), atau di bawah (dorsoinferior).
(Hanifa Wiknjosastro,dkk.1992)
Letak lintang adalah bila sumbu memanjang janin
menyilang sumbu menyilang ibu secara tegak lurus
atau mendekati 90 derajat. Jika sudut yang dibentuk
kedua sumbu ini tajam disebut oblique lie, yang terdiri
dari deviated head presentation (letak kepla mengolak)
dan deviated breech presentation (letak bokong
mengolak). Karena biasanya yang paling rendah
adalah bahu, maka dalam hal ini disebut juga shoulder
presentation.(Rustam mochtar.1998)
- Menurut letak kepala terbagi atas:
a). Letak lintang I : kepala di kiri
b). Letak lintang II : kepala di kanan
- Menurut posisi punggung terbagi atas:
a). Dorso anterior (di depan)
b). Dorso posterior (di belakang)
c). Dorso superior (di atas)
d). Dorso inferior (di bawah)

B. Etiologi
Sebab terpenting terjadinya letak lintang adalah
multiparitas disertai dinding uterus dan perut lembek.
Pada kehamilan prematur, hidramnion dan kehamilan
kembar, janin sering dijumpai dalam letak lintang.
Keadaan-keadaan lain yang dapat menghalangi
turunnya kepala ke dalam rongga panggul seperti
misalnya panggul sempit, tumor di daerah panggul dan
plasenta previa dan pula mengakibatkan terjadinya
letak lintang tersebut. Demikian pula kelainan bentuk
rahim, seperti misalnya uterus arkuatus atau uterus
subseptus, juga merupakan penyebab terjadinya letak
lintang.(Hanifa Wiknjosastro,dkk.1992)
Penyebab dari letak lintang sering merupakan
kombinasi dari berbagai faktor, sering pula
penyebabnya tetap merupakan suatu misteri. Faktor-
faktor tersebut adalah:
- Fiksasi kepala tidak ada, karena panggul sempit,
hidrosefalus, anaensefalus, plasenta previa, dan tumor-
tumor pelvis
- Janin sudah bergerak pada hidramnio, multiparitas,
anak kecil, atau sudah mati.
- Gemeli (kehamilan ganda)
- Kelainan uterus seperti arkuatus, bikornus, atau
septum
- Lumbar skoliosis
- Monster
- Pelvic kidney dan kandung kemih serta rektum yang
penuh.(Rustam mochtar.1998)

C. Diagnosis
Adanya letak lintang sering sudah dapat diduga hanya
dengan inspeksi. Uterus tampak lebih melebar dan
fundus uteri lebih rendah tidak sesuai dengan umur
kehamilannya. Pada palpasi fundus uteri kosong,
kepala janin berada di samping, dan di atas simfisis
juga kosong, kecuali bila sudah turun ke dalam
panggul. Denyut jantung janin ditemukan di sekitar
umbilikus. Apabila bahu sudah masuk ke dalam
panggul, pada pemeriksaan dalam dapat diraba bahu
dan tulang-tulang iga. Bila ketiak dapat diraba, arah
menutupnya menunjukkan letak dimana kepala janin
berada. Kalau ketiak menutup ke kiri, kepala di sebelah
kiri, sebaliknya kalau ketiak menutup ke kanan, kepala
berada disebelah kanan. Punggung dapat ditentukan
dengan terabanya skapula dan ruas tulang belakang,
sedangkan dada dengan terabanya klavikula. Kadang-
kadang dapat pula diraba tali pusat yang menumbung.
(Hanifa Wiknjosastro,dkk.1992)
Diagnosis letak lintang janin diantaranya:
1. Inspeksi
Perut membuncit ke samping
2. Palpasi
- Fundus uteri lebih rendah dari seharusnya tua
kehamilan
- Fundus uteri kosong dan bagian bawah kosong,
kecuali kalau bahu sudah masuk dalam p.a.p.
- Kepala (ballotement) teraba di kanan atau kiri
3. Auskultasi
DJJ setinggi pusat kanan atau kiri.
4. Pemeriksaan dalam (VT)
- Teraba tulang iga, skapula, dan kalau tangan
menumbung teraba tangan.Untuk menentukan tangan
kanan atau kiri lakukan cara dengan bersalaman.
- Teraba bahu dan ketiak yang bisa menutup ke kanan
atau ke kiri. Bila kepala terletak di kiri, ketiak menutup
di kiri.
- Letak punggung ditentukan dengan adanya skapula
letak dada dengan klavikula.
- Pemeriksaan dalam agak sukar dilakukan bila
pembukaan kecil dan ketuban intak, namun pada letak
lintang biasanya ketuban cepat pecah.
5. Foto Rontgen
Tampak janin dengan letak lintang.(Rustam
mochtar.1998)

D. Mekanisme Persalinan
Pada letak dengan ukuran panggul normal dan janin
cukup bulan, tidak dapat terjadi persalinan spontan.
Bila persalinan dibiarkan tanpa pertolongan, akan
menyebabkan kematian janin dan ruptura uteri. Bahu
masuk ke dalam panggul, sehingga rongga panggul
seluruhnya terisi bahu dan bagian-bagian tubuh
lainnya. Janin tidak dapat turun lebih lanjut dan
terjepit dalam rongga panggul. Dalam usaha untuk
mengeluarkan segmen uterus berkontraksi dan
beretraksi dan sedangkan segmen bawah uterus
melebar serta menipi, sehingga batas antara dua
bagian itu makin lama makaian tinggi dan terjadi
lingkaran retraksi patologik. Keadaan demikian
dinamakan letak lintang kasep, sedangkan janin akan
meninggal. Bila tidak segera dilakukan pertolongan,
akan terjadi ruptura uteri, sehingga janin yang
meninggal sebagian atau seluruhnya keluar dari uterus
dan masuk ke dalam rongga perut. Ibu berada dalam
keadaan sangat berbahaya akibat perdarahan dan
infeksi, dan sering kali meninggal pula. Kalau janin
kecil, sudah mati dan menjadi lembek, kadang-kadang
persalian dapat berlangsung spontan. Janin lahir
dalam keadaan terlipat melalui janin lahir
(konduplikasio korpore) atau lahir dengan evolusio
spontanea menurut cara Denman atau Douglas. Pada
cara Denman bahu tertahan pada simfisis dan dengan
fleksi kuat di bagian bawah tulang belakang, badan
bagian bawah, bokong dan kaki turun di rongga
panggul dan lahir, kemudian disusul badan bagian atas
dan kepala. Pada cara Douglas bahu bmasuk ke dalam
rongga panggul, kemudian dilewati oleh bokong dan
kaki, sehingga bahi, bokong dan kaki lahir, selanjutnya
disusul lahirnya kepala. Dua cara tersebut merupakan
variasi suatu mekanisme lahirnya janin dalam letak
lintang, akibat fleksi lateral yang maksimal dari tubuh
janin. .(Hanifa Wiknjosastro,dkk.1992)
Anak normal yang cukup bulan tidak mungkin lahir
secara spontan dalam letak lintang. Janin hanya dapat
lahir spontan, bila kecil (prematur), sudah mati dan
menjadi lembek, atau bila panggul luas. Beberapa cara
janin lahir spontan:
1. Evolutio Spontanea
a). Menurut Denman
Setelah bahu lahir kemudian diikuti bokong, perut,
dada, dan akhirnya kepala.
b). Menurut Douglas
Bahu diikuti oleh dada, perut, bokong, dan akhirnya
dada.
2. Conduplicatio corpore
Kepala perut berlipat bersama-sama lahir memasuki
panggul. Kadang-kadang oleh karena his, letak lintang
berubah spontan mengambil bangun semula dari
uterus menjadi leta membujur, kepala atau bokong,
namun hal ini jarang sekali terjadi. Kalau letak lintang
dibiarkan, maka bahu akan masuk ke dalam rongga
panggul, turun makin lama makin dalam sampai
rongga panggul terisi seluruhnya oleh badan janin.
Bagian korpus uteri mengecil sedang SBR meregang.
Hali ini disebut letak lintang kasep (Neglected
Tranverse Lie).
Adanya letak lintang kasep dapat diketahui bila ada
ruptura uteri mengancam; bila tangan dimasukkan ke
dalam kavum uteri terjepit antara janin dan panggul
serta dengan narkosa yang dalam tetap sulit merubah
letak janin. Bila tidak cepat diberikan pertolongan,
akan terjadi ruptura uteri dan janin sebagian atau
seluruhnya masuk ke dalam rongga perut. Pada letak
lintang biasanya:
• Ketuban cepat pecah
• Pembukaan lambat jalannya
• Partus jadi lebih lama
• Tangan menumbung (20-50%)
• Tali pusat menumbung (10%).(Rustam
mochtar.1998)

E. Prognosis
Meskipun letak lintang dapat diubah menjadi
presentasi kepala, tetapi kelaina-kelainan yang
menyebabkan letak lintang, seperti misalnya panggul
sempit , tumor panggul dan plasenta previa masih
dapat menimbulkan kesulitan pada persalinan.
Persalinan letak lintang memberikan prognosis yang
jelek, baik terhadap ibu maupun janinnya. Faktor-
faktor yang mempengaruhi kematian janin pada letak
lintang di samping kemungkinan terjadinya letak
lintang kasep dan ruptura uteri, juga sering akibat tali
pusat menumbung serta trauma akibat versi ekstraksi
untuk melahirkan janin. Versi ekstraksi ini dahulu
merupakan tindakan yang sering dilakukan, karena
besarnya trauma baik terhadap janin maupun ibu,
seperti misalnya terjadi rupture uteri dan robekan
jalan lahir lainnya. .(Hanifa Wiknjosastro,dkk.1992)
Prognosis letak lintang diantaranya:
1. Bagi ibu
Bahaya yang mengancam adalah ruptura uteri baik
spontan, atau sewaktu versi dan ekstraksi . Partus
lama, ketuban pecah dini dengan demikian mudah
dapat infeksi intrapartum.
2. Bagi janin
Angka kematian tinggi (25-40%), yang dapat
disebabkan oleh:
- Prolapsus funiculi
- Trauma partus
- Hipoksia karena kontraksi uterus terus menerus
- Ketuban pecah dini.(Rustam mochtar.1998)

F. Penanganan
Bila sudah ketahuan sungsang atau melintang, ibu
hamil dapat melakukan beberapa usaha untuk
membuat letak janinnya normal meskipun
kemungkinan berahasilnya kurang dari 60 %. Cara
tersebut antara lain :
- Ibu hamil agar rajin menungging
- bisa dengan mengepel lantai
- dianjurkan untuk melakukan posisi bersujud (knee
chest position), dengan posisi perut seakan-akan
menggantung ke bawah. Cara ini harus rutin dilakukan
setiap hari sebanyak 2 kali, misalnya pagi dan sore.
Masing-masing selama 10 menit. Bila posisi ini
dilakukan dengan baik dan teratur, kemungkinan
besar bayi yang sungsang dapat kembali ke posisi
normal. Kemungkinan janin akan kembali ke posisi
normal, berkisar sekitar 92 persen. Dan posisi
bersujud ini tidak berbahaya karena secara alamiah
memberi ruangan pada bayi untuk berputar kembali ke
posisi normal.
- Begitu juga saran agar si ibu memakai korset atau
semacam celana bersepeda nan ketat guna
mempertahankan letak janin yang sudah kembali
normal.
Apabila pada pemeriksaan antenatal ditemukan letak
lintang, sebaiknya diusahakan mengubah menjadi
presentasi kepala dengan versi luar. Sebelum
melakukan versi luar harus dilakukan pemeriksaan
teliti ada tidaknya panggul sempit, tumor dalam
panggul, atau plasenta previa, sebab dapat
membahayakan janin dan meskipun versi luar
berhasil, janin mungkin akan memutar kembali. Untuk
mencegah janin memutar kembali ibu dianjurkan
menggunakan korset, dan dilakukan pemeriksaan
antenatal ulangan untuk menilai letak janin. Ibu
diharuskan masuk rumah sakit lebih dini pada
permulaan persalinan, sehingga bila terjadi perubahan
letak, segera dapat ditentukan diagnosis dan
penanganannya. Pada permulaan persalianan masih
dapat diusahakan mengubah letak janin menjadi
presentasi kepala asalkan pembukaan masih kurang
dari empat sentimeter (< 4 cm) dan ketuban belum
pecah. Pada seorang primigravida bila versi luar tidak
berhasil, sebaiknya segera dilakukan seksio seksaria.
Sikap ini berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
sebagai berikut :
1. bahu tidak dapat melakukan dilatasi pada serviks
dengan baik, sehingga pada seorang primigravida kala
I menjadi lama dan pembukaan serviks sukar menjadi
lengkap
2. karena tidak ada bagian besar janin yang menahan
tekanan intra-uterin pada waktu his, maka lebih sering
terjadi pecah ketuban sebelum pembukaan serviks
sempurna dan dapat mengakibatkan terjadinya
prolapsus funikuli
3. pada primigravida versi ekstraksi sukar dilakukan.
Pertolongan persalinan letak lintang pada multipara
bergantung pada beberapa faktor. Apabila riwayat
obstetrik wanita yang bersangkutan baik, tidak
didapatkan kesempitan panggul, dan janin tidak
seberapa besar, dapat ditunggu dan diawasi sampai
pembukaan serviks lengkap untuk kemudian
melakukan versi ekstraksi. Selama menunggu harus
diusahakan supaya ketuban tetap utuh dan melarang
wanita tersebut bangun atau meneran. Apabila
ketuban pecah sebelum pembukaan lengkap dan
terdapat prolapsus funikuli, harus segera dilakukan
seksio seksarea. Jika ketuban pecah, tetapi tidak ada
prolapsus funikuli, maka bergantung kepada tekanan,
dapat ditunggu sampai pembukaan lengkap kemudian
dilakukan versi ekstraksi atau mengakhiri persalinan
dengan seksio sesarea. Dalam hal ini persalinan dapat
diawasi untuk beberapa waktu guna mengetahui
apakah pembukaaan berlangsung dengan lancar atau
tidak. Versi ekstraksi dapat dilakukan pula pada
kehamilan kembar apabila setelah bayi pertama lahir,
ditemukan bayi kedua berada dalam letak lintang.
Pada letak kasep, versi ekstraksi akan mengakibatkan
ruptura uteri, sehingga bila janin masih hidup,
hendaknya dilakukan seksio sesarea dengan segera,
sedangkan pada janin yang sudah mati dilahirkan per
vaginam dengan dekapitasi.(Hanifa
Wiknjosastro,dkk.1992)
Penanganan letak lintang dapat dilakukan dengan
berbagai cara, antara lain:
a). Sewaktu hamil
Usahakan jadi letak membujur (kepala atau bokong)
dengan melakukan versi luar pada primi dengan usia
kehamilan 34 minggu, atau multi pada kehamilan 36
minggu.
b). Sewaktu partus
Janin dapat dilahirkan dengan cara pervaginam, yaitu
dengan versi dan ekstraksi, atau embriotomi
(dekapitasi eviserasi) bila janin sudah meninggal; atau
perabdominam; seksio sesarea.
c). Tingkat pertolongan
1) Bila ketuban belum pecah
- Pembukaan 5 cm : versi luar
- Pembukaan 5 cm :tunggu sampai hampir lengkap
ketuban dipecahkan.
2) Bila ketuban pecah
- Bila ketuban sudah pecah dan pembukaan lengkap :
versi dan ekstraksi
- Lama pecah : seksio sesarea
- Letak lintang kasep dan anak hidup : seksio sesarea
- Letak lintang kasep dan anak mati: laparotomi, atau
kalau fasilitas kurang, embriotomi secara hati-hati
Menurut Eastmant dan Greenhill, penanganan letak
lintang ada dua cara:
1. bila ada panggul sempit seksio sesarea adalah cara
yang terbaik dalam segala letak lintang , dengan anak
hidup.
2. Semua primigravida dengan letak lintang harus
ditolong dengan seksio sesarea walaupun tidak ada
panggul sempit.(Rustam mochtar.1998)

DAFTAR PUSTAKA
Mochtar, Rustam.1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta:
EGC
Wiknjosastro, Hanifa.,et al. 1992. Ilmu Kebidanan.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

KEHAMILAN USIA MUDA

Pengertian Kehamilan Resiko Tinggi.

Kehamilan usia dini memuat risiko yang tidak

kalah berat. Pasalnya, emosional ibu belum stabil

dan ibu mudah tegang. Sementara kecacatan

kelahiran bisa muncul akibat ketegangan saat

dalam kandungan, adanya rasa penolakan secara

emosional ketika si ibu mengandung bayinya.

(Ubaydillah, 2000).

2. Dampak Kehamilan Resiko Tinggi pada Usia

Muda.

a. Keguguran.
Keguguran pada usia muda dapat

terjadi secara tidak disengaja. misalnya :

karena terkejut, cemas, stres. Tetapi ada

juga keguguran yang sengaja dilakukan oleh

tenaga non profesional sehingga dapat

menimbulkan akibat efek samping yang

serius seperti tingginya angka kematian dan

infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya

dapat menimbulkan kemandulan.

b. Persalinan prematur, berat badan lahir rendah

(BBLR) dan kelainan bawaan.

Prematuritas terjadi karena kurang

matangnya alat reproduksiterutama rahim

yang belum siap dalam suatu proses

kehamilan, berat badan lahir rendah (BBLR)

juga dipengaruhi gizi saat hamil kurang dan

juga umur ibu yang belum menginjak 20

tahun. cacat bawaan dipengaruhi kurangnya

pengetahuan ibu tentang kehamilan,

pengetahuan akan asupan gizi rendah,

pemeriksaan kehamilan (ANC) kurang,

keadaan psikologi ibu kurang stabil. selain itu

cacat bawaan juga di sebabkan karena


keturunan (genetik) proses pengguguran

sendiri yang gagal, seperti dengan minum

obat-obatan (gynecosit sytotec) atau dengan

loncat-loncat dan memijat perutnya sendiri.

Ibu yang hamil pada usia muda

biasanya pengetahuannya akan gizi masih

kurang, sehingga akan berakibat kekurangan

berbagai zat yang diperlukan saat

pertumbuhan dengan demikian akan

mengakibatkan makin tingginya kelahiran

prematur, berat badan lahir rendah dan cacat

bawaan.

c. Mudah terjadi infeksi.

Keadaan gizi buruk, tingkat sosial

ekonomi rendah, dan stress memudahkan

terjadi infeksi saat hamil terlebih pada kala

nifas.

d. Anemia kehamilan / kekurangan zat besi.

Penyebab anemia pada saat hamil di

usia muda disebabkan kurang pengetahuan

akan pentingnya gizi pada saat hamil di usia


muda.karena pada saat hamil mayoritas

seorang ibu mengalami anemia. tambahan

zat besi dalam tubuh fungsinya untuk

meningkatkan jumlah sel darah merah,

membentuk sel darah merah janin dan

plasenta.lama kelamaan seorang yang

kehilangan sel darah merah akan menjadi

anemis..

e. Keracunan Kehamilan (Gestosis).

Kombinasi keadaan alat reproduksi

yang belum siap hamil dan anemia makin

meningkatkan terjadinya keracunan hamil

dalam bentuk pre-eklampsia atau eklampsia.

Pre-eklampsia dan eklampsia memerlukan

perhatian serius karena dapat menyebabkan

kematian.

f. Kematian ibu yang tinggi.

Kematian ibu pada saat melahirkan

banyak disebabkan karena perdarahan dan

infeksi. Selain itu angka kematian ibu karena

gugur kandung juga cukup tinggi.yang

kebanyakan dilakukan oleh tenaga non


profesional (dukun).

Adapun akibat resiko tinggi kehamilan usia

dibawah 20 tahun antara lain:

a. Resiko bagi ibunya :

(1) Mengalami perdarahan.

Perdarahan pada saat melahirkan antara

lain disebabkan karena otot rahim yang

terlalu lemah dalam proses involusi.

selain itu juga disebabkan selaput

ketuban stosel (bekuan darah yang

tertinggal didalam rahim).kemudian

proses pembekuan darah yang lambat

dan juga dipengaruhi oleh adanya

sobekan pada jalan lahir.

(2) Kemungkinan keguguran / abortus.

Pada saat hamil seorang ibu sangat

memungkinkan terjadi keguguran. hal ini

disebabkan oleh faktor-faktor alamiah

dan juga abortus yang disengaja, baik

dengan obat-obatan maupun memakai

alat.
(3) Persalinan yang lama dan sulit.

Adalah persalinan yang disertai

komplikasi ibu maupun janin.penyebab

dari persalinan lama sendiri dipengaruhi

oleh kelainan letak janin, kelainan

panggul, kelaina kekuatan his dan

mengejan serta pimpinan persalinan

yang salahKematian ibu.

Kematian pada saat melahirkan yang

disebabkan oleh perdarahan dan infeksi.

b. Dari bayinya :

(1) Kemungkinan lahir belum cukup usia

kehamilan.

Adalah kelahiran prematur yang kurang

dari 37 minggu (259 hari). hal ini terjadi

karena pada saat pertumbuhan janin zat

yang diperlukan berkurang.

(2) Berat badan lahir rendah (BBLR).

Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan

yang kurang dari 2.500 gram.


kebanyakan hal ini dipengaruhi

kurangnya gizi saat hamil, umur ibu saat

hamil kurang dari 20 tahun. dapat juga

dipengaruhi penyakit menahun yang

diderita oleh ibu hamil.

(3) Cacat bawaan.

Merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin


sejak saat pertumbuhan.hal ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor, diantaranya kelainan genetik dan kromosom,
infeksi, virus rubela serta faktor gizi dan kelainan hormon.

(4) Kematian bayi.kematian bayi yang masih berumur 7

hari pertama hidupnya atau kematian perinatal.yang

disebabkan berat badan kurang dari 2.500 gram,

kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari), kelahiran

kongenital serta lahir dengan asfiksia.(Manuaba,1998).

Posted April 23, 2008 by creasoft in Kesehatan Reproduksi


Remaja
Tagged with anemia, keguguran, kehamilan, remaja, resiko
tinggi, zat besi
« Konsep Praktek Klinik Keperawatan
Konsep Penyembuhan Luka »

Pengertian Kehamilan Resiko Tinggi.

Kehamilan usia dini memuat risiko yang tidak kalah berat.


Pasalnya, emosional ibu belum stabil dan ibu mudah
tegang. Sementara kecacatan kelahiran bisa muncul akibat
ketegangan saat dalam kandungan, adanya rasa penolakan
secara emosional ketika si ibu mengandung bayinya.
(Ubaydillah, 2000).
Dampak Kehamilan Resiko Tinggi pada Usia
Muda.

← Keguguran.Keguguran pada usia muda dapat terjadi


secara tidak disengaja. misalnya : karena terkejut,
cemas, stres. Tetapi ada juga keguguran yang sengaja
dilakukan oleh tenaga non profesional sehingga
dapat menimbulkan akibat efek samping yang serius
seperti tingginya angka kematian dan infeksi alat
reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan
kemandulan.
← Persalinan prematur, berat badan lahir rendah
(BBLR) dan kelainan bawaan.Prematuritas terjadi
karena kurang matangnya alat reproduksiterutama
rahim yang belum siap dalam suatu proses
kehamilan, berat badan lahir rendah (BBLR) juga
dipengaruhi gizi saat hamil kurang dan juga umur
ibu yang belum menginjak 20 tahun. cacat bawaan
dipengaruhi kurangnya pengetahuan ibu tentang
kehamilan, pengetahuan akan asupan gizi rendah,
pemeriksaan kehamilan (ANC) kurang, keadaan
psikologi ibu kurang stabil. selain itu cacat bawaan
juga di sebabkan karena keturunan (genetik) proses
pengguguran sendiri yang gagal, seperti dengan
minum obat-obatan (gynecosit sytotec) atau dengan
loncat-loncat dan memijat perutnya sendiri.Ibu yang
hamil pada usia muda biasanya pengetahuannya
akan gizi masih kurang, sehingga akan berakibat
kekurangan berbagai zat yang diperlukan saat
pertumbuhan dengan demikian akan mengakibatkan
makin tingginya kelahiran prematur, berat badan
lahir rendah dan cacat bawaan.
← Mudah terjadi infeksi.Keadaan gizi buruk, tingkat
sosial ekonomi rendah, dan stress memudahkan
terjadi infeksi saat hamil terlebih pada kala nifas.
← Anemia kehamilan / kekurangan zat besi.Penyebab
anemia pada saat hamil di usia muda disebabkan
kurang pengetahuan akan pentingnya gizi pada saat
hamil di usia muda.karena pada saat hamil mayoritas
seorang ibu mengalami anemia. tambahan zat besi
dalam tubuh fungsinya untuk meningkatkan jumlah
sel darah merah, membentuk sel darah merah janin
dan plasenta.lama kelamaan seorang yang
kehilangan sel darah merah akan menjadi anemis..
← Keracunan Kehamilan (Gestosis).Kombinasi keadaan
alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia
makin meningkatkan terjadinya keracunan hamil
dalam bentuk pre-eklampsia atau eklampsia. Pre-
eklampsia dan eklampsia memerlukan perhatian
serius karena dapat menyebabkan kematian.
← Kematian ibu yang tinggi.Kematian ibu pada saat
melahirkan banyak disebabkan karena perdarahan
dan infeksi. Selain itu angka kematian ibu karena
gugur kandung juga cukup tinggi.yang kebanyakan
dilakukan oleh tenaga non profesional (dukun).

Adapun akibat resiko tinggi kehamilan usia
dibawah 20 tahun antara lain:

Resiko bagi ibunya :


• Mengalami perdarahan.Perdarahan pada saat

melahirkan antara lain disebabkan karena otot rahim


yang terlalu lemah dalam proses involusi. selain itu
juga disebabkan selaput ketuban stosel (bekuan
darah yang tertinggal didalam rahim).kemudian
proses pembekuan darah yang lambat dan juga
dipengaruhi oleh adanya sobekan pada jalan lahir.
• Kemungkinan keguguran / abortus.Pada saat hamil

seorang ibu sangat memungkinkan terjadi


keguguran. hal ini disebabkan oleh faktor-faktor
alamiah dan juga abortus yang disengaja, baik
dengan obat-obatan maupun memakai alat.
• Persalinan yang lama dan sulit.Adalah persalinan yang

disertai komplikasi ibu maupun janin.penyebab dari


persalinan lama sendiri dipengaruhi oleh kelainan
letak janin, kelainan panggul, kelaina kekuatan his
dan mengejan serta pimpinan persalinan yang
salahKematian ibu.Kematian pada saat melahirkan
yang disebabkan oleh perdarahan dan infeksi.
Dari bayinya :
← Kemungkinan lahir belum cukup usia kehamilan.
Adalah kelahiran prematur yang kurang dari 37
minggu (259 hari). hal ini terjadi karena pada saat
pertumbuhan janin zat yang diperlukan berkurang.
← Berat badan lahir rendah (BBLR).Yaitu bayi yang
lahir dengan berat badan yang kurang dari 2.500
gram. kebanyakan hal ini dipengaruhi kurangnya gizi
saat hamil, umur ibu saat hamil kurang dari 20
tahun. dapat juga dipengaruhi penyakit menahun
yang diderita oleh ibu hamil.
← Cacat bawaan.Merupakan kelainan pertumbuhan
struktur organ janin sejak saat pertumbuhan.hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
kelainan genetik dan kromosom, infeksi, virus rubela
serta faktor gizi dan kelainan hormon.
← Kematian bayi.kematian bayi yang masih berumur 7
hari pertama hidupnya atau kematian perinatal.yang
disebabkan berat badan kurang dari 2.500 gram,
kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari),
kelahiran kongenital serta lahir dengan asfiksia.
(Manuaba,1998).

edited by : ITA AFRIKASARI

SUMBER :
Dewasa ini, perkembangan arus informasi yang pesat banyak
mempengaruhi remaja. Salah satunya dalam hal gaya hidup.
Remaja-remaja Indonesia sedikit demi sedikit mulai mengadopsi
budaya Barat dalam cara berpakaian, bertutur kata, maupun pola
pergaulan yang semakin bebas. Perilaku seks bebas yang sudah
lazim di belahan dunia Barat sudah mulai merebak di kalangan
remaja Indonesia. Salah satu dampak yang diakibatkan perilaku
seks bebas ini yaitu kehamilan dini (kehamilan pada usia remaja,
antara 13 – 19 tahun). Remaja merupakan kelompok dengan
signifikansi tingkat komplikasi yang lebih tinggi selama kehamilan
dan persalinan.

Sebagai gambaran  data Survei Kesehatan Ibu dan Anak tahun


2000 menunjukkan median umur kehamilan pertama di Indonesia
adalah 18 tahun, di mana sebanyak 46% perempuan mengalami
kehamilan pertama di bawah usia 20 tahun, di desa lebih tinggi
(61%) daripada di kota.

Kehamilan pada remaja wanita berusia 14 tahun kebawah


memiliki resiko komplikasi medis lebih besar daripada wanita
dengan usia lebih dewasa karena panggul belum berkembang
dengan sempurna. Dari penelitian Royston Erica, 1994
ditemukan bahwa dua tahun setelah menstruasi yang pertama,
seorang anak wanita masih mungkin mencapai pertumbuhan
panggul antara 2–9% dan tinggi badan 1%, sehingga tidak
mengherankan apabila persalinan akibat disproporsi antara ukuran
kepala bayi dan panggul ibu (disproporsi sefalopelvik) paling
sering ditemukan pada ibu yang sangat muda. Selain itu alat
reproduksinya juga belum siap sepenuhnya. Masalah-masalah ini
dapat mengakibatkan kesulitan sewaktu melahirkan bayi. Di
negara-negara yang sudah maju, biasanya problem ini diatasi
dengan tindakan bedah Caesarea. Namun, di negara berkembang
dimana pelayanan kesehatan mungkin tidak tersedia, hal ini dapat
menyebabkan eklampsia (kejang saat melahirkan), fistula
obstetrik, kematian bayi, maupun kematian ibu.

Sedangkan untuk kehamilan pada wanita di usia remaja akhir (15


tahun keatas), usia sudah bukan merupakan faktor resiko utama
dalam kehamilan. Beberapa studi yang dilakukan di Amerika
Serikat, Kanada, Britania, Perancis, dan Swedia sejak tahun 1970
menunjukkan suatu kesamaan bahwa resiko komplikasi pada
kehamilan dan persalinan pada remaja, khususnya yang berusia
15-19 tahun, lebih dikarenakan faktor sosial-ekonomi daripada
biologis.

Para remaja yang hamil biasanya terlambat bahkan tidak sama


sekali mendapatkan pelayanan prenatal (sebelum kelahiran) yang
cukup. Padahal, pelayanan prenatal sangat dibutuhkan untuk
menjaga dan menunjang perkembangan bayi yang baik selama
dalam kandungan serta kesehatan daripada si ibu sendiri. Contoh
pelayanan prenatal yang utama adalah peran bidan dan
poskesmas dalam memberikan informasi serta mencukupkan
kebutuhan gizi bagi ibu dan anaknya. Komplikasi yang ditimbulkan
karena tidak cukupnya pelayanan prenatal antara lain kelahiran
bayi dengan berat badan rendah (di bawah 2,5 kilogram) ,
kelahiran prematur, anemia, dan tekanan darah tinggi.

Kehamilan pada usia remaja juga berimplikasi pada kehidupan si


remaja selanjutnya. Remaja dengan kehamilan dini biasanya tidak
menyelesaikan pendidikannya (putus sekolah). Belum lagi remaja
yang memilih untuk menjadi orangtua tunggal. Kurangnya
pendidikan akan berdampak menganggur dalam waktu yang lama
ataupun pilihan pekerjaan dengan upah yang rendah. Kedua hal
ini sama-sama menimbulkan tekanan ekonomi yang kuat pada si
remaja. Selain stres emosional yang dirasakan, penghasilan yang
rendah berujung pada ketidaklayakan lingkungan tempat tinggal
dan ketidakmampuan untuk mengusahakan pelayanan kesehatan
bahkan pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

Seorang ibu-remaja juga biasanya mengalami alienasi


(pengasingan) dari lingkungan pergaulan dan keluarganya.
Kehamilan dapat menimbulkan tekanan yang cukup besar dalam
hubungan muda-mudi. Kids Count Data Book Online, Baltimore
(MD, July 25, 2007) menunjukkan 60% ibu-ibu muda tidak memiliki
pasangan laki-laki saat bayi mereka dilahirkan. Selain itu, masih
ada stigma atau pandangan negatif masyarakat yang menempel
pada para ibu-remaja. Stigma tersebut dapat mempengaruhi cara
pandang si ibu-remaja tentang kemampuannya mengasuh anak,
perasaan menjadi seorang ibu secara umum dan bahkan tentang
dirinya sendirinya. Perlakuan negatif yang ditujukan pada si ibu-
remaja dapat mengikis kepercayaan diri dan perasaan berharga
sebagai seorang manusia. Hal-hal tersebut menyebabkan resiko
depresi pasca melahirkan yang lebih tinggi pada wanita remaja
dibandingkan pada wanita yang berusia lebih dewasa.

Referensi :

www.nlm.nih.gov/medlineplus/teenagepregnancy

www.marchofdimes.com/professionals

www.womhealth.org.au

Annie E. Casey Foundation. 2007 Kids Count Data Book Online.


Baltimore, MD, July 25, 2007.

Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta, EGC, 1995

Isi terkait:

Bagaimana menghitung usia kehamilan? Saya wanita 28 tahun, saya


ingin menanyakan tentang usia kehamilan. ......

You might also like