Professional Documents
Culture Documents
Oleh
SUMARLIN
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Enzim adalah golongan protein yang disintesis oleh sel hidup dan
mempunyai fungsi penting sebagai katalisator dalam setiap reaksi metabolisme
yang terjadi pada organisasi hidup. Enzim juga merupakan biokatalisator yang
menunjang berbagai proses industri. Hal ini disebabkan enzim mempunyai
efisiensi dan efektifitas yang tinggi, reaksinya tidak menimbulkan produk
samping, serta dapat digunakan berulangkali dengan teknik amobilisasi
(Lehninger, 1995).
Untuk memproduksi enzim dalam jumlah besar dan mempunyai
aktivitas yang tinggi, perlu diperhatikan faktor-faktor penting seperti kondisi
pertumbuhan, cara isolasi, serta jenis substrat yang digunakan. Kondisi
pertumbuhan yang menunjang produksi enzim secara maksimal adalah pH,
suhu inkubasi, waktu inkubasi, dan komposisi media pertumbuhan harus
mengandung sumber energi, sumber karbon, sumber nitrogen dan mineral
(Wang, 1979).
Pengunaan enzim dalam bioteknologi modern semakin berkembang
secara cepat. Banyak industri-industri yang telah memanfaatkan kerja enzim,
meliputi industri pangan dan non pangan.
Salah satu jenis enzim yang mempunyai peran penting dan tidak ada
bandingan dalam pertumbuhan bioteknologi adalah enzim lipase. Enzim ini
memiliki sifat khusus dapat memecahkan ikatan ester pada lemak dan gliserol.
Selain itu, lipase mempunyai kemampuan mengkatalis reaksi organik baik
didalam media berair maupun dalam media non air (Sumarsih, 2004). Enzim
lipase sangat berperan dalam pemisahan asam lemak dan pelarutan noda
minyak pada alat industri agar minyak dapat dilarutkan dalam air. Beberapa
reaksi yang dikatalisis oleh enzim lipase diantaranya adalah reaksi hidrolisis,
alkoholisis, esterifikasi,dan interesterifikasi (Dosanjh dan Kaur, 2002).
Disamping dari tanaman dan hewan, dewasa ini lipase mulai diproduksi
dari berbagai mikroorganisme. Keuntungan memproduksi enzim dari
mikroorganisme menurut Suhartono (1989) adalah produksi enzim dapat
ditingkatkan dalam skala besar dalam ruangan yang relatif terbatas. Bakteri
merupakan salah satu mikroorganisme yang dapat menghasilkan enzim lipase,
karena bakteri memiliki kemampuan hidup di berbagai lingkungan yang
terdapat kandungan makanan atau nutrisi yang kompleks. Oleh sebab itu pada
makalah ini kami akan mengkaji enzim lipase dari mikroorganisme.
B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan dari makalah ini yaitu:
1. Jenis mikroorganisme apakah yang mampu menghasilkan enzim lipase?
2. Bagaimanakah cara memproduksi enzim lipase dari mikroba?
3. Bagaimanakah cara pemurnian enzim lipase?
4. Bagaimana cara mengkarakterisasi enzim lipase?
5. Bagaimanakah cara menguji aktivitas enzim lpase?
C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari pembuatan makalah ini yaitu:
1. Mengetahui jenis mikroba penghasil enzim lipase.
2. Mengetahui cara memproduksi enzim lipase dari mikroba.
3. Mengetahui cara pemurnian enzim lipase.
4. Mengetahui cara mengkarakterisasi enzim lipase.
5. Mengetahui cara menguji aktivitas enzim lpase.
D. Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari makalah ini ialah kita dapat mengetahui
jenis mikroba penghasil enzim lipase, cara memproduksi enzim lipase dari
mikroba, cara mengkarakterisasi enzim lipase, dan mengetahui cara menguji
aktivitas enzim lpase.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dewasa ini, enzim adalah senyawa yang umum digunakan dalam proses
produksi. Enzim yang digunakan pada umumnya berasal dari enzim yang diisolasi dari
bakteri. Penggunaan enzim dalam proses produksi dapat meningkatkan efisiensi yang
kemudian akan meningkatkan jumlah produksi.
Lipase (triacylglycerol hydrolase, E.C. 3.1.1.3) merupakan enzim yang penting
pada industri lemak dan minyak, yaitu untuk mengubah bentuk fisik dan kimia minyak
dan lemak alami menjadi produk yang bernilai tambah lebih tinggi (Elisabeth dan
Siahaan, 2000, Ronne, T.H., et.al., 2005, Wang, et.al., 2006, Liu, et.al., 2007) sebagai
contoh yang telah berhasil dengan baik yaitu modifikasi minyak dari tumbuhan
menjadi lemak kakao subtitusi yaitu minyak sawit dengan stearin kelapa sawit,
ataupun dengan mengganti sebagian dengan lemak sapi, minyak bunga matahari yang
dilakukan secara interesterifikasi enzimatis (Macrae, 1983; Forssell, et.al., 1992;
Bloomer, et.al., 1990; Khumalo, et.al., 2002).
Pemanfaatan enzim lipase di dalam industri pangan maupun non pangan
semakin meningkat. Pada industri pangan, lipase banyak digunakan dalam industri
susu (hidrolisis lemak susu), industri roti dan kue (meningkatkan aroma dan
memperpanjang umur simpan), industri bir (meningkatkan aroma dan mempercepat
fermentasi), industri bumbu (meningkatkan kualitas/tekstur), serta pengolahan daging
dan ikan (meningkatkan aroma dan mengubah lemak). Sedangkan pada industri non
pangan, lipase digunakan pada industri kimia dan obat-obatan (transesterifikasi
minyak alami), industri oleokimia (hidrolisis lemak/minyak), industri detergen
(melarutkan spot minyak/lemak), industri obat-obatan (mempermudah daya cerna
minyak/lemak dalam pangan), kedokteran (analisis trigliserida dalam darah), industri
kosmetik (mengubah lemak), dan industri kulit (mengubah lemak dalam jaringan
lemak). Pemanfaatan lipase pada industri lemak dan minyak untuk mengubah bentuk
fisik dan kimia minyak dan lemak alami menjadi produk yang bernilai tambah lebih
tinggi (Khumalo, et.al., 2002).
Lipase diklasifikasikan sebagai enzim hidrolase yang menghidrolisis trigliserida
menjadi asam lemak bebas, gliserida parsial (monogliserida), digliserida dan gliserida
(Macrae, 1983). Aplikasi lipase untuk hidrolisis, interesterifikasi dan esterifikasi telah
menjadi objek penelitian, dengan perhatian utama pada aplikasi minyak dan lemak.
Lipase dapat digunakan dengan baik sebagai biokatalis dalam proses biologis (Dosanjh
and Kaur, 2002).
Lipid terstruktur adalah triasil gliserol yang mengandung campuran asam lemak
berantai pendek, medium, atau keduanya dan berantai panjang yang sebaiknya dalam
molekul gliserol yang sama supaya menunjukkan potensi maksimalnya (Akoh, 1988).
Lipid terstruktur berdasarkan lokasi asam lemak dibedakan menjadi lipid terstruktur
spesifik (LSS) dan lipid terstruktur non-spesifik (LS). LS adalah minyak dan lemak
termodifikasi atau sintetik mengandung asam lemak berantai panjang dan medium
atau pendek. LSS adalah minyak dan lemak termodifikasi atau sintetik mengandung
asam lemak berantai panjang dan medium atau pendek, dimana masing-masing
kelompok menempati secara spesifik pada posisi sn-2 atau sn-1,3 dari kerangka
gliserol. LS dapat diproduksi dengan interesterifikasi kimia (randominisasi) atau
enzimatik. Namun LSS hanya dapat diproduksi melalui interesterifikasi enzimatik
menggunakan enzim lipase regiospesifik (Xu, 2000). Pada akhir-akhir ini produk baru
berupa LSS memperoleh perhatian dunia di bidang teknologi pangan dan gizi. Bahkan
sintesis LSS dapat melalui ester asam lemak misalnya metil atau etil ester asam lemak
yang dapat digunakan pula untuk biodiesel atau bahan baku industri oleokimia.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Lipase
Enzim lipase atau asilgliserol hidrolase (E.C 3.1.1.3) merupakan enzim yang
dapat menghidrolisis rantai panjang trigliserida. Keterangan dari kode enzim ini
adalah :
3 Hydrolases
1 Acting on ester bonds
1 Carboxylic-ester hydrolases
3 triacylglycerol lipase
Enzim ini memiliki potensi untuk digunakan memproduksi asam lemak, yang
merupakan prekursor berbagai industri kimia. Lipase diklasifikasikan sebagai enzim
hidrolase yang menghidrolisis trigliserida menjadi asam lemak bebas, gliserida parsial
(monogliserida), digliserida dan gliserida seperti pada gambar berikut.
Dari gambar diatas dapat dilihat komponen sisi aktiv dari enzim lipase yang
teridiri dari Serin-77, Aspartat-133 dan Histidin-156. Berikut adalah struktur dari asam
amino serin, aspartat dan histidin.
O O
O H H
H H3N C H3N C
H3N C C O C O
C O
CH2 CH2
CH2 Histidin
C
O OH N
OH
Serin As. aspartat HN
Interaksi residu Asp atau Glu bermuatan negatif memungkinkan residu tersebut
untuk bertindak sebagai basis umum yang dapat menangkap sebuah proton dari gugus
hidroksil situs aktif Serin. Sehingga dihasilkan ion alkoksida yang nukleofilik terhadap
residu Serin untuk menyerang gugus karbonil substrat ester membentuk perantara
asil-enzim. Komponen penting lainnya untuk mekanisme katalitik adalah oxyanion-hole
yang terdiri dari donor ikatan H (kebanyakan ikatan kelompok N-H). Lubang oxyanion
membantu untuk menstabilkan reaksi antara selama katalisis ketika oksigen karbonil
membawa muatan parsial negatif.
Proses aktivasi serin oleh histidin dan asp/glu lipase dapat digambarkan seperti
dibawah ini.
H2 Ser
Ser inactive C +
H Active
His
CH2
CH2
H N
NH O H2
O C
His
H
Ser H N
Active NH
CH2
O H2
C
His
H N
NH
H+
H2
Ser inactive C
His
CH2
N
NH
O
Dari gambar di atas maka dapat kami tuliskan mekanisme reaksi dari hidrolisis
triasilgliserol secara umum seperti berikut ini.
Ser Active
CH2
H2
O C
R His
C
O
H2C
O N
R H NH
CH
O
C
H2C
O
O
R
C
O
H2
C
His
H2C CH CH2 N NH
H
O
O O
O C
C C Ser
O O
R O R
R
Ser O R
H2C CH CH2
O
O OH O H
O C
C H
R O R
N
CH2
N
H
His
O O
Ser Ser O R
O R
HO
O H
H
H
N N
CH2 CH2
N N
H H
His His
H2
C O
Ser
H
O
N
+ R OH
CH2
N As. lemak
H
His
Lipase
F. Pemurnian Enzim
a. Fraksinasi Amonium Sulfat
Proses pemurnian sampel ekstrak kasar enzim lipase diawali dengan fraksinasi
bertingkat menggunakan garam ammonium sulfat dengan tingkat kejenuhan (0-20%),
(20-40%), (40-60%), (60-80%) dan 80-100%). Fraksinasi dengan amonium sulfat
dilakukan dengan cara menambahkan amonium sulfat sedikit demi sedikit pada
larutan ekstrak kasar enzim sambil diaduk dengan pengaduk magnet. Pengadukan
diusahakan sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan busa selama kurang lebih 20
menit. Setiap endapan protein enzim yang didapat dipisahkan dari filtratnya dengan
menggunakan sentrifugasi pada kecepatan 5000 rpm selama 15 menit kemudian
dilarutkan dalam larutan buffer fosfat pH 8 dengan konsentrasi 0,05 M lalu diuji
aktivitasnya menggunakan Metode titrimetri dan ditentukan kadar proteinnya
menggunakan Metode Lowry. Fraksi yang memberi aktivitas tertinggi diuji aktivitas
esterifikasinya.
b. Dialisis
Endapan enzim hasil fraksinasi bertingkat yang memiliki aktivitas tertinggi
dilarutkan ke dalam buffer fosfat pH 8; 0,05 M selanjutnya dimasukkan kedalam
kantong selofan, kemudian didialisis menggunakan buffer fosfat pH 8; 0,05 M selama ±
48 jam pada suhu 4ºC.
c. Kromatografi Kolom
Perlakuan enzim selanjutnya adalah pemurnian berdasarkan ukuran dengan
kolom kromatografi filtrasi gel menggunakan sephadex G-100 sebagai fase diam.
Sampel diteteskan pada bagian atas kolom gel sephadex G-100 yang berfungsi sebagai
fase diam dan larutan buffer fosfat pH 8 yang berfungsi sebagai fase gerak. Sampel
enzim yang memiliki bobot molekul lebih besar dari pori-pori gel akan melewati ruang
antar pori-pori sehingga akan lebih dahulu keluar dari kolom sebaliknya yang berbobot
molekul lebih kecil akan masuk ke dalam pori-pori matriks sehingga akan keluar lebih
lambat. Setelah proses kolom berlangsung, eluen ditampung pada wadah sebesar 15
ml. Eluen yang telah ditampung pada wadah kemudian diukur kadar protein dan
aktivitas enzimnya. Fraksi yang memberikan aktivitas tinggi dikumpulkan dan
dikarakterisasi serta ditentukan aktivitas esterifikasinya.
4. Nilai Km dan Vm
Kecepatan reaksi enzim akan meningkat seiring dengan meningkatnya
konsentrasi substrat sampai pada suatu harga yang memberikan kecepatan reaksi
tetap. Pada keadaan tersebut, kecepatan reaksi enzim mencapai maksimum karena
reaksi enzim dengan substratnya menjadi jenuh dan tidak dapat bereaksi lebih cepat.
Harga KM dari suatu enzim berfungsi untuk mengetahui konsentrasi dari substrat yang
menghasilkan setengah laju reaksi maksimum.
Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa mula-mula aktivitas unit meningkat dengan
bertambahnya konsentrasi substrat, akan tetapi setelah tercapai aktivitas optimum
terjadi penurunan aktivitas. Hal ini dikarenakan pada konsentrasi substrat optimum
enzim berada pada keadaan “jenuh dengan substrat”. Selain itu, dapat juga disebabkan
pengendalian umpan balik, dimana jika produk yang dihasilkan berlebih maka produk
tersebut menjadi inhibisi bagi kerja enzim.
Adanya protein lain yang bukan enzim dapat menghambat sehingga kerja enzim
tidak maksimal dalam proses esterifikasi. Maka ketika dilakukan pemurnian, enzim
telah terpisah dari protein lain yang bukan enzim sehingga dapat memaksimalkan
proses esterifikasi.
L. Aplikasi enzim lipase
1. Lipase dalam industri susu
Lipase digunakan secara ekstensif dalam industri susu untuk hidrolisis
lemak susu. Aplikasi saat ini meliputi peningkatan rasa keju, percepatan
pematangan keju, pembuatan produk keju-suka, dan lipolisis lemak mentega,
dan cream. Sedangkan penambahan lipase terutama lisis rantai pendek (C4 dan
C6) asam lemak yang mengarah ke pengembangan rasa, aroma tajam,
pelepasan rantai menengah (C12 dan C14) asam lemak cenderung memberikan
rasa sabun untuk produk . Selain itu, asam lemak bebas mengambil bagian
dalam reaksi kimia sederhana di mana mereka memulai sintesis bahan rasa lain
seperti aceto-asetat, ß-keto asam, metil keton, ester rasa, dan lactones.
2. Lipase dalam deterjen
Penggunaan enzim dalam sabun bubuk masih tetap menjadi pemasaran
terbesar untuk industri enzyme. Tren di seluruh dunia terhadap suhu
pencucian yang lebih rendah telah menyebabkan permintaan jauh lebih tinggi
untuk formulasi deterjen rumah tangga. program skrining terakhir intensif,
diikuti oleh manipulasi genetik, telah menghasilkan pengenalan beberapa
persiapan yang cocok, misalnya, Novo Nordisk's Lipolase (lipase Humicola
disajikan dalam Aspergillus oryzae).
3. Lipase di industri oleokimia
Ruang lingkup penerapan lipase pada industri oleokimia sangat besar
karena menghemat energi dan meminimalkan degradasi termal selama
hidrolisis, glycerolysis, dan alcoholysis. Miyoshi Minyak dan Lemak.Co Jepang,
melaporkan penggunaan komersial cylindracea lipase Candida dalam produksi
sabun. Pengenalan generasi baru enzim murah dan sangat termostabil dapat
mengubah keseimbangan ekonomi yang mendukung penggunaan lipase.
Kecenderungan saat ini di industri oleokimia adalah suatu gerakan
menjauh dari menggunakan pelarut organik dan emulsifiers. Berbagai reaksi
yang melibatkan hidrolisis, alkoholisis, dan glycerolysis telah dilakukan
langsung dalam campuran substrat menggunakan berbagai lipase amobil. Ini
telah menghasilkan produktivitas yang tinggi serta terus menerus menjalankan
proses. Hidrolisis enzimatis mungkin menawarkan harapan terbesar untuk
membelah lemak tanpa investasi yang besar dalam peralatan mahal serta
pengeluaran dalam jumlah besar energy termal.
4. Lipase dalam sintesis trigliserida
Nilai komersial lemak tergantung pada komposisi asam lemak dalam
struktur mereka. Sebuah contoh khas dari campuran trigliserida tinggi nilai-
asimetris adalah mentega kakao. Potensi lipase 1,3-regiospecific untuk
pembuatan pengganti mentega, coklat diakui oleh Unilever dan Fuji Oil. Ulasan
komprehensif pada teknologi ini, termasuk analisis komposisi produk yang
ditemukan. Pada prinsipnya, pendekatan yang sama berlaku untuk sintesis
banyak lainnya terstruktur triglycerides properti memiliki dietic atau nutrisi
yang berharga, lemak misalnya, susu manusia. Ini trigliserida dan lemak
fungsional serupa mudah diperoleh dengan acidolysis dari fraksi minyak kelapa
sawit yang kaya 2-palmitoil gliserol dengan asam lemak tak jenuh (s).
Acidolysis, dikatalisis oleh lipase 1,3-spesifik, digunakan dalam penyusunan
produk nutrisi penting yang umumnya mengandung lemak rantai asam
menengah. Lipase sedang diselidiki secara ekstensif sehubungan dengan
modifikasi minyak bernilai tinggi asam lemak tak jenuh ganda seperti asam
arakidonat, asam eicosapentaenoic, dan asam docosahexaenoic. Pengayaan
substansial di kandungan asam lemak tak jenuh ganda fraksi mono-gliserida
telah dicapai oleh alkoholisis lipase-katalis atau hydrolysis.
5. Lipase dalam sintesis surfaktan
Poligliserol dan karbohidrat ester asam lemak banyak digunakan sebagai
detergen industri dan sebagai pengemulsi dalam berbagai besar formulasi
makanan (spread yang rendah lemak, saus, es krim, mayonnaises). Enzymic
sintesis surfaktan fungsional yang sama telah dilakukan pada suhu sedang (60-
80 ° C) dengan regioselectivity sangat baik. Adelhorst et al telah melakukan
esterifikasi pelarut-bebas dari sederhana alkil-glikosida menggunakan asam
lemak cair dan lipase amobil antarctica Candida. Fregapane et al diperoleh
mono-dan di-esters dari monosakarida dalam hasil tinggi, menggunakan asetal
gula sebagai bahan awal. Lipase dari A. terreus mensintesis biosurfaktan oleh
transesterifikasi antara minyak alami dan gula alcohol. Lipase juga dapat
mengganti phospholipases dalam produksi lysophospholipids. Lipase Miehei
Mucor telah digunakan untuk transesterifikasi fosfolipid dalam berbagai alcohol
primer dan sekunder. Lipase juga mungkin berguna dalam sintesis berbagai
macam surfaktan bio-degradable amfoter, ester asam amino yaitu berbasis, dan
amides.
6. Lipase dalam sintesis bahan-bahan untuk produk perawatan pribadi
Unichem Internasional baru-baru ini meluncurkan produksi palmitat
isopropyl miristat, isopropil, dan 2-ethylhexyl palmitate untuk digunakan
sebagai emolien dalam produk perawatan pribadi seperti minyak kulit dan
krim anti sinar matahari, dan sabun mandi. Ester Wax memiliki aplikasi serupa
dalam produk perawatan pribadi dan sedang diproduksi secara enzimatis,
menggunakan lipase C. cylindracea, dalam sebuah batch bioreactor.
7. Lipase di farmasi dan bahan kimia pertanian
Utilitas lipase dalam penyusunan synthons kiral baik diakui dan
didokumentasikan. Beberapa proses baru saja dikomersialkan yang telah
dijelaskan oleh Sainz-Diaz et al., dan Davis et al. Resolusi asam 2-halopropionic,
bahan awal untuk sintesis herbisida phenoxypropionate, adalah proses
berdasarkan esterifikasi selektif (S)-isomer dengan butanol, yang dikatalisis
oleh lipase pankreas babi dalam hexane anhidrat. Contoh lain yang
mengesankan dari aplikasi komersial lipase dalam resolusi campuran rasemat
adalah hidrolisis epoxyester alcohol. Produk reaksi, ester (R)-glisidil dan (R)-
glycidol dapat segera dikonversi ke (R) - dan (S)-glycidyltosylates yang
intermediet menarik bagi penyusunan optik blocker ß aktif-dan berbagai
macam produk lainnya . Sebuah teknologi yang sama telah dikomersialisasikan
untuk menghasilkan 2 (R), glycidate 3 (S)-methylmethoxyphenyl, yang
intermediate kunci dalam pembuatan obat kardiovaskular optik Diltiazem
murni.
Lipase memiliki aplikasi sebagai katalis industri untuk resolusi alkohol
rasemat dalam penyusunan beberapa prostaglandin, steroid, dan analog
nukleosida carbocyclic. Regioselective modifikasi senyawa organik
polifungsional daerah lain belum berkembang pesat aplikasi lipase, khususnya
di bidang AIDS treatment. Lipase dari A. carneus dan A. terreus menunjukkan
kemo-dan regiospecificity di hidrolisis peracetates dari farmasi penting
polifenolik compounds. Lipase juga berguna dalam sintesis dari sucralose
sweetner buatan oleh hidrolisis regioselective dari Octa-acetylsucrose.
8. Lipase dalam sintesis polimer
Stereoselektivitas lipase berguna untuk sintesis polymer optik aktif.
Polimer ini adalah reagen asimetris, dan digunakan sebagai pernyerap. Di
bidang kristal cair, monomer yang sesuai dapat dibuat dengan transesterifikasi
lipase-katalis dari alcohol, yang dengan alkohol rasemat bisa disertai dengan
resolution. Penggunaan glycidyltosylates kiral untuk persiapan crystal
feroelektrik cair juga telah dilaporkan. Dengan demikian, enzim ini telah
melakukan diversifikasi penggunaan komersial, baik dalam hal skala dan
proses. Lipase telah bekerja dengan sukses di industri makanan serta teknologi
tingkat tinggi dalam produksi bahan kimia dan farmasi. Selanjutnya, enzim ini
memiliki potensi di bidang baru, untuk lipase misalnya telah berhasil telah
digunakan dalam pembuatan kertas - ternyata, perlakuan pulp dengan lipase
menghasilkan produk yang berkualitas tinggi dan kebutuhan pembersihan
berkurang. Demikian pula, enzim juga telah digunakan dalam hubungan dengan
koktail mikroba untuk pengobatan limbah lemak yang kaya dari pabrik es krim.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Jenis mikroorganisme penghasil enzim lipase adalah Kelompok yeast dari
Candida rugosa, kelompok jamur adalah Aspergillus niger dan Penicillium
aurantiogriseum. Adapun pada kelompok bakteri, lipase yang dihasilkan
adalah dari genera Bacillus, Aeromonas, Pseudomonas, Alcaligenes,
Arthrobacter, Chromobacterium, Serratia, Vibrio, Aeromonas, dan
Staphyloccus.
2. Produksi enzim lipase dari bakteri diawali dengan penanaman bakteri dalam
media fermentasi yang terdiri dari komposisi gum arab 5%, pepton 1%, ,
minyak zaitun 10% dengan kondisi optimum pertumbuhan bakteri sebagai
berikut: waktu inkubasi 24 jam, suhu 35°C, pH 8.
3. Proses pemurnian sampel ekstrak kasar enzim lipase diawali dengan
fraksinasi bertingkat menggunakan garam ammonium sulfat dengan tingkat
kejenuhan (0-20%), (20-40%), (40-60%), (60-80%) dan 80-100%), dialsis
dan kromatografi kolom.
4. Enzim lipase hasil pemurnian memiliki karakteristik aktivitas optimum pada
pH 8, temperatur 45°C, dan waktu inkubasi 10 menit dengan nilai K M = 0,07
mg substrat/ml dan Vmaks = 1,506 μmol minyak /ml enzim.menit.
5. Aktivitas esterifikasi enzim lipase mengalami peningkatan seiring dengan
bertambahnya kemurnian enzim yaitu dari 2,38 mmol/ml enzim.menit untuk
ekstrak kasar, menjadi 3,81 mmol/ml enzim.menit untuk fraksi amonium
sulfat, selanjutnya meningkat kembali menjadi 4,29 mmol/ml enzim.menit
untuk dialisis dan 5,24 mmol/ml enzim.menit untuk hasil kromatografi
kolom.
6.
DAFTAR PUSTAKA
Annisa, Y. 2006. Studi Penentuan Aktivitas Enzim Lipase dari Bakteri Proteus vulgaris
Galur Lokal PP-1 dengan Metode Spektrofotometri UV-VIS dan Metode
Titrimetri. Skripsi Sarjana Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung.
Bandar Lampung.
Basri, M., Ampon, K., Wan Yunus, W.M.Z., Razak, C.N.A., dan Saleh, A.B 1995. Enzymic
Synthesis of Fatty Esters by Hydropobic Lipase Derivates Immobilized on
Organic Polymer Beads. JAOCS 72(4):407-411.
Dosanjh, N.S., dan Kaur, J. 2002. Immobilization, Stability and esterification Studies of A
Lipase From Bacillus sp. Journal Biotechnology and Applied
Biochemistry. Vol. 36. Hlm 7-12. Punjab University. Chandigarh.
Efendi, S. 2001. Karakterisasi Enzim Lipase Intraseluler dengan Aktivitas Esterifikasi
dari Kpaang Rhizopus oryzae TR 32. Tesis. Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sumarsih, S. 2002. Uji Aktivitas Lipolitik Beberapa Bakteri Hasil Isolasi dari Pelabuhan
Tanjung Perak dan Produksi Lipase dari Strain Terpilih. JIPTUNAIR.
Surabaya.
Suhartono, M.T. 1989. Enzim dan Bioteknologi. PAU Bioteknologi IPB. Bogor.
Suhendra, L., Trenggono, Hidayat, C. 2004. Aktifitas Hidrolisis dan Esterifikasi Lipase
Ekstrak Kecambah Biji Wijen (Sesamun Indicum). Prosiding Seminar
Nasional dan Kongres Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia
(PATPI). Jakarta, 17-18 Desember 2004.
Wang, I.C. 1979. Fermentation and Enzymes Technology. John Wiley and Sons. New
York.