You are on page 1of 6

MODUL I

PENEMPAAN LOGAM

1.1 Latar Belakang


Menempa adalah suatu pekerjaan membentuk, memendekkan atau
memanjangkan dan melengkungkan benda kerja logam dalam keadaan panas
dengan jalan pemukulan atau dengan cara penekanan lain. Tujuan dari
pemanasan ialah agar benda itu menjadi lunak, sehingga mudah dibentuk atau
dikerjakan. Pada umumnya bahan-bahan yang dapat ditempa adalah paduan
ferro (besi baja) serta logam-logam non ferro.
Bahan bakar diperlukan untuk memanaskan benda kerja dalam dapur
tempa. Pemakaiannya tergantung dari jenis dapur tempa yang digunakan.
Faktor-faktor dalam memilih bahan bakar adalah:
 Nilai pembakarannya tinggi (lihat tabel).
 Debu dari sisa pembakaran yang terjadi sedikit sekali.
 Bahan bakar harus ekonomis dan mudah didapat.
 Efisiensi dalam melakukan pengerjaan.
Bahan bakar padat yang biasa digunakan adalah arang kayu, batubara dan
kokas. Sedangkan bahan bakar gas yang sering digunakan adalah gas elpiji
atau gas minyak bumi yang dicairkan.
Tabel 1.1 Nilai Kalori Bahan Bakar

Bahan Bakar Nilai Kalori/gram


Arang Kayu Rata-rata: 7.200
Batubara 5.650-8.200
Gas Elpiji 10.400-10.800

Yang paling utama untuk menimbulkan panas dalam bahan bakar adalah
hidrogen, nilai kalori pembakarannya bisa mencapai 34.000 kalori/gram.
MODUL I PENEMPAAN LOGAM

Sedangkan karbon bisa mencapai 5.100 kalori/gram. Makin banyak kadar


Hidroennya makin besar pula kesempatan untuk membakar secara cepat.
Tabel 1.2 Komposisi Unsur Bahan Bakar

Bahan Bakar Karbon (C), % Hidrogen (H), % Oksigen (O2), %


Arang Kayu 56 12 2
Batubara 54 6 10
Elpiji 54 14 2

Selain bahan bakar, udara merupakan unsur yang penting dalam proses
pembakaran, karena gabungan dari unsur tersebut merupakan faktor terpenting
untuk kelangsungan dari hidupnya nyala api. Kekurangan ataupun kelebihan
udara dapat mengakibatkan pembakaran tidak sempurna, sehingga nilai kalori
dari pembakarannya juga dapat berkurang. Oleh karena itu penghembusan
udara secara mekanis akan lebih baik karena dapat memperoleh/menghasilkan
udara yang konstan dan bisa diatur sesuai yang dibutuhkan. Sedangkan yang
secara manual, udara yang dihembuskan kurang dapat menjamin untuk sesuai
yang dibutuhkan.
Kalau kita perhatikan pada tabel komposisi bahan bakar, maka
penghembusan udara secara manual ini kurang cocok/sesuai. Bila yang
digunakan batubara sebagai bahan bakar, karena kadar hidrogen yang
terkandung relatif sedikit, maka otomatis kecepatan pembakarannya akan
berkurang dan api dapat mudah mati/padam.

1.2 Prosedur Percobaan

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI 2


MODUL I PENEMPAAN LOGAM

Sebelum memulai kerja pastikan peralatan K3 sudah terpenuhi.


Material
Baja ST-37

Siapkan Dapur Pemanas :


- Arang Kayu
- Kerosin

Siapkan Alat :
- Tang Penjepit
- Anvil
- Palu

Panaskan material hingga


mencapai temperatur
proses

Lakukan penempaan
secara bertahap sampai
bentuk yang diinginkan
tercapai

Setelah bentuk tercapai,


benda kerja dicelup ke
dalam oli

Lakukan pemanasan
kembali (temper)

Dinginkan di udara
terbuka

Data Pengujian

Analisa dan Pembahasan

Kesimpulan

Penjelasan Skema Proses:

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI 3


MODUL I PENEMPAAN LOGAM

1. Siapkan material yang akan dilakukan penempaan.


2. Kemudian persiapkan dapur pemanas, gunakan arang kayu sebagai sumber
energi, dan kerosin sebagai pembakar.
3. Siapkan alat-alat yang akan digunakan untuk menempa.
4. Setalah dapur pemanas dan peralatan siap, panaskan material ke dalam
dapur pemanas sampai mencapai temperatur prosesnya.
5. Lakukan penempaan secara bertahap sampai bentuk yang diinginkan
tercapai.
6. Setelah bentuk yang diinginkan tercapai kemudian celup ke dalam oli.
7. Lakukan proses pemanasan kembali (temper) dan dinginkan di udara
terbuka.
8. Catat data yang diperlukan dan buatlah analisa, serta buatlah kesimpulan
dari percobaan tersebut.

1.3 Data Pengujian


Tabel 1.3 Data Pengujian Forging

Material Awal Proses Produk

1.4 Analisa dan Pembahasan

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI 4


MODUL I PENEMPAAN LOGAM

Proses pembuatan produk pahat dengan melalui proses penempaan. Proses


penempaan dilakukan karena bentuk yang diinginkan berupa pahat yang pipih
dari material silinder pejal. Namun untuk mempermudah proses pengerjaan,
dilakukan proses pemanasan terlebih dahulu ke dalam dapur pemanas.
Proses pemanasan bertujuan agar logam menjadi lunak, sehingga apabila
diberi gaya (ditempa), logam akan lebih mudah terdeformasi. Adapun bahan
bakar yang digunakan dalam proses pemanasan menggunakan arang kayu
yang memiliki energi rata-rata 7.200 Kalori/gram.
Pada proses pemanasan benda-benda kerja (baja) dapat mengakibatkan
perubahan struktur didalam baja itu sendiri, maka harus diperhatikan
temperatur idealnya. Suhu terlalu tinggi dapat mengakibatkan benda kerja
mengelupas dan retak-retak, sehingga permukaan menjadi kasar. Sebaliknya
suhu yang terlalu rendah mengakibatkan benda kerja sulit untuk
dikerjakan/ditempa, karena benda kerja tersebut masih dalam keadaan keras.
Table 1.4 Tabel Warna Nyala Api Benda Kerja

Temperatur (oC) Warna Nyala Benda Kerja


1300 Putih
1200 Kuning keputih-putihan
1100 Kuning kemerah-merahan
1000 Merah terang
900 Merah Jambu
800 Merah
600 Merah gelap
500 Coklat

Proses Penempaan dilakukan ketika baja telah mencapai temperatur


proses, dan dilakukan berulang-ulang sampai mencapai bentuk yang
diinginkan. Perlu dipahami pula, bahwa baja yang dipanaskan di dalam media
arang dapat terjadi proses difusi karbon di permukaannya. Oleh sebab itu,
ketika bentuk yang diinginkan telah tercapai lakukan pemanasan di temperatur
austenisasi (900oC-an) kemudian di-quenching ke dalam media oli. Sehingga
didapatkan struktur mikro martensit yang keras.

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI 5


MODUL I PENEMPAAN LOGAM

Produk pahat yang diinginkan adalah yang memiliki kekuatan tinggi


namun ulet artinya tidak mudah terdeformasi dan retak akibat gaya yang
diberikan. Oleh sebab itu, produk yang telah di-quench kemudian dipanaskan
kembali (temper) dan didinginkan di udara terbuka (normalizing). Hal ini
dilakukan agar produk pahat hasil proses penempaan tidak mudah retak.

1.5 Kesimpulan
1. Proses pembuatan pahat dilakukan dengan memanaskan logam kemudian
dilakukan proses penempaan secara bertahap sampai terbentuk produk
yang diinginkan.
2. Proses quenching pada media oli dapat meningkatkan kekuatan dan
kekerasan logam, namun dapat menurunkan keuletannya.
3. Proses tempering dilanjutkan dengan normalizing dilakukan untuk
meningkatkan keuletan dari logam.
4. Produk pahat yang dihasilkan memiliki kekuatan dan keuletan yang tinggi.

1.6 Daftar Pustaka


1. Clark, Donald S., and Varney, Wilbur R., “Physical Metallurgy for
Engineers”, Second Edition, American Book Company, 1962.
2. Akuan, Abrianto., “Modul Praktikum Teknik Pembentukan Logam”,
Laboratorium Teknik Produksi Jurusan Teknik Metalurgi UNJANI, 2009.

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI 6

You might also like