Professional Documents
Culture Documents
SKENARIO
Udin, 12 tahun, berat badan 20 kg, tinggi badan 130 cm, menderita demam dan
kalau saat senja penglihatan kabur. Dari anamnese, air minum yang digunakan oleh
keluarga hanya dari air tadah hujan, sering menderita diare, mudah menderita influenza,
sejak 1 tahun terakhir. Datang berobat ke dokter Puskesmas, diberikan obat parasetamol,
kontrimoksazol tablet dan sirup multi vitamin-mineral, panas tidak turun.
A. Klarifikasi Istilah
B. Identifikasi Masalah
1. Udin, 12 tahun, berat badab 20 kg, tinggi badan 130 cm menderita demam dan
penglihatannya kabur pada saat senja. Dari anamnese, air minum yang digunakan
oleh keluarga hanya dari air tadah hujan, sering menderita diare, mudah
menderita influenza, sejak 1 tahun terakhir.
2. Udin datang berobat ke dokter puskesmas, namun setelah diberi parasetamol,
kontrimoksazol tablet, dan sirup multi vitamin-mineral, panasnya tidak turun.
3. Hasil analisis laboratorium:
- Glukosa 100 mg/dl
- Protein total 5 g (albumin 4 g & globulin 1 g)/dl
- Provitamin A 75 ug/dl
- Vitamin A 12 ug/dl
- Zn 22 ug/dl
−¿ ¿
- Analisis gas darah pH 7,15 ; HCO3 = 10 mEq/L
3
C. Analisis Masalah
1. Udin, 12 tahun, berat badab 20 kg, tinggi badan 130 cm menderita demam dan
penglihatannya kabur pada saat senja. Dari anamnese, air minum yang digunakan
oleh keluarga hanya dari air tadah hujan, sering menderita diare, mudah
menderita influenza, sejak 1 tahun terakhir.
a. Berapa berat badan normal anak usia 12 tahun?
Jawab:
b. Apakah berat badan dan tinggi badan Udin normal untuk anak seusianya?
Jika tidak normal, apa penyebabnya?
1. Lingkungan
4
2. Penyakit
3. Makanan
Berdasarkan data diatas berat badan dan tinggi badan udin
tidak normal, hal ini dikarenakan oleh kebutuhan udin kekurangan
mikronutrien, seperti yang dikatakann di scenario udin
mengkonsumsi air tadah hujan yang memiliki kadar mineral yang
redah. Sehingga mineral yang dibutuhkan oleh udin tidak tercukupi
dan mempengaruhi pertumbuhan udin. Terutama zink, zink juga
penting pertumbuhan dan untuk mengubah provitamin A menjadi
vitamin A, salah satu fungsi dari vitamin A adalah untuk
petumbuhan.
Defisiensi zinc
Kekurangan vitamin A
Rabun senja
5
d. Apa hubungan antara meninum air tadah hujan dan keluhan yang
dialami Udin?
Jawab:
Air tadah hujan minim
mengandung zink
influenza diare
Kurang vitamin A
Rabun senja
- Mudah influenza
Jawab: Etiologi:
Jawab:
Jawab:
- kondisi medis
Jawab:
Parasetamol
Sebagai antipiretik/analgesik, termasuk bagi pasien yang tidak
tahan asetosal. Dalam kasus udin untuk menurunkan demam
pada influenza.
Kontrimoksazol
Merupakan antibiotik biasanya untuk diare
Sirup multi vitamin-mineral
Mengandung glukosa, vitamin yang larut dalam lemak
(A,D,E,K), B12, B6, C, Betha karoten, dan Zink yang
bertujuan untuk memenuhi kecukupan vitamin-mineral dalam
tubuh Udin yang mengalami defisisensi vitamin A dan zink.
Parasetamol
Kontrimoksazol
Sirup multi vitamin-mineral
Jawab:
Parasetamol
Farmakokinetik
Farmakodinamik
Kortimoksazol
trimpetropin dan sulfametoksazol menghambat reaksi obligat pada
dua tahap yang berurutan pada mikroba, sehingga kombinasi kedua
10
obat ini memberikan efek sinergik, kombinasi ini lebih dikenal sebagai
Kortimoksazol.
farmakokinetik :
sifatnya lipofilik, trimeptoprim mempunyai volume
distribusi yang lebih besar daripada sulfametoksazol.
trimeptoprim cepat didistribusikan kedalam jaringan
dan kira-kira 40% terikat pada protein plasma dengan
adanya sulfametoksazol.
volume didistribusi trimeptoprim hampir 9 kali lebih
besar daripada sulfametoksazol. 65% sulfametoksazol
terikat pada protein plasma.
60% trimeptoprim dan 25-50% sulfametoksazol
dieksresikan melalui urin dalam 24 jam setelah
pemberian.
farmakodinamik :
reaksi enzimatik untuk membentuk asam tetrahidrofolat.
sulfonamid menghambat masuknya molekul PABA
kedalam molekul asam folat dan trimetropim menghambat
terjadinya reaksi reduksi dari dihidrofolat menjadi
tetrahidrofolat.
tetrahidrofolat penting untuk pemindahan satu atom C,
seperti pembentukan basa purin dan beberapa asam amino.
c. Apakah pemberian obat-obat tersebut sudah tepat?
Jawab: Untuk keluhan yang dirasakan udin pemberian obat tersebut sudah
tepat, tapi mungkin bentuk sediaan obatnya yang tidak tepat dan cara
pemberian obatnya. Untuk orang yang menderita diare sebaiknya jangan
memberikan obat per-oral yang absorbsinya melalui usus (pada diare tidak
terjadi penyerapan diusus). Tapi dengan memberikan obat tablet
sublingual, arena obat jenis ini penyerapannya tidak melalui usus
11
Jawab: Karena obat-obatan yang diberikan pada udin tidak dapat diserap
oleh tubuh akibat dari defisiensi zink yang menyebabkan sel epitel
squamosa usus menjadi berkeratin dan mengalami kerusakan permukaan
absorpsi dinding usus sehingga obat tidak memberikan efek.
globulin globulin
Kadar normal
- Glukosa
Fungsinya untuk bahan dasar penghasil energy, penyusun DNA dan
RNA
- Protein total
Albumin : fungsinya mencegah hilangnya plasma dari kapiler
Globulin : fungsinya untuk imunitas
- Provitamin A untuk membentuk vitamin A.
Berfungsi sebagai bahan dasar
13
- Vitamin A
Fungsinya penglihatan, diferensiasi sel, imunitas, pertumbuhan
- Zn 22 ug/dl
Fungsinya untuk aktifitas katalitik enzim, fungsi kekebalan tubuh,
sintvsis protein, penyembuhan luka, sintesis DNA dan pembelahan sel.
Sumber Buku patofisiologi
D. Hipotesis
15
E. Kerangka Konsep
Mineral (Zn)
16
Provitamin A RBP
Vitamin A
Rabun senja
penyerapan
influenza diare demam
F. Learning Issues
dengan -journal
defisiensi
-internet
zink dan
vit.a
G. Sintesis
1. RABUN SENJA
Rabun senja terjadi karena kerusakan sel retina yang semestinya bekerja
saat melihat benda pada lingkungan minim cahaya. Penyebab kerusakan sel
tersebut antara lain: kekurangan vitamin A, mata minus, katarak, retinitis
pigmentosa, obat-obatan, maluntrisi dan faktor genetik.
Peran vitamin A dalam siklus visi secara khusus berkaitan dengan bentuk
retina. Dalam mata, 11-cis-retinal terikat untuk rhodopsin (batang) dan iodopsin
(cone) pada residu lisin kekal. Mekanismenya telah dijelaskan pada bagian
Fisiologi Melihat.
Rabun senja pada kasus Udin terjadi karena defisiensi dari vitamin A.
Penyebab sederhana terjadinya rabun senja adalah sangat menurunnya jumlah
retinal dan rhodopsin yang dapat dibentuk tanpa vitamin A. Defisiensi vitamin A
ini terkait dengan defisiensi seng sebagai enzim yang mengkatalisis reaksi aktivasi
vitamin A.
Pada mata normal terdapat pigmen yang dikenal bernama rodopsin atau
visual puple. Pigmen tersebut mengandung vitamin A yang terikat pada protein.
Jika mata menerima cahaya, maka akan terjadi konversi rodopsin menjadi visual
yellow dan kemudian visual white. Pada konversi tersebut, dibutuhkan vitamin A.
menerima cahaya akan terganggu. Jika terjadi kekurangan vitamin A, maka gejala
awal adalah terjadinya rabun senja. Artinya, mata akan mengalami gangguan
ketika berpindah dari tempat banyak cahaya ke tempat gelap.
Itulah yang membuat rabun senja hanya terjadi ketika matahari mulai
terbenam. Sesuai dengan namanya, penyakit ini tidak bisa dikoreksi dengan
kacamata dan terjadi jika sel-sel saraf pembeda terang-gelap di retina mata
terganggu.
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC.
Fisiologi Retina:
2. Sel –sel atang, untuk penglihatan hitam dan putih dan penglihatan
didalam gelap
Lapisan retina :
1. Lapisan pigmen
3. Lapisan nucleus luar yang mengandungn badan sel batang dan kerucut
20
6. Lapisan ganglion
1. Segmen luar
Fotokimiawi yang peka terhadap cahaya ditemukan di segmen luar. Dalam sel
batang terdapat rodopsin dan dalam sel kerucut terdapat satu dari ketiga
fotokimia warna biasanya disebut pigmen warna sederhana.
2. Segmen dalam
3. Nucleus
4. Membrane sinaps
Bagian dari sel batang dan kerucut yang berhubungan dengan neuron.
Fisiologi Melihat
1. Fisiologi Melihat
Mata secara optik dapat disamakan dengan sebuah kamera fotografi biasa.
Mata mempunyai sistem lensa, sistem apertura yang dapat berubah-ubah
(pupil), dan retina yang dapat disamakan dengan film. Adapun mekanisme
21
Sebaliknya, bila orang tersebut terus berada di tempat yang gelap utnuk waktu
yang lama, retinal dan opsin yang ada di sel kerucut diubah kembali menjadi
pigmen yang peka terhadap cahaya. Selanjutnya vitamin A diubah kembali
menjadi retinal dan terus menyediakan lebih banyak pigmen peka cahaya. Batas
akhirnya ditentukan oleh jumlah opsin yang ada di dalam sel batang dan kerucut
untuk bergabung dengan retinal. Keadaan ini disebut adaptasi gelap.
2. VITAMIN A
Vitamin A yang larut dalam lemak ini sebenarnya adalah sekelompok zat
kimia alami dan sintesis yang memilki fungsi atau aktifitas mirip hormone.
Retinol mungkin merupakan bentuk vitamin A terpeting, ini merupakan bentuk
transfor dan sebagai ester retinol, juga merupakan bentuk simpanan. Retinol
23
dioksidasi di in vivo menjadi retinal dehida (bentuk yang digunakan pada pigmen
penglihatan). dan asam retinoat. Sumber penting vitamin A dalam makanan
adalah makanan hewani (misalnya hati, ikan, telur, susu, mentega). Sayuran yang
berwarna kuning dan berdaun hijau, seperti wortel, labu dan bayam mengandung
banyak karatenoid, banyak antara lain provitamin dan dapat dimetabolisasi
menjadi vitamin A aktif in vivo.yang peting dari karatenoid ini adalah
betakaroten. Retinoid mengacu pada zat kimia alami atau sintetis yang secara
structural berkaitan dengan vitamin A, tetapi tidak harus memiliki aktifasi vitamin
A. Sepeti semua lemak, pencernaan dan penyerapan karoten dan retinoid
memerlukan empedu, enzim pancreas dan aktifitas antioksidan didalam makanan.
Retinol baik yang berasal dari ester maupun betakaroten melalui tahap oksidasi
antara yang melibatkan retinal, diangkut dalam kilomikron ke hati, terutama sel
stelata (Ito) perisinusoi. Pada orang sehat yang mengkonsumsi diet adekuat,
cadangan tesebut memadai paling sedikit 6 bulan. Asam retinoat dipihak lain,
dapat diserap tanpa diubah. Zat ini merupakan sebagian kecil vitamin A dalam
darah dan aktif dalam diferensiasi dan pertumbuhan epitel tetapi tidak dalam
penglihatan.
Jika asupan vitamin A dari makanan kurang memadai, ester retinol di hati
dimobilisasi, dan retinol yang di lepaskan kemudian berikatan dengan protein
pengikat retinol (retinol binding protein) spesifik, yang disintesis di hati.
Penyerapan retinol oleh berbagai sel dalam tubuh begantung pada reseptor
permukaan RBP, dan bukan untuk retinol. retinol diangkut menembus mebran sel,
dan zat ini kemudian berikatan dengan protein pengikat retinol selular. Dan RBP
di lepaskan kembali kedalam darah.
Fungsi vitamin A:
Selain itu, retinoid, betakaroten, dan beberapa karatenoid terkait tebukti berfungsi
sebagai zat fotoprotektif dan antioksidan.
Apabila satu foton cahaya yang jatuh keretina beradaptasi gelap, rodopsin
yang mengalami serangkaiaan perubahan konfigurasi untuk akhirnya
menghasilkan all trans retinal dan opsin. Dalam proses tersebut terbentuk impuls
saraf (oleh perubahan potensial membran) yang disalurkan melalui neuron dari
retina ke otak. Sewaktu adaptasi gelap sebagian all trans retinal diubah kembali
menjadi 11 cis retinal, tetapi sebagian besar direduksi menjadi retinol dan hilang
di retina, yang menegaskan perlunya asupan retinol terus-menerus.
Selain epitel mata, epitel yang melapisi saluran nafas atas dan saluran kemih
diganti oleh sel skuamos berkeratin (metaplasia skuamosa). Hilangnya sel epitel
mukosilia dalam saluran nafas mempermudah terjadinya infksi paru sekuneder,
dan deskuamasi debris keratin pada saluran kemih. Hiperplasia dan
hiperkratinisasi epidermis disertai penyumbatan duktus kelenjar adneksa dapat
menyebabkan dermatosis vitamin A.
Metabolisme Vitamin A
Vitamin A dan β-karoten diserap dari usus halus dan sebagian besar
disimpan di dalam hati. Bentuk karoten dalam tumbuhan selain β, adalah α, γ-
karoten serta kriptosantin. Setelah dilepaskan dari bahan pangan dalam proses
26
pencernaan, senyawa tersebut diserap oleh usus halus dengan bantuan asam
empedu (pembentukan micelle).
Vitamin A dan karoten diserap oleh usus dari micelle secara difusi pasif,
kemudian digabungkan dengan kilomikron dan diserap melalui saluran limfatik,
kemudian bergabung dengan saluran darah dan ditransportasikan ke hati. Di hati,
vitamin A digabungkan dengan asam palmitat dan disimpan dalam bentuk retinil-
palmitat. Bila diperlukan oleh sel-sel tubuh, retinil palmitat diikat oleh protein
pengikat retinol (PPR) atau retinol-binding protein (RBP), yang disintesis dalam
hati. Selanjutnya ditransfer ke protein lain, yaitu “transthyretin” untuk diangkut ke
sel-sel jaringan.
Vitamin A yang tidak digunakan oleh sel-sel tubuh diikat oleh protein
pengikat retinol seluler (celluler retinol binding protein), sebagian diangkut ke
hati dan bergabung dengan asam empedu, yang selanjutnya diekskresikan ke usus
halus, kemudian dikeluarkan dari tubuh melalui feses. Sebagian lagi diangkut ke
ginjal dan diekskresikan melalui urine dalam bentuk asam retinoat.
sempurna ; (2) konversi tidak 100%, salah satu sebab adalah diantara karoten
lolos ke saluran limfe, dan (3) pemecahan yang kurang efisien.
Defisiensi Vitamin A
konsentrasi sel kerucut menurun dan konsentrasi sel batang meningkat. Sel batang
paling banyak ditemukan di bagian perifer. Karena perbedaan penyerapan
berbagai panjang gelombang cahaya, sel kerucut menghasilkan penglihatan
warna, sedangkan sel batang hanya menghasilkan penglihatan rona abu-abu.
3. ZINK
Penyerapan Zn terjadi pada bagian atas usus halus. Dalam plasma, sekitar 30%
Zn berikatan dengan 2 alfa makroglobulin, sekitar 66% berikatan dengan albumin
dan sekitar 2% membentuk senyawa kompleks dengan histidin dan sistein.
Komplek Zn-albumin disebut ligan Zn makromolekul utama sedangkan ligan
mikromolekul adalah kompleks Zn-histidin dan Zn-sistein yang berfungsi untuk
menstransport Zn ke seluruh jaringan termasuk kehati, otak, dan sel-sel darah
merah (Hsu & Hsich, 1981).
Zinc diangkut oleh albumin dan transferin masuk kealiran darah dan dibawa
ke hati. Kelebihan Zn akan disimpan dalam hati dalam bentuk metalotionein,
sedangkan yang lainnya dibawa kepancreas dan jaringan tubuh lain. Didalam
pancreas, Zn digunakan untuk membuat enzim pencernaan, yang pada waktu
makan dikeluarkan kedalam saluran pencernaan. Dengan demikian saluran cerna
memiliki dua sumber Zn, yaitu dari makanan dan cairan pencernaan pancreas.
Metalotionein sangat kaya akan asam amino sistein dan dapat mengikat 9
gram atom logam untuk setiap protein. Protein ini sangat terikat erat dengan
mineral-mineral Zn. Beberapa penelitian membuktikan bahwa sintesis
thioneindirangsang oleh adanya mineral Zn ( Piliang, 2001). Metalotionein-III
(MT-III) merupakan bagian yang spesifik dari metalonein yang terdapat pada otak
30
Zinc atau dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan seng atau dalam
bahasa kimianya dilambangkan dengan Zn, sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk
membantu pertumbuhan dan meningkatkan imunitas tubuh.
Defesisensi ZINC
tubuh yang ditandai dengan gejala dermatitis dan anorexia. Defesiensi Zn moderat
ditandai dengan adanya penurunan Zn plasma, retardasi pertumbuhan dan
penurunan tingkat imunitas. Defisiensi Zn marginal/ringan merupakan batas
bawah dimana gejala defisiensi seng terjadi bila berkaitan dengan stressor lain
(misalnya fase pertumbuhan cepat) (Golub, et.al.,1995).Selanjutnya Penland
(2000) menyatakan bahwa stress yang ditimbulkan karena defesiensi Zn sebagai
manisfestasi dari fungsi neuropsikologi yang tidak baik.
Defisiensi Zn dapat terjadi pada saat kurang gizi dan makanan yang
dikonsumsi berkualitas rendah atau mempunyai tingkat ketersediaan Zn yang
terbatas. Defisiensi Zn pada bayi dan anak-anak berhubungan dengan pola
pemberian makan, gangguanpenyerapan, genetic, enterohepatika acrodermatitis
(Golub, et.al.,1995). Defisiensi Zn dapat terjadi pada golongan rentan, yaitu anak-
anak, ibu hamil dan menyusui serta orang tua. Tanda-tanda kekurangan Zn adalah
gangguan pertumbuhan dan kematangan seksual. Fungsi pencernaan terganggu,
karena gangguan fungsi pancreas, gangguan pembentukan khilomikron dan
kerusakan permukaan saluran cerna. Disamping itu dapat juga terjadi diare dan
gangguan fungsi kekebalan. Kekurangan Zn kronis mengganggu system pusat
syaraf dan fungsi otak. Kekurangan Zn juga dapat mengganggu fungsi kelenjar
tiroid dan laju metabolisme, gangguan nafsu makan, penurunan ketajaman indra
rasa serta memperlambat penyembuhan luka (Almatsier, 2001).
Studi pada manusia menunjukkan bahwa ibu hamil dengan kadar Zn yang rendah
dalam darah dapat menyebabkan bayi lahir premature, persalinan abnormal,
pendarahan waktu melahirkan dan partus lama. Penelitian lain membuktikan
bahwa keterlibatan Zn dalam pembentukan dan penggunaan enzim-enzim yang
berkaitan dengan perbanyakan sel otak. Selanjutnya dikatakan bahwa
konsekwensi defesiensi Zn ditandai dengan menurunnya produksi dan aktivitas
hormon thymic (King & Keen, 1999).
Bentley, et.al., (1997) menemukan bahwa bayi usia 6 sampai 9 bulan yang
diberi suplemen Zn 10 mg/hari mengalami peningkatan aktivitas disbandingkan
33
dengan control (tanpa suplementasi). Hal yang sama juga terjadi pada penelitian
Sazawal (1996) dalam Penland (2000) menemukan peningkatan aktivitas pada
bayi usia 6 bulan yang diberi suplementasi Zn. Selanjutnya Penland (1991) dalam
Penland (2000) menemukan kemampuan kognitif dan fsikomotorik yang kurang
baik pada laki-laki yang diberi Zn 1, 2, 3, atau 4 mg/hari dibandingkan pada
waktu mereka diberi diet yang mengandung Zn 10 mg/hari. Collip et.al., (1982)
menemukan bahwa pada anak yang menderita defisiensi Zn terbukti hormon
pertumbuhannya juga rendah, dan perbaikan kadar seng serum dapat
meningkatkan kadar hormon pertumbuhan, sehingga pertumbuhan anak menjadi
lebih cepat.
Air tadah hujan adalah air hujan yang dimasukkan dalam suatu wadah yang
nantinya akan digunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Air ini didapat
dengan melewati sistem penyulingan secara alami yang terkait dengan siklus air
dalam daur biogeokimia.
Pemanfaatan air hujan untuk air minum dan air bersih untuk kebutuhan sehari hari
adalah hal yang biasa dilakukan oleh masyarakat. Apalagi di daerah pedalaman
dan daerah yang belum dijangkau oleh jalur pipa distribusi PDAM.
5. PARASETAMOL
Dosis : Nyeri akut dan demam bisa diatasi dengan 325-500 mg empat
kali sehari dan secara proposional dikurangi untuk anak-anak.
Keadaan tunak (steady state) dicapai dalam sehari (Katzung,
1989). Untuk nyeri dan demam oral 2-3 sehari 0,5-1 g,
maksimum 4 g / hari, pada penggunaan kronis maksimum 2,5
g/hari. Anak-anak 4-6 tiap hari 10 mg / kg, yakni rata-rata usia 3-
1 bulan 60 mg, 1-4 tahun 120-180 mg, 4-6 tahun 180 mg, 7-12
tahun 240-360 mg, 3-6 kali sehari. Rektal 20 mg / kg setiap kali,
dewasa 4 tiap hari 0,5-1 g, anak-anak usia 3-12 bulan 2-3 dd 120
mg, 1-4 tahun 2-3 sehari 240 mg, 4-6 tahun 4 sehari 240 mg, dan
7-12 tahun 2-3 tiap hari 0,5 g
toksisitas : akibat dosis toksis yang paling serius ialah nekrosis hati.
nekrosis tubuli renalis serta koma hipoglikemi dapat juga terjadi.
hepatotoksisitas dapat terjadi pada pemberian dosis tunggal 10-15
gram (200-250 mg/kgBB) parasetamol.
36
6. KONTRIMOKSAZOL
Penggunaan klinik :
Dengan dosis tinggi efektif untuk infeksi yang berat oleh Pneumocystis
carini pada penderita AIDS. Dengan dosis rendah pada penderita
Neutropeni.
e. Infeksi genitalia
f. Infeksi lainnya
Farmakokinetika
Farmakokinetika dapat diartikan sebagai nasib obat didalam tubuh atau hal-hal
yang dialami obat hingga mencapai cairan plasma. Interaksi secara
farmakokinetik terjadi apabila suatu obat mempengaruhi absorpsi, distribusi,
biotransformasi/metabolisme, atau ekskresi obat lain. Secara fisiologi interaksi
terjadi apabila suatu obat merubah aktivitas obat lain pada lokasi yang terpisah
dari tempat aksinya. Farmakokinetika mempelajari kinetika absorpsi obat,
distribusi, dan eliminasi (yakni eksresi dan metabolisme).
7. DEMAM
Pengertian Demam
Demam atau febris adalah suatu keadaan yang ditandai peningkatan suhu
badan suhu badan melebihi 370C yang disebabkan oleh penyakit atau peradangan.
Demam merupakan respon fisiologis dimana suhu tubuh meningkat akibat
pengaturan tulang pada set point di hipotalamus.
Etiologi Demam
Suhu tubuh normal berkisar antara 36,5o-37,2oC. Suhu subnormal di
bawah 36oC. Demam diartikan suhu tubuh diatas 37,2oC. Istilah lain yakni
hiperpireksia adalah suatu keadaan kenaikan suhu tubuh sampai setinggi 41,2oC
atau lebih, sedangkan hipotermia adalah keadaan suhu tubuh di bawah 35oC.
Dalam keadaan biasa perbedaan suhu ini berkisar sekitar 0,5oC, suhu rektal lebih
tinggi daripada suhu oral.
Pada anak-anak, demam yang terjadi dapat dibedakan menjadi 3 jenis:
42
Patofisiologi Demam
patokan suhu tubuh (di atas suhu normal). Adanya peningkatan titik patokan ini
dikarenakan termostat tubuh (hipotalamus) merasa bahwa suhu tubuh sekarang
dibawah batas normal. Akibatnya terjadilah respon dingin/menggigil. Adanya
proses mengigil (pergerakan otot rangka) ini ditujukan untuk menghasilkan panas
tubuh yang lebih banyak.
Mekanisme lebih rinci mengenai proses demam akan menspesifikkan pada
substansi yang terkandung dalam pirogen endogen, yakni IL-1, IL-6 dan TNF.
Tiga senyawa tersebut merupakan mediator-mediator penting dari reaksi ini yang
dihasilkan oleh leukosit dan jenis sel lain dalam respon terhadap organisme
infeksi atau reaksi-reaksi imunologis dan toksik dan dilepaskan dalam sirkulasi.
IL-1 dan IL-6 mempunyai efek yang sama dalam menghasilkan reaksi fase
akut, keduanya menghasilkan demam melalui interaksi dengan reseptor-reseptor
vaskuler dalam pusat termoregulator dari hipotalamus dengan aksi langsung dari
sitokin atau lebih cenderung melalui induksi produksi prostaglandin lokal (PGE).
Informasi ini kemudian ditransmisi dari hipotalamus anterior ke posterior ke
pusat vasomotor, menyebabkan stimulasi saraf simpatis, vasokonstriksi
pembuluh-pembuluh kulit, mengurangi perspirasi dan timbul panas demam.
8. DIARE
Etiologi Diare
disebabkan oleh banyak penyebab antara lain : (1) infeksi (bakteri, parasit, virus),
(2) keracunan makanan, (3) efek obat-obat dan lain-lain. Menurut WHO, etiologi
44
diare akut dapat dibagi atas empat penyebab: bakteri, virus, parasit, dan non
infeksi.
Patofisiologi Diare
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi sebagai berikut :
1. Osmolaritas intraluminal yang tinggi, disebut diare osmotik, 2. Sekresi cairan
dan elektrolit meninggi, disebut diare sekretorik, 3. Malabsorbsi asam empedu,
malabsorbsi lemak, 4. Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di
enterosit, 5. Motilitas dan waktu transit usus abnormal, 6. Gangguan permeabilitas
usus, 7. Inflamasi dinding usus, diare inflamatorik, 8. Infeksi dinding usus, diare
infeksi.
Perubahan motilitas usus dapat terjadi sebagai akibat adanya radang usus,
sehingga usus (terutama usus besar) tidak mampu menahan laju isi usus dan
terjadi diare.
2. Sekresi aktif
Sekresi aktif dapat disebabkan karena kerusakan usus atau karena penyakit
sistemik seperti congestive heart failure ataupun hepatic congestion. Kedua
penyakit tersebut menyebabkan peningkatan tekanan hidrolik pada vena
mesenterica sehingga mendorong keluarnya cairan ke lumen usus.
dengan baik. Pakan yang tidak terabsorbsi tersebut akan diubah menjadi asam
laktat dan asam lemak volatil oleh bakteri di kolon. Ini akan menyebabkan
penurunan pH (asam) dan peningkatan osmolalitas, yang akhirnya menimbulkan
watery diare.
9. INFLUENZA
46
Patogenesis Influenza
Virus influenza masuk ke dalam saluran napas melalui droplet, kemudian
menempel dan menembus sel epitel saluran napas di trakea dan bronkus. Infeksi
dapat terjadi bila virus menembus lapisan mukosa non-spesifik saluran napas dan
terhindar dari inhibitor non-spesifik serta antibodi lokal yang spesifik. Daerah
yang diserang adalah sel epitel silindris bersilia.
Selanjutnya terjadi edema lokal dan infiltrasi oleh sel limfosit, histiosit, sel
plasma dan polimorfonuklear. Nekrosis sel epitel ini terjadi pada hari pertama
setelah gejala timbul. Perbaikan epitel dimulai pada hari ke-3 dan ke-5 dengan
terlihatnya mitosis sel pada lapisan basal. Respons pseudometaplastik dari
epitelium yang undifferentiated timbul. Puncaknya dicapai pada hari ke–9 sampai
ke-15 setelah awitan penyakit. Setelah 15 hari, tampak produksi mukus dan silia
kembali seperti sediakala.
Adanya infeksi sekunder menyebabkan reaksi infiltrasi sel radang lebih
luas dan kerusakan pada lapisan sel basal dan membrana basalis lebih hebat, yang
akan mengakibatkan terhambatnya regenerasi sel epitel bersilia. Kemudian virus
bereplikasi di dalam sel pejamu yang menyebabkan kerusakan sel pejamu.
Viremia tidak terjadi. Virus terlindung di dalam sekret dari saluran napas selama
5-10 hari.
KESIMPULAN :
tadah. Seng, yang merupakan mikronutrien penting dalam tubuh terlibat aktif
dalam proses enzimatik yang berhubungan dengan berbagai senyawa, salah
satunya adalah vitamin A. Inilah yang menyebabkan Udin mengalami rabun senja.
Selain itu, seng dan vitamin A terlibat dalam proses imunitas yang mengakibatkan
mudahnya terjangkit penyakit seperti demam, influenza dan diare karena
defisiensi seng dan vitamin A.
DAFTAR PUSTAKA
Price, Sylvia A., dan Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. ed : Hartanto, Huriawati, dkk. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. 2007. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan
Anak 1. Jakarta : Info Medika Jakarta.
48
Mardjono, Mahar. 2009. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Balai Penerbit
FK UI.
Sudoyo, Aru dkk.2009. Ilmu Penyakit Dalam jilid I.Jakarta: Interna Publishing