You are on page 1of 15

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR AGRONOMI
ACARA IV
PERKECAMBAHAN BIJI I

Disusun Oleh:

1. Wahyu Arie K. (10770)


2. Triya Andriyani (10774)
3. Swastika Sekar (10813)
4. Leo Septiansyah (10818)
5. Nurul Suryani (10819)

LABORATORIUM MANAJEMEN DAN PRODUKSI TANAMAN

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA
2007
ACARA IV
PERKECAMBAHAN BIJI I

TUJUAN

1. Mengetahui gaya berkecambah dan kecepatan berkecambah suatu biji.


2. Mengetahui faktor-faktor luar yang mempengaruhi perkecambahan biji.
3. Mengetahui pengaruh khemikalia terhadap perkecambahan biji.

TINJAUAN PUSTAKA

Perkecambahan biji adalah kulminasi dari serangkaian kompleks proses-proses


metabolis, yang masing-masing harus berlangsung tanpa gangguan. Tiap substan yang
menghambat salah satu proses akan berakibat pada terhambatnya seluruh rangkaian proses
perkecambahan. Beberapa zat penghambat dalam biji yang telah berhasil diisolir adalah
soumarin dan lacton tidak jenuh, namun lokasi penghambatnya sukar ditentukan karena
daerah kerjanya berbeda dengan tempat dimana zat tersebut diisolir. Zat penghambat
dapat berada dalam embrio, endosperm, kulit biji maupun daging buah (Anonim,2007).
Biji yang dikatakan bermutu menurut penglihatan ( visual ) ( Soemartono, 1991 ) :

1. Utuh atau tidak cacat.


2. Tidak mengandung campuran dengan biji – biji atau benda- benda lain ( biji
yang bersih mengandung biji – biji rerumputan lebih dari 1 % ) pada biji murni
hal ini tidak diperkenankan.
3. Mempunyai daya berkecambah ( germination capacity ) tinggi, yakni lebih
dari 80 % dan cepat tumbuh.
4. Bebas dari penyakit – penyakit berbahaya ( seed-borne disease ), bebas dari
kedua telur serangga.

Faktor-faktor proses perkecambahan (Anonim, 1993) :


a. Air
Air sangat dibutuhkan untuk perkecambahan biji (benih). Pengisapan air merupakan
kebutuhan biji untuk berlangsungnya kegiatan-kegiatan di dalam biji.
b. Udara
Di dalam udara terkandung oksigen yang sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup
bagi setiap makhluk, yaitu untuk pernapasan embrio. Udara bersifat bebas dan mudah
didapatkan, sehingga oksigen di dalam udara dapat diperoleh dengan mudah, sedangkan
kandungan udara di dalam air hanya sedikit.
c. Temperatur atau suhu
Proses perkecambahan biji memerlukan temperatur yang memadai. Peranan
temperatur pada proses perkecambahan biji ialah bahwa pada suhu/temperatur tertentu
kegiatan di dalam biji biasa-biasa saja, tidak terjadi proses apa pun. Akan tetapi,
meningkatnya temperatur menyebabkan kegiatan di dalam biji semakin meningkat pula.
Namun apabila temperatur terlalu tinggi daya berkecambah menjadi berkurang, karena
embrio mati. Pada temperatur terlalu rendah, proses perkecambahan berlangsung lambat.
Temperatur yang baik untuk proses perkecambahan biji ialah antara 30ºC-40ºC.
d. Sinar matahari
Sinar matahari berhubungan erat dengan temperatur udara, maka peranan sinar
matahari dalam proses perkecambahan sejalan pula dengan peranan temperatur (suhu) pada
proses perkecambahan. Di samping itu, sinar matahari juga berperanan dalam pertumbuhan
kecambah, supaya tidak tampak pucat. Keadaan pertumbuhan kecambah yang memanjang
dan bibit yang tampak pucat ini disebut etiolasi.
Pada dasarnya perkecambahan merupakan suatu proses pertumbuhan dari biji setelah
mengalami masa dormasi. Bila kondisi-kondisi sekelilingnya memungkinkan (Novijanto,
1996).
Perkecambahan tergatung pada viabilitas benih, kondisi dan pada beberapa tanaman
tergantung pada usaha pemecahan dormasi. Viabilitas benih menunjuk pada prosentasi benih
yang akan menyelesaikan perkecambahan. Kecepatan (speed) perkecambahan, dan vigor
akhir dari kecambah-kecambah yang baru berkecambah. Viabilitas partai benih dapat
ditentukan dengan prosedur pengujian yang telah dilakukan. Rupanya yang paling nyata dari
pengukuran viabilitas adalah prosentase perkecambahan. Yaitu angka prosentase dari benih
biji suatu spesies yang menghasilkan kecambah normal pada kondisi-kondisi perkecambahan
normal (Haryadi, 1991).
Banyak usaha yang dapat dilakukan secara mekanis maupun dengan menggunakan zat
pengatur tumbuh (ZPT). Zat pengatur tumbuh yang sering digunakan untuk mempercepat
perkecambahan biji antara lain GA3, kiretin dan etepoh (Jawal, 1996).
Menurut Marton ( 1987 ) dan Menzel et al. ( 1978 ) cit. Anton dan Siregar ( 2000 ),
tanaman biasanya diperbanyak dengan benih. Perkecambahan membutuhkan waktu 2/3
minggu jika benih ditanam langsung setelah ekstraksi biji dari buahnya. Perkecambahan benih
umumnya lambat dan tidak serempak. Hal ini berhubungan dengan lapisan kulit biji dan
lendir disekeliling biji yang menghambat perkecambahannya. Biji tersebut membutuhkan
suatu perlakuan unbtuk membantu perkecambahannya (Anton dan Siregar, 2000).
Konsep keberadaan untuk setiap jenis tumbuhan tentang batas temperatur maksimum
dan minimum, diluar dari perkecambahannya dimana biji tidak dapat berkecambah. Istilah
temperatur optimal telah digunakan untuk menjelaskan bahwa temperatur menengah dimana
telah diperoleh perkecambahan terbaik. Beragam proses fisiologis dimana jumlah enzim yang
tepat adalah komponen yang penting, dapat berguna hanya antara batas temperatur tertentu.
Kegunaannya akan meningkat sebanding dengan meningkatnya temperatur dari batas bawah
hingga temperatur tertentu (Kozlowski, 1971).

METODOLOGI

Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Manajemen dan Produksi Tanaman Jurusan


Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, pada tanggal 12 November
2007. Bahan – bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah benih padi (Oryza sativa),
kertas filter, alkohol 0%, 10%, 25%, 50% dan 70%. Sedangkan alat – alat yang digunakan
adalah bak perkecambahan, petridish, kaca pengaduk, penggaris, sendok, pinset, beaker
glass, kaca penutup dan gelas ukur.

Biji direndam ke dalam alkohol 0, 10, 25, 50 dan 70 % masing-masing selama 10, 30 dan
60 menit. Kemudian biji dicuci yang telah direndam tadi dengan air. Setelah itu kertas filter
dibasahi dengan air dan diletakkan dalam petridish. Biji padi dihitung sebanyak 100 biji dan
biji saga sebanyak 25 ke dalam petridish. Biji-biji diletakkan ke dalam petridish. Setelah
selesai, petridish ditutup dengan penutup.
Selanjutnya diamati dan dihitung jumlah biji yang berkecambah (plumula dan radide
sudah mencapai panjang ±2 mm untuk padi) setiap hari selama seminggu dimulai sehari
setelah percobaan. Biji yang telah berkecambah dan berjamur dibuang untuk mempermudah
pengamatan.
Gaya nilai berkecambah dan indeks vigor dihitung dari masing-masing perlakuan.
Alkohol 0% digunakan sebagai kontrol untuk mengetahui kecepatan berkecambah biji
tanaman, sedang perlakuan lain untuk melihat pengaruh khemikalia terhadap perkecambahan
biji. Kemudian grafik gaya berkecambah dan indeks vigor dibuat pada berbagai hari
pengamatan untuk semua konsentrasi dalam masing-masing alokasi waktu perendaman.

I. HASIL PENGAMATAN

Tabel Perkecambahan Biji

Tabel 1: Jumlah Biji Berkecambah Pada Perendaman Alkohol Menit Ke-10


Menit Alkohol Jumlah Biji Berkecambah Pada Hari Pengamatan ke-
1 2 3 4 5 6 7
0% 0 6,17 3,5 5,5 0,17 0,33 0
10% 0,33 5,17 11 5,67 0 0,33 0
10 25% 1,83 9,33 3,67 5,5 0,17 0,33 0
50% 0 7,67 6,83 5,33 0,33 0 0
70% 0,6 7,67 6,83 5,33 0,33 0,5 0

Tabel 2: Jumlah Biji Berkecambah Pada Perendaman Alkohol Menit Ke-30


Menit Alkohol Jumlah Biji Berkecambah Pada Hari Pengamatan ke-
1 2 3 4 5 6 7
0% 0 1,17 1,17 1,17 0,33 0,5 0,33
30 10% 0,17 4,67 8,39 5,17 0,67 0 0
25% 0,67 4,5 4,67 4,17 0,67 0,33 0
50% 0,5 2,5 5 5 2,67 2,5 1
70% 1,17 2,67 3,33 5,67 1,83 1 0,33

Tabel 3: Jumlah Biji Berkecambah Pada Perendaman Alkohol Menit Ke-60


Menit Alkohol Jumlah Biji Berkecambah Pada Hari Pengamatan ke-
1 2 3 4 5 6 7
0% 0 0,17 0,67 0,5 0,5 0,33 0,17
10% 0 2,33 6,5 3,17 1,5 0,33 0
60 25% 0,17 1,17 3,33 2,67 1 0,83 0,17
50% 0 0 0 2,17 0,33 0,17 0,33
70% 0 0 0 1 0,67 0,67 0,17

Tabel 4: Indeks Vigor


Menit
ke- Alkohol Indeks Vigor Hari Ke- (%)
1 2 3 4 5 6 7
10 0% 0 3,01 1,17 1,38 0,03 0,06 0
10% 0,33 2,59 3,67 1,42 0 0,07 0
25% 1,83 4,67 1,22 1,38 0,03 0,06 0
50% 0 3,84 2,28 1,33 0,07 0 0
70% 0 3,84 2,28 1,33 0,07 0 0
30 0% 0 0,59 0,39 0,3 0,07 0,08 0,05
10% 0,17 2,33 2,8 1,3 0,13 0 0
25% 0,67 2,25 1,56 1,04 0,13 0,06 0
50% 0,5 1,25 1,67 1,25 0,53 0,42 0,14
70% 1,17 1,34 1,11 1,42 0,37 0,17 0,05
60 0% 0 0,09 0,22 0,13 0,1 0,06 0,02
10% 0 1,17 2,17 0,8 0,32 0,06 0
25% 0,17 0,59 1,11 0,67 0,2 0,14 0,03
50% 0 0 0 0,54 0,07 0,03 0,05
70% 0 0 0 0,25 0,13 0,11 0,02

Tabel 5: Gaya Berkecambah

Menit
ke- Alkohol Gaya Berkecambah Hari Ke- (%)
1 2 3 4 5 6 7
10 0% 0 6,17 9,67 15,17 15,34 15,67 15,67
10% 0,33 5,5 16,5 22,17 22,17 22,5 22,5
25% 1,83 11,16 14,83 20,33 20,5 20,83 20,83
50% 0 7,67 14,5 19,83 20,16 20,16 20,16
70% 0 7,67 14,5 19,83 20,16 20,16 20,16
30 0% 0 1,17 2,34 3,51 3,84 4,34 4,67
10% 0,17 4,84 13,23 18,4 19,07 19,07 19,07
25% 0,67 5,17 9,84 14,01 14,68 15,01 15,01
50% 0,5 0,03 0,08 0,13 15,67 18,17 19,17
70% 1,17 3,84 7,17 12,84 14,67 15,67 0,16
60 0% 0 0,17 0,84 1,34 1,84 2,17 2,34
10% 0 2,33 8,83 0,12 13,5 13,83 13,83
25% 0,17 1,34 4,67 7,34 8,34 9,17 9,34
50% 0 0 0 2,17 2,5 2,67 0,03
70% 0 0 0 0,01 1,67 2,34 2,51

Perhitungan
Cara perhitungan pada Gaya Berkecambah ( GB ) dan Indeks Vigor ( IV )

1. Gaya Berkecambah (GB)


GB = jumlah biji yang berkecambah sampai hari ke-n x 100 %

Hari ke-n

2. Indeks Vigor (IV)

IV = jumlah biji berkecambah pada hari ke-n x 100 %

Jumlah biji yang dikecambahkan

Contoh Perhitungan

Pada perendaman alkohol 25% menit ke-10, hari pengamatan ke-3

1. Gaya Berkecambah (GB)

Pada perendaman alkohol 25% menit ke-10, hari pengamatan ke-3

GB = 5 x 100 % = 2,34 %
21
2. Indeks Vigor (IV)

Pada perendaman alkohol 25% menit ke-10, hari pengamatan ke-1

IV = 11 x 100% = 1.83
6

Grafik
Grafik Indeks Vigor Menit ke-10
5

4,5

3,5

3
0%
IV (%)

10%
2,5 25%
50%
2 70%

1,5

0,5

0
1 2 3 4 5 6 7

Hari Pengamatan

Grafik Indeks Vigor ke-30


3

2,5

2
IV(%)

0%
10%
1,5 25%
50%
70%

0,5

0
1 2 3 4 5 6 7

Hari Pengamatan
Grafik Indeks Vigor Menit ke-60
2,5

2
IV(%)

1,5
0%
10%
25%
50%
1 70%

0,5

0
1 2 3 4 5 6 7

Hari Pengamatan

Grafik Gaya Berkecambah Menit Ke-10


25

20
GB(%)

15
0%
10%
25%
50%
70%
10

0
1 2 3 4 5 6 7

Hari Pengamatan
Grafik Gaya Berkecambah Menit ke-30
25

20
GB(%)

15
0%
10%
25%
50%
70%
10

0
1 2 3 4 5 6 7

Hari Pengamatan

Grafik Gaya Berkecambah Menit ke-60


16

14

12
GB(%)

10
0%
10%
8
25%
50%
70%
6

0
1 2 3 4 5 6 7

Hari Pengamatan

II. PEMBAHASAN

Pada percobaan IV ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gaya berkecambah
dan kecepatan berkecambah suatu biji, serta mengetahui faktor-faktor luar yang
mempengaruhi perkecambahan biji dan pengaruh khemikalia terhadap perkecambahan.

Gaya berkecambah perlu diketahui agar dapat mengetahui suatu biji masih mampu
berkecambah atau tidak dan jika masih mampu, berapa lama hari yang diperlukan. Sedangkan
kecepatan berkecambah untuk mengetahui suatu biji dapat berkecambah secara serempak atau
tidak.
Pada perkecambahan terjadi proses-proses sebagai berikut: infiltrasi air adalah
peristiwa masuknya air menembus kulit biji hingga masuk ke dalam biji kemudian imbibisi
melalui sel-sel aleuron yaitu air yang masuk ke dalam biji diserap oleh zarah-zarah koloid
sehingga terjadi pembengkakan. Kulit gabah yang tidak dapat menahan desakan dari dalam
akan pecah sehingga calon akar dan calon batang yang terdapat pada ujung benih akan keluar.
Akar yang tumbuh memanjang akan diikuti oleh pertumbuhnan batang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan adalah air, udara, temperatur atau
suhu sinar matahari dan peranan lingkungan. Air digunakan untuk perkecambahan biji,
pengisapan air merupakan kebutuhan biji untuk berlangsungnya kegiatan-kegiatan dalam biji.
Pada peristiwa ini pati, protein dan lemak dalam biji diubah menjadi makanan sederhana yang
digunakan untuk kepentingan embrio. Agar peristiwa tersebut dapat berlangsung maka air
yang masuk dalam biji harus merata. Udara yang di dalamnya terkandung Oksigen digunakan
untuk pernapasan embrio. Temperatur pada proses perkecambahan biji berkaitan dengan
kegiatan di dalam biji. Semakin tinggi temperatur, kegiatan di dalam biji akan meningkat
pula. Pada temperatur yamg rendah perkecambahan berlangsung lambat. Pada
perkecambahan diperlukan pula sinar matahari yang berhubungan erat dengan temperatur
udara, yaitu berperan dalam pertumbuhan kecambah supaya tidak tampak pucat. Keadaan
pertumbuhan kecambah yang memanjang dan bibit yang tampak pucat ini disebut etiolasi.
Pada percobaan ini digunakan biji padi (Oryza sativa). Biji padi yang akan digunakan
sebelumnya direndam dengan khemikalia (alkohol) dengan menggunakan konsentrasi yang
berbeda-beda yang pembuatannya dengan cara mengencerkan alkohol dengan air untuk
mendapatkan konsentrasi yang diinginkan, yaitu 0% sebagi kontrol untuk mengetahui
kecepatan berkecambah biji padi, sedangkan alkohol 10%, 25%,50% dn 70% digunakan
untuk mengetahui pengaruh khemikalia terhadap perkecambahan biji padi.
Pada biji yang berkecambah, sel – sel di dalam lembaga bertambah besar dan panjang
kemudian akan mendesak kulit ari dan pangkal sekam mahkota yang keduanya retak dan
pecah. Dengan pecahnya pangkal sekam mahkota maka seluruh lembaga menonjol keluar.
Bagian sekam mahkota yang membungkus putik lembaga tetap tidak terbuka sampai pelepah
kemudian tumbuh dan memanjang, sesudah itu baru terjadi bakal akar menembus sarung akar
dan tumbuh ke bawah dan biji dikatakan telah berkecambah.
Perendaman biji dalam waktu yang berbeda-beda, yaitu 10 menit, 30 menit dan 60
menit. Selanjutnya biji yang telah direndam diletakkan dalam petridish yang telah diberi
kertas filter basah. Pemberian kertas filter yang telah dibasahi dengan air bertujuan untuk
memberikan keadaan yang cukup lembab untuk pekecambahan biji padi.
Ternyata dari data yang telah diperoleh dari pengamatan diketahui bahwa khemikalia
berpengaruh terhadap perkecambahan biji. Khemikalia dengan konsentrasi rendah akan
memacu perkecambahan sedangkan khemikalia dengan konsentrasi tinggi akan menghambat
perkecambahan. Hal ini dapat ditunjukkan dari grafik gaya berkecambah pada alkohol dengan
konsentrasi 10% dapat menghasilkan gaya berkecambah paling tinggi didanding dengan
preparat yang diberi khemikalia dengan konsentrasi yang lebih tinggi atau konsentrasi lain.
Begitu juga dengan indeks vigor , kecepatan kecambah biji padi yang telah direndam dengan
alkohol 10% lebih tinggi dibandingkan dengan perendaman dengan konsentrasi lain. Kontrol
paling sedikit yang berkecambah, hal ini ditunjukkan dengan GB dan IV yang rendah.
Perendaman alkohol selama 10 menit mempunyai pengaruh yang paling baik
dibandingkan dangan waktu perendaman yang lain. Hal ini dikarenakan jika biji direndam
terlalu lama dalam alkohol maka pengaruh alkohol berlebih sehingga dapat mengganggu
embrio karena merusak metabolisme. Dari grafik juga dapat dilihat bahwa indeks vigor dari
suatu biji akan mengalami penurunan setelah mencapai maksimum. Menurunnya vigor dan
matinya biji dapat dilihat dari dua aspek, yaitu :
 Hilangnya viabilitas atau matinya sekelompok biji
 Kematian individu biji
Dari hasil perhitungan data pengamatan juga dapat diketahui bahwa pemberian
khemikalia dengan konsentrasi tinggi akan menghambat kecepatan perkecambahan biji.
Keadaan ini dapat dilihat dari perbandingan kecepatan perkecambahan biji dengan khemikalia
dibandingkan dengan kontrol. Kecepatan berkecambah biji kurang cepat terjadi karena
pengaruh khemikalia ini, yaitu biji memberikan reaksi dulu dengan lingkungan yang baru
yaitu lingkungan setelah biji terkena khemikalia.
Jadi pemberian khemikalia akan memberikan reaksi positif, memacu pada
perkecambahan jika kadarnya rendah dan waktunya pendek, dan khemikalia akan
menurunkan kecepatan berkecambah suatu biji, yang berarti akan mengurangi keserempakan
biji dalam berkecambah.
III. KESIMPULAN

1. Perkecambahan biji dapat berlangsung baik apabila syarat-syarat untuk


perkecambahan biji seperti air, Oksigen, suhu, cahaya serta kelembaban dapat
terpenuhi dengan baik.

2. Dari hasil perhitungan data pengamatan juga dapat diketahui bahwa pemberian
khemikalia dengan konsentrasi tinggi akan menghambat kecepatan perkecambahan
biji.

3. Perkecambahan biji yang baik dapat diamati dengan gaya berkecambah dan indeks
vigor. Semakin tinggi GB dan IV maka kualitas biji semakin baik.

4. Alkohol dapat bersifat toksik apabila diberiken dalam konsentrasi tinggi dan pada
konsentrasi yang sesuai akan membantu perkecambahan biji

5. Pemberian khemikalia dengan tepat akan membantu perkecambahan biji


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1993. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius. Yogyakarta.


Anton, W. dan T. Siregar. 2000. Pengaruh pemupukan terhadap pertumbuhan tanaman
Tomat. Journal Hortikultura. VI ( 10 ) : 20 – 75.
Harjadi. 1994. Pengantar Agronomi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Jawal, 1996 Pengaruh Konsentrasi Asan Giberalat Dan Lama Perendaman Terhadap
Perkecambahan Dan Pertumbuhan Biji Manggis. Journal Holtikultura 6(1):1-5.
Kozlowski, T. T. 1971. Seed Biology. Academic Press. New York.
Novijanto, N. 1996. Pengaruh Suhu dan Lama Perendaman Terhadap Mutu Kecambah
Kacang Hijau. Agri Journal 3(2):30.
Soemartono, H. 1981. Pengantar Pengetahuan Dasar Hortikultura I. Tiga Serangkai. Jakarta.
Yenio. 2007. ellisa. ugm. ac. id/ file/ yeni_wn_ratna/ 6L4WiASR/ III-dormansi. doc. Diakses
18 November 2007.

You might also like