You are on page 1of 90

Upaya Peningkatan Pembelajaran Lompat

Jauh Dengan Bermain Pada Siswa Kelas IV


SD Negeri Sukogelap

Dibuat oleh :

NAMA : ADAM SETYAWAN

NIM : 06601247009

PRODI: S1 PJKR /PKS

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2009
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan aspek yang

penting dan berkaitan erat dengan seluruh proses pendidikan di sekolah.

Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan tidak boleh di pandang sebelah

mata atau terkesan “ disepelekan “ dalam pelaksanaannya. Mata pelajaran ini

juga mempunyai bobot dan kualitas yang tidak kalah dengan pelajaran lain

bahkan harus benar-benar mendapat perhatian yang serius serta ditangani oleh

orang yang profesional.

Siswa Sekolah Dasar mempunyai karakter khusus dan mereka dalam

masa pertumbuhan dan perkembangan, mereka juga generasi penerus bangsa,

maju atau mundurnya sebuah bangsa sangat bergantung pada generasi

penerusnya. Sebagai generasi penerus bangsa mereka harus mempunyai bekal

hidup yang kuat, baik dari jasmani dan rohaninya.

Pendidikan jasmani memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat

langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain

dan berolahraga yang dilakukan secara sistematis, terarah, dan terencana.

Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina sekaligus untuk

membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat. Dalam proses

pembelajaran pendidikan jasmani guru seyogyanya dapat mengajarkan

berbagai keterampilan gerak dasar, salah satunya adalah seperti dikemukakan


oleh Tim penjas SD (2007:5) dalam materi Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Olahraga dan Kesehatan kelas IV Semester I, Standar Kompetensi,.

mempraktikan gerak dasar ke dalam permainan sederhana dan olahraga serta

nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Kompetensi dasar, mempraktikkan

gerak dasar atletik sederhana, serta nilai semangat, percaya diri dan disiplin.

Menurut Margono ( 2000:1 ) Atletik merupakan induk dari seluruh

cabang olahraga. Hal ini tidak aneh karena gerak-gerak yang dilakukan dalam

cabang atletik sebagian besar dilakukan di cabang olahraga lain. Sedangkan

atletik sendiri masih terbagi menjadi empat cabang yaitu : jalan, lari, lompat

dan lempar. Seorang guru pendidikan jasmani harus mampu memberikan

pembelajaran dengan baik pada siswanya tentang materi gerak dasar atletik

seperti tercantum pada kurikulum kelas IV sekolah dasar semester pertama,

hingga siswa bisa menguasai teknik dasar tersebut.

Berdasarkan pengamatan peneliti, bahwa kenyataan di lapangan tidak

dapat di pungkiri bahwa atletik terkadang sangat menjemukan bagi siswa,

apalagi bila guru pendidikan jasmani mengajar dengan monoton dan kurang

variasi maka anak akan cepat jemu dan malas beraktivitas. Begitu pula yang

terjadi pada siswa kelas IV SD Negeri Sukogelap, saat pembelajaran

pendidikan jasmani dengan materi atletik nomor lompat jauh. Pada waktu

siswa dibariskan kemudian diberi penjelasan tentang materi pembelajaran

berupa atletik nomor lompat jauh, semua siswa terlihat kecewa dan secara

serempak berseru hu… hu…, bahkan beberapa siswa berani mengusulkan

untuk mengganti materi pembelajaran hari itu dengan permainan kasti atau
sepak bola. Mereka beranggapan bahwa lompat jauh sangat menjemukan dan

melelahkan. Siswa lebih menginginkan pembelajaran yang penuh dengan

tantangan, kreativitas dan permainan yang lebih memacu semangat dan

tentunya sangat menyenangkan bagi mereka. Kemudian ketika siswa

dihadapkan pada bak lompat jauh dan disuruh melompat, mereka hanya

melakukan 2-3 kali saja, itupun mereka lakukan karena terpaksa, takut dengan

guru tanpa didasari motivasi dalam diri mereka sendiri. Setelah itu mereka

minta berhenti dan ingin bermain sesuka hati mereka. Apalagi siswa laki-laki,

mereka merasa kurang dapat berkreasi dan tantangan bila hanya melompati

bak pasir terus. Mereka juga merasa belum berolahraga jika belum bermain

sepak bola atau kasti. Bahkan ada siswa laki-laki yang kemudian mengambil

bola dari gudang dan langsung mengajak teman-temannya bermain. Demikian

pula siswi putri, mereka mengatasi kejenuhan dengan duduk dibawah pohon

dengan alasan sudah lelah dan kepanasan. Akan tetapi ketika melihat siswa

putra bermain bola, beberapa dari mereka dengan penuh semangat ikut

bermain tanpa terlihat lelah dan kepanasan sedikitpun.

Dari peristiwa di atas dapat disimpulkan ada beberapa hal yang

menjadi kendala dalam pembelajaran lompat jauh yaitu : 1) rasa kecewa

dalam diri siswa 2) kurangnya motivasi siswa 3) pembelajaran yang monoton

dan kurang variasi. Dengan keadaan seperti itu jelas akan sangat merugikan

siswa itu sendiri, karena tanpa melakukan dan mencoba teknik dasar yang

diajarkan tentu mereka tidak akan menguasai teknik tersebut dengan baik.

Padahal teknik gerak lompat jauh merupakan gerak yang komplek dan terdiri
dari Empat fase gerakan, seperti yang di katakana Yoyo Bahagia dkk

(2000:16) lompat jauh terdiri dari empat fase yaitu : awalan, tolakan kaki,

melayang di udara dan pendaratan di bak pasir.

Untuk mencapai tujuan tersebut guru pendidikan jasmani harus lebih

kreatif dan inovatif dalam proses pembelajarannya, guru harus lebih dapat

melihat karakteristik siswa SD usia 9-12 tahun, mereka masih cenderung

menyukai bentuk-bentuk permainan. guru harus mampu mengembangkan

pembelajaran yang efektiv, mampu membuat siswa bergairah, aktif dan

bersemangat mengikuti proses pembelajaran sampai selesai. Proses

pembelajaran harus di buat agar siswa tertarik dan bergairah serta bersemangat

melakukannya. Apabila perasaan senang gembira telah muncul dalam diri

siswa maka hal ini akan efektif untuk memacu semangat gerak.

Perasaan senang dan gembira akan muncul dalam diri siswa bila di

ajak untuk bermain, hal ini senada seperti yang di kemukakan oleh Hibana S.

Rahman (2002:85) bahwa bermain adalah segala kegiatan yang dapat

menimbulkan kesenangan bagi anak. Bermain dilakukan anak dengan suka

rela tanpa paksaan atau tekanan dari luar. Oleh karena itu guru harus mampu

menyajikan pembelajaran atletik khususnya nomor lompat jauh dalam nuansa

kegembiraan dalam permainan. Permainan yang tidak menghilangkan unsur-

unsur keseriusan, disiplin dan menghilangkan pokok-pokok materinya, tetapi

permainan yang berisi seperangkat teknik dasar lompat jauh yang disajikan

dalam bentuk variasi permainan yang bertujuan memperkaya gerak dan

membangkitkan semangat dalam pelaksanaannya. Memperhatikan uraian di


atas, maka peneliti bermaksud untuk mengadakan penelitian yang berjudul

“Upaya Peningkatan Pembelajaran Lompat Jauh dengan Bermain pada Siswa

Kelas IV SD Negeri Sukogelap.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasar latar belakang tersebut maka masalah yang dapat

diidentifikasi adalah sebagai berikut :

1. Suasana dalam proses pembelajaran menjemukan siswa karena kurang

variasi dan monoton.

2. Alat dan fasilitas yang tersedia di sekolah bersifat statis.

3. Metode pembelajaran yang dilaksanakan kurang sesuai dengan karakter

siswa yang masih senang dengan permainan.

C. Rumusan Masalah

Dari identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “ Bagaimana meningkatkan

pembelajaran lompat jauh dengan bermain pada siswa kelas IV SD Negeri

Sukogelap ? “

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini untuk memberikan gambaran bahwa dengan

pembelajaran bermain dapat digunakan sebagai upaya untuk meningkatkan

pembelajaran lompat jauh pada siswa kelas IV SD Negeri Sukogelap.


E. Manfaat Penelitian

Dengan penelitian ini diharapkan diperoleh kesimpulan bahwa dengan

bermain dapat digunakan sebagai upaya untuk peningkatan pembelajaran

lompat jauh bagi siswa kelas IV SD Negeri Sukogelap. Dan akhirnya akan

memberi manfaat terhadap :

1. Guru pendidikan jasmani

a. Guru pendidikan jasmani dapat memanfaatkan kegembiraan siswa

dalam bermain sebagai metode untuk meningkatkan dan memperbaiki

proses pembelajaran.

b. Guru pendidikan jasmani memperoleh perasaan puas karena sudah

melakukan sesuatu untuk meningkatkan kualitas pembelajran yang di

kelolanya.

c. Dengan hasil yang di perolehnya guru akan mampu menunjukkan

otoritasnya sebagai guru yang professional.

2. Bagi Sekolah

a. Sekolah yang mendorong gurunya membuat inovasi maka telah

berhasil pula meningkatkan kualitas pendidikan untuk siswanya.

b. Sekolah yang gurunya mampu membuat perubahan akan punya

kesempatan berkembang lebih pesat.

3. Bagi Siswa
a. Melalui peningkatan pembelajaran lompat jauh dengan bermain

diharapkan siswa lebih cepat menguasai materi yang diberikan tanpa

ada perasaan jemu dan tertekan.

b. Siswa lebih bersemangat dan penuh motivasi mengikuti pembelajaran.

c. Karena merasa senang dan gembira, siswa juga melakukan aktivitas ter-

sebut di luar jam pembelajaran, bahkan di rumah. Hal ini akan mening-

katkan ketrampilan gerak siswa dengan cepat.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Diskripsi Teori

1. Hakikat Pembelajaran

a. Pembelajaran Umum

Belajar adalah suatu proses yang dilakukan untuk mencapai

sebuah tujuan yang memberikan perubahan pada orang yang belajar.

Perubahan-perubahan itu dapat terjadi dalam bidang keterampilan,

kebiasaan, sikap, pengetahuan dan lainnya. Menurut Rochman

Natawidjaja ( 1978:7 ) bahwa belajar adalah suatu proses perubahan

tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang. Hal senada juga di

ungkapkan oleh Sri Rumini ( 1993:60 ) bahwa belajar adalah suatu

proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku yang relatif menetap. Kemudian menurut Hergenhahn

yang dikutip oleh Endang Rini S ( 2007:1 ) belajar yaitu perubahan

yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku yang

merupakan hasil dari pengalaman dan tidak bercirikan tanda-tanda

yang disebabkan oleh pengaruh yang sifatnya sementara seperti yang

disebabkan oleh sakit, kelelahan atau pengaruh obat.

Pembelajaran merupakan konsep yang terkait dengan proses

belajar-mengajar. Dalam bidang pendidikan istilah belajar-mengajar

lebih populer dengan istilah pembelajaran. Di dalam pendidikan


jasmani istilah belajar-mengajar pendidikan jasmani disebut juga

proses pembelajaran pendidikan jasmani. Menurut Sukintaka

( 2001:24 ) pembelajaran mengandung pengertian bagaimana para

guru mengajarkan sesuatu kepada peserta didik dan terjadi peristiwa

bagaimana peserta didik mempelajarinya.

Proses pembelajaran jasmani berkaitan erat dengan proses

belajar motorik dan proses mengajar keterampilan motorik. Dalam

peristiwa belajar dan mengajar antara siswa dan guru diperlukan

media komunikasi. Dalam media tersebut ada semacam informasi

yang disampaikan dari guru kepada siswa yang akan memberi

respons. Menurut Rusli Lutan ( 1988:382 ) pembelajaran berarti

seperangkat kegiatan yang sengaja dan terencana dari seseorang

yang memiliki kelebihan dalam hal pengetahuan keterampilan untuk

disampaikan kepada oramg lain sebagai saran atau objek yang belum

berkembang keterampilannya.

b. Pembelajaran Gerak

Menurut Schimdt yang di kutip Endang R ( 2007:2 ) belajar

gerak merupakan rangkaian proses yang berhubungan dengan latihan

atau pengalaman yang mengarah pada terjadinya perubahan yang

relatif permanent dalam kemampuan seseorang untuk menampilkan

gerakan-gerakan yang terampil. Dari batasan di atas dapat ditarik

tiga hal penting yaitu :


1. belajar merupakan proses yang di dalamnya terjadi

pemberian latihan atau pengalaman.

2. belajar tidak langsung teramati.

3. perubahan yang terjadi permanent.

Kemudian belajar gerak sendiri mempunyai tiga tahapan

1. Tahapan verbal kognitif

Pada tahap ini tugasnya adalah memberikan pemahaman secara

lengkap mengenai bentuk gerak baru kepada peserta didik.

Intruksi, demontrasi, flim clip dan informasi verbal lainnya

secara khusus memberikan manfaat dalam tahapan ini. Tujuan

pembelajarannya adalah agar peserta didik dapat mentransfer

informasi yang sudah dipelajari sebelumnya kepada bentuk

keterampilan yang dihadapinya sekarang.

2. Tahapan motorik

Dalam tahapan ini fokusnya adalah membentuk organisasi gerak

yang lebih efektif dalam menghasilkan gerakan.

3. Tahapan otomatisasi

Tahap ini setiap gerakan yang dilakukan lebih efisien dan efektif,

bahkan untuk suatu keterampilan olahraga tertentu nampak

dilakukan dengan gerakan yang rileks tapi mantap.

Menurut Gentile yang dikutip oleh Wawan S Suherman ( 2004:19 )

mengajukan 2 tahapan belajar berdasar tujuan pembelajaran yaitu :

memperoleh pengertian gerakan dan penyempurnaan / peragaman.


2. Pembelajaran Lompat Jauh

Pembelajaran lompat jauh merupakan salah satu keterampilan

gerak yang harus di kuasai siswa sekolah dasar kelas IV semester I

seperti telah tercantum pada Silabus dan Promes tahun ajaran 2009-2010

mata palajaran Penjas Orkes SDN Sukogelap UPT P dan K kecamatan

Kemiri Purworejo Jawa Tengah. Tujuan utama dari pembelajaran gerak

adalah perkembangan gerak yang terampil. Menurut Rink yang dikutip

oleh Yoyo Bahagia dkk, (2000:35) mengemukakan tiga indikator gerak

terampil sebagai berikut :

1) efektif, artinya gerakan itu sesuai dengan produk yang diinginkan.

2) efisien, artinya gerakan itu sesuai dengan proses yang seharusnya di

lakukan .

3) adaptif, artinya gerakan itu sesuai dengan situasi dan kondisi

lingkungan dimana gerak itu di lakukan.

Sehubungan dengan itu, guru harus mengetahui dan memahami

karakteristik keterampilan yang akan di ajarkan dan bagaimana

mengajarkannya pada siswa. lompat jauh merupakan salah satu bagian

dari empat nomor dalam atletik, yaitu ( jalan, lari, lompat dan lempar ).

Lompat sendiri terbagi menjadi empat : lompat jauh, lompat jangkit,

lompat tinggi dan lompat tinggi galah. Gerak-gerak dalam aletik

sebenarnya sudah dilakukan manusia sejak manusia ada di bumi. Atletik

merupakan induk dari segala cabang olahraga yang sangat dikenal


dengan istilah “ Mother of Sport “ karena gerak-gerak yang dilakukan

dalam atletik sebagian besar juga dilakukan pada cabang olahraga yang

lain.

Tujuan dalam nomor lompat jauh adalah melakukan lompatan

sejauh mungkin dalam bak pasir, seperti dikemukakan oleh Yoyo

Bahagia (2000:82) bahwa nomor lompat jauh dalam atletik bertujuan

untuk melompat sejauh mungkin untuk memperoleh jarak horizontal

maksimal. Hal senada juga dikemukakan oleh Margono (2002:4) tujuan

dari semua gerakan anggota badan di udara adalah untuk memungkinkan

pelompat membuat gerakan jatuh menyentuh tanah atau pasir sejauh

mungkin dari balok tumpuan.

Teknik dalam lompat jauh terdiri dari beberapa unsur atau fase

gerakan yang merupakan suatu kesatuan atau urutan gerakan lompat

yang tidak terputus-putus. Menurut Yusuf Adisasmita (1992:65-68)

lompat jauh terdiri atas empat unsur yaitu :

1) Awalan.

Kecepatan dan ketepatan dalam lari awalan sangat mempengaruhi

pada hasil lompatan. Ini berarti bahwa kecepatan lari awalan adalah

suatu keharusan untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya.

2) Tumpuan.

Tumpuan adalah perpindahan yang sangat cepat antara lari awalan

dan melayang. Beberapa langkah sebelum menumpu, pelompat harus

sudah siap untuk bertumpu, seluruh tenaga dan fikirannya harus


ditujukan pada ketepatan bertumpu. Pada saat itu pelompat

berpindah keadaan dari lari ke melayang.

3) Melayang.

Setelah pelompat menumpu pada balok tumpuan maka melayanglah

pelompat itu. Naiknya badan setelah tumpuan itu (melayang) adalah

salah satu dari faktor yang sering dilalaikan oleh banyak pelompat.

Setelah menumpu dengan kaki tumpu penting sekali meluruskan

kaki tumpu untuk memperoleh ketinggian. Pada waktu naik badan

harus dapat ditahan dalam keadaan rilek.

4) Mendarat.

Pelompat harus berusaha menjulurkan kedua tangan sejauh-jauhnya

kemuka dengan tidak kehilangan keseimbangan badannya. Pada saat

itu timbul perasaan badan akan jatuh kebelakang.Untuk

mencegahnya titik berat badan dibawa kemuka dengan

membungkukkan badan, hingga badan dan lutut hampir merapat,

dibantu pula dengan juluran tangan kemuka Pada waktu pendaratan

lutut di bengkokkan hingga memungkinkan momentum membawa

badan ke depan di atas kaki. Mendarat dilakukan dengan tumit

terlebih dahulu mengenai tanah.

Margono (2002:35-37) mengatakan bahwa rangkaian gerak dalam

lompat jauh dari kajian teknik dibagi menjadi tiga fase :


1) fase lari awalan

Lari awalan ini secara berangsur dan progresif dipercepat dan pada

beberapa langkah terakhir pinggang sedikit di turunkan guna

persiapan bagi kaki yang bertolak. Pengukuran secara tepat terhadap

panjang lari awalan dan pertimbangan yang baik se4lama beberapa

langkah awalan merupakan yang sangat penting.

2) fase bertolak.

Kaki di hentakkan pada balok tumpuan di lakukan pada sol kaki

dengan tumit ringan kontak dengan tanah sedikit mendahului

pinggang dan dengan kaki penolak sedikit ditekuk. Aktifitas ini cepat

di luruskan pada waktu titik pusat grafitasi melewati di atas kaki

penopang. Fase ini di lakukan dengan kuat.

3) fase melayang.

Fase ini tergantung dari gaya lompatan yang di gunakan dan

diteruskan dengan mendarat.

Yoyo Bahagia, dkk (2000:16-17) berpendapat bahwa, Untuk tujuan

analisis gerakan pada lompat jauh harus dipertimbangkan secara

konsisten empat fase berikut :

1) awalan.

Tujuan dari awalan dalam lompat jauh adalah untuk mendapat posisi

optimal atlet melakukan tolakan kaki dengan kecepatan lari dan

menolak secara terkontrol.


2) tolakan kaki.

Tujuannya adalah memperoleh kecepatan vertical (mengangkat titik

berat badan) dengan cara memanfaatkan kecepatan horizontal

sedemikian rupa dengan kaki tolak mengerahkan gaya yang sangat

besar.

3) melayang di udara.

Melakukan tolakan kaki badan berada di udara. Gerak apapun yang

di lakukan pelompat setelah di udara tidak akan meningkatkan titik

berat badan. Oleh karena itu usaha yang harus di lakukan adalah

mempertahankan selama mungkin di udara dengan melakukan

gerakan tungkai atau lengan agar memperoleh sikap pendaratan yang

efektif.

4) pendaratan.

Teknik-teknik tersebut harus bisa di kuasai dengan baik agar bisa

menghasilkan lompatan sejauh mungkin. Agar mendukung semua usaha

di atas, dalam lompat jauh dikenal beberapa gaya yang populer. Menurut

pendapat Margono (2002:37) Gaya yang biasa dilakukan dalam lompat

jauh adalah:

1) Schnepper / melenting / membusur.

2) Walking in the air / stride in the air / running in the air.

3) Sitting in the air.


Kemudian Yoyo Bahagia dkk, (2002:17) berpendapat, dalam

lompat jauh ada tiga gaya yang dilakukan untuk mempertahankan sikap

badan di udara yaitu :

1) Gaya jongkok.

2) Gaya lenting.

3) Gaya berjalan di udara.

Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa sebenarnya semua

gaya itu sama, hanya pelaksanaan fase melayanglah yang membedakan,

yaitu pada saat mempertahankan badan selama mungkin di udara.

3. Karakteristik Siswa kelas IV

Perkembangan kemampuan motorik merupakan perubahan kualitas

hasil gerak individu. Berkembangnya kemampuan motorik di tentukan

dua faktor yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Dari dua faktor ini

masih ditentukan atau di dukung dengan berlatih sesuai dengan

kematangan anak dan gizi yang baik. Menurut Sukintaka (2001:48)

Perkembangan kemampuan motorik anak dari tingkat SD sampai SMU

merupakan tugas guru dikjas. Adapun tugas itu dalam rangka usaha

pembentukan pribadi anak dan dalam mencapai kedewasaannya karena

pertumbuhan dan perkembangan kemampuan motorik merupakan salah

satu dasar tujuan dalam pembelajaran dikjas.


Tahap kemampuan motorik dan fisik anak didik harus di jadikan

dasar penentuan bahan pelajaran bagi siswa. Menurut Sukintaka

(2001:51-52) tentang tahap perkembangan motorik anak kelas III-IV

(umur 8-10 tahun)

1. Aktifitas rekreasi.

a) Menggunakan situasi hidup sehari-hari.

b) Rasa dalam rumah seperti suasana bermain.

c) Mengembangkan secara cukup keterampilan untuk dapat menjadi

layak dalam kelompok.

d) Menilai keterampilan dengan membandingkan dengan anggota

lain.

e) Memperbaiki keterampilan berrekreasi.

f) Berkeinginan belajar keterampilan sosial yang baru dan

meningkat.

2. Aquatik.

a) Pengembangan kemampuan yang berkaitan dengan air.

b) Mengkoordinasi pernafasan dengan gerak yang layak.

c) Perkembangan daya tahan.

d) Mampu menyelam dalam air.

e) Mengembangkan bentuk gerak yaqng layak.

f) Mengetahui secara layak masuk ke dalam air.

g) Perkembangan kemampuan berenang dalam garis lurus

dan dapat mengetahui tidak berubah arah.


3. Permainan

a) Mengembangkan daya tahan melalui aktifitas yang intensif.

b) Aktifitas itu menolong individu untuk meningkatkan kemampuan

keterampilan motorik.

c) Belajar bila otot dan tulang berkembang, maka aktifitas dapat

dibentuk lebih siap dengan keterampilan yang lebih baik karena

di akibatkan oleh kematangan syaraf dan berlatih.

d) Mengetahui bahwa penambahan keterampilan biasanya

menambah kesenangan.

e) Belajar menuruti kelelahan badan untuk istirahat dan rilek.

4. Aktivitas ritmik

a) Mempunyai keterampilan penampilan langkah lari yang

sederhana.

b) Mengembangkan koordinasi badan.

c) Belajar kehalusan gerak dan kesenangan.

d) Mengembangkan kemampuan tentang irama.

e) Mengembangkan perasaan keseimbangan, ketepatan waktu

(timing) dalam tiap kesempatan.

f) Pengembang kekuatan dan daya tahan khusus pada otot perut dan

tungkai.

g) Pengembangan koordinasi mata dengan tangan dan mata dengan

tungkai.
5. Aktifitas pengembangan

a) Belajar rileks, kalau merasa lelah.

b) Mengembangkan pembiasaan nutrisi yang baik.

c) Mampu menggunakan mekanikan tubuh yang baik.

d) Mengatasi perbedaan sebanyak mungkin.

e) Pembiasaan hidup sehat.

f) Menentukan keterampilan sebanyak mungkin.

g) Aktif berlatih latihan dasar untuk tubuh.

h) Mengembangkan kekuatan, daya tahan dan kelentukan.

6. Tes terhadap diri sendiri.

a) Belajar melatih otot-otot.

b) Mempelajari bahwa latihan sehari-hari akan menolong

memperbaiki dan mengembangkan keterampilan.

c) Mengetahui bahwa penampilan yang memuaskan dalam suatu

gerak merupakan yang dapat dites dengan tes pencapaian.

d) Belajar bahwa ketertiban, ketenangan, dan koordinasi otot

merupakan tujuan.

Menurut Syamsu Yusuf (2004:183-184) mengatakan bahwa seiring

dengan perkembangan fisiknya yang beranjak matang, maka

perkembangan motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik.

Setiap gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan dan minatnya. Pada

masa ini ditandai dengan kelebihan gerak atau aktifitas motorik yang

lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk
belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik, seperti menulis,

menggambar, melukis, mengetik (komputer) berenang, main bola dan

atletik.

Perkembangan fisik yang normal merupakan faktor yang

menentukan kelancaran belajar. Karena itu perkembangan motorik yang

telah matang pada usia SD menjadikan mereka telah siap menerima

pelajaran keterampilan. Menurut Syamsu Yusuf (2004-184) dikatakan

bahwa sesuai dengan perkembangan fisik motorik maka dikjas

permulaan sangat tepat bila diajarkan :

a) Dasar keterampilan menulis dan menggambar.

b) Keterampilan dalam menggunakan alat-alat olahraga (menerima,

menendang dan memukul).

c) Gerakan untuk meloncat, berlari, berenang dan sebagainya.

d) Baris berbaris secara sederhana untuk menanmkan kebiasaan

ketertiban dan kedisiplinan.

Masa-masa SD mempunyai sifat-sifat khusus yang harus

diperhatikan pula, karena pada masa ini anak relative lebih matang dan

mudah dididik. Seperti pendapat Syamsu Yusuf (2004:25) bahwa kelas

tinggi SD, kira-kira umur 9-10 sampai umur 12-13 tahun, mempunyai

sifat-sifat khas yaitu:

a) Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret,

hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan

pekerjaan-pekerjaan praktis.
b) Amat realistis, ingin mengetahui, ingin belajar.

c) Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata

pelajaran khusus, yang oleh para ahli yang mengikuti teori factor

ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor bakat khusus.

d) Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang

dewasa lainnya untuk mrnyelesaikan tugas dan memenuhi

keinginannya. Selepas umur ini pada umunya anak menghadapi

tugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikannya.

e) Pada masa ini, anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat

mengenai prestasi sekolah.

f) Anak-anak pada usia ini gemar membentuk kelompok sebaya biasanya

untuk dapat bermain bersama-sama. Dalam permainan itu biasanya

anak tidak lagi terikat kepada peraturan permainan yang tradisional

(yang sudah ada) mereka membuat peraturan sendiri.

4. Bermain

Bermain banyak di lakukan oleh anak-anak bahkan orang dewasa

juga masih senang bermain. Menurut Hurlock (1978:320) bermain

merupakan istilah yang digunakan secara bebas sehingga arti utamanya

mungkin hilang, arti yang paling tepat adalah setiap kegiatan yang

dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya tanpa

mempertimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan dengan suka rela

tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban. Sedangkan
menurut Anggani Sudono (2000:1) Bermain adalah suatu kegiatan yang

dilakukan dengan atau tanpa alat yang menghasilkan pengertian atau

memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan

imajinasi pada anak.

Ada beberapa ciri kegiatan yang dipandang sebagai aktifitas

bermain seperti yang dikemukakan Hibana. S Rahman (2005:85) Yaitu:

1) Dilakukan dengan suka rela. Anak melakukan kegiatan

bermain tanpa ada unsur paksaan dari manapun.

2) Dilakukan secara spontan. Anak akan spontan melakukan

kegiatan bermain saat anak ingin melakukannya.

3) Berorientasi pada proses, bukan pada hasil. Yang terpenting

bagi anak adalah bagaimana proses kegiatan bermain, bukan

bagaimana hasil permainan.

4) Menghasilkan kepuasan. Anak yang dapat melaksanakan

kegiatan bermain, secara otomatis akan mendapatkan.

Bermain memberi pengaruh yang besar bagi perkembangan anak

baik secara fisik maupun mental. Beberapa pengaruh bermain bagi

perkembangan anak seperti yang di jelaskan oleh Hurlock ( 1978: 323)

yaitu :

1. Perkembangan fisik.

2. Dorongan komunikasi.

3. Penyaluran bagi energi fungsional terpendam.

4. Penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan.


5. Sumber belajar.

6. Rangsangan kreatifitas.

7. Perkembangan wawasan diri.

8. Belajar bermasyarakat.

9. Standar moral.

10. Bermain sesuai dengan peran jenis kelamin.

11. Perkembangan ciri kepribadian yang diinginkan.

Pendapat Hurlok ( 1978: 324) bahwa bermain mempunyai tahapan-

tahapan tertentu :

1. Tahap eksplorasi ( untuk bayi hingga usia 3 bulan)

- 2. Tahap permainan ( tahun pertama 5-6 tahun)

3. Tahap bermain ( usia masuk sekolah)

Setelah masuk sekolah jenis permainan mereka sangat beragam.

Semula mereka meneruskan bermain dengan barang mainan,terutama

bila sendirian. Selain itu mereka merasa tertarik dengan permainan

olah raga hobi dan permainan matang lainnya.

4. Tahap melamun (masa pubertas)

Menyimak beberapa pendapat diatas tentang ciri-ciri permainan

dan manfaatnya bagi perkembangan siswa, maka perlu adanya

penerapan bermain dalam aktifitas pembelajaran di sekolah, mengingat

anak-anak masih menyenangi bentuk-bentuk permainan.


Dengan kondisi seperti itu guru dituntut lebih kreatif agar bisa

memanfaatkan kesenangan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran,

dengan membuat modifikasi pembelajaran ke dalam bentuk permainan.

Banyak kesan dari siswa bahwa atletik hanya berisi gerak monoton

dan tak bervariasi yang isinya meliputi lari, lempar dan lompat yang

sangat melelahkan. Maka tidak mengherankan jika siswa akan merasa

tidak tertarik melakukannya. Hal ini merupakan tantangan bagi guru

penjas agar bisa menerapkan strategi pembelajaran untuk memberikan

kesan yang sebaliknya dengan memasukkan unsur-unsur permainan di

dalamnya.

Seperti di kemukakan Yoyo Bahagia dkk ( 2000: 56) bahwa

permainan atletik maksudnya adalah materi pembelajaran / program

pelajaran atletik yang di sajikan dalam nuansa permainan. Permainan

tidak berarti menghilangkan unsur serius, disiplin dan menghilangkan

substansi pokok materi atletik, namun permainan yang berisi

seperangkat teknik dasar berupa lari, lempar, lompat dalam bentuk

permainan bervariasi.

Menurut Yoyo bahagia ( 2000:57) bahwa berdasar pengalaman

yang ada agar permainan atlelik berhasil, maka beberapa hal di bawah

ini menjadi pertimbangan dan pedoman :

1). Pengembangan dimensi permainan atletik.

2). Pengembangan berbagai variasi gerakan atletik

3). Pengembangan dimensi irama atletik


4). Pengembangan kemungkinan kompetisi atletik

5). Pengembangan pengalaman atletik.

Dengan memperhatikan beberapa konsep di atas niscaya

pembelajaran atletik nomor lompat jauh di sekolah akan meningkat dan

lebih membangkitkan motifasi gerak siswa. Pemberian kesempatan

kepada siswa untuk tumbuh berkembang sesuai dengan karakteristiknya

sangat memberikan pengaruh yang besar, karena dengan bermain

kebutuhan dan kemampuan siswa akan terpenuhi dan terbina , sehingga

dengan merasakan senang siswa termotifasi untuk mengikuti

pembelajaran dengan suka rela dan di harapkan siswa dapat menguasai

gerak dasar yang diajarkan.

.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di halaman SD Negeri Sukogelap kemiri

Purworejo Jawa Tengah. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2010 pada

kelas IV SD Negeri Sukogelap yang berjumlah 9 siswa, 6 siswa putri dan 3

putra.

B. Desain Penelitian

Menurut Pardjono dkk ( 2007:22 ) Penelitian ini merupakan penelitian

tindakan kelas yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran di kelas dengan desain yang dikembangkan oleh Stephen

Kemmis dan Robin Taggart dengan menggunakan empat komponen dalam

tiap langkah, yaitu : perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.

Tindakan penelitin ini digambarkan seperti spiral yang saling terkait. Dari

siklus pertama bila peneliti menilai masih ada kekurangan maka dapat

diperbaiki pada siklus berikutnya dengan memperbaiki atau mengembangkan

sesuai dengan kebutuhan. Siklus dalam spiral ini baru berhenti apabila

tindakan yang dilakukan telah berhasil dan di evaluasi dengan baik.


C. Rancangan Penelitian Tindakan

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang di lakukan dua

siklus, setiap siklus dua kali pertemuan dan dalam satu minggu terdapat dua

kali pertemuan. Setiap pertemuan siswa diberikan materi pembelajaran lompat

jauh. Materi pembelajaran tersebut sudah dimodifikasi dalam bentuk

permainan yang menyenangkan bagi siswa.

Siklus pertama

Pada siklus pertama ini tindakan yang dilakukan ialah siswa diberikan

materi pembelajaran lompat jauh dengan modifikasi berupa permainan-

permainan yang menarik yaitu dengan variasi model kardus yang di susun dan

diberi jarak untuk di lompati siswa dengan tujuan melatih gerak dasar

lompatan kaki, baik dengan variasi lompat satu kaki ataupun dengan dua kaki.

Proses observasi dilakukan dengan cara pengamatan langsung

terhadap proses pembelajaran, baik di lakukan oleh guru sendiri maupun rekan

sejawat. Sedangkan yang diamati adalah motivasi siswa, kerja sama dan

perkembangan gerak dasar lompat jauh dalam proses pembelajaran. Kemudian

hasilnya akan di diskusikan bersama rekan sejawat untuk menentukan rencana

tindakan yang akan dilaksanakan.

Pada langkah refleksi dilaksanakan untuk mengamati segala hal yang

terjadi dan berhubungan dengan tindakan yang dilakukan. Refleksi berupa

diskusi dengan rekan sejawat ataupun dosen pembimbing untuk mengevaluasi

hasil tindakan dan bila perlu untuk merumuskan kembali tindakan yang akan

di ambil pada siklus berikutnya.


Siklus kedua

Berdasarkan hasil pada siklus pertama, maka tindakan pada siklus

kedua merupakan penyempurnaan hasil siklus pertama. Tindakan yang

dilakukan yaitu pembelajaran lompat jauh dengan permainan melompati tali

dari bahan karet gelang. Segala hal yang masih kurang pada siklus

sebelumnya harus diperbaiki pada siklus kedua. Selama proses tindakan

berlangsung maka observasi dan refleksi tetap dilaksanakan.

Permainan pada siklus ini tetap difokuskan pada lompatan kaki, dan

menggunakan tali dari karet gelang yang diatur sedemikian rupa untuk

dilompati siswa serta di buat lebih menarik. Keberhasilan dari tindakan ini

dapat dilihat dari indicator sikap dan perilaku siswa dalam mengikuti proses

pembelajaran. Kegairahan dan semangat setiap siswa dalam beraktifitas tanpa

ada paksaan dan tekanan dari guru, diharapkan terus meningkat dari setiap

siklus, bahkan seluruh siswa bisa aktif tanpa ada paksaan.

D. Definisi Operasional Variabel

Variabel dalam penelitian ini ialah peningkatan pembelajaran lompat

jauh dengan bermain, yaitu proses pembelajaran lompat jauh yang di

modifikasi ke dalam bentuk-bentuk permainan yaitu bermain dengan berbagai

macam variasi melompati kardus dan tali dari karet gelang sebagai media

pembelajaran, yang dilakukan perseorangan maupun beregu.


E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini menggunakan angket tanggapan siswa

terhadap proses pembelajaran dan pedoman observasi proses pembelajaran

tentang motivasi dan perkembangan gerak dasar lompat jauh.

Tabel 1. Angket Tanggapan Siswa terhadap Proses Pembelajaran

NO Pertanyaan Tanggapan Siswa Ya Tidak


1 Guru penjas menyenangkan
2 Guru penjas menjelaskan dengan baik
3 Pembelajaran penjas bentuknya menyenangkan
4 Suasana pembelajaran menyenangkan
5 Waktu pembelajaran penjas terasa pendek
6 Banyak kesempatan melakukan
7 Tugas di lakukan dengan baik

Tabel ini merupakan rencana angket yang akan disiapkan untuk mengali

pendapat siswa terhadap pembelajaran. Angket akan di gunakan pada siklus

pertama dan kedua, dengan perbaikan jika diperlukan. Selanjutnya sebagai

pedoman observasi terhadap perilaku siswa mencakup motivasi siswa, kerja

sama dan perkembangan gerak dasar lompat jauh. Bentuk pedoman observasi

seperti pada tabel berikut ini.

Tabel 2. Pedoman Observasi Kolaborator Terhadap Pekembangan gerak

lompat jauh.
No Motivasi Kerja Sama Perkembangan gerak

siswa lompat jauh


B C K B C K B C K TM
1
2
3
4

Keterangan :

a. Perkembangan yang dianggap baik ( B ) yaitu dari sikap awal,

tolakan kaki dan mendarat di lakukan dengan benar serta dapat

melewati target yang di tentukan .

b. Perkembangan yang dianggap cukup ( C ) yaitu dari sikap awal,

tolakan kaki dan mendarat di lakukan dengan benar tetapi sering

tidak bisa melewati target yang di tentukan.

c. Perkembangan yang dianggap kurang ( K ) yaitu dari sikap awal,

tolakan kaki masih lemah dan saat mendarat kurang maksimal dan

sering tidak melewati target.

F. Teknik Pengambilan dan Analisis Data

Teknik pengambilan data yang dilakukan dengan menggunakan cara

observasi saat proses pembelajaran, yaitu dengan mengamati perilaku siswa

sebelum pembelajaran, selama proses pembelajaran berlangsung, dan sesudah


pembelajaran selesai menggunakan angket dan pedoman observasi. Teknik

analisis data yang digunakan ialah deskriptif kuantitatif dan analisis kualitatif.

Tabel 1. Angket Tanggapan Siswa Terhadap Proses Pembelajaran

NO Pertanyaan Tanggapan Siswa Ya Tidak


1 Guru penjas menyenangkan
2 Guru penjas menjelaskan dengan baik
3 Pembelajaran penjas bentuknya menyenangkan
4 Suasana pembelajaran menyenangkan
5 Waktu pembelajaran penjas terasa pendek
6 Banyak kesempatan melakukan
7 Tugas di lakukan dengan baik

Tabel 2. Tabel Pedoman Observasi Terhadap motivasi dan

Perkembangan gerak lompat jauh.

No Motivasi Perkembangan gerak lompat jauh

sisw
B C K B C K TM
a

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

SIKLUS PERTAMA

Sekolah : SD SUKOGELAP

Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

Standar Kompetensi : 1. Mempraktekkan gerak dasar kedalam Permainan

Sederhana dan Olahraga serta Nilai-nilai yang

terkandung didalamnya.
Kompetensi Dasar : 1.2 Mempraktekkan gerak dasar atletik sederhana,

serta nilai semangat, percaya diri dan disiplin.

Indikator : Melompati rintangan dari kardus dengan berbagai

variasi

Alokasi Waktu : 2 x 35 menit.

A. Tujuan Pembelajaran

Siswa dapat melakukan gerakan dasar lompat jauh.

B. Materi Pembelajaran

Lompat Jauh

Melakukan gerak dasar lompat jauh demgam melompati kardus sebagai

rintangan

C. Metode Pembelajaran

Metode Bermain

D. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran

- Siswa dibariskan, berdoa, presensi, apersepsi dan motivasi.

- Pemanasan

- Pemberian Tugas

- Pengamatan, pertanyaan

- Pendinginan, berbaris, evaluasi berdoa, dibubarkan.

Uraian Materi

a. Pendahuluan.
Bentuk pendahuluan berupa pemanasan dalam permainan Gobak Bunder.

1. Persiapan : Membuat lapangan permainan berbentuk lingkaran,

diameter disesuaikan dengan jumlah siswa. Kemudian lingkaran di

bagi 8 bagian sama luas dengan 4 garis diameter yang saling

menyilang.Siswa di tentukan siapa yang jadi lebih dulu dengan

hompimpa.

2. Pelaksanaan : Siswa jadi berada di tengah lingkaran dan berusaha

menyentuh temannya melalui garis-garis diameter tersebut.Yang

giliran lari tetap berada di dalam lingkaran dan menghindar jangan

sampai tersentuh.

b. Inti.

1. Melompati 4 kardus yang berjajar lurus, masing-masing kardus di

beri jarak 2 meter, di lakukan sendiri bergantian.

Pelaksanaan : Siswa berlari-lari kecil kenudian melompati kardus

dengan tumpuan satu kaki ( kiri ) dan mendarat dengan dua kaki.

2. Melompati 4 kardus yang berjajar lurus, dilakukan berpasangan.

Pelaksanaan : Siswa bergandengan dua orang, dan berlari-lari kecil

kemudian melompati kardus bersama-sama, dengan tumpuan kaki

kiri.

3. Melompati 6 kardus yang berjajar lurus.

Pelaksanaannya : a. Siswa melakukan sendiri, melompati kardus

dengan satu kaki.


b. Siswa dibagi dua kelompok melakukan seperti

di atas tetapi dilombakan siapa yang tercepat.

4. Melompati 6 kardus yang berjajar lurus, bergandengan.

Pelaksanaannya : a. Siswa melakukan bergandengan melompati

kardus dengan tumpuan satu kaki.

b. Siswa tetap bergandengan tapi dibagi dua

kelompok dan di lombakan siapa yang

tercepat.

c. Penutup

a. Berjalan santai keliling lapangan sambil tangan dan kaki

di ayun-ayun di lepas-lepaskan.

b. Siswa dibariskan di beri evaluasi, umpan balik dan di beri

tugas pengayaan lalu berdoa terakhir di bubarkan.

d. Alat dan fasilitas :

- Peluit - Lapangan Sekolah

- Kardus bekas Sarimi

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

SIKLUS KEDUA

Sekolah : SD SUKOGELAP

Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan


Standar Kompetensi : 1. Mempraktekkan gerak dasar kedalam Permainan

Sederhana dan Olahraga serta Nilai-nilai yang

terkandung didalamnya.

Kompetensi Dasar : 1.2 Mempraktekkan gerak dasar atletik sederhana,

serta nilai semangat, percaya diri dan disiplin.

Indikator : Melompati rintangan dari kardus dengan berbagai

variasi

Alokasi Waktu : 2 x 35 menit.

E. Tujuan Pembelajaran

Siswa dapat melakukan gerakan dasar lompat jauh.

F. Materi Pembelajaran

Lompat Jauh

Melakukan gerak dasar lompat jauh demgam melompati kardus sebagai

rintangan

G. Metode Pembelajaran

Metode Bermain

H. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran

- Siswa dibariskan, berdoa, presensi, apersepsi dan motivasi.

- Pemanasan

- Pemberian Tugas

- Pengamatan, pertanyaan

- Pendinginan, berbaris, evaluasi berdoa, dibubarkan.


Uraian Materi

a. Pendahuluan

Bentuk pendahuluan berupa pemanasan dalam permainan Wildok.

1. Persiapan : Siswa di undi siapa yang jadi dengan hompimpa.

Lapangan menggunakan seluruh luas halaman Sekolah.

2. Pelaksanaannya : Siswa jadi berusaha mengejar dan menyentuh,

siapa yang tersentuh akan gantian jadi. Siswa yang di kejar bila

lelah berlari boleh jongkok dan waktu jongkok tidak akan jadi bila

di sentuh. Dari posisi jongkok harus di sentuh teman lebih dahulu

jika mau lari lagi.

b. Inti

1. Melompati 7 buah kardus yang di susun zig-zag dan

membuat jalur angka delapan.

Pelaksanaannya : siswa bergantian satu-satu melakukan lompatan

dengan membentuk jalur angka delapan.

2. Kegiatan sama seperti diatas tapi di lakukan berpasangan.

3. Melompati 4 kardus berjajar, kardus ke- 3 dan ke-4 dijajar dua buah

kardus.

Pelaksanaannya : Siswa lari pelan-pelan kemudian melompati

kardus dengan tumpuan satu kaki dan berusaha melewati target

yang di tentukan.
4. Melompati kardus seperti latihan 3 Tetapi dilakukan

berpasangan dan bergandengan.

c. Penutup

a. Siswa di bariskan 2 bersaf di pinggir lapangan, lalu sambil jalan

perlahan-lahan sambil mengambil kotoran atau sampah yang ada di

halaman sekolah.

b. Siswa di barisakan diberi evaluasi, umpan balik dan tugas pengayaan

lalu berdoa serta di bubarkan.

d. Alat dan Fasilitas

- Peluit

- Kardus Mie

- Lapangan Sekolah.

Tabel 1. Angket Tanggapan Siswa Terhadap Proses Pembelajaran

NO Pertanyaan Tanggapan Siswa Ya Tidak


1 Guru penjas menyenangkan
2 Guru penjas menjelaskan dengan baik
3 Pembelajaran penjas bentuknya menyenangkan
4 Suasana pembelajaran menjemukan
5 Waktu pembelajaran penjas terasa pendek
6 Banyak kesempatan melakukan
7 Tugas di lakukan dengan baik

Tabel 1. Angket Tanggapan Siswa Terhadap Proses Pembelajaran

NO Pertanyaan Tanggapan Siswa Ya Tidak


1 Guru penjas menyenangkan
2 Guru penjas menjelaskan dengan baik
3 Pembelajaran penjas bentuknya menyenangkan
4 Suasana pembelajaran menjemukan
5 Waktu pembelajaran penjas terasa pendek
6 Banyak kesempatan melakukan
7 Tugas di lakukan dengan baik

Pedoman Observasi Terhadap Motivasi, kerja sama

dan Perkembangan Lompat jauh.

No Motivasi Kerja Sama Perkembangan gerak lompat

siswa jauh
B C K B C K B C K TM -
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian di uraikan sebagai berikut :

Siklus I.( pertemuan pertama )

Pada pertemuan pertama hasil penelitian akan di uraikan berdasar

1) pengamatan sebelum pembelajaran. 2) pengamatan selama pembelajaran 3)

pengamatan sesudah pembelajaran.

1. Pengamatan sebelum pembelajaran.

Saat siswa berganti pakaian dan menuju halaman sekolah, mereka

terlihat bersikap seperti biasa saja. Tetapi begitu melihat ada beberapa

kardus yang ditata disamping halaman, mereka terlihat penasaran dan

penuh semangat bertanya,” Pak, sekarang olahraga apa, kok pakai kardus

dan ada garis-garis lingkaran.” Beberapa siswa terlihat memegang kardus

sambil tertawa-tawa gembira. Hal ini membuktikan bahwa mereka

bersemangat karena melihat hal baru yang belum pernah mereka lakukan.
Mereka juga kelihatan tidak sabar segera ingin tahu dan melakukan

pembelajaran olahraga kali ini.

2. Pengamatan selama pembelajaran.

Kemudian saat siswa di bariskan dan di berikan apersepsi tentang

pembelajaran, mereka terlihat antusias mendengarkan. Saat di lakukan

pemanasan siswa sangat bersemangat mengikuti permainan gobak bunder,

mereka tertawa riang berlari-lari menghindari kejaran teman yang jadi,

tanpa merasa malas untuk bergerak. Sambil berlari mereka juga saling

bercanda tetapi tetap serius dalam aturan permainan. Suasana tersebut

dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 1. Suasana Anak Dalam Permainan Gobak Bunder

Pengamatan di lanjutkan saat latihan inti, saat siswa melompati

halangan kardus yang di jajar bervariasi. Mereka yang selama ini jenuh

bila mendapat materi lompat jauh dengan bak pasir, maka dengan
melompati kardus siswa seperti mendapatkan pengalaman baru, permainan

serta tantangan yang baru pula. Siswa melakukan dengan penuh

semangatdan perasaan gembira, bahkan bila giliran telah selesai mereka

dengan cepat mengantri di belakang tidak sabar menunggu giliran lagi.

Kemudian ketika guru menghentikan kegiatan untuk menuju kegiatan

latihan berikutnya, siswa ada yang berteriak “ saya belum pak, saya mau

melompat lagi.” Hal ini menunjukkan bahwa dengan permainan baru yang

di sukai anak maka mereka sangat luar biasa semangat tanpa sedikitpun

terlihat lelah. Apalagi saat di lombakan, anak lebih terpacu penuh

semangat. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.


Gambar 2. Suasana Anak dalam Mengikuti Pembelajaran
Berikut ini hasil pengamatan terhadap perkembangan gerak lompat

jauh siswa menggunakan tabel observasi

Tabel 3. Hasil Observasi Kolaborator Pada Siklus Pertama Pertemuan

Pertama.

Perkembangan gerak
Motivasi Kerja Sama
No siswa lompat jauh
B C K B C K B C K TM
1 V V V
2 V V V
3 V V V
4 V V V
5 V V V
6 V V V
7 V V V
8 V V V
9 V V V
persentase 88% 11% - 77% 22% - 77% 11% 11% -
Melihat hasil di atas maka dapat di uraikan bahwa perkembangan

lompat jauh siswa pada umumnya, anak mau dan mampu melakukan

semua kegiatan (100%). Motivasi anak, 8 siswa (88%) kategori B (baik), 1

siswa (11%) kategori C (cukup). Kerja sama , 7 siswa (77%) kategori B

(baik), 2 siswa (23%) kategori C (cukup). Pada perkembangan gerak

lompat jauh, kategori B (baik) sebanyak 7 anak (77%), kategori C (cukup)

sebanyak 1 anak (11%) dan kategori K (kurang), ada 1 anak (11%).

Keterangan :

a. Perkembangan yang dianggap baik ( B ) yaitu dari sikap

awal, tolakan kaki dan mendarat di lakukan dengan benar serta dapat

melewati target yang di tentukan .

b. Perkembangan yang dianggap cukup ( C ) yaitu dari sikap

awal, tolakan kaki dan mendarat di lakukan dengan benar tetapi sering

tidak bisa melewati target yang di tentukan.

c. Perkembangan yang dianggap kurang ( K ) yaitu dari sikap

awal, tolakan kaki masih lemah dan saat mendarat kurang maksimal

dan sering tidak melewati target.

3. Pengamatan sesudah pembelajaran.

Saat pembelajaran selesai, anak-anak masih bergenbira dan tidak

kelihatan lelah, mereka tetap semangat dan masih membahas pembelajaran


yang baru saja di lakukan dengan teman-temannya. Bahkan ada yang

berani mengusulkan supaya besok olahraganya lompat kardus lagi.

Kemudian siswa di bagikan angket tanggapan siswa terhadap proses

pembelajaran pada pertemuan pertama. Dan hasilnya sebagai berikut :

Tabel 4. Hasil Angket Tanggapan Siswa

NO Pertanyaan Tanggapan Siswa Ya Tidak


1 Guru penjas menyenangkan 9 100% - -
2 Guru penjas menjelaskan dengan baik 9 100% - -
3 Pembelajaran penjas bentuknya 9 100% - -
menyenangkan
4 Suasana pembelajaran menjemukan 2 22% 7 77%
5 Waktu pembelajaran penjas terasa 5 55% 4 44%
pendek
6 Banyak kesempatan melakukan 9 100% - -
7 Tugas di lakukan dengan baik 9 100% - -

Dapat di terangkan secara rinci sebagai berikut :

Guru penjas menyenangkan, 9 anak (100%) menyatakan ya. Guru

penjas menjelaskan dengan baik, 9 anak (100%) menyatakan ya.

Pembelajaran penjas bentuknya menyenangkan, 9 anak (100%)

menyatakan ya. Suasana pembelajaran menjemukan, 2 anak (22%)

menyatakan ya, 7 anak menyatakan tidak. Waktu pembelajaran penjs

terasa pendek, 5 anak (55%) menyatakan ya, 4 anak (44%) menyatakan


tidak. Banyak kesempatan melakukan, 9 anak (100%) menyatakan ya.

Tugas di lakukan dengan baik, 9 anak (100%) menyatakan ya.

Siklus I ( pertemuan ke dua )

Pada pertemuan kedua hasil penelitian akan di uraikan berdasar

1) pengamatan sebelum pembelajaran. 2) pengamatan selama pembelajaran 3)

pengamatan sesudah pembelajaran.

1. Pengamatan sebelum pembelajaran.

Setelah siswa berganti pakaian olahraga, maka mereka bergegas

menuju halaman dengan sangat bergembira dan berteriak “ pak cepat pak

olahraga pak” mereka seolah tidak sabar untuk segera memulai

pembelajaran hari ini. Masih terbayang di pikiran mereka saat

pembelajaran penjas beberapa hari lalu yang sangat menyenangkan.

2. Pengamatan saat pembelajaran.

Saat pemanasan siswa terlihat sangat bersemangat sekali, kali ini

mereka bermain “ WILDOK” permainan ini sudah tidak asing bagi mereka

karena merupakan permainan tradisional yang sering mereka lakukan saat

waktu luang. Walau begitu mereka tetap merasa gembira dan asyik

bermain. Ini dapat di buktikan pada gambar di bawah ini.


Gambar 3. Suasana Anak dalam Permainan Wildok

Kemudian saat pembelajaran inti mereka juga tetap bersemangat seperti

pada pertemuan pertama, bahkan anak terkesan lebih bersemangat

menghadapai tantangan baru berupa variasi-variasi kardus untuk di

lompati. Demikian pula saat lompat beregu, mereka tampak lebih dapat

bekerja sama dengan baik dari siklus pertama. Apalagi saat pembelajaran

ini dilombakan sangat terlihat semangat juang yang tinggi untuk dapat

menang tanpa merasa lelah dan tetap menjaga sportifitas untuk mengakui

kemenangan temannya. Kemudian yang sangat menarik lagi, siswa sangat

ingin dan berusaha keras untuk dapat melakukan pembelajaran kali ini

dengan baik, dan mau mengulang terus jika ada kegagalan ataupun

kesalahan. Keadaan seperti di atas dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 4. Suasana Anak dalam Mengikuti Pembelajaran

Kemudian hasil pengamatan perkembangan gerak lompat jauh

siswa dengan tabel observasi :

Tabel 5. Hasil Observasi Kolaborator Pada Siklus Pertama Pertemuan Kedua

Perkembangan gerak
Motivasi Kerja Sama
No siswa lompat jauh
B C K B C K B C K TM
1 V V V
2 V V V
3 V V V
4 V V V
5 V V V
6 V V V
7 V V V
8 V V V
9 V V V
persentase 88% 11% - 100% - - 77% 11% 11% -

Dari hasil di atas maka dapat di uraikan bahwa Motivasi anak, 8

anak (88%) kategori baik, 1 anak (11%) kategori cukup. Kerja sama

mengalami peningkatan yang baik, semuanya 9 anak (100%) kategori

baik. Kemudian pada perkembangan gerak lompat jauh belum mengalami

peningkatan, 7 anak (77%) kategori baik dan 1 anak (11%) kategori

cukup, 1 anak (11%) kategori kurang.

Keterangan :

a. Perkembangan yang dianggap baik ( B ) yaitu dari sikap awal,

tolakan kaki dan mendarat di lakukan dengan benar serta dapat

melewati target yang di tentukan .

b. Perkembangan yang dianggap cukup ( C ) yaitu dari sikap awal,

tolakan kaki dan mendarat di lakukan dengan benar tetapi sering tidak

bisa melewati target yang di tentukan.

c. Perkembangan yang dianggap kurang ( K ) yaitu dari sikap awal,

tolakan kaki masih lemah dan saat mendarat kurang maksimal dan

sering tidak melewati target.

5. Saat pembelajaran telah selesai,

anak-anak merasa kurang dan tetap ingin beraktifitas lagi. Mereka

masih kelihatan bersemangat, penuh perasaan gembira. Mereka tetap

mengusulkan untuk pembelajaran minggu depan masih bermain dengan

kardus.
Berikut hasil angket tanggapan siswa :

Tabel 6. Hasil Angket Tanggapan Siswa

NO Pertanyaan Tanggapan Siswa Ya Tidak


1 Guru penjas menyenangkan 9 100% - -
2 Guru penjas menjelaskan dengan baik 9 100% - -
3 Pembelajaran penjas bentuknya 9 100% - -
menyenangkan
4 Suasana pembelajaran menjemukan - - 9 100%
5 Waktu pembelajaran penjas terasa 9 100%
pendek
6 Banyak kesempatan melakukan 9 100% - -
7 Tugas di lakukan dengan baik 9 100% - -

Melihat hasil angket di atas dapat di simpulkan bahwa :

Guru penjas menyenangkan, 9 anak (100%) menyatakan ya. Guru

penjas menjelaskan dengan baik, 9 anak (100%) menyatakan ya.

Pembelajaran penjas bentuknya menyenangkan, 9 anak (100%)

menyatakan ya. Suasana pembelajaran menjemukan, 9 anak (100%)

menyatakan tidak. Waktu pembelajaran penjas terasa pendek, 9 anak

(100%) menyatakan ya. Banyak kesempatan melakukan, 9 anak (100%)

menyatakan ya. Tugas di lakukan dengan baik, 9 anak (100%) menyatakan

ya.

Siklus II. ( pertemuan pertama )


Pada pertemuan pertama hasil penelitian akan di uraikan berdasar

1) pengamatan sebelum pembelajaran. 2) pengamatan selama pembelajaran 3)

pengamatan sesudah pembelajaran.

1. Pengamatan sebelum pembelajaran.

Setelah pembelajaran jam pertama usai, mereka bergegas berganti

pakaian olahraga dan menuju halaman. Dengan suasana penuh

kegembiraan mereka saling bertanya dengan teman tentang materi hari ini,

apakah masih menyenangkan seperti kemarin. Mereka terlihat semangat

dan penuh rasa penasaran.

2. Pengamatan saat pembelajaran.

Saat melakukan pemanasan dengan permainan Elang dan Induk

Ayam, mereka terlihat sangat riang gembira, anak yang jadi pun mengejar

dengan tanpa lelah, begitupun yang di kejar berusaha mati-matian untuk

tidak tersentuh. Terlihat suasana kegembiraan anak-anak pada gambar di

bawah ini.
Gambar 5. Suasana Anak dalam Permainan Elang dan Induk Ayam

Kemudian waktu pembelajaran inti anak-anak sangat tertarik sekali

dengan materi kali ini, karena memang berbeda dengan materi sebelumnya

yaitu lompat tali dari karet gelang. Rasa penasaran ingin selalu mencoba

memang sengaja di hadirkan pada pertemuan kali ini dengan mengganti

atau memvariasikan media untuk melompat.Anak-anak melakukan

lompatan dengan penuh semangat dan gembira, apalagi anak yang

kemampuan lompatnya sudah bagus. Anak yang lompatnya masih kurang

dalam data siklus I ( no 9 ) tetap terus berusaha melakukan lompatan

dengan semangat. Sedangkan anak dalam data siklus I ( no 6 ) lompatan

cukup, sudah mengalami kemajuan pesat pada siklus kali ini. Semangat

dan kegembiraan itu dapat di lihat pada gambar di bawah ini.


Gambar 6. Suasana Anak dalam Mengikuti Pembelajaran

Kemudian hasil pengamatan perkembangan gerak lompat jauh

siswa dengan tabel observasi :

Tabel 7.Hasil Observasi Kolaborator Pada Siklus Kedua Pertemuan


Pertama
Motivasi Perkembangan gerak lompat jauh
No siswa
B C K B C K TM
1 V V
2 V V
3 V V
4 V V
5 V V
6 V V
7 V V
8 V V
9 V V
persentase 100% - - 88% 11% - -
Dari hasil tersebut dapat di uraikan sebagai berikut : Motivasi

seluruh anak kategori baik (100%).Perkembangan gerak lompat jauh, 8

anak (88%) kategori baik dan hanya 1 anak (11%) kategori cukup.

Keterangan :

a. Perkembangan yang dianggap baik ( B ) yaitu dari sikap awal,

tolakan kaki dan mendarat di lakukan dengan benar serta dapat

melewati target yang di tentukan .

b. Perkembangan yang dianggap cukup ( C ) yaitu dari sikap awal,

tolakan kaki dan mendarat di lakukan dengan benar tetapi sering tidak

bisa melewati target yang di tentukan.

c.Perkembangan yang dianggap kurang ( K ) yaitu dari sikap awal,

tolakan kaki masih lemah dan saat mendarat kurang maksimal dan

sering tidak melewati target.

3. Saat pembelajaran telah selesai.

Tidak terkesan rasa lelah dalam diri anak, mereka masih terlihat

gembira penuh dengan tenaga dan rasa penasaran ingin menambah jam

olahraga lagi. Selama ganti istirahat mereka tetap membicarakan aktifitas

yang baru mereka lakukan, bahkan dengan teman lain kelas. Kemudian

hasil angket yang di bagikan pada siswa hasilnya sebagai berikut :


Tabel 8. Hasil Angket Tanggapan Siswa

NO Pertanyaan Tanggapan Siswa Ya Tidak


1 Guru penjas menyenangkan 9 100% - -
2 Guru penjas menjelaskan dengan baik 9 100% - -
3 Pembelajaran penjas bentuknya 9 100% - -
menyenangkan
4 Suasana pembelajaran menjemukan - - 9 100%
5 Waktu pembelajaran penjas terasa 9 100%
pendek
6 Banyak kesempatan melakukan 9 100% - -
7 Tugas di lakukan dengan baik 9 100% - -

Melihat hasil angket di atas dapat di simpulkan bahwa :

Guru penjas menyenangkan, 9 anak (100%) menyatakan ya. Guru

penjas menjelaskan dengan baik, 9 anak (100%) menyatakan ya.

Pembelajaran penjas bentuknya menyenangkan, 9 anak (100%)

menyatakan ya. Suasana pembelajaran menjemukan, 9 anak (100%)

menyatakan tidak. Waktu pembelajaran penjas terasa pendek, 9 anak

(100%) menyatakan ya. Banyak kesempatan melakukan, 9 anak (100%)

menyatakan ya. Tugas di lakukan dengan baik, 9 anak (100%) menyatakan

ya.

Siklus II. ( pertemuan ke dua )


Pada pertemuan kedua, hasil penelitian akan di uraikan berdasar

1) pengamatan sebelum pembelajaran. 2) pengamatan selama pembelajaran 3)

pengamatan sesudah pembelajaran.

1. Pengamatan sebelum pembelajaran.

Anak-anak dengan cepat berganti pakaian olahraga dan berlari-

larian menuju halaman sekolah. Mereka merasa tidak sabar untuk cepat-

cepat berolahraga, terbukti saat peneliti datang ke sekolah jam 06.45 anak-

anak bersorak kegirangan dan minta sekarang langsung olahraga.

2. Pengamatan selama pembelajaran.

Setelah melakukan pemanasan dengan permainan gobak sodor

yang mereka lakukan dengan penuh semangat. Hal itu dapat terlihat pada

gambar di bawah ini.

Gambar 7. Suasana Anak dalam Permainan Gobak Sodor


Menuju latihan inti anak-anak sangat penasaran dan ingin cepat

melompat melihat variasi baru yang di tunjukkan oleh peneliti. Anak

merasa mendapat tantangan baru dan berusaha sebaik mungkin melakukan

dan tidak mau kalah dengan temannya. Perkembangan pesat terlihat pada

anak (no 6) anak tersebut makin berani dan bagus dalam lompatannya.

Kemudian anak (no 9) juga mengalami kemajuan walaupun masih dalam

kategori cukup. Ternyata selain di sekolah anak-anak juga melakukan

lompat tali ataupun kardus di luar jam sekolah, pada sore hari saat bermain

mereka juga melakukannya. Hal inilah yang menyebabkan kemampuan

mereka meningkat dengan cepat, di dasari rasa senang dan gembira

mereka melakukan di luar jam pelajaran tanpa ada paksaan. Semangat dan

kegembiraan mereka terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 8. Suasana Anak dalam Mengikuti Pembelajaran


Berikut ini hasil dari perkembangan gerak lompat jauh pada

pertemuan ke dua :

Tabel 9. Hasil Observasi kolaborator Pada Siklus Kedua Pertemuan Kedua

Motivasi Perkembangan gerak lompat jauh


No siswa
B C K B C K TM
1 V V
2 V V
3 V V
4 V V
5 V V
6 V V
7 V V
8 V V
9 V V
persentase 100% - - 88% 11% - -

Dari hasil tersebut dapat di uraikan sebagai berikut : Motivasi

seluruh anak kategori baik (100%).Perkembangan gerak lompat jauh 8

anak (88%) kategori baik dan hanya 1 anak (11%) kategori cukup.

Keterangan :

a. Perkembangan yang dianggap baik ( B ) yaitu dari sikap awal,

tolakan kaki dan mendarat di lakukan dengan benar serta dapat

melewati target yang di tentukan .

b. Perkembangan yang dianggap cukup ( C ) yaitu dari sikap awal,

tolakan kaki dan mendarat di lakukan dengan benar tetapi sering tidak

bisa melewati target yang di tentukan.


c. Perkembangan yang dianggap kurang ( K ) yaitu dari sikap awal,

tolakan kaki masih lemah dan saat mendarat kurang maksimal dan

sering tidak melewati target.

3. Pengamatan setelah selesai pembelajaran.

Anak-anak masih mengusulkan untuk minggu depan meteri

pembelajarannya sama. Ini membuktikan bahwa anak masih merasa

senang dan belum menjadi jenuh. Karena memang pembelajaran di susun

untuk menggugah semangat dan perasaan gembira dari anak. Mereka juga

masih ingin bermain lompat tali, bahkan ada yang usul,”pak waktu

istirahat boleh lompat tali ya pak “. Berikut ini juga di sajikan hasil angket

yang di bagikan pada siswa

Tabel 10.Hasil Angket Tanggapan Siswa

NO Pertanyaan Tanggapan Siswa Ya Tidak


1 Guru penjas menyenangkan 9 100% - -
2 Guru penjas menjelaskan dengan baik 9 100% - -
3 Pembelajaran penjas bentuknya 9 100% - -
menyenangkan
4 Suasana pembelajaran menjemukan - - 9 100%
5 Waktu pembelajaran penjas terasa 9 100%
pendek
6 Banyak kesempatan melakukan 9 100% - -
7 Tugas di lakukan dengan baik 9 100% - -

Melihat hasil angket di atas dapat di simpulkan bahwa :


Guru penjas menyenangkan, 9 anak (100%) menyatakan ya. Guru

penjas menjelaskan dengan baik, 9 anak (100%) menyatakan ya.

Pembelajaran penjas bentuknya menyenangkan, 9 anak (100%)

menyatakan ya. Suasana pembelajaran menjemukan, 9 anak (100%)

menyatakan tidak. Waktu pembelajaran penjas terasa pendek, 9 anak

(100%) menyatakan ya. Banyak kesempatan melakukan, 9 anak (100%)

menyatakan ya. Tugas di lakukan dengan baik, 9 anak (100%) menyatakan

ya.

B. Pembahasan

Melihat dari hasil penelitian, maka pembahasan di fokuskan saat

proses pembelajaran berlangsung. Pada saat proses pembelajaran terlihat

sekali semangat dan keinginan anak yang tinggi untuk mengikuti

pembelajaran. Hal ini sangat berbeda dengan keadaan biasanya, terutama bila

akan mengikuti pembelajaran lompat jauh dengan melompati bak pasir.

Namun kenyataannya, pada pembelajaran kali ini anak terlihat senang,

antusias dan gembira serta tanpa terlihat lelah atau jemu. Hal ini sesuai dengan

pendapat Anggani S (2000:1) Bermain adalah suatu kegiatan yang di lakukan

dengan alat ataupun tanpa alat yang menghasilkan pengertian atau

memberikan informasi, memberi kenangan maupun mengembangkan

imajinasi. Demikian pula menurut Hurlock (1978:320) Bermain dilakukan

sukarela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban.
Kemudian memperhatikan angket tanggapan siswa bahwa proses

pembelajaran penjas bentuknya menyenangkan 100% anak menyatakan Ya,

hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran berlangsung sesuai dengan

rencana, yaitu siswa mengikuti dengan aktif, senang gembira tanpa terpaksa.

Bahkan beberapa siswa dengan bersemangat ingin melekukan aktifitas lagi

walau pembelajaran telah selesai. Dalam waktu istirahatpun anak kelas IV di

ikuti anak kelas lain dengan penuh semangat mengambil kardus lagi dari

gudang dan melompati kardus seperti yang mereka lakukan dalam

pembelajaran. Hal ini membuktikan bahwa anak meyenangi sesuatu hal yang

baru dan tertarik untuk melakukan lagi.

Hasil dari siklus I pertemuan pertama pada prinsipnya sudah banyak

perubahan dalam suasana pembelajaran. Anak yang tadinya malas-malasan

berubah menjadi penuh gairah dan semangat melakukan tanpa dipaksa.

Namun melihat dari hasil angket dan dari tabel observasi, masih ada beberapa

hal yang perlu mendapat perhatian.

Dari hasil angket tanggapan siswa :

1. Suasana pembelajaran menjemukan, masih ada 2 anak yang

menyatakan ya.

2. Waktu pembelajaran terasa pendek, ada 4 anak yang menyatakan

tidak.

Melihat hasil tersebut, peneliti merasa prihatin dan melakukan pendekatan

kepada anak. Hasil yang di peroleh bahwa ternyata anak-anak tersebut salah

persepsi tentang angket tersebut. Maklum saja tingkat kecerdasan anak-anak


SDN Sukogelap memang tergolong kurang, mereka rata-rata bisa membaca

lancar dan memahami benar makna dari tulisan saat menginjak kelas IV.

Kemudian setelah dijelaskan satu persatu maksud dan arti dari poin-poin pada

angket, anak baru benar-benar memahami.

Dari hasil tabel observasi :

1. Motivasi anak tergolong bagus, hanya satu anak dalam kategori

cukup.

2. Kerja sama anak, 7 anak (77%) baik dan 2 anak (22%) kategori

cukup.

3. Sedang dalam perkembangan lompat jauh, 7 anak (77%) baik, 1 anak

(11%) kategori cukup, dan 1 anak (11%) kategori kurang.

Melihat dari hasil di atas, maka perkembangan gerak lompat jauh anak

menunjukkan hasil yang kurang baik terbukti masih ada 1 anak (11%)

kategori cukup dan 1 anak (11%) kategori kurang.

Berdasar hasil yang dicapai pada pertemuan pertama maka peneliti

bersama rekan sejawat mengadakan evaluasi tentang tindakan yang telah di

lakukan untuk kembali merencanakan tindakan selanjutnya pada pertemuan

kedua. Kemudian setelah dilakukan pertemuan kedua, peneliti melihat suasana

pembelajaran terus meningkat positif. Peningkatan ini di tandai dengan hasil

angket tanggapan siswa yang memperlihatkan jawaban yang 100% positif.

Semua dapat terlihat pada proses pembelajaran yang dilakukan penuh dengan

semangat, gembira dan semua tugas dilakukan dengan baik tanpa terpaksa dari
awal pembelajaran hingga akhir. Bahkan di akhir pembelajaranpun anak-anak

terlihat masih ingin melakukannya lagi. Hasil dari tabel observasi juga

menunjukkan peningkatan, terutama kerja sama anak yang menunjukkan anak

100% kategori baik. Tapi dalam Motivasi dan perkembangan gerak lompat

jauh belum ada perubahan. Untuk itu peneliti dan rekan sejawat bekerja sama

untuk memecahkan masalah tersebut,dan kemudian sepakat untuk

melanjutkan penelitian pada Siklus kedua. Pada Siklus ini lebih

mengutamakan tentang perkembangan gerak dasar lompat jauh dan motivasi

karena untuk kerja sama sudah menunjukkan hasil yang baik.

Hasil pada siklus II pertemuan pertama

-----------------
Penelitian ini juga berpengaruh pada siswa kelas lain, banyak yang

menanyakan dan menginginkan pembelajaran penjas dengan melompati

kardus. Intinya anak-anak sangat suka dengan suasana, tantangan dan hal-hal

yang baru. Untuk itu proses pembelajaran penjas harus terus di kembangkan

dan kaya akan inovasi yang baru pula agar siswa tertarik beraktifitas.
BAB V

KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasar analisis data, maka kesimpulan dapat diambil bahwa

pembelajaran pendidikan jasmani yang dilakukan dengan bermain dapat

meningkatkan pembelajaran lompat jauh.

Hasil yang dicapai seperti terlihat pada tabel berikut :

Tabel hasil perkembangan gerak lompat jauh

Perkembangan gerak lompat jauh


Baik Cukup Kurang
Siklus Siklus II Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II

I
77,77 88,88% 11,11% 11,11% 11,11% -

Pada perkembangan gerak lompat jauh, siswa yang termasuk kategori

baik (88,88%) dan kategori cukup (11,11%).

B. Implikasi Penelitian
Pembelajaran pendidikan jasmani dengan bermain pada siswa sekolah

dasar perlu di kembangkan dan dilaksanakan oleh semua guru penjas

khususnya Sekolah dasar dengan tetap memperhatikan karakter siswa, sarana

prasarana dan budaya setempat serta materi yang di berikan. Selain itu materi

bermain yang di berikan harus tidak menghilangkan unsure serius, disiplin dan

tetap mengacu pada kurikulum yang dirancang serta kebutuhan anak.

C. Saran

1. Guru Penjas SD hendaknya selalu menerapkan metode bermain dalam

setiap pembelajaran, khususnya pada siswa kelas bawah, karena pada

dasarnya anak-anak sangat suka diajak bermain.

2. Perlu di lakukan penelitian tindakan kelas yang sejenis pada materi

pembelajaran lain dengan tetap memperhatikan factor-faktor dalam

pembelajaran.

3. Kelancaran proses pembelajaran penjas dan aktifitas jasmani siswa perlu

dukungan dari orangtua, guru, kepala sekolah dan instansi terkait.

4. Tersedianya tempat yang lapang bagi siswa untuk beraktifitas, sarana alat

dan gizi yang cukup serta waktu yang luang bagi setiap anak sangat di

sarankan demi peningkatan status kebugaran jasmani siswa.


pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppadalah

proses sistematis menggunakan rangsang gerak untuk meningkatkan

kualitas fungsi tubuh. Menu dilakukan secara teratur dengan takaran yang

tepat akan bermanfaat antara lain:

b. Manfaat fisik, meliputi: meningkatkan fungsi organ seperti paru

jantung, pembuluh darah, otot, persendian,perbaikan metabolisme

tubuh, mengurangi lemak tubuh dan menyeimbangkan kadar

kolesterol.

c. Manfaat psikis, dengan berolah raga akan menjadikan seseorang

lebih tahan terhadap stress dan lebih mampu berkonsentrasi. Hal

tersebut disebabkan oleh meningkatnya suplai darah dan

menurunnya kadar garam di otak.

d. Manfaat sosial, menambah kepercayaan diri, kerja sama dan

sarana komunikasi yang efektif.


Kemudian menurut Sukadiyanto (1997:6) Latihan merupakan suatu

proses yang dilakukan secara sadar, sistematis dan memiliki tujuan tertentu.

Pendapat dari Mansur, M.S (2007:4) Latihan adalah proses berlatih yang

dilakukan secara teratur, terencana berulang-ulang dan semakin lama

semakin bertambah bebannya, serta dimulai dari yang sederhana ke yang

lebih kompleks (sistematis dan metodis).Kemudian latihan itu akan memberi

manfaat:

1. Prestasi lebih baik.

2. Tidak lelah sekalipun dalam waktu yang lama.

3. Mudah pulih setelah latihan dan kompetisi berat.

4. Jarang nyeri otot.

5. Mampu latihan teknik dan taktik lebih lama.

6. Tidak mudah cedera.

7. Cepat pulih jika cedera.

8. Mencegah kelelahan mental dan memperbaiki konsentrasi.

9. Percaya diri lebih baik.

10. Lebih enjoy dalam bermain, akibatnya penampilan bagus

dan tidak merasa lelah.

Agar latihan tersebut memberi manfaat maka harus memperhatikan

prinsip-prinsip latihan, Menurut Sudarno SP (1992:65) sebagai berikut:

1. Prinsip beban berlebih.


Setelah tubuh beradaptasi dengan beban latihan maka beban latihan

harus ditambah sedikit demi sedikit.

2. Prinsip perorangan atau individual.

Setiap orang berlatih harus dengan beban sesuai dengan kemampuan.

3. Prinsip kekhususan.

Program latihan harus disesuaikan dengan tujuan yang dicapai.

e. Prinsip berkebalikan

Menekankan bahwa latihan dapat meningkatkan ketrampilan

Sedangkan menurut Sukadiyanto (1997:6) prinsip-prinsip latihan yang

baik adalah: 1) Individual, 2) Adaptasi, 3) Beban lebih, 4) Progresif, 5)

Spesifikasi, 6) Variasi, 7) Pemanasan dan Pendinginan, 8) Latihan jangka

panjang, 9) Berkebalikan, 10) Moderat, 11) Sistematik.

Agar latihan-latihan yang dilakukan memberi manfaat dan berdaya

guna bagi kebugaran tubuh maka selain prinsip latihan, harus pula

diperhatikan pedoman dan takaran latihan menurut Djoko Pekik Irianto

(2004:8) sebagai berikut:

1. Frequency, adalah banyaknya sesi latihan per satuan waktu, untuk

memperoleh kebugaran harus berlatih 3-5 kali per minggu.

2. Intensity, adalah kualitas latihan yang ditandai dengan berbagai

indicator antara lain detak jantung. Detak jantung latihan harus

memasuki zona latihan, yakni antara 60 – 85% detak jantung

maksimal.Detak jantung maksimal adalah 220-usia.


3. Time, disebut juga durasi yakni waktu yang diperlukan untuk setiap

sesi latihan.Untuk meningkatkan kebugaran, setiap orang harus berlatih

antara 20 sampai dengan 60 menit.

Menurut Sudarno (1992:67) Pedoman berlatih agar meningkatkan

kebugaran adalah sebagai berikut:

1. Frekuensi latihan, Bila tujuan untuk membina kesegaran jasmani

maka frekuensi latihan cukup tiga sampai lima kali seminggu.

2. Intensitas latihan, adalah kualitas latihan yang ditandai dengan detak

jantung.

3. Lama latihan atau durasi, setiap kali berlatih diperlukan latihan

antara 15-50 menit untuk latihan inti.

4. Persyaratan latihan, agar tidak terjadi hal yang merugikan, maka

sebelum memulai latihan harus memenuhi berbagai persyaratan.

3. Prosedur Latihan

Dalam melakukan latihan kesegaran jasmani perlu diikuti prosedur

latihan sebagai berikut agar terhindar dari ceferadan dapat bermanfaat.

1. Pemanasan

Pemanasan dilakukan sebelum berlatih yang sesungguhnya

memiliki manfaat untuk mempersiapkan fisik dan psikis meliputi:

a. Fisiologis, meningkatkan laju metabolisme, memperkuat dan

mempercepat reaksi otot, memperbesar kepekaan reseptor


syaraf dan kecepatan transmisi impuls saraf serta melancarkan

sirkulasi darah.

b. Psikologis, lebih siap untuk berlatih, mengurangi kecemasan

dan meningkatkan konsentrasi.

c. Mencegah cedera, peningkatan temperatur jaringan selama

pemanasan akan mengurangi kemungkinan cedera otot atau

sendi.

2. Latihan inti

Latihan ini berisi latihan fisik dengan type gerak sesuai dengan

tujuan latihan dan harus sesuai dengan prinsip dan pedoman latihan.

3. Penenangan

Berisi serangkaian gerak aerobic ringan, seperti jalan di tempat,

jogging dilanjutkan dengan penguluran dengan intensitas rendah agar

suhu tubuh berangsur-angsur turun seperti keadaan sebelum berlatih.

B. Kerangka Berpikir

Tujuan dari pembelajaran pendidikan jasmani adalah selaras dengan

tujuan pendidikan nasional secara umum. Dan proses pendidikan jasmani di

Sekolah Dasar adalah sebagai sarana meningkatkan kesegaran jasmani anak.

Kesegaran jasmani adalah kemampuan melakukan aktifitas tanpa kelelahan

yang berarti, hal tersebut sangat diperlukan siswa untuk mendukung proses

kegiatan belajar mengajar di sekolah serta berperan positf dalam proses


perkembangan dan pertumbuhan anak. Ada beberapa komponen utama

kesegaran jasmani

a. Kardiorespirasi

b. Daya tahan otot

c. Kekuatan otot

d. Kelenturan

e. Kecepatan

f. Kelincahan

Komponen-komponen itu sangat berperan penting dalam membentuk

dan meningkatkan kemampuan motorik siswa sehingga dapat menunjang

kegiatan belajar mengajar mereka.

Pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar harus

memperhatikan karakteristik anak yang senang dengan bermain. Artinya

proses pembelajaran pendidikan jasmani harus didesain sesuai dengan

kebutuhan anak. Dan salah satu cara penerapan pendidikan jasmani di sekolah

dasar adalah dengan pembelajaran permainan tradisional.

Dengan pembelajaran permainan tradisional diharapkan siswa akan

tumbuh rasa senang dan sungguh-sungguh dalam menjalani proses

pembelajaran. Peran aktif dalam pembelajaran permainan tradisional dapat

merangsang otot tubuh dan meningkatkan kemampuan paru jantung dalam

mendukung metabolisme tubuh, dan secara umum dapat meningkatkan status

kebugaran jasmani siswa.

C. Hipotesis Penelitian
Berdasar deskripsi teori dan kerangka berikir maka hipotesis penelitian

ini dirumuskan sebagai berikut : Ada pengaruh yang signifikan pada

pemberian pembelajaran dengan permainan tradisional terhadap peningkatan

kebugaran jasmani siswa.

BAB III

METODE PENELITIAN

B. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan desain satu

kelompok dengan tes awal dan tes akhir. ( the one group pretest – posttest
design ). Menurut Sugiyono, (1999: 65) desain penelitian the one group

pretest – posttest design dapat digambarkan sebagai berikut .

A1 X A2
Pretest treatmen posttest

Keterangan :
A1 = siswa diukur tingkat kebugarannya sebelum treatmen sebagai data
awal ( pretest )
X = pemberian treatment berupa pembelajaran penjas dengan
pendekatan bermain selama dua bulan
A2 = Siswa diukur ingkat kebugarannya setelah treatment sebagai data
akhir.

Kelompok objek A1, diukur tingkat kebugarannya kemudian dikenakan

perlakuan X. Setelah selama dua bulan, diukur kembali tingkat kebugarannya

dengan instrumen yang sama menjadi kelompok A2 ( Sugiyono, 1999:64). Bila

ada perubahan hasil pengukiran maka dianggap ada pengaruh dari perlakuan.

C. Definisi Operasional Variabel

Secara Operasional, variabel dalam penelitian ini di definisikan sebagai

berikut :

1. Pembelajaran Permainan Tradisional

Merupakan salah satu bentuk permainan yang telah dilakukan secara turun

temurun untuk mengisi waktu senggang yang mengutamakan aktifitas


badan. Permainan yang digunakan : gobak sodor, tikus kucing, boy-

boynan, elang dan induk ayam.

2. Kesegaran jasmani adalah kemampuan siswa putra kelas IV, V dan VI

melakukan kegiatan sehari-hari dan masih mempunyai sisa cadangan

tenaga untuk menikmati waktu senggang.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Drs. Mardalis ( 2008 : 53 ) populasi adalah semua individu yang

menjadi sumber pengambilan sampel. Sampel yang digunakan adalah seluruh

populasi siswa kelas IV, V dan VI SD Negeri Sukogelap, sehingga penelitian

ini merupakan penelitian populasi.

E. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

1. Instrumen

Instrumen atau alat pengumpul data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah tes status kebugaran. Data status sosial diperoleh

dengan mengukur kemampuan masing-masing individu dalam

melaksanakan tes kesegaran jasmani dari TKJI untuk anak umur 10 – 12

tahun yang merupakan hasil penyempurnaan tes kesegaran jasmani untuk

sekolah dasar tahun 1986, yang terdiri atas lima komponen yaitu (1) lari

40 meter, (2) gantung siku tekuk, (3) baring duduk 30 detik, (4) loncat

tegak, (5) lari 600 meter . Tes ini mempunyai validitas dan reliabilitas
yang tinggi. Nilai validitas merupakan derajat ketatapn dari suatu tes

pengukuran, sedangkan nilai reliabilitas merupakan derajat dari suatu tes

pengukuran. Adapun nilai valliditas untuk putra 0,884 sedangkan untuk

putri 0,897, Niai reliabilitas untuk putra 0,911 sedangkan nilai reliabilitas

untuk putri 0,942 (Puskesjasrek, 1999:3). Petimbangan menggunakan

instrumen adalah (1) instrumen ini merupakan hasil penelitian di Indonesia

yang sudah dibakukan, (2) tes ini lebih mudah diakukan dibanding

instrumen yang lainnya karena terdiri dari 5 butir tes.

2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penliti melakukan langkah-langkah sebagai

berikut :

a. Melaksanakan tes kebugaran yang pertama ( preteest )

b. Melakukan pendekatan bermain permainan tradisional dalam proses

pembelajaran.

c. Setelah selama dua bulan dilakukan pembelajaran dengan bermain.

Maka dilakukan tes kebugaran yang kedua ( posttest ) dengan test yang

sama.

Tes ini dilakukan untuk megetahui perkembangan status kebugaran

tubuh.

E. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah uji t sampel

berpasangan ( pairs sample t-test ) dengan taraf signifikansi 5 %. Menurut

Gerry R. Thomas (1985 : 127 ) rumus yang digunakan dalam uji t dua sampel

berpasangan adalah sebagai berikut :

Keterangan
D = Selisih Oretest dan Posttest
N = Jumlah Populasi

Sebelum dilakukan uji t, maka dilakukan uji persyaratan yang meliputi

normalitas dan homogenitas. Teknik yang digunakan pada uji prasarat adalajh

sebagai berikut :

1. Uji normalitas dengan rumus Kai Kuadrat, yaitu untuk mengetahui apakah

gejala-gejala yang diteliti mempunyai distribusi normal atau tidak.

Menurut Sutrisno Hadi (2004 :259) rumus yang digunakan adalah sebagai

berikut :

( f o − Fh ) 2
X2 =∑
fh

Keterangan :
X2 = Chi Kuadrat
fo = Frekuensi yang dieroleh dari (diobservasi dalam ) sampel.
fh = Frekuennsi yang diharapkan dalam sampel sebagai pencerminan dari
frekuensi yang diharapkan dalam populasi.

2. Uji homogenitas, yaitu menguji kesamaan kedua sampel yang dilakukan

dengan uji Kai Kuadrat Bartlett. Dalam proses analisis data, penulis
dibantu oleh Seri Program Statistik ( SPS 2000 ) edisi Sutrisno Hadi dan

Yuni Pamardiningsih.

You might also like