Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
Ika Rahmawati L2C009090
Nely Fatwatun R L2C009091
Hary Permadi L2C009092
Dera Choanji L2C009093
Richa Rachmawaty L2C009094
Rahim Arlanta L2C009095
Hanik Handayani L2C009097
Bunga Chrismaya L2C009098
Mira Amalia L2C009100
Zaqiyah Addarojah L2C009101
Tirna Adhika R L2C009102
Kaunaini Chusna L2C009103
Fransisca Selvy L2C009104
A. LATAR BELAKANG
Ketel uap atau boiler adalah alat pembangkit uap (uap air), dimana uap ini
berfungsi sebagai zat pemindah tenaga kaloris. Tenaga kalor yang dikandung
dalam uap dinyatakan dengan enthalpi panas. Pemakaian uap sebagai tenaga
penggerak mulai dikenal pada tahun 1760 oleh seorang bangsa Inggris yang
bernama James Watt yang mula-mula membuat suatu instalasi uap yang tersiri
dari ketel uap dan mesin uap, dimana uap yang dihasilkan oleh ketel uap tersebut
dialirkan kemesin uap atau tenaga gerak didalam mesin uap.
Didalam industri kimia, uap merupakan suatu komponen penunjang yang
sangat penting. Uap yang dibangkitkan oleh ketel uap ini dihasilkan diunit
pengadaan pabrik atau disebut utilitas bersama-sama komponen penunjang lain
yaitu pengadaan bahan bakar, air, listrik, dan udara tekan. Oleh karena itu
peninjauan mengenai boiler patut dilakukan agar pemahaman mengenai boiler
semakin mendalam sehingga kita sebagai mahasiswa teknik kimia dapat
menganalisa suatu proses didalam sebuah pabrik yang menggunakan boiler, selain
itu kita juga dapat melakukan studikasus atas sebuah tragedi yang terjadi pada
sebuah pabrik ketika pada kasus tersebut unit boilerlah yang menjadi penyebab
utama terjadinya kecelakaan atau ketidaklancaran proses produksi yang nantinya
akan menimbulkan kerugian baik bersifat teknis ataupun ekonomis.
1. Pengertian boiler
Menurut UNEP (2006), Boiler adalah bejana tertutup dimana panas
pembakaran dialirkan ke air sampai terbentuk air panas atau steam. Air panas atau
steam pada tekanan tertentu kemudian digunakan untuk mengalirkan panas ke
suatu proses. Air adalah media yang berguna dan murah untuk mengalirkan panas
ke suatu proses. Jika air dididihkan sampai menjadi steam, volumnya akan
meningkat sekitar 1.600 kali, menghasilkan tenaga yang menyerupai bubuk mesiu
yang mudah meledak, sehingga boiler merupakan peralatan yang harus dikelola
dan dijaga dengan sangat baik.
Sistem boiler terdiri dari: sistem air umpan, sistem steam dan sistem bahan
bakar. Sistem air umpan menyediakan air untuk boiler secara otomatis sesuai
dengan kebutuhan steam.
Air yang disuplai ke boiler untuk diubah menjadi steam disebut air umpan.
Dua sumber air umpan adalah: (1) Kondensat atau steam yang mengembun yang
kembali dari proses dan (2) Air makeup (air baku yang sudah diolah) yang harus
diumpankan dari luar ruang boiler dan plant proses. Untuk mendapatkan efisiensi
boiler yang lebih tinggi, digunakan economizer untuk memanaskan awal air
umpan menggunakan limbah panas pada gas buang.
3. Karakterisasi Uap
Uap dibagi menjadi 3 jenis :
Uap jenuh basah
Adalah uap yang masih bercampur atau berhubungan dengan bagian air yang
mempunyai temperatur sama.
Uap jenuh kering
Adalah uap yang tidak bercampur atau tidak mengandung bagian air. Jadi kualitas
uap (x) = 1.
Uap lewat jenuh
Adalah uap yang didapat dari pemanasan lanjut uap jenuh.
Kehilangan energi dapat dibagi kedalam kehilangan yang tidak atau dapat
dihindarkan. Tujuan dari Produksi Bersih dan/atau pengkajian energi harus
mengurangi kehilangan yang dapat dihindari, dengan meningkatkan efisiensi
energi. Kehilangan berikut dapat dihindari atau dikurangi:
Kehilangan gas cerobong:
Udara berlebih (diturunkan hingga ke nilai minimum yang tergantung dari
teknologi burner, operasi (kontrol), dan pemeliharaan)
Suhu gas cerobong (diturunkan dengan mengoptimalkan perawatan
(pembersihan), beban; burner yang lebih baik dan teknologi boiler)
Kehilangan karena bahan bakar yang tidak terbakar dalam cerobong dan abu
(mengoptimalkan operasi dan pemeliharaan; teknologi burner yang lebih
baik)
Kehilangan dari blowdown (pengolahan air umpan segar, daur ulang
kondensat)
Kehilangan kondensat (manfaatkan sebanyak mungkin kondensat)
Kehilangan konveksi dan radiasi (dikurangi dengan isolasi boiler yang lebih
baik)
b) Efisiensi Boiler
Efisiensi termis boiler didefinisikan sebagai persen energi (panas) masuk
yang digunakan secara efektif pada steam yang dihasilkan.Terdapat dua metode
pengkajian efisiensi boiler:
Metode Langsung: energi yang didapat dari fluida kerja (air dan steam)
dibandingkan dengan energi yang terkandung dalam bahan bakar boiler.
Metode Tidak Langsung: efisiensi merupakan perbedaan antara kehilangan
dan energi yang masuk.
BAB II
STUDI KASUS
PERMASALAHAN
Pada makalah ini kami akan membahas suatu masalah mengenai “dampak
negatif dalam penerapan sistem continuous blow down boiler dari segi teknis dan
ekonomi di lingkungan PT.PLN”.
Kasus :
Sistem continuous blowdown yang ada sekarang ini pada PLTU Unit 2 PT
PLN Sektor Pembangkitan Keramasan, dari segi teknis telah terjadi penurunan
efisiensi boiler sekitar2,2 %, dengan rata–rata efisiensi boiler sebesar 60,43 %.
Kerugian lain akibat blowdown dalam satu hari yaitu kehilangan sejumlah
air rata-rata sebanyak1731,38 kg/jam, bahan bakar rata-rata sebesar 22,61
kg/jam.Dengan biaya produksi sebesar Rp 60000,-/MMBTU, bila
diakumulasikan dalam satu bulan atau lebih, dari segi ekonomi sistem blowdown
yang sekarang ini,dapat diasumsikan bisa menimbulkan kerugian ekonomi
sebesarRp. 50 juta/bulan. Jika pada saat sekarang ini diterapkan sistem continuous
blowdown sebelum tahun 1995, dapat diketahui bahwa penghematan biaya bahan
bakar dapat mencapai36,5 juta/bulan dengan pemanfaatan panas blowdown water
mencapai72,97 %.
IDENTIFIKASI KASUS
Penyebab : Penerapan Sistem continuous blowdown
Akibat :
Teknis
penurunan efisiensi boiler sekitar2,2 %, dengan rata rata efisiensi boiler
sebesar 60,43 %
kehilangan sejumlah air rata-rata sebanyak1731,38 kg/jam
konsumsi bahan bakar meningkat menjadi rata-rata sebesar 22,61 kg/jam
Ekonomi
Dengan biaya produksi sebesar Rp 60000,-/MMBTU, bila diakumulasikan
dalam satu bulan atau lebih, dari segi ekonomi sistem blowdown yang
sekarang ini,dapat diasumsikan bisa menimbulkan kerugian ekonomi
sebesarRp. 50 juta/bulan
PEMBAHASAN KASUS
Pada suatu proses penjernihan dan pemurnian air pengisi boiler, sangatlah
diperlukan teknik pengolahan air yang baik dan benar. Kualitas air pengisi boiler
yang baik dapat membantu proses perpindahan kalor dengan mudah dan cepat.
Sebelum diolah, air pengisi boiler yang diambil dari sungai Keramasan banyak
mengandung partikel-partikel, zat-zat, dan senyawa yang mudah berakumulatif, hal
ini dikarenakan adanya perbedaan berat jenis antar padatan. Air pengisi boiler yang
buruk dapat dilihat dari tingkat kesadahan, kadar garam tinggi, zat-zat kimia, logam
berat dan Ph tinggi/rendah.
Zat-zat yang terbawa oleh fluida air ini lama-lama akan mengendap dan
menempel di dinding ketel. Adanya zat ini akan menghambat aliran panas dan
bahkan akan menyebabkan kerusakan pipa ketel akibatover heating lokal. Oleh
karena itu penting untuk mengendalikan tingkat konsentrasi padatan dalam suspensi
yang terlarut dalam air yang didihkan. Hal ini dicapai oleh proses yang disebut
blowing down atau lebih dikenal dengan blowdown boiler, dimana sejumlah
tertentu volume air yang mengandung partikel (endapan) dikeluarkan dan ditambah
dengan air pengisi, dengan adanya pengeluaran air dari boiler, dapat dikatakan
blowdown dapat menjadi salah satu sumber kerugian kalor yang cukup berarti.
kuantitasair blowdown
% blowdown= x 100 %
kuantitas feedwater
Jika banyak padatan terdapat dalam air umpan, padatan tersebut akan
terpekatkan dan akhirnya akan mencapai suatu tingkat dimana kelarutannya dalam
air akan terlampaui dan akan mengendap dari larutan. Di atas tingkat konsenrasi
tertentu, padatan tersebut mendorong terbentuknya busa dan menyebabkan
terbawanya air ke steam. Endapan juga mengakibatkan terbentuknya kerak di
bagian dalam boiler, mengakibatan pemanasan setempat menjadi berlebih dan
akhirnya menyebabkan kegagalan pada pipa boiler.
Ketel uap atau boiler adalah alat pembangkit uap (uap air). Pemakaian uap
sebagai tenaga penggerak mulai dikenal pada tahun 1760 oleh seorang bangsa
Inggris yang bernama James Watt. Didalam industri kimia, uap merupakan suatu
komponen penunjang yang sangat penting. Uap yang dibangkitkan oleh ketel uap
ini dihasilkan diunit pengadaan pabrik atau disebut utilitas bersama-sama
komponen penunjang lain yaitu pengadaan bahan bakar, air, listrik, dan udara
tekan.
Pada makalah ini telah dibahas suatu masalah mengenai “dampak negatif
dalam penerapan sistem continuous blowdown boiler dari segi teknis dan ekonomi
di PT.PLN”. Penyebab dari permasalahan ini adalah penerapan sistem continuous
blowdown. Akibat yang ditimbulkan terbagi menjadi 2, yaitu : dari segi teknis :
penurunan efisiensi boiler sekitar2,2 %, dengan rata rata efisiensi boiler sebesar
60,43 % , kehilangan sejumlah air rata-rata sebanyak1731,38 kg/jam, konsumsi
bahan bakar meningkat rata-rata menjadi sebesar 22,61 kg/jam.
Sementara dari sisi ekonomi dengan biaya produksi sebesar Rp
60000,-/MMBTU, bila diakumulasikan dalam satu bulan atau lebih, dari segi
ekonomi sistem blowdown yang sekarang ini,dapat diasumsikan bisa menimbulkan
kerugian ekonomi sebesarRp. 50 juta/bulan. Solusi yang ditawarkan diantaranya :
Program Pengendalian blowdown secara otomatis, Pengolahan Air Umpan Boiler
sesuai karakteristik air umpan boiler, serta Pemasangan Instrumen-Instrumen
Pengaman.