Professional Documents
Culture Documents
PENYAKIT PARKINSON
Disusun Oleh:
06-093
Pembimbing :
PENDAHULUAN
Susunan saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. Otak terdiri dari :
1. Serebrum
4. Serebellum
Serebrum terdiri dari 2 belahan besar terdiri atas badan sel saraf yang berwarna kelabu
dan serabut saraf yang berwarna putih. Substansi kelabu serebrum disebut korteks
serebri. Kedua hemisfer dipisahkan oleh celah yang dalam, tapi bersatu kembali pada
bagian bawahnya melalui korpus kalosum, yaitu massa substansi putih. Dibagian bawah
hemisfer terdapat kelompok-kelompok substansi kelabu yang disebut ganglia basalis.
Ganglia Basalis
Perintah dari korteks motorik untuk inti motorik medulla spinalis dipengaruhi
oleh ganglia basalis dan serebellum lewat talamus. Dengan demikian gerakan otot
menjadi halus, terarah, dan terprogram. Ganglia basalis terdiri dari : Nukleus kaudatus
dan Nukleus lentiformis. Ganglia basalis bersama dengan bagian dari kapsul interna
disebut korpus striatum.
Sistem ekstrapiramidal terdiri dari : Ganglia basalis, Substansi nigra, dan Nukleus
subtalamus. Gangguan pada sistem ekstra piramidal menyebabkan :
Hiperkinetik :
a. Korea
b. Atetosis
c. Balismus
Hipokinetik
a. Akinesia
b. Bradikinesia
Gangguan yang terjadi pada Ganglia basalis dapat menyebabkan ganguan ekstra
piramidal dengan gejala seperti disebutkan sebelumnya. Pada keadaan tertentu dimana
terjadi gangguan pada substansia nigra pars compacta yang menyebabkan terganggunya
atau hilangnya kemampuan daerah tersebut membentuk neurotransmitter dopamin dapat
menyebabkan keadaan dengan gejala gangguan ekstrapiramidal atau disebut parkinson.
PEMBAHASAN
DEFINISI
Sedangkan Parkinonisme adalah suatu sindrom yang ditandai oleh tremor waktu
istirahat, rigiditas, bradikinesia, dan hilangnya refleks postural, atau disebut juga
sindrom parkinsonisme.
EPIDEMIOLOGI
Penyakit Parkinson terjadi di seluruh dunia, jumlah penderita antara pria dan
wanita hampir seimbang. 5 – 10 % orang yang terjangkit penyakit parkinson, gejala
awalnya muncul sebelum usia 40 tahun, tapi rata-rata menyerang penderita pada usia 65
tahun. Secara keseluruhan, pengaruh usia pada umumnya mencapai 1 % di seluruh
dunia dan 1,6 % di Eropa, meningkat dari 0,6 % pada usia 60 – 64 tahun sampai 3,5 %
pada usia 85 – 89 tahun.
ETIOLOGI
a. Usia : meningkat pada usia lanjut dan jarang timbul pada usia dibawah 30
tahun.
b. Rasial : Orang kulit putih lebih sering daripada orang Asia dan Afrika .
Genetik predispositions
+
Environmental Factor ( exogenous and endogenous )
+
Trigger factor ( stress, infection , trauma , drugs , toxins )
+
Age related neuronal attrition and loss of anti-oxidative mechanism
Parkinsons Disease
d. Lingkungan :
• Infeksi
e. Cedera kranio serebral : peranan cedera kranio serebral masih belum jelas
f. Stres emosional : diduga juga merupakan faktor resiko.
PATOFISIOLOGI
1 Ganglia Basalis
2. Globus Palidus ( GP )
3. Substansia Nigra ( SN )
Kelompok inti yang tergabung didalam ganglia basalis berhubungan satu sama
lain lewat jalur saraf yang berbeda – beda bahan perantaranya (neurotransmitter/NT).
1. Satu unit fungsional yang dipersarafi oleh lebih dari satu sistem saraf maka
persarafan tersebut bersifat reciprocal inhibition ( secara timbal balik satu komponen
saraf melemahkan komponen yang lain ). Artinya yang satu berperan sebagai eksitasi
dan yang lain sebagai inhibisi terhadap fungsi tersebut. Contoh klasik reciprocal
inhibition adalah dalam fungsi saraf otonom antara saraf simpatik dengan NT
noradrenalin ( NA ) dan saraf parasimpatik dengan NT asetilkolin ( Ach ).
2. Fungsi unit tersebut normal bilamana kegiatan saraf eksitasi sama atau
seimbang dengan saraf inhibisi . Bilamana oleh berbagai penyakit atau obat terjadi
perubahan keseimbangan tersebut maka timbul gejala hiperkinesia atau hipokinesia
tergantung komponen saraf eksitasi atau inhibisi yang kegiatannya berlebihan.
PATOFISIOLOGI
Bukti terbaru menunjukkan cacat pada ubiquitin proteasome system (UPS) dan
protein yang salah peran juga mendasari patogenesis molekuler penyakit Parkinson.
Gagasan ini didukung oleh fakta bahwa α-synuclein, parkin, dan DJ-1 yang merupakan
kelainan genetik, saling mempengaruhi fungsi UPS maupun mitokondria, yang
mungkin menghasilkan permulaan jalur yang terlibat dalam degenerasi neuron pada
penyakit Parkinson.
Agregasi α-synuclein secara jelas menurun dari inhibisi complex-I dan agregasi
semacam itu bisa juga menghambat atau membanjiri fungsi proteasomal. Jika inhibisi
complex-I merupakan inti patogenesis PD, maka dalam rangkaian kejadian yang dipicu
oleh agregasi α-synuclein, peningkatan stress oksidatif, dan defisit sintesis ATP,
semuanya itu bisa mengganggu fungsi normal UPS. Inhibisi terhadap UPS akan
menghasilkan akumulasi protein di samping ditargetkan untuk degradasi, beberapa
diantaranya bersifat sitotoksik, yang dalam kombinasinya dengan bahaya oksidatif akan
pasti mengakibatkan kematian neuron dopaminergik. Parkin, UCH-L1, dan DJ1 terlibat
dalam pemeliharaan fungsi UPS, sementara PINK1, bersama dengan parkin dan DJ1,
akan meregulasi fungsi normal mitokondria; penyakit terkait mutasi dalam gen ini akan
mengarah pada sekelompok kejadian yang mengawali kematian neuron DA. Namun,
jalur kejadian ini selain mengakibatkan inhibisi proteasome tetapi dapat juga bolak-
balik mengganggu fungsi mitokondria. Pengamatan ini mengarah pada hubungan silang
berderajat besar antara mitokondria dan UPS, dan disfungsi pada masing-masing atau
semua sistem akan mengarah pada poin akhir yang umum dari degenerasi neuron DA.
Gambaran Patologi Anatomi pada Penyakit Parkinson
Lesi primer pada penyakit Parkinson adalah degenerasi sel saraf yang
mengandung neuromelanin di dalam batang otak , khususnya di substansia nigra pars
kompakta, yang menjadi terlihat pucat dengan mata telanjang.
Keadaan penderita pada umumnya diawali oleh gejala yang non spesifik, yang
didapat dari anamnesa yaitu kelemahan umum, kekakuan pada otot, pegal-pegal atau
kram otot, distonia fokal, gangguan ketrampilan, kegelisahan, gejala sensorik
(parestesia) dan gejala psikiatrik (ansietas atau depresi). Gambaran klinis penderita
parkinson :
1. Tremor
Tremor terdapat pada jari tangan, tremor kasar pada sendi metakarpofalangeal,
kadang kadang tremor seperti menghitung uang logam (pil rolling). Pada sendi tangan
fleksi ekstensi atau pronasi supinasi, pada kaki fleksi ekstensi, pada kepala fleksi
ekstensi atau menggeleng, mulut membuka menutup, lidah terjulur tertarik tarik.
Tremor terjadi pada saat istirahat dengan frekuensi 4-5 Hz dan menghilang pada saat
tidur. Tremor disebabkan oleh hambatan pada aktivitas gamma motoneuron. Inhibisi ini
mengakibatkan hilangnya sensitivitas sirkuit gamma yang mengakibatkan menurunnya
kontrol dari gerakan motorik halus. Berkurangnya kontrol ini akan menimbulkan
gerakan involunter yang dipicu dari tingkat lain pada susunan saraf pusat. Tremor pada
penyakit Parkinson mungkin dicetuskan oleh ritmik dari alfa motor neuron dibawah
pengaruh impuls yang berasal dari nukleus ventro-lateral talamus. Pada keadaan
normal, aktivitas ini ditekan oleh aksi dari sirkuit gamma motoneuron, dan akan timbul
tremor bila sirkuit ini dihambat.
2. Rigiditas
Rigiditas disebabkan oleh peningkatan tonus pada otot antagonis dan otot
protagonis dan terdapat pada kegagalan inhibisi aktivitas motoneuron otot protagonis
dan otot antagonis sewaktu gerakan. Meningkatnya aktivitas alfa motoneuron pada otot
protagonis dan otot antagonis menghasilkan rigiditas yang terdapat pada seluruh luas
gerakan dari ekstremitas yang terlibat.
3. Bradikinesia
Meskipun sebagian peneliti memasukan sebagai gejala utama, namun pada awal
stadium penyakit Parkinson gejala ini belum ada. Hanya 37% penderita penyakit
Parkinson yang sudah berlangsung selama 5 tahun mengalami gejala ini. Keadaan ini
disebabkan kegagalan integrasi dari saraf propioseptif dan labirin dan sebagian kecil
impuls dari mata, pada level talamus dan ganglia basalis yang akan mengganggu
kewaspadaan posisi tubuh. Keadaan ini mengakibatkan penderita mudah jatuh.
5. Wajah Parkinson
6. Mikrografia
Bila tangan yang dominan yang terlibat, maka tulisan secara graduasi menjadi
kecil dan rapat. Pada beberapa kasus hal ini merupakan gejala dini.
7. Sikap Parkinson
8. Bicara
Rigiditas dan bradikinesia otot pernafasan, pita suara, otot faring, lidah dan bibir
mengakibatkan berbicara atau pengucapan kata-kata yang monoton dengan volume
yang kecil dan khas pada penyakit Parkinson. Pada beberapa kasus suara mengurang
sampai berbentuk suara bisikan yang lamban.
9. Disfungsi otonom
Mata kurang berkedip, melirik kearah atas terganggu, konvergensi menjadi sulit,
gerak bola mata menjadi terganggu.
12. Demensia
13. Depresi
Sekitar 40 % penderita terdapat gejala depresi. Hal ini dapat terjadi disebabkan
kondisi fisik penderita yang mengakibatkan keadaan yang menyedihkan seperti
kehilangan pekerjaan, kehilangan harga diri dan merasa dikucilkan. Tetapi hal ini dapat
terjadi juga walaupun penderita tidak merasa tertekan oleh keadaan fisiknya. Hal ini
disebabkan keadaan depresi yang sifatnya endogen. Secara anatomi keadaan ini dapat
dijelaskan bahwa pada penderita Parkinson terjadi degenerasi neuron dopaminergik dan
juga terjadi degenerasi neuron norepineprin yang letaknya tepat dibawah substansia
nigra dan degenerasi neuron asetilkolin yang letaknya diatas substansia nigra.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Laboratorium
• Neuroimaging :
Baru – baru ini dalam sebuah artikel tentang MRI , didapati bahwa hanya pasien
yang dianggap mempunyai atropi multi sistem memperlihatkan signal di
striatum.
Ini merupakan teknik imaging yang masih relatif baru dan telah memberi
kontribusi yang signifikan untuk melihat kedalam sistem dopamine nigrostriatal
dan peranannya dalam patofisiologi penyakit Parkinson. Penurunan karakteristik
pada pengambilan fluorodopa , khususnya di putamen , dapat diperlihatkan
hampir pada semua penderita penyakit Parkinson, bahkan pada tahap dini.Pada
saat awitan gejala , penderita penyakit Parkinson telah memperlihatkan
penurunan 30% pada pengambilan fluorodopa putamen. Tetapi sayangnya PET
tidak dapat membedakan antara penyakit Parkinson dengan parkinsonisme
atipikal. PET juga merupakan suatu alat untuk secara obyektif memonitor
progresi penyakit , maupun secara obyektif memperlihatkan fungsi implantasi
jaringan mesensefalon fetus.
Gambar . PET pada penderita Parkinson pre dan prost transplantasi
Sekarang telah tersedia ligand untuk imaging sistem pre dan post sinapsis oleh
SPECT , suatu kontribusi berharga untuk diagnosis antara sindroma Parkinson plus dan
penyakit Parkinson, yang merupakan penyakit presinapsis murni. Penempelan ke
striatum oleh derivat kokain [123]beta-CIT, yang juga dikenal sebagai RTI-55,
berkurang secara signifikan disebelah kontralateral sisi yang secara klinis terkena
maupun tidak terkena pada penderita hemiparkinson. Penempelan juga berkurang
secara signifikan dibandingkan dengan nilai yang diharapkan sesuai umur yang berkisar
antara 36% pada tahap I Hoehn dan Yahr sampai 71% pada tahap V. Marek dan yang
lainnya telah melaporkan rata-rata penurunan tahunan sebesar 11% pada pengambilan
[123]beta-CIT striatum pada 34 penderita penyakit Parkinson dini yang dipantau selama
2 tahun. Sekarang telah memungkinkan untuk memvisualisasi dan menghitung
degenerasi sel saraf nigrostriatal pada penyakit Parkinson.
Stadium 1: Gejala dan tanda pada satu sisi, terdapat gejala yang ringan,
terdapat gejala yang mengganggu tetapi menimbulkan kecacatan,
biasanya terdapat tremor pada satu anggota gerak, gejala yang timbul
dapat dikenali orang terdekat (teman)
Stadium 2: Terdapat gejala bilateral, terdapat kecacatan minimal,
sikap/cara berjalan terganggu
Stadium 3: Gerak tubuh nyata melambat, keseimbangan mulai terganggu
saat berjalan/berdiri, disfungsi umum sedang
Stadium 4: Terdapat gejala yang berat, masih dapat berjalan hanya untuk
jarak tertentu, rigiditas dan bradikinesia, tidak mampu berdiri sendiri,
tremor dapat berkurang dibandingkan stadium sebelumnya
Stadium 5: Stadium kakhetik (cachactic stage), kecacatan total, tidak
mampu berdiri dan berjalan walaupun dibantu.
PENATALAKSANAAN
I. Farmakologik
5. Lain –lain .
1. Perawatan
2. Pembedahan
3. Deep-Brain Stimulasi
4. Transplantasi
I. Farmakologik
a. L-dopa
Pada umumnya penyakit parkinson memberi respon yang cepat dan bagus
dengan l-dopa dibandingkan dengan yang lain ,namun ada laporan bahwa l-dopa dan
dopamin menghasilkan metabolit yang mengganggu atau menekan proses pembentukan
energi dari mitokondria dengan akibat terjadinya oxidative stress yang menuntun
timbulnya degenerasi sel neuron. Preparat penghambat enzim MAO ( monoamine
oxydase ) dan COMT ( Catechol-O-methyl transferase ) ditambahkan bersama preparat
l-dopa untuk melindungi dopamin terhadap degradasi oleh enzim tersebut sehingga
metabolit berkurang ( pembentukan radikal bebas dari dopamin berkurang ) sehingga
neuron terlindung dari proses oxidative stress .
c. Agonis Dopamin
Preparat lain yang juga dapat menghemat pemakaian l-dopa adalah golongan
dopamin agonis . Golongan ini bekerja langsung pada reseptor dopamin, jadi
mengambil alih tugas dopamin dan memiliki durasi kerja lebih lama dibandingkan
dopamin. Sampai saat ini ada 2 kelompok dopamin agonis , yaitu derivat ergot dan non
ergot . Secara singkat reseptor yang bisa dipengaruhi oleh preparat dopamin agonis
adalah sebagai berikut:
3. Dapat dipilih agonis dopamin yang lebih specifik terhadap reseptor dopamin
tertentu disesuaikan kondisi penderita penyakit parkinson.
Kerugian terapi agonis dopamin adalah onset terapeutiknya rata – rata lebih
lama dibandingkan DA ergik.
Obat ini lebih efektif untuk akinesia dan rigiditas daripada antikolinergik.
c. Anti oksidan , yang melindungi neuron terhadap proses oxidative stress akibat
serangan radikal bebas. Deprenyl ( selegiline ) , 7-nitroindazole , nitroarginine
methyl-ester , methylthiocitrulline , 101033E dan 104067F , termasuk
didalamnya . Bahan ini bekerja menghambat kerja enzim yang memproduksi
radikal bebas.Dalam penelitian ditunjukkan vitamin E ( -tocopherol ) tidak
menunjukkan efek anti oksidan.
5. Bahan lain yang masih belum jelas cara kerjanya diduga bermanfaat untuk
penyakit parkinson , yaitu hormon estrogen dan nikotin. Pada dasawarsa terakhir ,
banyak peneliti menaruh perhatian dan harapan terhadap nikotin berkaitan dengan
potensinya sebagai neuroprotektan . Pada umumnya bahan yang berinteraksi dengan R
nikotinik memiliki potensi sebagai neuroprotektif terhadap neurotoksis , misalnya
glutamat lewat R NMDA , asam kainat , deksametason dan MPTP . Bahan nikotinik
juga mencegah degenerasi akibat lesi dan iskemia .
Sebagai salah satu penyakit parkinson kronis yang diderita oleh manula , maka
perawatan tidak bisa hanya diserahkan kepada profesi paramedis , melainkan kepada
semua orang yang ada di sekitarnya.
a. Pendidikan
Dalam arti memberi penjelasan kepada penderita , keluarga dan care giver
tentang penyakit yang diderita.Hendaknya keterangan diberikan secara rinci
namun supportif dalam arti tidak makin membuat penderita cemas atau takut.
Ditimbulkan simpati dan empati dari anggota keluarganya sehingga dukungan
fisik dan psikik mereka menjadi maksimal.
b. Rehabilitasi
Tujuan rehabilitasi medik adalah untuk meningkatkan kualitas hidup penderita
dan menghambat bertambah beratnya gejala penyakit serta mengatasi masalah-
masalah sebagai berikut :
• Abnormalitas gerakan
• Gejala otonom
• Perubahan psikologik
• Peregangan
• Latihan koordinasi
2. Terapi okupasi
3. Terapi wicara
4. Psikoterapi
6. Orthotik Prosthetik
c. Diet
2. Pembedahan :
- Gangguan bicara
- Tremor
- Rigiditas
4. Transplantasi
PROGNOSIS
PENUTUP
5. http://www.mayoclinic.com/print/parkinsons-
disease/DS00295/METHOD=print&DSECTION=all
6. http://www.emedicine.com/neuro/topic304.htm
7. http://medicanieblog.com/penatalaksanaanparkinson/htm