You are on page 1of 2

Akhlak mulia, Buah Ramadhan

Wahyu Allah mengingatkan, antara lain, "Dan tiadalah kami mengutus kamu (wahai
Muhammad), melainkan untuk (menjadi) Rahmat bagi Semesta Alam". (QS. 21 - Al Anbiya -
ayat 107). Jika Nabi Muhammad SAW tidak diutus sebagai Rasul, maka Alquran pun tidak
akan pernah ada, dan kita tidak akan tahu, bagaimana bentuk kehidupan manusia di akhirnya.
Kebuasan binatang adalah soal biasa. Tetapi, kebuasan manusia akan menyisakan
persoalan-persoalan, antara lain perkosaan manusia terhadap lainnya, pengrusakan alam
lingkungan di obrak-abrik oleh kebejatan moral manusia. Kita wajib bersyukur kepada Allah,
yang mengutus Muhammad disertai Alquran, untuk mengangkat derajat manusia menjadi
yang paling mulia di antara makhluk yang ada.
Ajaran Agama, mengarah kepada perubahan watak manusia, dan kepada tingkah laku
dalam kehidupan. Ajaran agama, akan mengikat gerak dan jalan manusia. Ilmu pengetahuan
agama, mempunyai satu tuntutan agar orang mengubah sikap dan tingkah lakunya, sesuai
dengan perintah agama (perintah-larangan dari Allah SWT), dalam semua persoalan hidup
manusia, dengan menunjukkan cara menyelesaikan seluruh problematik kehidupan manusia.
Ajaran agama (yang bersumber dari Allah, dengan pedoman Alquran), akan menyembuhkan
penyakit yang melanda manusia, yang melanda masyarakat manusia, lantaran kejahatan atau
kerusakan moral manusia sendiri. Segala penyakit dan wabah yang merusak nilai-nilai
kemanusiaan, akan disembuhkan secara total oleh ajaran agama, jika masyarakat manusia itu
benar-benar thaat mengikuti ajaran agama (Allah) itu.
Ajaran agama, itu berperan sebagai penangkal ancaman kerusakan dan kebejatan yang
melanda masyarakat manusia. "Dan kami turunkan dari Alquran suatu yang menjadi
penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman". (QS.17 Al Isra', ayat 82). Syifaa- un atau
penawar, adalah pengobatan segala penyelewengan dan kejahatan yang berjangkit di tengah
kehidupan manusia. Rahmatan, atau "rahmat", adalah penangkal, pencegah datangnya
penyakit, yang merusak nilai-nilai kemanusiaan itu.
Kitapun, sebagai manusia, berada di permukaan dunia ini, mempunyai satu tugas suci,
selalu memelihara nilai-nilai kemanusiaan kita, dengan cara yang ditetapkan oleh Maha
Pencipta."Dan tidaklah diciptakan manusia, juga jin, melainkan hanya untuk pengabdian
kepada KU (Allah)", (Alquran). Pengabdian kepada Allah (beribadah), adalah memfungsikan
aqal, dan menempatkan manusia pada konsentrasi yang benar. Jelaslah agama tidak hanya
berurusan dengan masalah akhirat semata, namun juga mengatur hakekat hidup manusia di
dunia. Sebuah pertanyaan, sudahkah kita hidup sesuai dengan harkat itu? Demikian Allah
SWT memanggil dengan penuh kasih sayang-Nya, masihkah hati mengelak jauh dari Ajaran
agamaNya? Maka sahutilah segera, dengan amal kebaikan.
Ulurkan tangan membantu, ketika kita bergembira. Yang diperlukan umat kita hari ini,
ketika banyak daerah kita dilanda musibah, bukan hanya pakaian saja, juga yang bertalian
dengan perut dan makanan. Kebutuhan vital untuk hidup. Maka beban ini terpulanglah
kepada lembaga-lembaga kemasyarakatan yang berkewajiban memperhatikan umat yang
sedang dihimpit kesusahan. Organisasi-organisasi dan lembaga-lembaga kemasyarakatan wajib
kifayah setiap saat, memikirkan keadaan masyarakat di sekitarnya. Tidak hanya dalam bentuk
temporer (sesaat), tetapi sepanjang masa. Inilah resiko logis bagi suatu organisasi
kemasyarakatan yang besar yang menyandang amanah umat.
Bila kita sadari, dana yang bisa kita ulurkan itu banyak tersedia, misalnya berbentuk
sebahagian Zakat yang dikumpulkan untuk orang-orang yang sangat memerlukan makanan,
agar masyarakat di desa yang sulit tidak menjadi kelaparan dan kehausan. Apabila kita
membuka khazanah Muhsinin masa lalu, kita bisa belajar kepada isteri Khalifah Harun
Al-Rasyid, yang menjual barang perhiasan emasnya, kemudia mengganti dengan membuat
sebuah parit (saluran) air menuju kota Madinah, sehingga manfaatnya dapat dirasakan orang
banyak sampai hari ini, artinya tidak semata indahnya perhiasan yang hanya dipunyai oleh
pemiliknya saja. Lagi pula, selama orang masih tetap meminum air yang di alirkan tersebut,
pahalanya selalu mengalir pula kepadanya (ini adalah sesuai menurut keyakinan aqidah Islam).
Membantu orang lemah sebenarnya adalah bukti kuatnya iman. Membiarkan orang
yang lemah menjerit, sebenarnya memberi tahukan bahwa orang berada itu lebih lemah dari
para dhu’afak yang menjerit itu. Mereka lemah, tak berdaya lepas dari belenggu harta
bendanya, sehingga mereka tidak sanggup mempergunakannya untuk meringankan beban
orang lain. Enggan membantu orang yang miskin, akan berakibat Allah tidak memperhatikan
orang kaya itu. Beban derita akan dating menghimpit hati. Na’udzubillah.
Pemerintah Republik Indonesia telah lama mencoba untuk menghapuskan kemiskinan,
di antaranya melalui program transmigrasi. Selain itu, masyarakat di desa dan nagari, bahkan
di kota-kota, selalu dihantui kemiskinan, karena tidak tersedianya sumber pendapatan yang
merata. Apakah si miskin yang lemah itu, akan dibiarkan menunggu, sepanjang waktu. Tentu
tidak. Kini, Allah SWT mengetuk hati nurani muslim dengan musibah demi musibah. Kewaji-
ban kitalah sebagai saudara, yang punya kemampuan melebihi mereka, segeralah untuk
membantunya. Kita akan menjadi bangsa yang lemah, bila kemampuan yang kita punyai tidak
disalurkan untuk mengatasi kelemahan orang-orang yang dilanda kemiskinan itu. Ingatlah
peringatan Allah dalam Al Quran surat Al Ma'uun ayat 1 ."Tahukah kamu orang-orang yang
mendustakan agama?"
Nabi Muhammad SAW menasehatkan kita semua dengan sabda beliau yang sangat
dalam artinya “Man lam yahtamma bi ammril Muslimin falaisa minhum”, artinya, Yang tidak
mau tahu urusan sesama umat Muslim sebenarnya tidak pantas disebut kelompok Muslim. Begitulah
Rasulullah SAW. Mudah-mudahan kita tidak tergolong kedalam klasifikasi yang disebut
Rasulullah SAW ini. Mari kita bantu Saudara kita yang sebenarnya sangat menunggu bantuan
kita, dalam bulan Ramadhan yang penuh berkah ini. Allahumma Amin. ***

You might also like