Professional Documents
Culture Documents
Abstrak
Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi
setiap saat. Sebagai provinsi dengan jumlah penduduk yang banyak menjadi beban
tersendiri bagi pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi penduduknya.
Penelitian ketahanan pangan perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat ketahanan pangan di
Provinsi Jawa Barat.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi ketahanan pangan di
Provinsi Jawa Barat. Metoda yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
metode evaluasi-kualitatif dengan analisis deskriptif. Penelitian ketahanan pangan ini
menggunakan variabel-variabel Angka Ketersediaan Energi (AKE), Tingkat Konsumsi Energi
(TKE), dan kondisi kualitas/keamanan pangan. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat
disimpulkan bahwa kondisi ketahanan pangan di Provinsi Jawa Barat adalah tahan pangan.
Penurunan luas lahan pertanian yang terjadi di Provinsi Jawa Barat tidak mempengaruhi
secara signifikan terhadap tingkat produktivitas padi. Jika dibandingkan dengan Provinsi
Jawa Timur yang merupakan provinsi dengan tingkat produktivitas tertinggi, Provinsi Jawa
Barat masih berada di bawah tingkat produktivitas tanaman padi walaupun luas lahan panen
di Jawa Barat lebih luas dibandingkan dengan luas lahan panen di Provinsi Jawa Timur.
I. Pendahuluan
Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi
setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia,
sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam Deklarasi Roma (1996).
Pertimbangan tersebut mendasari terbitnya UU No. 7/1996 tentang Pangan.
Ketahanan pangan dan keamanan pasokan pangan bagi Indonesia yang antara lain
dapat dicapainya swasembada pangan pokok seperti beras, jagung, dan kedelai. Selain itu
ketahanan pangan dapat dicirikan juga dengan berkurangnya ketergantungan terhadap
impor. Berbagai kebijakan pangan telah diupayakan pemerintah untuk mengatasi
permasalahan pangan di Indonesia. Namun, kebijakan tersebut belum dapat dinikmati oleh
seluruh masyarakat Indonesia khususnya rakyat kecil seperti petani, dan lain-lain. Kebijakan
yang terkait pencanangan Revitalisasi Pertanian pada tahun 2005 yang lalu antara lain
intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi. Diversifikasi pangan pokok sebagai pangan
alternatif selain beras difokuskan kepada jagung dan singkong yang termasuk di dalamnya
pada pembangunan sektor agribisnisnya demi terciptanya nilai tambah untuk meraih
pendapatan dan akses atas pangan yang lebih baik.
Pada krisis pangan dunia saat ini perlu dicermati juga dampak positifnya bagi
Indonesia, antara lain berupa meningkatnya devisa dari hasil ekspor produk pangan dengan
meningkatnya harga-harga produk pangan dunia. Krisis pangan memberikan dua dimensi
bagi Indonesia yaitu meningkatnya harga pangan yang mengharuskan Indonesia lebih
waspada terhadap kebutuhan pangannya, namun di sisi lain meningkatnya harga pangan
merupakan kesempatan bagi Indonesia untuk menghasilkan devisa yang lebih besar. Dalam
hal ini pemerintah harus memenuhi dua hal. Pertama, jaminan atas hak petani untuk
mengakses dan mengontrol berbagai sumber daya produktif dalam rangka pemenuhan
pangan secara mandiri dan berkelanjutan. Kedua, jaminan atas hak setiap komunitas
masyarakat di tingkat lokal untuk menentukan sendiri kebijakan produksi, distribusi, dan
konsumsi pangannya sesuai dengan kondisi ekologi, sosial, ekonomi dan budaya masing-
masing komunitas (Muchtadi, 2008).
Ketahanan Pangan (food security) adalah paradoks dan lebih merupakan penemuan
dunia modern. Secara prosentase, lebih banyak produsen pangan di masa lalu ketimbang
masa kini; tetapi dunia hari ini lebih aman pangan ketimbang masa lalu. Paradoks ini bisa
terlihat jelas di banyak Negara maju, salah satunya adalah Ingggris Raya; Prosentase
populasi pertanian di UK tahun 1950 adalah 6 % dan terus menurun secara drastis hingga 2
% di tahun 2000, dan berdasarkan prediksi FAO (Food and Agriculture Organisation), jumlah
populasi pertanian di Inggris akan terus turun menjadi 1% di tahun 2010. Sederhananya,
sekitar 896,000 petani akan memberi makan sedikitnya 60 juta penduduk.
Indonesia saat ini memiliki 90 juta petani (seratus kali dari Inggris) atau sekitar 45%
penduduk “memberi makan” seluruh pendududuk (sekitar 230 juta orang). Tetapi fakta-fakta
dari Nusa Tenggara Barat (yang kerap dikenal sebagai daerah lumbung padi) serta daerah
semi arid seperti Nusa Tenggara Timur di semester pertama tahun 2005, justru menghadapi
ketahanan pangan yang rapuh, terbukti dengan tingginya tingkat kekurangan pangan dan
gizi buruk.
Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang mempunyai banyak
penduduk. Semakin banyak penduduknya, maka semakin banyak pula konsumsi bahan
pangannya. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui ketahanan pangan
di Provinsi Jawa Barat.
Angka Ketersediaan Energi (AKE) pada suatu daerah dikatakan ideal apabila
memiliki AKE sebesar 2.200 kkal/kap/hari. Pada tahun 2006 dan 2007, AKE di Provinsi
Jawa Barat adalah 2.398 kkal/kap/hari dan 2.448 kkal/kap/hari dengan komposisi sebagian
besar bersumber pada pangan nabati dari kelompok pangan padi-padian sebanyak 60,5%.
Dapat dikatakan indikator ketahanan pangan berdasarkan AKE tercapai. Walaupun AKE
Provinsi Jawa Barat sudah tercapai (di atas 2.200 kkal/kap/hari), akan tetapi menurut
susunan pola pangan harapan (PPH) masih terdapat beberapa kelompok pangan dibawah
standarnya,yaitu pangan hewani, buah/biji berminyak, kacang-kacangan, gula, dan sayur
dan buah-buahan. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4 Persentase Ketersediaan Energi Penduduk Jawa Barat
Tahun 2006 dan 2007
2006 2007 Standar
No Kelompok Pangan Energi % Energi Konsumsi
% (AKE)
(kkal/kap/hari) (AKE) (kkal/kap/hari) Energi (kkal)
1. Padi-padian 1.406 63,9 1.480 67,3 1.100
2. Umbi-umbian 224 10,2 210 9,6 132
3. Pangan hewani 123 5,6 134 6,1 264
4. Minyak dan lemak 267 12,2 253 11,5 220
5. Buah/biji berminyak 18 0,8 9 0,4 66
6. Kacang-kacangan 105 4,8 102 4,7 110
7. Gula 101 4,6 108 4,9 110
8. Sayur dan buah-buahan 153 7 152 6,9 132
9. Lain-lain 0 0 0 0 66
Total 2.389 109,0 2.448 111,3 2.200
Sumber :Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat, 2008
Tabel 5 Komposisi Konsumsi Energi di Provinsi Jawa Barat Tahun 2005 dan 2007
Tingkat Konsumsi Energi
Standar %
Kelompok Pangan Kkal/kap/hari % AKE
AKE
2005 2007 2005 2007
Padi-padian 50,0 1.370 1.352 68,5 67,6
Umbi-umbian 6,0 52 46 2,6 2,3
Pangan hewani 12,0 156 166 7,8 8,3
Minyak dan lemak 10,0 211 204 10,5 10,2
Buah/biji berminyak 3,0 23 21 1,2 1,1
Kacang-kacangan 5,0 75 79 3,8 4,0
Gula 5,0 72 68 3,6 3,4
Sayur dan buah-buahan 6,0 72 82 3,6 4,1
Lain-lain 3,0 31 33 1,6 1,6
Total 100,0 2.062 2.051 103,1 102,5
Sumber : Biro Bina Produksi Sekretariat Daerah Jawa Barat, 2008
Ket : % AKE (2000 kkal/kap/hari).
Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa tingkat konsumsi energi di Jawa
Barat pada tahun 2005 mencapai 103,1% atau sebesar 2.062 kkal/kap/hari. Namun tingkat
konsumsi ini sedikit menurun pada tahun 2007 yaitu menjadi 102,5% atau sebesar 2.051
kkal/kap/hari mengalami penurunan sebesar 0,6%. Walaupun demikian, tingkat konsumsi
energi di Provinsi Jawa Barat masih dapat dikatakan normal (tahan pangan) karena % AKE
berkisar antara 90% - 119% AKE.
Tingkat produktivitas tanaman padi di Provinsi Jawa Barat selalu meningkat setiap
tahunnya walaupun terjadi penurunan produksi pada tahun 2006. Produksi tanaman padi
pada tahun 2006 di Provinsi Jawa Barat adalah 9.418.572 Ku menurun dari 9.787.217 Ku
pada tahun 2005, akan tetapi produksi padi meningkat kembali pada tahun 2007 menjadi
9.914.019 Ku pada tahun 2007. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Luas Panen, Produksi, dan Tingkat Produktivitas Padi
di Provinsi Jawa Barat Tahun 2005-2008
Tahun Luas Panen (Ha) Produksi (Ku) Produktivitas (Ku/Ha)
2005 1.894.796 9.787.217 51,65
2006 1.798.260 9.418.572 52,38
2007 1.829.085 9.914.019 54,20
2008 1.803.628 10.111.069 56,06
Sumber : www.bps.go.id
Walaupun tingkat produktivitas tanaman padi di Provinsi Jawa Barat dapat dikatakan
sangat tinggi, akan tetapi masih di bawah tingkat produktivitas tanaman padi di Provinsi
Jawa Timur. Provinsi Jawa Timur memiliki karakteristik yang hampir sama dengan Provinsi
Jawa Barat dan menjadikan padi sebagai tanaman pokok. Luas panen di Provinsi Jawa
Timur ini masih di bawah luas panen Provinsi Jawa Timur, akan tetapi tingkat produktivitas
tanaman padinya di atas produktivitas Provinsi Jawa Barat. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel 8 dan gambar 1, gambar 2 dan gambar 3.
8000000
2005 2006 2007 2008
Perbandingan Produktivitas Tanaman Padi
di Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Jawa
59,02
60 Timur Tahun 2005-2008
58
56 54,16
53,18 53,38
54 56,06 Produktivitas Padi
52 54,2 Jawa Barat
50 52,38
51,65 Produktivitas Padi
48 Jawa Timur
46
2005 2006 2007 2008
% Produksi Padi :
o 1997 : ((10.352.650-9.860.375) : 10.352.650) x 100% = 4,76 %
o 2001 : ((9.237.593-10.352.650) : 9.237.593) x 100% = -12,1 %
o 2005 : ((9.787.217-9.237.593) : 9.787.217) x 100% = 5,62 %
o Persentase rata-rata konversi lahan : ((4,76%)+(-12,1%)+(-5,62%)) : 3 = -0,57%
Tabel 10 Perbandingan Persentase Konversi Guna Lahan
dengan Persentase Produksi Padi
Tahun % Konversi Guna Lahan % Produksi Padi
1997 -1.83 4.76
2001 -21.4 -12.1
2005 -0.56 5.62
Rata-rata -7.93 -0.57
Sumber : Hasil analisis, 2009
-15 -12.07%
-20
-25 -21.38%
V. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai kondisi ketahanan pangan di Provinsi Jawa
Barat dengan menggunakan variabel yang telah ditentukan (Angka Ketersediaan Energi,
Tingkat Konsumsi Energi, dan, kondisi kualitas/keamanan pangan) maka dapat disimpulkan
bahwa Provinsi Jawa Barat tahan pangan. Penurunan luas lahan pertanian yang terjadi di
Provinsi Jawa Barat tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap tingkat produktivitas
tanaman padi. Jika dibandingkan dengan Provinsi Jawa Timur yang merupakan provinsi
dengan tingkat produktivitas tertinggi, Provinsi Jawa Barat masih berada di bawahnya, di
Jawa Barat lebih luas dibandingkan dengan luas lahan panen di Provinsi Jawa Timur.
Beberapa tindaklanjut terhadap kondisi yang dihadapi adalah :
Peningkatan teknologi pertanian untuk meningkatkan produktivitas tanaman padi
mengingat luas lahan pertanian yang selalu berkurang.
Pemberian disinsentif bagi orang atau perusahaan yang akan melakukan konversi
lahan pertanian.
Diversifikasi pangan dengan melakukan penelitian terkait untuk mengembangkan
sumber-sumber pangan baru
Biro Bina Produksi Sekretariat Daerah Jawa Barat. 2008. Analisis Konsumsi Pangan
Provinsi Jawa Barat.
BPS. Suseda Provinsi Jawa Barat 2007
BPS. Produksi Tanaman Padi Provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur Tahun 2008. Di buka
tanggal 24 Juni 2009 <www.bps.go.id>
FAO. 1997. State of the World's Forests 1997, Food and Agricultural Organization of the
United Nations, Rome, Italy
IFPRI. 1999. Technical Guides for Operationalizing Household Food Security in
Development Projects. Washington, D.C: Food Consumption and Nutrition Division,
IFPRI.
Maxwell, A. And Ir. Frankenbeyer. 1992. Household Food Security: Concepts, Indicators,
Measurement A Technical Review. Joint Sponsored by United Nation Childrens Fund
and International Fund for Agricultural Development.
Muchtadi, Tien R. 2008. Kebijakan Pangan Indonesia : Tantangan Dan Peluang Eksternal,
Makalah disampaikan pada 15th INFID Conference, Hotel Millenium Jakarta tanggal
28 Oktober 2008
Rome Declaration on World Food Security 1996 . di buka tanggal 14 Juni 2009
<http://els.bappenas.go.id/upload/other/World Food Summit.htm>
Sage, C. 2002. Food security In Human Security and the Environment: International
Comparisons (E.Page & M.Redclift, eds). Cheltenham : Edward Elgar.
Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat. 2008. Analisis Ketersediaan Pangan Provinsi Jawa
Barat.
Supariasa, I Dewa Nyoman. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
Weingärtner, L. 2000. The Concept of Food and Nutrition Security. International Training
Course Food and Nutrition Security Assessment Instruments and Intervention
Strategies.
Undang-Undang Dasar Tahun 1945 pasal 27
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 tentang pangan
USAID. 1992. Policy Determination, Definition of Food Security. Di buka tanggal 17 Juni
2009 <www.usaid.gov/policy/ads/200/pd19.pdf>
______ . 1943.Conference of Food and Agriculture. Di buka tanggal 14 Juni 2009 tahun
1943 < http://www.worldfooddayusa.org/?id=16367>