You are on page 1of 1

PUASA MENCIPTAKAN KETENTRAMAN

Ketika bulan Ramadhan datang menjelang, Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wa Sallam


menyambutnya dengan wajah berseri. Bahkan sejak bulan Rajab, beliau telah berdoa, “wahai
Allah berkatilah kami dalam Rajab dan Sya’ban, dan sampaikan kami ke dalam Ramadhan”. Hal
tersebut semata karena kemuliaan bulan itu.

Ramadhan adalah bulan shiyam (puasa), selai dari pada Ramadhan adalah bulan
ditunkannya Alquran. Ramadhan juga disebut bulan maghfirah (keampunan). Maka, dengan
kehadiran bulan ini, sesungguhnya dapat dipahami sebagai momentum pengembalian
manusia kepada fithrah atau jatidirinya Ibadah-ibadah yang ada selama Ramadhan -- terutama
shiyam dan qiyam el lail akan berujung dengan memperoleh keampunan dari Allah SWT.
Keampunan yang diterima dari Allah, tentulah akan membawa kepada kesucian diri, dan
hasilnya kejernihan berfikir, dan kebersihan bertindak. Dengan itu terbentuk peribadi yang
bertanggungjawab, mempunyai disiplin hidup yang tinggi, serta berakhlaq mulia.

Momentum keampunan dari Allah SWT ini, akan berbuah kepada kehidupan yang
tenteram dan seimbang (stabil) baik secara peribadi, lingkungan, regional dan bahkan nasional.
Hidup yang seimbang antara fisik jasmaniah dengan mental ruhaniah akan memberikan
keceriaan bagi masyarakat di dalam mengharungi kehidupan duniawi, sehingga dapat
menghasilkan "hari esok yang lebih baik dari hari ini". Dorongan batiniah berupa himmah atau
keinginan untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik ini, menjadi satu prinsip yang perlu
di dalam proses pembangunan berbangsa di daerah atau di Negara Kesatuan Republik
Indonesia tercinta ini.

Selain itu, bulan Ramadhan memberikan nilai tambah ibadah, karena bulan ini disebut
sebagai bulan berlapang-lapang (syahrul muwassah). Tidak satupun gerakan, tindakan, dan
fikiran, dari orang-orang yang sedang berpuasa, yang terlepas dari ikatan ibadah (taqarrub ilal-
lah). Pada hakekatnya, ibadah adalah kepatuhan dan kesetiaan kepada Allah Yang Maha Kuasa,
yang mempunyai nilai pembentangan (junnatun) terhadap orang yang berpuasa itu.

Shaum Ramadhan itu dapat menghambat timbulnya perbantahan dan perselisihan antar
peribadi, maupun kelompok, sesuai pesan Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wa Sallam, “ bila di
antara kalian terjadi perselisihan, perbantahan, atau perkelahian, tolaklah dengan mengatakan "inii-
shaim", artinya "aku sedang berpuasa". Tidaklah pantas apabila di saat-saat berpuasa, sebagai
taqarrub ilaa Allah (mendekatkan diri kepada Allah) ini diisi dengan perselisihan atau
perbantahan sesama kita. Semestinya, di dalam melaksanakan puasa Ramadhan ini, yang lahir
dari setiap diri orang yang berpuasa, hanya kerukunan dalam arti yang dalam dan penuh
makna. Maka ibadah puasa menciptakan keselamatan, dan tentu saja muaranya adalah
keamanan dan ketentraman, sebagai modal yang tidak kecil artinya dalam proses
pembangunan bangsa dan daerah kita Sumatera Barat. Selamat menunaikan ibadah puasa.

You might also like