You are on page 1of 7

SATUAN ACARA PENYULUHAN

“PENGAWASAN MINUM OBAT”


PADA KELUARGA KLIEN DI RUANG TUNGG POLIKLINIK JIWA
RSJ PROF.dr. SOEROYO MAGELANG

Disusun Oleh :
ANGGUN RISANTI 32-113-05-11-2009
ANGGA ARDIANTO 32-101-05-11-2009
ENDANG ISNANI 32-089-05-11-2009
DWI PURNAMASARI 32-095-05-11-2009

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2010
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan : Drug administration


Sub Pokok Bahasan : Pengawasan Minum Obat
Sasaran : Keluarga klien gangguan jiwa
Tempat : Ruang Tunggu Poliklinik RSSM
Waktu : 50 menit

I. LATAR BELAKANG
Menurut Dharmadi (2002) mengemukakan bahwa, skizofrenia merupakan
penyakit gangguan jiwa terberat yang dialami manusia, bahkan bisa dinilai lebih buruk
dibanding penderita Human Immunodeficiency Virus (HIV), bukan karena tidak bisa
diobati, tetapi penyembuhannya yang membutuhkan waktu yang lama. Sedangkan
menurut Siswono (2003) mengemukakan bahwa, Sekitar 1% sampai 2% dari seluruh
penduduk dunia akan mengidap skizofrenia pada suatu waktu dalam hidupnya.
Ada beberapa hal yang bisa memicu kekambuhan skizofrenia, antara lain
penderita tidak minum obat dan tidak kontrol ke dokter secara teratur, menghentikan
sendiri obat tanpa persetujuan dari dokter, kurangnya dukungan dari keluarga dan
masyarakat, serta adanya masalah kehidupan yang berat yang membuat stress, sehingga
penderita kambuh dan perlu dirawat di rumah sakit.
Oleh karena itu pengawasan minum obat oleh keluarga dengan gangguan jiwa
sangat penting demi kesembuhan pasien gangguan jiwa.

II. TUJUAN
a. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)
Setelah diberikan penyuluhan tentang penyuluhan kesehatan jiwa selama 20
menit diharapkan keluarga mampu memahami tentang pemberian obat.
b. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS(TIK)
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan jiwa selama 20 menit diharapkan
keluarga klien mampu :
 Menyebutkan obat-obat yang sering digunakan untuk pasien gangguan
jiwa
 Menyebutkan manfaat obat
 Menyebutkan reaksi yang efektif setelah minum obat
 Menyebutkan 5 benar pemberian obat
 Menyebutkan tanda-tanda kekambuhan

III. WAKTU DAN TEMPAT


a. Hari/ Tanggal : Sabtu, 14 Agustus 2010
b. Pukul : 08.00 WIB
c. Tempat : Ruang Tunggu Poliklinik RSSM
IV. MATERI
Terlampir

V. MEDIA DAN SUMBER BAHAN


A. Media : Flip chart dan leaflet
B. Sumber Bahan

VI. METODE
Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah ceramah, diskusi dan
tanya jawab.

VII. SETTING TEMPAT


- Peserta duduk di ruang tunggu
- Penyaji di depannya

VIII. PENGORGANISASIAN
1. Moderator : Anggun Risanti
2. Penyaji : Angga Ardianto
3. Observer : Endang Isnani dan Dwi Purnamasari
4. Fasilitator : Noviandi

IX. RENCANA PENYULUHAN


No. Kegiatan Penyuluhan Waktu Kegiatan Audiens
1. Pembukaan
a. Salam 1 menit Menjawab salam
b. Memperkenalkan diri 1 menit Mendengarkan
c. Menjelaskan tujuan 1 menit Memperhatikan
2. Apersepsi 2 menit Menjawab pertanyaan
3. Penyajian materi
a. Menjelaskan materi tentang:
 Obat-obat yang sering 2 menit Mendengarkan dan
digunakan untuk gangguan Memperhatikan
jiwa
 4 Manfaat obat 3 menit
 Reaksi obat yang efektif 3 menit
 5 benar pemberian obat 5 menit
 Tanda-tanda 7 menit
kekambuhan Menanyakan hal-hal yang
b. Memberikan kesempatan 10 menit belum dimengerti
kepada keluarga untuk bertanya
c. Menjawab pertanyaan yang 10 menit Memperhatikan dan
terkait dengan pertanyaan mendengarkan
keluarga klien
3.
4 menit Merespon
Penutup 1 menit Menjawab salam
a. Memberikan umpan balik
b. Salam

X. RENCANA EVALUASI
Evaluasi penyuluhan akan dilakukan dengan memberikan 4 pertanyaan
tentang materi yang telah disampaikan ke keluarga.

XI. PENILAIAN KEBERHASILAN


Penilaian keberhasilan dari penyuluhan adalah dengan memberikan 4
pertanyaan dengan kriteria penyuluhan berhasil apabila keluarga mampu menjawab 3
atau 4 dari pertanyaan dengan benar, penyuluhan dikatakan kurang berhasil apabila
keluarga hanya mampu menjawab 2 atau 4 pertanyaan dengan benar, Sedangkan
penyuluhan tidak berhasil apabila keluarga hanya mampu menjawab 1 pertanyaan
dengan benar.
 Bentuk soal : Esai
Soal-soal pertanyaan esai
1. Sebutkan obat-obat yang sering digunakan untuk pasien gangguan jiwa!
2. Sebutkan manfaat obat!
3. Sebutkan reaksi efektif dalam penggunaan obat
4. 5 benar cara pemberian obat!
Lampiran : Materi
PMO atau PENGAWAS MINUM OBAT
Adalah orang yang ditunjuk untuk mengawasi dan mengingatkan pasien untuk minum obat
untuk menjamin seseorang menyelesaikan pengobatan. PMO sebaiknya adalah seseorang
yang dekat dan dipercaya oleh klien sehingga klien akan menuruti ketika minum obat.

A. Obat-obatan yang sering digunakan untuk pasien gangguan jiwa


1. Anti psikotik
Fungsi obat: sebagai penenang, menurunkan aktivitas motorik,
mengurangi insomnia, sangat efektif untuk mengatasi: delusi, halusinasi, ilusi
dan gangguan proses berpikir.
2. Anti depresi
Fungsi obat
- Mengurangi gejala depresi
- Penenang 
Efek samping: yaitu meliputi mulut kering, penglihatan kabur, susah buang
air besar.
3. Anti maniak
Manfaat obat
- Mengurangi hiperaktivitas
- Tidak menimbulkan efek sulit tidur
- Mengontrol pola tidur dan perasaan mudah tersinggung
4. Anti cemas
5. Anti insomnia
6. Anti panik
B. 4 Manfaat Obat
1. Membantu istirahat
2. Membantu mengendalikan emosi
3. Membantu mengendalikan perilaku
4. Membantu proses pikir (konsentrasi)
C. Reaksi obat efektif jika:
1. Emosional stabil
2. Kemampuan berhubungan interpersonal meningkat
3. Halusinasi, agresi, delusi, menarik diri menurun
4. Perilaku mudah diarahkan
5. Proses berpikir ke arah logika
6. Efek samping obat
7. Tanda-tanda vital: tekanan darah, denyut nadi dalam batas normal
D. Prinsip Lima benar Pemberian Obat
1. Benar Pasien
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di
tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau
keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal
dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup
mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara
identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi
harus selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.
2.Benar Obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama
dagang yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama
generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau
kandungan obat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau
kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan
botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang
diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya
tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi.
Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat
memberi obat perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu
mengingat nama obat dan kerjanya.
3.Benar Dosis
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat
harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker sebelum
dilanjutkan ke pasien. Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus
memeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik ampul maupun tablet memiliki dosis
yang berbeda tiap ampul atau tabletnya.
4.Benar Cara/Rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang
menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien,
kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja
yang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal,
rektal, inhalasi.
1. Oral, adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai,
karena ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi
melalui rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN.
2. Parenteral, kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping,
enteron berarti usus, jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui
saluran cerna, yaitu melalui vena (perset / perinfus).
3. Topikal, yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa.
Misalnya salep, losion, krim, spray, tetes mata.
4. Rektal, obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria
yang akan mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk
memperoleh efek lokal seperti konstipasi (dulkolax supp), hemoroid
(anusol), pasien yang tidak sadar / kejang (stesolid supp). Pemberian obat
perektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan pemberian obat
dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat disediakan dalam
bentuk supositoria.
5. Inhalasi, yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas
memiliki epitel untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna
untuk pemberian obat secara lokal pada salurannya, misalnya salbotamol
(ventolin), combivent, berotek untuk asma, atau dalam keadaan darurat
misalnya terapi oksigen.
5. Benar Waktu
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk
mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus
diminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi
satu jam sebelum makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak boleh
diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat sebagian besar obat itu
sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk
menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.
E. Tanda-tanda Kekambuhan
1. Ada penawaran minum obat (menolak minum obat)
2. Sulit tidur dan mondar-mandir
3. Malas berbicara dengan orang lain
4. Banyak menyendiri dan melamun
5. Malas melakukan aktifitas harian
6. Malas perawatan diri
7. Malas cemas dan khawatir yang berlebihan
8. Cepat marah dan mudah tersinggung
9. Keluyuran/pergi tanpa tujuan
10. Merusak tanaman dan mengganggu lingkungan
11. Merusak alat-alat rumah tangga
12. Memukul atau melukai orang lain
13. Melukai diri sendiri (mencoba bunuh diri)
14. Mengatakan keinginan untuk mati/bunuh diri
15. Mengancam orang lain
16. Teriak-teriak
17. Bicara dan tertawa sendiri

DAFTAR PUSTAKA

- Dharmadi. 2002. Skizoprenia. Diakses pada 12 Agustus 2010 dari


http://www.resep.web.id/kesehatan/mengenal-penyakit-skizofrenia-salah-satu-
gangguan-psikosis-fungsional.htm

- Siswono. 2003. Dinamika keluarga dengan skizoprenia. Diakses pada 12 Agustus


2010 dari http://onlineassociate.net/pdf/angka-kejadian-skizofrenia-di-indonesia/

- http://nursingbegin.com/prinsip-enam-benar-dalam-pemberian-obat/

You might also like