You are on page 1of 2

Volume Suhu Index bias

Tetes Pertama 65 -
5 ml 67 -
10 ml 70 1,3312
15 ml 70 1,331

Pembahasan:

Distilasi Azeotrop

Pada campuran methanol-air yang ditambahkan dengan Terner: Benzen seharusnya distilat dibagi
menjadi tiga pembanding. Namun karena terjadi kesalahan praktik, distilat baru dipisahkan pada saat
10 ml. Seperti data di atas, index bias yang diperoleh ternyata sangat berdekatan yaitu 1,3312 dan
1,331. Dan karena hasil yang diperoleh berdekatan pula dengan index bias methanol yaitu 1,3284,
distilat dapat dikatakan mendekati kemurnian etanol.

Naaaaaah...di bawah ini laporan dari orang lain tentang pembahasan azeotrop... (sori cuman kopas
langsung... gw harus pergi niiih... klo mau yang udah jadinya baru ntar malem... sorii yaaa.... >___<)

“Berdasarkan studi referensi, percobaan pemurnian metanol, dari air dan benzena
seharusnya diperoleh hasil murni larutan metanol yang terdistilasi sempurna, karena sesuai
dengan data fisik dapat kita lihat bahwa metanol mempunyai titik didih yang paling rendah,
sehingga dapat kita tarik kesimpulan metanol adalah senyawa pertama yang menguap,
sehingga metanol akan terpisah pertama kali, selain itu dengan menggunakan distilasi yang
bertingkat akan berakibat metanol, air dan benzen yang mempunyai titik didih berdekatan
dapat dipisahkan secara sempurna. Hal ini disebabkan bentuk fisik kolom fraksional yang
mampu menampung senyawa-senyawa yang mengalami penguapan dan pencairan dengan
baik, sehingga ketika metanol menguap dan siap untuk dikondensasi, baik benzena maupun
air dapat lebih dahulu dicairkan oleh kolom fraksional dan ditampung dengan baik di kolom
ini, sehingga metanol yang didapat akan murni.

Diketahui dari literatur bahwa titik didih metanol (CH 3OH) adalah 64,7 0C dan titik
didih air (H20) adalah 100,0 0C pada tekanan atmosfer. Pada percobaan ini terlihat bahwa
temperatur uap yang pertama keluar berada di bawah titik didih baik metanol maupun air.
Seharusnya menurut prinsip dasar distilasi, tetes yang pertama keluar adalah zat yang
mempunyai titik didih lebih rendah, dan artinya temperaturnya tidak benyak berbeda
dengan titik didih zat tersebut. (di percobaan ini tetes yang pertama keluar harusnya
berdekatan suhunya dengan titik didih metanol). Namun, dalam percobaan ini teori itu tidak
terjadi. Karena campuran air dengan metanol membentuk campuran azeotrop.

Pada saat ditambahkan benzena, metanol dan air berpisah. Metode pemisahan ini
melibatkan sebuah agen tambahan yang disebut entrainer yang mempengaruhi volatilitas
salah satu komponen azeotrop. Agen tambahan tersebut/ Entrainernya adalah benzena.
Komponen benzena berfungsi sebagai pengganggu ikatan antara metanol dan air. Zat
tersebut memisahkan 2 larutan tersebut karena benzena membuat komponen metanol bisa
larut pada benzena, begitu pula pada komponen air yang bisa larut di benzena sehingga
metanol akan terpisahkan dari air (ikatannya akan dipisahkan). Masing – masing
membentuk campuran baru dengan benzena, sehingga ada metanol-benzena dan air-
benzena. Dengan melihat data percobaan yang ada di bagian pengamatan data, dapat
diketahui bahwa campuran metanol-benzena ini memiliki titik didih di bawah titik didih
metanol, sekitar 550C.

Hasil distilasi/distilat yang diperoleh dari percobaan ini berupa dua fasa. Di tabung
reaksi masing – masing cairan itu tampak terpisah, tidak mau tercampur. Distilat yang
pertama keluar adalah benzena-metanol, kemudian lama kelamaan benzena-air sesuai
dengan perubahan temperatur dan indeks biasnya. Namun, pada pertengahan, muncul juga
campuran ketiganya. Karena pada saat itu metanol belum habis, tetapi air sudah mulai
menguap.

Dari pengolahan data yang dilakukan diperoleh data error/kesalahan (perbedaan antara indeks bias
percobaan dengan indeks bias literatur) sebesar 5,39% (rata-rata).”

You might also like