You are on page 1of 5

http://tandakasih.blogspot.com/2007/07/pelajari-perkembangan-emosi-anak.

html
Pelajari Perkembangan Emosi Anak
Anak adalah anugerah Allah yang tidak ternilai harganya. Sejak dilahirkan sehingga dewasa, kita dapat melihat perkembangan mereka sama ada
dari segi fizikal dan mental, sentiasa berubah di setiap peringkat umur yang dilalui.

Salah satu perkembangan anak-anak yang perlu diambil perhatian oleh setiap ibu dan bapa ialah perkembangan dari segi emosi. Emosi
dikaitkan dengan perasaan iaitu suatu aspek penting dalam kehidupan seseorang sama ada positif atau negatif. Umumnya bayi yang dilahirkan
memiliki emosi yang berbeza-beza. Penting bagi setiap ibu dan bapa mempelajari dan memahami emosi anak-anak supaya proses mendidik
mereka akan menjadi lebih mudah dan berada di landasan yang betul.

Jenis-jenis emosi kanak-kanak:


Gembira
Membantu kanak-kanak atau remaja berfikir bagaimana melahirkan rasa seronok dan menggalakkan mereka bercakap mengenai sesuatu yang
mereka sukai

Marah
Membantu mencari jalan bagaimana menghadapi halangan untuk mendapat sesuatu yang dicitakan dan mengenal erti kesabaran, belajar
melahirkan perasaan geram dalam bentuk yang bersesuaian dan mencari jalan penyelesaian

Takut
Rasa terancam, suatu motivasi ingin memastikan keselamatan diri dari aspek fizikal dan psikologi. Merangsang kanak-kanak melahirkan fikiran
dan perasaan takutnya mencari jaminan mendapat ketenangan dan ketenteraman.

Sedih 
Kehilangan, tidak mendapat apa yang dikehendaki menjadikan kanak-kanak berusaha lebih mendapat apa yang dicita, mencurah perasaan dan
berfikir bagaimana mengatasi rasa sedih.

Geli 
Selalunya dikaitkan dengan makanan, bau dan pandangan, suatu yang semulajadi menjadikan seseorang kanak-kanak berhati-hati agar tidak
'terkena' apa yang beliau geli. Perasaan ini perlu dihormati dan bantu mereka mencari sebab mengapa mereka berperasaan begitu.

Cemas
Asalkan tidak keterlaluan, sebenarnya ia membantu kanak-kanak berusaha mengambil langkah mengelak diri dari menghadapi masalah, belajar
menahan perasaan bimbang dan bertindak proaktif untuk menunjukkan sesuatu yang terbaik.

Malu 
Menjadikan kanak-kanak menyedari kepentingan perilaku yang baik dan mengelak daripada melakukan sesuatu yang dikatakan memalukan. Ini
membantu mereka mengawal tingkah laku mereka sendiri.

Rasa bersalah
Wujud bila kanak-kanak melakukan sesuatu yang dianggap 'keluar' dari 'standard' tingkah laku yang baik. Si kecil akan berusaha untuk tidak
dianggap bersalah dengan berakhlak sebaik mungkin dan sekiranya kesalahan tetap atau sudah dilakukan, perasaan ini merangsang kanak-
kanak meluahkan perasaan dan menyedari agar berusaha untuk tidak mengulangi pada waktu yang lain.

Rasa bangga 
Tercetus bila seseorang kanak-kanak terasa dihormati/dihargai oleh orang lain atau bila ia mencapai apa yang diharapkan seperti merangsang
mereka meluahkan apa yang membuatkan mereka merasa bangga dan memberi peluang berkongsi rasa bangga, puas dan gembira.

Perkembangan emosi mengikut umur:


Awal emosi (0 - 15 bulan) 
- Emosi asas (positif dan negatif) berkembang secara 'gradual' terutama dalam tempoh enam bulan pertama dan selalunya ditonjolkan menerusi
memek muka dan 'eye contact':

 Gembira/seronok - senyum, pipi terangkat, mata berbentuk bulan sabit. Contoh; bila diagah.
 Terkejut - angkat kening, mulut terbuka luas, bulatkan mata. Contoh; berhenti menangis bila dengar bunyi muzik atau suara jeritan

 Minat - merenung, mengerutkan kening dan bibir. Contoh; merenung wajah ibu, melihat persekitaran.

 Marah - mengerut dan memasamkan muka, kening turun naik, mata tajam. Contoh; 'mengamuk' bila mengantuk atau lapar, bila objek
dirampas daripada tangan.

 Sedih - muka masam dan layu, dagu tertolak ke hadapan. Contoh; ditinggalkan ibu.

 Geli - berkerut kening, jelir lidah. Contoh; menolak jenis makanan tertentu, menangis bila buang air.

- Bayi antara 3-8 minggu sudah boleh tersenyum (perkembangan awal emosi positif)
- Bayi 12-20 minggu akan senyum pada wajah dan suara yang dikenali, senyum bila merasakan persekitaran dikuasai, mula ketawa.

-Enam bulan pertama bayi masih belum mempunyai rasa sayang/kasih pada sesuatu atau seseorang. Perasaan kasih mula terbentuk ketika usia
antara 7-9 bulan; melalui hubungan ikatan kasih sayang, sentuhan, belaian dengan orang yang paling hampir seperti ibu dan bapa. Menunjukkan
rasa tidak senang/takut dengan kehadiran 'orang asing'.

Anak tatih (16-36 bulan)

- Emosi turun naik seperti 'roller coaster'

- Usia 2 tahun; sudah tahu menunjukkan emosi dan emosi yang ditunjukkan memang disengajakan (tidak ragu-ragu untuk melakukannya)

- Mahu bebas tetapi tidak mahu ditinggalkan bersendirian; rasa diri 'sudah besar' tetapi mahu dibelai.

- 'Reject syndrome'; dalaman kanak-kanak bukan 'menentang' ibu bapa.

- 'Temper tantrum'; tidak mampu meluahkan perasaan sepenuhnya dalam bentuk perkataan/verbal.

- Berbagai bentuk perasaan takut; bunyi bising, suara binatang, bilik gelap, 'hilang' ibu bapa, perubahan persekitaran dan sebagainya (takut pada
apa saja yang dianggap bahaya).

Anak prasekolah (3-6 tahun)

- Usia 3-4 tahun sudah boleh memahami perkaitan antara emosi dan persekitaran (sebab yang mempengaruhi emosi).

- Mula belajar mengawal emosi yang turun naik.

- Pemahaman terhadap emosi orang lain terbatas hanya kepada emosi yang ditunjukkan melalui memek muka.

- Perasaan takut yang terbentuk berkait dengan imaginasi dan khayalan beserta perkembangan daya kreativiti dan pemikiran abstrak. Contoh;
takut hantu atau takut jatuh.

- Lebih berdikari, kurang 'physical contact' dengan ibu bapa.

- Lebih banyak bercakap untuk mencurah perasaan/menangani perasaan.

Usia pertengahan (7-14 tahun)

- Sudah pandai menyembunyikan emosi yang negatif dengan berpura-pura menunjukkan keseronokan.

- Sudah mula memahami dan menghurai emosi yang kompleks; perasaan malu, rasa bersalah, rasa bangga dan cemburu.

- Perasaan takut mula berkembang kepada yang lebih realistik; takut sekolah, takut berkomunikasi, takut kejadian jenayah.

- Mahu disayangi tetapi bukan ditonjolkan depan ramai.

- Amat memerlukan bantuan mengenalpasti emosi marah agar tidak 'out of control'; belajar mengawal perasaan.

- Perlu perhatian dan dorongan mengatasi rasa takut.

enghadapi Ledakan Emosi Anak


Posted by Hianoto Santoso
Tingkah laku kemarahan anak Anda yang masih kecil tidak kunjung berhenti juga hari itu.
Terdengar jeritan tingginya begitu memekakkan telinga. Dan banyak barang telah menjadi
sasaran kemarahannya. Semua tindakan orangtua jadi salah. Secara naluriah, Anda ingin pergi
meninggalkan situasi seperti ini bukan?? Namun ini bukanlah pilihan bijaksana. Pastilah ada
solusi pemecahannya.

Hiruk-pikuk si kecil yang sedang berteriak dan menendang ini dapat membuat kita, para orangtua,
frustasi. Bagaimana menghadapi situasi ini? Alih-alih melihat kemarahan sebagai suatu bencana, mari kita coba
melihat kemarahan sebagai kesempatan untuk belajar.

Kenapa Emosi Anak-anak Bisa Meledak?


Ada berbagai perilaku ledakan emosi, mulai dari menangis dan melolong hingga menjerit, menendang, memukul,
maupun menahan nafas kuat-kuat. Ledakan emosi biasanya terjadi dari usia 1 hingga 3 tahun, baik anak laki
maupun perempuan. Temperamen anak-anak berubah secara dramatis, jadi beberapa anak mungkin mengalami
ledakan emosi secara berkala, sedangkan yang lain mungkin hanya jarang-jarang saja.

Bahkan anak kecil yang baik sekalipun terkadang bisa mengalami ledakan emosi yang sangat kuat. Ini adalah
bagian pengembangan diri yang normal dan tidaklah perlu dipandang sebagai sesuatu yang negatif. Perlu
disadari bahwa anak-anak belum memiliki kemampuan kontrol diri seperti orang dewasa.

Bayangkan bagaimana rasanya saat Anda butuh untuk mengoperasikan sebuah DVD Player dan tidak bisa
melakukannya, tidak peduli betapa kerasnya Anda mencoba. Hal ini disebabkan karena Anda tidak mengerti
cara melakukannya. Sangatlah membuat frustasi, bukan? Beberapa dari kita mungkin mengomel, melemparkan
buku petunjuk pengoperasian, membanting pintu dan lain sebagainya. Itu adalah luapan emosi versi orang
dewasa. Nah anak-anak juga mencoba menguasai dunia mereka, dan di saat mereka tidak bisa melakukan
sesuatu, sering kali mereka menggunakan satu cara untuk melampiaskan kejengkelan mereka, yaitu meluapkan
emosinya.

Beberapa penyebab dasar dari ledakan emosi yang sering dikenali adalah kebutuhan akan perhatian, lelah,
lapar, ataupun perasaan tidak nyaman. Sebagai tambahan, ledakan emosi ini adalah akibat frustasinya si anak
karena mereka tidak bisa mendapatkan sesuatu (misalnya suatu benda ataupun perhatian orangtuanya) untuk
melakukan apa yang mereka inginkan. Frustasi merupakan suatu bagian dari hidup mereka yang tidak bisa
dihindarkan sembari mereka mempelajari bagaimana manusia, benda, dan tubuh mereka bekerja.

Ledakan emosi juga umum dialami saat usia 2 tahun, saat di mana anak-anak belajar menguasai bahasa.
Mereka mengerti akan sesuatu namun susah untuk mengatakannya karena keterbatasan bahasa. Bayangkan
bila kita tidak bisa mengkomunikasikan kebutuhan kita kepada seseorang; ini adalah pengalaman buruk yang
bisa memicu emosi. Dengan meningkatnya kemampuan berkomunikasi, ledakan emosi ini cenderung menurun.

Penyebab lain dari ledakan emosi terjadi saat anak harus melewati suatu masa dimana kebutuhan akan otonomi
meningkat. Di masa ini mereka ingin mendapatkan suatu kebebasan dan pengendalian. Sebenarnya hal ini
adalah kondisi yang bagus untuk memupuk semangat berjuang, di mana seringkali anak berpikir “aku bisa
mengerjakannya sendiri” atau “aku mau itu, berikan itu padaku”. Nah, saat mereka merasa bahwa mereka tidak
bisa mengerjakan atau tidak bisa memperoleh apa yang mereka inginkan, maka ledakan emosi bisa terpicu.

Menghindari Ledakan Emosi Kemarahan

Cara terbaik untuk mengatasi ledakan emosi adalah dengan menghindarinya bilamana memungkinkan. Berikut
ini adalah strategi yang bisa membantu:

 Pastikan anak Anda tidak bersandiwara hanya karena dia tidak mendapatkan perhatian yang cukup.
Bagi seorang anak, perhatian negatif (reaksi orangtua terhadap ledakan emosi kemarahannya) adalah lebih
baik ketimbang tidak ada perhatian sama sekali. Cobalah untuk membiasakan diri mengenali perilaku baik sang
anak dan memberikan penghargaan atas perilaku baiknya.
 Cobalah memberi anak-anak tersebut suatu kontrol atas hal-hal kecil yang mereka sanggup lakukan.
Hal ini akan memenuhi kebutuhan mereka akan kebebasan dan mengurangi ledakan emosi kemarahan secara
drastis. Tawarkan pilihan kecil seperti “Apakah kamu mau jus jeruk atau jus apel?” atau “Apakah kamu mau
menggosok gigi sebelum atau setelah mandi?”. Dengan cara ini, Anda tidak bertanya “Apakah kamu mau
menggosok gigi sekarang?” yang tanpa bisa dihindari akan dijawab oleh sang anak dengan “Tidak”.
 Simpan dengan baik benda-benda berbahaya agar di luar jangkauan anak-anak, jauhkan dari
pandangan mata ataupun jangkauan tangan mereka; sehingga mereka tidak perlu berjuang begitu keras untuk
mendapatkan benda-benda tersebut. Tentu saja hal ini tidaklah mungkin bisa dilakukan setiap waktu,
khususnya di luar rumah di mana lingkungan tersebut tidaklah bisa dikendalikan.
 Alihkan perhatian sang anak. Manfaatkan rentang perhatian anak yang pendek dengan menawarkan
barang pengganti ataupun memulai aktivitas baru untuk menggantikan aktivitas yang berpotensi membuat
frustasi ataupun yang dilarang. Atau bisa juga dengan mengganti suasana dengan membawa mereka ke ruang
lain.
 Tatkala anak-anak bermain atau berusaha menguasai suatu tugas baru, aturlah agar mereka bisa
mengalami keberhasilan setahap demi setahap. Berikan mainan yang sesuai dengan umurnya. Juga mulailah
dengan sesuatu yang sederhana dan mudah sebelum melanjutkannya dengan tugas yang lebih menantang.
 Pertimbangkan permintaan anak dengan seksama. Apakah permintaan ini terlalu berlebihan atau tidak?
Pertimbangkan dengan baik, penuhi permintaan tersebut bilamana tidak berlebihan.
 Ketahui limit/batasan anak Anda. Jika Anda tahu anak sedang lelah, maka tidaklah tepat untuk
mengajaknya berbelanja ataupun memintanya melakukan satu tugas lagi.
Jika anak masih mengulangi aktivitas yang dilarang padahal membahayakan, peganglah sang anak dengan kuat
untuk beberapa menit. Tatap matanya dan katakan Anda tidak mengijinkan tindakannya. Tetaplah konsisten.
Anak-anak harus mengerti bahwa Anda serius untuk masalah yang berkaitan dengan keamanan.

Taktik Menghadapi Ledakan Emosi Kemarahan

Hal terpenting yang harus diingat tatkala berhadapan dengan seorang anak yang sedang marah, tidak peduli
apa sebabnya, adalah tetap bersikap tenang. Jangan memperparah keadaan dengan rasa frustasi Anda. Anak-
anak bisa merasakan saat orangtua mereka menjadi frustasi. Hal ini bisa membuat frustasi mereka menjadi lebih
parah. Tarik nafas dalam-dalam dan cobalah untuk berpikir lebih jernih. Anak Anda meniru teladan Anda.
Memukul anak tidaklah membantu dalam situasi seperti ini; karena anak akan menangkap pesan bahwa kita bisa
menyelesaikan masalah dengan pukulan. Milikilah kontrol diri yang cukup.

Pertama, coba pahami apa yang sedang terjadi. Ledakan emosi kemarahan harus ditangani secara tersendiri
tergantung dari penyebabnya. Cobalah untuk mengerti penyebabnya. Misalnya ketika anak Anda sedang
mengalami kekecewaan besar, Anda perlu berempati dengannya sebelum mengarahkan tindakan dan sikap
selanjutnya.

Situasinya akan berbeda saat menghadapi ledakan emosi dari seorang anak yang mengalami penolakan.
Sadarilah bahwa anak kecil belum memiliki kemampuan untuk menjelaskan suatu alasan dengan baik, sehingga
Anda mungkin tidak menerima penjelasan yang memuaskan. Mengabaikan ledakan amarah mereka adalah satu
cara untuk menangani hal ini dengan catatan ledakan emosi ini tidak membahayakan anak Anda ataupun orang
lain. Lanjutkan saja aktivitas Anda setelah memberikan perhatian sesaat, biarkan ia berkutat sendiri dengan
perasaannya namun masih dalam jarak pandangan Anda. Jangan tinggalkan anak kecil Anda sendirian, bila
tidak, dia akan merasa ditinggalkan dengan emosi yang masih belum terkontrol. Ingat cara ini tidak selalu
berhasil namun untuk kasus ringan bisa jadi sangat membantu.

Nah ceritanya akan sangat berbeda jika anak-anak yang sedang marah tersebut berada dalam bahaya karena
menyakiti dirinya sendiri atau orang lain. Sebaiknya anak ini dibawa ke tempat yang tenang dan aman untuk
ditenangkan. Hal ini juga berlaku untuk ledakan emosi yang terjadi di tempat umum.

Anak-anak yang lebih besar cenderung memanfaatkan ledakan emosi untuk mendapatkan apa yang mereka
inginkan. Apalagi jika mereka telah mengetahui taktik ini berhasil sebelumnya. Jika anak-anak tersebut telah
bersekolah, adalah pantas untuk meminta mereka ke kamar mereka untuk menenangkan diri dan memikirkan
perilakunya. Ketimbang menggunakan batasan waktu tertentu, orangtua bisa meminta mereka tetap berada di
kamar hingga mereka telah bisa mengendalikan diri. Ini adalah pilihan untuk penguasaan di mana anak belajar
untuk mengendalikan diri dengan tindakan mereka.

Setelah Badai Kemarahan

Terkadang seorang anak mengalami kesulitan menghentikan kemarahannya. Dalam kasus ini, kita bisa bantu
mereka dengan berkata “Saya akan membantu menenangkanmu sekarang”. Tapi jangan beri penghargaan
kepada anak Anda setelah kemarahannya dengan mengalah. Hal ini hanya akan membuktikan kepada anak
Anda bahwa ledakan emosi adalah efektif untuk memaksakan kehendaknya. Sebagai gantinya, puji anak Anda
atas keberhasilannya mengendalikan diri.

Setelah kemarahan, anak juga menjadi peka ketika mereka mengetahui bahwa mereka tidak lagi berlaku manis.
Nah inilah saat yang tepat untuk memeluk mereka dan meyakinkan bahwa mereka tetap dicintai tanpa syarat.

Penjelasan detail mengenai hal ini bisa juga Anda dapatkan dalam materi Parents Club Multimedia Course
dalam bentuk DVD/CD beserta petunjuk pelatihannya.

You might also like