Professional Documents
Culture Documents
Penyebab tersering dari infark miokard adalah adanya thrombus atau bekuan darah yang terbentuk
dalam arteri koronaria atau salah satu dari cabangnya yang menyebabkan tersumbatnya atau
terganggunya aliran darah. Bekuan darah biasanya tidak terbentuk pada arteri normal. Namun,
bekuan darah akan terbentuk jika terdapat beberapa ateroma dalam lapisan arteri. Plak sari atheroma
secara bertahap terbentuk selama beberapa tahun pada satu tempat atau lebih pada arteri koronaria.
Masing-masing plak memiliki lapisan luar dengan inti lemak. Jika lapisan luar dari atheroma
terlepas maka terjadi rupture plak yang dapat menimbulkan terjadinya mekanisme pembekuan
darah yang nantinya akan terbentuk suatu bekuan darah. Oleh karena itu, terbentuknya ateroma
merupakan akar masalah penyebab kasus infark miokard.
Gejala Klinis
Keluhan utama adalah sakit dada yang terutama dirasakan di daerah sternum,bisa menjalar ke dada
kiri atau kanan,ke rahang,ke bahu kiri dan kanan dan pada lengan.Penderita melukiskan seperti
tertekan,terhimpit, diremas-remas atau kadang hanya sebagai rasa tidak enak di dada.
characteristic setting
Angina pectoris
a. EKG (Electrocardiogram)
Pada EKG 12 lead, jaringan iskemik tetapi masih berfungsi akan menmghasilkan perubahan
gelombang T, menyebabkan inervasi saat aliran listrik diarahkan menjauh dari jaringan iskemik,
lebih serius lagi, jaringan iskemik akan mengubah segmen ST menyebabkan depresi ST.
Pada infark, miokard yang mati tidak mengkonduksi listrik dan gagal untuk repolarisasi secara
normal, mengakibatkan elevasi segmen ST. Saat nekrosis terbentuk, dengan penyembuhan cincin
iskemik disekitar area nekrotik, gelombang Q terbentuk. Area nekrotik adalah jaringan parut yang
tak aktif secara elektrikal, tetapi zona nekrotik akan menggambarkan perubahan gelombang T saat
iskemik terjasi lagi. Pada awal infark miokard, elevasi ST disertai dengan gelombang T tinggi.
Selama berjam-jam atau berhari-hari berikutnya, gelombang T membalik. Sesuai dengan umur
infark miokard, gelombang Q menetap dan segmen ST kembali normal.
Gambaran spesifik pada rekaman EKG
Daerah infark Perubahan EKG
Posterior Perubahan resiprokal (depresi ST) pada II, III, aVF, terutama
gelombang R pada V1 – V2.
b. Test Darah
Selama serangan, sel-sel otot jantung mati dan pecah sehingga protein-protein tertentu keluar masuk
aliran darah.
Kreatinin Pospokinase (CPK) termasuk dalam hal ini CPK-MB terdetekai setelah 6-8 jam,
mencapai puncak setelah 24 jam dan kembali menjadi normal setelah 24 jam berikutnya.
LDH (Laktat Dehidrogenisasi) terjadi pada tahap lanjut infark miokard yaitu setelah 24 jam
kemudian mencapai puncak dalam 3-6 hari. Masih dapat dideteksi sampai dengan 2 minggu.
Iso enzim LDH lebih spesifik dibandingkan CPK-MB akan tetapi penggunaan klinisnya masih
kalah akurat dengan nilai Troponin, terutama Troponin T.
Seperti yang kita ketahui bahwa ternyata isoenzim CPK-MB maupun LDH selain ditemukan pada
otot jantung juga bisa ditemukan pada otot skeletal.
Troponin T & I merupakan protein merupakan tanda paling spesifik cedera otot jantung, terutama
Troponin T (TnT)
Tn T sudah terdeteksi 3-4 jam pasca kerusakan miokard dan masih tetap tinggi dalam serum selama
1-3 minggu.
Pengukuran serial enzim jantung diukur setiap selama tiga hari pertama; peningkatan bermakna jika
nilainya 2 kali batas tertinggi nilai normal.
d. Coronary Angiography
Coronary angiography merupakan pemeriksaan khusus dengan sinar x pada jantung dan pembuluh
darah. Sering dilakukan selama serangan untuk menemukan letak sumbatan pada arteri koroner.
Dokter memasukan kateter melalui arteri pada lengan atau paha menujua jantung. Prosedur ini
dinamakan kateterisasi jantung, yang merupakan bagian dari angiografi koroner
Zat kontras yang terlihat melalui sinar x diinjeksikan melalui ujung kateter pada aliran darah. Zat
kontras itu memingkinkan dokter dapat mempelajari aliran darah yang melewati pembuluh darah
dan jantung
Jika ditemukan sumbatan, tindakan lain yang dinamakan angioplasty, dpat dilakukan untuk
memulihkan aliran darah pada arteri tersebut. Kadang-kadang akan ditempatkan stent (pipa kecil
yang berpori) dalam arteri untuk menjaga arteri tetap terbuka.
Tabel: Sensitifitas dan spesifitas biomarker IMA
Diferensial Diagnosis
Gastroenteritis
Anxiety
Mitral Regurgitation
Aortic Stenosis
Myocarditis
Asthma
Pancreatitis
Cholecystitis and Biliary Colic
Pericarditis and Cardiac Tamponade
Cholelithiasis
Pneumothorax, Iatrogenic, Spontaneous and Pneumomediastinum
Chronic Obstructive Pulmonary Disease and Emphysema
Acute Coronary Syndrome
Congestive Heart Failure and Pulmonary Edema
Shock, Cardiogenic
Dissection, Aortic
Endocarditis
Esophagitis
Penatalaksanaan
Sasaran pengobatan IMA pertama adalah menghilangkan rasa sakit dan cemas. Kedua mencegah
dan mengobati sedini mungkin komplikasi (30-40%) yang serius seperti payah jantung, aritmia,
thrombo-embolisme, pericarditis, ruptur m. papillaris, aneurisma ventrikel, infark ventrikel kanan,
iskemia berulang dan kematian mendadak. Untuk sakit diberikan sulfas morphin 2,5-10 mg IV.
Pethidin kurang efektif dibandingkan Morphin dan dapat menyebabkan sinus tachycardia. Obat ini
banyak dipakai pada infark inferior dengan sakit dada dan sinus bradycardia. Dosis 25-50 mg dapat
diulang sesudah 2-4 jam dengan perlahan-lahan .
Pada sakit dada dengan lMA terutama infark anterior dengan sinus tachycardia dan tekanan darah
sistolik di atas 100 – 100 mm Hg B-Blocker dapat dipakai. Dosis kecil B-Blocker mulai dengan 1/2
– 5 mg Inderal. IV. B-Blocker dalam 5 jam pertama bila tidak ada kontra indikasi dapat mengurangi
luasnya infark. Nitrat baik sublingual maupun transdermal dapat dipakai bila sakit dada pada hari-
hari pertama.
Nifedipin,C-antagonist yang sering dipakai bila diduga penyebabnya adalah spasme koroner,
khusus angina sesudah hari ke-2 dan sebelum pulang. Istirahat, pemberian 02,diet kalori rendah dan
mudah dicernakan dan pasang infus untuk siap gawat.
Pemberian anti koagulansia hanya pada penderita yang harus dimobilisasi agak lama seperti gagal
jantung, syok dan infark anterior yang luas. Sekitar 60-70% dari infark tidak terdapat komplikasi
dan dianjurkan penanganan sesudah 2-3 minggu untuk uji latih jantung beban (ULJB) yang
dimodifikasikan.
Kalau normal untuk rehabilitasi biasa tetapi kalau abnormal agar diperiksa arteriogram koroner
untuk mengetahui tepat keadaan pembuluh darah koronernya agar dapat ditentukan sikap yang
optimal.
Bila ada komplikasi pada IMA dicoba untuk mengklasifikasi penderita ini dalam subset klinik dan
hemodinamik (Forrester) untuk pengobatannya.
Subset Klinik dan Hemodinamik : Pengobatan pada IMA
Subset : Klinik : Hemodinamik : Pengobatan: Kematian
I Tanpa bendu NCI(>2,2) Hilangkan 1-3%
ngan paru NPCWP(<12) sakit dan O2
paru & hipo
perfusi
II Bendungan pa PCWP naik Diuretika 10%
ru-paru tanpa (>18)CI N dan Nitra
hipoperfusi tes
III Hipoperfusi Menurun Ganti vol. 20%
tanpa bendu CI(<.2) Digoxin
ngan paru PCWP N Dobutamin,
Vasodilator
IV Bendungan PCWP naik Vasopressor 50-80%
paru & hipo & Cl turun Vasodilator
perfusi peri IABC;Bedah
fer pada lesi yang
dapat dikoreksi
CI = Cardiac Index
PCWP = Pulmonary capillary Wedge Pressure
Pembatasan perluasan Infark:
seperti telah diterangkan bahwa perfusi miokard dan kebutuhan metabolik tidak boleh dirugikan
oleh pengobatan. Keadaan yang mungkin memperluas infark harus dicegah atau langsung
diperbaiki seperti : a. Tachykardia , b. Hipertensi , Hipotensi, d.Aritmia dan e. Hipoxemia.
Menghadapi keadaan tersebut diperlukan strategi pengobatan yaitu :
1. Upaya menurunkan kebutuhan 02 miokard dengan cara :
a. B-Blocker
b. Menurunkan afterload penderita dengan hipertensi
c. Membantu sirkulasi dengan IABC
Actylase, recombinant human tissue-type plasminogen activator (rt-PA) . Actylase adalah suatu
bahan thrombolitik yang unik dengan teknologi DNA rekombinan dan dinyatakan sebagai bahan
yang mampu menghambat terjadinya oklusi pembuluh darah koroner dengan cara menyebabkan
lysisnya thrombus sebelum terjadi infark jantung total. Bahan ini mempunyai sifat spesifik dimana
tidak mempengaruhi proses koagulasi sistemik. Disamping itu bahan ini tidak menyebabkan allergi
karena berasal dari protein manusia secara alami.
Untuk mendapatkan bahan ini secara alami tentu tidak mudah, karena untuk mendapat 1 gr human
tissue plasminogen acti vater dibutuhkan 5 ton jaringan manusia. Cara membuatnya adalah dengan
teknik Recombinant DNA dan metode fermentasi sel jaringan. (genetic engineering). Cara kerja
actylase adalah fibrin spesifik dan berikatan dengan fibrin guna mengaktifkan perobahan
plasminogen menjadi plasmin. Afinitasnya besar pada fibrin dan tidak aktif di darah. Kerja actylase
cepat yaitu 1-2 menit setelah pemberian 10 fig. Indikasi: Thrombo-oklusi koroner, pulmoner, deep
vein thrombosis peripheral arterial occlusion.
Tabel: Indikasi terapi trombolitik
Jika obat-obatan tidak mampu menangani/menghentikan serangan jantung., maka dpat dilakukan
tindakan medis, yaitu antara lain
a. Angioplasti
Tindakan non-bedah ini dapat dilakukan dengan membuka arteri koroner yang tersumbat oleh
bekuan darah. Selama angioplasty kateter dengan balon pada ujungnya dimasukan melalui
pembuluh darah menuju arteri koroner yang tersumbat. Kemudian balon dikembangkan untuk
mendorong plaq melawan dinding arteri. Melebarnya bagian dalam arteri akan mengembalikan
aliran darah.
Pada angioplasti, dapat diletakan tabung kecil (stent) dalam arteri yang tersumbat sehingga
menjaganya tetap terbuka. Beberapa stent biasanya dilapisi obat-obatan yang mencegah terjadinya
bendungan ulang pada arteri.
b. CABG (Coronary Artery Bypass Grafting)
Merupakan tindakan pembedahan dimana arteri atau vena diambil dari bagian tubuh lain kemudian
disambungkan untuk membentuk jalan pintas melewati arteri koroner yang tersumbat. Sehingga
menyediakan jalan baru untuk aliran darah yang menuju sel-sel otot jantung.
Setelah pasien kembali ke rumah maka penanganan tidak berhenti, terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan:
· Mematuhi manajemen terapi lanjutan dirumah baik berupa obat-obatan maupn mengikuti program
rehabilitasi.
· Melakukan upaya perubahan gaya hidup sehat yang bertujuan untuk menurunkan kemungkinan
kekambuhan, misalnya antara lain: menghindari merokok, menurunkan BB, merubah dit, dan
meningatkan aktivitas fisik.
Prognosis
Pada 25 % episode infark miokard akut, kematian terjadi mendadak dalam beberapa menit setelah
serangan. Risiko kematian tergantung pada banyak faktor, termasuk usia penderita, riwayat penyakit
jantung koroner sebelumnya, adanya penyakit lain-lain dan luasnya infark. Mortalitas serangan akut
naik dengan meningkatnya umur. Kematian kira-kira 10-20% pada usia di bawah 50 tahun dan 20%
pada usia lanjut.
PENUTUP
Kesimpulan
Infark Miokard Akut (IMA) adalah kondisi kematian (otot jantung) akibat dari aliran darah ke
bagian otot jantung terhambat sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan sehingga berakibat adanya gangguan pada organ-organ tubuh. Hal
ini bisa disebabkan trombus arteri koroner oleh ruptur plak yang dipermudah terjadinya oleh faktor-
faktor seperti hipertensi,merokok dan hiperkolesterolemia. IMA dengan elevasi ST merupakan
bagian dari spektrum sindrom koroner akut yang terdiri dari angina pektoris tak stabil, IMA tanpa
elevasi ST dan AMI dengan elevasi ST. STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara
cepat pada lokasi injuri vaskular, dimana injuri ini dicetuskan oleh faktor seperti merokok,
hipertensi dan akumulasi lipid. Nyeri dada tipikal (angina) merupakan gejala kardinal pasien IMA.
Diagnosis Infark Miokard Akut (IMA ) dapat ditegakkan dari anamnesa, pemeriksaan fisik,
laboratorium dan EKG. Pada anamnesis pasien yang datang dengan keluhan nyeri dada perlu
dilakukan anamnesis secara cermat apakah nyeri dadanya berasal dari jantung atau dari luar
jantung. Jika dicurigai nyeri dada berasal dari jantung perlu dibedakan apakah nyerinya berasal dari
koroner atau bukan, apakah nyeri menjalar ke rahang, tangan kiri, punggung, serta dada kanan
sampai tangan kanan, tanyakan sifat nyeri dada terasa sepeti ditekan, diiris, atau dicekik. Perlu
dianamnesis pula apakah ada riwayat infark miokard sebelumnya serta faktor-faktor risiko antara
lain hipertensi, diabetes melitus, dislipidemia, merokok, stres serta riwayat sakit jantung koroner
pada keluarga.Infark Miokard Akut (IMA) sering menimbulkan morbiditdi maupun mortaliti
sehingga penanganan segera sangat diperlukan.
Saran
Angka kematian karena Infark Miokard Akut (IMA) terus meningkat, sehingga telaah lebih lanjut
baik berupa penulisan makalah maupun bentuk lain mengenai perkembangan ilmu kedokteran
dalam hal penanganan kasus ini sangat diperlukan .
DAFTAR PUSTAKA
· Robert Roberts. Pathogenesis. Acute Myocardial Infarction, Chapter 73.
· GP JMurtagh. General Practice 3rd ed, page 1005-1037.
· D Provan. 2002. Handbook of Clinic and Laboratory Investigation, hal.46-48.
· Cermin Dunia Kedokteran. Kardiologi, Penyakit Jantung Koroner.