You are on page 1of 4

A.

Pengertian Al-Qur’an
Al-Quran adalah firman atau wahyu yang berasal dari Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW dengan perantara melalui malaikat jibril sebagai pedoman serta petunjuk seluruh
umat manusia semua masa, bangsa dan lokasi. Alquran adalah kitab Allah SWT yang terakhir
setelah kitab taurat, zabur dan injil yang diturunkan melalui para rasul (Anonim, 2008).
B. Pengertian Hadist
Menurut bahasa kata hadits memiliki arti;
a)      al jadid minal asyya (sesuatu yang baru), lawan dari qodim. Hal ini mencakup sesuatu
(perkataan), baik banyak ataupun sedikit.
b)      Qorib (yang dekat)
c)      Khabar (warta), yaitu sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada
orang lain dan ada kemungkinan benar atau salahnya. Dari makna inilah diambil perkataan
hadits Rasulullah saw.
Jamaknya adalah hudtsan, hidtsan dan ahadits. Jamak ahadits-jamak yang tidak menuruti
qiyas dan jamak yang syad-inilah yang dipakai jamak hadits yang bermakna khabar dari Rasulullah
saw. Oleh karena itu, hadist-hadits Rasul dikatakan ahadits al Rosul bukan hudtsan al Rosul atau
yang lainnya. Dalam hal ini, Allah juga menggunakan kata hadits dengan arti khabar, dalam firman-
Nya;
"maka hendaklah mereka mendatangkan khabar yang  sepertinya jika mereka orang yang
benar"  (QS. At Thur; 24).
Adapun hadits menurut istilah ahli hadits hampir sama (murodif) dengan sunah, yang mana
keduanya memiliki arti segala sesuatu yang berasal dari Rasul, baik setelah dingkat ataupun
sebelumnya. Akan tetapi kalau kita memandang lafadz hadits secara umum adalah segala sesuatu
yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad saw. setelah diangkat menjadi nabi, yang berupa ucapan,
perbuatan, dan taqrir beliau. Oleh sebab itu, sunah lebih umum daripada hadits.
Menurut ahli ushul hadits adalah segala pekataan Rosul, perbuatan dan taqrir beliau, yang
bisa bisa dijadikan dalil bagi hukum syar'i. Oleh karena itu, menurut ahli ushul sesuatu yang tidak
ada sangkut pautnya dengan hukum tidak tergolong hadits, seperti urusan pakaian.
Jadi yang dimaksud dengan ‘hadits’ adalah apa saja yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad SAW baik berupa perkataan nabi, perbuatan nabi maupun persetujuan dan sifat nabi.
C. Pengertian Hadist Nabawi
Adapun menurut istilah, pengertian hadis nabawi ialah apa saja yang disandarkan kepada
Nabi SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, persetujuan, maupun sifat (Anonim, 2011)
Ciri hadits yang berupa perkataan nabi, adalah hadist-hadits yang periwayatannya dituliskan
dengan redaksional seperti, ‘Nabi SAW bersabda …………….dst’. Sedang hadits yang berupa
perbuatan nabi biasanya dituliskan dalam periwayatannya dengan kalimat, “adalah Rasulullah
SAW  begini….  begitu (maksudnya menceritakan keadaan/perbuatan rasulullah SAW)”. Adapun
hadits yang berupa takrir (persetujuan) dari nabi adalah riwayat yang menerangkan bahwa dalam
suatu peperangan, nabi membiarkan/mendiamkan sahabatnya memakan daging biawak sekalipun
nabi sendiri tidak berkenan memakannya. Dan hadits yang berupa sifat nabi adalah seperti riwayat
yang menceritakan sifat-sifatnya seperti Nabi SAW selalu bermuka cerah, berperangai halus dan
lembut, tidak keras/kasar, berkata lembut, tidak berkata kotor dan tidak suka mencela.
D. Pengertian Hadist Qudsy
Secara bahasa (Etimologis), kata Qudsy dinisbahkan kepada kata Quds (suci). Artinya,
hadits yang dinisbahkan kepada Dzat yang Maha suci, yaitu Allah Ta'ala. Dan secara istilah
(terminologis) definisinya adalah Sesuatu (hadits) yang dinukil kepada kita dari Nabi Shallallâhu
'alaihi Wa Sallam yang disandarkan beliau kepada Rabb-nya (Senjaya, 2010). Hanny (2010), secara
terminologis, pengertian hadits qudsi terdapat dua versi.
§ Yang pertama hadits qudsi merupakan kalam Allah SWT (baik dalam struktur maupun substansi
bahasanya), dan Nabi hanya sebagai penyampai.
§ Yang kedua hadits qudsi adalah perkataan dari Nabi, sedangkan isi dari perkataan tersebut
berasal dari Allah SWT. Maka dalam redaksinya sering memakai ‫قال هللا تعالى‬
Dapat dikatakan bahwa hadits Qudsi adalah suatu hadits yang berisi firman Allah SWT yang
disampaikan kepada Nabi SAW, kemudian Nabi SAW menerangkannya dengan menggunakan
susunan katanya sendiri serta menyandarkannya kepada Allah SWT. Dengan kata lain, hadits qudsi
ialah hadits yang maknanya berasal dari Allah SWT, namun lafalnya berasal dari Nabi SAW.
E. Ciri Hadist Qudsy
Anonim (2007), ada dua bentuk periwayatan hadits qudsi :
1. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,”Seperti yang diriwayatkannya dari Allah
‘azza wa jalla”.
Contohnya : Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya dari Abu Dzar radliyallaahu
‘anhu dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam seperti yang diriwayatkan dari Allah, bahwasannya
Allah berfirman : “Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan perbuatan dhalim
pada diri-Ku dan Aku haramkan pula untuk kalian. Maka janganlah kamu saling menganiaya di
antara kalian”.
2. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,“Allah berfirman….”.
Contohnya : Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu bahwa
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,“Allah ta’ala berfirman : Aku selalu dalam
persangkaan hamba-Ku terhadap-Ku, dan Aku bersama-Nya bila dia mengingat-Ku. Maka jika
dia mengingat-Ku niscaya Aku mengingatnya”.
F. Perbedaan Antara Hadîts Qudsiy Dan al-Qur`an
Senjaya (2010), terdapat perbedaan yang banyak sekali antara keduanya yang disebutkan
oleh para ulama, diantaranya adalah:
1. Lafazh dan makna Al-Qur’an berasal dari Allah, sementara lafazh hadis Qudsi berasal dari
Rasulullah–Shallallaahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam walaupun tentunya maknanya dari
Allah.
2. Sanad periwayatan Al-Qur’an secara umum adalah mutawatir, yakni bisa dipastikan
keabsahannya dari Nabi -alaihishshalatu wassalam-. Berbeda halnya dengan hadits qudsi,
karena di antaranya ada yang merupakan hadits shahih, ada yang hasan, ada yang lemah,
bahkan ada yang palsu. Jadi keabsahannya dari Nabi -alaihishshalatu wassalam- belum bisa
dipastikan kecuali setelah memeriksa semua sanadnya.
3. Kita berta’abbud (beribadah) kepada Allah dengan membaca Al-Qur’an, dalam artian satu
huruf mendapatkan sepuluh kebaikan. Sedangkan membaca hadits qudsi tidak mendapatkan
pahala huruf perhuruf seperti itu.
4. Tidak diperbolehkan membaca hadits qudsi di dalam shalat, bahkan shalatnya batal kalau dia
membacanya. Berbeda halnya dengan membaca Al-Qur`an yang merupakan inti dari shalat.
5. Ayat Al-Qur`an jumlahnya kurang lebih 6666 ayat (menurut hitungan sebagian ulama dan
sebagian lainnya berpendapat jumlahnya 6.236), sementara jumlah hadits qudsi yang shahih
tidak sebanyak itu. Abdur Rauf Al-Munawi sendiri dalam kitabnya Al-Ittihafat As-Saniyah bi
Al-Ahaditsi Al-Qudsiyah hanya menyebutkan 272 hadits.
G. Perbedaan Hadits Qudsi dan Hadits Nabawi
Anonim (2008), perbedaan hadits qudsi dengan hadits nabawi adalah bahwa hadits qudsi itu
bersifat tauqifi sedangkan hadits nabawi itu bersifat taufiqi.
Tauqifi maksudnya adalah secara makna/kandungan isinya berasal dari wahyu Allah namun
redaksionalnya disusun oleh Rasulullah dengan kata-katanya sendiri.
Taufiqi maksudnya adalah baik secara makna/kandungan isinya maupun redaksionalnya, kedua-
duanya berasal dari Rasulullah. Maknanya disimpulkan oleh Rasulullah berdasarkan
pemahamannya terhadap Alqur’an karena nabi  bertugas menjelaskan Alqur’an dan
menyimpulkannya dengan pertimbangan dan ijtihad. Bagian kesimpulan yang bersifat ijtihad ini
diperkuat oleh wahyu bila ia benar dan bila ternyata ijtihadnya salah maka turunlah wahyu yang
membetulkannya.
H. Validitas Hadist Qudsy
Berdasarkan ciri yang disebutkan, keaslian / validitas hadist Qudsy belum bisa dipastikan
secara sepenuhnya. Anonim (2009), suatu hadist tidak terlepas dari beberapa unsur yang terkandung
di dalamnya. Tanpa unsur-unsur tersebut, maka status dan validitas suatu hadist patut untuk
dipertanyakan. Beberapa unsur yang menjadi pertimbangan untuk menilai kesahihan sebuah hadits
itu antara lain matan, sanad, isnad dan mukharrij.
Matan merupakan redaksi dari hadits. Sanad ialah rantai penutur/perawi (periwayat) hadits.
Sanad terdiri atas seluruh penutur mulai dari orang yang mencatat hadits tersebut dalam bukunya
(kitab hadits) hingga mencapai Rasulullah. Sanad, memberikan gambaran keaslian suatu riwayat.
Secara etimologi isnad berarti menyandarkan. Adapun secara terminologi isnad didefinisikan
dengan pemberitahuan dan penjelasan tentang jalur matan. Mukhorij adalah orang yang
menyebutkan perawi hadits (Anonim, 2011).
Untuk mengetahui validitas sebuah hadist Qudsy maka harus dipastikan periwayatannya
terlebih dahulu. Apakah mata rantai periwayatan hadist Qudsy tersebut dari awal hingga akhir
benar-benar tersambung dengan baik serta diketahui dengan pasti siapa saja para periwayatnya dan
apakah ada kelemahan atau tidak. Selain itu, suatu hadist dapat dikatakan sahih atau valid apabila
hadist tersebut memenuhi semua kriteria hadist yang sahih.
Anonim (2008), hadist yang sahih harus memenuhi ciri sebagai berikut:
a)  Tersambung sanadnya (ittisal as-sanad) artinya setiap hadits yang yang diriwayatkan oleh rowi 
kerowi di atasnya sehingga sambung dalam penerimaan haditsnya kepada Nabi Muhammad
SAW.
b)   Diriwayatkan oleh rawi yang tsiqah ('adil dan dhabit)
Adil adalah sifat yang yang ada pada seseorang yang senantiasa mendorong untuk bertakwa dan
menjaga kredibilitasnya. Ini terkait dengan dimensi moral spiritual.
Dlabit adalah sifat terpercaya, hafal di luar kepala, mengetahui arti hadits,dan   mampu untuk
menceritakan setiap saat sesuai dengan redaksi saat ia menerima hadits. Dlabit sendiri dibagi
menjadi tiga tingkatan:
Tingkat pertama ( al-darojah al-ulya) yang ada pada 'adil dan dlobit
Tingkat kedua (al-darojah al-wustho) tingkatan yang ada di bawahnya
Tingkat ketiga (al-darojah al-dunya)  bawah tingkat kedua.
c)    Hadits yang diriwayatkan bukan termasuk kategori hadits yang syadz
d)   Hadits yang diriwayatkan harus terbebas dari illat (cacat) yang dapat menyebabkan kualitas
hadits menjadi turun.
I. Contoh Hadist Qudsy
Terlampir.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Ilmu Hadist: Definisi Hadist Qudsy. Diakses dari


http://jacksite.wordpress.com/2007/07/04/ilmu-hadits-definisi-hadits-qudsi/ pada 11 Maret
2011
Anonim. 2008. Ilmu Hadist. Diakses dari http://saveking.multiply.com/journal/item/14 pada 11 Maret
2011
Hanny. 2010. Hadist Qudsy dan Hadist Nabawi. Diakses dari
http://hanny.blogdetik.com/2010/03/19/hadits-qudsi-dan-hadits-nabawi/ pada 11 Maret
2011
Senjaya, S. 2010. Hadist Qudsy. Diakses dari http://sutisna.com/artikel/artikel-keislaman/hadits-qudsi/
pada 11 Maret 2001
PAPER
AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN
“AL-QUR’AN HADIST QUDSY DAN HADIST NABAWI”

Oleh:
Sri Utami
08730013
ITP

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


MALANG
Maret, 2011

You might also like