You are on page 1of 8

A.

Latar Belakang
Filsafat merupakan sebuah disiplin ilmu yang terkait dengan perihal kebijaksanaan.
Kebijaksanaan merupakan titik ideal dalam kehidupan manusia, karena ia dapat menjadikan
manusia untuk bersikap dan bertindak atas dasar pertimbangan kemanusiaan yang tinggi, bukan
asal bertindak sebagaimana yang biasa dilakukan manusia.
Sebagian ahli filsafat berpandangan bahwa perhatian yang besar terhadap peran dan fungsi
filsafat ilmu mulai mengedepan tatkala ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami kemajuan
yang sangat pesat. Dalam hal ini ada semacam kekhawatiran di kalangan ilmuwan dan filsuf,
termasuk juga kalangan agamawan, bahwa kemajuan iptek dapat mengancam eksistensi umat
manusia bahkan alam beserta isinya.
Untuk memahami gerak perkembangan iptek yang sedemikian itulah, maka kehadiran filsafat
ilmu sebagai upaya meletakkan kembali peran dan fungsi iptek sesuai dengan tujuan semula,
yakni mendasarkan diri terhadap kebahagiaan umat manusia, sangat diperlukan.

B. Permasalahan
1. Ilmu pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu
sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara umum.
2. Perhatian terhadap problem-problem mendasar ilmu pengetahuan.

C. Tujuan
1. Sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang kritis terhadap kegiatan ilmiah.
2. Berusaha merefleksi, menguji, mengkritik asumsi dan metode keilmuan.
3. Memberi pendasaran logis terhadap metode keilmuan.

D. Manfaat
1. Memungkinkan terjalinnya kerja sama yang harmonis untuk memecahkan persoalan-
persoalan kemanusiaan.
2. Menyadarkan seorang ilmuwan agar tidak terjebak kedalam pola pikir menara gading.
A. Pengertian
Filsafat secara etimologis berasal dari bahasa yunani philosophia, philos artinya
suka,cinta atau kecenderungan akan sesuatu, sedangkan sophia artinya kebijaksanaan. Dengan
demikian secara sederhana fisafat dapat diartikan cinta atau kecenderungan pada kebijaksanaan.
Prinsip-prinsip pokok bidang filsafat meliputi :
1. Ontologis adalah ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu yang berwujud dengan
berdasarkan pada logika.
2. Epistemologis adalah teori pengetahuan.
3. Aksiologis adalah teori nilai.
Ketiga bidang utama filsafat diatas merupakan landasan pengembangan ilmu
pengetahuan. Landasan ontologis berkaitan dengan hakekat ilmu. Landasan epistemologis
berkaitan dengan aspek-aspek metodologis. Landasan aksiologis berkaitan dengan dampak ilmu
bai umat manusia.
Sedangakan istilah ilmu dalam pengertian klasik dipahami sebagai pengetahuan tentang
sebab akibat atau asal usul. Istilah pengetahuan biasanya dilawankan dengan pengertian opini,
sedang istilah sebab diambil dari kata yunani aitia, yakni prinsip pertama. Ilmu pengetahuan
menurut Auguste Comte digolongkan menjadi 6 meliputi :
1. Ilmu pasti (matematika)
2. Ilmu perbintangan (astronomi)
3. Ilmu alam (fisika)
4. Ilmu kimia
5. Ilmu hayat
6. Ilmu sosial
Klasifikasi ilmu yang dikemukakan diatas membuka cakrawala pengetahuan kita bahwa
ilmu bukanlah barang jadi yang hanya selesai dalam satu kali proses, melainkan merupakan
sebuah perjalanan panjang yang terus-menerus dilihat dan ditinjau kembali.
Defenisi filsafat ilmu yang dianggap paling representatif dikemukakan oleh empat
pendapat yaitu.
1. Robert Ackerman : filsafat ilmu adalah sebuah tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat
ilmiah dewasa ini yang dibandingkan dengan pendapat-pendapat terdahulu yang telah
dibuktikan.
2. Lewis White Beck : filsafat ilmu itu mempertanyakan dan menilai metode-metode
pemikiran ilmiah, serta mencoba menetapkan nilai dan pentingnya usaha ilmiah sebagai
suatu keseluruhan.
3. Cornelius Benjamin : filsafat ilmu merupakan cabang pengetahuan filsafati yang menelaah
sistematis mengenai sifat dasar ilmu, metode-metodenya, konsep-konsepnya dan
praanggapan-praanggapannya serta letaknya dalam kerangka umum dari cabang
pengetahuan intelektual.
4. May Brodbeck : filsafat ilmu itu sebagai analisis yang netral secara etnis dan filsafati,
pelukisan dan penjelasan mengenai landasan-landasan ilmu.
B. Sejarah
Pada zaman yunani kuno, filsafat identik dengan ilmu pengetahuan, artinya antara
pemikiran filsafat dan ilmu pengetahuan pada waktu itu tidak dipisahkan. Semua hasil
pemikiran manusia pada masa itu disebut filsafat. Pada abad pertengahan terjadi perubahan,
filsafat pada zaman ini identik dengan agama, artinya pemikiran filsafat pada waktu itu menjadi
satu dengan dogma gereja (agama). Munculnya renaissans pada abad ke 15 Aufklaerung di abad
ke 18 membawa perubahan pandangan terhadap filsafat. Filsafat memisahkan diri dari agama,
orang mulai bebas mengeluarkan pendapat filsafat pada zaman modern tetap sekuler, namun
sekarang filsafat ditinggalkan oleh ilmu pengetahuan. Artinya ilmu pengetahuan sebagai anak-
anak filsafat berdiri sendiri dan terpecah menjadi berbagai cabang. Cabang-cabang ilmu
berkembang dengan cepat. Bahkan memecah diri dalam berbagai spesialisasi dan sub-
spesialisasi pada abad 20.
C. Perkembangan
Perkembangan sejarah filsafat dapat dibagi dalam empat periodesasi diantaranya.
1. Zaman Yunani Kuno ( Abad 6 SM – 6 M )
Kelahiran pemikiran filsafat diawali pada abad ke 6 sebelum masehi yang ditandai oleh
runtuhnya mite-mite dan dongeng-dongeng yang selama ini menjadi pembenaran terhadap
setiap gejala alam. Manusia pada waktu melalui mite-mite mencari keterangan tentang asal
usul alam semesta dan tentang kejadian yang berlangsung didalamnya. Ciri pemikiran
filsafati pada zaman ini disebut kosmosentris. Para filsuf pada masa ini mempertanyakan
asal usul alam semesta dan jagad raya.
2. Zaman Pertengahan (6 – 16 M)
Zaman pertengahan di eropa adalah zaman keemasan bagi kekristenan. Abad pertengahan
selalu dibahas sebagai zaman yang khas, karena dalam abad-abad itu perkembangan alam
pikiran eropa sangat terkendala oleh keharusan untuk disesuaikan dengan ajaran agama.
Filsafat zaman pertengahan biasanya dipandang terlampau seragam, dan lebih dari itu
dipandang seakan-akan tidak penting bagi sejarah pemikiran sebenarnya. Ciri pemikiran
pada zaman ini disebut teosentris. Para filsuf pada masa ini memakai pemikiran filsafat
untuk memperkuat dogma-dogma agama kristiani.
3. Zaman Renaissans (14 – 16 M)
Peralihan zaman pertengahan ke zaman modern ditandai oleh suatu era yang disebut dengan
Renaissans. Renaissans adalah suatu zaman yang sangat menaruh perhatian dalam bidang
sani lukis, patung, arsitektur, musik, sastra, filsafat, ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada
zaman ini berbagai gerakan bersatu untuk menentang pola pemikiran abad pertengahan yang
dogmatis, sehingga melahirkan suatu perubahan revolusioner dalam pemikiran manusai dan
membentuk suatu pola pemikiran baru dalam filsafat.
4. Zaman Modern (17 – 19 M)
Filsafat modern yang kelahirannya di dahului oleh suatu periode yang disebut dengan
renaissans dan dimatangkan oleh gerakan aufklaerung di abad ke 18 itu, didalamnya
mengandung dua hal yang sangat penting.
a. Semakin berkurannya kekuasaan gereja
b. Semakin bertambahnya kekuasaan ilmu pengetahuan
Para filsuf pada zaman ini menjadikan manusia sebagai pusat analisis filsafat, sehingga
lazim disebut dengan corak antroposentrisme. pengaruh dari gerakan renaissans dan
aufklaerung itu telah menyebabkan peradaban dan kebudayaan modern berkembang dengan
pesat dan semakin bebas dari pengaruh otoritas dogma-dogma gereja. Sehingga muncullah
aliran filsafat yang berbeda, bahkan saling bertentangan.
a. Rasionalisme
Yaitu aliran filsafat yang corak berpikirnya mengandalkan atau berdasarkan atas
kemampual akal.
b. Empirisme
yaitu aliran filsafat yang menganggap bahwa sumberpengetahuan yang memadai itu
ialah pengalaman.
c. Kritisme
Yaitu aliran filsafat yang memadukan kedua macam unsur dalam filsafat rasionalisme
dan empirisme dalam suatu hubungan yang seimbang, yang satu tidak terpisah dengan
yang lain.
d. Idealisme
Menganggap bahwa keyakinan terhadap arti dan pemikiran dalam struktur dunia
merupakan intuisi dasar.
e. Positivisme
Menganggap bahwa pengamatan dengan teori berjalan seiring.
f. Marxisme
Mengajarkan bahwa sejarah dijalankan oleh suatu hukum-hukum sosial ekonomis dan
hukum ini tidak merupakan suatu yang mengatasi manusia dan dunia, melainkan justru
merupakan hasil kerja dan perjuangan manusia sendiri.
5. Zaman kontemporer (abad ke 20 dan seterusnya)
Tema yang menguasai refleksi filosofis dalam abad ke 20 ini adalah pemikiran tentang
bahasa.sebagian besar pemikir abad ke 20 pernah menulis tentang bahasa. Ungkapan filsafat
bukanlah membuat pernyataan-pernyataan tentang sesuatu yang khusus sebagaimana yang
diperbuat para filsuf sebelumnya,melainkan memecahkan persoalan yang timbul akibat
ketidakpaham terhadap bahasa logika. Ciri pokok pemikiran zaman ini ialah logosentris,
artinya teks menjadi tema sentral diskursus para filosof.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara singkat dapat ditegaskan bahwa pemikiran filsafat berkembang sebagai reaksi terhadap
mitos dan sikap dogmatis, yang melahirkan pemikiran rasional. Para filsuf yunani menerangkan
asal-usul dan kejadian alam semesta berdasarkan analisis pemikiran rasional,padahal manusia
zaman itu belum mampu melepaskan diri mereka dari belenggu mitos. Demikian juga halnya
dengan kelahiranfilsafat modern yang dirintis sejak renaissans dan auklaerung merupakan reaksi
terhadap pemikiranfilsafat abad pertengahan yang bersifat teologis dogmatis.sehingga upaya
mengontrol perkembangan ilmu pengetahuan kedalam sekat-sekat agama mengalami kegagalan,
terjadilah sekularisasi ilmu yang memisahkan antara aktivitas ilmiah dan aktivitas keagamaan.
Pada abad ke 20 kelahiran postmodernisme juga sebagai reaksi terhadap pemikiran modern
yang juga telah berubah menjadi mitos baru, padahal kenyataannya banyak agenda kemanusiaan
yang masih membutuhkan pemikiran-pemikiran baru.
DAFTAR PUSTAKA
Mustansyir, Rizal & Misnal, Munir, 2010, Filsafat Ilmu cetakan ke-3, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

You might also like