You are on page 1of 21

BAB I

PENDAHULUAN

Di dalam menghadapi kasus kriminal, pemakaian senjata api sebagai alat


yang dimaksudkan untuk melukai atau mematikan seseorang, maka dokter sebagai
orang yang melakukan pemeriksaan, khususnya atas diri korban, perlu secara hati-
hati, cermat dan teliti dalam menafsirkan hasil yang didapatnya.1
Di dalam dunia kriminal, senjata api yang biasa dipergunakan adalah senjata
genggam beralur, sedangkan senjata api dengan laras panjang dan senjata yang
biasa dipakai untuk olahraga berburu yang larasnya tidak beralur jarang dipakai
untuk maksud kriminal.2 Senjata genggam yang banyak dipergunakan untuk
maksud kriminal dapat dibagi dalam dua kelompok, dimana dasar pembagian
berikut adalah arah perputaran alur yang terdapat dalam laras senjata yaitu senjata
api dengan alur ke kiri yang dikenal dengan senjata api tipe COLT dan senjata api
dengan alur ke kanan yang dikenal dengan senjata api tipe Smith & Wesson (tipe
SW).1,3 Jenis senjata api yang digunakan dapat diketahui dari anak peluru yang
terdapat pada tubuh korban, yaitu adanya goresan dan alur yang memutar kearah
kanan atau kiri bila dilihat dari bagian basis anak peluru.1
Luka tembak merupakan penyebab kematian akibat kejahatan yang paling
umum di Amerika Serikat. Luka tembak paling umum dijumpai sebagai penyebab
kematian adalah akibat pembunuhan dan di beberapa daerah bagiannya adalah
akibat bunuh diri. Di Amerika Serikat pertahunnya diperkirakan terdapat sekitar
70.000 jiwa korban luka tembak dengan kasus kematian sekitar 30.000 jiwa.
Biaya medis, legal, dan emosional akibat kejahatan tersebut menjadi suatu beban
berat bagi rumah sakit, sistem peradilan, keluarga, dan masyarakat pada
umumnya. Evaluasi mengenai luka tersebut memerlukan latihan khusus dan
keahlian baik oleh seorang dokter yang menangani bagian kegawatdaruratan
korban luka tembak maupun para ahli patologi dan forensik.1,3,4
Untuk dapat menjalankan tugas dan fungsi sebagai pemeriksa, maka
dokter harus menjelaskan berbagai hal, diantaranya apakah luka tersebut memang
luka tembak, yang mana luka tembak masuk dan yang mana yang keluar, jenis
senjata yang dipakai, jarak tembak, arah tembakan, perkiraan posisi korban

1
sewaktu ditembak, berapa kali korban ditembak, dan luka tembak mana yang
menyebabkan kematian.1
Dalam memberikan pendapat atau kesimpulan dalam visum et repertum,
tidak dibenarkan menggunakan istilah pistol atau revolver karena perkataan pistol
mengandung pengertian bahwa senjatanya termasuk otomatis atau semi otomatis,
sedangkan revolver berarti anak peluru berada dalam silinder yang akan memutar
jika tembakan dilepaskan. Oleh karena dokter tidak melihat peristiwa
penembakannya, maka yang akan disampaikan adalah; senjata api kaliber 0,38
dengan alur ke kiri dan sebagainya.1

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Arti Klinis Luka Tembak


Dalam praktek banyak terdapat hal tentang luka tembak masuk pada tubuh
manusia. Seperti kita ketahui kulit terdiri dari lapisan epidermis, dermis dan
subkutis. Jika dilihat dari elastisitasnya, epidermis kurang elastis bila
dibandingkan dengan dermis. Bila sebutir peluru menembus tubuh, maka cacat
pada epidermis lebih luas dari pada dermis. Diameter luka pada epidermis kurang
lebih sama dengan diameter anak peluru, sedangkan diameter luka pada dermis
lebih kecil. Keadaan tersebut dikenal sebagai kelim memar (contusio ring).2,4

II.2. Klasifikasi Senjata Api


Senjata api adalah suatu senjata yang menggunakan tenaga hasil peledakan
mesiu, dapat melontarkan proyektil (anak peluru) yang berkecepatan tinggi
melalui larasnya.1 Proyektil yang dilepaskan dari suatu tembakan dapat tunggal,
dapat pula tunggal berurutan secara otomatis maupun dalam jumlah tertentu
bersama – sama.1 Senjata api dapat dikelompokan menjadi:
A. Berdasarkan Panjang Laras:
1. Laras pendek.3
 Revolver, Mempunyai metal drum (tempat penyimpanan 6 peluru) yang
berputar (revolve) setiap kali trigger ditarik dan menempatkan peluru baru
pada posisi siap untuk di tembakkan.
 Pistol, peluru disimpan dalam sebuah silinder yang diputar dengan menarik
picunya.

Gambar 1. Senjata api laras pendek

3
2. Laras panjang3
Senjata ini berkekuatan tinggi dengan daya tembak sampai 3000 m,
mempergunakan peluru yang lebih panjang. Dibagi menjadi dua yaitu:
 Senapan tabur : Senapan tabur dirancang untuk dapat memuntahkan butir-
butir tabur ganda lewat larasnya, sedangkan senapan dirancang untuk
memuntahkan peluru tunggal lewat larasnya, moncong senapan halus dan
tidak terdapat rifling.
 Senapan untuk menyerang: Senapan ini mengisi pelurunya sendiri,
mampu melakukan tembakan otomatis sepenuhnya, mempunyai kapasitas
magasin yang besar dan dilengkapi ruang ledak untuk peluru senapan
dengan kekuatan sedang (peluru dengan kekuatan sedang antara peluru
senapan standard dan peluru pistol).4

Gambar 2. Senjata api laras panjang


B. Berdasarkan Alur Laras
1. Laras beralur (Rifled bore)
Agar anak peluru dapat berjalan stabil dalam lintasannya, permukaan
dalam laras dibuat beralur spiral dengan diameter yang sedikit lebih kecil dari
diameter anak peluru, sehingga anak peluru yang didorong oleh ledakan mesiu,
saat melalui laras, dipaksa bergerak maju sambil berputar sesuai porosnya, dan
ini akan memperoleh gaya sentripetal sehingga anak peluru tetap dalam posisi
ujung depannya di depan dalam lintasannya setelah lepas laras menuju sasaran.
Alur laras ini dibagi menjadi dua yaitu, arah putaran ke kiri (COLT) dan arah
putaran ke kanan (Smith and Wesson).3,4

4
Gambar 3. Senjata api beralur

2. Laras tak beralur atau laras licin (Smooth bore)


Senjata api jenis ini dapat melontarkan anak peluru dalam jumlah banyak pada
satu kali tembakan. Contohnya adalah shot gun.4,5

II.3. Mekanisme Luka Tembak


Pada luka tembak terjadi efek perlambatan yang disebabkan pada trauma
mekanik seperti pukulan, tusukan, atau tendangan, hal ini terjadi akibat adanya
transfer energi dari luar menuju jaringan. Kerusakan yang terjadi pada jaringan
tergantung pada absorpsi energi kinetiknya, yang juga akan menghamburkan
panas, suara serta gangguan mekanik yang lainya.2,4 Energi kinetik ini akan
mengakibatkan daya dorong peluru ke suatu jaringan sehingga terjadi laserasi,
kerusakan sekunder terjadi bila terdapat ruptur pembuluh darah atau struktur
lainnya dan terjadi luka yang sedikit lebih besar dari diameter peluru.
Jika kecepatan melebihi kecepatan udara, lintasan dari peluru yang
menembus jaringan akan terjadi gelombang tekanan yang mengkompresi jika
terjadi pada jaringan seperti otak, hati ataupun otot akan mengakibatkan
kerusakan dengan adanya zona-zona disekitar luka.4 Dengan adanya lesatan
peluru dengan kecepatan tinggi akan membentuk rongga disebabkan gerakan
sentrifugal pada peluru sampai keluar dari jaringan dan diameter rongga ini lebih
besar dari diameter peluru, dan rongga ini akan mengecil sesaat setelah peluru
berhenti, dengan ukuran luka tetap sama. Organ dengan konsistensi yang padat
tingkat kerusakan lebih tinggi daripada organ berongga. Efek luka juga
berhubungan dengan gaya gravitasi. Pada pemeriksaan harus dipikirkan adanya
kerusakan sekunder seperti infark atau infeksi.4,6

5
Gambar 4. Mekanisme luka tembak

II.4. Klasifikasi Luka Tembak


Pada klasifikasi luka tembak yang diperlukan adalah jarak tembak atau jarak
antara moncong senjata dengan targetnya yaitu tubuh korban. Berdasarkan ciri-
ciri yang khas pada setiap tembakan yang dilepaskan dari berbagai jarak, maka
perkiraan jarak tembak dapat diketahui, dengan demikian dapat dibuat
klasifikasinya. Klasifikasi yang dimaksud antara lain :1,3
A. Luka Tembak Masuk
1. Luka tembak masuk tempel (contact wounds)
a. Terjadi bila moncong senjata ditekan pada tubuh korban dan ditembakkan.
Bila tekanan pada tubuh erat disebut “hard contact”, sedangkan yang tidak
erat disebut “soft contact”.
b. Umumnya luka berbentuk bundar yang dikelilingi kelim lecet yang sama
lebarnya pada setiap bagian.
c. Di sekeliling luka tampak daerah yang bewarna merah atau merah coklat,
yang menggambarkan bentuk dari moncong senjata, ini disebut jejas laras.
d. Rambut dan kulit di sekitar luka dapat hangus terbakar.
e. Saluran luka akan bewarna hitam yang disebabkan oleh butir-butir mesiu,
jelaga dan minyak pelumas.
f. Tepi luka dapat bewarna merah, oleh karena terbentuknya COHb.
g. Bentuk luka tembak tempel sangat dipengaruhi oleh keadaan / densitas
jaringan yang berada di bawahnya, dengan demikian dapat dibedakan :
 Luka tembak tempel di daerah dahi
 Luka tembak tempel di daerah pelipis
 Luka tembak tempel di daerah perut

6
h. Luka tembak tempel di daerah dahi mempunyai ciri :
 Luka berbentuk bintang: Bentuk bintang tersebut disebabkan oleh tenaga
tembakan yang diteruskan ke segala arah, fragmen-fragmen tulang yang
terbentuk turut terdorong keluar dan menimbulkan robekan-robekan baru
yang dimulai dari pinggir luka dan menyebar secara radier.
 Terdapat jejak laras
i. Luka tembak tempel di daerah pelipis mempunyai ciri :
 Luka berbentuk bundar
 Terdapat jejas laras
j. Luka tembak tempel di daerah perut mempunyai ciri :
 Luka berbentuk bundar
 Kemungkinan besar tidak terdapat jejas laras

Gambar 5. Luka tembak tempel ,3

2. Luka tembak masuk jarak dekat (close range wounds)


Pengertian jarak dekat bila jarak antara moncong senjata dengan tubuh korban
sekitar 50 cm (24 inci) sampai 15 cm. Ciri dari luka tembak ini adalah: 3,4
a. Luka berbentuk bundar atau oval tergantung sudut masuknya peluru, dengan
di sekitarnya terdapat bintik-bintik hitam (kelim tato) dan atau jelaga (kelim
jelaga).
b. Di sekitar luka dapat ditemukan daerah yang bewarna merah atau hangus
terbakar.
c. Bila terdapat kelim tato, berarti jarak antara moncong senjata dengan korban
sekitar 60 cm (50-60 cm), yaitu untuk senjata genggam.
d. Bila terdapat pula kelim jelaga, jaraknya sekitar 30 cm (25-30 cm).

7
e. Bila terdapat juga kelim api, maka jarak antara moncong senjata dengan
korban sekitar 15 cm.

Gambar 6. Luka Tembak Jarak Dekat


3. Luka tembak masuk jarak jauh (long range wound)1, 2,3
Luka tembak jarak jauh adalah luka tembak dimana jarak antara moncong
senjata dengan korban diatas 50 cm, atau diluar jarak tempuh atau jangkauan
butir-butir mesiu.
a. Terjadi bila jarak antara moncong senjata dengan tubuh korban di luar
jangkauan atau jarak tempuh butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau
terbakar sebagian.
b. Luka berbentuk bundar atau oval dengan disertai adanya kelim lecet.
c. Bila senjata sering dirawat (diberi minyak) maka pada kelim lecet dapat
dilihat pengotoran bewarna hitam berminyak, jadi ada kelim kesat atau
kelim lemak.

Gambar 7. Luka Tembak Jarak Jauh

B. Luka Tembak Keluar


Jika peluru yang ditembakan dari senjata api mengenai tubuh korban dan
kekuatannya masih cukup untuk menembus dan keluar pada bagian tubuh lainnya,
maka luka tembak dimana peluru meninggalkan tubuh itu disebut luka tembak
keluar. Bilamana peluru yang masuk ke dalam tubuh korban tidak terbentur pada
tulang, maka saluran luka yang terbentuk yang menghubungkan luka tembak

8
masuk dan luka tembak keluar dapat menunjukkan arah datangnya peluru yang
dapat disesuaikan dengan arah tembakan.1
Luka tembak keluar mempunyai ciri khusus yang sekaligus sebagai
perbedaan pokok dengan luka tembak masuk. Ciri tersebut adalah tidak adanya
kelim lecet pada luka tembak keluar, dengan tidak adanya kelim lecet, kelim-
kelim lainnya juga tentu tidak ditemukan.1,3
Ciri lain dari luka tembak keluar yang dapat dikatakan agak khas, oleh
karena hampir semua luka tembak keluar memiliki ciri ini, adalah luka tembak
keluar pada umumnya lebih besar dari luka tembak masuk.1,3

Gambar 8. Luka tembak keluar


Adapun faktor –faktor yang menyebabkan luka tembak keluar lebih besar dari
luka tembak masuk adalah :1
 Perubahan luas peluru, oleh karena terjadi deformitas sewaktu peluru berada
dalam tubuh dan membentur tulang.
 Peluru sewaktu berada dalam tubuh mengalami perubahan gerak, misalnya
karena terbentur bagian tubuh yang keras, peluru bergerak berputar dari ujung
ke ujung (end to end), keadaan ini disebut “tumbling”.
 Pergerakan peluru yang lurus menjadi tidak beraturan, disebut “yawing”.
 Peluru pecah menjadi beberapa fragmen. Fragmen-fragmen ini menyebabkan
luka tembak keluar menjadi lebih besar.
 Bila peluru mengenai tulang dan fragmen tulang tersebut turut terbawa keluar,
maka fragmen tulang tersebut akan membuat robekan tambahan sehingga akan
memperbesar luka tembak keluarnya.
 Pada beberapa keadaan luka tembak keluar lebih kecil dari luka tembak masuk,
hal ini disebabkan :1

9
 Kecepatan atau velocity peluru sewaktu akan menembus keluar berkurang,
sehingga kerusakannya (lubang luka tembak keluar) akan lebih kecil, perlu
diketahui bahwa kemampuan peluru untuk dapat menimbulkan kerusakan
berhubungan langsung dengan ukuran peluru dan velocity.
 Adanya benda menahan atau menekan kulit pada daerah dimana peluru akan
keluar yang berarti menghambat kecepatan peluru, luka tembak keluar akan
lebih kecil bila dibandingkan dengan luka tembak masuk.
Beberapa variasi luka tembak keluar 1
 Luka tembak keluar sebagian (partial exit wound), hal ini dimungkinkan oleh
karena tenaga peluru tersebut hampir habis atau ada penghalang yang menekan
pada tempat dimana peluru akan keluar, dengan demikian luka dapat hanya
berbentuk celah dan tidak jarang peluru tampak menonjol sedikit pada celah
tersebut.
 Jumlah luka tembak keluar lebih banyak dari jumlah peluru yang ditembakkan,
ini dimungkinkan karena :
o Peluru pecah dan masing-masing pecahan membuat sendiri luka tembak
keluar.
o Peluru menyebabkan ada tulang yang patah dan tulang tersebut terdorong
keluar pada tempat yang berbeda dengan tempat keluarnya peluru.
o Dua peluru masuk ke dalam tubuh melalui satu luka tembak masuk
(“tandem bullet injury”), dan di dalam tubuh ke dua peluru tersebut berpisah
dan keluar melalui tempat yang berbeda.

II.5. Efek Luka Tembak


Pada saat seseorang melepaskan tembakan dan kebetulan mengenai sasaran
yaitu tubuh korban, maka pada tubuh korban tersebut akan didapatkan perubahan
yang diakibatkan oleh berbagai unsur atau komponen yang keluar dari laras
senjata api tersebut.1,3 Adapun komponen atau unsur-unsur yang keluar pada setiap
penembakan adalah:1,4
 anak peluru
 butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar
 asap atau jelaga

10
 api
 partikel logam
Bila senjata yang dipergunakan sering diberi minyak pelumas, maka minyak
yang melekat pada anak peluru dapat terbawa dan melekat pada luka. Bila
penembakan dilakukan dengan posisi moncong senjata menempel dengan erat
pada tubuh korban, maka akan terdapat jejas laras. Selain itu bila senjata yang
dipakai termasuk senjata yang tidak beralur (smooth bore), maka komponen yang
keluar adalah anak peluru dalam satu kesatuan atau tersebar dalam bentuk pellet,
tutup dari peluru itu sendiri juga dapat menimbulkan kelainan dalam bentuk
luka.1,4 Komponen atau unsur-unsur yang keluar pada setiap peristiwa
penembakan akan menimbulkan kelainan pada tubuh korban sebagai berikut:1,3,4
1) Akibat anak peluru (bullet effect): luka terbuka.
Luka terbuka yang terjadi dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu:
 Kecepatan
 Posisi peluru pada saat masuk ke dalam tubuh
 Bentuk dan ukuran peluru
 Densitas jaringan tubuh di mana peluru masuk
Peluru yang mempunyai kecepatan tinggi (high velocity), akan
menimbulkan luka yang relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan peluru
yang kecepatannya lebih rendah (low velocity). Kerusakan jaringan tubuh akan
lebih berat bila peluru mengenai bagian tubuh yang densitasnya lebih besar.
Pada organ tubuh yang berongga seperti jantung dan kandung kencing, bila
terkena tembakan dan kedua organ tersebut sedang terisi penuh (jantung dalam
fase diastole), maka kerusakan yang terjadi akan lebih hebat bila dibandingkan
dengan jantung dalam fase sistole dan kandung kencing yang kosong; hal
tersebut disebabkan karena adanya penyebaran tekanan hidrostatik ke seluruh
bagian.
Mekanisme terbentuknya luka dan kelim lecet akibat anak peluru:
a. Pada saat peluru mengenai kulit, kulit akan teregang
b. Bila kekuatan anak peluru lebih besar dari kulit maka akan terjadi robekan

11
c. Oleh karena terjadi gerakan rotasi dari peluru (pada senjata yang beralur
atau rifle bore), terjadi gesekan antara badan peluru dengan tepi robekan
sehingga terjadi kelim lecet (abrasion ring)
d. Oleh karena tenaga penetrasi peluru dan gerakan rotasi akan diteruskan ke
segala arah, maka sewaktu anak peluru berada dan melintas dalam tubuh
akan terbentuk lubang yang lebih besar dari diameter peluru
e. Bila peluru telah meninggalkan tubuh atau keluar, lubang atau robekan yang
terjadi akan mengecil kembali, hal ini dimungkinkan oleh adanya elastisitas
dari jaringan
f. Bila peluru masuk ke dalam tubuh secara tegak lurus maka kelim lecet yang
terbentuk akan sama lebarnya pada setiap arah
g. Peluru yang masuk secara membentuk sudut atau serong akan dapat
diketahui dari bentuk kelim lecet
h. Kelim lecet paling lebar merupakan petunjuk bahwa peluru masuk dari arah
tersebut
i. Pada senjata yang dirawat baik, maka pada klim lecet akan dijumpai
pewarnaan kehitaman akibat minyak pelumas, hal ini disebut kelim kesat
atau kelim lemak (grease ring/ grease mark)
j. Bila peluru masuk pada daerah di mana densitasnya rendah, maka bentuk
luka yang terjadi adalah bentuk bundar, bila jaringan di bawahnya
mempunyai densitas besar seperti tulang, maka sebagian tenaga dari peluru
disertai pula dengan gas yang terbentuk akan memantul dan mengangkat
kulit di atasnya, sehingga robekan yang tejadi menjadi tidak beraturan atau
berbentuk bintang
k. Perkiraan diameter anak peluru merupakan penjumlahan antara diameter
lubang luka ditambah dengan lebar kelim lecet yang tegak lurus dengan arah
masuknya peluru
l. Peluru yang hanya menyerempet tubuh korban akan menimbulkan robekan
dangkal, disebut bullet slap atau bullet graze
m. Bila peluru menyebabkan luka terbuka dimana luka tembak masuk bersatu
dengan luka tembak keluar, luka yang terbentuk disebut gutter wound

12
2) Akibat butir-butir mesiu (gunpowder effect): tattoo, stipling
a. Butir – butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar akan masuk
ke dalam kulit
b. Daerah di mana butir-butir mesiu tersebut masuk akan tampak berbintik-
bintik hitam dan bercampur dengan perdarahan
c. Oleh karena penetrasi butir mesiu tadi cukup dalam, maka bintik-bintik
hitam tersebut tidak dapat dihapus dengan kain dari luar
d. Jangkauan butir-butir mesiu untuk senjata genggam berkisar sekitar 60 cm
e. Black powder adalah butir mesiu yang komposisinya terdiri dari nitrit,
tiosianat, tiosulfat, kalium karbonat, kalium sulfat, kalium sulfida,
sedangkan smoke less powder terdiri dari nitrit dan selulosa nitrat yang
dicampur dengan karbon dan gravid
3) Akibat asap (smoke effect): jelaga
a. Oleh karena setiap proses pembakaran itu tidak sempurna, maka terbentuk
asap atau jelaga
b. Jelaga yang berasal dari black powder komposisinya CO2 (50%) nitrogen
35%, CO 10%, hydrogen sulfide 3%, hydrogen 2 % serta sedikit oksigen
dan methane
c. Smoke less powder akan menghasilkan asap yang jauh lebih sedikit
d. Jangkauan jelaga untuk senjata genggam berkisar sekitar 30 cm
e. Oleh karena jelaga itu ringan, jelaga hanya menempel pada permukaan kulit,
sehingga bila dihapus akan menghilang.
4) Akibat api (flame effect): luka bakar
a. Terbakarnya butir-butir mesiu akan menghasilkan api serta gas panas yang
akan mengakibatkan kulit akan tampak hangus terbakar (scorching,
charring)
b. Jika tembakan terjadi pada daerah yang berambut, maka rambut akan
terbakar
c. Jarak tempuh api serta gas panas untuk senjata genggam sekitar 15 cm,
sedangkan untuk senjata yang kalibernya lebih kecil, jaraknya sekitar 7,5
cm

13
5) Akibat partikel logam (metal effect): fouling
a. Oleh karena diameter peluru lebih besar dari diameter laras, maka sewaktu
peluru bergulir pada laras yang beralur akan terjadi pelepasan partikel logam
sebagai akibat pergesekan tersebut
b. Partikel atau fragmen logam tersebut akan menimbulkan luka lecet atau luka
terbuka dangkal yang kecil-kecil pada tubuh korban
c. Partikel tersebut dapat masuk ke dalam kulit atau tertahan pada pakaian
korban.
6) Akibat moncong senjata (muzzle effect): jejas laras
a. Jejas laras dapat terjadi pada luka tembak tempel, baik luka tembak tempel
yang erat (hard contact) maupun yang hanya sebagian menempel (soft
contact)
b. Jejas laras dapat terjadi bila moncong senjata ditempelkan pada bagian
tubuh, dimana di bawahnya ada bagian yang keras (tulang)
c. Jejas laras terjadi oleh karena adanya tenaga yang terpantul oleh tulang dan
mengangkat kulit sehingga terjadi benturan yang cukup kuat antara kulit dan
moncong senjata
d. Jejas laras dapat pula terjadi jika si penembak memukulkan moncong
senjatanya dengan cukup keras pada tubuh korban, akan tetapi hal ini jarang
terjadi
e. Pada hard contact, jejas laras tampak jelas mengelilingi lubang luka,
sedangkan pada soft contact, jejas laras sebetulnya luka lecet tekan tersebut
akan tampak sebagian sebagai garis lengkung
f. Bila pada hard contact tidak akan dijumpai kelim jelaga atau kelim tato,
oleh karena tertutup rapat oleh laras senjata, maka pada soft contact jelaga
dan butir mesiu ada yang keluar melalui celah antara moncong senjata dan
kulit, sehingga terdapat adanya kelim jelaga dan kelim tato.
7) Pengaruh pakaian pada luka tembak masuk 1,5
Jika tembakan mengenai tubuh korban yang ditutup pakaian, dan pakaiannya
cukup tebal, maka dapat terjadi:
 Asap, butir-butir mesiu dan api dapat tertahan pakaian
 Fragmen atau partikel logam dapat tertahan oleh pakaian

14
 Serat-serat pakaian dapat terbawa oleh peluru dan masuk ke dalam lubang
luka tembak

II.6. Deskripsi Luka Tembak


Kepentingan medikolegal deskripsi yang adekuat dari luka senjata api
bergantung pada besarnya potensi seorang korban meninggal. Jika korban masih
hidup, deskripsi singkat dan tidak terlalu detail. Dokter mempunyai tanggung
jawab yang utama untuk memberikan penatalaksanaan gawat darurat.
Membersihkan luka, membuka dan mengeksplorasi, debridement dan
menutupnya, kemudian membalut adalah bagian penting dari merawat pasien bagi
dokter. Penggambaran luka secara detail akan dilakukan nanti, setelah semua
kondisi gawat darurat dapat disingkirkan. Oleh karena singkatnya waktu yang
dimiliki untuk mempelajari medikolegal, seringkali dokter merasa tidak
mempunyai kewajiban untuk mendeskripskan luka secara detail. Deskripsi luka
yang minimal untuk pasien hidup terdiri dari : Lokasi luka, ukuran dan bentuk
defek, lingkaran abrasi, lipatan kulit yang utuh dan robek, bubuk hitam sisa
tembakan (jika ada), tato (jika ada), dan bagian yang ditembus/dilewati. 1,2,4
Penatalaksanaan luka, termasuk debridement, penjahitan, pengguntingan rambut,
pembalutan, drainase, dan operasi perluasan luka.
Pada korban mati, tidak ada tuntutan dalam mengatasi gawat darurat.
Meskipun demikian, tubuhnya dapat saja sudah mengalami perubahan akibat
penanganan gawat darurat dari pihak lain. Sebagai tambahan, tubuh bisa berubah
akibat perlakuan orang-orang yang mempersiapkan tubuhnya untuk dikirimkan
kepada pihak yang bertanggung jawab untuk menerimanya. Di lain pihak, tubuh
mungkin sudah dibersihkan, bahkan sudah disiapkan untuk penguburan, luka
sudah ditutup dengan lilin atau material lain. Penting untuk mengetahui siapa dan
apa yang telah dikerjakannya terhadap tubuh korban, untuk mengetahui gambaran
luka.
a. Jarak Tembakan
Efek gas, bubuk mesiu, dan anak peluru terhadap target dapat digunakan dalam
keilmuan forensik untuk memperkirakan jarak target dari tembakan dilepaskan.
Perkiraan tersebut memiliki kepentingan sebagai berikut : untuk membuktikan

15
atau menyangkal tuntutan; untuk menyatakan atau menyingkirkan
kemungkinan bunuh diri; membantu menilai ciri alami luka akibat kecelakaan.
Meski kisaran jarak tembak tidak dapat dinilai dengan ketajaman absolut, luka
tembak dapat diklasifikasikan sebagai luka tembak jarak dekat, sedang, dan
jauh. 1,2,4
b. Arah Tembakan
Luka tembak yang tepat akan membentuk lubang yang sirkuler serta perubahan
warna pada kulit, jika sudut penembakan olique akan mengakibatkan luka
tembak berbentuk ellips, panjang luka dihubungkan dengan pengurangan sudut
tembak. Senapan akan memproduksi lebih sedikit kotoran, kecuali jika jarak
dekat. Petunjuk ini berguna untuk pembanding dengan shotgun. Luka tembak
yang disebabkan shotgun dengan sudut olique akan membentuk luka seperti
anak tangga. Jaringan juga berperan serta dalam perubahan gambaran luka
karena adanya kontraksi otot.

II.7. Cara Pengukuran Jarak Tembak Dalam Visum Et Repertum


Bila pada korban terdapat luka tembak masuk dan tampak jelas adanya jejas
laras, kelim api, kelim jelaga atau kelim tato, maka perkiraan penentuan jarak
tembak tidak sulit. Kesulitan timbul bila tidak ada kelim-kelim tersebut selain
kelim lecet.1 Bila terdapat kelim jelaga, berarti korban ditembak dari jarak dekat,
maksimal 30 cm, kelim tato berarti korban ditembak dari jarak dekat, maksimal
60 cm dan seterusnya. Sedangkan kelim api menunjukan bahwa korban ditembak
dari jarak yang sangat dekat sekali, yaitu maksimal 15 cm.

II.8. Pemeriksaan Khusus Pada Luka Tembak Masuk


Pada beberapa keadaan, pemeriksaan terhadap luka tembak masuk, sering
dipersulit oleh adanya pengotoran oleh darah, sehingga pemeriksaan tidak dapat
dilakukan dengan baik.1 Untuk menghadapi penyulit pada pemeriksaan tersebut
dapat dilakukan prosedur sebagai berikut:1
 Luka tembak dibersihkan dengan hydrogen-peroxide 3%
 Setelah 2-3 menit luka tersebut dicuci dengan air, untuk membersihkan busa
yang terjadi dan membersihkan darah.

16
 Dengan pemberian hydrogen-peroxide tadi, luka tembak akan bersih dan
tampak jelas, sehingga deskripsi luka dapat dilakukan dengan akurat.
 Selain secara makroskopik, dapat juga dengan pemeriksaan khusus:
pemeriksaan mikroskopik, pemeriksaan kimiawi, dan pemeriksaan radiologik.1
a) Pemeriksaan Mikroskopik 1,6
Perubahan yang tampak diakibatkan oleh dua faktor, yaitu: trauma mekanik
dan termis, pada luka tembak tempel dan luka tembak jarak dekat perubahan
mikroskopis yang terjadi adalah:
 Kompresi epitel, disekitar luka tampak epitel yang normal dan yang
mengalami kompresi, elongasi, dan menjadi pipihnya sel-sel epidermal serta
elongasi dari inti sel
 Distorsi dari sel epidermis di tepi luka yang dapat bercampur dengan butir-
butir mesiu
 Epitel mengalami nekrosis koagulatif, epitel sembab, vakuolisasi sel-sel
basal
 Akibat panas, jaringan kolagen menyatu dengan pewarnaan HE, akan lebih
banyak mengambil warna biru (basophilic staining)
 Tampak perdarahan yang masih baru dalam epidermis (kelainan ini paling
dominan, dan adanya butir-butir mesiu)
 Sel-sel pada dermis intinya mengerut, vakuolisasi dan piknotik
 Butir-butir mesiu tampak sebagai benda tidak beraturan, berwarna hitam
atau hitam kecoklatan
 Pada luka tembak tempel “hard contact”, permukaan kulit sekitar luka tidak
terdapat butir-butir mesiu atau hanya sedikit sekali; butir-butir mesiu akan
tampak banyak pada lapisan bawahnya, khususnys di sepanjang tepi saluran
luka
 Pada luka tembak tempel “soft contact”, butir-butir mesiu terdapat pada
kulit dan jaringan di bawah kulit
 Pada luka tembak jarak dekat, butir-butir mesiu terutama terdapat pada
permukaan kulit, hanya sedikit yang ada pada lapisan-lapisan kulit.

17
b) Pemeriksaan Kimiawi 1
 Pada “black gun powder” dapat ditemukan kalium, karbon, nitrit, nitrat,
sulfas, sulfat, karbonat, tiosianat dan tiosulfat
 Pada “smokeless gun powder” dapat ditemukan nitrit, dan selulosa-nitrat
 Pada senjata api yang modern, ditemukan timah, barium, antimony, dan
merkuri
 Unsur-unsur kimia yang berasal dari laras senjata dan dari peluru sendiri
dapat ditemukan timah, antimon, nikel, tembaga, bismuth, perak, dan
thalium
 Pemeriksaan atas unsur-unsur tersebut dapat dilakukan terhadap pakaian, di
dalam atau di sekitar luka
 Pada pelaku penembakan, unsur-unsur tersebut dapat dideteksi pada tangan
yang menggenggam senjata
c) Pemeriksaan dengan Sinar-X 1
Pemeriksaan radiologik ini umumnya untuk memudahkan dalam mengetahui
letak peluru dalam tubuh korban.
 Pada “tandem bullet injury” dapat ditemukan dua peluru walaupun luka
tembak masuknya hanya satu.
 Bila pada tubuh korban tampak banyak pellet tersebar, maka dapat
dipastikan bahwa korban ditembak dengan senjata jenis “shotgun”, yang
tidak beralur, dimana dalam satu peluru terdiri dari berpuluh pellet.
 Bila pada tubuh korban tampak satu peluru, maka korban ditembak oleh
senjata api jenis “rifled”.
 Pada keadaan dimana tubuh korban telah membusuk lanjut atau telah rusak,
sehingga pemeriksaan sulit, maka dengan pemeriksaan radiologik ini akan
dengan mudah menentukan kasusnya, yaitu dengan ditemukannya anak
peluru pada foto rontgen
d) Pemeriksaan baju pada korban luka tembak 1,2
Pemeriksaan korban luka tembak tidak lengkap tanpa pemeriksaan defek baju
yang dibuat oleh peluru.
Pada tempat yang sesuai dengan luka tembak masuk 1,5
 Serat-serat pakaian akan terdorong ke dalam.

18
 Bila ditembakan dari jarak dekat atau jarak sangat dekat, dapat terlihat
pengotoran bewarna hitam yang disebabkan oleh butir-butir mesiu yang
tidak terbakar dan akibat jelaga yang menempel pada pakaian.
 Bila senjata dirawat dengan baik maka di tepi dan di bagian pakaian yang
robek terdapat pengotoran oleh minyak pelumas yang berwarna kehitaman.
Pada tempat yang sesuai dengan luka tembak keluar 1,5
 Serat-serat pakaian akan terdorong keluar.
 Di pinggir atau di sekitar robekan mungkin didapatkan pengotoran oleh
darah, atau jaringan tubuh korban yang hancur dan terbawa keluar. Seperti
otak atau serpihan tulang.
 Tepi lubang pada pakaian tampak terangkat, hal ini menunjukkan bahwa
peluru keluar melalui lubang tersebut.

19
BAB III
KESIMPULAN

Luka tembak merupakan suatu cedera pada tubuh yang diakibatkan oleh
senjata api. Senjata api adalah suatu senjata yang menggunakan tenaga hasil
peledakan mesiu, dapat melontarkan proyektil (anak peluru) yang berkecepatan
tinggi melalui larasnya. Berdasarkan panjang larasnya, senjata api ini
dikelompokan menjadi senjata api laras pendak dan senjata api laras panjang,
sedangkan berdasarkan alur pada laras, senjata api dikelompokan menjadi senjata
api baralur dan senjata api tanpa alur.
Pada luka tembak terjadi robekan dan kerusakan jaringan yang diakibatkan
daya dorong peluru dalam menembus jaringan. Luka tembak dikelompokan
menjadi luka tembak masuk dan luka tembak keluar, namun pada klasifikasi ini
yang tidak kalah penting adalah jarak tembakan yaitu luka tembus masuk tempel,
luka tembus masuk jarak dekat maupun luka tembus masuk jarak jauh. Penentuan
jarak ini juga dapat menentukan efek dari tembakan. Efek dari tembakan ini
diakibatkan oleh komponen peluru yang mengenai tubuh yaitu anak peluru,
mesiu, asap jelaga, api dan partikel logam
Pendeskripsian luka tembak dilakukan demi kepentingan medikolegal.
Deskripsi luka ini mencakup lokasi luka, ukuran dan bentuk luka, lingkaran
abrasi, lipatan kulit yang utuh dan robek, bubuk hitam sisa tembakan (jika ada),
dan bagian tubuh yang ditembus. Selain dekripsi luka, kita juga harus menentukan
jarak tembakan dan arah tembakan. Penentuan jarak tembakan ini dapat dilihat
dari adanya jejas laras, kelim api, kelim jelaga, atau kelim tato. Pemeriksaan
khusus pada luka tembak masuk seperti pemeriksaa nmikroskopik, kimiawi,sinar
x mungkin diperlukan.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Idries AM. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi I. Jakarta: Binarupa


Aksara, 1997; p.131-168.
2. Hueske E. Firearms and Tool Mark The Forensic Laboratory Handbooks,
Practice and Resource. 2006.
3. Algozi Agus M. Luka Tembak [online]. [cited 2011 Februari 20].
www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/Forensik/luka%20tembak.pdf.
4. Ashari irwan. Luka Tembak [online]. [cited 2011 Februari 20].
http://www.irwanashari.com/luka-tembak/.
5. Indah PS, Lely, Irene, Elena, Luh S. Gunshot wound [online]. [cited 2011
Februari 20]. http://www.freewebs.com/gunshot_wound/luka tembak pada
tulang.htm.
6. Anonim. Forensic Pathology [online]. [cited 2011 Februari 20]. .
http://library.med.utah.edu/WebPath/ FORHTML/FOR039.html

21

You might also like