Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan ......................................................................................................................2
Lampiran ............................................................................................................................36
A. Pengertian
Acuan dan perancah (Bekisting) adalah suatu konstruksi yang bersifat sementara pada praktik kerja beton sesuai
dengan bentuk dan ukuran yang diinginkan. Dari namanya acuan dan perancah, terbagi menjadi dua fungsi, yaitu fungsi acuan
dan fungsi perancah. Acuan yang dimaksud adalah sebagai cetakan atau patokan untuk ukuran maupun bentuk beton yang
diinginkan, sedangkan perancah adalah sebagai penyokong tegak dan lurusnya acuan tersebut. Acuan dan perancah harus
kuat memikul beban sendiri, berat beton basah, beban hidup, dan beban peralatan kerja selama proses pengecoran.
Suatu konstruksi acuan dan perancah harus dapat memungkinkan melakukan kegiatan-kegiatan:
Sebuah bangunan tidak dapat berdiri dengan kuat ataupun kokoh tanpa pembuatan bekisting yang sesuai aturan. Maka
dari itu, dalam praktik acuan dan perancah 1 ini dijelaskan tentang pedoman perancanagan dan pembuatannya.
2
Perencanaan acuan dan perancah harus dapat memenuhi persyaratan aspek bisnis dan teknologi. Agar konstruksi dapat
• Kualitas
3. Posisi atau letak acuan dan perancah harus sesuai dengan yang direncanakan.
• Keamanan
• Ekonomis
3
Pesatnya perkembangan dan banyaknya tuntutan yang harus dipenuhi agar hasil dari suatu konstruksi baik dan
ekonomis, maka saat ini tipe-tipr formwork berkembang menjadi tiga, yaitu:
1. Formwork Konvensial/Tradisional
• Bahan dasarnya dibuat dengan sistem pabrikasi yang ukurannya sesuai dengan bentuk beton yang diinginkan.
4. Formwork Pearl
4
Dibuat dari kayu plywood dan profil baja. Pada selasarnya, panel formwork ini dipakai untuk semua jenis struktur beton
Balok penahan,
Plywood,
5. Formwork Doka
Pada dasarnya sama dengan pearl, bedanya pada balok penahannya berupa profil tersusun. Dua-duanya mengandalkan
D. Pembebanan Formwork
5
1. Beban Vertikal
Beban tetap: berat sendiri formwork, baja tulangan, dan beton basah.
Beban tidak tetap: berat peralatan, tenaga kerja, dan barang lain diatasnya. Beban tersebut harus dapat dipikul
formwork.
2. Beban Horizontal
Biasanya pada dinding formwork pada saat pengecoran akibat tekanan hidrostatis dari beton basah dan gaya getar
berpengaruh pada pengecoran beton. Pada saat beton mulai mengeras, tekanan horizontal semakin berkurang. Gaya
Mortar beton
b. Plastisitas mortar
Proses pengecoran
a. Temperatur lokasi
b. Kecepatan pengecoran
Formwork
a. Tinggi formwork
6
b. Jarak dinding formwork
c. Bentuk formwork
Kondisi tulangan
E. Pelaksanaan Formwork
Bahan yang digunakan pada acuan dan perancah diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Bahan Organik
Bahan yang digunakan sebagai bahan pembuatan komponen formwork yang dipakai dalam pencetakan komponen beto.
Bahan ini dalam bentuk alami berupa bamboo, dolken, dan galam serta bahan buatan berupa papan dan balok, biasanya
terdiri dari papan tebal 2 - 3 cm yang dirangkai dan diperkuat dengan papan dan balok.
7
1. Balok dan papan
2. Plywood
3. Hardboard
4. Papan serpih
5. Papan serat
6. Kayu lapis
7. Plywood
8. Papan buatan
8
Kelemahan pemakaian bahan ini adalah:
a. Kualitas seragam.
Bahan plywood untuk konsumsi dalam negeri dapat digunakan 3 - 5 kali. Ukuran balok dapat digunakan 6 - 12 kali. Papan
dapat digunakan 3 - 5 kali tergantung kualitas kayu yang digunakan. Kayu kualitas rendah dapat digunakan 2 - 3 kali.
Pemakaian plywood harus diperhatikan arah serat permukaan karena berpengaruh terhadap besarnya lendutan yang terjadi
2. Bahan Pasangan
Bahan yang digunakan untuk percetakan beton yang terbuat dari pasangan bata atau batako. Bahan ini digunakan untuk
pekerjaan bangunan bawah seperti pondasi dan kepala pondasi. Bahan ini tidak dapat digunakan untuk pekerjaan secara
berulang kali, rentan getaran dan memerlukan ketelitian pekerjaan tulangan yang akan dimasukan.
3. Bahan Logam
Bahan pengembangan dari material baja dan memiliki keunggulan karena ringan untuk digunakan dan tidak
berkarat. Umumnya penguat untuk formwork ini menggunakan profil baja. Formwork ini diproduksi berupa panel.
b. Baja
Material ini diproduksi pabrik dalam bentuk dan desain tertentu. Formwork ini digunakan untuk plat lantai
karena mampu menahan beton basah. Material menjadi satu kesatuan dan struktur beton lantai yang memikul beton
konstruksi sehingga tidak memerlukan perancah. Perancah pendukung langsung menumpu pada balok.
Bahan ini dapat mencapai usia 20 tahun bila dipelihara dengan baik. Dengan penurunan bobot komponen perancah
c. Logam Campuran
d. Bahan Lain
Dengan pesatnya perkembangan teknologi, maka saat ini telah dikembangankan bahan acuan dan perancah dengan
• Elastamer
• PVC
Pipa PVC dapat digunakan sebagai bahan alternative bahan formwork untuk kolom bulat, biasanya pipa tipis. Oleh
karena itu pengunaannya diperkuat dengan kayu sehingaa dapat dipakai berulang kali.
• Fiberglass
Cocok untuk pelaksanaan beton arsitektural atau beton precast karena akan menghasilkan beton dengan
5. Tidak berkarat.
2. Permukaan bekisting tidak menyerap air semen secara berlebihan agar mutu beton dapat dijaga
3. Lembaran papan yang digunakan harus tertutup tabal, awet, dan kaku karena bekisting bersifat sementara, maka untuk
• Pengecatan
G. Peralatan Formwork
1. Palu
12
Palu dibuat dari besi baja agar keras dan tidak lembek sebab palu besi sering dipakai untuk memukul benda
keras. Bagiannya adalah kepala dan tangkai. Salah satu tangkai berguna untuk memukul benda yang keras dan bagian
tangkai yang lain berbentuk cakar yang berguna untuk mencabut paku.
2. Palu Godam
Untuk palu kayu diperlukan kayu yang berat dan liat serta besar urat-urat kayunya. Kayu yang baik untuk palu ini
adalah walikukan dan sonokeling sedangkan tangkainya dibuat dari kayu waru atau walikukun. Digunakan untuk
membongkar konstruksi kayu dan untuk menyetel pasak-pasak siar atau penahan pada bangku kerja.
13
3. Paku
Alat yang umum digunakan dalam pekerjaan yang berhubungan dengan kayu. Berfungsi untuk menempelkan
ataupun menghubungkan kayu satu dengan yang lainnya. Paku terbuat dari besi dengan berbagai ukuran.
14
4. Gergaji
Digunakan untuk menyayat melintang jaringan serat kayu dari tepi potongannya. Gergaji potong mempunyai 5
sampai 7 pucuk gigi. Pada setiap 25 mm panjang gigi berkisar 550 sampai 700 mm. Gigi-giginya dimiringkan di bagian
tepi potong menyebabkan laju perpotongan seperti yang dilakukan sederet pisau yang menyayat serat-serat kayu.
5. Rol Meter
15
Rol Meter berfungsi sebagai pengukur bahan kerja. Meteran terdiri dari dua jenis yaitu meteran 30 m dan
meteran 3 meter.
6. Waterpass
Waterpass digunakan untuk mengukur keadaan horizontal, vertical, dan diagonal sewaktu konstruksi sehingga
16
7. Unting-Unting
Berfungsi untuk menandakan tegaknya konstruksi. Terbuat dari logam atau baja yang ujungnya lancip. Dengan
8. Benang
17
9. Selang Plastik
Berfungsi untuk mengukur kedataran suatu bahan (tiang) dengan menggunakan sifat air yaitu selalu datar dan
sejajar.
18
10. Kapur
Mesin ini merupakan gergaji mesin yang dijalankan dengan menggunakan listrik. Alat ini merupakan alat otomatis.
12. Siku
Siku terdiri dari daun yang badannya terbuat dari baja. Siku dengan pembagian segitiga yang berguna karena
merupakan gabungan dari penyikuan dengan pengukuran sudut yang benar antara keduanya adalah 90⁰.
19
13. Linggis
Linggis terbuat dari baja yang telah dibentuk di tiap-tiap ujung-ujungnya dimana di salah satu ujungnya
digunakan untuk mencabut paku dan ujung yang lainnya untuk membuka bahan yang salah.
14. Tangga
20
14. Steger
Steger merupakan alat berjalan (dijalankan dengan menggunakan roda). Digunakan untuk membantu pengerjaan
21
22
Job Pada Praktik Kerja Acuan dan Perancah
Job I
Pendahuluan
Pembuatan bouwplank ini merupakan hal terpenting dalam langkah awal pembuatan bangunan. Bouwplank bertujuan
untuk menentukan letak rumah, mengatur as bangunan, menentukan ketinggian, dan lain-lain. Bouwplank akan berpengaruh
banyak untuk bangunan, penempatan pondasi, dan slump. Karena dari itu, pembuatan Bouwplank harus sesuai dengan kaidah
Tujuan
1. Dapat menggunakan alat-alat yang digunakan dalam praktek acuan dan perancah secara benar.
3. Dapat melaksanakan pembuatan papan duga secara benar dan menghasilkan konstruksi yang kaku.
4. Dapat menghitung kebutuhan bahan yang akan digunakan untuk membuat papan duga secara tepat.
23
5. Dapat melakukan pembongkaran papan duga dengan baik.
Papan duga dibuat untuk menentukan as bangunan, letak bangunan, dan ketinggian bangunan yang merupakan pekerjaan
awal dari pekerjaan konstruksi di lapangan. Bentuk konstruksi papan duga ada dua macam, yaitu:
1. Papan duga tertutup digunakan pada bangunan yang memiliki jumlah as bangunan banyak.
2. Papan duga terbuka digunakan pada bangunan yang memiliki jumlah as bangunan relative sedikit.
2. Menentukan as bangunan.
Dalam menentukan ketinggian lantai banguanan (gedung) diperlukan pertimbangan, diantaranya yaitu:
1.Palu godam
2. Palu
3. Selang air
4. Gergaji
5. Meteran
6. Linggis
7. Kapur
4. Paku
1. Menentukan ukuran rencana bangunan. Tancapkan patok pada salah satu titik as bangunan lalu buat as bangunan sesuai
ukuran. Untuk menentukan kesikuan tiap sudutnya menggunakan perbandingan rumus phytagoras, yaitu 3 : 4 : 5, cek
pula diagonalnya.
2. Pasang tiang-tiang untuk bouwplank antara 1 - 1,5 m dari as bangunan kke arah luar, jarak antar tiang maksimal 1 m.
Setelah tiang-tiang terpasang, tentukan ketinggian atau elevasi bouwplank menggunakan selang air.
3. Pasang papan sesuai dengan ketinggian bouwplank dan pakukan pada tiang bouwplank, lalu tarik benang yang kedua
ujungnya diberi pemberat dan letakkan pada bouwplank segaris dengan as bangunan.
4. Cek titik sudut benang harus tepat diatas titik sudut as bangunan menggunakan unting-unting.
5. Pada papan duga, beri tanda panah/segitiga dengan warna mencolok tepat di as atau diberi tanda dengan menggunakan
dua buah paku yang ditancapkan berbentuk V atau dengan menggergaji papan duga sedalah 1 mm, jika as yang dibuat
26
1000 cm
800 cm
150 cm
27
1.7 Dokumentasi Hasil Kerja
28
29
Job II
Bekisting Kolom
2.1 Pendahuluan
Bekisting kolom adalah bekisting yang digunakan untuk pengecoran beton kolom. Bekisting kolom akan menghasilkan
beton kolom yang dapat menahan beban yang ada di atasnya. Berebentuk persegi maupun bentuk lainnya. Didalamnya akan
di cor sebuah beton dan diletakkan pembesian untuk sebuah pondasi bangunan. Pemasangan bekisting kolom harus tegak
lurus dan tidak boleh miring, karena hal tersebut berpengaruh pada pembebanan bangunan yang ada diatasnya. Bekisting
30
2.2 Tujuan
1. Dapat menggunakan alat-alat yang digunakan dalam pembuatan bekisting kolom secara benar.
3. Dapat melaksanakan pembuatan konstruksi kolom secara benar dan menghasilkan konstruksi yang kuat dan kaku.
4. Dapat menghitung kebutuhan bahan yang akan digunakan untuk membuat bekisting kolom secara tepat.
Bekisting kolom berfungsi untuk menahan beban di atasnya. Bentuk penampang kolom ada yang berbentuk bulat,
persegi panjang, atau bentuk sisi yang tidak beraturan. Pada pekerjaan pembuatan bekisting kolom kali ini dibuat dalam
bentuk persegi. Kolom yang dibuat kemudian diberi klem penjepit yang berfungsi untuk pengakuan kolom.
Pada umumnya, kolom tidak dapat dicor pada waktu yang bersamaan dengan bak-lok lantai yang berada di atasnya
melainkan mendahului beberapa hari. Untuk mempermudah penuangan dan pemadatan adukan beton pada pengecoran
kolom, biasanya dibuatkan jendela penuangaan pada tempat-tempat tertentu terutama pada struktur kolom tinggi dengan
menggunakan pipa atau selang pengantar untuk menghindari terjadinya segregasi dan agregatnya.
1. Palu
2. Gergaji tangan
3. Unting-unting
4. Meteran
5. Klem penjepit
6. Kapur
7. Steger
3. Paku
4. Benang
1. Menentukan letak kolom dan membuat bouwplank untuk menentukan as kolom. As yang digunakan adalah as pinjaman.
2. Merangkai papan untuk cetakan samping yang terbuat dapi papan dan kaso. Untuk penyambungan papan digunakan klem.
32
3. Rangkai keempat sisi kolom dan dipaku mamakai kaso sebagai penjepit dengan memastikan bahwa tulangan kolom sudah
5. Pasang kaso penjepit cetakan tepat pada klemnya yang saling mengikat keempat sisi.
6. Cek ketegakan menggunakan unting-unting, lalu pasang skur diagonal dan horizontal agar konstruksinya kokoh dan kaku.
33
Axonometry Bekisting Kolom
34
35
Job III
Bekisting Balok
3.1 Pendahuluan
Bekisting balok adalah cetakan untuk membuat suatu balok pada bangunan. Balok itu sendiri artinya, beton yang
dibentuk sedemikian rupa dengan arah horisontal yang menghubungkan kolom satu dengan yang lainnya. Berfungsi untuk
menahan beban yang ada diatasnya dan tempat melekatnya partisi pada bangunan. Beton yang dihasilkan dari bekisting
kolom mempunyai bentuk yang berbeda. Perbedaan bentuk tergantung dari bentuk balok yang akan dibangun pada suatu
bangunan, biasanya diperhitungkan dari bentuk bangunan dan beban yang akan ditahan balok dan gaya-gaya yang bekeja.
3.2 Tujuan
1. Dapat menggunakan alat-alat yang digunakan dalam pembuatan bekisting balok secara benar.
3. Dapat melaksanakan pembuatan konstruksi balok secara benar dan menghasilkan konstruksi yang kuat dan kaku.
4. Dapat menghitung kebutuhan bahan yang akan digunakan untuk membuat bekisting secara tepat.
36
3.3 Instruksi Umum
Struktur balok beton adalah konstruksi yang menghubungkan satu kolom dengan kolom lainnya untuk menopang lantai
dan beban-beban yang ada di atasnya. Bentuk penampang balok beton umumya persegi panjang dengan posisi berdiri.
Bagian ini terdiri dari bahanmultiplek atau papan kayu yang disambung rapat.
2. Gelagar
Bagian ini terbuat dari papan kayu atau kayu kaso, berfungsi sebagai penahan atau pemberi ketinggian pada acuan di
atasnya.
3. Balok Alas
Bagian ini menggunakan bahan balok agar tekanan merata atas permukaan tanah.
Bagian ini menggunakan bahan kayu 4/6, 5/7, 5/10, atau dolkan dipasang dengan jarak antar tiang 40 - 60 cm.
Bagian ini berfungsi sebagai pengaku diagonal agar konstruksi lebih kaku. Bahan yang digunakan adalah papan kayu atau
kayu kaso.
37
3.4 Alat dan Bahan
1. Palu
2. Gergaji mesin
3. meteran
4. Klem penjepit
5. Linggis
6. Kapur
4. Paku
5. Benang
1. Menentukan dan mengukur ketinggian dasar cetakan balok lalu menarik dua buah benang dengan ketinggian sama dan
3. Mendirikan tiang-tiang perancah diatas balok alas dengan jarak antara 50 - 80 cm.
4. Memasang skur horizontal atau diagonal untuk pengaku tiang dari papan 2/20 cm/kaso 4/6
6. Memasang cetakan balok mulai dari cetakan atas lalu cetakan sampingnya.
7. Memasang skur untuk cetakan samping tepat pada klemnya dan memasang balok pengapit untuk menjepit alas cetakan.
39
Potongan Depan Bekisting Balok
40
41
Job IV
42
4.1 Pendahuluan
Pembuatan gedung bertingkat tentunya harus ada pembuatan lantai berikutnya. Tentu saja lantai tersebut harus
dicetak agar hasilnya sesuai dengan perhitungan awal. Maka dari itu dibentuklah bekisting untuk pelat lantai setelah
membuat bekisting balok. Bekisting pelat lantai trerdiri dari beton yang pipih yang sebelumnya diletakkan pembesian.
4.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktik kerja pembuatan bekisting pelat lantai adalah
1. Mahasiswa dapat menggunakan alat-alat yang digunakan dalam pembuatan bakisting plat lantai secara benar.
2. Mahasiswa dapat merencanakan bekisting plat lantai yang akan dibuat dengan benar.
3. Mahasiswa dapat melaksanakan pembuatan konstruksi plat lantai secara benar dan menghasilkan konstruksi yang kuat
dan kaku.
4. Mahasiswa dapat menghitung kebutuhan bahan yang akan digunakan untuk membuat bekisting plat lantai secara tepat.
5. Mahasiswa dapat melakukan pembongkaran bekisting plat lantai dengan baik dan benar.
43
Pada umumnya lantai dicor bersama-sama dengan balok. Bekisting lantai harus dapat menahan beban yang bekerja di
atasnya agar memenuhi syarat sebagai acuan dan perancah dan tidak melebihi lendutan yang diizinkan. Bagian pada acuan
lantai yang menerima baban terdiri dari balok kayu yang dihubungkan satu dengan yang lainnya dibantu oleh papan
pengokoh dan skur yang terdiri dari kayu papan agar konstruksi stabil. Tebal lantai beton untuk lantai umumnya bekisting
antara 12 - 15 cm.
Pada umumnya struktur plat lantai dan balok menjadi satu kesamaan yang monolit, maka formwork balok yang menjadi satu
kesatuan dengan plat lantai. Terdapat dua elevasi yang perlu diperhatikan, yaitu:
6. Kapur 4. Paku
1. Memasang tiang untuk patokan tinggi lantai lalu ratakan dengan menggunakan waterpass dan tarik benang.
2. Memasang balok alas lalu mendirikan tiang di atasnya dengan jarak antar tiang 50 sampai 80 cm, tingginya tidak boleh
4. Memasang gelagar dengan posisi gelagar bagian atas menyentuh benang patokan.
45
Potongan Depan Bekisting Pelat Lantai
46
Job V
Bekisting Tangga
47
5.1 Pendahuluan
Tangga merupakan bangunan yang menghubungkan lantai satu dengan lantai yang lainnya. Bentuk tangga bermacam-
macam. Namun semua itu haruslah mengikuti kaidah yang telah ditentukan, agar tangga tersebut nyaman digunakan.
Seperti tinggi dan lebar anak tangga terdapat ukuran minimum dan maksimum sesuai tempat kegunaannya. Dalam proses
pembuatannya kita harus terlebih dahulu membuat perencanaan dan penggambaran. Yang kemudian cetakan tangga
5.2 Tujuan
1. Dapat menggunakan alat-alat yang digunakan dalam peembuatan bekisting tanggga secara benar.
2. Dapat merenanakan bekisting tangga yang akan dibuat dengan benar dan ideal.
3. Dapat melaksanakan pembuatan konstruksi tangga secara benar dan menghasilkan konstruksi yang kuat dan kaku.
4. Dapat membuat cetakan dan acuan balok tangga dan menentukan jumlah optride dan antride.
5. Dapat menghitung kebutuhan bahan yang akan digunakan untuk membuat bekisting tangga secara tepat.
48
Di dalam pembuatan cetakan dan acuan tangga, kita harus mengetahui bentuk tangga yang ideal. Syarat-syarat tangga
5. Lebar tangga untuk bangunan tempat tinggal 80 sampai 120 cm. Lebar tangga ideal 90 cm.
6. Lebar tangga untuk bangunan umum 120 cm atau lebih besar dari 120 cm.
1. Kapur
2. Siku
3. Unting-unting
5. Gergaji tangan
6. Gerjagi mesin
7. Linggis
49
8. Palu
5. Paku
6. Benang
1. Tahap Perencanaan
a. Mengambil data mengenai perbedaan tinggi lantai, bentuk, dan luas lokasi yang dibuat tangga.
b. Menghitung jumlah anak tangga, yaitu jumlah optride dan antride serta ukurannya:
Ukuran optride
50
• tinggi optride untuk bangunan umum maksimal 17 cm.
• ukuran antride minimal untuk bangunan umum dan rumah tinggal adalah 25 cm.
17 cm
17 buah
Ukuran antride
51
arc tan α = 16,6 cm = 33,6o
25 cm
e. Menentukan lebar tangga yang akan dibuat. Untuk rumah tinggal antara 60 sampai 120 cm sedangkan untuk
2. Tahap Penggambaran
Menggambar tampak atas, tampak samping, serta potongan membujur sesuai dengan ukuran optride, antride, dan
3. Tahap Pelaksanaan
a. Memasang balok landasan tempat berdirinya perancah atau tiang pada lokasi yang akan dibuat konstruksi
bekisting tangga.
b. Membuat cetakan bordes dengan mendirikan tiang perancah dan gelagarnya sesuai dengan elevasi yang telah
c. Membuat kemiringan tangga dengan cara menarik benang dari lantai bawah ke bordes dan bordes ke lantai atas.
d. Memasang gelagar arah melintang di setiap tiang dengan mengacu kepada elevasi kemiringan tangga.
e. Memasang acuan atau cetakan dasar tangga sesuai lebar tangga yang akan dibuat.
52
g. Menggambar anak tangga (optride dan antride) pada acuan samping dengan memperhatikan ketegakan optride
h. Memasang cetakan optride yang diperkuat dengan klos pada kedua ujungnya dan pada tengah-tengah cetakan
optride.
i. Memasang skur di tempat-tempat yang dianggap perlu agar acuan dan perancah kuat dan kaku.
BORDES
53
Antride
54
Potongan Tampak Atas Bekisting Tangga
55
ANALISA KEBUTUHAN BAHAN
56
Pekerjaan : Praktik "Form Work 1"
HARGA
NO SAT JUMLAH KET
URAIAN VOL. SATUAN
. . (Rp) .
(Rp)
57
1. 5,000. 5,000.
4 Benang rol 00 00 00
1,754,00
Sub Total II 0.00
58
1. 15,000. 15,000.0
5 Paku kg 00 00 0
936,00
Sub Total IV 0.00
59