You are on page 1of 3

Jamu merupakan salah satu sediaan obat tradisional, sediaan obat tradisional yang lainnya adalah

obat herbal terstandar dan sediaan fitofarmaka. Definisi masing-masing sediaan adalah sebagai
berikut:

•Jamu : adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan
mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut, yang secara tradisional telah
digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (data empirik). Klaim penggunaan sesuai
dengan jenis pembuktian tradisional dan tingkat pembuktiannya yaitu tingkat pembuktian umum
dan medium. Jenis klaim penggunaan harus diawali dengan kata-kata; "Secara tradisional
digunakan untuk ......", atau sesuai dengan yang disetujui pada pendaftaran.

•Herbal Terstandar : adalah sediaan yang memenuhi kriteria aman, klaim khasiat dibuktikan
secara ilmiah, telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang dipergunakan dalam
produk jadi, memenuhi persyaratan mutu yang berlaku. Klaim penggunaan sesuai dengan tingkat
pembuktian yaitu tingkat pembuktian umum dan medium.

•Fitofarmaka : adalah sediaan dengan persyaratan aman, klaim khasiat berdasarkan uji klinis,
telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang dipergunakan, dan memenuhi persyaratan
mutu yang berlaku. Jenis klaim penggunaan sesuai dengan tingkat pembuktian medium dan
tinggi.

Jadi sediaan obat tradisional seharusnya mempunyai kandungan bahan alami tanpa campuran
bahan kimia obat. Sayangnya saat ini ditemukan banyak jamu yang mengandung bahan kimia
obat. Konsumen menggemari jamu seperti ini karena merasa khasiatnya "cespleng", sekali
minum langsung terasa pengaruhnya. Jamu yang mengandung bahan kimia obat biasanya
mempunyai nomor registrasi palsu/fiktif, walaupun ada juga beberapa produsen nakal yang
teregistrasi di badan POM tetapi mencampurkan bahan kimia obat pada produknya seperti yang
dapat dilihat pada public warning Badan POM No. KH.00.01.43.2773 tanggal 2 Juni 2008
tentang Obat Tradisional Mengandung Bahan Kimia Obat. Dari 54 produk jamu yang
mengandung bahan kimia obat 7 di antaranya terdaftar di Badan POM dan mempunyai izin edar.

Ditemukannya peredaran jamu yang mengandung bahan kima obat telah membuat masyarakat
pengguna jamu merasa resah. Konsumen merasa bingung dan bertanya-tanya apakah produk
yang selama ini mereka gunakan aman untuk dikonsumsi. Kalau keadaan sudah seperti ini,
biasanya pemerintah langsung dituding "gak becus" kerja, tidak bisa melindungi masyarakat dari
produk yang berbahaya bagi kesehatan. Padahal sebetulnya pengawasan jamu memiliki aspek
permasalahan berdimensi luas dan kompleks. Oleh karena itu diperlukan sistem pengawasan
yang komprehensif semenjak awal suatu proses suatu produk hingga produk tersebut beredar
ditengah masyarakat.

Untuk menekan sekecil mungkin risiko yang merugikan, dilakukan pengawasan 3 lapis. Lapis
pertama adalah pengawasan yang dilakukan oleh produsen dengan menerapkan sistem mutu,
sehingga produk yang dihasilkan memenuhi standar mutu yang ditetapkan. Secara hukum
produsen bertanggung jawab untuk menghasilkan produk yang bermutu dan apabila produsen
memproduksi jamu yang dapat merugikan kesehatan, maka dapat dikenakan sangsi baik
administrative maupun pro-justisia.
Lapis kedua adalah pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah dengan membuat peraturan dan
kebijakan serta melakukan tindakan untuk mencegah terjadinya produk yang berbahaya beredar
di pasaran.

Lapis ketiga adalah pengawasan oleh konsumen melalui peningkatan kesadaran dan peningkatan
pengetahuan mengenai kualitas produk yang digunakannya dan cara-cara penggunaan produk
yang rasional. Pengawasan oleh masyarakat sendiri sangat penting dilakukan karena pada
akhirnya masyarakatlah yang mengambil keputusan untuk membeli dan menggunakan suatu
produk. Konsumen dengan kesadaran dan tingkat pengetahuan yang tinggi terhadap mutu dan
kegunaan suatu produk, di satu sisi dapat membentengi dirinya sendiri terhadap penggunaan
produk-produk yang tidak memenuhi syarat dan tidak dibutuhkan, sedang pada sisi lain akan
mendorong produsen untuk ekstra hati-hati dalam menjaga kualitasnya.

Bahan kimia obat yang ditambahkan dalam jamu umumnya merupakan bahan kimia yang
digunakan sebagai bahan aktif obat keras (obat yang harus digunakan dibawah pengawasan
dokter). Bahan-bahan tersebut jika digunakan tanpa pengawasan dokter dapat menimbulkan
berbagai masalah kesehatan pada konsumen. Bahan kimia obat yang sering ditambahkan pada
jamu adalah:

•Sibutramin Hidroklorida (pada jamu pelangsing) merupakan obat untuk menekan nafsu
makan yang bekerja pada sistem syaraf pusat. Obat ini merupakan obat keras yang dalam
penggunaannya harus dalam pengawasan dokter. Efek samping yang dapat terjadi antara
laindapat meningkatkan tekanan darah (hipertensi),denyut jantung serta sulit tidur. Obat ini akan
sangat berbahaya bila digunakan oleh pasien dengan riwayat penyakit jantung atau stroke.

•Sildenafil Sitrat (pada jamu kuat untuk pria) merupakan obat untuk mengatasi gangguan ereksi.
Obat ini juga merupakan obat keras yang dalam penggunaannya harus dalam pengawasan
dokter.Efek samping yang dapat terjadi antara lain sakit kepala, pusing, dispepsia, mual, nyeri
perut, gangguan penglihatan, rinitis (radang hidung), infark miokard, nyeri dada, palpitasi
(denyut jantung cepat) bahkan kematian.

•Siproheptadin (pada jamu gemuk)dapat menyebabkan mual, muntah, mulut kering, diare,
anemia hemolitik, berkurangnya jumlah leukosit (sel darah putih) di dalam darah.

•Fenilbutason (pada jamu pegel linu, jamu asam urat)dapat menyebabkan mual, muntah, ruam
kulit, edema karena penumpukan cairan, pendarahan lambung, nyeri lambung yang dapat diikuti
dengan perdarahan, reaksi hipersensitivitas, hepatitis, nefritis (radang ginjal), gagal ginjal,
berkurangnya jumlah leukosit (leukopenia), anemia aplastik, agranulositosis (berkurangnya
jumlah granulosit dalam darah) dan lain-lain.

•Asam Mefenamat (jamu pegel linu, jamu asam urat) dapat menyebabkan diare, ruam kulit,
trombositopenia (berkurangnya trombosit dalam darah), anemia hemolitik dan kejang serta
dikontraindikasikan bagi penderita tukak lambung/usus, asma dan ginjal.

•Prednison (jamu pegel linu, jamu asam urat)dapat menyebabkan moon face; gangguan saluran
cerna seperti mual dan tukak lambung; gangguan muskuloskeletal (gangguan pada tulang dan
otot) seperti osteoporosis; gangguan endokrin seperti gangguan haid; gangguan neuropsikiatri
seperti ketergantungan psikis, depresi dan insomnia; gangguan penglihatan seperti glaukoma;
dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.

•Metampiron (jamu pegel linu, jamu asam urat) dapat menyebabkan gangguan saluran cerna
seperti mual, pendarahan lambung, rasa terbakar serta gangguan sisten saraf seperti tinitus
(telinga berdenging) dan neuropati, gangguan darah, pembentukan sel darah dihambat (anemia
aplastik), agranulositosis (berkurangnya jumlah granulosit dalam darah), gangguan ginjal, syok,
kematian dan lain-lain.

•Teofilin (jamu sesak nafas) dapat menyebabkan takikardi (denyut jantung yang sangat cepat),
aritmia, palpitasi (denyut jantung yang cepat dan tidak teratur), mual, gangguan saluran cerna,
sakit kepala dan insomnia.

•Parasetamol (jamu pegel linu, jamu asam urat)dalam penggunaan jangka panjang dapat
menyebabkan kerusakan hati.

Konsumen yang bijak akan memilih jamu yang sudah terdaftar di Badan POM untuk
memperkecil risiko yang mungkin terjadi. Selain itu konsumen diharapkan mencari informasi
sebanyak-banyaknya mengenai produk yang akan dikonsumsi sebelum memutuskan untuk
mengkonsumsi produk tersebut. Untuk melihat apakah jamu tersebut terdaftar di badan POM
dapat dilihat di website Badan POM http://www.pom.go.id/, dan apabila masih menemukan
kesulitan, dapat langsung bertanya pada Pusat Informasi Obat Nasional.

Secara visual, jamu yang mengandung bahan kimia obat sulit dibedakan dengan jamu yang tidak
mengandung bahan kimia obat. Tetapi konsumen harus curiga bila jamu yang diminum langsung
terasa berkhasiat, atau konsumen tiba-tiba merasakan efek samping seperti jantung berdebar,
keringat yang berlebihan, pusing, perih pada lambung atau gejala lain yang sebelum minum jamu
tersebut tidak terasa, karena kemungkinan jamu ini mengandung bahan kimia obat atau
konsumen alergi terhadap salah satu kandungan jamu tersebut. Bahan kimia obat yang
dicampurkan pada jamu dosisnya tidak terukur dan karena pencampuran yang tidak homogen,
maka dosis bahan kimia obat pada tiap kemasan bisa berbeda. Hal ini bisa berbahaya karena
memungkinkan konsumen mengkonsumsi bahan kimia obat secara berlebihan.

Agar penggunaan jamu tepat, rasional dan aman, sehingga kemungkinan timbulnya kejadian
yang tidak diinginkan dapat dihindari, maka sebelum mengkonsumsi jamu, konsumen harus
mengetahui dan memahami informasi mengenai jamu yang akan digunakan. Informasi tersebut
dapat diperoleh dari penandaan pada etiket, bungkus luar produk atau brosur yang menyertai
produk tersebut.

Jadi Wikimuers, pilih produk yang keamanannya terjamin, jangan pilih produk yang menjanjikan
kesembuhan secara instan. Katanya sih.., orang pintar...., pasti mencari informasi tentang produk
yang akan dikonsumsi sebelum memutuskan untuk mengkonsumsinya.

You might also like