You are on page 1of 8

PEMBUATAN GARAM KOMPLEKS DAN GARAM RANGKAP

I. Tujuan dan Prinsip Percobaan


A. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mempelajari pembuatan dan sifat-sifat garam
rangkap kupri ammonium sulfat dan garam kompleks tetraamin tembaga (II) sulfat monohidrat.

B. Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan praktikum ini adalah pengkristalan dimana bebarapa garam dapat mengkristal
dari larutannya dengan mengikat sejumlah molekul air sebagai hidrat.

II. Teori
Dalam proses reaksinya, terjadi perubahan warna pada larutan logam. Perubahan warna tersebut
dimungkinkan berasal dari proses kompleksasi Cu(II) dari fasa cair dengan etilendiamin yang
berada pada fasa padatan membran. Warna yang dihasilkan mendekati warna kompleks Cu(II)-
etilendiamin 1:1. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa sistem larutan tersebut mengandung
campuran kompleks Cu(II)-etilendiamin 1:1 dengan ion Cu(II) bebas. Hal ini ditunjukkan oleh
adanya pergeseran puncak absorbsi dari masing-masing larutan tersebut (gambar 9-11).
Berdasarkan hasil tersebut, selain pergeseran panjang gelombang juga terjadi kenaikan intensitas
absorbansi pada larutan hasil reaksi. Kenaikan tersebut muncul akibat adanya spesies kompleks
Cu(en)2+ didalam larutan yang terbentuk pada saat proses reaksi antara Cu (II) dengan membran
nata-en. Adanya campuran ion Cu(II) bebas dan kompleks Cu(en)2+ dalam fasa larutan
berkaitan dengan proses pelepasan etilendiamin ke sistem larutan serta berhubungan dengan
proses kesempurnaan reaksi antara Cu(II) dengan etilendiamin. Dalam hal ini, reaksi tersebut
berlangsung pada kondisi dimana jumlah molekul Cu(II) jauh lebih banyak dibandingkan jumlah
molekul etilendiamin. Dapat dinyatakan bahwa Cu(II) merupakan pereaksi pembatas dalam
proses reaksi tersebut (Kuswandi, 2008)

Garam kompleks berbeda dengan garam rangkap. Garam rangkap dibentuk apabila dua garam
mengkristal bersama-sama dalam pertandingan molekul tertentu. Garam-garam ini memiliki
struktur sendiri dengan tidak harus sama dengan struktur garam komponennya. Dua contoh
garam rangkap yang sering dijumpai dalam garam alumina, KaI(SO4)12H2O dan
ferroammonium sulfat, Fe(NH3)SO46H2O. Garam rangkap dalam larutan akan terionisasi
menjadi ion-ion komponennya (Arifin, 2010)

Menurut Saito[3], untuk mendapatkan pemisahan yang baik 90Y3+ harus dikondisikan agar
membentuk senyawa kompleks anion. Perbedaan muatan antara 90Y dengan 90Sr menjadi dasar
pemisahan dengan menggunakan resin penukar kation. Ion Sr2+ akan terikat pada resin penukar
kation dan kompleks anion itrium seperti [YCl6]3- terelusi keluar kolom secara keseluruhan.
Pengembangan generator 90Sr/90Y untuk produksi 90Y secara lokal telah dilakukan dan
dikembangkan di India berdasarkan pada teknik pemisahan menggunakan membran sel, dan
teknik yang dikembangkan ini berhasil memisahkan sampai 70 mCi 90Y dari 100 mCi 90Sr yang
digunakan sedangkan dengan metode ekstraksi pelarut hasil yang tertinggi diperoleh 75%
90Y[4] (Kundari, 2007)
Ligan dapat dengan baik diklassifikasikan atas dasar banyaknya titik-lekat kepada ion logam.
Begitulah, ligan-ligan sederhana, seperti ion-ion halida atau molekul-molekul H2O atau NH3,
adalah monodentat, yaitu ligan itu terikat pada ion logam hanya pada satu titik oleh
penyumbangan satu pasanagan-elektron-menyendiri kepada logam. Namun, bila molekul atau
ion ligan itu mempunyai dua atom, yang masing-masing mempunyai satu pasangan elektron
menyendiri, maka molekul itu mempunyai dua atom-penyumbang, dan adalah mungkin untuk
membentuk dua ikatan-koordinasi dengan ion logam yang sama; ligan seperti ini disebut bidentat
dan sebagai contohnya dapatlah diperhatikan kompleks tris(etilenadiamina) kobalt(III),
[Co(en)3]3+. Dalam kompleks oktahedral berkoordinat-6 (dari) kobalt(III), setiap molekul
etilenadiamina bidentat terikat pada ion logam itu melalui pasangan elktron menyendiri dari
kedua ataom nitrogennya. Ini menghasilkan terbentuknya tiga cincin beranggota-5, yang masing-
masing meliputi ion logam itu; proses pembentukan cincin ini disebut penyepitan (pembentukan
sepit atau kelat) (Firdaus, 2009)

Garam Mohr (NH4)2SO4.[Fe(H2O)6]SO4 cukup stabil terhadap udara dan terhadap hilangnya
air, dan umumnya dipakai untuk membuat larutan baku Fe2+ bagi analisis volumetrik dan
sebagai zat pengkalibrasi dalam pengukuran magnetik. Sebaiknya FeSO4.7H2O secara lambat
melapuk dan berubah menjadi kuning coklat bila dibiarkan dalam udara. Penambahan HCO3-
atau SH- kepada larutan akua Fe2+ berturut-turut mengendapkan FeCO3 dan FeS. Ion Fe2+
teroksidasi dalam larutan asam oleh udara menjadi Fe3+. Dengan ligan-ligan selain air yang ada,
perubahan nyata dalam potensial bias terjadi, dan system FeII – FeIII merupakan contoh yang
baik sekali mengenai efek ligan kepada kestabilan relatif dari tingkat oksidasi [5] (Syabatini,
2008)

Reaksi yang membentuk kompleks dapat dianggap sebagai reaksi asam-basa Lewis dengan ligan
bekerja sebagai basa dengan memberikan sepasang elektron kepada kation yang merupakan
suatu asam. Ikatan yang terbentuk antara atom logam pusat dan ligan sering kovalen, tetapi
dalam beberapa keadaan interaksi dapat merupakan gaya penarik coulomb. Beberapa kompleks
mengadakan reaksi subtitusi dengan sangat cepat, dan kompleks demikian dikatakan labil
(Underwood, 1980)

Keistimewaan yang khas dari atom-atom logam transisi grup d adalah kemampuannnya untuk
membentuk kompleks dengan berbagai molekul netral, seperti karbon monoksida, isosianida,
fosfin tersubtitusi, arsin dan stibin, nitrat oksida, dan berbagai molekul dengan orbital π yang
terdelokalisasi, seperti piridin, 2,2-bipiridin dan 1,10-fenontrolin. Terdapat jenis-jenis kompleks
yang beragam, beranah dari molekul senyawaan biner seperti Cr(CO)6 atau Ni(PF3)4 sampai ion
kompleks seperti [Fe(CN)5CO]3-, [Mo(CO)5I]-, [Mn(CNR)6]+, dan [Vfen]+ (Cotton, 1989) 

III. Metode Praktikum


A. Alat dan bahan yang digunakan
Alat alat yang digunakan pada praktikum ini adalah
a) 3 buah tabung reaksi besar dan kecil
b) 1 buah gelas ukur 50 ml
c) 1 buah gelas ukur 10 ml
d) 2 buah gelas ukur 100 ml
e) 2 buah gelas arloji
f) Kertas saring
g) Pipet skala 1 ml
h) 1 set pemanas
i) 1 set pompa vakum
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah
o Kristal CuSO4.5H2O
o Kristal(NH4)2SO4
o Etil alkohol dan ammonia serta aquades
C. Pembahasan
Garam rangkap merupakan perpaduan dari suatu senyawa koordinasi yang terikat oleh sejumlah
molekul air hidrat. Garam rangkap dibentuk apabila dua garam mengkristal bersama-sama
dengan perbandingan molekul tertentu. Garam-garam ini mengandung ion-ion kompleks dan
dikenal sebagai senyawa koordinasi atau garam kompleks. Garam rangkap yang dibuat adalah
CuSO4(NH4)2 SO4.6H2O. Garam ini terbentuk sebagai hasil reaksi antara CuSO4.5H2O dan
(NH4)2SO4. Garam kupri sulfat pentahidrat CuSO4.5H2O berwarna biru muda sedangkan
garam ammonium sulfat (NH4)2SO4 berwarna putih.

Hasil pencampuran dua garam tersebut akan menghasilkan larutan yang berwarna biru keruh.
Warna biru keruh tersebut terjadi sebagai akibat campuran yang kurang sempurna (heterogen)
namun setelah pemanasan, kekeruhan tersebut berangsur-angsur hilang dan membentuk larutan
homogen berwarna biru. Air mempunyai momen dipol yang besar dan ditarik baik ke kation
maupun anion untuk membentuk ion terhidrasi. Dari sifatnya tersebut maka digunakannya
pelarut air karena kedua garam yang bereaksi dapat larut dalam air dan tetap berupa satu spesies
ion. Kebanyakan garam anorganik lebih dapat larut dalam air murni daripada dalam pelarut
organik. Larutan segera ditutupi dengan kaca arloji sehingga dapat mencegah menguapnya
beberapa ion yang diinginkan untuk dapat membentuk kristal monoklin sempurna.

Pembentukan larutan jenuh dapat dipercepat dengan pengadukan yang kuat dari zat terlarut yang
berlebih seperti yang kita lakukan dalam percobaan ini hingga terbentuk larutan yang jenuh
dimana ketika telah mencapai keadaan ini dan melewatinya maka akan memperkecil hasil kali
kelarutannya sehingga ketika didinginkan maka akan terbentuk endapan berupa kristal garam
rangkap ammonium tembaga (II) sulfat heksahidrat yang berwarna hijau. Kristal ini kemudian
kita timbang dan didapatkan beratnya sebesar 4,45 gram. Dari perhitungan secara teori, berat
garam rangkap yang dihasilkan adalah sebesar 3,995 gram sehingga dengan membandingkan
berat eksperimen dan berat teoritisnya maka didapatkan rendamen sebesar 111,4 %. Hasil ini
menunjukkan bahwa dalam percobaan ini, kristal yang didapatkan melebihi. Mungkin
dikarenakan saat pengeringan kristal, kristal tersebut belum terlalu kering, sehingga masih ada
titik-titik air yang masih bercampur pada kristal tersebut.

Adapun percobaan selanjutnya yaitu pembuatan garam kompleks yang merupakan suatu garam
yang terbentuk karena ion atom pusat dan ligan saling mengkompleks sehingga membentuk
senyawa kompleks yang merupakan senyawa berwarna. Pada umumnya, atom pusat pada
senyawa kompleks berasal dari logam-logam transisi yang dalam percobaan ini adalah tembaga
yang bersifat elektropositif. Logam-logam transisi dapat membentuk kompleks karena memiliki
orbital-orbital yang masih kosong. Ion logam yang bertindak sebagai atom pusat akan
menyediakan orbital-orbital kosong yang dimilikinya. Sedangkan molekul netral atau anion yang
bertindak sebagai ligan akan menyediakan pasangan elektronnya untuk mengisi orbital-orbital
kosong yang tersedia.

Untuk logam tembaga (ion Cu2+) jika membentuk senyawa kompleks, maka kompleks tembaga
(II) mempunyai bilangan koordinasi enam, dimana empat ligan bertetangga dalam bidang segi
empat membentuk struktur oktahedral. Pada pembuatan garam kompleks tetra amin tembaga (II)
sulfat monohidrat, CuSO4.5H2O direaksikan dengan ammonium hidroksida dimana yang
bertindak sebagai atom pusat yaitu tembaga (ion Cu2+) sedangkan yang menjadi ligannya adalah
tetra amin. Tembaga tersebut akan menerima pasangan elektron bebas dari ligan yaitu tetra amin
sehingga akan membentuk senyawa kompleks melalui ikatan koordinasi dengan bilangan
koordinasi enam sehingga akan membentuk struktur oktahedral. Garam kompleks yang diperoleh
yaitu berwarna biru tua. Larutan garam kompleks ini didiamkan hingga membentuk kristal.
Kemudian setelah itu disaring dan dikeringkan agar bisa ditimbang yang didapatkan berat
kristalnya adalah sebesar 2,67 gram. Adapun secara teoritis, berat garam kompleks tetra amin
tembaga (II) sulfat monohidrat diperoleh sebesar 1,955 gram. Dari hasil ini kita membandingkan
antara berat praktik dan teori yaitu dengan rendamen sebesar 136,57%. Hal ini tentu
menunjukkan bahwa terdapat kristal yang berlebih pada penimbangan secara praktiknya. Hal ini
sebenarnya disebabkan oleh kristal yang belum kering dimana masih terdapat molekul-molekul
air dari larutan sehingga ketika ditimbang menambah berat kristal dari yang seharusnya.

V. Simpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah garam rangkap dapat disintesis dengan mereaksikan
Cu(SO4)4.5H2O dan amonium sulfat. Rendamen yang diperoleh pada pembentukan garam
rangkap adalah 111,4%. Pembentukan garam kompleks dapat dilakukan dengan mereaksikan
CuSO4.5H2O yang logam Cu bertindak sebagai atom pusat dan NH4OH yang gugus amina
bertindak sebagai ligan. Rendamen yang diperoleh pada pembentukan garam kompleks sebesar
136,57 %.

Daftar Pustaka

Arifin. 2010. Penuntun Kimia Anorganik II. Universitas Haluoleo. Kendari.


Cotton, Wilkinson, 1989. Kimia Anorganik Dasar I. Universitas Indonesia. Jakarta.
Day, Underwood, A. L. 1980. Analisa Kimia Kuantitatif. Erlangga. Jakarta.
Kundari, N.A. 2010. Pemisahan dan Karakterisasi Spesi Senyawa Kompleks Ytrium-90 dan
Stronsium-90 Dengan Elektroforesis Kertas . Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang 15310,
Banten
Pisesidharta .E, Zulfikar, Kuswandi B .2008 . Preparasi membran Nata de Coco etilendiammin
dan Studi Karakteristik Pengikatnya terhadap Ion Cu 2+.Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember.
Firdaus, Ikhsan. 2009. Pengertian Senyawa Kompleks. http://www.chem-is-try.org. Diakses pada
9 November 2009.
Syabatini, Annisa. 2008. Garam Mohr (NH4)2.6H2O. http://google.com/ garam-mohr-
nh426h2o.html.diakses 10 juni 2010.

You might also like