Professional Documents
Culture Documents
Kondisi yang akan menyebabkan tampilan lesi berwarna putih, adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan ketebalan epitel meningkatkan jarak pembuluh darah tampilan lesi berwarna putih
2. Peningkatan ketebalan lapisan keratin (Hiperkeratosis) paling sering
3. Peningkatan ketebalan lapisan sel spinous (Acanthosis)
4. Peningkatan jumlah cairan edema di dalam epitel misalnya: leukoedema
5. Berkurangnya vaskularisasi di bawah lapisan lamina propria
6. Ulserasi permukaan yang ditutupi oleh lapisan fibrin.
1) Gambaran Klinis
Daerah paling sering terkena: mukosa bukal secara bilateral, jarang terjadi pada: mukosa labial,
palatum lunak, dan dasar mulut.
Biasanya memiliki gambaran: lesi putih yang tipis, difus, dan memiliki lapisan (filmy appearance).
Lesi tersebut tidak dapat dikikis (scrap) dan akan menghilang/menjadi kabur jika mukosa diregangkan.
Pemeriksaan mikroskopis memperlihatkan: penebalan epitel, dengan edema intraseluler yang
signifikan pada stratum spinosum.
Permukaan epitel dapat memperlihatkan penebalan lapisan parakeratin.
2) Perawatan
Tidak ada indikasi untuk melakukan perawatan. Tidak ada laporan perubahan lesi menjadi ganas.
1) Gambaran Klinis
Umumnya:
a) Plak putih, simetris bilateral, lunak, “spongy”, atau plak tebal seperti beludru pada mukosa
bukal.
b) Asimtomatis dan tidak memperlihatkan perubahan menjadi ganas
Dapat juga terjadi di tempat lain, seperti: ventral lidah, dasar mulut, mukosa labial, palatum lunak, dan
mukosa alveolar.
Karakteristik histopatologis: penebalan epitel, parakeratosis, kondensasi perinuklear peculiar dari
sitoplasma, dan vakuolisasi lapisan suprabasal dari keratinosit.
2) DD
Mirip dengan:
a) sindrom mukosal herediter lain seperti: hereditary benign intraepithelial dyskeratosis, pachyonychia
congenita.
b) lesi infeksi seperti: kandidiasis
c) lesi traumatik pada cheek chewing
d) chemical burns atau preneoplastik/proses neoplastik
Paling baik dibedakan dengan interpretasi spesimen biopsi insisional.
3) Perawatan
Tidak ada indikasi untuk dilakukan perawatan.
Perawatan paliatif diberikan pada pasien dengan simtom, seperti berkumur dengan tetrasiklin.
1) Gambaran Klinis
Umumnya:
a) Lesi yang mirip seperti WSN, dengan plak putih “spongy”, tebal, asimtomatik, dan berombak,
yang melibatkan mukosa bukal dan labial.
b) Terdeteksi pada usia 1 tahun dan meningkat secara bertahap sampai remaja.
c) Aspek yang paling signifikan adalah HBID melibatkan konjungtiva bulbar, di mana terbentuk
lesi okular berupa plak opak, seperti busa, bergelatin, dan tebal di daerah yang berdekatan
dengan kornea
d) Lesi okular tersebut bermanifestasi pada usia 1 tahun, tedapat fotofobia, iritasi okular,
bergantung pada musim (meningkat pada musim semi dan menurun selama musim panas)
Daerah intraoral lain yang mungkin terkena, yaitu dasar mulut, lateral lidah, gingiva, dan palatum.
Lesi okular pada beberapa kasus dapat menyebabkan kebutaan.
Gambaran histopatologis yang khas: produksi parakeratin pada epitel dengan penebalan stratum
spinosum, dan adanya sel diskeratotik yang banyak.
2) Perawatan
Merupakan kondisi jinak, tidak diperlukan perawatan dari lesi oral. Untuk lesi okular, dirujuk ke
ophtalmologist.
1) Gambaran Klinis
Umumnya bilateral, lebih sering terjadi pada individu dengan
reduced overjet pada gigi posterior, dan terbatas pada rahang yang
bergigi.
2) Perawatan
Tidak ada perawatan yang diindikasikan.
2) DD
Dapat menyerupai leukoplakia displastik, kadang diperlukan biopsi untuk membedakannya.
3) Perawatan
Dengan penghilangan faktor iritan, lesi seharusnya hilang dalam 2 minggu. Bila tidak hilang, lakukan
biopsi untuk memastikan adanya lesi displastik.
c. Cheek Chewing (5-3)
Iritasi kronis dari sucking, nibbling, chewing berulang terdapat
area yang mengalami trauma menebal, luka, dan lebih pucat dari
jaringan sekitar.
Sering terlihat pada individu yang sedang stres atau kondisi psikologis
lain, di mana cheek dan lip biting menjadi kebiasaan. Pasien biasanya
sadar dengan kebiasaan tersebut, tapi tidak menghubungkannya
dengan lesi oralnya
Biasanya terlihat morsicatio labiorum (pada mukosa labial) dan morsicatio linguarum (pada batas
lateral lidah)
1) Gambaran Klinis
Umumnya:
a) Ditemukan secara bilateral pada mukosa bukal posterior sepanjang bidang oklusi.
b) Pasien sering mengeluhkan jaringan yang kasar atau tonjolan, yang biasanya terlepas (robek)
dari permukaan mukosanya menghasilkan permukaan yang berjumbai
c) Outline lesi tidak tegas, dengan daerah-daerah keputihan yang dapat bercampur dengan
eritema atau ulserasi.
Dapat terlihat sebagai kombinasi dengan lesi traumatik pada bibir dan lidah
Prevalensi 2 kali lebih besar pada wanita, dan 3 kali lebih besar setelah umur 35 tahun
Gambaran histopatologis: hiperkeratosis dan acanthosis. Biasanya permukaan keratinnya tebal dan
kasar dengan proyeksi keratin yang banyak jumlahnya, dan juga terdapat koloni bakterial.
2) DD
Menyerupai oral hairy leukoplakia, ketika terlihat pada lateral lidah.
Termasuk juga WSN, chemical burns, dan candidiasis.
d) Sodium Hypochlorite
Umumnya digunakan untuk irigasi saluran akar dapat
menyebabkan ulserasi serius bila berkontak dengan jaringan lunak
mulut
2) Gambaran Klinis
Umumnya:
a) Lokasi lesi berada pada daerah lipatan mukobukal dan gingiva.
b) Lesi berbentuk ireguler, putih, dan ditutupi oleh pesudomembran (biasanya berkerut), serta
sangat nyeri.
c) Lebih sering terdapat pada unattached nonkeratinized tissue dibandingkan dengan attached
mucosa.
1) Predileksi
vermillion border bibir bawah dan area kulit
lainnya yang terkena paparan (dahi, pipi, kuping, lengan atas)
2) Gambaran Khas
Pada bibir dapat berupa plak putih berbentuk
oval atau garis linear dengan diamter < 1cm, permukaannya dapat terlihat adanya krusta dan kasar saat
diraba.
Secara histopatologi, permukaan epitel
mengalami atrofi, dengan perubahan kolagen yang basophilic homogenous amorphous (solar elastosis) di
daerah lamina propria.
Berbagai derajat perubahan bentuk atipikal
seperti peningkatan rasio nukleositoplasma, hilangnya polaritas dan orientasi selular.
1) Predileksi
daerah yang terkena tembakau yang dikunyah umumnya di vestibula anterior RB, lalu
posterior.
2) Gambaran Khas
lesi asimptomatik dapat bergranular atau berkerut (5-9). Pada beberapa kasus, dapat terlihat kantung
(tobacco pouch keratosis), mukosanya terlihat berfisur atau rippled. Jangka panjang kantung menjadi
leathery dan bernodul (5-11). Gusi sisi fasial mengalami resesi dengan adanya kerusakan jaringan
periodonsium dan karies akar yang dapat meluas ke mahkota (5-10) kandungan gulanya yang tinggi
dan proses pengunyahan.
Secara histologis epitel hiperkeratosis dan menebal. Epitel superfisial dan keratin layer kadang
mengalami edema dan vaskuolisasi.
Kantung tidak umum mengalami displasia.
1) Predileksi
Terkonsentrasi pada bagian palatum lunak dan
keras yang terpapar asap panas paling sering saat inhalasi asap
2) Gambaran Khas
Karena suatu
kondisi kronis, palatum menjadi berwarna keabuan atau putih (fig A).
Terdapat sejumlah papul yang sedikit penonjolannya dengan bagian
tengah bertanda merah inflamasi. Juga terlihat duktus kelenjar saliva
minor mengalami metaplasia.
h. Sanguinaria-Induced Leukoplakia
Sanguinaria adalah ekstrak dari benzophenanthridine alkaloids, derivat dari tanaman rhizome, yang
dahulu digunakan sebagai oral cleanser (Viadent), namun ternyata bersifat karsiongenik
Biasanya ditemukan pada pasien usia decade keempat sampai kesembilan yang telah menggunakan
Viadent rata-rata 4,4 tahun.
1) Predileksi
Anterior Vestibulum RA dan RB (mukosa vestibulum dan attached gingiva)
2) Gambaran Khas
Lesi sangat berbeda dengan jaringan
sekitarnya dan tepi yang jelas. Spot-spot leukplakia berwarna putih, velvety, dan berombak. Lesi terlokasi
karena vestibulum dapat memperpanjang retensi produk di oral karena jauh dari duktus saliva mayor.
Biopsi memperlihatkan keratosis permukaan
dan pola verrucoid yang nyata. Perubahan atipikal minimal (termasuk hiperplasia basilar,
hiperkromatisasi, rasio nukleositoplasma meningkat), terbatas hanya di sepertiga bawah epitel umumnya
2) Gambaran Khas
Lesi berombak dengn penampakan berkerut dan mengikuti bagian lidah yang terkunyah.
Dapat berbentuk seperti plak. Umumnya lesi bilateral. Hiperkeratosis yang berat dari epitel dengan
permukaan yang irregular, acanthosis dengan edema superficial, dan beberapa sel koilocytic (virally
affected “balloon” cells) di spinous layer.
Terdapat inklusi virus homogen dengan adanya residual rim dari kromatin normal
Beberapa bukti menyatakan oral leukoplakia in nonsmokers memiliki risiko yang lebih besar menjadi ganas
dibandingkan dengan oral leukoplakia in smokers
b. Gambaran Klinis
Insiden leukoplakia tergantung : lokasi geografis dan kebiasaan pasien
smokeless tobacco leukoplakia (prevalensi tinggi)
Leukoplakia lebih sering ditemukan pada pria, dapat terjadi pada permukaan mukosa, namun jarang
menyebabkan ketidaknyamanan atau nyeri.
Leukoplakia sering terjadi pada dewasa yang lebih tua dari 50 tahun.
Prevalensi meningkat seiring bertambahnya usia, terutama pada pria (8% dari pria usia > 70 tahun)
70% lesi leukoplakia oral ditemukan pada mukosa bukal, vermillion border bibir bawah, dan gingival
Jarang terjadi pada palatum, mukosa maksila, area retromolar, dasar mulut, dan lidah.
Lesi pada lidah dan dasar mulut 90% menunjukkan displasia dan karsinoma
Subtipe
1) Homogenous Leukoplakia
Homogeneous leukoplakia” (or “thick leukoplakia”) batas jelas, terlokalisasi atau
ekstensif, agak lebih menonjol, dan permukaan memiliki fissure, kerutan, atau bergelombang.
Ketika dipalpasi terasa leathery (kenyal), atau seperti cracked mud-like.
FIGURE 5-27 Homogeneous leukoplakia as it appears at different sites: A, the lower lip; B, the floor of mouth;
and C, the gingiva.
3) Verrucous Leukoplakia
“Verrucous leukoplakia” or “verruciform leukoplakia” lesi putih tetal dengan permukaan papillary
pada rongga mulut.
Lesi ini umumnya banyak terkeratinisasi dan sering terlihat pada dewasa tua (usia 60-80 tahun).
Beberapa dari lesi ini memperlihatkan pola perkembangan exophytic.
FIGURE 5-29 Thick white plaque on the lateral border of tongue represents verrucous
leukoplakia. The small ulcerated lesion anterior to the white bumpy lesion is a
squamous cell carcinoma
c. Gambaran Histopatologis
Metode untuk mendiagnosa lesi leukoplakia pemeriksaan mikroskopis
dari specimen biopsy yang adekuat
Bentuk jinak dari leukoplakia hyperkeratosis dan inflamasi kronis.
Leukoplakia jinak dapat bertransformasi menjadi ganas
Waldron and Shafer, meneliti lebih dari 3,000 kasus leukoplakia,
menemukan 80% lesi hyperkeratosis jinak (ortho- or parakeratindengan atau tanpa penebalan spinous layer
(acanthosis).
17% kasus epithelial dysplasias or carcinomas in situ
Perubahan displastik berawal dari zona basal dan prebasal dari epithelium
Semakin banyak melibatkan epitel, semakin tinggi tingkat displasia
Perubahan displastik epitelium ditandai dengan inti yang membesar dan
hiperkromatik, pleomorphism sel dan inti, keratinisasi prematur sel, peningkatan ratio nucleocytoplasmic,
peningkatan aktivitas mitotik, dan kehilangan polaritas dan orientasi sel.
Ketika seluruh epitel (dari atas sampai bawah) terlibat carcinoma in situ
(CIS)
Hanya 3% dari lesi leukoplakik yang berevolusi menjadi karsinoma sel
skuamosa
e. Prognosis
setelah operasi pengankatan perlu dilakukan monitoring jangka panjang dari daerah lesi karena
leukoplakia memiliki rekurensi yang tinggi.
Rekurensi setelah 3,9 tahun rata-rata mencapai 20%.
Lesi jinak kecil tanpa displasia harus dipantau memiliki risiko menjadi ganas 4-6%
Lesi besar tanpa displasia bisa diangkat atau follow-up evaluation, dengan atau tanpa medikasi
Kunjungan dan biopsi untuk follow up penting apalagi ketika eliminasi iritan tidak sempurna
Hasil studi perubahan menjadi ganas terjadi setelah 2-4 tahun setelah onset dari leukoplakia tetapi dapat
juga terjadi setelah beberapa bulan atau juga setelah beberapa dekade
Setiap gambaran klinis dari leukoplakia memiliki perbedaan potensi menjadi ganas.
Urutan dari yang memiliki potensi menjadi ganas paling tinggi :
o Speckled (nodul) leukoplakia,
o verrucous leukoplakia,
o homogeneous leukoplakia
Untuk dysplastic leukoplakia harus cek histologis ketika ingin melakukan perawatan dan follow up.
Semakin tinggi tingkat displasia, semakin tinggi kemungkinan untuk berubah menjadi ganas
Banyak faktor yang terlibat dalam perawatan yang optimal, misalnya : lama persisten lesi, perkembangan
leukoplakia pada perokok, lesi timbul pada daerah dengan risiko tinggi seperti di dasar mulut, palatum lunak,
oropharynx, atau permukaan ventral lidah.
5. Bowen’s Disease
Bowen’s disease merupakan localized intraepidermal squamous cell carcinoma pada kulit yang dapat
berkembang menjadi karsinoma invasif setelah beberapa tahun.
Bowen’s disease juga dapat muncul pada mukosa genital pria dan wanita sebagai lesi erythroplakic, leuplakic,
atau papillomatous. Penyakit ini umumnya terjadi pada kulit, sebagai akibat dari proses pencernaan arsen. Tumbuh
lambat, sebagai erythematous patch yang membesar.
Dikarenakan gambaran klinis dan histologis yang mirip antara bowen’s disease dengan erythroplakia (keduanya
dapat dikarakteristikan sebagai patch merah pada membran mukosa, gambaran histologis terlihat severely dysplastic
epithelium atau epitelial karsinoma), dipertanyakan apakah keduanya sebenarnya merupakan penyakit yang sama.
Namun, opini terbaru menyatakan bowen’s disease dan erythroplakia berbeda.
6. Eritroplakia
Plak atau patches berwarna merah terang beludru yang tidak dapat dikarateristikan secara klinis atau patologis
dikarenakan kondisi-kondisi lainnya.
Lesi erythroplakic mudah terlewat oleh dokter gigi. Erythroplakia lebih umum terjadi dibandingkan dengan
leukoplakia. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mayoritas kasus erythroplakia (khususnya yang berada pada
lidah, dasar mulut, palatum lunak, dan anterior tonsillar pillars) memperlihatkan frekuensi yang tinggi untuk
perubahan premalignant dan malignant.
Meskipun etiologi eryhroplakia tidak pasti, namun mayoritas kasus erythroplakia berhubungan dengan perokok
berat, dengan atau tanpa konsumsi alkohol.
a. Gambaran Klinis
Terdapat beberapa variasi klinis, namun belum ada klasifikasi yang diterima secara global. Shear
mendeskripsikan:
1) homogeneous erythroplakia,
2) erythroplakia interspersed with patches of leukoplakia, dan
3) granular or speckled erythroplakia.
Sebagian besar dari lesi ini berbentuk ireguler, dan beberapa mengandung pulau mukosa normal yang berada
di dalam area-area erythroplakia, fenomena ini telah dihubungkan dengan persatuan dari sejumlah precancerous
foci.
A. B.
FIGURE 5-33 Clinical variations of erythroplakia.
A, Homogeneous erythroplakia consisting of a bright red well-demarcated velvety patch seen here in the posterior hard
palate/soft palate area. B, Homogeneous erythroplakia as a mixed area of leukoplakia and erythroplakia, called speckled
leukoplakia, seen in the floor of the mouth and on the lateral border of the tongue.
Erythroplakia umumnya muncul pada pria usia lanjut, sekitar usia 60-70 tahun. Umumnya terdapat pada
lantai mulut, ventral lidah, palatum lunak, dan tonsillar fauces, semuanya merupakan area utama untuk
perkembangan carcinoma. Multiple lesions dapat terjadi. Hampir semua lesi ini asimtomatik.
b. Gambaran Histopatologis
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa 80-90% kasus erythroplakia merupakan severe epithelial
dysplasia, carcinoma in situ, atau invasive carcinoma, secara histopatologis. Pada satu penelitian, tidak ada
satupun kasus erythroplakia yang merupakan benign keratosis.
c. DD
1) Erythematous candidiasis,
2) area iritasi mekanis,
3) denture stomatitis,
4) lesi vaskular, dan
5) beberapa variasi dari lesi inflamasi nonspesifik.
Dikarenakan warna kemerahan pada mukosa oral merupakan hal yang wajar, maka area kemerahan
erythroplakia seringkali tidak diindahkan oleh dokter gigi. Diferensiasi erythroplakia dengan lesi inflamasi jinak
mukosa oral dapat dilakukan dengan menggunakan 1% solution of toluidine blue, secara topikal dengan cara
swab atau dibilas (kumur). Meskipun teknik ini kurang efektif pada lesi keratotik, tetapi hasil untuk area dengan
karsinoma awal (erythroplakic dan lesi erythroplakic-leukoplakic) sangat baik, dengan hasil false-negative
(underdiagnosis) dan false-positive (overdiagnosis).
d. Perawatan dan Prognosis
Perawatan untuk erythroplakia sebaiknya mengikuti prinsip yang sama seperti perawatan untuk leukoplakia.
Observasi selama 1-2 minggu dilakukan setelah eliminasi iritan, namun biopsy harus segera dilakukan untuk lesi
yang persisten. Prosedur toluidine blue vital staining seharusnya dilakukan kembali setelah iritan dieliminasi. Jika
lesi tetap berwarna kebiruan, maka hal ini menunjukkan extensive dysplasia atau karsinoma awal, yang
memerlukan pembuangan total dari lesi. Invasive carcinoma harus segera dirawat, berdasarkan petunjuk
perawatan untuk kanker.
Mayoritas asimptomatik malignant erythroplakic lesions berukuran kecil; 84% berdiameter < 2 cm, dan 42%
berdiameter < 1cm. Bagaimanapun, dikarenakan rekurensi dan multifocal involvement umumnya terjadi, follow-
up jangka panjang diwajibkan.
Sekitar 28% pasien dengan OLP juga memiliki lesi kulit. Umumnya terdapat pada lengan bawah, kulit kepala,
dan genital. Tidak seperti lesi oral, lesi kulit umumnya self-limiting, akan menghilang sekitar setahun kemudian.
Kurangnya penelitian epidemiologi OLP, dan bervariasinya gejala OLP, menyebabkan sulitnya memprediksi
prevalensi kasus OLP.
Etiologi OLP yang sebenarnya tidak dapat diidentifikasi. Bagaimanapun perubahan klinis dan mikroskopis
yang konsisten dengan OLP seringkali terjadi sebagai respon terhadap beberapa agen (obat-obatan, bahan kimia,
metal, dan makanan). Saat manifestasi ini terjadi, hal ini disebut reaksi ‘likenoid’. Saat agen atau antigen
dihilangkan, gejala akan hilang.
Untuk menentukan diagnosis, diperlukan pemeriksaan klinis dan histologis yang menyeluruh untuk melihat
kemungkinan adanya displasia dan karsinoma. Biopsi juga diperlukan jika terjadi perubahan tanda dan gejala.
b. Gambaran Klinis
Umumnya terjadi pada usia 50 tahun-an, dan lebih sering pada wanita. Tempat kemunculan OLP umumnya
pada mukosa bukal, diikuti dengan lidah, gingiva, dan bibir. Gejala yang terjadi adalah rasa sakit dan tidak
nyaman, yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Umumnya sekitar 1% pasien memiliki cuteneous lichen
planus. Prevalensi OLP berkisar antara 0,1-2,2%. Lesi kulit liken planus dideskripsikan sebagai papul ungu,
pruritik, dan poligonal.
A B C
c. Gambaran Histologis
Tiga gambaran penting untuk diagnosis histopatologis dari liken planus:
1) Area hiperparakeratosis atau hiperortokeratosis, seringkali dengan penebalan lapisan sel granular dan
tampakan saw-toothed to the rete pegs
2) ‘liguefaction degeneration’ atau nekrosis lapisan sel basal, yang seringkali digantikan oleh sebuah pita
eosinofilik
3) Sebuah pita epitelial padat dari limfosit
Penelitian imunohistochemical telah mengkonfirmasi bahwa rasio T4/T8 dari limfosit dari epitelium dan
lamina propria pada lesi likenoid lebih tinggi daripada mukosa normal maupun mukosa leukoplakic, dengan
demikian hal ini akan membantu membedakan leukoplakia dari reaksi likenoid.
d. DD
1) Lesi likenoid (drug-induced lesions, hipersensitivitas merkuri-kontak, erythema multiforme,
lupus erythematosus, dan graft-versus-host-reaction)
2) Leukoplakia
3) Squamous cell carcinoma
4) Mucous membrane pemphigoid
5) Candidiasis
Riwayat yang detail dari tampakan klinis dan distribusi lesi akan sangat berguna.
Biopsi sebaiknya dilakukan sebelum perawatan, dikarenakan jika dilakukan setelah atau saat perawatan,
pemakaian kortikosteroid akan mengacaukan hasil biopsi. Biopsi pada papular dan plaquelike OLP dilakukan
untuk melihat kemungkinan parubahan displastik dan leukoplakia. Umumnya biopsi dilakukan pada OLP yang
berbentuk erosive dan bullous, dikarenakan lesi-lesi ini simtomatik (sehingga dokter gigi akan sangat
memperhatikannya) dan untuk membedakan dengan lesi-lesi vesikobulosa lainnya.
Bentuk OLP sebagai lesi yang premalignant masih didebatkan. Namun beberapa studi kasus menyatakan
bahwa insiden berkembangnya OLP menjadi squamous cell carcinoma terjadi sekitar 0.4 – 2%, dan kebanyakan
terjadi pada lidah dan mukosa bukal.
f. Treatment
Kortikosteroid topikal/ sistemik biasanya diberikan pada pasien. Medikasi secara topikal biasanya lebih sering
digunakan, yaitu flucinonide 0.05% dan clobetasol 0.05%, dalam bentuk pasta atau gel. Bentuk topikal
diaplikasikan tiap hari sesuai dengan kebutuhan pasien dan cara pengaplikasiannya dengan dioleskan dengan
kapas atau kassa (terutama pada mukosa bukal).
Selain itu, lesi erosif yang mengalami perluasan pada gingiva (desquamative gingivitis) dapat dirawat dengan
menggunakan occlusive splints sebagai carrier dari kortikosteroid. Terapi occlusive ini dapat menyebabkan
absorpsi sitemik dari high-potency kortikosteroid, maka pasien harus memonitor penggunaan dosis seminimal
mungkin tiap harinya. Beberapa studi menunjukkan bahwa penggunaan obat kumur antibacterial seperti
chlorhexidine sebelum penggunaan steroid dapat mencegah perkembangan jamur
Steroid sistemik jarang digunakan. Obat yang biasanya digunakan secara sistemiki adalah tablet prednisone
dengan dosis 40-80 mg per hari untuk 10 hari, namun penggunaan dosisnya tetap berdasarkan status medis
pasien, beratnya penyakit dan respon terhadap perawatan terdahulu. Bila ada penyakit sistemis, maka pasien
wajib dikonsul terlebih dahulu, sebelum menggunakan obat-obatan steroid.
Retinoid juga dapat digunakan, bersamaan dengan penggunaan kortikosteroid topical. Aplikasi topical
retinoid dalam bentuk pasta atau gel dapat mengeliminasi lesi-lesi khusus, seperti plaque-like lesions pada
banyak pasien. Penggunaan retinoid secara sistemis dapat menyebabkan disfungsi liver, cheilitis dan
teratogenisitas, namun ada obat sistemik yang cukup aman, yaitu temarotene meminimalkan efek samping.
Selain itu obat-obat lain yang dapat digunakan secara sistemik dan topical adalah dapsone, doxycycline dan
antimalarials.
Jika lesi terdapat pada mukosa di dekat restorasi amalgam dan pasien memiliki hasil positif pada saat tes
merkuri dan metal lainnya, pengangkatan restorasi amalgam dapat dilakukan untuk penyembuhan pasien.
Bedah eksisi tidak dianjurkan untuk OLP kecuali terjadi kasus dysplasia/keganasan.
8. Reaksi Lichenoid
Reaksi lichenoid dan lichen planus memiliki gambaran histopatologis yang sama. Sedangkan perbedaannya
adalah : (1) hubungan reaksi lichenoid dengan penggunaan obat-obatan, kontak dengan logam metal, penggunaan
perasa makanan dan penyakit sistemis (2) penyembuhan reaksi lichenoid setelah obat-obatan atau faktor lainnya
dieliminasi atau setelah lesi dirawat. Secara klinis, reaksi Lichenoid menyerupai tampakan dari Lichen Planus
a) Drug-Induced Lichenoid Reactions
drug-induced lichenoid reactions adalah lesi mukosa oral yang memiliki karakteristik klinis dan histopatologi
yang sama dengan lichen planus, dan yang berhubungan dengan penggunaan obat-obatan dan sembuh setelah
penggunaan obat-obatan tersebut. Sejarah penggunaan obat-obatan merupakan hal yang penting ditanyakan
pada saat pemeriksaan pasien dengan reaksi lichenoid pada kulit,mukosa oralnya.
Secara klinis, terdapat sedikit pembeda antara lichen planus dengan reaksi ini pada lesi lichenoid yang
melibatkan bibir dan yang penyebarannya asimetris dan melibatkan kulit, biasanya merupakan reaksi dari
penggunaan obat-obatan. Secara histopatologis, erupsi lichenoid karena penggunaan obat memperlihatkan
infiltrasi limfositik secara superficial yang dalam, berbeda dengan lichen planus yang infiltrasinya berupa
band-like. Eosinofil, sel plasma dan neutrofil juga dapat terlihat pada infiltratnya.
Reaksi ini dapat sembuh seiring dengan berhentinya penggunaan obat-obatan. Bagaimanapun, banyak lesi
yang membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk dapat sembuh. Terapi obat-obatan yang menyebabkan reaksi
ini adalah terapi NSAIDs, diuretic, antihipersensitif lain dan agen hypoglikemik oral (tipe sulfonylurea).
Frekuensi timbulnya reaksi ini pada pengguna NSAIDs adalah 10 x lebih besar daripada obat-obatan yang
lain. Pada kasus yang melibatkan sistemis, reaksi lichenoid ini juga dapat menyebabkan penyakit lupus
erythematosus.
Reaksi ini memiliki betuk akut (< 100 hari setelah transplantasi tulang sum-sum) dan kronis ( > 100 hari
setelah transplantasi).
Tampakan klinis. Lesi epidermis dari GVHD akut berkisar antara bercak-bercak ringan sampai kerak-kerak
difus yang parah. Lesi ini dapat melibatkan nekrolisi toxic epidermal yang ditemukan pada pasien EM
(erythema multiforme) adanya bulla berukuran besar yang berkembang dengan terlepasnya epidermis
kulit, meninggalkan tampakan kulit yang terbakar. Lesi pada oral mukosa terjadi hanya pada 1/3 kasus.
sedangkan pada GVHD kronis, biasanya berhubungan dengan lesi lichenoid dan mengenai kulit dan
membrane mukosa. Lesi oral terjadi pada 80% kasus GVHD, epithelium dari kelenjar saliva dan lakrimal
biasanya juga terlibat. Pada beberapa kasus, lesi lichenoid intraoral biasanya meluas dan melibatkan pipi,
lidah, bibir dan gingival. Pada kebanyakan pasien dengan GVHD oral, terlihat adanya jaringan reticular striae
putih yang menyerupai OLP. Pasien biasanya mengeluh adanya rasa terbakar pada mukosa oralnya.
Xerostomia bioasanya dikeluhkan ketika kelenjar saliva ikut terlibat. Kronik GVHD juga dapat
memperlihatkan keterlibatan pyogenic granuloma pada lidah.
DD dari GVHD adalah candidiasis dan infeksi lainnya, dan juga infeksi virus (herpes dan CMV). Karena
adanya potensi keterlibatan kelenjar saliva pada GVHD kronis, maka diperlukan juga biopsy dari kelenjar
saliva minor.
Perawatan dan prognosis. Prinsip dasar dari perawatannya adalah pemeriksaan histokompatibilitas pasien
dan penggunaan obat-obatan imunnosupresif. Pada beberapa kasus, kortikosteroid topical dan medikasi
paliatif dapat memfasilitasi penyembuhan ulserasi. Terapi radiasu dengan sinar ultraviolet A dapat efektif
juga untuk penyembuhan lesi.
suspensi azathioprine dapat digunakan sebagai obat kumur-kumur yang kemudian ditelan. Biasanya
digunakan untuk mengatasi lesi yang resisten terhadap perawatan sebelumnya.
9. Lupus Erythematous
a. Gambaran klinis, diagnosis dan treatment
Sistemic Lupus Erythematosus
Lesi simtomatik, terutama jika memakan makanan panas dan pedas
Klinis : Terdapat erythem, ulserasi permukaan, plak keratotik, striae putih/papul
Predileksi : mukosa bukal serta vermillion border bibir atas, retromolar pad
Granules muncul ketika pubertas dan bertambah seiring umur. Lebih sering
terdapat pada pria.
Treatment : no treatment
Adult
Diperkirakan berasal dari sisa dental lamina
Predileks : C dan P, usia 50-60 tahunan
Lesi ini sangat berkaitan dengan lateral periodontal cyst (perkembangan)
Klinis : pembengkakan sesil pada daerah interdental di gingival cekat
Lesi berwarna putih kuning kebiruan dengan diameter 0,5-1 cm
Lesi dapat menyebabkan kerusakan superficial tulang
2) Gambaran Klinis
Diawali dengan sensasi terbakar pada rongga mulut, terutama saat makan makanan pedas.
Terbentuknya vesikel atau ulser di rongga mulut, meningkatnya produksi saliva atau xerostomia dan
perubahan daya pengecapan.
Mukosa mulut menjadi kaku da berlanjut sehingga mulut jadi sulit dibuka, sulit menelan, dan berbicara.
Mukosa terlihat memutih dan pita-pita fibrotik dapat terlihat dan terasa bila dipalpasi.
Pita fibrotik dapat terlihat pada mukosa bukal, palatum lunak, posterior faring, bibir, dan lidah.
Dapat terjadi pada segala usia tetapi umumnya pada individu berusi 20-30 tahun.
Pemeriksaan histologis menunjukkan epitel atrofi dengan kehilangan rete ridge, lamina propria di
bawahnya menunjukkan hyalinisasi parah dengan kolagen homogen, elemen seluler dan pembuluh darah
sangat berkurang.
Karsinoma sel skuamosa adalah suatu neoplasma ganas yang berasal dari mukosa. Ini adalah tipe yang paling umum dari
kanker mulut, terhitung lebih dari 90% dari semua neoplasma ganas rongga mulut. Kanker mulut dapat terjadi pada semua
usia. Lebih dari 95% karsinoma mulut terjadi pada usia > 40 th. Sekarang prevalensi 2:1 karena meningkatnya jumlah
wanita perokok.
Penyebab pasti tidak diketahui. Atipisme sitologik dan mutagenesis dapat merupakan akibat dan pajanan dari banyak
faktor yang berkaitan dengan penuaan dan pajanan terhadap berbagai bahan biologik, kimia, fisik seperti: infeksi
Treponema pallidum, virus herpes simpleks, HPV atau Candida albicans, penggunaan berlebihan alkohol dan tembakau,
defisiensi nutrisi, OH buruk, teauma kronis, radiasi, imunosupresi.
Predileksi: paling umum tepi lateral dan permukaan ventral lidah.
Lainnya: orofaring, dasar mulut, gusi, mukosa pipi, bibir, palatum.
Gambaran klinis:
90% mempunyai komponen eritroplakia, 60% leukoplakia.
Lesi dini sering tanpa gejala, tumbuh lambat. Ketika lesi berkembang maka tepinya menjadi difus dan
ireguler, keras, tidak dapat digerakkan.
Permukaan oral berulserasi keluhan sakit, kebas, atau terbakar, pembengkakan, sulit bicara atau
menelan.
Jika perawatan terlambat, lesi dapat melebar hingga beberapa cm metastasis merusak struktur tulang
vital.
Penyebaran terjadi dengan perluasan setempat atau melalui jalur pembuluh-pembuluh limfatik.