Professional Documents
Culture Documents
MODUL
METODOLOGI PENELITIAN
(3 SKS)
POKOK BAHASAN :
Deskripsi :
Penentuan varibel penelitian yang dapat diukur dan perumusan hubungan antara
varibel adalah dua langkah yang sangat penting dalam penelitian sosial. Namun
demikian, dua langkah ini sering kurang diperhatikan dengan akibat peneliti tidak dapat
menguji hipotesa - hipotesa ilmu sosial dengan cermat. Dalam suatu korelasi yang erat
antara dua variabel yang ditemukan di usatu daerah atau negara tidak tentu berlaku
untuk daerah atau negara lain. Korelasi tersebut juga tidak selalu terlihat pada waktu
yang berlainan pada tempat yang sama, lebih-lebih pada masyarakat dimana keadaan
sosial ekonomi berubah dengan pesat. Umpamanya hubungan yang negatif antara
tingkat sosial ekonomi masyarakat dan vertilitas (orang kaya mempunyai anak yang
lebih sedikit) yang terjadi dibanyak negara barat tidak tentu berlak7u di negara sedang
berkembang. Bahkan penelitian-penelitian dinegara barat pun menunjukkan bahwa
hubungan negatif itu hanya terjadi pada beberapa negara dan waktu-waktu tertentu.
Apabila hubungan antara variabel merupakan inti dari penelitian ilmiah, maka perlu
diketahui berbagai macam hubungan antara variabel lainnya. Berikut ini akan diuraikan
dengan cukup terperinci tiga jenis hubungan: hubungan simetris, hubungan timbal balik
(reciprocal), dan hubungan simetris
TUJUAN INSTRUKSIONAL :
Setelah mempelajari mata kuliah ini diharapkan mahasiswa dapat :
1. Memahami dan mampu menjelaskan pengertian hubungan antar variabel.
2. Memahami dan mampu menjelaskan kembali hubungan antar variabel.
3. Memahami dan mampu menjelaskan kembali jenis-jenis hubungan antar
variabel.
jangkung. Semua yang menandai semua tokoh ini (laki-laki, wanita, buruh, majikan, tua,
muda, penghasilan rendah, penghasilan tinggi) kita sebut ‘atribut’. Variabel tiada lain
dari pengelompokanyang logis dari dua atau lebih atribut.atribut laki-laki dan wanita
dikelompokkan menjadi variabel seks, atribut tua dan muda dikelompokkan menjadi
variabel usia.
Menurut salah satu ciri pokoknya, variabel dapat berbentuk variabel diskrit
(discrate) atau variabel bersambungan (continuous). Secara harviah, diskrit berarti tidak
mempunyai pecahan (utuh). Jumlah anak dalam suatu keluarga adalah variabel diskrit:
dua, tiga, atau empat anak dan tidak pernah 2,5 atau 2,6. demikian juga jumlah negara,
gedung, sepeda motor dan lain-lainnya. Sebaliknya variabel bersambungan dqapat
dinyatakan dalam angka pecahan;seorang anak dapat mempunyai berat 22,56 kg dan
tingginya 1,23 meter.
Contoh yang dikemukakan diatas kiranya membantu menjelaskan perbedaan
prinsip antara kedua jenis variabel tersebut;variabel diskrit hanya dapat dinyatakan
dalam satuan-satuan (satu,dua,lima) dan satuan-satuan itu tidak mungkin dibagi lagi
dalam unit yang lebih kecil. Dalam variabel bersambungan, diantara dua unit ukuran,
terdapat unit-unit ukuran lain yang secara teoritis tak terhingga jumlahnya. Sehingga
contoh diantara 1,5 meter dan 1,6 meter terdapat 1,53; 1,54 dan seterusnya.
Perbedaan antara dua jenis variabel ini dapat pula dinyatakan sebagai berikut:
variabel diskrit adalh hasil perhitungan, sedangkan variabel bersambungan adalah hasil
pengukuran. Kita menghitung jumlah anak, negara, atau perusahaan tetapi kita
mengukur berat, tinggi dan luas.
Agar dapat dikelompokkan menjadi satu variabel, dua atau lebih tersebut tidak
boleh ‘tumpang tindih’ (mutually exclusive). Dalam variabel tipe kendaraan yang
atributnya terdiri dari ‘beroda dua, beroda tiga’ dan’beroda empat’ tidak dapat
dimasukkan atribut beroda besi atau beroda kayu. Dalam variabel tingkat pendidikan
yang terdiri dari beberapa atribut (tidak sekolah, tidak tamat SD, SD, dan seterusnya)
tidak boleh dimasukkan atribut sekolah negeri atau swasta (Sdswasta), sekolah umum
atau kejuruan yang dua-duanya menggambarkan jenis sekolah.
Atribut-atribut dalam suatu variabel harus mencakup semua kemunghkinan yang
ada dalam variabel (exhaustive). ‘merah’ dan’putih’ adalah dua dari jumlah atribut dalm
suatu warna. Usia 7 atau 10 tahun adlah sebagian kecil atribut dalm suatu variabel usia.
Variabel status perkawinan di Jawa tidak hanya meliputi atribut belum kawin, kawin, dan
janda/duda tapi beberapa kemungkinan lain seperti pisah kebo, kumpul kebo (kawin
saksi atau kawin teplok) dan kawin gantung. Dalm penyusunan kuesioner, atribut suatu
variabel perlu diketahui secara lengkap.
Semua cabang ilmu pengetahuan mencari hubungan yang sistematis antara
variabel. Dalam hal ini yang membedakan ilmu sosial dan ilmu eksakta adlah variasi
dalam hubungan-hubungan tersebut menurut tempat atau lokasi dan urutan waktu.
Dalam ilmu sosial suatu korelasi yang erat antara dua variabel yang ditemukan di usatu
daerah atau negara tidak tentu berlaku untuk daerah atau negara lain. Korelasi tersebut
juga tidak selalu terlihat pada waktu yang berlainan pada tempat yang sama, lebih-lebih
pada masyarakat dimana keadaan sosial ekonomi berubah dengan pesat. Umpamanya
hubungan yang negatif antara tingkat sosial ekonomi masyarakat dan vertilitas (orang
kaya mempunyai anak yang lebih sedikit) yang terjadi dibanyak negara barat tidak tentu
berlak7u di negara sedang berkembang. Bahkan penelitian-penelitian dinegara barat
pun menunjukkan bahwa hubungan negatif itu hanya terjadi pada beberapa negara dan
waktu-waktu tertentu.
timbal balik (reciprocal), dan hubungan simetris. Berbagai jenis hibungan variabel dapat
dilihat dalam tabel 3.1.
A. Hubungan Simetris.
Variabel- variabel dikatakan simetris mempunyai hubungan simetris apabila
variabel yang satu tidak disebabkan atau dipengaruhi oleh yang lainnya. Terdapat
empat kelompok hubungan simetris:
1. Kedua varibel merupakan indikato sebuah konsep yang sama. Jantung yang
berdenyut semakin cepat sering dibarengi keluarnya keringat tanda kecemasan,
tetapi tidak dapat dikatakan jantung yang berdebat cepat menyebabkan tangan
berkeringat. Jumlah anak lahir hidup dan tingkat kelahiran kasar
[crude birth rate ] adalah dua indikator dari konsep fertilitas
2. Kedua varibel merupakan akibat dari suatu faktor yang sama. Pada suatu
negara meningkastnya pelayanan kesehatan dibarengi pula dengan
bertambahnya jumlah pesawat udara. Kedua variabel tidak salimg
mempengaruhi, tetapi keduanya merupakan akibat dari peningkatan
pendapatan.
3. Kedua variabel saling berkaitan secara fungsional, di mana satu berada yang
lainnya pun pasti disana. Di mana ada guru disitu ada murid, di mana ada
majikan disana ada buruh.
4. Hubungan yang kebetulan semata-mata, seorang bayi ditimbang lalu
menunggal keesokan harinya. Berdasarkan kepercayaan, kedua peristiwa dapat
dianggap berkaitan dalam penelitian empiris tidak dapat disimpulkan bahwa bayi
tersebut meninggal karena ditimbang.
B. Hubungan Timbal-Balik
Hubungan timbal-balik adalah hubungan dimana suatu variabel dapat menjadi
sebab dan juga akibat dari variabel lainnya. Perlu diketahui bahwa hubungan timbal-
balik bukanlah hubungan, dimana tidak dapat ditentukan variabel yang menjadi sebab
dan variabel yang menjadi akibat. Yang dimaksudkan ialah apabila pada suatu waktu,
variabel X mempengaruhi variabel Y, pada waktu lainnya variabel Y mempengaruhi X.
Sebagai contoh, penanaman modal mendatangkan keuntungan dan pada gilirannya
keuntungan akan memungkinkan penanaman modal. Dengan demukian, variabel
terpengaruh dapat pula menjadi variabel pengaruh pada waktu lain.
C. Hubungan Asimetris
Inti pokok analisa sosial terdapat dalam hubungan asimetris, dimana satu
variabel mempengaruhi variabel yang lainnya. Berikut ini dijelaskan enam tipe hubungan
asimetris:
1. Hubungan antara stimulus dan respons. Hubungan seperti ini merupakan salah satu
tipe hubungan kausal dan umumnya ditelitidalam ilmu-ilmu eksakta, psikologi dan
pendidikan. Seorang insinyur pertanian melihat pengaruh pupuk terhadap buah yang
di hasilkan, seorang psikologi meneliti pengaruh kerasnya musik terhadap tingkat
konsentrasi, seorang pendidik meneliti pengaruh metode mengajar tertentu terhadap
prestasi pelajar para siswa dan seorang ahli ekonomi meneliti hubungan antara
devaluasi nilai uang ddengan peningkatan ekspor.
Para peneliti yang ingin mempelajari hubungan sseperti ini kadang-kadanhg di
hadapkan pada apa yang disebut “prinsip selektifitas”. Contoh yang sederhana misalnya
kelompok yang suka mendengarkan radio ternyata lebih terbuka terhadap pengaruhb
luar dibanding dengan kelompok yang tidak mendengarkan. Yang dipersoalkan oleh
kelompok selektifitas adalah: apakah kelompok itu terbuka karena mendengarkan radio,
ataukah justru karena bersikap terbuka itulah mereka mendengarkan radio. Masalah ini
dapat diatasi apabila terdapat data dasar yangb memperlihatkan bahwa kedua keompok
2. hubungan antara disposisi dan respons. Yang dimaksudkan dengan diposisi adalah
kecenderungan untuk menunjukkan respontertentu dalam situasin tertentu. Berbeda
dengan stimulasi yang datang dari luar, disposisi “berbeda” dalam diri seseorang
mislnya sikap kebiasaan, nilai, dorongan, kemampuan dan sebagainya. Suatu respon
sering diukur dengan mengamati tingkah laku seseorang, misalnya pemakaian
kontrasepsi, migrasi, perilaku inivasi dan perilaku politik. Dalam ilmu sosial contoh-
contoh penelitian hubungan disposisi dan respons terdapat pada studi sikap dan tingkah
laku. Misalkan hubungan antara kepercayaan seseorang dengan kecenderungan
memakai obat tradisional, sikap terhadap pemerintah dan perilaku atau keinginan
bekerja dan frekuensi mencapai pekerjaan.
3. hubungan antara ciri individu dan disposisi atau tingkah laku. Yang dikmaksudkan
dengan ciri adalah sifat indifidu yang relatif tidak berubah dan tidak dipengaruhi
lingkungan seperti seks, suku bangsa, kebangsaan, pendidikan dan lain-lain.
4. hubungan antara perkondisi yang perlu dengan akibat tertentu. Agar warga negara
dapat menyatakan perasaan hatinya dengan jujur diperlukan jaminan pemerintah untuk
melindungi kebebasan pers. Agar pedagang kecil dapat memperluas usahanya
diperlukan antara lain persyaratan pinjam bank yang lunak. Agar penyebarluasan
kontrasepsi lewat saluran komersial bertambah luas, pajak impor kontrasepsi
dibebaskan.
5. hubungan yang imanen antara dua variabel. Dalam hubungan tersebut, kedua
variabel terjalin satu sama lain; apabila variabel yang satu berubah maka variabel yang
lain ikut berubah. Misalnya hubungan antara semakin besarnya suatu organisasi dengan
ssemakin rumitnya peraturan yang ada. Administrasi yang rumit tidak disebabkan
besarnya organisasi melainkan ciri dasar suatu organisasi besar adalah administrasi
yang rumit.
6. Hubungan antara tujuan (ends) dan cara (means). Dalam ilmu sosial yang berminat
meneliti hubungan seperti ini cukup banyak jumlahnya. Sebagai contoh dapat
dikemukakan disini studi yang meneliti hubungan antara kerja keras dan keberhasilan,
jumlah jam belajar dan nilai ujian yang diperoleh, atau besarnya penanaman modal dan
keuntungan.
Dalam tabel 3.2 digambarkan berbagai contoh hubungan antara konsep dan
variabel menurut kategori-kategori diatas. Dalam ilmu-ilmu sosial yang paling penting
adalah nomor 2 dan 3 di tabel 3.2 sedangkan ilmu kependudukan nomor 3 (hubungan
antara ciri individu dengan dengan tingkah laku atau disposisi) banyak disoroti.
X Y
Hubungan bivariat
Variabel pengaruh
X1
Variabel terpengaruh
X2 Y
X3
X4
Hubungan Multivariat
Berbeda dengan ilmu eksakta, dalam ilmu sosial hubungan tunggal antara satu variabel
dengan variabel lainnya tidak pernah ada dalam realita. Oleh karena itu kesimpukan
yang diperoleh dari hubungan antara dua variabel harus dianggap sebagai kesimpulan
sementara dan harus diinterprestasikan dengan hati-hati.
Dalam penelitian kependudukan variabel terpengaruh yang pokok adalahtingkat
vertilitas (misalnya jumlah anak lahir hidup), sikap terhadap keluarga berencana, tingkat
mortalitas (tingkat kematian kasar), tingkat migrasi (lifetime migration), tingkat partisipasi
angkatan kerja, dan sebagainya. Sedangkan variabel-variabel pengaruh yang penting
adalahciri-ciri individu (umur, jenis kelamin, pekerjaan, tingkat pendidikan, pendapatan
dan sebagainya), lokasi geografis (terutama kota tau desa)dan sifat atau macam
organisasi (tipe keluarga, macam organisasi keluarga berencana, dan sebagainya).
Beberapa variabel terpengaruh dan variabel pengaruh dalam ilmu sosial dapat dilihat
dalam lampiran 3.1.
Ada beberapa cara untuk menguji hubungan antara dua variabel diantaranya
tabulasi islang, rumus Kai kiadrat, korelasi dan regresi. Sebagai contoh, tabel 3.3
melukiskan hubungan yang negatif antara tingkat pendidikan wanita dan mortalitas bayi:
semakin tinggi tingkat pendidikan semakin rendah tingkat kematian bayi.
TABEL 3.3. tingkat kematian bayi dan pendidikan wanita (umur 20-24 tahun),
Indonesia, 1971.
SUMBER: T.H. Hull dan V.J. Hull, hubungan antara status ekonomi dan vertilitas:
sebuah analisa data dari indonesia, 1976.
Denan demikian variabel umur dapat dikontrol. Yang perlu diketahui, dengan
pengontrolan variabel seperti ini generalisasi dari penemuan terhadap hubungan antara
pendidikan dan moralitas hanya berlaku untuk wanita yang berusia 20-24 tahun saja.
Untuk menguji apakh jarak memang tidak mempunyai hubungan dengan kunjungan,
dimasukkanlah variabel “pendidikan” sebagai kontrol.dari tabel 3.5 (kolom II, III )
ternyata bahwa apabila pendidikan dikontrol, jarak jelas mempunyai hubungan dangan
kunjungan ke puskesmas: makin jauh letak suatu desa dari puskismas makin rendah
presentase penduduknya yang berkunjung ke puskesmas tersebut. Yang mengaburkan
hubungan antara kedua varibel tersebut adalah presentase yang sangat tinggi dan
kelompok yang berpendidikan 7 tahun keatas didesa c yang jauh yang sudah
mengunjungi puskesmas (lihat kolom IV). Oleh karena itu dapatlah diambil kesimpulan
bahwa variabel pendidikan mengaburkan hubungan antara jarak dan kunjungan
kepuskesmas; dengan kata lain variabel pendidikan “menekan” hubungan tersebut
sehingga tidak nampak.
Variabel pengaruh Variabel terpengaruh
Pendidikan
responden
TABEL 3.6. status sosial ekonomi dan sikap terhadap program keluarga
berencana
Penelitian yang kritis mungkin kurang puas demgam kesimpulan yang di luar dugaan itu.
Dia mengira bahwa ada variabel pengganggu yang menyebabkan hubungan prinsip
antara kelas ekonomi dan sikap terhadap program KB. Dalam hal ini variabel
pengganggu yang diuji pengaruhnya adalah statuss pekerjaan responden.ternyata
setelah dikontrol dengan variabel ini, hipotesa semula hanya dapat diterima untuk status
pekerjaan tertentu.
Penelitian pembagi sampel ke dalam dua golongan: pegawai negri dan bukan
pegawai negeri. Nampak bahwa sebagian besar pegawai negeri termasuk status sosial
ekonomi tinggi dan justru paling banyak golongan ini setuju dengan program KB
pemerintah (lihat tabel 3.7). tapi dikalangan pendudukbukan pegawai negeri ternyata
hipotesa semula dapat diterima. Hanya sebagian kecil golongan sosial ekonomi tinggi
(20 %) setuju dengan dengan program KB sedangkan 50% golongan sosial ekonomi
rendah menunjukkan sikap positif terhadap program tersebut.
TABEL 3.6. status sosial ekonomi dan sikap terhadap program keluarga
berencana dengan pekerjaan
Variabel kontrol diperhatikan para peneliti sosial agar tidak menarik kesimpulan
yang salah dari data yang di analisa. Variabel lain juga diamati peneliti agar dia dapat
lebih mengenal proses sebab-akibat antara dua variabel dengan lebih mendalam. Selain
variabel kontrol,terdapat dua kelompok variabel yang sering dipakai dalem analisa
sosial,yakni variabel antara (intervening variabel) dan variabel anteseden (antecedent
variabel).
Status
kepegawaian
Variabel pengganggu
2. Variabel-antara
Salah satu asumsi dasar dalam ilmu pengetahuan adalah segala sesuatu harus
ada sebab musabab nza. Khusus dalam ilmu sosial, ssetiap fenomena dipengaruhi oleh
seragkai sebab musabab. Oleh karena itu setiao kali menentukan sebab dari suatu
fenomena, selalu akan di timbulkan pertanyaan, apakah sebab yang lain? Apakah
sebab yang pertama berpengaruh langsung pada fenomena tersebut, ataukah tidak
langsung dan melalui sebab lainnya? Pertanyaan yang terakhir ini mengantar kita ke
suatu faktor penguji yang penting yakni variabel antara.
Untuk mengatur ragkakaian sebab-musabab suatu fenomena,pegamatan serta
akal sehatlah di samping teori yang menjadi pedoman.tetapi dalam ragkaian sebab-
akibat itu,suatu variabel akan disesebut variabel antara apabila,dengan masuknya
variabel tersebut,hubungan statistik yang semula nampak antara dua variabelmenjadi
lemah atau bahkan lenyap.hal itu disebabkan karena hubungan yang semula nampak
antara kedua variabel pokok bukanlah suatu hubungan zang langsung tetapi memulai
variabel yang lain (liat gambar).
B
Variabel
Antara
A C
Variabel Variabel
Pengaruh Terpengaruh
Untuk dapat menentukan bahwa di antara tiga (kelompok) variabel terdapat variabel
antara diperlukan tiga hubungan asimetris : A dan B. B dan C, A dan C.(lihat gambar
diatas). Berikut ini terdapat beberapa contoh variabel antara:
Menurut para ahli sosiologi, agama hanya mempengaruhi frekuensi bunuh diri karena
agama erat hubungannya dengan intregrasi seseorang dalam masyarakat. Kebiasaan
membaca menunjukkan hubungan yang positif dengan umur tetapi hanya melalui suatu
variabel antara, yaitu pendidikan : seorang lanjut usia yang tidak sekolah, tidak akn lebih
banyak membaca dibandingkan dari seseorang pemuda. Sebuah teori sumber daya
manusia membuat hepotesa bahwa perusahaan asing dan perusahaan besar
membayar upah lebih tinggi karena mempekerjakan buruh dengan karakteristik yang
menjamin produktifitas perusahaan (misalnya berpendidikan tinggi, trampil dan
berpengalaman).
4. Variabel Anteseden
Variabel anteseden mempunyai kesamaan dengan variabel antara yaini merupakan
hasil yang lebih mendalam dari penelusuran hubungan kausal antara variabel.
Perbedaannya, variabel antara “menyusup” diantara variabel pokok, sedangkan cariabel
anteseden mendahului variabel pengaruh.
B C
A
Variabel Variabel
Variabel
Anteseden Anteseden
Anteseden
Dalam realita hubungan antara dua variabel sebenarnya merupakan penggalan dari
sebuah jalinan sebab akibat yang cukup panjang. Oleh karena itu setiap usaha untuk
mencari jalinan yang lebih jauh –seperti halnya dengan variabel anteseden- akan
memperkaya pengertian kita tentang fenomena yang diteliti.
Variabel anteseden dapat diamati dari contoh di bawah ini. Misalnya kita memiliki
data yang menunjukkan bahwa apabila pendidikan seseorang rendah, pengetahuan
politiknya pun rendah. Jadi yang hendak diterangkan adalah hubungan antara
pendidikan dan pengetahuan politik. Secara skematis hubungan ini adalah sebagai
berikut :
Dalam usaha memperjelas hubungan ini kadang-kadang perlu ditelusuri variabel apa
yang mempengaruhi pendidikan. Status soaial ekonomi orang tua, dalam teori, sering
Adanya variabel anteseden ini, menambah pengertian kita tentang hubungan antara
pendidikan dan pengetahuan politik. Kita sekarang dapat mengatakan : latar belakang
keluarga seseorang (status sosial – ekonomi orang tua) menentukan tingkat
pendidikannya dan pendidikannya menentukan tingkat pengetahuan politiknya.