Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sejalan dengan sejarah perkembangan peradaban manusia, eksploitasi dan upaya
pemanfaatan sumber daya alam merupakan proses yang tidak terhindarkan.
Pertambahan penduduk dunia merupakan faktor utama pendorong bagi upaya
pemanfaatan sumber daya alam (Natural Resources Exploitation) khususnya hutan,
disamping intensitas teknologi yang digunakan. Kehutanan kemudian dihadapkan
dengan meningkatnya permintaan masyarakat akan barang dan jasa yang berasal dari
hutan, seperti kebutuhan air bersih, konservasi lahan, dan habitat satwa liar tertentu
atau terjadinya penyusutan lahan sebagai kebutuhan dasar masyarakat khususnya
masyarakat sekitar hutan. Kawasan hutan kemudian dikonversi untuk tujuan lain
seperti tempat pemukiman, lahan pertanian dan perkebunan, bahkan akhir-akhir ini
terjadi illegal logging secara besar-besaran. Kondisi tersebut telah membawa dampak
kepada permasalahan keseimbangan ekosistem alam atau lingkungan biosfir bumi.
Konversi hutan menjadi lahan pertanian disadari menimbulkan banyak masalah
seperti penurunan kesuburan tanah, erosi, kepunahan flora dan fauna, banjir,
kekeringan dan bahkan perubahan lingkungan global. Masalah ini bertambah berat
dari waktu ke waktu sejalan dengan meningkatnya luas areal hutan yang dialih-
gunakan menjadi lahan usaha lain.
B. TUJUAN
Tujuan pembuatan makalah ini adalah :
C. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dari pembuatan makalah ini agar tidak keluar jalur dari
pembahasan adalah dampak dari hujan asam, bagaimana menaggulanginya, serta
mengenai punahnya flora dan fauna.
II. PUNAHNYA FLORA DAN FAUNA
Kerusakan hutan yang terjadi akibat pembabatan atau eksploitasi hutan, kebakaran
hutan telah menyebabkan hilangnya kesuburan tanah. Karena dalam sistem hutan
tropis seperti di Indonesia, sebagian besar zat hara lebih banyak tersimpan dalam
tegakan hutan tersebut. Dalam laporan State of the World 1989, dampak kerusakan
hutan telah menyebabkan erosi tanah yang menghanyutkan sekitar 24 milliar ton
lapisan tanah bagian atas (Tim Konsultan Focus 1999). Kajian IIASA (International
Institute For Applied System Analysis) memperkirakan akibat perusakan hutan-hutan
di Eropa berjumlah US $ 30,4 milliar/tahun atau setara dengan hasil tahunan industri
baja di Jerman. Hilangnya kayu mentah atau yang belum diproses dari reduksi
sebesar 16 % panen tahunan senilai US $ 6,3 milliar. Kemudian kayu mentah yang
hilang itu diubah menjadi gelondongan atau bubur kertas nilainya dapat mencapai US
$ 7,2 milliar. Kerugian-kerugian lain matinya hutan-hutan, mncakup biaya-biaya
banjir yang bertambah, hilangnya lapisan tanah, endapan di sungai-sungai, dinilai
mencapai US $ 16,9 miliar/tahun.
Pencemaran
Pencemaran lingkungan adalah faktor yang sangat berperan dalam penciptaan
kerusakan flora dan fauna. Zat-zat polutan telah banyak membunuh flora dan
fauna di darat maupun di perairan. Kini, zat-zat itu semakin menyesaki Bumi
akibat kemajuan teknologi. Di satu sisi, teknologi memang kita butuhkan
tetapi di sisi lain telah menyebabkan pencemaran yang sangat membahayakan
kehidupan. Hasil dan sisa-sisa kemajuan teknologi itu kini telah meracuni
tanah, air, serta udara. Jadi, teknologi hendaknya diciptakan sedemikian rupa
sehingga tetap ramah terhadap lingkungan. Kita biasa membedakan
pencemaran menjadi tiga macam, yaitu pencemaran udara, air, dan tanah.
Eksploitasi
Pengambilan hasil hutan secara besar-besaran, cepat atau lambat akan
memusnahkan flora dan fauna tertentu di permukaan Bumi. Beberapa flora
memiliki pertumbuhan yang sangat lambat misalnya jati, sehingga untuk
memperbaruinya diperlukan waktu yang sangat lama. Ada juga flora yang
hanya tumbuh pada waktu tertentu misalnya bunga Rafflesia arnoldi.
Perburuan liar
Beberapa fauna mempunyai daya tarik tersendiri sehingga mempunyai nilai
ekonomis. Inilah yang menyebabkan beberapa fauna diburu oleh manusia.
Badak diburu oleh manusia karena diyakini culanya yang berkhasiat sebagai
obat. Gajah diburu manusia karena gadingnya dapat digunakan sebagai hiasan
dan peralatan dengan harga mahal. Cenderawasih diburu karena bulunya yang
indah. Dan beberapa fauna lagi diburu karena alasan tertentu. Inilah yang
menyebabkan beberapa fauna berada diambang kepunahan.
Penggunaan pestisida
Dalam pertanian penggunaan pestisida dimaksudkan untuk membunuh hewan
perusak tanaman. Secara tidak sengaja, pestisida itu juga membunuh hewan
yang menguntungkan. Beberapa burung telah mati akibat penggunaan
pestisida. Burung-burung yang tahan terhadap pestisida akan mengalami
gangguan reproduksi. Berdasarkan penelitian, pestisida berpengaruh terhadap
pembentukan kalsium dalam tubuh burung. Akibatnya, burung menghasilkan
telur yang kulitnya sangat tipis sehingga bayi burung tidak dapat bertahan
hidup. Langkanya elang jawa diduga kuat juga karena penggunaan pestisida
ini.
Contoh nyata adalah Harimau merupakan predator bagi babi hutan. Jika harimau
banyak diburu dan dibunuh, jumlah babi hutan tidak terkendali. Hutan tidak sanggup
lagi memenuhi kebutuhan makan Upaya-upaya apakah yang dapat kamu lakukan
untuk mencegah terjadinya bencana alam yang disebabkan oleh kerusakan
lingkungan? populasi babi hutan yang sangat besar. Babi hutan itu akan menyerbu
tanah-tanah pertanian dan rumah penduduk untuk mencari makan.
Berikut ini adalah dampak dari kerusakan dan punahnya flora dan fauna adalah :
A. Hujan asam
Hujan asam diartikan sebagai segala macam hujan dengan pH di bawah 5,6.
Hujan secara alami bersifat asam (pH sedikit di bawah 6) karena karbondioksida
(CO2) di udara yang larut dengan air hujan memiliki bentuk sebagai asam lemah.
Jenis asam dalam hujan ini sangat bermanfaat karena membantu melarutkan
mineral dalam tanah yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan binatang.
Contoh hujan asam, Asap pabrik dan kendaraan bermotor melepaskan karbon
monoksida ke udara. Terjadilah pencemaran udara. Udara yang tercemar itu naik
bercampur dengan uap air, terkondensasi, dan turun sebagai hujan. Air hujan yang
telah tercemar karbon monoksida itu bersifat asam sehingga sering disebut hujan
asam. Hujan asam ini jika mengenai tanaman atau hewan secara langsung dapat
memperlambat pertumbuhannya dan bahkan membunuhnya.
Air hujan yang asam itu juga memasuki air permukaan seperti sungai atau
danau dan meracuni tumbuhan serta hewan-hewan air. Sebagian hujan asam itu
meresap ke tanah dan meracuni tumbuh-tumbuhan. Tumbuhan dan hewan itu jika
masih hidup akan menyimpan racun dalam tubuhnya. Pencemaran air pada
akhirnya juga menyebabkan pencemaran udara dan tanah. Zat-zat polutan dalam
air yang tercemar akan terurai dan bercampur dengan udara ketika berlangsung
proses penguapan. Sebagian air yang tercemar juga memasuki tanah sehingga
tanah pun ikut tercemar.
Gambar 1. Proses terjadinya hujan asam
Pada dasarnya Hujan asam disebabkan oleh 2 polutan udara, Sulfur Dioxide
(SO2) dan nitrogen oxides (NOx) yang keduanya dihasilkan melalui pembakaran.
Akan tetapi sekitar 50% SO2 yang ada di atmosfer diseluruh dunia terjadi secara
alami, misalnya dari letusan gunung berapi maupun kebakaran hutan secara alami.
Sedangkan 50% lainnya berasal dari kegiatan manusia, misalnya akibat
pembakaran BBF, peleburan logam dan pembangkit listrik. Minyak bumi
mengadung belerang antara 0,1% sampai 3% dan batubara 0,4% sampai 5%.
Waktu BBF di bakar, belerang tersebut beroksidasi menjadi belerang dioksida
(SO2) dan lepas di udara. Oksida belerang itu selanjutnya berubah menjadi asam
sulfat (Soemarwoto O, 1992).
Kadar SO2 tertinggi terdapat pada pusat industri di Eropa, Amerika Utara dan
Asia Timur. Di Eropa Barat, 90% SO2 adalah antrofogenik. Di Inggris, 2/3 SO2
berasal dari pembangkit listrik batu bara, di Jerman 50% dan di Kanada 63%
(Anonim, 2005).
Selain itu NOx juga berasal dari aktifitas jasad renik yang menggunakan
senyawa organik yang mengandung N. Oksida N merupakan hasil samping
aktifitas jasad renik itu. Di dalam tanah pupuk N yang tidak terserap tumbuhan
juga mengalami kimi-fisik dan biologik sehingga menghasilkan N. Karena itu
semakin banyak menggunakan pupuk N, makin tinggi pula produksi oksida
tersebut.
Senyawa SO2 dan NOx ini akan terkumpul di udara dan akan melakukan
perjalanan ribuan kilometer di atsmosfer, disaat mereka bercampur dengan uap air
akan membentuk zat asam sulphuric dan nitric. Disaat terjadinya curah hujan,
kabut yang membawa partikel ini terjadilah hujam asam. Hujan asam juga dapat
terbentuk melalui proses kimia dimana gas sulphur dioxide atau sulphur dan
nitrogen mengendap pada logam serta mongering bersama debu atau partikel
lainnya (Anonim. 2005).
Sehingga Hujan asam adalah suatu masalah lingkungan yang serius yang
benar-benar difikirkan oleh manusia. Ini merupakan masalah umum yang secara
berangsur-angsur mempengaruhi kehidupan manusia. Istilah Hujan asam pertama
kali diperkenalkan oleh Angus Smith ketika ia menulis tentang polusi industri di
Inggris (Anonim, 2001). Tetapi istilah hujan asam tidaklah tepat, yang benar
adalah deposisi asam.
Deposisi asam ada dua jenis, yaitu deposisi kering dan deposisi basah.
Deposisi kering ialah peristiwa kerkenanya benda dan mahluk hidup oleh asam
yang ada dalam udara. Ini dapat terjadi pada daerah perkotaan karena pencemaran
udara akibat kendaraan maupun asap pabrik. Selain itu deposisi kering juga dapat
terjadi di daerah perbukitan yang terkena angin yang membawa udara yang
mengandung asam. Biasanya deposisi jenis ini terjadi dekat dari sumber
pencemaran.
Deposisi basah ialah turunnya asam dalam bentuk hujan. Hal ini terjadi
apabila asap di dalam udara larut di dalam butir-butir air di awan. Jika turun hujan
dari awan tadi, maka air hujan yang turun bersifat asam. Deposisi asam dapat pula
terjadi karena hujan turun melalui udara yang mengandung asam sehingga asam
itu terlarut ke dalam air hujan dan turun ke bumi. Asam itu tercuci atau wash out.
Deposisi jenis ini dapat terjadi sangat jauh dari sumber pencemaran.
Hujan secara alami bersifat asam karena Karbon Dioksida (CO2) di udara yang
larut dengan air hujan memiliki bentuk sebagai asam lemah. Jenis asam dalam
hujan ini sangat bermanfaat karena membantu melarutkan mineral dalam tanah
yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan binatang.
Tumbuhan dan Hewan, Hujan asam yang larut bersama nutrisi didalam
tanah akan menyapu kandungan tersebut sebelum pohon-pohon dapat
menggunakannya untuk tumbuh. Serta akan melepaskan zat kimia beracun seperti
aluminium, yang akan bercampur didalam nutrisi. Sehingga apabila nutrisi ini
dimakan oleh tumbuhan akan menghambat pertumbuhan dan mempercepat daun
berguguran, selebihnya pohon-pohon akan terserang penyakit, kekeringan dan
mati. Seperti halnya danau, Hutan juga mempunyai kemampuan untuk menetralisir
hujan asam dengan jenis batuan dan tanah yang dapat mengurangi tingkat
keasaman.
Kadar SO2 yang tinggi di hutan menyebabkan noda putih atau coklat pada
permukaan daun, jika hal ini terjadi dalam jangka waktu yang lama akan
menyebabkan kematian tumbuhan tersebut. Menurut Soemarmoto (1992), dari
analisis daun yang terkena deposisi asam menunjukkan kadar magnesium yang
rendah. Sedangkan magnesium merupakan salah satu nutrisi assensial bagi
tanaman. Kekurangan magnesium disebabkan oleh pencucian magnesium dari
tanah karena pH yang rendah dan kerusakan daun meyebabkan pencucian
magnesium di daun.
Berdasarkan hasil penelitian, sulphur dioxide yang dihasilkan oleh hujan asam
juga dapat bereaksi secara kimia didalam udara, dengan terbentuknya partikel
halus suphate, yang mana partikel halus ini akan mengikat dalam paru-paru yang
akan menyebabkan penyakit pernapasan. Selain itu juga dapat mempertinggi
resiko terkena kanker kulit karena senyawa sulfat dan nitrat mengalami kontak
langsung dengan kulit.
Selain dapat mengurangi sumber polutan penyebab hujan asam, gipsum yang
dihasilkan melalui proses FGD ternyata juga memiliki nilai ekonomi karena dapat
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, misal untuk bahan bangunan. Sebagai
bahan bangunan, gipsum tampil dalam bentuk papan gipsum (gypsum boards)
yang umumnya dipakai sebagai plafon atau langit-langit rumah (ceiling boards),
dinding penyekat atau pemisah ruangan (partition boards) dan pelapis dinding
(wall boards).
• Hujan asam yang dulunya bermanfaat berubah menjadi bahaya yang sangat
mengancam kehidupan di bumi.
Dewi, Nurmala, 2009, Geografi 2 : untuk SMA dan MA Kelas XI, Jakarta : Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, h. 84 – 103.
I. PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG....................................................................................1
B. TUJUAN.........................................................................................................2
C. RUMUSAN MASALAH................................................................................2
II. PUNAHNYA FLORA DAN FAUNA..................................................................3
A. Kerusakan Dan Awalnya Kepunahan Flora & Fauna Oleh Manusia.............4
Pencemaran.....................................................................................................4
Eksploitasi.......................................................................................................4
Perburuan liar..................................................................................................4
Penggunaan pestisida......................................................................................5
B. Dampak kerusakan dan punahnya flora & fauna............................................5
Ekosistem Tidak Seimbang.............................................................................5
Tragedi Lingkungan karena Kerusakan Hutan...............................................6
Hilangnya Kesuburan Tanah...........................................................................6
Kelangkaan Sumber Daya...............................................................................6
Putusnya Daur Kehidupan..............................................................................6
C. Upaya perlindungan flora & fauna.................................................................7
III. HUJAN ASAM...................................................................................................8
A. Hujan asam......................................................................................................8
B. Dampak hujan asam......................................................................................11
C. Pencegahan...................................................................................................13
KESIMPULAN...........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................17