You are on page 1of 33

posted in Munakahat & Keluarga |

Penulis: Al-Ustadzah Ummu Ishaq Zulfa Husein Al-Atsariyyah


Cemburu merupakan tabiat wanita. Ini juga dialami para istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam dan shahabiyyah yang lain. Namun tentu saja, kecemburuan ini tidak serta merta
membutakan hati mereka. Bagaimana dengan kita?
Cemburu tak hanya milik lelaki, tapi juga milik kaum wanita. Bahkan, wanitalah yang
dominan memiliki sifat yang satu ini karena merupakan tabiatnya. Dan perasaan cemburu ini
paling banyak muncul pada pasangan suami istri (Fathul Bari, 9/384).
Oleh karena itu, semestinya hal ini menjadi perhatian seorang suami. Sehingga ia tidak
serampangan dalam meluruskan ‘kebengkokan’ sang istri dan dapat memaklumi tabiat wanita
ini selama dalam batasan yang wajar. Apalagi pada hakikatnya, kecemburuan istri terhadap
suaminya bukan merupakan hal yang tercela. Bahkan menjadi tanda adanya rasa cinta di
hatinya. Tentunya selama tidak melampaui batasan syariat.
Menurut Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-‘Asqalani, asal dari sifat cemburu bukanlah hasil usaha
si wanita, namun wanita memang diciptakan dengan sifat tersebut. Namun, bila
cemburu itu melampaui batas dari kadar yang semestinya, maka menjadi tercela. Bila
seorang wanita cemburu terhadap suaminya karena sang suami melakukan perbuatan yang
diharamkan seperti berzina atau mengurangi haknya atau berbuat dzalim dengan
mengutamakan madunya (yaitu istri yang lain, bila si suami memiliki lebih dari satu istri),
kata Al-Hafidz, cemburu semacam ini disyariatkan (dibolehkan).
Dengan syarat, hal ini pasti dan ada bukti (tidak sekedar tuduhan dan kecurigaan). Bila
cemburu itu hanya didasari sangkaan, tanpa bukti, maka tidak diperkenankan. Adapun bila si
suami seorang yang adil dan telah menunaikan hak masing-masing istrinya, tapi masih
tersulut juga kecemburuan maka ada udzur bagi para istri tersebut (yakni dibolehkan) bila
cemburunya sebatas tabiat wanita yang tidak ada seorang pun dari mereka dapat selamat
darinya. Tentu dengan catatan, ia tidak melampaui batas dengan melakukan hal-hal yang
diharamkan baik berupa ucapan ataupun perbuatan. (Fathul Bari, 9/393)
Cemburu Melebihi Batas
Ada kalanya kecemburuan seorang istri terhadap suaminya sangat berlebihan. Di benaknya
seolah hanya ada sifat curiga. Bahkan tak jarang ia melemparkan prasangka buruk kepada
suaminya dan tidak bisa menerima kenyataan bila suaminya memiliki istri yang lain.
Yang ironis adalah bila ada istri yang mengalami hal ini kemudian tidak dapat menahan diri
dari perkara yang Allah haramkan, seperti lari ke “orang pintar.” Dengan bantuan tukang
tenung atau tukang sihir, ia berharap suaminya membenci madunya dan hanya mencintai
dirinya. Padahal perbuatan sihir merupakan perbuatan kekufuran yang diharamkan,
sebagaimana Allah nyatakan dalam firman-Nya:
‫عَلى‬َ ‫ل‬ َ ‫حَر َوَما ُأنِز‬ ْ‫س‬ّ ‫س ال‬ َ ‫ن الّنا‬َ ‫ن َكَفُرْوا ُيَعّلُمو‬ َ ‫طْي‬ِ ‫شَيا‬
ّ ‫ن ال‬ّ ‫ن َوَلِك‬ُ ‫سَلْيَما‬
ُ ‫ن َوَما َكَفَر‬ َ ‫سَلْيَما‬ُ ‫ك‬ ِ ‫عَلى ُمْل‬ َ ‫ن‬ُ ‫طْي‬
ِ ‫شَيا‬ّ ‫َواّتَبُعْوا َما َتْتُلْوا ال‬
َ ‫ن ِبِه َبْي‬
‫ن‬ َ ‫ن ِمْنُهَما َما ُيَفّرُقو‬َ ‫ن ِفْتَنٌة َفل َتْكُفْر َفَيَتَعّلُمو‬
ُ‫ح‬ْ ‫حّتى َيُقْول ِإّنَما َن‬ َ ‫حٍد‬َ ‫ن َأ‬ْ ‫ن ِم‬ِ ‫ت َوَما ُيَعّلَما‬ َ ‫ت َوَماُرْو‬ َ ‫ل َهاُرْو‬ َ ‫ن ِبَباِب‬
ِ ‫اْلَمَلَكْي‬
‫شَتَراُه َما َلُه ِفي‬ْ ‫نا‬ ِ ‫عِلُمْوا َلَم‬
َ ‫ضّرهُْم َول َيْنَفُعُهْم َوَلَقْد‬ ُ ‫ن َما َي‬َ ‫ل َوَيَتَعّلُمو‬ ِ ‫نا‬ِ ‫حٍد ِإل ِبِإْذ‬ َ ‫ن َأ‬ْ ‫ن ِبِه ِم‬َ ‫ضاّرْي‬
َ ‫جِه َوَما ُهم ِب‬ ِ ‫اْلَمْرِء َوَزْو‬
َ ‫سُهْم َلْو َكاُنْوا َيْعَلُمو‬
‫ن‬ َ ‫شَرْوا ِبِه َأْنُف‬
َ ‫س َما‬ َ ‫ق َوَلِبْئ‬
ٍ‫ل‬ َ‫خ‬ َ ‫ن‬ ْ ‫الخَِرِة ِم‬
“Dan mereka (orang-orang Yahudi) mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa
kerajaan Nabi Sulaiman1 (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir),
padahal Sulaiman tidaklah kafir2 akan tetapi setan-setan itulah yang kafir. Mereka
mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di
negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedangkan keduanya tidaklah mengajarkan sesuatu
kepada seorang pun sebelum keduanya mengatakan: ‘Sesungguhnya kami hanyalah cobaan
bagimu, karena itu janganlah engkau berbuat kekafiran.’ Maka mereka mempelajari sihir
dari keduanya yang dengannya mereka dapat memisahkan antara suami dengan istrinya.
Tidaklah mereka dapat memberi mudharat kepada seorang pun dengan sihir tersebut kecuali
dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat kepada mereka
dan tidak memberi manfaat. Sungguh mereka telah mengetahui bahwa barangsiapa yang
menjual agamanya (menukarnya) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat.
Betapa jelek perbuatan mereka menjual diri mereka dengan sihir itu seandainya mereka
mengetahui.” (Al-Baqarah: 102)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
‫حُر‬
ْ‫س‬
ّ ‫ وال‬،‫ل‬
ِ ‫ك ِبا‬
ُ ‫شْر‬
ّ ‫ ال‬:‫ل‬
َ ‫ن؟ َقا‬
ّ ‫ل َوَما ُه‬
ِ ‫لا‬
َ ‫سْو‬
ُ ‫ َيا َر‬:‫ َقاُلْوا‬.‫ت‬
ِ ‫سْبَع اْلُمْوِبْيَقا‬
ّ ‫جَتِنُبوا ال‬
ْ ‫…إ‬
“Jauhilah oleh kalian tujuh perkara yang membinasakan. Para shahabat bertanya: ‘Apa
tujuh perkara itu, wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab: ‘(di antaranya) Syirik kepada Allah,
sihir’…” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 2766 dan Muslim no. 89)
Saking cemburunya, sebagian wanita bahkan ada yang sampai berangan-angan tidak
dibolehkannya poligami dalam syariat ini3. Bahkan ada yang membenci syariat karena
menetapkan adanya poligami. Sebagian yang lain mengharapkan kematian suaminya bila
sampai menikah lagi. Yang lain tidak berangan demikian, tapi lisannya digunakan untuk
mencaci maki madunya, meng-ghibah4, dan menjatuhkan kehormatannya. (Nashihati lin
Nisa, Ummu Abdillah Al-Wadi‘iyyah, hal. 158-159)
Karena sifat cemburu ini pula, mayoritas wanita merasa mendapatkan musibah yang sangat
besar kala suaminya menikah lagi. Semestinya bagi seorang mukminah, apapun kenyataan
yang dihadapi, semuanya itu disadari sebagai ketentuan takdir Allah. Semua musibah dan
kepahitan yang didapatkan di dunia itu sangat kecil dibanding keselamatan agama yang
diperolehnya.
Salahkah Bila Aku Cemburu?
Mungkin sering muncul pertanyaan demikian di kalangan para wanita. Maka jawabnya dapat
kita dapati dari kisah-kisah istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka pun ternyata
memiliki rasa cemburu padahal mereka dipuji oleh Allah subhanahu wa ta’ala dalam firman-
Nya:
ّ ‫ن اّتَقْيُت‬
‫ن‬ ِ ‫ساِء ِإ‬
َ ‫ن الّن‬
َ ‫حٍد ِم‬
َ ‫ن َكَأ‬
ّ ‫سُت‬
ْ ‫ي َل‬
ّ ‫ساَء الّنِب‬
َ ‫َيا ِن‬
“Wahai istri-istri Nabi, kalian tidak sama dengan seorang wanita pun (yang selain kalian)
jika kalian bertakwa…” (Al-Ahzab: 32)
Al-Imam Al-Qurthubi menyatakan bahwa istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak
sama dengan wanita lain dalam hal keutamaan dan kemuliaan, namun dengan syarat adanya
takwa pada diri mereka. (Al-Jami` li Ahkamil Qur’an, 14/115)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri sebagai seorang suami memaklumi rasa cemburu
mereka, tidak menghukum mereka selama cemburu itu dalam batas kewajaran.
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha bertutur tentang cemburunya:
‫سّلَم‬
َ ‫عَلْيِه َو‬
َ ‫ل‬
ُ ‫صّلى ا‬
َ ‫ل‬
ِ ‫لا‬
ِ ‫سْو‬
ُ ‫ت ِذْكِر َر‬
ِ ‫جَة ِلَكْثَر‬
َ ‫خِدْي‬
َ ‫عَلى‬
َ ‫ت‬
ُ ‫غْر‬
ِ ‫سّلَم َكَما‬
َ ‫عَلْيِه َو‬
َ ‫ل‬
ُ ‫صّلى ا‬
َ ‫ل ال‬
ِ ‫سْو‬
ُ ‫عَلى اْمَرَأٍة ِلَر‬ َ ‫ت‬ ُ ‫غْر‬ ِ ‫َما‬
‫عَلْيَها‬
َ ‫ِإّياَها َوَثَناِئِه‬
“Aku tidak pernah cemburu kepada seorang pun dari istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam seperti cemburuku kepada Khadijah karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
banyak menyebutnya dan menyanjungnya.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 5229 dan Muslim
no. 2435)
‘Aisyah pernah berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengungkapkan rasa
cemburunya kepada Khadijah:
‫ن ِلي ِمْنَها َوَلٌد‬
َ ‫ت َوَكا‬
ْ ‫ت َوَكاَن‬
ْ ‫ ِإّنَها َكاَن‬:‫ل‬
ُ ‫جُة؟ َفَيُقْو‬
َ ‫خِدْي‬
َ ‫ن ِفي الّدْنَيا اْمَرَأٌة ِإل‬
ْ ‫َكَأّنَه َلْم َيُك‬
“Seakan-akan di dunia ini tidak ada wanita kecuali Khadijah? Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjawab: ‘Khadijah itu begini dan begitu5, dan aku mendapatkan anak darinya.’”
(Shahih, HR. Al-Bukhari no. 3818)
Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata: “Sebab cemburunya ‘Aisyah karena Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam banyak menyebut Khadijah meski Khadijah telah tiada dan ‘Aisyah aman
dari tersaingi oleh Khadijah. Namun karena Rasulullah sering menyebutnya, ‘Aisyah
memahami betapa berartinya Khadijah bagi beliau. Karena itulah bergejolak kemarahan
‘Aisyah mengobarkan rasa cemburunya hingga mengantarkannya untuk mengatakan kepada
suaminya: “Allah telah menggantikan untukmu wanita yang lebih baik darinya.” Namun
Rasulullah berkata: “Allah tidak pernah menggantikan untukku wanita yang lebih baik
darinya.” Bersamaan dengan itu, kita tidak mendapatkan adanya berita yang menunjukkan
kemarahan Rasulullah kepada ‘Aisyah, karena ‘Aisyah mengucapkan hal tersebut didorong
rasa cemburunya yang merupakan tabiat wanita.” (Fathul Bari, 9/395)
Pernah ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berada di rumah seorang istrinya, salah
seorang ummahatul mukminin (istri beliau yang lain) mengirimkan sepiring makanan untuk
beliau. Melihat hal itu, istri yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang berdiam di
rumahnya segera memukul tangan pelayan yang membawa makanan tersebut hingga jatuhlah
piring itu dan pecah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mengumpulkan pecahan piring
tersebut kemudian mengumpulkan makanan yang berserakan lalu beliau letakkan di atas
piring yang pecah seraya berkata: “Ibu kalian sedang cemburu.” Beliau lalu menahan
pelayan tersebut hingga diberikan kepadanya ganti berupa piring yang masih utuh milik istri
yang memecahkannya, sementara piring yang pecah disimpan di tempatnya. (Shahih, HR.
Al-Bukhari no. 5225)
Hadits ini menunjukkan wanita yang sedang cemburu tidaklah diberi hukuman atas
perbuatan yang dia lakukan tatkala api cemburu berkobar. Karena dalam keadaan
demikian, akalnya tertutup disebabkan kemarahan yang sangat. (Fathul Bari, 9/391,
Syarah Shahih Muslim, 15/202)
Namun, bila cemburu itu mengantarkan kepada perbuatan yang diharamkan seperti
mengghibah, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak membiarkannya.
Suatu saat ‘Aisyah berkata kepada beliau: “Wahai Rasulullah, cukup bagimu Shafiyyah, dia
itu begini dan begitu.” Salah seorang rawi hadits ini mengatakan bahwa yang dimaksud
‘Aisyah adalah Shafiyyah itu pendek. Mendengar hal tersebut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam berkata kepada ‘Aisyah:
‫جْتُه‬
َ ‫حِر َلَمَز‬
ْ ‫ت ِبَماِء اْلَب‬
ْ ‫ج‬
َ ‫ت َكِلَمًة َلْو ُمِز‬
ِ ‫َلَقْد ُقْل‬
“Sungguh engkau telah mengucapkan satu kata, yang seandainya dicampur dengan air
lautan niscaya akan dapat mencampurinya.” (HR. Abu Dawud no. 4232. Isnad hadits ini
shahih dan rijalnya tsiqah, sebagaimana disebutkan dalam Bahjatun Nazhirin, 3/25)
Juga kisah lainnya, ketika sampai berita kepada Shafiyyah bahwa Hafshah mencelanya
dengan mengatakan: “Putri Yahudi”, Shafiyyah menangis. Bersamaan dengan itu Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk menemuinya dan mendapatinya sedang menangis. Maka
beliau pun bertanya: “Apa yang membuatmu menangis?” Shafiyyah menjawab: “Hafshah
mencelaku dengan mengatakan aku putri Yahudi.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
berkata menghiburnya: “Sesungguhnya engkau adalah putri seorang nabi dan pamanmu
adalah seorang nabi dan engkau adalah istri seorang nabi, lalu bagaimana dia
membanggakan dirinya terhadapmu?” Kemudian beliau menasehati Hafshah: “Bertakwalah
kepada Allah, wahai Hafshah”. (HR. An-Nasai dalam Isyratun Nisa, hal. 43 dan selainnya).
Wallahu a’lam.
Footnote:
1 Setan-setan menyebarkan berita bohong bahwasanya Nabi Sulaiman menggunakan ilmu
sihir sehingga ia memperoleh kerajaan yang sedemikian besar. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir,
1/139)
2 Dengan mempelajari sihir (Taisir Al-Karimirrahman, hal. 61)
3 Bahkan poligami (ta’addud) perkara yang disyariatkan sebagaimana firman Allah
subhanahu wa ta’ala:
ً‫حَدة‬
ِ ‫خْفُتْم َأل َتْعِدُلْوا َفَوا‬
ِ ‫ن‬
ْ ‫ع َفِإ‬
َ ‫ث َوُرَبا‬
َ ‫ل‬
َ ‫ساِء َمْثَنى َوُث‬
َ ‫ن الّن‬
َ ‫ب َلُكم ّم‬
َ ‫طا‬
َ ‫حْوا َما‬
ُ ِ‫َفانك‬
“Nikahilah wanita-wanita lain yang kalian senangi, dua, tiga, atau empat. Namun bila
kalian khawatir tidak dapat berlaku adil di antara para istri, maka nikahilah satu wanita
saja…” (An-Nisa’: 3)
Berkata Asy-Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di: “Seorang lelaki terkadang tidak
tercukupi syahwatnya dengan satu istri, maka dibolehkan baginya untuk menikahi wanita
lain, satu demi satu, hingga terkumpul padanya empat istri. Dan pada jumlah ini terdapat
kecukupan bagi setiap orang, kecuali orang tertentu yang jumlahnya sangat minim. Dan
poligami ini dibolehkan bagi seseorang bila ia merasa dirinya aman dari berbuat aniaya dan
dzalim terhadap istri-istrinya dan ia percaya dapat menunaikan hak-hak mereka. Bila ia
khawatir tidak dapat berlaku demikian, maka hendaknya ia mencukupkan dengan seorang
istri.” (Taisir Al-Karimir Rahman, hal. 164)
Dan tentu ada hikmah-hikmah lain dalam poligami, seperti dijelaskan oleh para ulaman. (red)
4 Ghibah kata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah:
‫ك ِبَما َيْكَرُه‬
َ ‫خا‬
َ ‫ك َأ‬
َ ‫ِذْكُر‬
“Engkau menyebut tentang saudaramu dengan apa yang tidak ia sukai.”
Lalu ada yang bertanya kepada beliau: “Apa pendapatmu wahai Rasulullah bila apa yang
kuucapkan memang ada pada diri saudaraku?”
Beliau menjawab: “Bila memang apa yang kau ucapkan itu ada pada diri saudaramu berarti
engkau telah mengghibahnya, namun bila apa yang kau katakan itu tidak ada pada dirinya
berarti engkau telah berkata dusta.” (HR. Muslim no. 2589)
5 Yakni Khadijah itu wanita yang memiliki keutamaan, wanita yang cerdas dan semisalnya.
Dalam riwayat Ahmad dari hadits Masruq dari ‘Aisyah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
berkata: “Dia beriman kepadaku ketika semua orang mengkufuriku, dia membenarkan aku
ketika semua orang mendustakanku, dia mendukungku dengan hartanya ketika manusia
menahannya dariku, dan Allah memberi rizki kepadaku berupa anak darinya ketika aku tidak
mendapatkan anak dari istri-istriku yang lain.” (Fathul Bari, 7/170)
(bersambung)
(Sumber: Majalah Asy Syariah, Vol. I/No. 05/Dzulqa’dah 1424H/Februari 2004, kategori:
Mengayuh Biduk, hal. 58-61. Dicopy dari http://www.asysyariah.com
http://akhwat.web.id/muslimah-salafiyah/munakahat-keluarga/saat-cemburu-
menyapa/

Cemburu merupakan pembawaan kaum wanita. Tidak jarang seorang wanita


cemburu gara-gara perkara yang sepele. Karena itu seorang suami harus
menjaga diri terhadap hal yang demikian dan hendaknya jangan sampai keliru
dalam meluruskan masalahnya.

Ini jika sang istri tidak berkepanjangan dalam kecemburuannya. Jika ternyata
terus berkepanjangan dalam kecemburuannya, maka tentu setiap keadaan
mempunyai cara sendirisendiri untuk mengatasinya.

Dahulu istri-istri Nabi juga cemburu, apalagi wanita-wanita jaman sekarang yang
lebih banyak dikuasai oleh setan. Terdapat banyak hadits tentang kisah
cemburunya istri istri Nabi ; di antaranya:

Hadits `Aisyah yang mengatakan, yang artinya:

Tidakkah ingin aku ceritakan kepadamu tentang aku dan nabi? Ketika suatu
malam giliranku bersama nabi, beliau membalikkan badan, dan meletakkan
sandalnya di sebelah kakinya dalam keadaan masih terbaring.

Kemudian beliau menyingkirkan ujung kainnya ke pembaringannya. Sesaat


beliau tetap dalam pembaringannya sampai beliau menyangka kalau aku sudah
tidur. Setelah itu beliau perlaha-lahan mengenakan sandalnya, mengambil kain
selendangnya perlahan-lahan, membuka pintu perlahan-lahan dan keluar
perlahan-lahan.

Akupun kemudian mengenakan pakaianku mulai dari atas kepala, aku kenakan
kerudungku dan aku tutupkan kainku ke tubuhku lalu aku berjalan mengikuti
jejak Nabi hingga akhirnya beliau sampai di (kuburan) Bagi’. Beliau mengangkat
kedua tangannya (berdoa) tiga kali. Beliau lama dalam berdoa.

Setelah itu beliau bergeser pergi, akupun bergeser pergi, beliau mempercepat
iangkahnya, akupun mmpercepat langkahku. beliau berlari-lari kecil, akupun
berlari -lari kecil, beliau tergesa-gesa, akupun tergesa-gesa, sehingga aku dapat
mendahuluinya. Selanjutnya aku masuk rumah dan berbaring kembali.
Kemudian Rasulullah masuk pula seraya bersabda:
“Mengapa engkau wahai Aisyah? Engkau tersengal-sengal?”

Aisyah menjawab: “Tidak.”

Beliau bekata: “Engkau harus menceritakan kepadaku atau Allah Yang Maha
Lembut dan Maha Tahu yang akan menceritakannya kepadaku.”

Aku (Aisyah) berkata: “Wahai Rasulullah, sungguh….” Lalu Aisyah menceritakan


kisahnya. Beliau lalu bersabda: “Adakah engkau seorang yang tadi aku lihat di
hadapanku?”

Aisyah menjawab: “Ya”

Kemudian rasullah menepuk dadaku dengan suatu tepukan hingga terasa sakit.
Beliaupun bersabda: “Apakah engkau mengira bahwa Allah dan Rasul-Nya akan
mendzhalimi kamu?”

Aku (Aisyah) berkata: “Betapapun orang menyembunyikan sesuatu, Allah pasti


mengetahuinya” (1)

Rasulullah bersabda:

“Sesungguhnya Jibril datang kepadaku ketika engkau (tadi) melihat(ku). Ia (Jibrii)


tidak datang kepadamu sedangkan engkau sudah melepaskan pakaianmu. Jibril
memaiiggilku, maka aku bersembunyi-sembunyi dari pandanganmu. Saya suka
jika saya menyembunyikan diri darimu,

Kemudian saya kira kamu sudah tidur, saya tidak suka jika harus
membangunkanmu dan saya khawatir jika kamu ketakutan. Jibril memerintahkan
aku supaya datang ke (kuburan) Baqi untuk kemudian aku memohonkan ampun
kepada Allah buat mereka (orang-orang yang dikubur di Baqi).”

Aku (Aisyah) berkata: “Wahai rasulullah apa yang harus aku ucapkan (ketika
datang ke kuburan) ?”

Beliau bersabda: “Ucapkanlah doa:

Keselamatan hendaknya tercurah kepada penghuni kubur dari kalangan kaum


mukminin dan kaum muslimin, semoga Allah memberi rahmat kepada orang-
orang yang mati terdahulu dan yang mati kemudian. Dan kami insya Allah akan
menyusul kemudian.” (2)

Hadits yang lainnya lagi adalah juga hadits Aisyah,


Saya mencari Rasulullah, kemudian tangan saya, saya selusupkan ke
rambutnya. maka Nabi bersabda: “Apakah setanmu sedang datang?” Saya
menjawab: “Apakah engkau tidak mempunyai setan?”. Beliau menjawab:
“Punya, tetapi Allah menolongku dari godaan setan itu sehingga is masuk Islam.”
(3)
Teks kalimat yang ada dalam riwayat Muslim lebih jelas lagi dalam menjelaskan
maksud hadits di atas. Dalam riwayat Muslim tersebut terdapat perkataan
Aisyah sebagai berikut:

Rasulullah, telah keluar dari rumah Aisyah, is (Aisyah) berkata: “Saya cemburu
terhadapnya”.(2) Kemudian Rasulullah datang dan melihat apa yang aku
lakukan. Maka beliau bersabda: “Mengapa engkau wahai Aisyah, apakah engkau
cemburu?”

Aku menjawab: “Mengapa orang semacam saya tidak cemburu terhadap orang
seperti anda?”. Nabi bersabda: “Ataukah setanmu sedang datang kepadamu?”
al-Hadits. (4)

Demikian pu!a perkataan Aisyah dalam hadits berikut ini:

Pada suatu malam saya kehilangan Rasulullah Saya menyangka beliau pergi ke
istri yang lain. Lalu saya selidiki beliau, ternyata beliau sedang ruku’ atau sujud
sambil berdo’a: “Maha suci Engkau dan MahaTerpuji Engkau, tiada sesembahan
yang benar melainkan Engkau.” Maka saya berkata: “Sungguh-sungguh anda
dalam keadaan satu keadaan (ibadah), sedang saya dalam keadaan lain (digoda
oleh rasa cemburu).” (Hadits shahih yang dikeluarkan oleh Muslim: I/351-352;
Abdul Baqi, An-Nasi’i VII/72, ath-Thayalisi 1405 dan Iainnya).

Bohongnya Seorang Suami

Seorang suami boleh berbohong kepada istrinya dalam rangka membuat


perasaan istrinya lega dan dalam rangka memperdalam hubungan kasih sayang
antar keduanya. Hal itu didasarkan pada hadits Ummu Kultsum binti Uqbah yang
manyatakan:

Saya belum pernah mendengar Rasulullah membolehkan dusta sedikitpun


malainkan pada tiga keadaan, di mana Rasulullah mengatakan:

“Aku tidak menganggapnya berdusta yaitu seseorang melakukan perbaikan


hubungan antar manusia, ia berkata dengan perkataan yang tujuannya tidak lain
untuk perbaikan hubungan itu, juga seseorang yang berkata dalam peperangan
dan seseorang yang berkata pada istrinya, serta seorang istri kepada suaminya.”
(5)
Menanggapi hadits di atas, Imam Nawawi mengatakan dalam Syarh Muslim:

“Adapun bohongnya seorang suami kepada istrinya dan bohongnya seorang istri
kepada suaminya, maksudnya ialah dalam kaitan melahirkan kasih sayang,
memberikan janji-janji yang tidak mengikat dan sebangsanya.
Adapun bohong yang berisi tipu daya untuk tidak memenuhi hak salah satu
pihak, atau mengambil sesuatu yang bukan kepunyaannya, maka ini adalah
haram berdasarkan ijma’ (kesepakatan) kaum muslimin.”

Demikianlah, jadi cemburu merupakan pembawaan asli kaum wanita. Karenanya


para suami harus pandai-pandai menyiasati kenyataan-kenyataan seperti ini.
Termasuk kebohongan dalam arti memperdaya untuk merampas salah satu
pihak, atau mengambil sesuatu yang bukan kepunyaannya adalah hal yang
diharamkan. Wallahu a’lam.

http://mukennacantik.multiply.com/reviews/item/1

Salah satu sifat lelaki yang sholeh adalah pencemburu. Karena hal itu mengisyaratkan adanya
perasaan cinta. Islam memuji lelaki yang memiliki rasa cemburu dan mencela orang yang
tidak memilikinya.
Selain menganjurkan rasa cemburu, Islam juga memberikan batas-batasnya. Yang mana bila
batas-batas ini dilanggar, rusaklah kebahagian rumah tangga. Suami yang sholeh harus
mampu memahami hal ini, agar dapat mewujudkan kehidupan Yang sakinah, mawadhah, dan
rahmah. seperti dalam sabda rasulullah saw dari Abu Hurairah : " Allah itu pencemburu dan
seorang mukmin juga pencemburu, Kecemburuan Allah itu bila ada seorang hamba datang
kepada-Nya dengan perbuatan yang diharamkan-Nya. (HR. Bukhari). Dari Ibnu Mas'ud ra.
Berkata, sa'd bin Ubadah berkata, " Kalau ketahuan ada seorang lelaki bersama istri saya,
akan saya potong lehernya dengan pedang sebagai sangsinya." Bersabda rasulillah saw. : "
Herankah kalian dengan cemburunya Sa'ad itu ?, ketahuilah bahwa saya lebih cemburu dari
padanya. Demi Allah saya cemburu karena kecemburuan Allah terhadap perbuatan keji, baik
secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi " (HR. Bukhari)
Memang haruslah demikian agar seorang mukmin mempunya sifat dan berperangai ilahiyah
dan nabawiyah ini. Adapun orang yang tidak mempunyai rasa cemburu, dia tidak dapat
menjaga kehormatan Istrinya/ Suaminya. Ia acuh tak acuh Ketika mendapatkan istrinya
bersolek dan memakai parfum ketika akan pergi ketempat umum, memamerkan rambutnya,
memperlihatkan tubuhnya/ auratnya, dan berbicara dengan dibuat-buat agar menarik
perhatian.
Perbuatan seperti itu adalah perbuatan tercela sebagai mana dalam Sabda Rasulillah saw : "
Tiga golongan yang tidak bakal masuk surga : orang yang durhaka terhadap bapak ibunya,
Duyuts ( Orang yang tidak mempunyai rasa cemburu), dan perempuan yang menyerupai laki-
laki." ( HR. Nasai dan Hakim).
http://www.dudung.net/artikel-islami/cemburu.html

Rubrik Konsultasi Psikologi asuhan Sawitri Supardi Sadarjoen di surat


kabar KOMPAS edisi Minggu :

Banyak orang berpendapat, kehadiran perasaan cemburu dalam diri seseorang


terhadap pasangan merupakan bukti cinta kepada pasangan. Benarkah?

Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita simak kasus di bawah ini.
”Ibu, saya benar-benar bingung dan jengkel sekali dengan sifat suami yang
sangat pencemburu. Awalnya saya merasa berbahagia karena kecemburuan
suami membuat saya yakin dia sangat mencintai saya, dia takut kehilangan
saya.

Saat ini, setelah sekitar dua tahun kami menikah, saya justru merasa tertekan
oleh kecemburuannya yang menjadi-jadi. Saya merasa terkekang, tidak bebas
bergerak, bahkan dalam bekerja pun seolah seperti dikejar-kejar waktu.
Mengapa? Karena dia akan sangat marah bila saya terlambat pulang ke rumah.
Padahal, seperti Ibu ketahui, kemacetan lalu lintas sering tidak terduga, belum
lagi karena posisi saya di bank cukup tinggi, sering harus menghadiri rapat
mendadak yang diadakan atasan.

Belum sampai saya masuk rumah, dia sudah menghadang di muka pintu dan
bertanya kenapa saya terlambat. Kalau saya mengatakan alasan apa pun, tidak
pernah dia terima dengan baik. Bahkan, sering pertanyaannya diikuti cacian
yang tidak dapat diterima akal sehat.

Dia dengan mudah mengungkap kata-kata kotor: tidak puas ya di rumah; cari
kepuasan lain ya di luar rumah; dasar pelacur; tukang bohong; dan bahkan
sering diikuti makian berisi nama-nama binatang secara beruntun.

Saya benar-benar jengkel dan terkadang tidak dapat menahan emosi sehingga
dia saya pukul. Apa lacur, karena dia laki-laki dengan tenaga lebih kuat, dia akan
memukul balik hingga terkadang tubuh saya memar-memar. Dia baru berhenti
memukuli saya kalau saya minta ampun dan berjanji tidak akan terlambat
pulang dari kantor.

Saat kami pergi bersama, bila saya bertemu teman lain jenis, apakah mantan
teman sekolah atau teman kantor, saya dilarang menegur lebih dulu. Dan,
kalaupun menjawab tegur sapa dengan ramah, sampai di rumah saya akan
mendapat interogasi dan bahkan tuduhan saya pernah menjalin asmara dengan
teman lain jenis tersebut.

Kejadian itu membuat saya meragukan cemburu pertanda cinta. Kalau cinta,
mengapa memaki, menghina, melecehkan, bahkan memukuli. Kalau memang
dia mencintai dan tidak mau kehilangan saya, seharusnya dia memperlakukan
saya dengan baik, penuh kasih dan lembut, ya Bu.

Yang lebih menyakitkan, setelah memaki dan bahkan memukuli saya, dia akan
memaksa saya melayani kebutuhan seksualnya. Saya ingin sekali menggugat
cerai, Bu, tetapi saya tidak berani. Apa yang harus saya lakukan, Bu?” Demikian
Ny S (30) dengan nada jengkel dan kesal sambil pelupuk matanya dipenuhi air
mata.

Cemburu buta
Di samping istilah dan pemahaman tentang cinta buta, demikian pula dengan
cemburu buta. Artinya, orang yang dilanda cemburu buta adalah orang yang
perasaan cemburunya berlebihan, bahkan ekstrem. Rasa takut kehilangan
sedemikian besarnya sehingga ketakutan ini justru memicu meluapnya dorongan
agresi mereka.

Luapan dorongan agresi itu diungkap baik secara verbal dalam bentuk makian,
cercaan, dan lecehan maupun secara nonverbal dalam bentuk pukulan dan
tamparan yang menyebabkan memar.

Biasanya, perilaku agresi baik verbal maupun nonverbal diungkap dengan


maksud agar istri kapok dan tidak terlambat pulang dari kantor, misalnya.

Cara mengungkap rasa cemburu tersebut justru terkesan meragukan dasar cinta
kasih yang seyogianya melandasi sikap cemburu. Muncullah ungkapan Ny S,
”Kalau memang dia mencintai, kenapa sikapnya kejam seperti itu?”

Pencemburu buta pada dasarnya memiliki karakteristik kepribadian spesifik yang


membuka peluang berkembangnya tingkat kecemburuan. Karakteristik itu,
antara lain, adalah kurang percaya diri, tidak yakin akan cinta kasih dan
kesetiaan pasangan, serta memiliki kecenderungan posesif sehingga apa pun
yang dirasakan menjadi miliknya akan dipertahankan dengan segala cara. Istri
pun ditempatkan dalam posisi sebagai milik mereka pribadi. Jadi, fokus perhatian
dan penghayatan istri harus ditujukan hanya kepada dirinya seorang.

Apabila pencemburu buta melihat istri menegur kawan jenis lain, apalagi sambil
tersenyum, dapat dipastikan mereka akan meradang.

Permasalahan lain, sering mereka kurang berhasil secara ekonomi sehingga


terpaksa melepas istri bekerja membantu ekonomi keluarga. Jika kemudian istri
lebih tinggi karier dan penghasilannya, kemungkinan kekejaman perlakuan
sebagai manifestasi kecemburuan bisa lebih serius, bahkan mungkin saja fatal.

Cemburu romantis berbeda dari cemburu buta. Dalam cemburu romatis unsur
kasih lebih dominan daripada unsur agresif yang terkait dengan sikap posesif.
Kalaupun terdapat sedikit kecurigaan terhadap pasangan, kadar ungkapan
agresi sangat minim, sekadar mengingatkan komitmen pasangan akan
perkawinan.

Karakter ungkapnya pun mengandung unsur kasih yang tulus dari pasangan
yang memiliki kemantapan dan stabilitas emosi optimal. Biasanya kecemburuan
romantis justru meningkatkan kadar kemesraan pasangan. Dengan dasar
kemantapan kepribadian kedua pasangan, keyakinan akan kasih antarkedua
pasangan pun mantap pula.

Solusi
Tergesa-gesa memutuskan gugat cerai bukanlah solusi bijaksana. Kiranya dapat
dicari waktu yang tenang guna mendiskusikan masalah kepercayaan dan
kesetiaan antarpasangan.

1. Mendiskusikan iklim relasi yang terjalin antara S dan Ny S.

2. Menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing dengan jiwa besar.

3. Bersama mencari jalan keluar dengan berkonsultasi ke ahli dengan profesi


yang relevan dan kompeten.

4. Mematuhi saran konstruktif dari ahli tersebut.

Dengan demikian, mudah-mudahan terbuka jalan terbaik bagi penyelesaian


masalah cemburu buta tersebut bagi keluarga S

http://nasional.kompas.com/read/2008/09/14/11033780/cemburu.buta.vs.cembu
ru.romantis

Arti Cinta, Rindu dan Cemburu dalam Islam


29Jun2009 Filed under: Artikel Pernikahan, Meminang (Khitbah) Author: Raisa Hakim
Banyak orang berbicara tentang masalah ini tapi tidak sesuai dengan yang sebenarnya. Atau
tidak menjelaskan batasan-batasan dan maknanya secara syar’i. Dan kapan seseorang itu
keluar dari batasan-batasan tadi. Dan seakan-akan yang menghalangi untuk membahas
masalah ini adalah salahnya pemahaman bahwa pembahasan masalah ini berkaitan dengan
akhlaq yang rendah dan berkaitan dengan perzinahan, perkataan yang keji. Dan hal ini adalah
salah. Tiga perkara ini adalah sesuatu yang berkaitan dengan manusia yang memotivasi untuk
menjaga dan mendorong kehormatan dan kemuliaannya. Aku memandang pembicaraan ini
yang terpenting adalah batasannya, penyimpangannya, kebaikannya, dan kejelekannya. Tiga
kalimat ini ada dalam setiap hati manusia, dan mereka memberi makna dari tiga hal ini sesuai
dengan apa yang mereka maknai.
Cinta (Al-Hubb)
Cinta yaitu Al-Widaad yakni kecenderungan hati pada yang dicintai, dan itu termasuk amalan
hati, bukan amalan anggota badan/dhahir. Pernikahan itu tidak akan bahagia dan berfaedah
kecuali jika ada cinta dan kasih sayang diantara suami-isteri. Dan kuncinya kecintaan adalah
pandangan. Oleh karena itu, Rasulullah Sawmenganjurkan pada orang yang meminang untuk
melihat pada yang dipinang agar sampai pada kata sepakat dan cinta, seperti telah kami
jelaskan dalam bab Kedua.
Sungguh telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Nasa’i dari Mughirah bin Su’bah r.a
berkata : “Aku telah meminang seorang wanita”, lalu Rasulullah Sawbertanya kepadaku :
“Apakah kamu telah melihatnya ?” Aku berkata : “Belum”, maka beliau bersabda : “Maka
lihatlah dia, karena sesungguhnya hal itu pada akhirnya akan lebih menambah kecocokan
dan kasih sayang antara kalian berdua”
Sesungguhnya kami tahu bahwa kebanyakan dari orang-orang, lebih-lebih pemuda dan
pemudi, mereka takut membicarakan masalah “cinta”, bahkan umumnya mereka mengira
pembahasan cinta adalah perkara-perkara yang haram, karena itu mereka merasa menghadapi
cinta itu dengan keyakinan dosa dan mereka mengira diri mereka bermaksiat, bahkan salah
seorang diantara mereka memandang, bila hatinya condong pada seseorang berarti dia telah
berbuat dosa.
Kenyataannya, bahwa di sini banyak sekali kerancuan-kerancuan dalam pemahaman mereka
tentang “cinta” dan apa-apa yang tumbuh dari cinta itu, dari hubungan antara laki-laki dan
perempuan. Dimana mereka beranggapan bahwa cinta itu suatu maksiat, karena
sesungguhnya dia memahami cinta itu dari apa-apa yang dia lihat dari lelaki-lelaki rusak dan
perempuan-perempuan rusak yang diantara mereka menegakkan hubungan yang tidak
disyariatkan. Mereka saling duduk, bermalam, saling bercanda, saling menari, dan minum-
minum, bahkan sampai mereka berzina di bawah semboyan cinta. Mereka mengira bahwa
‘cinta’ tidak ada lain kecuali yang demikian itu. Padahal sebenarnya tidak begitu, tetapi justru
sebaliknya.
Sesungguhnya kecenderungan seorang lelaki pada wanita dan kecenderungan wanita pada
lelaki itu merupakan syahwat dari syahwat-syahwat yang telah Allah hiaskan pada manusia
dalam masalah cinta. Artinya Allah menjadikan di dalam syahwat apa-apa yang
menyebabkan hati laki-laki itu cenderung pada wanita, sebagaimana firman Allah Swt :
["Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini,
yaitu : wanita-wanita, anak-anak,..."] Ali-’Imran : 14
Allah lah yang menghiasi bagi manusia untuk cinta pada syahwat ini, maka manusia
mencintainya dengan cinta yang besar, dan sungguh telah tersebut dalam hadits bahwa Nabi
Saw bersabda :
["Diberi rasa cinta padaku dari dunia kalian : wanita dan wangi-wangian dan dijadikan
penyejuk mataku dalam sholat"] HR Ahmad, Nasa’i, Hakim dan Baihaqi.
Andaikan tidak ada rasa cinta lelaki pada wanita atau sebaliknya, maka tidak ada pernikahan,
tidak ada keturunan dan tidak ada keluarga. Namun, Allah Swt tidaklah menjadikan lelaki
cinta pada wanita atau sebaliknya supaya menumbuhkan diantara keduanya hubungan yang
diharamkan, tetapi untuk menegakkan hukum-hukum yang disyari’atkan dalam bersuami
isteri, sebagaimana tercantum dalam hadits Ibnu Majah, dari Abdullah bin Abbas r.a berkata :
telah bersabda Rasulullah Saw:
["Tidak terlihat dua orang yang saling mencintai, seperti pernikahan"]
Dan agar orang-orang Islam menjauhi jalan-jalan yang rusak atau keji, maka Allah telah
menyuruh yang pertama kali agar menundukan pandangan, karena ‘pandangan’ itu kuncinya
hati, dan Allah telah haramkan semua sebab-sebab yang mengantarkan pada fitnah, dan
kekejian, seperti berduaan dengan orang yang bukan mahramnya, bersenggolan, bersalaman,
berciuman antara lelaki dan wanita, karena perkara ini dapat menyebabkan condongnya hati.
Maka bila hati telah condong, dia akan sulit sekali menahan jiwa setelah itu, kecuali yang
dirahmati Allah Swt.
Bahwa Allah tidak akan menyiksa manusia dalam kecenderungan hatinya. Akan tetapi
manusia akan disiksa dengan sebab jika kecenderungan itu diikuti dengan amalan-amalan
yang diharamkan. Contohnya : apabila lelaki dan wanita saling pandang memandang atau
berduaan atau duduk cerita panjang lebar, lalu cenderunglah hati keduanya dan satu sama
lainnya saling mencinta, maka kecondongan ini tidak akan menyebabkan keduanya
disiksanya, karena hal itu berkaitan dengan hati, sedang manusia tidak bisa untuk menguasai
hatinya. Akan tetapi, keduanya diazab karena apa yang dia lakukan. Dan karena keduanya
melakukan sebab-sebab yang menyampaikan pada ‘cinta’, seperti perkara yang telah kami
sebutkan. Dan keduanya akan dimintai tajawab, dan akan disiksa juga dari setiap keharaman
yang dia perbuat setelah itu.
Adapun cinta yang murni yang dijaga kehormatannya, maka tidak ada dosa padanya, bahkan
telah disebutkan olsebagian ulama seperti Imam Suyuthi, bahwa orang yang mencintai
seseorang lalu menjaga kehormatan dirinya dan dia menyembunyikan cintanya maka dia
diberi pahala, sebagaimana akan dijelaskan dalam ucapan kami dalam bab ‘Rindu’. Dan
dalam keadaan yang mutlak, sesungguhnya yang paling selamat yaitu menjauhi semua sebab-
sebab yang menjerumuskan hati dalam persekutuan cinta, dan mengantarkan pada bahaya-
bahaya yang banyak, namun …..sangat sedikit mereka yang selamat.
Rindu (Al-’Isyq)
Rindu itu ialah cinta yang berlebihan, dan ada rindu yang disertai dengan menjaga diri dan
ada juga yang diikuti dengan kerendahan. Maka rindu tersebut bukanlah hal yang tercela dan
keji secara mutlak. Tetapi bisa jadi orang yang rindu itu, rindunya disertai dengan menjaga
diri dan kesucian, dan kadang-kadang ada rindu itu disertai kerendahan dan kehinaan.
Sebagaimana telah disebutkan, dalam ucapan kami tentang cinta maka rindu juga seperti itu,
termasuk amalan hati, yang orang tidak mampu menguasainya. Tapi manusia akan dihisab
atas sebab-sebab yang diharamkan dan atas hasil-hasilnya yang haram. Adapun rindu yang
disertai dengan menjaga diri padanya dan menyembunyikannya dari orang-orang, maka
padanya pahala, bahkan Ath-Thohawi menukil dalam kitab Haasyi’ah Marakil Falah dari
Imam Suyuthi yang mengatakan bahwa termasuk dari golongan syuhada di akhirat ialah
orang-orang yang mati dalam kerinduan dengan tetap menjaga kehormatan diri dan
disembunyikan dari orang-orang meskipun kerinduan itu timbul dari perkara yang haram
sebagaimana pembahasan dalam masalah cinta.
Makna ucapan Suyuthi adalah orang-orang yang memendam kerinduan baik laki-laki maupun
perempuan, dengan tetap menjaga kehormatan dan menyembunyikan kerinduannya sebab dia
tidak mampu untuk mendapatkan apa yang dirindukannya dan bersabar atasnya sampai mati
karena kerinduan tersebut maka dia mendapatkan pahala syahid di akhirat. Hal ini tidak aneh
jika fahami kesabaran orang ini dalam kerinduan bukan dalam kefajiran yang mengikuti
syahwat dan dia bukan orang yang rendah yang melecehkan kehormatan manusia bahkan dia
adalah seorang yang sabar, menjaga diri meskipun dalam hatinya ada kekuatan dan ada
keterkaitan dengan yang dirindui, dia tahan kekerasan jiwanya, dia ikat anggota badannya
sebab ini di bawah kekuasaannya. Adapun hatinya dia tidak bisa menguasai maka dia
bersabar atasnya dengan sikap afaf (menjaga diri) dan menyembunyikan kerinduannya
sehingga dengan itu dia mendapat pahala.
Cemburu (Al-Ghairah)
Cemburu ialah kebencian seseorang untuk disamai dengan orang lain dalam hak-haknya, dan
itu merupakan salah satu akibat dari buah cinta. Maka tidak ada cemburu kecuali bagi orang
yang mencintai. Dan cemburu itu termasuk sifat yang baik dan bagian yang mulia, baik pada
laki-laki atau wanita.
Ketika seorang wanita cemburu maka dia akan sangat marah ketika suaminya berniat kawin
dan ini fitrah padanya. Sebab perempuan tidak akan menerima madunya karena
kecemburuannya pada suami, dia senang bila diutamakan, sebab dia mencintai suaminya.
Jika dia tidak mencintai suaminya, dia tidak akan peduli (lihat pada bab I). Kita tekankan lagi
disini bahwa seorang wanita akan menolak madunya, tetapi tidak boleh menolak hukum
syar’i tentang bolehnya poligami. Penolakan wanita terhadap madunya karena gejolak
kecemburuan, adapun penolakan dan pengingkaran terhadap hukum syar’i tidak akan terjadi
kecuali karena kelalaian dan kesesatan. Adapun wanita yang shalihah, dia akan menerima
hukum-hukum syariat dengan tanpa ragu-ragu, dan dia yakin bahwa padanya ada semua
kebaikan dan hikmah. Dia tetap memiliki kecemburuan terhadap suaminya serta
ketidaksenangan terhadap madunya.
Kami katakan kepada wanita-wanita muslimah khususnya, bahwa ada bidadari yang jelita
matanya yang Allah Swt jadikan mereka untuk orang mukmin di sorga. Maka wanita
muslimat tidak boleh mengingkari adanya ‘bidadari’ ini untuk orang mukmin atau
mengingkari hal-hal tersebut, karena dorongan cemburu. Maka kami katakan padanya :
Dia tidak tahu apakah dia akan berada bersama suaminya di surga kelak atau tidak.
Bahwa cemburu tidak ada di surga, seperti yang ada di dunia.
Bahwasanya Allah Swt telah mengkhususkan juga bagi wanita dengan kenikmatan-
kenikmatan yang mereka ridlai, meski kita tidak mengetahui secara rinci.
Surga merupakan tempat yang kenikmatannya belum pernah terlihat oleh mata, terdengar
oleh telinga dan terbetik dalam hati manusia, seperti firman Allah Swt
["Seorangpun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-
macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang
telah mereka kerjakan"] As-Sajdah : 17
Oleh karena itu, tak seorang pun mengetahui apa yang tersembunyi bagi mereka dari
bidadari-bidadari penyejuk mata sebagai balasan pada apa-apa yang mereka lakukan. Dan di
sorga diperoleh kenikmatan-kenikmatan bagi mukmin dan mukminat dari apa-apa yang
mereka inginkan, dan juga didapatkan hidangan-hidangan, dan akan menjadi saling ridho di
antara keduanya sepenuhnya. Maka wajib bagi keduanya (suami-isteri) di dunia ini untuk
beramal sholeh agar memperoleh kebahagiaan di sorga dengan penuh kenikmatan dan rahmat
Allah Swt yang sangat mulia lagi pemberi rahmat.
Adapun kecemburuan seorang laki-laki pada keluarganya dan kehormatannya, maka hal
tersebut ‘dituntut dan wajib’ baginya karena termasuk kewajiban seorang laki-laki untuk
cemburu pada kehormatannya dan kemuliaannya. Dan dengan adanya kecemburuan ini, akan
menolak adanya kemungkaran di keluarganya. Adapun contoh kecemburuan dia pada isteri
dan anak-anaknya, yaitu dengan cara tidak rela kalau mereka telanjang dan membuka tabir di
depan laki-laki yang bukan mahramnya, bercanda bersama mereka, hingga seolah-olah laki-
laki itu saudaranya atau anak-anaknya.
Anehnya bahwa kecemburuan seperti ini, di jaman kita sekarang dianggap ekstrim-fanatik,
dan lain-lain. Akan tetapi akan hilang keheranan itu ketika kita sebutkan bahwa manusia di
jaman kita sekarang ini telah hidup dengan adat barat yang jelek. Dan maklum bahwa
masyarakat barat umumnya tidak mengenal makna aib, kehormatan dan tidak kenal
kemuliaan, karena serba boleh (permisivisme), mengumbar hawa nafsu kebebasan saja. Maka
orang-orang yang mengagumi pada akhlaq-akhlaq barat ini tidak mau memperhatikan pada
akhlaq Islam yang dibangun atas dasar penjagaan kehormatan, kemuliaan dan keutamaan.
Sesungguhnya Rasulullah Saw telah mensifati seorang laki-laki yang tidak cemburu pada
keluarganya dengan sifat-sifat yang jelek, yaitu ‘Dayyuuts’. Sungguh ada dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Ath-Thabraani dari Amar bin Yasir r.a, serta dari Al-Hakim, Ahmad
dan Baihaqi dari Abdullah bin Amr r.a, dari Nabi Saw bahwa ada tiga golongan yang tidak
akan masuk surga yaitu peminum khomr, pendurhaka orang tua dan dayyuts. Kemudian Nabi
menjelaskan tentang dayyuts, yaitu orang yang membiarkan keluarganya dalam kekejian atau
kerusakan, dan keharaman.
Wallahu a’lam
http://raisahakim.com/arti-cinta-rindu-dan-cemburu-dalam-islam/

Cemburu seringkali menghiasi perkawinan. Andaikan perkawinan tanpa cemburu


rasanya sayur tanpa bumbu. Dengan kata lain cemburu adalah bumbu dari
perkawinan. Namun bila kecemburuan itu tidak terkontrol, maka hal itu akan menjadi
masalah bagi suami atau istri. Karena, suami atau istri bila dicemburui terus akan
membuatnya jengkel. Demikian pula bagi suami atau istri pencemburu, sehingga dia
selalu dihantui oleh perasaan takuk, gelisah, bahkan bisa membuatnya stress. Bila
hal ini terjadi, maka kehidupan dalam perkawinan tidak terasa tentram dan bahagia.
Kehidupan suami istri akan tidak harmonis bila salah satu pihak atau kedua-duanya
tidak saling percaya,tidak mengerti dan memahami, tidak saling menghargai, dan
tidak saling menerima.
Oleh karena itu, penting bagi suami atau istri untuk saling memahami
pekerjaan atau profesi masing-masing. Karena dalam suatu pekerjaan atau profesi
masing-maing, karena dalam suatu pekerjaan atau profesi slalu berhubungan
dengan banyak orang. Misalnya seorang PR (public relations) akan dituntut untuk
berhubungan dengan semua orang. Dia harus melayani dan menerima tamu dengan
baik sebagai relasi atau rekanan perusahaan.
Ada beberapa perihal cemburu yang perlu kita ketahui, yaitu:
1. Cemburu itu belum tentu betulan, tapi hanya menginginkan kerinduan untuk
disayang.
Ini sering terjadi di masyarakat. Banyak istri atau suami dicemburui merasa
muak. Lalu suami atau istri marah-marah. Tidak jarang terjadi percekcokan yang luar
biasa. Dampaknya, istri atau suami jadi ngambek. Kalau sudah ngambek secara
psikologis akan berdampak pada permasalahan lain. Mungkin istri jadi main
sabotase ekonomi. Akhirnya mereka hanya diam dan bungkam. Dampaknya
hubungan suami istri terasa dingin. Tak ada lagi canda tawa. Padahal, kalau
mendeteksi lebih jauh lagi, cemburu itu belum tentu wujud dari cemburu, tapi
pasangan suami istri hanya rindu untuk disayang. Dia juga rindu untuk dibelai,
disapa dengan kata-kata lembut dan manis. Dengan demikian, kerinduan terhadap
kasih sayang ini akan menimbulkan rasa cemburu. Apalagi jika pasangan suami istri
yang semula hangat, tapi mendadak berubah hambar. Tentu si istri atau suami akan
curiga, dengan kemungkinan adanya orang ketiga dalam rumah tangga mereka.
2. Cemburu itu perlu, asalakan tidak buta.
Karena cemburu itu wujud kasih sayang. Karena cemburu yang berlebihan
akan menimbulkan raasa tidak percaya pada pasangan. Pernahkah kita mendengar
cemburu buta? Artinya, cemburu yang tidak berdasarkan argumentasi yang nyata.
Asalkan ada issu langsung saja cemburu. Tanpa check atau recheck. Dampaknya
orang seperti itu mudah dipermainkan issu. Dengan kata lain, mereka hanya
dipermainkan perasaannya, tiap waktu diombang-ambingkan gelombang. Cemburu
buta memang tidak berdasarkan data-data yang akurat.
3. Cemburu itu menghilangkan kepercayaan diri.
Jika suami atau istri cemburu, bisa dipastikan sekian persen bahwa ia telah
kehilangan percaya akan dirinya. Dampaknya, berubah menjadi kecemburuan yang
luar biasa. Istri atau suami menganggap dirinya merasa rendah bila dibandingkan
dengan si dia. Kondisi ini akan membuat suami atau istri semakin tenggelam dalam
kecemburuan.
4. Cemburu itu wujud perasaan takut kehilangan kasih sayang, cinta dan
status.
Dalam hal ini, cemburu diisyaratkan sebafai ketakutan yangb berlebihan.
Cinta itu memang punya kecenderungan monogamy. Artinya, cinta itu enggan untuk
dibagi. Pembagian cinta ibarat dengan penyelewengan. Karenanya wajar jika
mereka takut kehilangan yang paling berharga (suami/istri/kekasih). Oleh karena itu,
wajar pula jika seseorang yang mempertahankan barang miliknya berupaya dengan
segala cara dan upaya untuk tetap mempertahankannya.
5. Merasa senang dicemburuiu.
Bila suami atau istri merasa senang di cemburui, itu berarti pertanda protes.
Dia ingin menunjukkan bahwa dirinya punya kelebihan dan terbukti masih ada orang
lain yang naksir dirinya. Tingkahlaku yang ditampilkannya merupakan untuk mencari
perhatian dari suami atau istri.
Dari semua macam cemburu di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
cemburu adalah salah satu nuansa perkawinan. Cemburu adalah hal normal pada
setiap orang, selama cemburu itu masih dalam batas-batas yang wajar dan rasional.
Cemburu dapat juga meningkatkan kualitas perkawinan, sehingga hubungan suami
istri semakin hangat dan mesra. Justru akan aneh bila suami atau istri tidak
mempunyai perasaan cemburu bila melihat suami atau istri dekat dengan
seseorang. Itu berarti rasa cinta dan rasa memiliki dari suami atau istri kurang, dan
hal ini yang akan merusak ikatan perkawinan. Dan yang terpenting bagaimana kita
mengolah cemburu itu jadi energy yang dapat memajukan perkawinan, bukan
sebaliknya. Cemburu masih diperlukan, asalkan sebatas untuk memupuk kasih
sayang.
http://www.keluargasakinahku.com/2011/01/arti-cemburu-dalam-
perkawinan.html

Perkenalan merupakan suatu proses awal dari suatu hubungan. Intensitas pertemuan yang
menjadi penentu dalam suatu hubungan. Berawal dari tidak saling mengerti antarpribadi
menjadi saling mengerti. Komunikasi menjadi hal terpenting dalam menjalin suatu hubungan.

Hubungan merupakan suatu proses keterkaitan atau ketergantungan seseorang terhadap orang
lain, baik dalam hal yang biasa seperti pertemanan dan persahabatan, bahkan bisa menjadi
lebih dekat seperti hubungan dekat (kencan) atau hubungan pernikahan (suami & isteri).
Dalam suatu hubungan memungkinkan terjadinya suatu kesalahan dalam komunikasi yang
akan menyebabkan terjadinya suatu konflik. Hal ini biasa terjadi, jika salah satu isi pesan dari
komunikasi yang mereka sampaikan tidak dapat diterima dengan baik atau terjadi salah
persepsi diantara salah satu komunikan, atau terjadinya penyimpangan dalam suatu hubungan
yang dapat menyebabkan hancurnya suatu hubungan.

Semuanya ini berdasarkan sikap & perilaku kita bagaimana menjalani suatu hubungan itu.
semakin eratnya suatu hubungan, maka akan semakin banyak konflik yang kan timbul
didalamnya. Konflik ini sendiri terjadi dikarenakan rasa saling mengetahui diantara pasangan
(teman, keluarga, pacar, atau suami-isteri)

Sebenarnya pengertian dari hubungan itu apa?. Bila manusia menjalin suatu hubungan
(relationship), kehidupan mereka akan saling terjalin satu dengan yang lain. Apa yang
dilakukan oleh yang satu akan mempengaruhi yang lainnya. Dengan demikian hubungan
adalah sesuatu yang terjadi bila dua orang saling mempengaruhi satu sama lain, bila yang
satu bergantung pada yang lain (Kelly et al., 1983).

Model interdependensi antar dua orang dikembangkan oleh Levinger dan Snoek (1972).
Model ini dimulai dari tidak menyadari kehadiran satu sama lain. Mereka berada di titk yang
disebut zero contact. Kemudian mereka sampai pada tahap menyadari bila salah satu mulai
merasakan atau mempelajari sesuatu tentang yang lain, tetapi belum terjadi kontak langsung.
Kemudian masuk dalam tahap berikutnya yang disebut dengan kontak permukaan (dasar).
Disini kedua orang itu mulai berinteraksi, mungkin melalui percakapan atau surat menyurat.
Kontak dasar ini merupakan awal interdependensi, dan bahkan dari suatu hubungan. Bila
derajat interdependensi bertambah, maka orang itu masuk dalam
tahap mutualitas (kesalingan). Suatu hubungan dapat disebut hubungan yang erat bila di
dalamnya terdapat interdependensi yang kuat.

Dalam suatu hubungan yang terjalin banyak sekali terjadinya perhitungan berkaitan mengenai
keuntungan dan kerugian, suatu hubungan seakan-akan terlihat seperti perhitungan ekonomi.
Namun, keuntungan atau ganjaran yang dimaksud adalah segala hal yang diperoleh seseorang
dalam menjalin suatu hubungan, seperti rasa aman, terlindungi, cinta, kasih, bahkan materi.
Kerugian merupan suatu konsekuensi negatif yang akan kita terima dalam menjalani suatu
hubungan. Hubungan juga dianggap merugikan jika menutup peluang kita dalam melakukan
kegiatan-kegiatan yang kita senangi dan bermanfaat.

Setiap orang selalu memperhitungkan ganjaran dan kerugian dari suatu hubungan. Namun
jarang orang melakukannya secara eksplisit. Biasanya kita hanya mencari hasil akhirnya saja
tanpa melihat proses yang terjadi dari hubungan itu. Keputusan terbaik ada dalam setiap sikap
yang anda lakukan. koreksilah suatu hubungan agar hubungan yang anda lakukan benar-
benar baik. Hasil akhir bukanlah suatu tujuan, namun suatu proses yang ada didalamnya
http://psikucluk.blogspot.com/2010/02/hubungan.html

Ad-Dayyuts; Laki-laki tak Punya Rasa Cemburu


By

webmaster
Published: 16/07/2010Posted in: Akhlak, Buletin Al-BalaghTags: cemburu,
dayyutz, dosa besar, laki-laki

Disebutkan di dalam hadits, bahwa Saad bin Ubadah Radhiyallahu ‘anhu berkata:
“Sekiranya aku melihat seorang laki-laki bersama dengan isteriku, niscaya akan kutebas ia
dengan pedang,” ucapan itu akhirnya sampai kepada Rasulullah. Lalu beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,”Apakah kalian merasa heran terhadap kecemburuan Saad?
Demi Allah, aku lebih cemburu daripadanya, dan Allah lebih cemburu daripadaku.” (HR.
Bukhari)
Dalam kesempatan lain Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah itu
pencemburu dan seorang mukmin juga pencemburu. Kecemburuan Allah itu terjadi bila ada
seorang hamba datang kepada-Nya dengan perbuatan yang diharamkan-Nya.” (HR.
Bukhari).
Salah satu sifat orang beriman adalah cemburu. Sebab, cemburu merupakan isyarat adanya
cinta kasih. Islam memuji lelaki yang punya rasa cemburu dan mencela orang yang tidak
memilikinya. Tentu saja selain menganjurkan cemburu, Islam memberikan batas-batasnya.
Bila batas tersebut dilanggar, rusaklah kebahagian rumah tangga.
“Ada jenis cemburu yang dicintai Allah Subhanahu wa Ta’ala, adapula yang dibenci-Nya.
Yang disukai, yaitu cemburu tatkala ada sangkaan atau tuduhan. Sedangkan yang dibenci,
yaitu adalah yang tidak dilandasikeraguan” (HR. al Baihaqi)
Makhluk paling buruk.
Makna ad-dayyuts adalah seorang suami atau ayah yang membiarkan kemaksiatan terjadi
dalam keluarganya. Yaitu ketika dia melihat kemungkaran oleh anggota keluarganya, dia
hanya diam saja dan tidak merubahnya.
Lawannya adalah al-ghayyur, yaitu orang yang memiliki kecemburuan besar terhadap
keluarganya sehingga dia tidak membiarkan mereka berbuat maksiat.
Dalam sebuah hadits marfu’, dari Ibnu Umar radliyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda,
“Ada tiga golongan yang tidak akan dilihat oleh Allah pada hari kiamat nanti, yaitu orang
yang durhaka kepada kedua orangtuanya, perempuan yang menyerupai laki-laki, dan ad-
dayyuts . . .” (HR. an-Nasa’i dan lainnya, dishahihkan oleh Al-Albani).
Ancaman keras dalam hadits di atas menunjukkan bahwa perbuatan ini termasuk dosa besar
yang dimurkai Allah. Salah satu ciri dosa besar adalah apabila perbuatan tersebut diancam
akan mendapatkan balasan di akhirat berupa siksaan, kemurkaan, atau ancaman keras
lainnya.
Imam Ad-Dzahabi dalam kitabnya, Al Kabair (kumpulan dosa-dosa besar) menempatkan
perilaku diyatsah/dayyuts dalam urutan dosa besar ketiga puluh empat.
Beliau mengatakan dalam bab liwath, “Jika dia mengetahui istrinya telah berselingkuh
(berzina) dan dia hanya diam saja (membiarkannya), maka Allah telah haramkan surga
atasnya karena Allah telah menulis di pintu surga: ‘Kamu haram dimasuki seorang dayyuts’.
Yaitu orang yang mengetahui perbuatan buruk (zina) pada istrinya, tapi dia diam saja dan
tidak cemburu.”
Seorang suami yang dayyuts akan menyebabkan rusaknya agama dan akhlak anggota
keluarga, sehingga layaklah suami dayyuts ini mendapatkan ancaman keras sebagaimana
yang disebutkan dalam hadits di atas.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah ketika menjelaskan dampak buruk perbuatan maksiat di
antaranya perbuatan ad-diyatsah/ad-dayyuts (membiarkan perbuatan buruk dalam keluarga)
yang timbul karena lemah atau hilangnya sifat ghiirah (cemburu dan marah ketika syariat
Allah dilanggar) dalam hati pelakunya. Beliau berkata, “. . . . oleh karena itulah, ad-dayyuts
adalah makhluk Allah yang paling buruk dan diharamkan masuk surga. Demikian juga orang
yang membolehkan dan menganggap baik perbuatan dzalim dan melampaui batas bagi orang
lain. Maka perhatikanlah akibat yang ditimbulkan karena lemahnya sifat ghiirah (dalam diri
seseorang).”
Beliau melanjutkan, “ini semua menunjukkan bahwa asal pokok agama seseorang adalah
sifat ghiirah. Barangsiapa yang tidak memiliki sifat ghiirah maka berarti dia tidak memiliki
agama (iman). Karena sifat ghiirah inilah yang akan menghidupkan hati (manusia) yang
kemudian akan menghidupkan anggota tubuhnya, sehingga anggota tubuhnya akan menolak
perbuatan buruk dan keji. Sebaliknya, hilangnya sifat ghiirah akan mematikan hatinya, yang
kemudian akan mematikan kebaikan anggota tubuhnya, sehingga sama sekali tak ada
penolakan terhadap keburukan dalam dirinya. . .” (kitab Ad-Da-u wad Dawaa’, hal. 84).

Suami buruk, keluarga terpuruk


Ad-Dayuts akan membiarkan keburukan pada agama istri dan anak-anaknya. Membiarkan
atau menuruti kemauan mereka dalam perkara yang bertentangan dengan syari’at. Dia tidak
punya rasa cemburu ketika keluarganya (istri dan anaknya) bermaksiat. Misalnya, dia
membiarkan istrinya keluar rumah tanpa berjilbab, membiarkannya nongkrong di pinggir
jalan bersama laki-laki lain, yang paling parah adalah membiarkan istrinya bergaul bebas
dengan teman lakinya sampai melakukan zina. Apa yang bisa dibanggakan dari laki-laki
seperti ini? Apalagi terhadap bentuk pelanggaran syari’at yang lainnya tentu ia lebih tidak
peduli lagi.
Sungguh tak layak suami berperilaku dan bermental seperti ini. Karena Allah telah
menetapkannya sebagai pemimpin dalam rumah tangganya, pemimpin atas anak dan istrinya,
dan kelak dia akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya.
Dari Ibnu Umar radliyallah ‘anhuma, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, bersabda:
“Setiap kalian ra’in (penanggung jawab) dan masing-masing akan ditanya tentang
tanggungjawabnya. Penguasa adalah penanggung jawab atas rakyatnya, dan akan ditanya
tentangnya. Suami menjadi penanggung jawab dalam keluarganya, dan akan ditanya
tentangnya.” (Muttafaq ‘Alaih)
Seorang istri, bagaimanapun baik sifat asalnya, tetap saja dia seorang perempuan yang lemah
dan susah untuk diluruskan.
“Sesungguhnya perempuan diciptakan dari tulang rusuk (yang bengkok), (sehingga) dia
tidak bisa terus-menerus (dalam keadaan) lurus jalan (hidup)nya.” (HR. Muslim)
Dalam hadits lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyifati perempuan sebagai,
“…Orang-orang yang kurang (lemah) akal dan agamanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka seseorang yang keadaannya sedemikian ini tentu sangat membutuhkan bimbingan dan
pengarahan dari seorang laki-laki yang memiliki akal, kekuatan, kesabaran, dan kasih sayang.
Karena itu, jangan pernah bosan menasihati keluarga Anda.
“Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka . . .” (QS. At-Tahrim: 6)
Tidak boleh dengan alasan kasih sayang ataupun cinta sehingga seorang suami membiarkan
istri atau anaknya larut dalam kemaksiatan, sebab itu bukanlah kasih sayang dan cinta sejati.
Kita dapati kebanyakan orang salah menempatkan arti cinta dan kasih sayang kepada istri dan
anak-anak, dengan menuruti semua keinginan mereka meskipun dalam hal-hal yang
bertentangan dengan syariat Islam, yang pada gilirannya justru akan mencelakakan dan
merusak kebahagiaan hidup mereka sendiri.
Karena cinta kepada istri dan anak-anak merupakan fitrah yang Allah tetapkan pada jiwa
setiap manusia. Allah Ta’ala berfirman,
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini,
yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan,
binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi
Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS Ali ‘Imran: 14)
Bersamaan dengan itu, nikmat keberadaan istri dan anak ini sekaligus juga merupakan ujian
yang bisa menjerumuskan seorang hamba dalam kebinasaan. Allah mengingatkan hal ini
dalam firman-Nya,
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu
ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka…” (QS At
Taghaabun: 14)
Menurut ibnu Katsir makna “menjadi musuh bagimu” adalah melalaikan kamu dari
melakukan amal shaleh dan bisa menjerumuskanmu ke dalam perbuatan maksiat kepada
Allah Ta’ala.
Barangsiapa yang mengharapkan cinta dan kasih sayangnya terhadap keluarganya kekal
abadi di dunia sampai di akhirat nanti, maka hendaknya dia melandasi cinta dan kasih
sayangnya karena Allah semata, serta mengisinya dengan saling menasehati dan tolong
menolong dalam ketaatan kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman,
“Orang-orang yang berkasih sayang pada waktu itu (di akhirat) menjadi musuh satu sama
lainnya, kecuali orang-orang yang bertaqwa.” (QS Az-Zukhruf: 67)
Ayat ini menunjukkan bahwa semua jalinan cinta dan kasih sayang di dunia yang bukan
karena Allah maka di akhirat nanti berubah menjadi kebencian dan permusuhan, dan yang
kekal abadi hanyalah jalinan cinta dan kasih sayang karena-Nya.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa melimpahkan taufik-Nya kepada kita semua
dalam menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya pada diri kita sendiri maupun
keluarga kita.
Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri dan keturunan kami sebagai
penyejuk (pandangan) mata (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang
bertakwa.[]
Diterbitkan di buletin al-Balagh Edisi 72 Sya’ban 1431 H
http://tanaasuh.com/dayyuts-laki-laki-tak-punya-rasa-cemburu/

Jika Wanita Sholehah Cemburu Kepada Suami


Rasulullah saw. bersabda,

"Sesungguhnya Allah telah mewajibkan rasa cemburu pada diri wanita dan jihad
pada diri laki-laki. Siapa di antara wanita tadi yang sabar dalam menghadapinya
dengan penuh iman dan ihtisab, maka baginya pahala seperti pahala orang yang
mati syahid." ( Hadits Riwayat Thabrani).

Nabi saw, bersabda, "Sesungguhnya aku sangat cemburu, dan tiada seorang pun
yang tidak cemburu melainkan terbalik hatinya." ( Hadits Riwayat Al Bazzar dan
Daruquthni).

Cemburu adalah sifat fitrah bagi manusia, maka wanita yang tidak memiliki rasa
cemburu dapat dikatakan tidak sesuai dengan fitrahnya. Allah swt. telah
menyamakan antara cemburu pada wanita dengan jihad pada lelaki. Itu adalah
suatu nikmat yang besar. Di samping akan mendapatkan pahala sabar dan mati
syahid, juga dengannya Allah swt. akan menambahkan rasa kasih dan sayang di
antara suami istri, yaitu jika rasa cemburu tersebut dilapisi dengan keimanan
dan ketaqwaan kepada Allah swt.. Allah berfirman, "Hai orang-orang yang
beriman jauhilah kebanyakan dari prasangka, Sesungguhnya sebagianprasangka
itu adalah dosa." (Al-Hujurat: 12).

Abdullah bin Ja'far berwasiat kepada putrinya, "Hati-hatilah terhadap rasa


cemburu karena sungguh ia merupakan awal perceraian, dan hindarilah banyak
cemberut karena ia adalah pemicu kebencian. Usahakanlah untuk selalu
mengunakan celak karena ia sebaik-baik perhiasan, dan wewangian adalah air."

Hendaknya sedang-sedang saja dalam cemburu, yaitu tidak dalam urusan yang
ditakutkan keburukannya. Juga tidak terlalu berlebihan, sehingga berburuk
sangka, mencari-cari ketergelincirannya dan mengintai-intai batinnya.

Al-Ghazali rah.a. menulis bahwa cemburu yang melampaui batas sehingga


seolah-olah sangat diyakini olehnya, itu sangat dilarang keras dalam agama,
sebab termasuk ke dalam ber-suuzhan kepada orang lain.

Seorang wanita berkata kepada Rasulullah saw., "Ya Rasulullah, Sesungguhnya


aku mempunyai seorang madu, apakah aku berdosa jika kukatakan bahwa
suaminya telah memberiku sesuatu, padahal ia tidak memberi apapun
kepadaku?" Beliau menjawab, "Orang yang pura-pura menerima sesuatu yang
tidak diberikan kepadanya, seperti orang yang mengenakan dua pakaian palsu."

Maksudnya, kecemburuannya telah ia iringi dengan perbuatan bohong dan


menipu diri sendiri dan orang lain. Hal ini adalah perbuatan dosa.

http://themoslemahs.blogspot.com/2010/01/jika-wanita-sholehah-cemburu-
kepada.html
Megendalikan Rasa Cemburu Dalam Rumah Tangga
Menurut 'Abdullah bin Syaddad, ada dua jenis ghirah. Pertama, ghirah yang
dengannya seseorang dapat memperbaiki keadaan keluarga. Kedua, ghirah yang
dapat meyebabkannya masuk neraka.

Ditinjau dari nilainya di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala, cemburu ada dua macam.
Dalam sebuah hadist disebutkan, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi was allam bersabda:

َ
‫ي‬ْ ِ ‫ه َفال ْغِي َْرةُ ال ّت‬
ُ ‫ض الل‬ ُ ُ‫ما ي َب ْغ‬
َ ‫من َْها‬
ِ َ‫ه و‬ُ ‫ب الل‬ ّ ‫ح‬ ِ ُ ‫ما ي‬ َ َ‫ن ال ْغِي َْرة‬
َ ‫م‬
ِ ‫ن‬ ّ ِ ‫ إ‬:‫ل‬ َ ‫سّلم َقا‬َ َ‫ه عَل َي ْهِ و‬
ُ ‫صّلى الل‬ َ ْ‫سو‬
َ ِ‫ل الله‬ ُ ‫ن َر‬
ّ ‫أ‬
‫ة‬ ِ ْ ‫ي غَي‬
ِ َ ‫ر الّري ْب‬ ْ ِ‫ه ال ْغِي َْرةُ ف‬
ُ ‫ض الل‬ ْ ِ ‫ة َوال ْغِي َْرةُ ال ّت‬
ُ ُ‫ي ي َب ْغ‬ ْ ِ‫ه ال ْغِي َْرةُ ف‬
ِ َ ‫ي الّري ْب‬ ُ ‫ب الل‬
ّ ‫ح‬ِ ُ‫ي‬

"Ada jenis cemburu yang dicintai AllahSubhanahu wa Ta'ala, adapula yang dibenci-
Nya. Yang disukai, yaitu cemburu tatkala ada sangkaan atau tuduhan. Sedangkan
yang dibenci, yaitu adalah yang tidak dilandasikeraguan" [1]

Disebutkan di dalam hadits, bahwa Saad bin Ubadah Radhiyallahu 'anhu berkata:

َ ‫ ل َو رأ َيت رجل ً مع ا‬: َ‫ل سعد بن عُبادة‬


‫م‬َ ّ ‫سل‬
َ َ‫ه عَل َي ْهِ و‬
ُ ‫صّلى الل‬
َ ‫ي‬
ّ ِ ‫ل الن ّب‬ َ َ‫ح ف‬
َ ‫قا‬ ٍ ‫ف‬
ّ ‫ص‬ ُ ‫ف غَي َْر‬
َ ‫م‬ ِ ْ ‫سي‬
ّ ‫ه ِبال‬ َ َ‫ي ل‬
ُ ُ ‫ضَرب ْت‬ ْ ِ ‫مَرأت‬
ْ َ َ ُ َ ُ ْ َ ْ َ َ ُ ْ ُ ْ َ َ ‫َقا‬
َ ‫ أ َتعجبون من ِغيرة سعد ل َنا أ َغْير منه والل‬:
‫ي‬
ْ ّ ‫من‬ ِ ‫ه أغْي َُر‬ ُ َ ُ ْ ِ َُ َ ٍ ْ َ ِ َْ ْ ِ َ ْ ُ َ َْ

"Sekiranya aku melihat seorang laki-laki bersama dengan isteriku, niscaya akan
kutebas ia dengan pedang," ucapan itu akhirnya sampai kepada Rasulullah. Lalu
beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,"Apakah kalian merasa heran terhadap
kecemburuan Saad? Demi Allah, aku lebih cemburu daripadanya, dan Allah lebih
cemburu daripadaku."[2]

Ditinjau dari sisi yang lain, cemburu ada dua macam. Pertama, ghirah lil mahbub
(cemburu membela orang yang dicintai). Kedua, ghirah 'alal-mahbub (cemburu
membela agar jangan sampai ada orang lain yang juga mencintai orang yang
dicintainya).

Ghirah lil mahbub adalah pembelaan seseorang terhadap orang yang dicintai,
disertai dengan emosi demi membelanya, ketika hak dan kehormtan orang yang
dicintai diabaikan atau dihinakan. Dengan adanya penghinaan tersebut, ia marah
demi yang dicintainya, kemudian membelanya dan berusaha melawan orang yang
menghina tadi. Inilah cemburu sang pecinta yang sebenarnya. Dan ini pula ghirah
para rasul dan pengikutnya terhadap orang-orang yang menyekutukan Allah
Subhanahu wa Ta'ala, serta melanggar syariat Allah Subhanahu wa Ta'ala. Jenis
ghirah inilah yang semestinya dimiliki seorang muslim, untuk membela Allah
Subhanahu wa Ta'ala, Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam dan agama-Nya. Adapun
ghirah 'alal-mahbub adalah kecemburuan terhadap orang lain yang ikut mencintai
orang yang dicintainya. Jenis ghirah inilah yang hendak kita kupas pada pembahasan
ini.

BEBERAPA CONTOH KECEMBURUAN SEBAGIAN ISTERI NABI SHALLALLAHU


'ALAIHI WA SALLAM

Disebutkan dalam sebuah riwayat, Anas Radhiyallahu 'anhu berkata:

ُ َ
‫م‬ٌ ‫فةٍ فِي َْها ط َُعا‬ َ ‫ح‬ ْ ‫ص‬َ ِ‫ن ب‬ َ ْ ‫من ِي‬ ِ ْ‫مؤ‬ ُ ْ ‫ت ال‬ ِ ‫مَها‬ ّ ‫دى أ‬ َ ‫ح‬ ْ ِ‫ت إ‬ْ ْ ‫سل‬
َ ‫ه فَأْر‬ ِ ِ ‫سائ‬َ ِ‫ض ن‬ ِ ْ‫عن ْد َ ب َع‬ ِ ‫م‬ َ ّ ‫سل‬َ َ‫ه عَل َي ْهِ و‬ ُ ‫صّلى الل‬ َ ‫ي‬ ّ ِ ‫ن الن ّب‬ َ ‫كا‬َ
‫صّلى‬ َ ‫ي‬ ّ ِ ‫معَ الن ّب‬ َ ‫ج‬ َ َ‫ت ف‬ ْ ‫ق‬ َ َ ‫فل‬َ ْ ‫ة فا َن‬ ُ ‫ف‬ َ ‫ح‬ ْ ‫ص‬ ّ ‫ت ال‬ ِ َ ‫قط‬ َ َ‫خادِم ِ ف‬
َ ‫س‬ َ ْ ‫ي ب َي ْت َِها ي َد ّ ال‬ْ ِ‫م ف‬ َ ّ ‫سل‬
َ َ‫ه عَل َي ْهِ و‬ ُ ‫صّلى الل‬ َ ‫ي‬ ّ ِ ‫ي الن ّب‬ ْ ِ ‫ت ال ّت‬ َ َ‫ف‬
ِ َ ‫ضَرب‬
ُ َ ْ‫م ال ّذِي‬
ّ ُ‫م ث‬
‫م‬ ْ ُ ‫مك‬ ّ ‫تأ‬ ْ ‫غاَر‬ َ :‫ل‬ ُ ْ‫قو‬ ُ َ ‫فةِ وَي‬ َ ‫ح‬ ْ ‫ص‬ ّ ‫ي ال‬ ْ ِ‫ن ف‬ َ ‫كا‬ َ ‫معُ فِي َْها الط َّعا‬ َ ‫ج‬ْ َ‫ل ي‬َ َ‫جع‬ َ ‫م‬ ّ ُ‫ة ث‬ِ ‫ف‬َ ‫ح‬
ْ ‫ص‬ ّ ‫م فَل ْقَ ال‬ َ ّ ‫سل‬َ َ‫ه عَل َي ْهِ و‬ ُ ‫الل‬
َ
‫فت ََها‬
َ ‫ح‬ ْ ‫ص‬َ ‫ت‬ ْ ‫سَر‬ ّ َ‫ي ك‬ ْ ِ ‫ة إ َِلى ال ّت‬ َ ‫ح‬َ ْ ‫حي‬ ِ ‫ص‬ ّ ‫ة ال‬ َ ‫ف‬َ ‫ح‬ ْ ‫ص‬ ّ ‫ي ب َي ْت َِها فَد َفَعَ ال‬ْ ِ‫ي هُوَ ف‬ ْ ِ ‫عن ْدِ ال ّت‬ ِ ‫ن‬ ْ ‫م‬ ِ ٍ‫فة‬ َ ‫ح‬ْ ‫ص‬َ ِ ‫حّتى أَتى ب‬ َ ‫م‬ ُ ِ‫خاد‬ َ ْ ‫س ال‬ َ ِ ‫حب‬
ُ
‫ت‬ َ ّ ْ ْ َ ‫س‬ َ
ْ ‫سَر‬ ّ ‫يك‬ ْ ِ ‫ت ال ت‬ ِ ْ ‫ي ب َي‬ْ ِ‫سوَْرةَ ف‬ ُ ‫مك‬ َ ‫ك ال‬ َ ‫م‬ ْ ‫وَأ‬

"Suatu ketika Nabi di rumah salah seorang isteri beliau. Tiba-tiba isteri yang lain
mengirim mangkuk berisi makanan. Melihat itu, isteri yang rumahnya kedatangan
Rasul memukul tangan pelayan pembawa makanan tersebut, maka jatuhlah
mangkuk tersebut dan pecah. Kemudian Rasul mengumpulkan kepingan-kepingan
pecahan tersebut serta makanannya, sambil berkata: "Ibu kalain sedang cemburu,"
lalu Nabi menahan pelayan tersebut, kemudian beliau memberikan padanya
mangkuk milik isteri yang sedang bersama beliau untuk diberikan kepada pemiliki
mangkuk yang pecah. Mangkuk yang pecah beliau simpan di rumah isteri yang
sedang bersama beliau" [3]

Ibnu Hajar menjelaskan bahwa isteri Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang
memecahkan mangkuk adalah 'Aisyah Ummul Mu'minin, sedangkan yang mengirim
makanan adalah Zainab binti Jahsy.[4]

Dalam hadist yang lain diriwayatkan:

َ ‫ت عََلى‬ َ ‫ ما ِغرت عََلى ا‬:‫ة أ َنها َقال َت‬


ِ ‫ة ل ِك َث َْر‬
‫ة‬ َ ‫ج‬
َ ْ ‫خدِي‬ ُ ‫ما ِغْر‬ َ َ‫م ك‬ َ ّ ‫سل‬َ َ‫ه عَل َي ْهِ و‬
ُ ‫صّلى الل‬
َ ‫ه‬ِ ‫ل الل‬ ِ ْ‫سو‬
ُ ‫مَرأةٍ ل َِر‬
ْ ُ ْ َ ْ َّ َ ‫ش‬ َ ِ ‫عائ‬
َ ‫ن‬
ْ َ‫ع‬
‫ها وَث ََنائ ِهِ عَل َي َْهسا‬
َ ‫م إ ِّيا‬َ ّ ‫سل‬
َ َ‫ه عَل َي ْهِ و‬ ُ ‫صّلى الل‬ َ ِ‫ل الله‬ ُ ‫ذِك ْرِ َر‬
ِ ْ‫سو‬

"Dari 'Aisyah: "Aku tidak cemburu kepada seorang wanita terhadap Rasulullah
sebesar cemburuku kepada Khadijah, sebab beliau selalu menyebut namanya dan
memujinya"[5].

Dalam sebuah riwayat disebutkan, 'Aisyah berkata: "Tatkala pada suatu malam yang
Nabi berada di sampingku, beliau mengira aku sudah tidur, maka beliau keluar. Lalu
aku (pun) pergi mengikutinya. (Aku menduga beliau pergi ke salah satu isterinya dan
aku mengikutinya sehingga beliau sampai di Baqi'). Beliau belok, aku pun belok.
Beliau berjalan cepat, aku pun berjalan cepat, akhirnya aku mendahuluinya. Lalu
beliau bersabda: "Kenapa kamu, hai 'Aisyah, dadamu berdetak kencang?"Lalu aku
mengabarkan kepada beliau kejadian yang sesungguhnya, beliau bersabda: "Apakah
kamu mengira bahwa Allah dan Rasul-Nya akan menzhalimimu?"[6]

NASIHAT BAGI WANITA DALAM MENGENDALIKAN PERASAAN CEMBURU

Sebagaimana fenomena yang kita lihat dalam kehidupan rumah tangga pada
umumnya, tampaklah bahwa sifat cemburu itu sudah menjadi tabiat setiap wanita,
siapun orangnya dan bagaimanapun kedudukannya. Akan tetapi, hendaklah
perasaan cemburu ini dapat dikendalikan sedemikian rupa, sehingga tidak
menimbulkan masalah yang bisa menghancurkan kehidupan rumah tangga.

Berikut beberapa nasihat yang perlu diperhatikan oleh para isteri untuk menjaga
keharmonisan kehidupan rumah tangga, sehingga tidak ternodai oleh pengaruh
perasaan cemburu yang berlebihan.

1). Seorang isteri hendaklah bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan
bersikap pertengahan dalam hal cemburu terhadap suami. Sikap pertengahan dalam
setiap perkara merupakan bagian dari kesempurnaan agama dan akal seseorang.
Dikatakan oleh Nabi Shallalahu 'alaihi wa sallam kepada 'Aisyah Radhiyallahu 'anha :
"Hai 'Aisyah, bersikaplah lemah-lembut, sebab jika Allah menginginkan kebaikan
pada sebuah keluarga, maka Dia menurunkan sifat kasih-Nya di tengah-tengah
keluarga tersebut [7]". Dan sepatutnya seorang isteri meringankan rasa cemburu
kepada suami, sebab bila rasa cemburu tersebut melampaui batas, bisa berubah
menjadi tuduhan tanpa dasar, serta dapat menyulut api di hatinya yang mungkin
tidak akan pernah padam, bahkan akan menimbulkan perselisihan di antara suami
isteri dan melukai hati sang suami. Sedangkan isteri akan terus hanyut mengikuti
hawa nafsunya.

2). Wanita pecemburu, lebih melihat permasalahan dengan perasaan hatinya


daripada indera matanya. Ia lebih berbicara dengan nafsu emosinya dari pada
pertimbangan akal sehatnya. Sehingga sesuatu masalah menjadi berbalik dari yang
sebenarnya. Hendaklah hal ini disadari oleh kaum wanita, agar mereka tidak
berlebihan mengikuti perasaan, namun juga mempergunakan akal sehat dalam
melihat suatu permasalahan.

3). Dari kisah-kisah kecemburuan sebagian isteri Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa


sallam tersebut, bisa diambil pelajaran berharga, bahwa sepatutnya seorang wanita
yang sedang dilanda cemburu agar menahan dirinya, sehingga perasaan cemburu
tersebut tidak mendorongnya melakukan pelanggaran syari'at, berbuat zhalim,
ataupun mengambil sesuatu yang bukan haknya. Maka janganlah mengikuti
perasaan secara membabi buta.

4). Seorang isteri yang bijaksana, ia tidak akan menyulut api cemburu suaminya.
Misalnya, dengan memuji laki-laki lain di hadapannya atau menampakkan
kekaguman terhadap penampilan laki-laki lain, baik pakainnya, gaya bicaranya,
kekuatan fisiknya dan kecerdasannya. Bahkan sangat menyakitkan hati suami, jika
seorang isteri membicarakan tentang suami pertamanya atau sebelumnya. Rata-rata
laki-laki tidak menyukai itu semua. Karena tanpa disadarinya, pujian tersebut
bermuatan merendahkan "kejantanan"nya, serta mengurangi nilai kelaki-lakiannya,
meski tujuan penyebutan itu semua adalah baik. Bahkan, walaupun suami
bersumpah tidak terpengaruh oleh ungkapannya tersebut, tetapi seorang isteri
jangan melakukannya. Sebab seorang suami tidak akan bisa melupakan itu semua
selama hidupnya.

5). Ketahuilah wahai para isteri! Bahwa yang menjadi keinginan laki-laki di lubuk
hatinya adalah jangan sampai ada orang lain dalam hati dan jiwamu. Tanamkan
dalam dirimu bahwa tidak ada lelaki yang terbaik, termulia, dan lainnya selain dia.

6). Wahai, para isteri! Jadikanlah perasaan cemburu kepada suami sebagai sarana
untuk lebih mendekatkan diri kepadanya. Jangan menjadikan ia menoleh kepada
wanita lain yang lebih cantik darimu. Berhias dirilah, jaga penampilan di hadapannya
agar engkau selalu dicintai dan disayanginya. Cintailah sepenuh hatimu, sehingga
suami tidak membutuhkan cinta selain darimu. Bahagiakan ia dengan seluruh jiwa,
perasaan dan daya tarikmu, sehingga suami tidak mau berpisah atau menjauh
darimu. Berikan padanya kesempatan istirahat yang cukup. Perdengarkan di
telinganya sebaik-baik perkataan yang engkau miliki dan yang paling ia senangi.

7). Wahai, para isteri! Janganlah engkau mencela kecuali pada dirimu sendiri, bila
saat suamimu datang wajahnya dalam keadaan bermuram durja. Jangan menuduh –
salah- kecuali pada dirimu sendiri, bila suamimu lebih memilih melihat orang lain
dan memalingkan wajah darimu. Dan jangan pula mengeluh bila engkau
mendapatkan suamimu lebih suka di luar daripada duduk di dekatmu. Tanyakan
kepada dirimu, mana perhatianmu kepadanya? Mana kesibukanmu untuknya? Dan
mana pilihan kata-kata manis yang engkau persembahkan kepadanya, serta senyum
memikat dan penampilan menawan yang semestinya engkau berikan kepadanya?
Sungguh engkau telah berubah di hadapannya, sehingga berubah pula sikapnya
kepadamu. Lebih dari itu, engkau melemparkan tuduhan terhadapnya karena
cemburu butamu.

8). Dan ingatlah wahai para isteri! Suamimu tidak mencari perempuan selain dirimu.
Dia mencintaimu, bekerja untukmu, hidup senantiasa bersamamu, bukan dengan
yang lainnya. Bertakwalah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, ikutilah petunjuk-Nya
dan percayalah sepenuhnya kepada suamimu setelah percaya kepada Allah yang
senantiasa menjaga hamba-hamba-Nya yang selalu menjaga perintah-perintah-Nya,
lalu tunaikanlah yang menjadi kewajibanmu. Jauhilah perasaan was-was, karena
setan selalu berusaha untuk merusak dan mengotori hatimu.

TIDAK BOLEHKAH CEMBURU?

Barangkali, di antara para isteri ada yang membantah dan berkata, adalah
kebodohon apabila seorang isteri tidak memiliki rasa cemburu pada suaminya,
padahal cemburu ini merupakan ungkapan cintanya kepada suaminya, sekaligus
sebagai bumbu penyedap yang bisa menimbulkan keharmonisan, kemesraan dan
kepuasan batin dalam kehidupan rumah tangga.

Ya, benar! Akan tetapi, apakah pantas bagi seorang isteri yang berakal sehat, jika ia
tenggelam dalam rasa cemburunya, sehingga menenggelamkan bahtera kehidupan
rumah tangganya, mencabik-cabik jalinan cinta dan kasih-sayang dalam
keluarganya, bahkan ia sampai terjangkiti penyakit depresi, buruk sangka yang
dapat membawanya kepada penyakit psikis yang kronis, perang batin yang tidak
berkesudahan, dan akhirnya merusak akal sehatnya?

Memang sangat tipis, perbedaan antara yang benar dengan yang salah, antara yang
sakit dengan yang sehat, antara cemburu yang penuh dengan kemesraan dengan
cemburu yang membakar dan menyakitkan hati dikarenakan penyakit kejiwaan yang
berat. Namun, tetap ada perbedaan antara cemburu dalam rangka membela
kehormatan diri dan kelembutan karena didasari rasa cinta kepada suami, dengan
cemburu yang merusak dan membinasakan. Kalau begitu, cemburulah wahai para
isteri, dengan kecemburuan yang membahagiakan suamimu, dan menampakkan
ketulusan cintamu kepadanya! Tetapi hindarilah kecemburuan yang merusak dan
menghancurkan keluargamu. Cemburulah demi memelihara harga diri dan
kehormatan suami. Dan lebih utama lagi, cemburu untuk membela agama Allah.

Isteri yang selalu memantau kegiatan suaminya, mencari-cari berita tentangnya,


serta selalu menaruh curiga pada setiap aktivitas suaminya, bahkan cemburu
kepada teman dan sahabatnya, maka inilah isteri yang bodoh. Dengan sifatnya
tersebut, maka kehidupan rumah tangganya, rasa cinta, kepercayaan di antara
keduanya akan terputus dan hancur. Dan bagi wanita yang rasa cemburunya
tersulut karena suatu sebab, kemudian ia merasa hal itu tidak pada tempatnya,
hendaklah ia menyadari kesalahannya, lalu melakukan perbaikan atas sikapnya
tersebut. Dan yang paling penting adalah, tidak mengulangi lagi kesalahan serupa di
kemudian hari.

KECEMBURUAN LAKI-LAKI

Di antara salah satu adab pergaulan antara suami-isteri, yaitu seorang suami
seharusnya bersikap pertengahan dalam hal kecemburuan kepada isteri, sehingga
tidak terlalu berlebih-lebihan, atau sebaliknya menganggap remeh sikap cemburu.
Hendaknya ia melakukan tindakan preventif. Jangan beriskap lengah terhadap hal-
hal yang perlu dikhawatirkan bahayanya. Tetap menjaga isterinya, namun dalam
batas-batas yang telah digariskan syari'at. Hal seperti ini dan semisalnya, termasuk
jenis cemburu yang terpuji. Adapun sikap cemburu suami yang berlebih-lebihan
serta prasangka yang tidak dilandasi bukti dan akal sehat, dan juga selalu
mengontrol dan mengawasi isteri dalam segala perbuatannya, maka ini termasuk
perbuatan yang tercela lagi diharamkan.

Allah berfirman :
"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya
sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan
orang lain" [al Hujurat/49:12]

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam juga melarang para suami mencari-cari kesalahan
isteri. Sebagaimana beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam tegaskan dalam hadits: "Ada
jenis cemburu yang Allah membencinya. Yaitu kecemburuan suami kepada isteri
yang tidak disertai adanya indikasi kuat yang mendukungnya".[8]

Barangsiapa mengabaikan sifat cemburu yang bisa lebih menguatkan hubungan


cinta di antara suami isteri, maka ia hidup dengan hati yang rusak dan melenceng
dari fitrahnya. Dijelaskan oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam : "Sesungguhnya
Allah tidak melihat kepada ad-dayyuts pada hari kiamat, dan tidak akan
memasukkannya ke dalam surga".[9]

Dayyuts adalah, seorang suami yang tidak memiliki sifat cemburu dan membiarkan
isterinya berbuat maksiat. Dan sebaliknya, suami yang terlalu berlebihan rasa
cemburunya akan hidup sengsara dan tersiksa, bahkan jarang seorang isteri yang
mampu hidup lama dengannya, karena selalu merasa diawasi dan merasa tertekan.

Sikap yang wajar dalam masalah ini akan membawa dampak positif, terpeliharanya
harga diri, kehormatan dan tercapainya kehidupan yang berbahagia. Sikap
pertengahan dalam menyikapi rasa cemburu, artinya ia menjauh dari berprasangka
buruk, tidak mencari-cari satu perkara secara mendetail bila tidak perlu,
menghindari sikap tergesa dalam menerima berita -yang sengaja dihembuskan oleh
orang yang mempunyai niat buruk- tanpa menyaringnya, berhati-hati terhadap
perkara yang dikhawatirkan membahayakan, dan menjaga diri dari perilaku yang
merusak. Jika hal itu dapat dipenuhi, maka itulah keutamaan yang sebenarnya.
Sebaliknya, apabila tidak, maka akan membawa malapetaka bagi kehidupan rumah
tangga.

Terkadang ada di antara para suami yang terjangkiti sifat cemburu buta. Dia merasa
cemburu (pada isterinya) dari semua orang, sehingga isteri dilarang mengunjungi
atau dikunjungi, meski kunjungan dari orang-orang mulia dan terhormat. Suami
tidak bisa menerima, jika pintu rumahnya terbuka. Dia tidak merasa nyaman jika
ada seseorang mengunjungi isterinya, tanpa sepengetahuannya. Atau saat ia tidak
berada di rumah. Jika ia berangkat kerja, seluruh pintu ditutup, kunci-kunci
dibawanya, dan setelah pulang seluruh kamar dikelilingi dan diamati. Sampai-
sampai bila orang tua atau mahram dari isterinya datang berkunjung, maka harus
menunggu di luar rumah sampai suami yang pecemburu itu tiba. Sungguh ini bisa
menjadikan si isteri dan kerabatnya merasa tersinggung dan marah karena merasa
tidak dihargai.

Kepada suami yang memiliki sifat demikian, rasanya lebih adil dan tepat jika
dikatakan kepadanya: "Yang engkau lakukan itu, bukan termasuk cemburu yang
benar menurut agama. Juga bukan kecemburuan seorang yang benar-benar disebut
laki-laki. Itu tidak lebih sekedar kekhawatiran yang berlebihan, sehingga dengannya
engkau telah membelenggu isterimu dari hak syar'inya. Dalam keadaan demikian,
isterimu seperti bukan makhluk hidup padahal bukan pula benda mati. Engkau telah
memadamkan cahaya kemuliaan dan kehormatannya. Nama baiknya akan menjadi
pembicaraan di tengah publik. Sekiranya engkau termasuk orang muslim yang
benar, yang berpegang pada akhlak dan etika Islam, tentu engkau akan
melaksanakan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala, yang artinya: "Hai orang-orang
yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian
prasangka itu adalah dosa dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain".
[al Hujurat/49:12].

Sebaliknya, ada seorang suami yang terpesona dengan peradaban modern dan
kemewahan duniawi. Maka diajaklah isterinya pergi ke tempat-tempat hiburan,
diberikanlah kebebasan kepada isterinya untuk berkenalan dengan orang lain, yang
baik maupun yang buruk akhlaknya. Hingga akhirnya si isteri pun melakukan hal-hal
yang dilarang agama. Ternyata kemudian, si suami merasa cemburu. Sesampai di ke
rumah, dihitunglah kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat isterinya, hingga
terjadilah perselisihan di antara mereka. Namun suami ini tetap lalai dan belum
menyadari keteledorannya. Dia selalu saja membuka pintu rumahnya bagi siapa
pun, kawan-kawan atau koleganya. Dia tidak merasa berdosa jika mereka datang
saat ia tidak ada. Hingga akhirnya, jika telah ada berita buruk tentang kehormatan
isterinya, dia baru menyadari kelengahannya, cemburu lagi, marah besar dan naik
pitam.

Wahai, suami yang lalai! Kecemburuanmu tak lagi bermanfaat setelah semua petaka
itu terjadi. Kecemburuanmu adalah kecemburuan yang dibenci, yang tidak
membuahkan apa-apa selain kehancuran mahligai rumah tanggamu. Maka
tinggalkanlah kecemburuanmu yang palsu itu. Gantilah dengan kecemburuan yang
dibenarkan agama, yakni kecemburuan lelaki sejati, kecemburuan yang bijak dan
tidak membabi-buta. Itulah kecemburuan yang dicintai Allah, yang tidak mungkin
menjadi sebab timbulnya hal-hal negatif di kalangan orang-orang baik dan
terhormat.

Dengan hidayah Allah Subhanahu wa Ta'ala, dan di atas nilai-nilai yang utama inilah,
kebahagiaan hidup bagi seluruh lapisan masyarakat bisa tercapai. Wallahu a'lam.

Oleh: Ustadz Abu Sa'ad M Nurhuda


Maraji' Utama :
- Tuhfatul-'Arus, az-Zawaj as-Said fil-Islam, Majdi Muhammad asy-Syahawi, Aziz
Ahmad al Aththar, Maktabah at-Taufiqiyyah.
- Tuhfatul-'Arus aw az-Zawaj al Islamy as-Said, Mahmud Mahdi al-Istanbuli, Darul-
Ma'rifah, Darul-Baidha', Cetakan ke-5, Tahun 1406.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun X/1428H/2007M. Diterbitkan Yayasan


Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo
57183 Telp. 0271-761016]
________
Footnote
[1]. Sunan al Baihaqi (7/308).
[2]. Hadist riwayat al Bukhari (5/2002).
[3]. Hadist riwayat al Bukhari (5/2003).
[4]. Lihat Fathul Bari (7/149 dan 9/236).
[5]. Hadist riwayat al Bukhari (5/2004).
[6]. Hadist riwayat Muslim (2/670), secara ringkas dari hadits yang panjang.
[7]. Hadist riwayat Ahmad. Lihat Majmu' Zawaid (8/19).
[8]. Hadist riwayat al Bazzar dan ath-Thabrani. Lihat Majma' az-Zawaid (7/320).
[9]. Hadits riwayat Ahmad (2/69, 128, 134).

http://www.almanhaj.or.id/content/2624/slash/0
http://arviealfuhari.blogspot.com/2011/01/megendalikan-rasa-cemburu-dalam-
rumah.html

Cemburu, Bagian Hidup Wanita


Cemburu merupakan pembawaan kaum wanita. Tidak jarang seorang wanita cemburu karena
perkara yang sepele. Karena itu seorang suami harus menjaga diri terhadap hal yang
demikian dan hendaknya jangan sampai keliru dalam meluruskan masalahnya.
Ini jika sang istri tidak berkepanjangan dalam kecemburuannya. Jika ternyata terus
berkepanjangan dalam kecemburuannya, maka tentu setiap keadaan mempunyai cara
sendirisendiri untuk mengatasinya. Dahulu istri-istri Nabi juga cemburu, apalagi wanita-
wanita jaman sekarang yang lebih banyak dikuasai oleh setae. Terdapat banyak hadits tentang
kisah cembilrunya istriistri Nabi ; di antaranya: Hadits `Aisyah yang mengatakan, yang
artinya:
Tidakkah ingin aku ceritakan kepadamu tentang aku dan nabi? Ketika suatu malam giliranku
bersama nabi, beliau membalikkan badan, dan meletakkan sandalnya di sebelah kakinya
dalam keadaan masih terbaring.
Kemudian beliau menyingkirkan ujung kainnya ke pembaringannya. Sesaat beliau tetap
dalam pembaringannya sampai beliau menyangka kalau aku sudah tidur. Setelah itu beliau
perlahan mengenakan sandalnya, mengambil kain selendangnya perlahan-lahan, membuka
pintu perlahan-lahan dan keluar perlahan-lahan. Akupun kemudian mengenakan pakaianku
mulai dari atas kepala, aku kenakan kerudungku dan aku tutupkan kainku ke tubuhku lalu aku
berjalan. Dirukil dan diterjemahkan dengan bahasa bebas dari Al lnsyirah Adab an Nikah
haiaman 65 dan seterusnya oleh Ahmas Faiz Asifuddin. Disalin dari majalah As-Sunnah edisi
11/III/1420-1999, hal. 48 - 50 dan 57. mengikuti jejak Nabi hingga akhirnya beliau sampai di
(kuburan) Bagi'.
Beliau mengangkat kedua tangannya (berdoa) tiga kali. Beliau lama dalam berdoa. Setelah itu
beliau bergeser pergi, akupun bergeser pergi, beliau mempercepat iangkahnya, akupun
mmpercepat langkahku. beliau berlari-lari kecil, akupun berlari -lari kecil, beliau tergesa-
gesa, akupun tergesa-gesa, sehingga aku dapat mendahuluinya. Selanjutnya aku masuk rumah
dan berbaring kembali.
Kemudian Rasulullah masuk pula seraya bersabda:
"Mengapa engkau wahai Aisyah? Engkau tersengal-sengal?" Aisyah menjawab: "Tdak."
Beliau bekata: "Engkau harus menceritakan kepadaku atau Allah Yang Maha Lembut dan
Maha Tahu yang akan menceritakannya kepadaku."
Aku (Aisyah) berkata: "Wahai Rasulullah, sungguh...." Lalu Aisyah menceritakan kisahnya.
Beliau lalu bersabda: "Adakah engkau seorang yang tadi aku lihat di hadapanku?"
Aisyah menjawab: "Ya" Kemudian rasullah menepuk dadaku dengan suatu tepukan hingga
terasa sakit.
Beliaupun bersabda: "Apakah engkau mengira bahwa Allah dan
Rasul-Nya akan mendzhalimi kamu?" Aku (Aisyah) berkata: "Betapapun orang
menyembunyikan sesuatu, Allah pasti mengetahuinya"
Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya Jibril datang kepadaku ketika engkau (tadi) melihat(ku).
Ia (Jibrii) tidak datang kepadamu sedangkan engkau sudah melepaskan pakaianmu. Jibril
memaiiggilku, maka aku Aisyah mengira bahwa Nabi malam itu akan pergi ke sebagian
istrinya yang lain (Aisyah cemburu).
Maka Nabi bersabda kepada Aisyah:
"Apakah engau mengira bahwa Allah dan Rasulnya mendzalimi kamu?"
Yakni bahwa seharusnya malam itu giliran Aisyah, kemudian Nabi disangka pergi ke istrinya
yang lain. Kalau itu terjadi berarti itu adalah kedzaliman dan dosa. Tidak mungkin
Rasullullah melakukan hal yang demikian itu. bersembunyi-sembunyi dari pandanganmu.
Saya suka jika saya menyembunyikan diri darimu, Kemudian saya kira kamu sudah tidur,
saya tidak suka jika
harus membangunkanmu dan saya khawatir jika kamu ketakutan.
Jibril memerintahkan aku supaya datang ke (kuburan) Baqi untuk kemudian aku
memohonkan ampun kepada Allah buat mereka (orang-orang yang dikubur di Baqi)." Aku
(Aisyah) berkata: "Wahai rasulullah apa yang harus aku ucapkan (ketika datang ke
kuburan) ?"
Beliau bersabda: "Ucapkanlah doa: Keselamatan hendaknya tercurah kepada penghuni kubur
dari kalangan kaum mukminin dan kaum muslimin, semoga Allah memberi rahmat kepada
orang-orang yang mati terdahulu dan yang mati kemudian. Dan kami insya Allah akan
menyusul kemudian."
Hadits yang lainnya lagi adalah juga hadits Aisyah, Saya mencari Rasulullah, kemudian
tangan saya, saya selusupkan ke rambutnya. maka Nabi bersabda: "Apakah setanmu sedang
datang?" Saya menjawab: "Apakah engkau tidak mempunyai setan?". Beliau menjawab:
"Punya, tetapi Allah menolongku dari godaan setan itu sehingga ia masuk Islam." 3
Teks kalimat yang ada dalam riwayat Muslim lebih jelas lagi dalam menjelaskan maksud
hadits di atas. Dalam riwayat Muslim tersebut terdapat perkataan Aisyah sebagai berikut:
Rasulullah, telah keluar dari rumah Aisyah, is (Aisyah) berkata: "Saya cemburu
terhadapnya".2 Kemudian Rasulullah datang dan melihat apa yang aku lakukan. Maka beliau
bersabda: "Mengapa engkau wahai Aisyah, apakah engkau cemburu?" Hadits shahih
dikeluarkan oleh Imam Muslim 111/14, Nasa'i IV/91-93; Vll/72-75; Ahmad VI/221 dan
lainnya. Hadits ini dikeluarkan oleh Muslim XVII/158 Syarh Nawawi, dan Nasa'i VII/72.
Lafal di atas
adalah lafal Nasa'i.
Aku menjawab: "Mengapa orang semacam saya tidak cemburu terhadap orang seperti
anda?". Nabi bersabda: "Ataukah setanmu sedang datang kepadamu?" al-Hadits. Demikian
pula perkataan Aisyah dalam hadits berikut ini: Pada suatu malam saya kehilangan
Rasulullah Saya menyangka beliau pergi ke istri yang lain. Lalu saya selidiki beliau, ternyata
beliau sedang ruku' atau sujud sambil berdo'a: "Maha suci Engkau dan MahaTerpuji Engkau,
tiada sesembahan yang benar melainkan Engkau." Maka saya berkata: "Sungguh-sungguh
anda dalam keadaan satu keadaan (ibadah), sedang saya dalam keadaan lain (digoda oleh rasa
cemburu)." (Hadits
shahih yang dikeluarkan oleh Muslim: I/351-352; Abdul Baqi, An-Nasi'i VII/72, ath-
Thayalisi 1405 dan Iainnya).
Bohongnya Seorang Suami
Seorang suami boleh berbohong kepada istrinya dalam rangka membuat perasaan istrinya
lega dan dalam rangka memperdalam hubungan kasih sayang antar keduanya. Hal itu
didasarkan pada hadits Ummu Kultsum binti Uqbah yang manyatakan: Saya belum pernah
mendengar Rasulullah membolehkan dusta sedikitpun malainkan pada tiga keadaan, di mana
Rasulullah mengatakan:"Aku tidak menganggapnya berdusta yaitu seseorang melakukan
perbaikan hubungan antar manusia, ia berkata dengan perkataan yang tujuannya tidak lain
untuk perbaikan hubungan itu, juga seseorang yang berkata dalam peperangan dan seseorang
yang berkata pada istrinya, serta seorang istri kepada suaminya."
Menanggapi hadits di atas, Imam Nawawi mengatakan dalam Syarh Muslim:
"Adapun bohongnya seorang suami kepada istrinya dan bohongnya seorang istri kepada
suaminya, maksudnya ialah dalam kaitan melahirkan kasih sayang, memberikan janji-janji
yang tidak mengikat dan sebangsanya. 4Muslim XVII/ 158 Syarh Nawawi.
5Hadits shahih dikeluarkan oleh Bukhari, Muslim, Abu Dawud XIII/263; 'Aunu al-Ma'bud,
an-Nasa'i, Ahmad VI/404, Ibnu Jabir dalam "Tahdzib al-Atsar" III/131,132,133; Al-Khatib
dalam "al-Khitayah" 180-181 dan lain-lain.

Hadits ini memiliki Syahid dari hadits Asma' binti Yazid yang dikeluarkan oleh at-Tirmidzi
VI/68 tuhfah aI-Ahwadzi, Ahmad VI/454,459,461 dan Ibnu Jabir dalam "Tandzib al-Atsar"
III/128, demikian secara ringkas.

Adapun bohong yang berisi tipu daya untuk tidak memenuhi hak salah satu pihak, atau
mengambil sesuatu yang bukan kepunyaannya, maka ini adalah haram berdasarkan ijma'
(kesepakatan) kaum muslimin." Demikianlah, jadi cemburu merupakan pembawaan asli
kaum wanita. Karenanya para suami harus pandai-pandai menyiasati kenyataan-kenyataan
seperti ini. Termasuk kebohongan dalam arti memperdaya untuk merampas salah satu pihak,
atau mengambil sesuatu yang bukan kepunyaannya adalah hal yang diharamkan. Wallahu
a'lam.
vbaitullah.
http://m.voa-islam.com/news/article/2009/09/12/1090/cemburubagian-hidup-wanita/

You might also like