Professional Documents
Culture Documents
Ini jika sang istri tidak berkepanjangan dalam kecemburuannya. Jika ternyata
terus berkepanjangan dalam kecemburuannya, maka tentu setiap keadaan
mempunyai cara sendirisendiri untuk mengatasinya.
Dahulu istri-istri Nabi juga cemburu, apalagi wanita-wanita jaman sekarang yang
lebih banyak dikuasai oleh setan. Terdapat banyak hadits tentang kisah
cemburunya istri istri Nabi ; di antaranya:
Tidakkah ingin aku ceritakan kepadamu tentang aku dan nabi? Ketika suatu
malam giliranku bersama nabi, beliau membalikkan badan, dan meletakkan
sandalnya di sebelah kakinya dalam keadaan masih terbaring.
Akupun kemudian mengenakan pakaianku mulai dari atas kepala, aku kenakan
kerudungku dan aku tutupkan kainku ke tubuhku lalu aku berjalan mengikuti
jejak Nabi hingga akhirnya beliau sampai di (kuburan) Bagi’. Beliau mengangkat
kedua tangannya (berdoa) tiga kali. Beliau lama dalam berdoa.
Setelah itu beliau bergeser pergi, akupun bergeser pergi, beliau mempercepat
iangkahnya, akupun mmpercepat langkahku. beliau berlari-lari kecil, akupun
berlari -lari kecil, beliau tergesa-gesa, akupun tergesa-gesa, sehingga aku dapat
mendahuluinya. Selanjutnya aku masuk rumah dan berbaring kembali.
Kemudian Rasulullah masuk pula seraya bersabda:
“Mengapa engkau wahai Aisyah? Engkau tersengal-sengal?”
Beliau bekata: “Engkau harus menceritakan kepadaku atau Allah Yang Maha
Lembut dan Maha Tahu yang akan menceritakannya kepadaku.”
Kemudian rasullah menepuk dadaku dengan suatu tepukan hingga terasa sakit.
Beliaupun bersabda: “Apakah engkau mengira bahwa Allah dan Rasul-Nya akan
mendzhalimi kamu?”
Rasulullah bersabda:
Kemudian saya kira kamu sudah tidur, saya tidak suka jika harus
membangunkanmu dan saya khawatir jika kamu ketakutan. Jibril memerintahkan
aku supaya datang ke (kuburan) Baqi untuk kemudian aku memohonkan ampun
kepada Allah buat mereka (orang-orang yang dikubur di Baqi).”
Aku (Aisyah) berkata: “Wahai rasulullah apa yang harus aku ucapkan (ketika
datang ke kuburan) ?”
Rasulullah, telah keluar dari rumah Aisyah, is (Aisyah) berkata: “Saya cemburu
terhadapnya”.(2) Kemudian Rasulullah datang dan melihat apa yang aku
lakukan. Maka beliau bersabda: “Mengapa engkau wahai Aisyah, apakah engkau
cemburu?”
Aku menjawab: “Mengapa orang semacam saya tidak cemburu terhadap orang
seperti anda?”. Nabi bersabda: “Ataukah setanmu sedang datang kepadamu?”
al-Hadits. (4)
Pada suatu malam saya kehilangan Rasulullah Saya menyangka beliau pergi ke
istri yang lain. Lalu saya selidiki beliau, ternyata beliau sedang ruku’ atau sujud
sambil berdo’a: “Maha suci Engkau dan MahaTerpuji Engkau, tiada sesembahan
yang benar melainkan Engkau.” Maka saya berkata: “Sungguh-sungguh anda
dalam keadaan satu keadaan (ibadah), sedang saya dalam keadaan lain (digoda
oleh rasa cemburu).” (Hadits shahih yang dikeluarkan oleh Muslim: I/351-352;
Abdul Baqi, An-Nasi’i VII/72, ath-Thayalisi 1405 dan Iainnya).
“Adapun bohongnya seorang suami kepada istrinya dan bohongnya seorang istri
kepada suaminya, maksudnya ialah dalam kaitan melahirkan kasih sayang,
memberikan janji-janji yang tidak mengikat dan sebangsanya.
Adapun bohong yang berisi tipu daya untuk tidak memenuhi hak salah satu
pihak, atau mengambil sesuatu yang bukan kepunyaannya, maka ini adalah
haram berdasarkan ijma’ (kesepakatan) kaum muslimin.”
http://mukennacantik.multiply.com/reviews/item/1
Salah satu sifat lelaki yang sholeh adalah pencemburu. Karena hal itu mengisyaratkan adanya
perasaan cinta. Islam memuji lelaki yang memiliki rasa cemburu dan mencela orang yang
tidak memilikinya.
Selain menganjurkan rasa cemburu, Islam juga memberikan batas-batasnya. Yang mana bila
batas-batas ini dilanggar, rusaklah kebahagian rumah tangga. Suami yang sholeh harus
mampu memahami hal ini, agar dapat mewujudkan kehidupan Yang sakinah, mawadhah, dan
rahmah. seperti dalam sabda rasulullah saw dari Abu Hurairah : " Allah itu pencemburu dan
seorang mukmin juga pencemburu, Kecemburuan Allah itu bila ada seorang hamba datang
kepada-Nya dengan perbuatan yang diharamkan-Nya. (HR. Bukhari). Dari Ibnu Mas'ud ra.
Berkata, sa'd bin Ubadah berkata, " Kalau ketahuan ada seorang lelaki bersama istri saya,
akan saya potong lehernya dengan pedang sebagai sangsinya." Bersabda rasulillah saw. : "
Herankah kalian dengan cemburunya Sa'ad itu ?, ketahuilah bahwa saya lebih cemburu dari
padanya. Demi Allah saya cemburu karena kecemburuan Allah terhadap perbuatan keji, baik
secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi " (HR. Bukhari)
Memang haruslah demikian agar seorang mukmin mempunya sifat dan berperangai ilahiyah
dan nabawiyah ini. Adapun orang yang tidak mempunyai rasa cemburu, dia tidak dapat
menjaga kehormatan Istrinya/ Suaminya. Ia acuh tak acuh Ketika mendapatkan istrinya
bersolek dan memakai parfum ketika akan pergi ketempat umum, memamerkan rambutnya,
memperlihatkan tubuhnya/ auratnya, dan berbicara dengan dibuat-buat agar menarik
perhatian.
Perbuatan seperti itu adalah perbuatan tercela sebagai mana dalam Sabda Rasulillah saw : "
Tiga golongan yang tidak bakal masuk surga : orang yang durhaka terhadap bapak ibunya,
Duyuts ( Orang yang tidak mempunyai rasa cemburu), dan perempuan yang menyerupai laki-
laki." ( HR. Nasai dan Hakim).
http://www.dudung.net/artikel-islami/cemburu.html
Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita simak kasus di bawah ini.
”Ibu, saya benar-benar bingung dan jengkel sekali dengan sifat suami yang
sangat pencemburu. Awalnya saya merasa berbahagia karena kecemburuan
suami membuat saya yakin dia sangat mencintai saya, dia takut kehilangan
saya.
Saat ini, setelah sekitar dua tahun kami menikah, saya justru merasa tertekan
oleh kecemburuannya yang menjadi-jadi. Saya merasa terkekang, tidak bebas
bergerak, bahkan dalam bekerja pun seolah seperti dikejar-kejar waktu.
Mengapa? Karena dia akan sangat marah bila saya terlambat pulang ke rumah.
Padahal, seperti Ibu ketahui, kemacetan lalu lintas sering tidak terduga, belum
lagi karena posisi saya di bank cukup tinggi, sering harus menghadiri rapat
mendadak yang diadakan atasan.
Belum sampai saya masuk rumah, dia sudah menghadang di muka pintu dan
bertanya kenapa saya terlambat. Kalau saya mengatakan alasan apa pun, tidak
pernah dia terima dengan baik. Bahkan, sering pertanyaannya diikuti cacian
yang tidak dapat diterima akal sehat.
Dia dengan mudah mengungkap kata-kata kotor: tidak puas ya di rumah; cari
kepuasan lain ya di luar rumah; dasar pelacur; tukang bohong; dan bahkan
sering diikuti makian berisi nama-nama binatang secara beruntun.
Saya benar-benar jengkel dan terkadang tidak dapat menahan emosi sehingga
dia saya pukul. Apa lacur, karena dia laki-laki dengan tenaga lebih kuat, dia akan
memukul balik hingga terkadang tubuh saya memar-memar. Dia baru berhenti
memukuli saya kalau saya minta ampun dan berjanji tidak akan terlambat
pulang dari kantor.
Saat kami pergi bersama, bila saya bertemu teman lain jenis, apakah mantan
teman sekolah atau teman kantor, saya dilarang menegur lebih dulu. Dan,
kalaupun menjawab tegur sapa dengan ramah, sampai di rumah saya akan
mendapat interogasi dan bahkan tuduhan saya pernah menjalin asmara dengan
teman lain jenis tersebut.
Kejadian itu membuat saya meragukan cemburu pertanda cinta. Kalau cinta,
mengapa memaki, menghina, melecehkan, bahkan memukuli. Kalau memang
dia mencintai dan tidak mau kehilangan saya, seharusnya dia memperlakukan
saya dengan baik, penuh kasih dan lembut, ya Bu.
Yang lebih menyakitkan, setelah memaki dan bahkan memukuli saya, dia akan
memaksa saya melayani kebutuhan seksualnya. Saya ingin sekali menggugat
cerai, Bu, tetapi saya tidak berani. Apa yang harus saya lakukan, Bu?” Demikian
Ny S (30) dengan nada jengkel dan kesal sambil pelupuk matanya dipenuhi air
mata.
Cemburu buta
Di samping istilah dan pemahaman tentang cinta buta, demikian pula dengan
cemburu buta. Artinya, orang yang dilanda cemburu buta adalah orang yang
perasaan cemburunya berlebihan, bahkan ekstrem. Rasa takut kehilangan
sedemikian besarnya sehingga ketakutan ini justru memicu meluapnya dorongan
agresi mereka.
Luapan dorongan agresi itu diungkap baik secara verbal dalam bentuk makian,
cercaan, dan lecehan maupun secara nonverbal dalam bentuk pukulan dan
tamparan yang menyebabkan memar.
Cara mengungkap rasa cemburu tersebut justru terkesan meragukan dasar cinta
kasih yang seyogianya melandasi sikap cemburu. Muncullah ungkapan Ny S,
”Kalau memang dia mencintai, kenapa sikapnya kejam seperti itu?”
Apabila pencemburu buta melihat istri menegur kawan jenis lain, apalagi sambil
tersenyum, dapat dipastikan mereka akan meradang.
Cemburu romantis berbeda dari cemburu buta. Dalam cemburu romatis unsur
kasih lebih dominan daripada unsur agresif yang terkait dengan sikap posesif.
Kalaupun terdapat sedikit kecurigaan terhadap pasangan, kadar ungkapan
agresi sangat minim, sekadar mengingatkan komitmen pasangan akan
perkawinan.
Karakter ungkapnya pun mengandung unsur kasih yang tulus dari pasangan
yang memiliki kemantapan dan stabilitas emosi optimal. Biasanya kecemburuan
romantis justru meningkatkan kadar kemesraan pasangan. Dengan dasar
kemantapan kepribadian kedua pasangan, keyakinan akan kasih antarkedua
pasangan pun mantap pula.
Solusi
Tergesa-gesa memutuskan gugat cerai bukanlah solusi bijaksana. Kiranya dapat
dicari waktu yang tenang guna mendiskusikan masalah kepercayaan dan
kesetiaan antarpasangan.
http://nasional.kompas.com/read/2008/09/14/11033780/cemburu.buta.vs.cembu
ru.romantis
Perkenalan merupakan suatu proses awal dari suatu hubungan. Intensitas pertemuan yang
menjadi penentu dalam suatu hubungan. Berawal dari tidak saling mengerti antarpribadi
menjadi saling mengerti. Komunikasi menjadi hal terpenting dalam menjalin suatu hubungan.
Hubungan merupakan suatu proses keterkaitan atau ketergantungan seseorang terhadap orang
lain, baik dalam hal yang biasa seperti pertemanan dan persahabatan, bahkan bisa menjadi
lebih dekat seperti hubungan dekat (kencan) atau hubungan pernikahan (suami & isteri).
Dalam suatu hubungan memungkinkan terjadinya suatu kesalahan dalam komunikasi yang
akan menyebabkan terjadinya suatu konflik. Hal ini biasa terjadi, jika salah satu isi pesan dari
komunikasi yang mereka sampaikan tidak dapat diterima dengan baik atau terjadi salah
persepsi diantara salah satu komunikan, atau terjadinya penyimpangan dalam suatu hubungan
yang dapat menyebabkan hancurnya suatu hubungan.
Semuanya ini berdasarkan sikap & perilaku kita bagaimana menjalani suatu hubungan itu.
semakin eratnya suatu hubungan, maka akan semakin banyak konflik yang kan timbul
didalamnya. Konflik ini sendiri terjadi dikarenakan rasa saling mengetahui diantara pasangan
(teman, keluarga, pacar, atau suami-isteri)
Sebenarnya pengertian dari hubungan itu apa?. Bila manusia menjalin suatu hubungan
(relationship), kehidupan mereka akan saling terjalin satu dengan yang lain. Apa yang
dilakukan oleh yang satu akan mempengaruhi yang lainnya. Dengan demikian hubungan
adalah sesuatu yang terjadi bila dua orang saling mempengaruhi satu sama lain, bila yang
satu bergantung pada yang lain (Kelly et al., 1983).
Model interdependensi antar dua orang dikembangkan oleh Levinger dan Snoek (1972).
Model ini dimulai dari tidak menyadari kehadiran satu sama lain. Mereka berada di titk yang
disebut zero contact. Kemudian mereka sampai pada tahap menyadari bila salah satu mulai
merasakan atau mempelajari sesuatu tentang yang lain, tetapi belum terjadi kontak langsung.
Kemudian masuk dalam tahap berikutnya yang disebut dengan kontak permukaan (dasar).
Disini kedua orang itu mulai berinteraksi, mungkin melalui percakapan atau surat menyurat.
Kontak dasar ini merupakan awal interdependensi, dan bahkan dari suatu hubungan. Bila
derajat interdependensi bertambah, maka orang itu masuk dalam
tahap mutualitas (kesalingan). Suatu hubungan dapat disebut hubungan yang erat bila di
dalamnya terdapat interdependensi yang kuat.
Dalam suatu hubungan yang terjalin banyak sekali terjadinya perhitungan berkaitan mengenai
keuntungan dan kerugian, suatu hubungan seakan-akan terlihat seperti perhitungan ekonomi.
Namun, keuntungan atau ganjaran yang dimaksud adalah segala hal yang diperoleh seseorang
dalam menjalin suatu hubungan, seperti rasa aman, terlindungi, cinta, kasih, bahkan materi.
Kerugian merupan suatu konsekuensi negatif yang akan kita terima dalam menjalani suatu
hubungan. Hubungan juga dianggap merugikan jika menutup peluang kita dalam melakukan
kegiatan-kegiatan yang kita senangi dan bermanfaat.
Setiap orang selalu memperhitungkan ganjaran dan kerugian dari suatu hubungan. Namun
jarang orang melakukannya secara eksplisit. Biasanya kita hanya mencari hasil akhirnya saja
tanpa melihat proses yang terjadi dari hubungan itu. Keputusan terbaik ada dalam setiap sikap
yang anda lakukan. koreksilah suatu hubungan agar hubungan yang anda lakukan benar-
benar baik. Hasil akhir bukanlah suatu tujuan, namun suatu proses yang ada didalamnya
http://psikucluk.blogspot.com/2010/02/hubungan.html
webmaster
Published: 16/07/2010Posted in: Akhlak, Buletin Al-BalaghTags: cemburu,
dayyutz, dosa besar, laki-laki
Disebutkan di dalam hadits, bahwa Saad bin Ubadah Radhiyallahu ‘anhu berkata:
“Sekiranya aku melihat seorang laki-laki bersama dengan isteriku, niscaya akan kutebas ia
dengan pedang,” ucapan itu akhirnya sampai kepada Rasulullah. Lalu beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,”Apakah kalian merasa heran terhadap kecemburuan Saad?
Demi Allah, aku lebih cemburu daripadanya, dan Allah lebih cemburu daripadaku.” (HR.
Bukhari)
Dalam kesempatan lain Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah itu
pencemburu dan seorang mukmin juga pencemburu. Kecemburuan Allah itu terjadi bila ada
seorang hamba datang kepada-Nya dengan perbuatan yang diharamkan-Nya.” (HR.
Bukhari).
Salah satu sifat orang beriman adalah cemburu. Sebab, cemburu merupakan isyarat adanya
cinta kasih. Islam memuji lelaki yang punya rasa cemburu dan mencela orang yang tidak
memilikinya. Tentu saja selain menganjurkan cemburu, Islam memberikan batas-batasnya.
Bila batas tersebut dilanggar, rusaklah kebahagian rumah tangga.
“Ada jenis cemburu yang dicintai Allah Subhanahu wa Ta’ala, adapula yang dibenci-Nya.
Yang disukai, yaitu cemburu tatkala ada sangkaan atau tuduhan. Sedangkan yang dibenci,
yaitu adalah yang tidak dilandasikeraguan” (HR. al Baihaqi)
Makhluk paling buruk.
Makna ad-dayyuts adalah seorang suami atau ayah yang membiarkan kemaksiatan terjadi
dalam keluarganya. Yaitu ketika dia melihat kemungkaran oleh anggota keluarganya, dia
hanya diam saja dan tidak merubahnya.
Lawannya adalah al-ghayyur, yaitu orang yang memiliki kecemburuan besar terhadap
keluarganya sehingga dia tidak membiarkan mereka berbuat maksiat.
Dalam sebuah hadits marfu’, dari Ibnu Umar radliyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda,
“Ada tiga golongan yang tidak akan dilihat oleh Allah pada hari kiamat nanti, yaitu orang
yang durhaka kepada kedua orangtuanya, perempuan yang menyerupai laki-laki, dan ad-
dayyuts . . .” (HR. an-Nasa’i dan lainnya, dishahihkan oleh Al-Albani).
Ancaman keras dalam hadits di atas menunjukkan bahwa perbuatan ini termasuk dosa besar
yang dimurkai Allah. Salah satu ciri dosa besar adalah apabila perbuatan tersebut diancam
akan mendapatkan balasan di akhirat berupa siksaan, kemurkaan, atau ancaman keras
lainnya.
Imam Ad-Dzahabi dalam kitabnya, Al Kabair (kumpulan dosa-dosa besar) menempatkan
perilaku diyatsah/dayyuts dalam urutan dosa besar ketiga puluh empat.
Beliau mengatakan dalam bab liwath, “Jika dia mengetahui istrinya telah berselingkuh
(berzina) dan dia hanya diam saja (membiarkannya), maka Allah telah haramkan surga
atasnya karena Allah telah menulis di pintu surga: ‘Kamu haram dimasuki seorang dayyuts’.
Yaitu orang yang mengetahui perbuatan buruk (zina) pada istrinya, tapi dia diam saja dan
tidak cemburu.”
Seorang suami yang dayyuts akan menyebabkan rusaknya agama dan akhlak anggota
keluarga, sehingga layaklah suami dayyuts ini mendapatkan ancaman keras sebagaimana
yang disebutkan dalam hadits di atas.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah ketika menjelaskan dampak buruk perbuatan maksiat di
antaranya perbuatan ad-diyatsah/ad-dayyuts (membiarkan perbuatan buruk dalam keluarga)
yang timbul karena lemah atau hilangnya sifat ghiirah (cemburu dan marah ketika syariat
Allah dilanggar) dalam hati pelakunya. Beliau berkata, “. . . . oleh karena itulah, ad-dayyuts
adalah makhluk Allah yang paling buruk dan diharamkan masuk surga. Demikian juga orang
yang membolehkan dan menganggap baik perbuatan dzalim dan melampaui batas bagi orang
lain. Maka perhatikanlah akibat yang ditimbulkan karena lemahnya sifat ghiirah (dalam diri
seseorang).”
Beliau melanjutkan, “ini semua menunjukkan bahwa asal pokok agama seseorang adalah
sifat ghiirah. Barangsiapa yang tidak memiliki sifat ghiirah maka berarti dia tidak memiliki
agama (iman). Karena sifat ghiirah inilah yang akan menghidupkan hati (manusia) yang
kemudian akan menghidupkan anggota tubuhnya, sehingga anggota tubuhnya akan menolak
perbuatan buruk dan keji. Sebaliknya, hilangnya sifat ghiirah akan mematikan hatinya, yang
kemudian akan mematikan kebaikan anggota tubuhnya, sehingga sama sekali tak ada
penolakan terhadap keburukan dalam dirinya. . .” (kitab Ad-Da-u wad Dawaa’, hal. 84).
"Sesungguhnya Allah telah mewajibkan rasa cemburu pada diri wanita dan jihad
pada diri laki-laki. Siapa di antara wanita tadi yang sabar dalam menghadapinya
dengan penuh iman dan ihtisab, maka baginya pahala seperti pahala orang yang
mati syahid." ( Hadits Riwayat Thabrani).
Nabi saw, bersabda, "Sesungguhnya aku sangat cemburu, dan tiada seorang pun
yang tidak cemburu melainkan terbalik hatinya." ( Hadits Riwayat Al Bazzar dan
Daruquthni).
Cemburu adalah sifat fitrah bagi manusia, maka wanita yang tidak memiliki rasa
cemburu dapat dikatakan tidak sesuai dengan fitrahnya. Allah swt. telah
menyamakan antara cemburu pada wanita dengan jihad pada lelaki. Itu adalah
suatu nikmat yang besar. Di samping akan mendapatkan pahala sabar dan mati
syahid, juga dengannya Allah swt. akan menambahkan rasa kasih dan sayang di
antara suami istri, yaitu jika rasa cemburu tersebut dilapisi dengan keimanan
dan ketaqwaan kepada Allah swt.. Allah berfirman, "Hai orang-orang yang
beriman jauhilah kebanyakan dari prasangka, Sesungguhnya sebagianprasangka
itu adalah dosa." (Al-Hujurat: 12).
Hendaknya sedang-sedang saja dalam cemburu, yaitu tidak dalam urusan yang
ditakutkan keburukannya. Juga tidak terlalu berlebihan, sehingga berburuk
sangka, mencari-cari ketergelincirannya dan mengintai-intai batinnya.
http://themoslemahs.blogspot.com/2010/01/jika-wanita-sholehah-cemburu-
kepada.html
Megendalikan Rasa Cemburu Dalam Rumah Tangga
Menurut 'Abdullah bin Syaddad, ada dua jenis ghirah. Pertama, ghirah yang
dengannya seseorang dapat memperbaiki keadaan keluarga. Kedua, ghirah yang
dapat meyebabkannya masuk neraka.
Ditinjau dari nilainya di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala, cemburu ada dua macam.
Dalam sebuah hadist disebutkan, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi was allam bersabda:
َ
يْ ِ ه َفال ْغِي َْرةُ ال ّت
ُ ض الل ُ ُما ي َب ْغ
َ من َْها
ِ َه وُ ب الل ّ ح ِ ُ ما ي َ َن ال ْغِي َْرة
َ م
ِ ن ّ ِ إ:ل َ سّلم َقاَ َه عَل َي ْهِ و
ُ صّلى الل َ ْسو
َ ِل الله ُ ن َر
ّ أ
ة ِ ْ ي غَي
ِ َ ر الّري ْب ْ ِه ال ْغِي َْرةُ ف
ُ ض الل ْ ِ ة َوال ْغِي َْرةُ ال ّت
ُ ُي ي َب ْغ ْ ِه ال ْغِي َْرةُ ف
ِ َ ي الّري ْب ُ ب الل
ّ حِ ُي
"Ada jenis cemburu yang dicintai AllahSubhanahu wa Ta'ala, adapula yang dibenci-
Nya. Yang disukai, yaitu cemburu tatkala ada sangkaan atau tuduhan. Sedangkan
yang dibenci, yaitu adalah yang tidak dilandasikeraguan" [1]
Disebutkan di dalam hadits, bahwa Saad bin Ubadah Radhiyallahu 'anhu berkata:
"Sekiranya aku melihat seorang laki-laki bersama dengan isteriku, niscaya akan
kutebas ia dengan pedang," ucapan itu akhirnya sampai kepada Rasulullah. Lalu
beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,"Apakah kalian merasa heran terhadap
kecemburuan Saad? Demi Allah, aku lebih cemburu daripadanya, dan Allah lebih
cemburu daripadaku."[2]
Ditinjau dari sisi yang lain, cemburu ada dua macam. Pertama, ghirah lil mahbub
(cemburu membela orang yang dicintai). Kedua, ghirah 'alal-mahbub (cemburu
membela agar jangan sampai ada orang lain yang juga mencintai orang yang
dicintainya).
Ghirah lil mahbub adalah pembelaan seseorang terhadap orang yang dicintai,
disertai dengan emosi demi membelanya, ketika hak dan kehormtan orang yang
dicintai diabaikan atau dihinakan. Dengan adanya penghinaan tersebut, ia marah
demi yang dicintainya, kemudian membelanya dan berusaha melawan orang yang
menghina tadi. Inilah cemburu sang pecinta yang sebenarnya. Dan ini pula ghirah
para rasul dan pengikutnya terhadap orang-orang yang menyekutukan Allah
Subhanahu wa Ta'ala, serta melanggar syariat Allah Subhanahu wa Ta'ala. Jenis
ghirah inilah yang semestinya dimiliki seorang muslim, untuk membela Allah
Subhanahu wa Ta'ala, Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam dan agama-Nya. Adapun
ghirah 'alal-mahbub adalah kecemburuan terhadap orang lain yang ikut mencintai
orang yang dicintainya. Jenis ghirah inilah yang hendak kita kupas pada pembahasan
ini.
ُ َ
مٌ فةٍ فِي َْها ط َُعا َ ح ْ صَ ِن ب َ ْ من ِي ِ ْمؤ ُ ْ ت ال ِ مَها ّ دى أ َ ح ْ ِت إْ ْ سل
َ ه فَأْر ِ ِ سائَ ِض ن ِ ْعن ْد َ ب َع ِ م َ ّ سلَ َه عَل َي ْهِ و ُ صّلى الل َ ي ّ ِ ن الن ّب َ كاَ
صّلى َ ي ّ ِ معَ الن ّب َ ج َ َت ف ْ ق َ َ فلَ ْ ة فا َن ُ ف َ ح ْ ص ّ ت ال ِ َ قط َ َخادِم ِ ف
َ س َ ْ ي ب َي ْت َِها ي َد ّ الْ ِم ف َ ّ سل
َ َه عَل َي ْهِ و ُ صّلى الل َ ي ّ ِ ي الن ّب ْ ِ ت ال ّت َ َف
ِ َ ضَرب
ُ َ ْم ال ّذِي
ّ ُم ث
م ْ ُ مك ّ تأ ْ غاَر َ :ل ُ ْقو ُ َ فةِ وَي َ ح ْ ص ّ ي ال ْ ِن ف َ كا َ معُ فِي َْها الط َّعا َ جْ َل يَ َجع َ م ّ ُة ثِ فَ ح
ْ ص ّ م فَل ْقَ ال َ ّ سلَ َه عَل َي ْهِ و ُ الل
َ
فت ََها
َ ح ْ صَ ت ْ سَر ّ َي ك ْ ِ ة إ َِلى ال ّت َ حَ ْ حي ِ ص ّ ة ال َ فَ ح ْ ص ّ ي ب َي ْت َِها فَد َفَعَ الْ ِي هُوَ ف ْ ِ عن ْدِ ال ّت ِ ن ْ م ِ ٍفة َ حْ صَ ِ حّتى أَتى ب َ م ُ ِخاد َ ْ س ال َ ِ حب
ُ
ت َ ّ ْ ْ َ س َ
ْ سَر ّ يك ْ ِ ت ال ت ِ ْ ي ب َيْ ِسوَْرةَ ف ُ مك َ ك ال َ م ْ وَأ
"Suatu ketika Nabi di rumah salah seorang isteri beliau. Tiba-tiba isteri yang lain
mengirim mangkuk berisi makanan. Melihat itu, isteri yang rumahnya kedatangan
Rasul memukul tangan pelayan pembawa makanan tersebut, maka jatuhlah
mangkuk tersebut dan pecah. Kemudian Rasul mengumpulkan kepingan-kepingan
pecahan tersebut serta makanannya, sambil berkata: "Ibu kalain sedang cemburu,"
lalu Nabi menahan pelayan tersebut, kemudian beliau memberikan padanya
mangkuk milik isteri yang sedang bersama beliau untuk diberikan kepada pemiliki
mangkuk yang pecah. Mangkuk yang pecah beliau simpan di rumah isteri yang
sedang bersama beliau" [3]
Ibnu Hajar menjelaskan bahwa isteri Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang
memecahkan mangkuk adalah 'Aisyah Ummul Mu'minin, sedangkan yang mengirim
makanan adalah Zainab binti Jahsy.[4]
"Dari 'Aisyah: "Aku tidak cemburu kepada seorang wanita terhadap Rasulullah
sebesar cemburuku kepada Khadijah, sebab beliau selalu menyebut namanya dan
memujinya"[5].
Dalam sebuah riwayat disebutkan, 'Aisyah berkata: "Tatkala pada suatu malam yang
Nabi berada di sampingku, beliau mengira aku sudah tidur, maka beliau keluar. Lalu
aku (pun) pergi mengikutinya. (Aku menduga beliau pergi ke salah satu isterinya dan
aku mengikutinya sehingga beliau sampai di Baqi'). Beliau belok, aku pun belok.
Beliau berjalan cepat, aku pun berjalan cepat, akhirnya aku mendahuluinya. Lalu
beliau bersabda: "Kenapa kamu, hai 'Aisyah, dadamu berdetak kencang?"Lalu aku
mengabarkan kepada beliau kejadian yang sesungguhnya, beliau bersabda: "Apakah
kamu mengira bahwa Allah dan Rasul-Nya akan menzhalimimu?"[6]
Sebagaimana fenomena yang kita lihat dalam kehidupan rumah tangga pada
umumnya, tampaklah bahwa sifat cemburu itu sudah menjadi tabiat setiap wanita,
siapun orangnya dan bagaimanapun kedudukannya. Akan tetapi, hendaklah
perasaan cemburu ini dapat dikendalikan sedemikian rupa, sehingga tidak
menimbulkan masalah yang bisa menghancurkan kehidupan rumah tangga.
Berikut beberapa nasihat yang perlu diperhatikan oleh para isteri untuk menjaga
keharmonisan kehidupan rumah tangga, sehingga tidak ternodai oleh pengaruh
perasaan cemburu yang berlebihan.
1). Seorang isteri hendaklah bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan
bersikap pertengahan dalam hal cemburu terhadap suami. Sikap pertengahan dalam
setiap perkara merupakan bagian dari kesempurnaan agama dan akal seseorang.
Dikatakan oleh Nabi Shallalahu 'alaihi wa sallam kepada 'Aisyah Radhiyallahu 'anha :
"Hai 'Aisyah, bersikaplah lemah-lembut, sebab jika Allah menginginkan kebaikan
pada sebuah keluarga, maka Dia menurunkan sifat kasih-Nya di tengah-tengah
keluarga tersebut [7]". Dan sepatutnya seorang isteri meringankan rasa cemburu
kepada suami, sebab bila rasa cemburu tersebut melampaui batas, bisa berubah
menjadi tuduhan tanpa dasar, serta dapat menyulut api di hatinya yang mungkin
tidak akan pernah padam, bahkan akan menimbulkan perselisihan di antara suami
isteri dan melukai hati sang suami. Sedangkan isteri akan terus hanyut mengikuti
hawa nafsunya.
4). Seorang isteri yang bijaksana, ia tidak akan menyulut api cemburu suaminya.
Misalnya, dengan memuji laki-laki lain di hadapannya atau menampakkan
kekaguman terhadap penampilan laki-laki lain, baik pakainnya, gaya bicaranya,
kekuatan fisiknya dan kecerdasannya. Bahkan sangat menyakitkan hati suami, jika
seorang isteri membicarakan tentang suami pertamanya atau sebelumnya. Rata-rata
laki-laki tidak menyukai itu semua. Karena tanpa disadarinya, pujian tersebut
bermuatan merendahkan "kejantanan"nya, serta mengurangi nilai kelaki-lakiannya,
meski tujuan penyebutan itu semua adalah baik. Bahkan, walaupun suami
bersumpah tidak terpengaruh oleh ungkapannya tersebut, tetapi seorang isteri
jangan melakukannya. Sebab seorang suami tidak akan bisa melupakan itu semua
selama hidupnya.
5). Ketahuilah wahai para isteri! Bahwa yang menjadi keinginan laki-laki di lubuk
hatinya adalah jangan sampai ada orang lain dalam hati dan jiwamu. Tanamkan
dalam dirimu bahwa tidak ada lelaki yang terbaik, termulia, dan lainnya selain dia.
6). Wahai, para isteri! Jadikanlah perasaan cemburu kepada suami sebagai sarana
untuk lebih mendekatkan diri kepadanya. Jangan menjadikan ia menoleh kepada
wanita lain yang lebih cantik darimu. Berhias dirilah, jaga penampilan di hadapannya
agar engkau selalu dicintai dan disayanginya. Cintailah sepenuh hatimu, sehingga
suami tidak membutuhkan cinta selain darimu. Bahagiakan ia dengan seluruh jiwa,
perasaan dan daya tarikmu, sehingga suami tidak mau berpisah atau menjauh
darimu. Berikan padanya kesempatan istirahat yang cukup. Perdengarkan di
telinganya sebaik-baik perkataan yang engkau miliki dan yang paling ia senangi.
7). Wahai, para isteri! Janganlah engkau mencela kecuali pada dirimu sendiri, bila
saat suamimu datang wajahnya dalam keadaan bermuram durja. Jangan menuduh –
salah- kecuali pada dirimu sendiri, bila suamimu lebih memilih melihat orang lain
dan memalingkan wajah darimu. Dan jangan pula mengeluh bila engkau
mendapatkan suamimu lebih suka di luar daripada duduk di dekatmu. Tanyakan
kepada dirimu, mana perhatianmu kepadanya? Mana kesibukanmu untuknya? Dan
mana pilihan kata-kata manis yang engkau persembahkan kepadanya, serta senyum
memikat dan penampilan menawan yang semestinya engkau berikan kepadanya?
Sungguh engkau telah berubah di hadapannya, sehingga berubah pula sikapnya
kepadamu. Lebih dari itu, engkau melemparkan tuduhan terhadapnya karena
cemburu butamu.
8). Dan ingatlah wahai para isteri! Suamimu tidak mencari perempuan selain dirimu.
Dia mencintaimu, bekerja untukmu, hidup senantiasa bersamamu, bukan dengan
yang lainnya. Bertakwalah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, ikutilah petunjuk-Nya
dan percayalah sepenuhnya kepada suamimu setelah percaya kepada Allah yang
senantiasa menjaga hamba-hamba-Nya yang selalu menjaga perintah-perintah-Nya,
lalu tunaikanlah yang menjadi kewajibanmu. Jauhilah perasaan was-was, karena
setan selalu berusaha untuk merusak dan mengotori hatimu.
Barangkali, di antara para isteri ada yang membantah dan berkata, adalah
kebodohon apabila seorang isteri tidak memiliki rasa cemburu pada suaminya,
padahal cemburu ini merupakan ungkapan cintanya kepada suaminya, sekaligus
sebagai bumbu penyedap yang bisa menimbulkan keharmonisan, kemesraan dan
kepuasan batin dalam kehidupan rumah tangga.
Ya, benar! Akan tetapi, apakah pantas bagi seorang isteri yang berakal sehat, jika ia
tenggelam dalam rasa cemburunya, sehingga menenggelamkan bahtera kehidupan
rumah tangganya, mencabik-cabik jalinan cinta dan kasih-sayang dalam
keluarganya, bahkan ia sampai terjangkiti penyakit depresi, buruk sangka yang
dapat membawanya kepada penyakit psikis yang kronis, perang batin yang tidak
berkesudahan, dan akhirnya merusak akal sehatnya?
Memang sangat tipis, perbedaan antara yang benar dengan yang salah, antara yang
sakit dengan yang sehat, antara cemburu yang penuh dengan kemesraan dengan
cemburu yang membakar dan menyakitkan hati dikarenakan penyakit kejiwaan yang
berat. Namun, tetap ada perbedaan antara cemburu dalam rangka membela
kehormatan diri dan kelembutan karena didasari rasa cinta kepada suami, dengan
cemburu yang merusak dan membinasakan. Kalau begitu, cemburulah wahai para
isteri, dengan kecemburuan yang membahagiakan suamimu, dan menampakkan
ketulusan cintamu kepadanya! Tetapi hindarilah kecemburuan yang merusak dan
menghancurkan keluargamu. Cemburulah demi memelihara harga diri dan
kehormatan suami. Dan lebih utama lagi, cemburu untuk membela agama Allah.
KECEMBURUAN LAKI-LAKI
Di antara salah satu adab pergaulan antara suami-isteri, yaitu seorang suami
seharusnya bersikap pertengahan dalam hal kecemburuan kepada isteri, sehingga
tidak terlalu berlebih-lebihan, atau sebaliknya menganggap remeh sikap cemburu.
Hendaknya ia melakukan tindakan preventif. Jangan beriskap lengah terhadap hal-
hal yang perlu dikhawatirkan bahayanya. Tetap menjaga isterinya, namun dalam
batas-batas yang telah digariskan syari'at. Hal seperti ini dan semisalnya, termasuk
jenis cemburu yang terpuji. Adapun sikap cemburu suami yang berlebih-lebihan
serta prasangka yang tidak dilandasi bukti dan akal sehat, dan juga selalu
mengontrol dan mengawasi isteri dalam segala perbuatannya, maka ini termasuk
perbuatan yang tercela lagi diharamkan.
Allah berfirman :
"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya
sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan
orang lain" [al Hujurat/49:12]
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam juga melarang para suami mencari-cari kesalahan
isteri. Sebagaimana beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam tegaskan dalam hadits: "Ada
jenis cemburu yang Allah membencinya. Yaitu kecemburuan suami kepada isteri
yang tidak disertai adanya indikasi kuat yang mendukungnya".[8]
Dayyuts adalah, seorang suami yang tidak memiliki sifat cemburu dan membiarkan
isterinya berbuat maksiat. Dan sebaliknya, suami yang terlalu berlebihan rasa
cemburunya akan hidup sengsara dan tersiksa, bahkan jarang seorang isteri yang
mampu hidup lama dengannya, karena selalu merasa diawasi dan merasa tertekan.
Sikap yang wajar dalam masalah ini akan membawa dampak positif, terpeliharanya
harga diri, kehormatan dan tercapainya kehidupan yang berbahagia. Sikap
pertengahan dalam menyikapi rasa cemburu, artinya ia menjauh dari berprasangka
buruk, tidak mencari-cari satu perkara secara mendetail bila tidak perlu,
menghindari sikap tergesa dalam menerima berita -yang sengaja dihembuskan oleh
orang yang mempunyai niat buruk- tanpa menyaringnya, berhati-hati terhadap
perkara yang dikhawatirkan membahayakan, dan menjaga diri dari perilaku yang
merusak. Jika hal itu dapat dipenuhi, maka itulah keutamaan yang sebenarnya.
Sebaliknya, apabila tidak, maka akan membawa malapetaka bagi kehidupan rumah
tangga.
Terkadang ada di antara para suami yang terjangkiti sifat cemburu buta. Dia merasa
cemburu (pada isterinya) dari semua orang, sehingga isteri dilarang mengunjungi
atau dikunjungi, meski kunjungan dari orang-orang mulia dan terhormat. Suami
tidak bisa menerima, jika pintu rumahnya terbuka. Dia tidak merasa nyaman jika
ada seseorang mengunjungi isterinya, tanpa sepengetahuannya. Atau saat ia tidak
berada di rumah. Jika ia berangkat kerja, seluruh pintu ditutup, kunci-kunci
dibawanya, dan setelah pulang seluruh kamar dikelilingi dan diamati. Sampai-
sampai bila orang tua atau mahram dari isterinya datang berkunjung, maka harus
menunggu di luar rumah sampai suami yang pecemburu itu tiba. Sungguh ini bisa
menjadikan si isteri dan kerabatnya merasa tersinggung dan marah karena merasa
tidak dihargai.
Kepada suami yang memiliki sifat demikian, rasanya lebih adil dan tepat jika
dikatakan kepadanya: "Yang engkau lakukan itu, bukan termasuk cemburu yang
benar menurut agama. Juga bukan kecemburuan seorang yang benar-benar disebut
laki-laki. Itu tidak lebih sekedar kekhawatiran yang berlebihan, sehingga dengannya
engkau telah membelenggu isterimu dari hak syar'inya. Dalam keadaan demikian,
isterimu seperti bukan makhluk hidup padahal bukan pula benda mati. Engkau telah
memadamkan cahaya kemuliaan dan kehormatannya. Nama baiknya akan menjadi
pembicaraan di tengah publik. Sekiranya engkau termasuk orang muslim yang
benar, yang berpegang pada akhlak dan etika Islam, tentu engkau akan
melaksanakan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala, yang artinya: "Hai orang-orang
yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian
prasangka itu adalah dosa dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain".
[al Hujurat/49:12].
Sebaliknya, ada seorang suami yang terpesona dengan peradaban modern dan
kemewahan duniawi. Maka diajaklah isterinya pergi ke tempat-tempat hiburan,
diberikanlah kebebasan kepada isterinya untuk berkenalan dengan orang lain, yang
baik maupun yang buruk akhlaknya. Hingga akhirnya si isteri pun melakukan hal-hal
yang dilarang agama. Ternyata kemudian, si suami merasa cemburu. Sesampai di ke
rumah, dihitunglah kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat isterinya, hingga
terjadilah perselisihan di antara mereka. Namun suami ini tetap lalai dan belum
menyadari keteledorannya. Dia selalu saja membuka pintu rumahnya bagi siapa
pun, kawan-kawan atau koleganya. Dia tidak merasa berdosa jika mereka datang
saat ia tidak ada. Hingga akhirnya, jika telah ada berita buruk tentang kehormatan
isterinya, dia baru menyadari kelengahannya, cemburu lagi, marah besar dan naik
pitam.
Wahai, suami yang lalai! Kecemburuanmu tak lagi bermanfaat setelah semua petaka
itu terjadi. Kecemburuanmu adalah kecemburuan yang dibenci, yang tidak
membuahkan apa-apa selain kehancuran mahligai rumah tanggamu. Maka
tinggalkanlah kecemburuanmu yang palsu itu. Gantilah dengan kecemburuan yang
dibenarkan agama, yakni kecemburuan lelaki sejati, kecemburuan yang bijak dan
tidak membabi-buta. Itulah kecemburuan yang dicintai Allah, yang tidak mungkin
menjadi sebab timbulnya hal-hal negatif di kalangan orang-orang baik dan
terhormat.
Dengan hidayah Allah Subhanahu wa Ta'ala, dan di atas nilai-nilai yang utama inilah,
kebahagiaan hidup bagi seluruh lapisan masyarakat bisa tercapai. Wallahu a'lam.
http://www.almanhaj.or.id/content/2624/slash/0
http://arviealfuhari.blogspot.com/2011/01/megendalikan-rasa-cemburu-dalam-
rumah.html
Hadits ini memiliki Syahid dari hadits Asma' binti Yazid yang dikeluarkan oleh at-Tirmidzi
VI/68 tuhfah aI-Ahwadzi, Ahmad VI/454,459,461 dan Ibnu Jabir dalam "Tandzib al-Atsar"
III/128, demikian secara ringkas.
Adapun bohong yang berisi tipu daya untuk tidak memenuhi hak salah satu pihak, atau
mengambil sesuatu yang bukan kepunyaannya, maka ini adalah haram berdasarkan ijma'
(kesepakatan) kaum muslimin." Demikianlah, jadi cemburu merupakan pembawaan asli
kaum wanita. Karenanya para suami harus pandai-pandai menyiasati kenyataan-kenyataan
seperti ini. Termasuk kebohongan dalam arti memperdaya untuk merampas salah satu pihak,
atau mengambil sesuatu yang bukan kepunyaannya adalah hal yang diharamkan. Wallahu
a'lam.
vbaitullah.
http://m.voa-islam.com/news/article/2009/09/12/1090/cemburubagian-hidup-wanita/