Professional Documents
Culture Documents
sendiri, indoffood juga mendistribusikan produk-produk ke pihak ketiga. Jumlah poin saham
telah diperluas secara agresif sejak tahun 2005, memberikan penetrasi yang lebih luas dan
lebih dalam efisien melalui rantai pasokan dan pengiriman. Stock poin berlokasi di daerah-
daerah dengan kepadatan tinggi gerai ritel, termasuk pasar tradisional, memungkinkan
masing-masing titik saham untuk melayani wilayah geografis dekat ditetapkan dalam waktu
sesingkat mungkin.
untuk membantu anggota masyarakat yang lebih luas dan untuk membuat kontribusi yang
Selama tahun 2007 Indofood secara keseluruhan program dikembangkan dan dilaksanakan
• Melindungi Lingkungan
salah satu kelompok paling penting dari stakeholder dan unsur penting dalam keberhasilan
terus. Perseroan percaya bahwa setiap karyawan memiliki kapasitas untuk berprestasi dan
memberikan kontribusi bagi keberhasilan tidak hanya perusahaan, tetapi bangsa itu sendiri.
Indofood akan terus berjuang sepanjang tahun untuk lebih lanjut membina hubungan
baik di semua tingkat staf dan manajemen untuk saling menguntungkan. Program pelatihan
juga akan bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam rangka untuk
membantu semua divisi dalam mempertahankan pangsa pasar dan keuntungan di pasar yang
semakin kompetitif. Berbagai program pelatihan akan disajikan dalam setahun, sementara
perusahaan setelah peluncuran yang sukses di Memasak Minyak & Lemak dan Makanan
Bumbu Divisi.
• ASPEK EFISIENSI
4. Average collection period = piutang usaha : penjualan kredit harian
= 1.426.279: (18.764.650:360)
= 27,363
5. Account receivables turnover = penjualan kredit : piutang
= 18.764.650 : 1.426.279
= 13,156
6. Total asset turnover = penjualan : total aktiva/asset
=18.764.650: 6480.788
=2,89
7. Inventory turnover = HPP : persediaan
=14.341.644 : 2.695.409
=5,320
8. Fixed asset turnover = penjualan : aktiva tetap
=18.764.650 : 6.480.788
=2,89
• ASPEK LEVERAGE
• ASPEK PROFITABILITAS
ASPEK EFISIENSI
4. Average collection period = piutang usaha : penjualan kredit harian
= 1.390.130 : (21.941.558 : 360)
= 22,8081
5. Account receivables turnover = penjualan kredit : piutang
= 21.941.558 : 1.390.130
= 15,7838
6. Total asset turnover = penjualan : total aktiva/asset
=21.941.558 : 16.364.593
=1,3408
7. Inventory turnover = HPP : persediaan
= 16.761.335 : 2.981.029
=5,6226
8. Fixed asset turnover = penjualan : aktiva tetap
=21.941.558 : 8.872.109
=2,4731
ASPEK LEVERAGE
9. Debt ratio = total hutang jangka panjang : total asset/aktiva
=3.076.635 : 16.364.593
=0,1880
10. Equty ratio = total modal : total asset
=5.041.086 : 16.364.593
=0,3080
11. Dept to equity ratio = total hutang : total modal
=(6.414.006 + 4.248.476) : 5.041.086
=2,1151
ASPEK PROFITABILITAS
12. Operating profit margin = laba operasi : penjualan
= 1.962.468 : 21.941.558
=0,0894
13. Net profit margin = pendapatan bersih : penjualan
= 661.210 : 21.941.558
=0,0301
14. OIROI = laba operasi : total asset
= 1.962.468 : 16.364.593
=0,12
15. ROE = pendapatan bersih : total modal
= 661.210 : 5.041.086
=0,1311
• ASPEK LIKUIDITAS
ASPEK EFISIENSI
4. Average collection period = piutang usaha : penjualan kredit harian
=2.022.069:( 27.858.304:360)
=26,1303
5. Account receivables turnover = penjualan kredit : piutang
=27.858.304: 2.022.069
=13,7772
6. Total asset turnover = penjualan : total aktiva/asset
=27.858.304: 29.706.895
=0,9378
7. Inventory turnover = HPP : persediaan
= 21.232.761: 4.172.388
=5,0889
8. Fixed asset turnover = penjualan : aktiva tetap
=27.858.304: 17.897.766
=1,5565
ASPEK LEVERAGE
9. Debt ratio = total hutang jangka panjang : total asset/aktiva
=3.655.698: 29.706.895
=0,1230
10. Equity ratio = total modal : total asset
=7.190.549: 29.706.895
=0,2420
11. Dept to equity ratio = total hutang : total modal
=(12.888.677+5.902.707): 7.190.549
=2,6133
ASPEK PROFITABILITAS
12. Operating profit margin = laba operasi : penjualan
=2.876.440: 27.858.304
=0,1032
13. Net profit margin = pendapatan bersih ; penjualan
=980.357: 27.858.304
=0,0351
14. OIROI = laba operasi : total asset
=2.876.440: 29.706.895
=0,0968
15. ROE = pendapatan bersih : total modal
=980.357: 7.190.549
=0,1363
16. ROA = pendapatan sebelum bunga & pajak : total asset
=2.041.409: 29.706.895
=0,0687
17. Times iteres earnet ratio = laba operasi : biaya bunga
=2.876.440: 710.615
=4,0478
18. EPS = tidak ada data tercantum
19. Devidend per share =
20. Deviden payout ratio = tidak ada data tercantum
• ASPEK LIKUIDITAS
21. Current ratio = aktifa lancar : hutang lancar
= 14.598.422 : 16.262.161
= 0,8976
22. Quick ratio = (aktifa lancar-persediaan) : kewajiban lancar
= (14.598.422-6.061.219) : 16.262.161
= 0,5249
23. Cash ratio = (kas + surat berharga) : hutang lancar
= 4.271.208 : 16.262.161
=262.6470
24. Average collection period = piutang usaha : penjualan kredit harian
=2.087.348: (38.799.279 : 360)
=19,3675
• ASPEK EFISIENSI
25. Account receivables turnover = penjualan kredit : piutang
=38.799.279 : 2.087.348
=18,5878
26. Total asset turnover = penjualan : total aktiva/asset
=38.799.279 : 39.594.264
=0.9799
27. Inventory turnover = HPP : persediaan
= 29.822.362 : 6.061.219
=4,920
28. Fixed asset turnover = penjualan : aktiva tetap
=38.799.279 : 24.995.842
=1,5522
• ASPEK LEVERAGE
29. Debt ratio = total hutang jangka panjang : total asset/aktiva
=7.200.598 : 39.594.264
=0.1818
30. Equity ratio = total modal : total asset
=8.498.749 : 39.594.264
=0,2146
• ASPEK PROFITABILITAS
32. Operating profit margin = laba operasi : penjualan
=4.341.476 : 38.799.279
= 0,1118
33. Net profit margin = pendapatan bersih ; penjualan
=1.034.389 : 38.799.279
=0,0266
34. OIROI = laba operasi : total asset
=4.341.476 : 39.594.264
=0,1096
35. ROE = pendapatan bersih : total modal
=1.034.389 : 8.498.749
=0,1217
36. ROA = pendapatan sebelum bunga & pajak : total asset
=2.599.823 : 39.594.264
=0,0656
37. Times iteres earnet ratio = laba operasi : biaya bunga
=4.341.476 : 1.157.562
=3,7505
38. EPS = tidak ada data tercantum
39. Devidend per share = 503
40. Deviden payout ratio = tidak ada data tercantum
1. ANALISIS LIKUIDITAS
Untuk hasil perhitungan keseluruhan rasio PT Indofood Sukses Makmur Tbk didapat
angka persentase rasio yang cenderung stabil dan semakin membaik selama empat tahun
terakhir. Seperti rasio likuiditas, untuk Cash Rasio didapat angka persentase yang semakin
meningkat dari tahun 2005 terhadap tahun 2006 sebesar Rp.823.869. Lalu meningkat lagi
sebesar Rp.2.748.250 pada tahun 2007. Untuk Current Ratio walaupun pada tahun 2008
terjadi penurunan sebesar Rp.266.843. Tetapi kemudian meningkat hingga Rp.823.869 dan
Rp.2.748.250 pada tahun 2006 dan 2007. Berarti karena keempat ukuran rasio likuiditas baik
Cash Ratio, Current Ratio dan Quick Ratio adalah meningkat atau positif, maka dapat
disimpulkan bahwa likuiditas baik atau perusahaan memiliki kemampuan yang lebih dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo.
2. ASPEK EFISIENSI
Dari aspek efisiensi ini, dapat diketahui dari nilai turn over piutang usaha menunjukkan
tingkat kecepatan perusahaan menagih kreditnya yang diukur oleh lamanya piutang dagang
ditagih atau “perputaran piutang usaha” selama tahun tersebut. Semakin cepat perusahaan
dapat menagih piutangnya, maka semakin baik tingkat Average Collection Periodnya.
3. ASPEK LEVERAGE
Untuk Long Term Debt To Equity Ratio dan Total Debt To Total Capital Asset yang
penurunannya bahkan mencapai Rp.116.863 ditahun 2006, lalu turun lagi sebesar
Rp.194.903 ditahun 2007 untuk Long Term Debt To Equity Ratio dan sebesar Rp.1.607.053
pada tahun 2006, dan mengalami peningkatan sebesar Rp.576.708 pada tahun 2007 untuk
Total Debt To Total Capital Asset. Berarti karena ketiga ukuran rasio leverage baik Debt To
Equity Ratio, Long Term Debt To Equity Ratio dan Total Debt To Total Capital Asset adalah
menurun atau negatif, maka dapat disimpulkan bahwa leverage baik atau membuktikan
bahwa PT Indofood Sukses Makmur Tbk telah cukup baik dalam mengalola segala
kewajiban yang dampaknya dapat mengambalikan kepercayaan kreditur dan investor
terhadap perusahaan.
4. ASPEK PROFITABILITAS
Ditahun 2006 rasio ROA semua meningkat antara sebesar 0,0455 sampai dengan lalu ditahun
berikutnya terjadi penurunan pada rasio ROA sebesar 0,0031. Sedangkan untuk rasio ROE
terjadi peningkatan sebesar 0,1207 pada tahun 2006 dan terjadi penurunan sebesar 0,0146
pada tahun berikutnya. Berarti karena ketiga ukuran rasio profitabilitas baik ROA dan ROE
mengalami kanaikan dan penurunan yang stabil maka tidak membahayakan keuangan
perusahaan.
Dari hasil grafik harga saham harian di atas, dapat diketahui bahwa nilai saham harian
tertinggi pada closing price berada pada tingakat harga 5800, nilai terendah sebesar 3300 dan
rerata sebesar 4225. Hal ini sangat dipengaruhi oleh keadaa pasar yang sangat mempengeruhi
Keadaan tingkat harga saham ini juga dipengaruhi oleh beberapa faktor di dalam perusahaan
terkait maupun faktor dari luar perusahaan. Sebud saja keadaan di dalam perusahaan seperti
efisiensi. Karena keadaan keempat aspek keuangan perusahaan di atas tergolong baik, maka
para investor yang menanamkan saham di perusahaan ini tergolong banyak dan konsosten
Kesimpulan Analisis Pergerakan Harga Saham PT. Indofood Sukses Makmur Tbk
Berdasarkan analisis yang kami lakukan kami dapat menyimpulkan bahwa harga saham suatu
perusahaan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari segi internal maupun eksternal.
Faktor Internal :
Modal yang besar dapat berpengaruh meningkatkan harga saham Indofood. Terbukti naiknya
harga saham ketika PT Indofood Sukses Makmur Tbk mencairkan dana pinjaman pada bulan
November.
Faktor Eksternal :
- Market Perception
Market Perception merupakan konsensus pasar sebagai hasil analisis para investor terhadap
kinerja emiten saat ini dan peluang bisnis di masa depan yang berpotensi besar dalam
pembentukan dan pergerakan harga suatu saham.
Krisis global turut mempengaruhi pergerakan harga saham Indofood yang cenderung turun.
Penurunan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/The Fed) mampu
memulihkan kondisi pasar saham sehingga berdampak pula pada menguatnya harga saham
Indofood.
« Peran Akuntan Publik dalam Mewujudkan Good Corporate Governance di Pasar
Modal Indonesia
PENDAHULUAN
Maraknya perkembangan harga saham di pasar modal kita beberapa saat terakhir ini telah
mendorong banyaknya calon investor yang ingin lebih mengetahui saham-saham yang
prospektif untuk dibeli. Untuk keperluan tersebut maka dibutuhkan suatu pemahaman yang
mendalam mengenai harga saham itu sendiri dan faktor-faktor yang mempengaruhi
pergerakannya. Penilaian harga saham suatu perusahaan dalam kaitannya untuk melakukan
investasi pada dasarnya dapat dilakukan dengan menggunakan analisis teknikal dan analisis
fundamental.
Analisis teknikal pada dasarnya dilakukan dengan cara melihat pergerakan saham dari waktu
ke waktu dengan menggunakan grafik, sedangkan analisis fundamental merupakan analisis
yang lebih didasarkan pada nilai (value) dari perusahaan yang bersangkutan.
Di antara metode fundamental yang sering digunakan menganalisa saham antara lain:
1. Value. Tujuan dari penganut ‘resep’ ini adalah membeli saham dengan diskon sebesar
mungkin dari nilai intrinsik atau mencari saham yang nilainya lebih dari yang mereka
bayarkan. Dengan analogi lain seperti mencari dan membeli sebuah mobil dengan harga
murah dari harga semestinya di pasaran untuk keesokan harinya dijual dengan harga yang
lebih tinggi (wajar).
1.
o Dividend Yield
o Book value per share
o Total Sales/Kapitalisasi Pasar
2. Growth. Bagi pemegang resep ini mencari saham berarti mencari
perusahaan dengan pertumbuhan penjualan dan keuntungan yang tinggi.
Mereka menganalisa kualitas dari usaha yang dijalankan dan
pertumbuhan sebelum memutuskan untuk melakukan investasi.
3. Income. Walaupun saat sekarang kebanyakan investor membeli saham
mengharapkan capital gain akan tetapi beberapa investor membeli saham
dengan mengharapkan dividen yang dibayarkan. Biasanya saham yang
cocok kriteria ini adalah saham yang berada pada industri yang sudah
matang dengan pertumbuhan lambat tetapi membayarkan dividen payout
yang tinggi.
4. GRAP. Merupakan resep yang dipopulerkan sang koki ‘ John Irving’ pada
buku ‘The World According to GARP‘. GARP singkatan dari growth at
reasonable price. GARP menggabungkan resep growth dan value, dan
mencari perusahaan dengan pertumbuhan tinggi dan harga pasar
dibawah nilai intrinsik. Pendekatan yang sering dipakai GARP adalah
membeli saham ketika P/E ratio lebih rendah dari pertumbuhan earning
per share (laba per saham) dimasa mendatang.
5. Quality. Selain memakai pendekatan gabungan yang menilai kualitas
fundamental perusahaan pendekatan ini juga menilai kualitas dan
integritas manajemen sebelum membeli suatu saham.
Investor terkenal Warren Buffet memakai pendekatan ini dan selalu menilai kualitas
fundamental dan kualitas manajemen sebelum membeli saham tersebut untuk jangka panjang.
1.2. Permasalahan
Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah penggunaan analisis fundamental,
terutama berdasarkan nilai intrinsik saham untuk menentukan pergerakan harga saham
perusahaan sebagai dasar pengambilan keputusan investasi pada saham PT Telekomunikasi
Indonesia Tbk dan PT Indonesian Satellite Corporation, Tbk.
Pendirian Perusahaan
Berdasarkan keputusan dalam Rapat Umum Tahunan Pemegang Saham Perusahaan tanggal
27 Desember 2002 yang diaktakan dengan notaris Rini Yulianti, S.H. (sebagai notaris
pengganti Poerbaningsih Adi Warsito, S.H.) No. 6 tanggal 8 Januari 2003, pemegang saham
menyetujui untuk mengubah status Perusahaan menjadi Perusahaan Penanaman Modal Asing
berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 1967 Republik Indonesia yang diubah dengan
Undang-undang No. 11 tahun 1970. Pemegang saham juga memutuskan untuk mengubah
anggaran dasar Perusahaan, antara lain mengenai perubahan nama Perusahaan dari
Perusahaan Perseroan (Persero) PT Indonesian Satellite Corporation Tbk menjadi PT
Indonesian Satellite Corporation Tbk.
Pada tanggal 7 Februari 2003, Badan Koordinasi Penanaman Modal, dalam surat
keputusannya No. 14/V/PMA/2003, menyetujui perubahan status Perusahaan menjadi
Perusahaan Penanaman Modal Asing. Di samping itu, melalui surat No. C-06145
HT.01.04.TH.2003 tanggal 21 Maret 2003, Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia menyetujui perubahan anggaran dasar Perusahaan mengenai perubahan
status Perusahaan seperti yang dijelaskan di atas.
Perusahaan memulai kegiatan operasinya pada tahun 1969. Saat ini, kegiatan usaha utama
Perusahaan adalah menyelenggarakan jasa telekomunikasi sentral internasional, termasuk
jasa telepon internasional, teleks, telegram, sambungan komunikasi data paket, jasa faksimili
penyimpanan dan pengiriman dan jasa Inmarsat untuk komunikasi bergerak. Perusahaan juga
memberikan berbagai jasa telekomunikasi internasional non-sentral, termasuk sirkit sewa
berkecepatan rendah dan tinggi, video-link, TV link, Integrated Services Digital Network
(“ISDN”) dan jasa lainnya yang khususnya meliputi transmisi data atau gambar selain suara.
• Jaringan telekomunikasi
• Jasa telekomunikasi
Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Badan Usaha Swasta dan Koperasi
dapat menyelenggarakan jaringan dan jasa telekomunikasi. Sedangkan penyelenggaraan
telekomunikasi khusus dapat diselenggarakan oleh perorangan, instansi pemerintah dan
badan hukum selain penyelenggara jaringan dan jasa telekomunikasi. Undang-undang No. 36
melarang kegiatan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan persaingan
usaha yang tidak sehat.
Pada tanggal 28 Juni 2001, Pemerintah Republik Indonesia, melalui Direktorat Jenderal Pos
dan Telekomunikasi memberikan izin prinsip kepada Perusahaan untuk menyelenggarakan
jasa Voice Over Internet Protocol (“VoIP”). Pada tanggal 26 April 2002, Perusahaan
memperoleh izin operasi VoIP dengan cakupan nasional. Izin operasi Perusahaan untuk VoIP
akan dievaluasi setiap lima tahun setelah tanggal dikeluarkannya.
Berdasarkan surat dari Menteri Perhubungan tanggal 1 Agustus 2002, Perusahaan diberikan
izin penyelenggaraan jaringan telekomunikasi tetap lokal dengan wilayah operasi Jakarta dan
Surabaya. Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No. KP. 130 Tahun 2003, izin
penyelenggaraan ini akan diperbaharui menjadi izin nasional pada tanggal 17 April 2003.
Nilai dari izin yang diberikan ke Telkom dan Perusahaan masih dihitung oleh penilai
independen, sebagai kompensasi kepada Telkom dan Perusahaan atas penghentian hak
eksklusif mereka masingmasing atas penyelenggaraan jasa telekomunikasi lokal/domestik
dan internasional. Per 8 Agustus 2003, laporan penilai independen tersebut belum difinalisasi.
Perusahaan berkedudukan di Jalan Medan Merdeka Barat No. 21, Jakarta dan memiliki
sentral gerbang internasional yang terletak di Jakarta, Medan, Batam dan Surabaya.
Penawaran Umum Efek Perusahaan
Seluruh saham Seri B Perusahaan dicatatkan dan diperdagangkan pada Bursa Efek Jakarta
dan Bursa Efek Surabaya sejak tahun 1994. American Depository Shares (“ADS”, setiap
ADS mewakili 10 saham Seri B) Perusahaan juga telah diperdagangkan di Bursa Efek New
York sejak tahun 1994.
Perusahaan mempunyai penyertaan modal baik langsung maupun tidak langsung pada anak
perusahaan berikut:
PT Satelindo
Indosat memiliki 100% kepemilikan saham pada PT Satelindo (secara langsung dan melalui
PT Bimagraha Telekomindo) yang mengelola jasa provider selular GSM 900, jasa SLI 008,
dan penyewaan transponder satelit. Satelindo saat ini merupakan operator selular terbesar
kedua di Indonesia. Satelindo memiliki 2 anak perusahaan, yaitu PT Satelindo International
Finance B.V. and PT Satelindo Multimedia.
99,94% saham IM3 dikuasai oleh Indosat, dan merupakan anak perusahaan yang melayani
jasa selular GSM 1800 dengan kemampuan GPRS. IM3 saat ini menempati peringkat
keempat dalam pasar jasa selular di Indonesia.
IM2 pada saat ini menangani jasa internet dan multimedia, termasuk jasa TV kabel, IP-based
multimedia, dan jasa jaringan komunikasi IP-based LAN & WAN. IM2 juga merupakan
pelopor jasa MIDI di Indonesia. IM2 memiliki 3 anak perusahaan, yaitu PT Yasawirya Indah
Mega Media, PT Menara Jakarta, dan PT Multimedia Nusantara (telah didivestasi pada April
2003). Kepemilikan saham Indosat di IM2 saat ini adalah sebesar 99,84%.
PT Aplikanusa Lintasarta
Lintasarta yang 69,46% sahamnya dimiliki oleh Indosat merupakan perusahaan yang
memberikan pengadaan jasa komunikasi data berkecepatan tinggi dan juga jasa jaringan
perusahaan. Lintasarta mempelopori pengembangan sistem transfer perbankan secara
elektronik di Indonesia, termasuk di dalamnya adalah ATM Bersama yang merupakan
jaringan ATM bersama pertama di Indonesia. Lintasarta memiliki PT Arthajasa dan PT
Swadarma Marga Inforindo (SMI) sebagai anak perusahaannya.
PT Sisindosat
Indosat saat ini menguasai 96,87% saham PT Sisindosat. Sisindosat merupakan perusahaan
yang terlibat dalam penyediaan jasa pengembangan teknologi informasi (IT), perangkat lunak
IT, dan pelatihan IT. Perusahaan ini memiliki beberapa anak perusahaan, yaitu PT Electronic
Data Interchange Indonesia (EDI), PT Sistelindo Mitralintas, PT Graha Lintas Properti, PT
Kalimaya Perkasa Finance, PT Asitelindo Data Buana, dan PT Intikom Telepersada.
PEMEGANG SAHAM %
Negara RI 15,00
Publik :
Pendirian Perusahaan
Telkom merupakan kelanjutan dari bagian suatau badan usaha bernama Post-en-
Telegraaafdienst yang didirikan dengan Staatsblad No.52 tahun 1884. Berdasarkan
Staatsblaad No.395 tahun 1906, Pemerintah Hindia Belanda mengambil alih pemilikan harta
kekayaan (aset) Post-en Telegraafdienst serta mengubah namanya menjadi Post, Telegraaf en
Telefoondienst atau disebut juga PTT-Dienst. Pada tahun 1931, PPT-Dienst ditetapkan
sebagai Perusahaan Negara berdasrkan Staatsblad No.419 tahun 1972 tentang Indonesische
Bedrijvenwet (I.B.W., Undang-Undang Perusahaan Negara). Selanjutnya pada tahun 1960,
Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang (Perpu) No.19 tahun 1960, tentang persyaratan suatu Perusahaan Negara dan PTT-
Dienst memenuhi syarat untuk tetap menjadi suatu Perusahaan Negara (PN). Dalam
Peraturan Pemerintah No. 240 tahun 1961 tentang Pendirian Perusahaan Negara Pos dan
Telekomunikasi diseutkan bahwa Perusahaan Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
I.B.W. dilebur kedalam Perusahaan negara Pos dan Telekomunikasi (PN Pos dan
Telekomunikasi).
Sejalan dengan pesatnya perkembangan lapangan usaha PN Pos dan Telekomunikasi, maka
pada tahun 1965 Pemerintah memendang perlu untuk membagi PN Pos dan Telekomunikasi
menjadi 2 Perusahaan Negara yang berdiri sendiri. Berdasrkan Peraturan Pemerintah No.29
than 1965 tentang Pendirian Perusahaan Negara Pos dan Giro didirikan Perusahaan Negara
Pos dan Giro (PN Pos dan Giro) dan berdasarkan Peraturan Pemerintah No.30 tahun 1965
tentang Pendirian Perusahaan Negara Telekomunikasi didirikan Perusahaan Negara
Telekomunikasi (PN Telekomunikasi).
Pada tahun 1974, berdasarkan Peraturan Pemerintah No.36 tahun1974 tentang Perusahaan
Umum Telekomunikasi, status PN Telekomunikasi diubah menjadi Perusahaan Umum
(Perum) dengan nama Perusahaan Umum telekomunikasi (PERUMTEL), yang merupakan
badan usaha tunggal penyelenggara jasa telekomunikasi untuk umum, baik hubungan
telekomunikasi dalam negeri maupun luar negeri.
Pada akhir tahun 1980, Pemerintah mengambil kebijakan bahwa Negara Republik Indonesia
membeli seluruh saham PT Indonesian Satellite Corporation (Indosat) dari American Cable
& Radio Corporation, suatu perusahaan yang didirkian berdasarkan peraturan perundangan
negara bagian Delaware, Amerika Serikat. Setalah seluruh saham American Cable & Radio
Corporation dalam Indosat dibeli oleh Negara Republik Indonesia, Indosat yang semula
merupakan suatu Perseroan Terbatas yang didirikan menurut dan berdasarkan peraturan
perundang-undangan Republik Indonesia khususnya dalam rangka Undang-Undang
Penanaman Modal Asing, diubah statusnya menjadi suatu Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) berbentuk Perusahaan Perseroan (Persero).
Selanjutnya guna lebih meningkatkan pelayanan jasa telekomunkasi untuk umum, dengan
Peraturan Pemerintah No.53 tahun 1980 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No.22
tahun 1974 tentang Telekomunkasi untuk umum, PERUMTEL ditetapkan sebagai badan
usaha yang diberi wewenang untuk menyelenggarakan telekomunkasi untuk umum dalam
negeri dan Indosat ditetapkan sebagai badan usaha yang diberi wewenang untuk
menyelenggarakan telekomunikasi untuk umum internasional.
Untuk dapat lebih mengantisipasi tuntutan perkembangan telekomunikasi yang semakin pesat
dimana dibutuhkan management yang lebih profesional, maka berdasrkan Perturan
Pemerintah No.25 tahun 1991 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum)
telekomunikasi menjadi Perusahaan Perseroan (Persero), status PERUMTEL diubah menjadi
Perusahaan Persroan (Persero), sbagaimana dimaksud dalam Undang-Undang No.9 tahun
1969. Selanjutnya, dalam Peraturan Pemerintah No.25 tahun 1991 disebutkan bahwa dengan
dialihkannya bentuk PERUMTEL menjadi Perusahaan Perseroan (Persero), PERUMTEL
dinyatakan bubar pada saat pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) tersebut, dengan
ketentuan segala hak dan kewajiban, kekayaan serta karyawan PERUMTEL yang ada pada
saat pembubarannya, beralih sepenuhnya kepada Perusahaan Perseroan (Persero) yang
bersangkutan. Dalam Pasal 3 Peraturan Pemerintah No.25 tahun 1991 disebutkan bahwa
Modal Ditempatkan dan Modal Disetor TELKOM pada saat pendiriannya berasal dari
kekayaan Negara yang tertanam dalam PERUMTEL. Berdasarkan Pasal 4 Peraturan
Pemerintah No.25 tahun 1991, pelaksanaan pendirian Perusahaan Perseroan (Persero)
tersebut diatas dilakukan menurut ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang yang
berlaku di Negara Republik Indonesia, sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir
dengan Undang-Undang No.4 tahun 1971. Selanjutnya dalam Pasal 5 Peraturan Pemerintah
No.25 tahun 1991 disebutkan bahwa penyelesaian pendirian Perusahaan Perseroan (Persero)
bersangkutan dikuasakan kepada Menteri Keuangan, yang dalam hal ini dapat menyerahkan
kuasa dengan hak substitusi kepada Menparpostel. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas,
Menparpostel Republik Indonesia selaku kuasa dari Menteri Keuangan Republik Indonesia
bersama-sama dengan Soetjipto, S.H., M.H., selaku Kepala Biro Hukum dan Organisasi
Depparpostel Republik Indonesia mendirikan TELKOM berdasarkan Akta Pendirian No.
128, tanggal 24 September 1991, dibuat dihadapan Imas Fatimah, S.H., Notaris di Jakarta,
sebagaimana diubah dengan Akta Perubahan No.68, tanggal 11 November 1991, dibuat di
hadapan Achmad Bajumi, S.H., pengganti Imas Fatimah, S.H., Notaris di Jakarta. Kedua akta
tersebut telah disetujui oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan SK No.C2-
6870.HT.01.01.Th.91,tanggal 19 November 1991 dan didaftarkan di Kantor Pengadilan
Negeri Jakarta Selatan masing-masing di bawah No.1188/Not/1991/PN.JKT.SEL dan
No.1189/Not/1991/PN.JKT.SEL, keduanya tanggal 4 Desember 1991 serta diumumkan
dalam Berita Negara Republik Indonesia No.5, tanggal 17 Januari 1992, Tambahan No.210.
Pada tahun 1993, berdasarkan keputusan Rapat Umum Luar Biasa Pemegang Saham yang
diadakan pada tanggal 14 Januari 1993 yang dinyatakan kembali dalam Akta Perubahan
Anggaran Dasar TELKOM No.111, tanggal 26 Februari 1993, dibuat di hadapan Achmad
Bajumi, S.H., pengganti Imas Fatimah, S.H., Notaris di Jakarta, yang telah disetujui oleh
Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan SK No.C2-1679.HT.01.04.Th.93, tanggal 17
Maret 1993 dan didaftarkan di kantor Panitera Pengadilan Negeri Bandung di bawah No.290
dan No.291, tanggal 7 April 1993 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia
No.47, tanggal 11 Juni 1993, Tambahan No.2654, telah dilakukan perubahan pada pasal 1
Anggaran Dasar TELKOM sehubungan dengan perubahan tempat kedudukan TELKOM, dari
Jakarta ke Bandung.
Dalam rangka Penawaran Umum, seluruh ketentuan Anggaran Dasar Telkom diubah
sebagaimana dituangkan dalam Akta Perubahan Anggaran Dasar No.74, tanggal 25 Juli 1995
dan Akta Perubahan No.15 tanggal 7 Agustus 1995, keduanya dibuat di hadapan Imas
Fatimah, S.H., Notaris di Jakarta, yang telah disetujui oleh Menteri Kehakiman Republik
Indonesia dengan SK No.C2-9834.HT.01.04.Th.95, tanggal 8 Agustus 1995 dan didaftarkan
di Kantor Panitera Pengadilan Negeri Bandung masing-masing di bawah No.1008 dan
No.1009, tanggal 21 Agustus 1995 serta berdasarkan Surat Keterangan Perum Percetakan
Negara Republik Indonesia, tanggal 23 Agustus 1995, diumumkan dalam Berita Negara
Republik Indonesia No.76, tanggal 22 September 1995, Tambahan No.7900.
PT Indonusa Telemedia
PT Indonusa Telemedia menangani bisnis multimedia penyiaran dan Internet dengan nama
produk TELKOMVision.
PT Infomedia Nusantara
PT Infomedia Nusantara mengelola bisnis penerbitan Buku Petunjuk Telepon (Yellow Pages)
dan Call Center.
Posisi 30 Juni
PEMEGANG SAHAM %
2003
Dwi Warna 1
PEMBAHASAN MASALAH
Analisis Fundamental
Dalam kasus telkom dan indosat, kelompok kami akan menggunakan analisis fundamental
dengan menggunakan rasio keuangan dan analisis beta. Rasio keuangan yang digunakan,
yaitu :
Aktiva lancar
Current ratio =
Hutang lancar
A/R
Sales
Inventroy Turnover =
Inventory
Net Income
Total Asset
§ Return on Equity, yaitu ratio yang mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan
quity yang ada untuk menciptakan laba.
Net Income
Return on Equity =
Common Equity
§ Net Profit Margin, yaitu untuk menghitung perbandingan laba bersih dengan penjualan.
Net Income
Sales
Berikut ini adalah hasil ratio keuangan PT Telkom, Tbk dan PT Indosat :
Tabel 1. Financial Ratio for September 2002 & 2003
PT Telkom, Tbk
1 2 (%) 3 (%)
PT Indosat, Tbk
1 2 3
Analisis beta digunakan untuk mengukur fluktuasi saham maupun portofolio dibandingkan
dengan fluktuasi pasar secara keseluruhan. Jika nilai beta lebih dari 1 maka mengindikasikan
bahwa harga saham tersebut lebih berfluktuatif daripada pasar, sedangkan beta kurang dari 1
berarti harga saham tersebut tidak berfluktuatif terhadap pasar. Berikut ini adalah nilai beta
berdasarkan asumsi kelompok kami :
Deviden per
lembar 175.35 121.61 561.2 146.13
Deviden Payout
Ratio (DPR) * 0.23 0.28 1.33 0.27
b (playback ratio)
** 0.77 0.72 -0.33 0.73
Return on equity
(ROE) *** 51.55% 25.86% 4% 5%
k (required return)
***** 0.2210 0.1927
Ket :
** b=1-DPR
Dimana :
rpremium = 19.49 %
Untuk menghitung nilai intrinsic dari saham PT Telkom dan PT Indosat adalah sebagai
berikut : (dalam perhitungan menggunakan beberapa asumsi karena keterbatasan data)
Data yang diperoleh dari analisis saham PT Telkom dan PT Indosat, yaitu :
PT Telkom PT Indosat
Do = 175.35 Do = 561.2
K = 0.2210 k = 0.1927
G1 = 0.3951 g1 = -0.0134
G2 = 0.1861 g2 = 0.0293
Jawab :
Rumus :
D1 = Do(1+g)
D2 = D1(1+g)
P2 = D2/k-g
Vo = D1/(1+g) + (D2+P2)/(1+g)2
PT Telkom
D1 = Do (1+g1) P2 = D2/k-g2
= 244.63 = 8313.75
D2 = D1 (1+g2)
D2 = 244.63 (1+0.1861)
=290.15
Vo = D1/(1+k) + (D2+P2)/(1+k)2
Vo = 244.63/(1+0.2210) + (290.15+8313.75)/(1+0.2210)2
= 5974.77
PT Indosat
D1 = Do (1+g1) P2 = D2/k-g
D1 = 561.2(1-0.0134) P2 = 537.9/(0.1927-0.0293)
= 553.67 = 3291.92
D2 = D1(1+g2)
D2 = 553.67(1+0.0293)
= 537.9
Vo = D1/(1+k) + (D2+P2)/(1+k)2
Vo = 553.67/(1+0.1927) + (537.9+3291.92)/(1+0.1927)2
= 2692.25
Berdasarkan analisa kelompok kami, harga saham PT Telkom pada tanggal 11 November
2003 adalah Rp. 11.950,- dan harga saham PT Indosat pada tanggal 11 November 2003
adalah Rp. 5.700,-. Jika harga pasar lebih besar dari intrinsic value maka overvalue sehingga
saham tersebut sebaiknya dijual dan jika harga pasar lebih kecil dari intrinsic value maka
undervalue sehingga saham tersebut di beli.
Berdasarkan analisa diatas, intrinsic value PT Telkom sebesar Rp 5974.77 lebih kecil dari
harga pasar saham tersebut. Maka kelompok kami tidak akan membeli saham tersebut atau
kami akan menjual saham PT Telkom jika kami memiliki saham tersebut. Sedangkan kami
tidak akan membeli untuk saham PT Indosat karena nilai intrinsic dari saham PT Indosat
sebesar Rp 2692,25 lebih kecil dari harga saham dipasar.
Kesimpulan
Untuk mengukur kinerja sebuah perusahaan dan nilai intrinsic saham dari sebuah perusahaan
dapat digunakan beberapa pendekatan, dimana salah satunya adalah pendekatan
fundamental. Kelompok kami menggunakan studi kasus perusahaan PT Telkom, Tbk dan PT
Indosat, Tbk untuk menghitung nilai intrinsik dari saham – saham perusahaan tersebut.
1. Liquidity Ratio
2. Activity Ratio
3. Profitability Ratio
Kemudian untuk menghitung nilai intrinsic saham – saham tersebut, kelompok kami
menggunakan Devidend Discount Model. Dengan menggunakan model tersebut dapat
diambil kesimpulan bahwa nilai intrinsic kedua saham tersebut lebih kecil dari harga saham
di pasar, sehingga kelompok kami tidak akan membeli kedua saham tersebut. Analisa
tersebut didasarkan beberapa asumsi yang kami lakukan karena keterbatasan data untuk
menghitung faktor – faktor yang mempengaruhi harga saham perusahaan tersebut.