Professional Documents
Culture Documents
Sistem pembangkit tenaga uap dibagi menjadi 4 subsistem. Dimana inti dari sitem ini
adalah perubahan dari panas ke kerja, yang terletak pada subsistem A. Namun yang
lebeih dahulu dibahas adalah subsistem yang lainnya.
Subsitem B berfungsi sebagai pemasok energi untuk sistem ini dimana hasilnya
adalah berupa uap. Uap kemudian akan disalurkan pada subsistem D yaitu generator.
Selanjutnya uap akan terkondensasi dalam suatu sistem pendingin yatiu subsitem C.
Peletakan instalasi sistem pembangkit tenaga uap juga mmeperhatikan faktor
lingkungan yang ada disekitar pembangkit tenaga.
Turbin. Uap dari boiler pada kondidi 1 berada pada temperatur dan tekan
yang sydah dinaikkan, berekspansi melalui turbin untuk menghasilakn kerja
dan kemudian dibuang ke kondensor pada kondisi 2. Apabila subsistem A
dianggap berada dalam kondidi tunak, maka persamaannya menjadi
V 21−V 22
[
0=Q cv −W 1+m h 1−h2+
2
+g ( z 1−z 2) ]
Kondenser. Dalam kondenser terajdi perpindahan kalor dari uap ke air
pendingin yang mengallir dalam aliran terpisah. Dianggap dalam keadaan
tunak
Q out
=h 2−h 1
m
Pompa. Kondesat cair yang meninggalkan kondenser di kondisi 3 dipompa
dari kondenser ke boiler yang bertekanan lebih tinggi. Persamaannya
℘
=h 4−h3
m
Boiler. Pada boiler, kesetimbangan laju masa dan energi menghasilkan
Qin
=h 1−h 2
m
Parameter kinerja. Efisiensi thermal dari tenaga pada gambar 8.2 adalah
Wt ℘
−
m m ( h 1−h 2 )−(h 4−h3)
η= =
Qin h 1−h 4
m
Laju Kalor (heat rate). Parameter lain yang digunakan untuk mrngukur
kinerja pembangkit tenaga adalah rasio kerja balik (back work ratio). Bwr
adalah rasio masukan kerja pompa terhadap kerja yang dihasilkan oleh turbin.
Bwr dari gambar 8.2 adalah
℘
m (h 4−h3)
bwr= =
Wt (h 1−h 2)
m
Dimana
proses 1-2 : ekspansi isentropik dari fluida kerja melalui turbin dan uap jenuh
pada kondisi 1 hingga mencapai teekanan kondenser
proses 2-3 : perpindahan kalor dari fluida kerja ketika mengalir pad tekanan
konstant melalui kondenser dengan cairan jenuh pada kondidi 3
proses 3-4 kompesi isentropik dalam pompa menuju ke kondisi 4 dalam
daerah hasil kompresi
proses 4-5 perpindahan kalor ke fluida kerja ketika mengalir pada tekanan
onstant melaui boiler untuk menyeleaikan siklus.
Kerja pompa
( ℘m )=v 3 (p 3− p 4)
C. PENEGRUH TEKANAN BOILER DAN KONDENSOR TERHADAP
SIKLUS RANKINE
Siklus Rankie adalah siklus yang seluruhnya terdiri dari proses reversible
secara internal. Oleh sebab itu, persamaan untuk efisiensi thermalnya dapat
diperoleh dalam bentuktemperatur rata – rata.
Luas daerah dapat diinterprestasikan sebagai perpindahan kalor perunit masa.
Sebagai contoh pada gambar 8.3, sehingga perumusannya menjadi
1
Qin
( )∫ rev=∫ Tds n=area1−b−c−4−a−1
m 4
¿ Tout ( s 1−s 4 )
Maka efisiensi thermal dari siklus rankine dapat dinyatakan dalam bentuk
perpindahan kalor sebagai
Persamaan 8.8
Dari persamaan diatas dapat disimpulkan bahwa efisiensi ther,al silus ideal
cenderung meningkat jika temperatur rata – rata penambahan enrgi melaui
proses perpindahan kalor meningkat dan atau temperatur pelepasan energi
menurun.
Persamaan 8.8 dapat digunakan untuk mempelajari pengaruh perubahan dalam
tekanan boiler dan kondenser terhadap kinerja.
Dibawah ini ada 2 buah gambar.
Pada gambar 8.4a dijelaskan memperlihatkan 2 siklus ideal yang meniliki
tekanan kondensor yang sama tetapi tekanan boiler yang berbeda. Dari gambar
diatas dapat disimpulkan bahwa peningkatan siklus boiler pada siklus rankine
ideal cenderung meningkatkan efisiensi thermal.
Pada gambar 8.4b mememperlihatkan dua siklus dengan tekanan boiler yang
sama tetapi tekanan kondensor yang berbeda. Dari gambar diatas dapat
disimpulkan bahwa penurunan tekanan kondensor cenderung meningkatkan
efisiensi thermal.
Perbandingan dengan siklus carnot. Perbandingan dengan siklus carnot
terletak pada siklus rankine memiliki efisiensi thermal yang lebih rendah dari
siklus carnot.