You are on page 1of 32

1

A. JUDUL PENELITIAN
Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Pendidikan Agama Islam Di
Kelas VIII SMPI Al-Magrobi Sawaran Kulon Kedungjajang Lumajang Tahun
Pelajaran 2010/2011.
B. LATAR BELAKANG
Sekolah sebagai pusat pendidikan formal, ia lahir dan berkembang dari
pemikiran efisisensi dan efektifitas di dalam pemberian pendidikan kepada warga
masyarakat. Lembaga pendidikan formal atau persekolahan, kelahiran dan
pertumbuhannya dari dan untuk masyarakat bersangkutan. Artinya, sekolah
sebagai pendidikan formal merupakan perangkat masyarakat yang diserahi
kewajiban pemberian pendidikan. Perangkat ini ditata dan dikelola secara formal,
mengikuti haluan yang pasti dan diberlakukan. Haluan tersebut bercermin di
dalam falsafah dan tujuan perjenjangan, kurikulum pengadministrasian serta
pengelolaannya.1
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar
merupakan kegiatan pokok. Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan
pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami
oleh siswa sebagai anak didik.2
Belajar adalah usaha untuk membentuk hubungan antara perangsang dan
reaksi. Pandangan ini dikemukakan oleh aliran psikologi yang dipelopori oleh
Thorndike aliran koneksionisme. Menurut ajaran koneksionisme orang belajar
karena menghadapi masalah yang harus dipecahkan. Masalah itu merupakan
perangsang atau stimulus terhadap individu. Kemudian individu itu mengadakan
reaksi terhadap rangsang, dan bila reaksi itu berhasil, maka terjadilah hubungan
perangsang dan reaksi dan terjadi pula peristiwa belajar.3
Menurut pandangan konstruktifistik, belajar merupakan suatu proses
pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si belajar. Ia
harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep dan memberi

1
Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional,
2003, 146.
2
Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004, 125.
3
M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005, 208.
2

makna tentang hal-hal yang dipelajari. Guru memang dapat dan harus mengambil
prakarsa untuk menata lingkungan yang memberi peluang optimal bagi terjadinya
belajar. Namun yang akhirnya paling menentukan terwujudnya gejala belajar
adalah niat belajar siswa sendiri. Dengan istilah lain, dapat dikatakan bahwa
hakekatnya kendali belajar sepenuhnya ada pada siswa.4
Tidak mungkin kegiatan belajar dapat terjadi tanpa adanya perhatian
motivasi dari siswa. Pikiran mungkin membutuhkan tingkat perubahan masukan
sensoris yang agak tinggi untuk membuat situasi tinggi untuk senantiasa waspada
jika stimulus pengajaran tidak memberikan kebutuhan tingkat masukan sensoris,
mungkin siswa akan mengadakan proses internal informasi lain (berpaling ke
masalah lain), bahkan mungkin menutup diri dari seluruh proses belajar.5
Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah salah satu mata pelajaran yang
wajib diberikan kepada seluruh siswa di lembaga pendidikan. Oleh karena itu,
Pendidikan Agama Islam merupakan bagian dari kurikulum, meskipun sepanjang
tahun kurikulum diubah, Pendidikan Agama Islam tidak akan dihilangkan.6
Pendidikan Agama Islam bertujuan meningkatkan keimanan, pemahaman,
penghayatan, dan pengamalan siswa tentang Agama Islam sehingga menjadi
manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT., serta berakhlak
mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pendidikan Agama Islam di sekolah bertujuan untuk meningkatkan
pendidikan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan siswa tentang Agama
Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada
Allah SWT., serta berahlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, serta untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang
lebih tinggi.7
Proses belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) sangat penting di arus era
global ini. oleh karena itu, upaya peningkatan motivasi belajar siswa dalam proses
belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) sangat penting, karena dengan

4
Asri Budiningsih, Belajar Dan Pembelajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005, 58-59.
5
Ahmadi, Psikologi Belajar, 158.
6
Herabudin, Administrasi & Supervisi Pendidikan, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2009, 243
7
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2008, 22
3

peningkatan tersebut, siswa dapat belajar dengan optimal, dan dapat diterapkan
dikehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Motivasi dan belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat
dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita.
Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar
yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Tetapi harus di ingat, kedua
faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seorang
berkeinginan untuk melakukan aktifitas belajar yang lebih giat dan semangat.8
Thomas M. Risk memberikan motivasi sebagai berikut: We may definen
motivation, in a pedagogical sense, as the students motives leading to sustained
activity to ward the learning goals (Motivasi adalah usaha yang disadari oleh
pihak guru untuk menimbulkan motif-motif pada diri peserta didik atau pelajar
yang menunjang kegiatan kearah tujuan belajar).9
Motivasi belajar merupakan kekuatan (power motivation), daya pendorong
(driving force), atau alat pembangun kesediaan dan keinginan yang kuat dalam
peserta didik untuk belejar secara aktif, kreatif, afektif, inovatif, dan
menyenangkan dalam rangka perubahan perilaku, baik dalam aspek kognitif,
afektif, maupun psikomotorik.10
Motivasi merupakan salah satu aspek utama bagi keberhasilan dalam
belajar. Oleh karena itu, motivasi belajar dapat dipelajari supaya dapat tumbuh
dan berkembang. Berikut ini merupakan beberapa cara atau upaya untuk
membangkitkan motivasi belajar siswa: Pertama, siswa memperoleh pemahaman
(comprehension) yang jelas mengenai proses pembelajaran. Kedua, siswa
memperoleh kesadaran diri (self consciousness) terhadap pembelajaran. Ketiga,
menyesuaikan tujuan pembelajaran dengan kebutuhan siswa secara link and
match. Keempat, memberi sentuhan lembut (soft touch). Kelima, memberi hadiah
(reward). Keenam, memberika pujian dan penghormatan. Ketujuh, siswa
mengetahui prestasi belajarnya. Kedelapan, adanya iklim belajar yang kompetitif
secara sehat. Kesembilan, belajar menggunakan multi media. Kesepuluh, belajar
8
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007, 23.
9
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran Edisi Revisi, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004, 11.
10
Nanang Hanafiah, Konsep Strategi Pembelajaran, Bandung: PT Refika Aditama, 2010, 26.
4

mengunakan multi metode. Kesebelas, guru yang kompeten dan humoris. Kedua
belas, suasana lingkungan sekolah yang sehat.11
Baru-baru ini, di kelas VIII SMPI Al-Magrobi pada pelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI) siswa banyak yang kurang serius dalam proses belajar. Itu
disebabkan karena kurangnya motivasi dalam diri siswa. Akibatnya, dalam proses
belajar sebagian siswa ada yang main handphone (HP), bicara sendiri, dan lain
sebagainya.
Seorang anak yang kurang atau tidak memiliki motivasi untuk belajar,
maka ia tidak akan tahan lama dalam belajar maupun dalam proses pembelajaran,
dia mudah tergoda untuk mengerjakan hal lain dan bukan belajar. Sebaliknya,
seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha
mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang
baik. Dalam hal itu tampak bahwa motivasi belajar menyebabkan seorang tekun
belajar, lebih-lebih terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Padahal tanpa disadari, agama adalah sebagai bentuk kenyakinan manusia
terhadap suatu yang bersifat adikodrati (supernatural) ternyata seakan menyertai
manusia, orang-perorang atau dalam hubungannya dengan masyarakat. Selain itu
agama dapat berfungsi sebagai motif intrinsik dalam rangka menangkis bahaya
negatif arus era global. Dan motif yang didorong keyakinan sulit ditandingi oleh
keyakinan non agama, baik doktrin maupun ideologi yang bersifat profan.12
Sebagaimana telah di ketemukan bahwa sebenarnya proses pendidikan,
dalam arti proses pemeliharaan, pengasuhan dan pendewasaan anak, itu
merupakan rangkaian yang tak terpisahkan dari proses penciptaan alam semesta
dalam kaitannya dalam proses penciptaan manusia ini. Oleh karena itu untuk
memahami hakikat pendidikan islam harus difahami dari sumber pangkalnya,
yaitu “hakikat dari proses penciptaan alam dan hubungannya dengan penciptaan
manusia serta kehidupannya di muka bumi ini”.13
Berpijak dari uraian diatas penulis ingin mengkaji lebih jauh tentang
"Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Pendidikan Agama Islam
11
Hanafiah, Konsep Strategi Pembelajaran, 28
12
Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, Bandung: Pustaka Setia, 2008, 133.
13
Muhaimin, Ilmu Pendidikan Islam, Surabaya: Karya Abditama, t.t., 59.
5

Di Kelas VIII SMPI Al-Magrobi Sawaran Kulon Kedungjajang Lumajang Tahun


Pelajaran 2010/2011".
C. FOKUS PENELITIAN
1. Fokus Penelitian
Bagaimana upaya peningkatan motivasi belajar siswa terhadap Pendidikan
Agama Islam di kelas VIII SMPI Al-Magrobi Sawaran Kulon Kedungjajang
Lumajang Tahun Pelajaran 2010/2011?
2. Sub Fokus Penelitian
a. Bagaimana upaya peningkatan motivasi intrinsik siswa dalam proses
belajar Pendidikan Agama Islam di kelas VIII SMPI Al-Magrobi Sawaran
Kulon Kedungjajang Lumajang Tahun Pelajaran 2010/2011?
b. Bagaimana upaya peningkatan motivasi ekstrinsik siswa dalam proses
belajar Pendidikan Agama Islam di kelas VIII SMPI Al-Magrobi Sawaran
Kulon Kedungjajang Lumajang Tahun Pelajaran 2010/2011?
D. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana upaya peningkatan motivasi belajar siswa
terhadap Pendidikan Agama Islam di kelas VIII SMPI Al-Magrobi Sawaran
Kulon Kedungjajang Lumajang Tahun Pelajaran 2010/2011
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui bagaimana upaya peningkatan motivasi intrinsik siswa
dalam proses belajar Pendidikan Agama Islam di kelas VIII SMPI Al-
Magrobi Sawaran Kulon Kedungjajang Lumajang Tahun Pelajaran
2010/2011
b. Untuk mengetahui bagaimana upaya peningkatan motivasi ekstrinsik
siswa dalam proses belajar Pendidikan Agama Islam di kelas VIII SMPI
Al-Magrobi Sawaran Kulon Kedungjajang Lumajang Tahun Pelajaran
2010/2011
E. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan harapan memiliki manfaat, secara garis
besar dibagi menjadi dua, yaitu:
6

1. Manfaat Teoritis
a. Dapat dijadikan dokumentasi di dunia Pendidikan
Akademik yang di pakai sebagai dasar
perbandingan terhadap penelitian-penelitian
selanjutnya
b. Sebagai tambahan referensi Perpustakaan STAI
Syarifuddin Wonorejo Lumajang, guna
memperlancar kegiatan studi mahasiswa.
2. Manfaat Praktis
a. Untuk Peneliti
1) Dapat memberi tambahan pengetahuan tentang pentingnya
motivasi belajar dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).
2) Dapat mengetahui bagaimana upaya guru dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran Pendidikan Agama
Islam (PAI).
b. Untuk SMPI Al-Magrobi Sawaran Kulon
1) Dapat memberi masukan untuk lebih meningkatkan motivasi
belajar siswa terhadap pembelejaran Pendidikan Agama Islam (PAI),
supaya anak didik menjadi anak yang memiliki IMTAQ dan IPTEK
yang seimbang.
2) Menambah khazanah keilmuan tentang pentingnya motivasi belajar
siswa terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).
c. Untuk STAI Syarifuddin Wonorejo Lumajang
1) Menambah atau memperkaya informasi tentang pentingnya
motivasi belajar siswa terutama dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI).
2) Memberikan sumbangan pemikiran mengenai berbagai macam
upaya guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap
pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).
F. DEFINISI KONSEP
7

Beberapa konsep atau istilah penting yang menjadi perhatian di dalam


proposal ini dan perlu di jelaskan agar tidak terdapat kesalahpahaman dalam
memahami proposal ini.
Adapun istilah-istilah dalam judul yang perlu dapat penegasan ialah
sebagai berikut:
1. Upaya: Usaha, syarat yang menyampaikan suatu maksud.14
2. Peningkatan: Proses, cara, perbuatan meningkatkan (usaha, kegiatan,
dsb).15
3. Motivasi: Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai
kekuatan yang terdapat dalam individu, yang menyebabkan individu tersebut
bertindak atau berbuat.16
4. Belajar: Berusaha, berlatih untuk mendapatkan pengetahuan.17
5. Siswa: Murid (terutama pada tingkat sekolah dasar dan menengah, pelajar:
SMA).18
6. Pendidikan Agama Islam: Suatu usaha untuk membina dan mengasuh
siswa agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh.19
Dari paparan atau pengertian beberapa istilah di atas, maka maksud dari
judul penelitian ini ialah: usaha perbuatan meningkatkan kekuatan yang terdapat
dalam individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat
berusaha berlatih untuk mendapatkan pengetahuan murid (terutama pada tingkat
Sekolah Dasar dan Menengah, pelajar: SMA) dalam suatu usaha untuk membina
dan mengasuh siswa agar senantiasa dapat memahami ajaran islam secara
menyeluruh.
G. KAJIAN KEPUSTAKAAN
1. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang relevan bertujuan untuk melakukan survey
secara sugguh-sungguh mengenai apa yang telah diketahui orang dalam
14
Desi Anwar, Kamus Bahasa Indonesia, Surabaya: Amelia, 2002, 411.
15
http://kamusbahasaindonesia.org/peningkatan/html (Maret, 2011), 1.
16
Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya, 3.
17
Pius Abdillah, Kamus Saku Bahasa Indonesia, Surabaya: ARKOLA, t.t., 38.
18
Dep. Pend. Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1989, 849
19
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2137403-pengertian-pendidikan-agama-
islam/html (April, 2011), 1.
8

bidang yang akan diteliti. Adapun beberapa studi yang peneliti temukan dan
memiliki relevansi dengan permasalahan yang dikembangkan penelitian ini
antara lain diuraikan sebagai berikut:
Imam Budaeri Subkhi, dengan judul Pengaruh Profesionalisme Guru
Terhadap Motivasi Belajar Siswa Di Sekolah Menengah Tingkat Pertama
(SMP) Terbuka Nahdlatuth Thalabah Desa Kesilir Kecamatan Wuluhan
Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2005/2006, Skripsi STAIN Jember. Fokus
penelitian, Adakah pengaruh profesionalisme guru terhadap motivasi belajar
siswa di Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMP) Terbuka Nahdlatuth
Thalabah Desa Kesilir Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember Tahun
Pelajaran 2005/2006. Jika ada pengaruh, sejauhmana pengaruh tersebut?.20
Dengan kesimpulan, ada pengaruh profesionalisme guru terhadap motivasi
belajar siswa di Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMP) Terbuka Negeri
02 Wuluhan Nahdlatuth Thalabah Desa Kesilir Kecamatan Wuluhan
Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2005/2006 dengan pengaruh rendah.21
Asnawi, dengan judul Peranan Motivasi Belajar Terhadap Aktifitas
Belajar Siswa Di Madrasah Aliyah Nurul Hasan Dadapan Kecamatan
Grujukan Kabupaten Bondowoso Tahun Pelajaran 2004-2005, skripsi STAIN
Jember. Fokus penelitian, bagaimana peranan motivasi belajar terhadap
aktifitas belajar siswa di MA Nurul Hasan Dadapan Kecamatan Grujukan
Kabupaten Bondowoso tahun pelajaran 2004-2005?.22 Dengan kesimpulan,
peranan motivasi terhadap aktifitas belajar siswa dalam penelitian ini
menunjukkan hasil yang baik. Dengan perolehan angka prosentasi 79.25 yang
berarti baik.23
Titin Sri Agustin, dengan judul Pengaruh Metode Mengajar Guru
Terhadap Motivasi Belajar Siswa MTS Al-Hidayah Mangli Kaliwates Jember
20
Imam Budaeri subkhi, “Pengaruh Profesionalisme Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa Di
Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMP) Terbuka Nahdlatuth Thalabah Desa Kesilir
Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2005/2006”, Skripsi, STAIN Jember,
Jember, 2005, 10.
21
Subkhi, “Pengaruh Profesonalisme Guru”, 126.
22
Asnawi, “Peranan Motivasi Belajar Terhadap Aktifitas Belajar Siswa Di Madrasah Aliyah
Nurul Hasan Dadapan Kecamatan Grujukan Kabupaten Bondowoso Tahun Pelajaran 2004-2005”,
Skripsi, STAIN Jember, Jember, 2004, 10.
23
Asnawi, “Peranan Motivasi Belajar”, 81.
9

Tahun Ajaran 2005/2006, skripsi STAIN Jember. Fokus penelitian, Adakah


pengaruh metode mengajar guru terhadap motivasi belajar siswa MTs Al-
Hidayah Mangli Kaliwates Jember Tahun Ajaran 2005/2006?.24 Dengan
kesimpulan, ada pengaruh metode mengajar guru terhadap motivasi belajar
siswa MTs Al-Hidayah Mangli Kaliwates Jember Tahun Ajaran 2005/2006
dengan kategori cukup signifikan.25
Dari keterangan di atas, penelitian tentang motivasi belajar siswa
cukup banyak, akan tetapi bedanya disini peneliti ingin mengkaji lebih husus
tentang Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Pendidikan
Agama Islam Di Kelas VIII SMPI Al-Magrobi Sawaran Kulon Kedungjajang
Lumajang Tahun Pelajaran 2010/2011, yang mana di dalamnya akan
memaparkan upaya-upaya guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa
terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMPI Al-Magrobi
Sawaran Kulon Kedungjajang Lumajang.
2. Kajian Teori
a. Motivasi Belajar
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling
mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif
permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari peraktik atau
penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai
tujuan tertentu.26
Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan
sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan
individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara
langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa
rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah
laku tertentu.

24
Titin Sri Agustin, “Pengaruh Metode Mengajar Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa MTS Al-
Hidayah Mangli Kaliwates Jember Tahun Ajaran 2005/2006”, Skripsi, STAIN Jember, Jember,
2006, 8.
25
Agustin, “Pengaruh Metode Mengajar Guru”, 101.
26
Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya, 23.
10

Motif dapat di bedakan menjadi tiga macam yaitu: pertama motif


biogenetis, yaitu motif yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan organisme
demi kelanjutan hidupnya, misalnya lapar, haus, kebutuhan akan kegiatan
dan istirahat, mengambil nafas, seksualitas, dan sebagainya. Kedua motif
sosiogenitis, yaitu motif-motif yang berkembang berasal dari lingkungan
kebudayaan tempat orang tersebut berada. Jadi, motif ini tidak
berkembang dengan sendirinya, tetapi di pengaruhi oleh lingkungan
kebudayaan setempat. Misalnya, keinginan mendengarkan musik, makan
pecel, makan coklat, dan lain-lain. Ketiga Motif teologis, dalam motif ini
manusia adalah sebagai mahkluk yang berketuhanan, sehingga ada
interaksi antara manusia dengan tuhan-Nya seperti ibadahnya dalam
kehidupan sehari-hari, misalnya keinginan untuk mengabdi kepada Tuhan
Yang Maha Esa, untuk merealisasikan norma-norma sesuai agamanya.
Sebelum mengacu pada pengertian motivasi, terlebih dahulu kita
menelaah pengindentivikasian kata motif dan motivasi. Motif adalah daya
penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan diri seseorang aktifitas
tertentu, demi mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian, motivasi
merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha
mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi
kebutuhanya.
Berkaitan dengan pengertian motivasi, beberapa psikolog
menyebut motivasi sebagai kontruk hipotetis yang digunakan untuk
menjelaskan keinginan, arah, intensitas, dan keajegan prilaku yang
dialahkan oleh tujuan. Dalam motivasi tercakup konsep-konsep, seperti
kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan berafiliasi, kebiasaan, dan
keingintahuan sesorang terhadap sesuatu. Penggolongan lain yang
berdasarkan terbentuknya motif, terdapat dua golongan, yaitu motif
bawaan, dan motif yang dipelajari. Motif bawaan sudah ada sejak
dilahirkan dan tidak perlu di pelajari. Motif bawaan ini, mislanya makan,
minum, dan seksual. Motif yang kedua adalah motif yang timbul karena
kedudukan atau jabatan.
11

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal


pada siswa-siswi yang sedang belajar untuk mengadakan perubahn tingkah
laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang
mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan
seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan
sebagai berikut: pertama adanya hasrat dan keinginan berhasil, kedua
adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, ketiga adanya harapan dan
cita-cita masa depan, keempat adanya penghargaan dalam belajar, kelima
adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, keenam adanya lingkungan
belajar yang kondusif, sehin gga memungkinkan seseorang siswa dapat
belajar dengan baik.27
1) Macam-Macam Motivasi
Dari sudut sumber yang menimbulkannya, motif di bedakan
menjadi dua macam, yaitu motif intrisik dan motif ekstrinsik. Motif
intrinsik, timbulnya tidak memerlukan rangsangan dari luar karena
memang telah ada dalam diri individu sendiri, yaitu sesuai atau sejalan
dengan kebutuhannya. Sedangkan motif ekstrinsik, timbul karena
adanya rangsanngan dari luar individu, misalnya dalam bidang
pendidikan terdapat minat yang positif terhadap kegiatan pendidikan
karena timbul karena manfaatnya.28
Pada umumnya, motif intrinsik lebih efektif dalam mendorong
seseorang untuk lebih giat belajar daripada motif ektrinsik. Contoh dari
dua motif tersebut antara lain: seorang mahasiswa yang banyak
membaca buku-buku dari perpustakaan karena rasa ingin tahunya
terhadap masalah tertentu, berarti mahasiswa ini dimotivasi oleh suatu
kebutuhan yang datangnya dari dalam dirinya sendiri. Sebaliknya,
apabila mahasiswa berusaha sekuat tenaga untuk belajar dengan tujuan
menggaet teman sekelasnya untuk memikat hatinya, maka motif
mahasiswa ini berasal dari luar dirinya. Biasanya motivasi yang datang

27
Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya, 23.
28
Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya, 3-4.
12

dari luar ini tidak dapat bertahan lama. Ia tidak akan aktif belajar lagi
jika ternyata tujuannya gagal.29
Diatas telah dibicarakan, bahwa perbuatan individu muncul
karena motif yang asali yang telah dibentuk oleh pengaruh faktor
lingkungan. Namun demikian, masih dijumpai perbuatan individu
yang benar-benar didasari oleh suatu dorongan yang tidak diketahui
secara jelas, tetapi bukan karena insting, artinya bersumber pada suatu
motif yang tidak dipengaruhi lingkungan itu. Perilaku yang yang
disebabkan oleh motif semacam itu muncul tanpa perlu adanya
ganjaran atas perbuatan, dan tidak perlu hukuman untuk tidak
melakukannya. Motif yang demikian biasanya disebut motif intrinsik.
Sebaliknya, ada pula perilaku individu yang hanya muncul karena
adanya hukuman atau tidak muncul karena ada hukuman. Motif yang
menyebabkan perilaku itu, seakan-akan dari luar (ganjaran atau
hukuman). Motif seperti itu disebut motif ekstrinsik. Ganjaran atas
suatu perbuatan, menguatkan motif yang melatar belakangi perbuatan
itu, sedangkan hukuman memperlemahnya.30
Motivasi ekstrinsik sangat berkaitan erat dengan reinforcement
atau penguatan. Ada dua macam penguatan atau reinforcement:
pertama, reinforcement positif, sesuatu yang memperkuat hubungan
stimulus respon atau sesuatu yang dapat memperbesar kemungkinan
timbulnya sesuatu respon. Kedua, reinforcement negatif, sesuatu yang
dapat memperlemah timbulnya respon atau memperkecil kemungkinan
hubungan stimulus-respon.31
Formulasi dasar teori Skinner menetapkan perbedaan antara
penguatan motivasi positif dengan penguatan motivasi negatif. Dalam
penguatan motivasi positif, beberapa bentuk pengahargaan, obyek atau
peristiwa yang diinginkan, diberikan sebagai konsekuensi dari operant
yang dilakukan. Dalam eksperimen awal yang dilakukan Skinner
29
Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar, 110.
30
Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya, 33.
31
Rohani, Pengelolaan Pengajaran, 13-14.
13

terhadap beberapa hewan, penguat motivasi positif seringkali


berbentuk kenyamanan mendasar yang dibutuhkan mahluk, biasanya
dalam bentuk makanan, minuman, atau hubungan seksual. Hal-hal
tersebut menjadi penguat motivasi bukan disebabkan karena sifat
hakiki mereka sebagai kebutuhan, melainkan karena mereka
menyebabkan perilaku operant terjadi lebih sering makanan bagi
anjing (atau anak) yang kekenyangan, misalnya, tidak akan menjadi
penguat motivasi dalam pengertian Skinnerian. Dalam penelitian
yangdilakukan Skinner terhadap obyek orang, penguat motivasi sering
terbentuk penghargaan non fisik sebuah pujian bagi siswa dalam kelas
atau atau sebuah komisi bagi karyawan pemasaran dalam bisnis-bisnis
tertentu.
Dalam penguatan motivasi negatif, beberapa bentuk obyek atau
peristiwa yang aversif dihilangkan atau dicegah kemunculannya. Jika
seekor anjing mampu menghindari sebuah strum listrik dengan
melompati pagar, itu artinya ia mendapatkan penguatan motivasi yang
negatif. Atau jika seorang anak bisa menghindari omelan gurunya
dengan menyelesaikan tugasnya tepat waktunya, maka itu artinya dia
mendapatkan penguatan motivasi yang negatif. Dalam masing-masing
kasus, tingkat probalitas sebuah prilaku meningkat karena
konsekuensinya, itulah mengapa konsekuensi tersebut dianggap
sebagai “penguat motivasi”. Oleh karena itu, penguatan motivasi
negatif bekerja dengan menghindari hal-hal yang tidak diinginkan,
sementara penguat motivasi positif bekerja dengan mengharapkan hal-
hal yang tidak diinginkan.32
2) Teori Motivasi
Dari berbagai teori tentang motivasi yang dikemukakan oleh
para ahli, terdapat berbagai teori motivasi yang bertitik tolak pada
dorongan yang berbeda satu sama lain. Ada teori motivasi yang

32
Kelvin Seifert, Manajemen Pembelajaran Dan Instruksi Pendidikan, jogjakarta: IRCISod, 2007,
33-34.
14

bertitik tolak pada dorongan dan pencapaian kepuasan, ada pula yang
bertitik tolak pada asas kebutuhan. Motivasi menurut asas kebutuhan
saat ini banyak diminati.33
Secara umum, teori motivasi dibagi dalam dua kategori, yaitu
teori kandungan (content), yang memusatkan perhatian pada
kebutuhan dan sasaran tujuan, dan teori proses, yang banyak berkaitan
dengan bagaimana orang berprilaku dan mengapa mereka berprilaku
dengan cara tertentu. Hal paling penting dari kedua teori seperti terurai
dibawah ini.
a) F. W. Taylor dan Manajemen Ilmiah
F. W. Taylor adalah seorang tokoh angkatan “manajemen
ilmiah”, manajemen berdasarkan ilmu pengetahuan. Pendekatan itu
memusatkan perhatian membuat pekerjaan seefektif mungkin
dengan merampingkan metode kerja, pembagian tenaga kerja, dan
penilaian pekerjaan. Pekerjaan dibagi-bagi ke dalam berbagai
komponen, diukur dengan menggunakan tehnik-tehnik penelitian
pekerjaan dan diberi imbalan sesuai dengan produktivitas. Dengan
pendekatan itu, motivasi yang disebabkan imbalan keuangan dapat
dicapai dengan memenuhi sasaran-sasaran keluaran. Pemikiran
inilah yang melatarbelakangi sebagian besar penelitian pekerjaan
yang didasarkan skema imbalan (insentif).34
b) Teori Kebutuhan
Manusia adalah mahluk rasional yang akan mengalami
proses kognitif sebelum terjadi respons. Perilaku manusia dikuasai
oleh actualizing tendency, yaitu kecenderungan intern manusia
untuk mengembangkan diri. Kecenderungan tersebut dipengaruhi
oleh tingkat dan kriteria kebutuhannya. Teori ini beranggapan,
bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakikatnya

33
Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya, 5.
34
Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya, 39
15

adalah untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik


maupun kebutuhan psikis.35
c) Teori Keberadaan, Keterkaitan, dan Pertumbuhan (Existence,
Relatedness, and Growth ERG) Aldefer
Aldefer merumuskan kembali hierarki Maslow dalam tiga
kelompok, yang dinyatakan sebagai keberadaan, keterkaitan, dan
pertumbuhan (Existence, Relatedness, and Growth ERG), yaitu:
(1) Kebutuhan akan keberadaan adalah semua kebutuhan
yang berkaitan denga keberadaan manusia yang dipertahankan
dan berhubungan dengan kebutuhan fisiologis dan rasa aman
pada hierarki Maslow
(2) Kebutuhan keterkaitan berkaitan dengan hubungan
kemitraan
(3) Kebutuhan pertumbuhan adalah kebutuhan yang
berhubungan dengan perkembangan potensi perorangan dan
dengan kebutuhan penghargaan dan aktualisasi diri yang
dikemukakan Maslow.
Menurut teori ERG, semua kebutuhan itu timbul pada
waktu yang sama. Kalau satu tingkat kebutuhan tertentu tidak
dapat dipuaskan, seseorang kelihatannya kembali ketingkat lain.
Contoh, kalau pekerjaan orang tidak menyediakan peluang untuk
pengembangan diri, sebagai imbangannya mereka memusatkan
perhatian pada hubungan-hubungan kemasyarakatan (sosial), yang
lebih condong kepada kebutuhan keterkaitan daripada
pertumbuhan. Pengaruhnya bagi manajer adalah bahwa kalau
pekerjaan tertentu tidak memberi peluang untuk pengembangan
pribadi. Misalnya, maka ia harus memperhatikan segi-segi (lain)
pekerjaan, seperti menambah perolehan gaji dan tunjangan atau
kegiatan-kegiatan sosial.
d) Teori Motivasi Kesehatan Herzberg

35
Abdul Rahman Shaleh, Psikologi, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2008, 190
16

Herzberg berteori, “faktor-faktor kesehatan tidak


mendorong minat para pegawai. Akan tetapi jika faktor-faktor itu
dianggap tidak memuaskan dalam berbagai hal, umpamanya
karena gaji tidak cukup tinggi atau kondisi kerja tidak
menyenangkan, faktor itu menjadi sumber ketidakpuasan potensial
yang kuat”. Motivator sebaliknya, adalah faktor-faktor yang
agaknya mendorong semangat guna mencapai kinerja yang lebih
tinggi dan pekerjaan dengan mutu lebih baik. Harapan akan
kemajuan, misalnya, menyebabkan seseorang bekerja lebih keras
meskipun pada waktu yang sama kurangnya harapan semacam itu
tidak cukup untuk menyebabkan orang itu meninggalkan
pekerjaan.
e) Teori X dan Teori Y McGregor
Teori X dan Teori Y McGregor beranggapan bahwa
manajer teori X memandang para pekerja sebagai pemalas yang
tidak dapat diperbaiki, dan oleh karena itu mereka cenderung
menggunakan pendekatan “wortel dan tongkat” untuk
menanganinya. Sedangkan manajer teori Y memandang bekerja
harus seimbang dengan istirahat dan bermain, dan bahwa orang-
orang pada dasarnya cenderung untuk bekerja keras dan melakukan
pekerjaan dengan baik. Teori bahwa seorang manajer itu
mengayomi akan dengan jelas memengaruhi cara mereka
menangani dan memotivasi bawahan.
f) Teori Manusia Kompleks
Masalahnya, kebanyakan teori motivasi diatas menganggap
orang termotivasi oleh suatu jenis pendorong. Model utamanya
dapat dijelaskan sebagai berikut:
(1) Manusia ekonomi, yang termotivasi terutama
oleh imbalan keuangan
(2) Manusia sosial, yang termotivasinya
dipengaruhi terutama oleh sifat hubungan kemitraan dalam
17

pekerjaan, diturunkan terutama dari karya Elton Mayo dan


observasi melalui percobaan-percobaan “Hawthorne”. Hal itu
merupakn serangkaian penelitian yang diadakan di Western
Electric’s Hawthorne Works pada tahun 1820-an dan 1930-an
(3) Manusia yang mengaktualisasi diri, seperti yang
dinyatakan dalam hierarki kebutuhan Maslow dan teori Y
McGregor.36
3) Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Siswa
Beberapa bentuk yang dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa, antara lain: Pertama, buat pembelajaran penuh arti, kaitkan
kehidupan dalam kehidupan sehari-hari siswa dan tunjukkan
manfaatnyauntuk masa depan mereka. Kedua, bantu siswa menentukan
targetnya sendiri sesuai dengan kemampuan masing-masing. Ketiga,
tumbuhkan harga diri siswa dengan menciptakan harapan untuk sukses
dalam mencapai target yang ditetapkan. Keempat, ciptakan hubungan
yang hangat dengan siswa, dengan mengenal nama ssiswa, dengan
menggunakan alat peraga. Kelima, gunakan metode mengajar yang
inovatif, sehingga menarik minat siswa dengan menggunakan alat
peraga. Keenam, kembangkan pendidikan dengan sistem “among”
yang menempatkan siswa sebagai subjek dengan memberikan
kebebasan untuk memberikan pendapat, guru bersikap “tut wuri
handayani”. Ketujuh, salurkan minat dan kegemaran siswa dalam
berbagai kegiatan. Kedelapan, bentuklah kelompok-kelompok
belajar.37
Untuk menghadapi siswa yang enggan belajar, kepala sekolah
dan guru dapat menerapkan cara-cara antara lain: Pertama, susun
target jangka pendek yang sesuai dengan kemampuannya. dengan cara
itu diharapkan siswa sapat segera merasakan sukses, sehingga
menimbulkan rasa percaya diri. Kedua, ajak siswa menuliskan target
36
Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya, 43-46.
37
Muchlas Samani, Panduan Menejemen Sekolah, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional,
2000, 146.
18

tersebut dan bantu mencapainya. Dengan menulis target sendiri, siswa


akan selalu teringat dan terdorong untuk mencapainya. Ketiga,
sesuaikan situasi belajar dengan minat siswa, sehingga terdorong untuk
aktif mengerjakannya. Keempat, hindari kritik, karena kritik bagi siswa
semacam itu justru dapat menurunkan rasa percaya diri dan
meregangkan hubungan hangat antara guru dengan siswa. Kelima, jika
perlu berikan insentif. Seringkali siswa yang enggan belajar
termotivasi jika diberikan hadiah tertentu. Keenam, lakukan konseling
sehingga dapat di ketahui sebab keengganan belajar.
Umpan balik sangat penting dalam pembelajaran, tetapi harus
diberikan secara biak agar tidak mematahkan semangat siswa.
Beberapa cara yang dapat di tempuh:
a) Berikan segera, setelah siswa mengerjakan
tugas tertentu
b) Jangan hanya memberi kritis, tetapi
berikan penghargaan jika siswa mencapai sukses atau mampu
mengerjakan tugas tertentu
c) Berikan jalan keluar atau saran pemecahan
jika diketahui siswa mengalami kesulitan
d) Jika saudara memberikan bantuan, jangan
secara langsung. Upayakan siswa merasa mampu menyelesaikan
sendiri.38
Beberapa tehnik motivasi yang dapat dilakukan dalam proses
belajar antara lain: Pernyataan pengharagaan secara verbal,
menggunakan nilai ulangan sebagai pemacu keberhasilan,
menimbulkan rasa ingin tahu, memunculkan sesuatu yang tidak diduga
oleh siswa, menjadikan tahap dini dalam belajar mudah bagi siswa,
menggunakan materi yang dikenal siswa sebagai contoh dalam belajar,
gunakan kaitan yang unik dan tak terduga untuk menerapkan suatu
konsep dan perinsip yang telah dipahami, menuntut siswa untuk

38
Samani, Panduan Menejemen Sekolah, 147-148.
19

menggunakan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya, menggunakan


simulasi dan permainan, memberi kesempatan kepada siswa untuk
memperlihatkan kemahirannya didepan umum, mengurangi akibat
yang tidak mennyenangkan dan keterlibatan siswa dalam kegiatan
belajar, memahami iklim dalam sekolah, memanfaatkan kewibawaan
guru secara tepat, memperpadukan motif-motif yang kuat,
memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, merumuskan tujuan-
tujuan sementara, memberikan hasil kerja yang telah dicapai, membuat
suasana persaingan yang sehat diantara para siswa, mengembangkan
persaingan dengan diri sendiri, dan memberikan cotoh yang positif.
Pernyataaan seperti “bagus sekali”, “hebat”, “menakjubkan”
disamping akan menyenangkan siswa, pernyataan verbal seperti itu
juga mengandung makna interaksi dan pengalaman pribadi yang
langsunng antara siswa dan guru, dan penyampaiannya konkret,
sehingga merupakan suatu persetujuan pengakuan sosial, apalagi kalau
penghargaan verbal itu diberikan di depan orang banyak.39
b. Pendidikan Agama Islam
Istilah pendidikan seringkali tumpang tindih dengan istilah
pengajaran. Oleh karena itu, tidak heran jika pendidikan terkadang juga
dikatakan “pengajaran” atau sebaliknya, pengajaran disebut sebagi
pendidikan. Ini adalah suatu yang rancu, sebagimana orang sering keliru
memahami istilah sekolah dan belajar. Belajar dikatakan indentik dengan
sekolah, padahal sekolah hanyalah salah satu dari tempat belajar bagi
peserta didik. Belajar merupakan bagian dari proses pendidikan yang
mencakup totalitas keunggulan kemanusiaan sebagi hamba (‘abd) dan
pemakmur alam (khalifah) agar senantiasa bersahabat dan memberikan
kemanfaatan untuk kehidupan bersama.40
Istilah mengajar mempunyai arti: memberikan pengetahuan kepada
anak, agar mereka dapat mengetahui peristiwa-pristiwa, hukum-hukum

39
Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya, 34-37.
40
Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: LKiS, 2009, 13.
20

ataupun proses daripada suatu ilmu pengetahuan. Jadi yang dipentingkan


segi ilmiahnya.
Sedangkan istilah mendidik mempunyai arti; menanamkan tabiat
yang baik agar anak-anak mempunyai sifat yang baik dan berpribadi
utama. Dalam mendidik yang lebih baik dipentingkan adalah segi
pembentukan pribadi anak. Dengan demikian jelaslah bahwa kalau
mengajar itu dari segi inteleknya, maka mendidik adalah menyangkut
masalah perasaan antara akal dan perasaan memang mempunyai hubungan
yang sangat erat.
Dengan melihat pengertian mendidik dan mengajar diatas, maka
jelaslah pula pengertian agama dan pengajaran agama. Pendidikan Agama
berarti usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak
didik agar supaya mereka hidup sesuai ajaran agama. Sedangkan
pengajaran agama berarti pemberian pengetahuan agama kepada anak,
agar supaya mempunyai ilmu pengetahuan agama.
Dengan demikian yang katakan mengajar Agama berarti, hanya
sekedar memberikan ilmu agama saja, sehingga anak-anak akan memiliki
pengetahuan agama (islamologi), bukan menjadi orang yang taat
beragama. Sedangkan kalau mendidik agama, maka arahnya adalah
pembentukan pribadi muslimyang taat, berilmu dan beramal. Karena itu
penggunaan istilah pendidikan agama adalah lebih tepat daripada
pengggunaan istilah pengajaran agama. .41
Pendidikann agama di sekolah-sekolah umum terutama di sekolah-
sekolah negeri dilakukan olah guru-guru agama yamng diangkat oleh
Departemen Agama. Karena sekolah-sekolah negeri pada umumnya
mayoritas siswa-siswanya beragama Islam, Pemerintah c. q. Departemen
Agama mengangkat guru-guru agama di tiap-tiap sekolah sesusai dangan
kebutuhan masing-masing sekolah. Jika disuatu sekolah terdapat siswa

41
Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya: Usaha Nasional, 1983, 27-28.
21

yang beragama lain di luar Agama Islam, pemerintah mengangkat pula


guru-guru agama lain sesuai dengan kebutuhan sekolah tersebut.42
1) Tujuan Pendidikan Agama Islam
Dalam tradisi muslim, tujuan menduduki posisi yang teramat
penting dan hal inisangat mudah dillihat dari pelafalan niat seorang
muslim setiap kali hendak menjalankan ibadah. Niat berarti
menjalankan sesuatu dengan tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan
diciptakannya manusia adalah untuk beribadah kepada Allah.
Menyembah Allah adalah wujud penyerahan total hamba kepada
Allahyang dengannya hidup dapat diraih. Pengabdian yang benar dan
total didukung oleh pengetahuan yang benar tentang ajaran agama dan
kesiapan fisik materil dan juga psikis.43
Tujuan umum pendidikan agama adalah membimbing anak
agar mereka menjadi orang muslim sejati, beriman teguh, beramal
sholeh dan berahlak mulia serta berguna bagi masyarakat, agama dan
negara.
Tujuan pendidikan agama tersebut adalah merupakan tujuan
yang hendak dicapai oleh setiap orang yang melaksanakan pendidikan
agama. Karena didalam mendidik agama yang perlu ditanamkan
terlebih dahulu adalah keimanan yang teguh, sebab dengan adanya
keimanan yang teguh itu maka akan menghasilkan ketaatan
menjalankan kewajiban agama.
Tujuan khusus pendidikan agama ialah tujuan pendidikan
agama pada setiap tahap atau tingkat yang dilalui, seperti misalnya
tujuan pendidikan agama di SD. Berbeda dengan tujuan pendidikan
agama untuk sekolah menengah, dan berbeda pula untuk perguruan
tinggi.44
2) Prinsip-prinsip Pendidikan Agama Islam

42
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis Dan Praktis, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1997, 157-158.
43
Roqib, Ilmu Pendidikan Islam, 13.
44
Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama, 45-46.
22

Tujuan pendidikan islam sesungguhnya tidak terlepas dari


prinsip-prinsip pendidikan yang bersumber dari nilai-nilai Al-Quran
dan as-sunnah. Dalam hal ini, paling tidak ada lima prinsip dalam
pendidikan islam. Kelima prinsip tersebut ialah:
Pertama, Prinsip integrasi. Prinsip ini memandang adanya
wujud kesatuan dunia akhirat. Oleh karena itu pendidikan akan
meletakkan porsi yang seimbang untuk mencapai kebahagiaan di dunia
sekaligus di akhirat.
Kedua, Prinsip keseimbangan. Prinsip ini merupakan
konsekuensi dari prinsip integrasi. Keseimbangan yang proporsional
antara muatan rohaniah dan jasmaniah, antara ilmu murni dan ilmu
terapan, antara teori dan peraktik, dan antara nilai yanng menyangkut
aqidah, syari’ah, dan akhlak.
Ketiga, Prinsip persamaan dan pembebasan. Prinsip
inidikembangkan dari nilai tauhid, bahwa Tuhan adalah Esa. Oleh
karena itu setiap individu dan bahkan semua mahluk hidup diciptakan
oleh pencipta yang sama (Tuhan). Perbedaan hanyalah unsur untuk
memperkuat persatuan. Pendidikan islam adalah suatu upaya untuk
membebaskan manusia dari belenggu nafsu dunia menuju dengan nilai
tauhid yang bersih dan mulia. Manusia dengan pendidikan, diharapkan
bisa terbebas dari belenggu kebodohan, kemiskinan, kejumudan, dan
nafsu hayawaniyah-nya sendiri.
Keempat, Prinsip kontinuitas dan berkelanjutan. Dari prinsip
inilah dikenal konsep pendidikan seumur hidup (life long education)
sebab di dalam Islam. Belajar adalah suatu kewajiban yang tidak
pernah dan tidak boleh berahir. Seruan yang ada dalam Al-Quran
merupakan perintah yang tidak mengenal batas waktu. Dengan
menuntut ilmu secara kontinu dan teerus menerus, diharapkan akan
muncul kesadaran pada diri manusia akan diri dan lingkungannya, dan
yang lebih penting tentu saja adalah kesadaran akan Tuhannya.
23

Kelima, Prinsip kemaslahatan dan keutamaan. Jika ruh tauhid


telah berkembang dalam sistem moral dan akhlak seseorang dengan
kebersihan hati dan kepercayaan yang jauh dari kotoran maka ia akan
memiliki daya juang untuk membela hal-hal yang maslahat atau
berguna bagi kehidupan. Sebab, nilai tauhid hanya bisa dirasakan
apabila ia telah dimanifestasikan dalam gerak langkah mannusia untuk
kemaslahatan, keutamaan manusia itu sendiri.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perinsip
pendidikan islam identik dengan perinsip hidup setiap muslim, yakni
beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berkribadian muslim, insan
shaleh guna mengemban amanat Allah sebagai khalifah di muka bumi
dan beribadat kepada Allah untuk mencapai ridha-Nya.45
c. Penerapan Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam
Hasil belajar ditentukan antara lain oleh gabungan antara
kemampuan dasar siswa dan kesungguhan dalam belajar. Kesungguhan
ditentukan oleh motivasi yang bersangkutan. Oleh karena itu sangat
penting menumbuhkan motivasi belajar siswa.46
Langkah pertama untuk meningkatkan keterampilan anda dalam
berhubungan dengan orang (relasi manusia yang berhasil) adalah
memahami orang dan kodrat manusia dengan tepat.
Bila anda mempunyai pemahaman yang tepat mengenai orang dan
kodrat manusia, bila anda tahu mengapa orang melakukan hal-hal yang
mereka lakukan, bila anda tahu mengapa dan bagaimana orang akan
bereaksi dibawah kondisi tertentu, maka anda akan menjadi seorang
manajer yang terampil.
Memahami orang dan kodrat manusia hanyalah soal mengenali
orang sebagaimana mereka adanya, bukan apa yan g anda kira atau
pikirkan tentang mereka, dan bukan anda menginginkan mereka menjadi

45
Roqib, Ilmu Pendidikan Islam, 32-33.
46
Samani, Panduan Menejemen Sekolah, 145.
24

apa. Orang terutama tertarik pada diri mereka sendiri, bukan tertarik pada
anda. Dengan kata lain, orang lain itu sepuluh ribu kali lebih tertarik pada
dirinya sendiri daripada tertarik pada anda.47
Manusia hidup bukan hanya makan nasi saja. Manusia
membutuhkan santapan untuk jiwa seperti halnya untuk tubuh. Ingat
bagaimana rasanya ketika sebuah kata yang manis atau pujian diberikan
kepada anda? Ingat bagaimana sepanjang hari atau malam anda menjadi
bersinar oleh kata manis atau pujian itu? Ingat berapa lama perasaan manis
itu bertahan? Orang lain pun bereaksi persis seperti anda. Jadi, katakan
hal-hal yang ingin di dengar orang. Mereka akan menyukai anda karena
mengatakan hal-hal yang baik dan anda akan merasa enak karena telah
mengatakan hal-hal itu.48
H. METODE PENELITIAN
1. Pendekatan Dan Jenis Penelitian
Pendekatan penelitian disini menggunakan pendekatan kualitatif.
Metode kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan pertama,
menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan
kenyataan ganda, kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat
hubungan antara peneliti dan responden dan ketiga, metode ini lebih peka dan
lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama
dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. Pada umumnya penelitian
kualitatif merupakan penelitian non hipotesis sehingga dalam langkah
penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis.
Sedangkan jenis penelitian dalam penelitian ini adalah jenis penelitian
study kasus. Penelitian study kasus ini dilakukan karena kebenaran itu dapat
diperoleh dari lapangan, yaitu merefleksikan kondisi sebenarnya yang ada
dilapangan tersebut.
2. Lokasi Penelitian

47
Les Giblin, Skill With Poeple, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007, 1-2.
48
Giblin, Skill With Poeple, 47-48,
25

Dalam proposal ini peneliti menjadikan SMPI Al-Magrobi sebagai


obyek penelitian, yang terletak di Pondok Pesantren Bustanul Ulum Desa
Sawaran Kulon Kecamatan Kedungjajang Kabupaten Lumajang, dengan
mempertimbangkan dan memperhatikan berbagai alasan. Pemilihan lokasi ini
didasarkan pada masalah yang diangkat cukup menarik. Dikatakan menarik
karena upaya peningkatan motivasi belajar siswa dalam proses belajar
Pendidikan Agama Islam, sangatlah penting dengan berjalannya arus era
modernisasi, sehingga masalah tersebut perlu diteliti dan dibahas. Disamping
itu sekolah tersebut merupakan satu-satunya Sekolah Menengah Pertama
(SMP) yang ada di Desa Sawaran Kulon Kedungjajang Lumajang.
3. Sumber Data
Data yang di peroleh dalam penelitian ini di peroleh dari orang-orang
yang berperan langsung dalam proses pembelajaran PAI di SMPI Al-Magrobi
Sawaran Kulon Kedungjajang Lumajang, yang berupa dokumen-dokumen
penting dan lain-lain. Yang dijadikan informan dalam penelitian ini antara
lain: Pengasuh Pondok Pesantren Bustanul, Kepala Sekolah SMPI Al-
Magrobi, Guru PAI beserta beberapa guru yang dapat memberikan informasi
yang dibutuhkan dalam penelitian ini, dan beberapa siswa maupun masyarakat
di sekitar SMPI Al-Magrobi Sawaran Kulon Kedungjajang Lumajang.
Selanjutnya penentuan sunber data atau informan dapat berkembang sesuai
dengan kebutuhan dan kemantapan penelitian dalam pengumpulan data.
Tehknik Snowball Sampling digunakan dalam penelitian ini untuk
mengambil sumber data yang awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi
besar. Hal ini dilakukan karena dari jumlah sumber data yang sedikit itu
belum mampu memberikan data yang memuaskan, maka mencari orang lain
lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data. Dengan demikian jumlah
sample sumber data semakin besar seperti bola salju yang menggelinding,
lama-lama menjadi besar.49
Dalam penelitian ini sumber data terdiri dari tiga bagian yakni
manusia, dokumen, dan suasana. Sesuai dengan fokus penelitian, maka data

49
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2009, 218-219
26

didapat dari Pengasuh Pondok Pesantren Bustanul, Kepala Sekolah SMPI Al-
Magrobi, Guru PAI beserta beberapa guru dan beberapa siswa maupun
masyarakat di sekitar SMPI Al-Magrobi yang dapat memberikan informasi
yang dibutuhkan dalam penelitian ini dengan mewawancarai, mengobservasi,
serta melalui dokumentasi.
4. Tehnik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif lebih banyak
menggunakan tehnik wawancara, observasi, dan metode library research
(study perpustakaan).50
a. Metode interview atau wawancara
Interview yang sering juga di sebut dengan wawancara atau
kuesioner lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara
(interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara
(interviewer).51
Jika peneliti menggunakan metode interview atau wawancara
dalam penelitiannya, perlu diketahui lebih dulu maksud, sasaran dan
masalah apa yang dibutuhkan sipeneliti, sebab dalam suatu wawancara
dapat diperoleh keterangan yang berlainan dan adakalanya tidak sesuai
dengan maksud peneliti.
Metode ini di gunakan untuk mengetahui secara mendalam,
mendetail atau intensif terhadap pengalaman-pengalaman informan dari
topik tertentu atau situasi spesifik yang di kaji. Oleh karena itu, dalam
pelaksanan wawancara, peneliti ingin mendapatkan data dan informasi
tentang sejarah berdiri dan perkembangan SMPI Al-Magrobi Sawaran
Kulon dan bagaimana upaya peningkatan motivasi belajar siswa dalam
proses belajar Pendidikan Agama Islam di kelas VIII SMPI Al-Magrobi
Sawaran Kulon Kedungjajang Lumajang.
b. Metode Observasi

50
Afifuddin, metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: CV Pustaka Setia, 2009, 131.
51
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006, 155.
27

Orang sering kali mengartikan observasi suatu aktiva yang sempit,


yakni memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata. Didalam
pengertian psikologi, observasi atau yang di sebut pula dengan
pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek
dengan menggunakan seluruh alat indra.52
Metode ini peneliti tempuh untuk mengungkapkan atau
memperoleh data yang berkaitan dengan kondisi yang umum letak
geografis SMPI Al-Magrobi Sawaran Kulon dan upaya peningkatan
motivasi belajar siswa terhadap Pendidikan Agama Islam di kelas VIII
SMPI Al-Magrobi Sawaran Kulon Kedungjajang Lumajang.
c. Metode Dokumentasi
Dokumentasi dari asal katanya dokumen ialah barang-barang
tertulis, didalam melaksanakan metode dokumentasi, peniliti menyelidiki
benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, peraturan-peraturan,
notulen rapat, catatan harian dan sebagainnya.53
Metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh data-data berupa
struktur organisasi, data siswa kelas VIII, denah SMPI Al-Magrobi
Sawaran Kulon Kedungjajang Lumajang dan data-data yang berkaitan
dengan objek penelitian. Data-data dokumen ini memiliki sifat tetap,
sehingga apabila terdapat ketidaksesuaian mudah untuk di cek kembali.
Sifat inilah yang membedakan dengan data-data hasil metode lain.
5. Analisis Data
Menurut Patton analisis data adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar.
Sedangkan menurut Bogdan menyatakan bahwa ” data analysis is the process
of systematically searching and arranging the inteview transcripts, fieldnotes,
and ather materials than you accumulate to increase your own understanding
of them and to enable you to peresent what yau have discovered to others ”
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang

52
Arikunto, Prosedur Penelitian, 156.
53
Arikunto, Prosedur Penelitian, 155.
28

di peroleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain,


sehingga dapat mudah difahami, dan temuanya dapat diinformasikan kepada
orang lain.54
Berdasarkan pendapat tersebut dapat diambil pengertian bahwa
analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke
dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema
(ide) kerja seperti yang disarankan oleh data.
Analisis data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah
analisis deskriptif, yaitu pengumpulan data berupa kata-kata bukan angka. Hal
ini karena adanya penerapan metode kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif
berisi kutipan-kutipan data, baik berasal dari naskah wawancara, catatan
laporan dokumen pribadi maupun resmi lainnya.
Dalam analisis data ini peneliti mendeskripsikan dan menguraikan
tentang upaya peningkatan motivasi belajar siswa terhadap Pendidikan Agama
Islam (PAI). Karena itu peneliti melakukan data dengan beberapa cara yaitu :
a. Data reduction (memasukkan data kedalam kategori tema, fokus)
b. Data display (penyajian data kedalam sejumlah makrik, yang
menunjukkan pengaruh antar faktor didalam proses peristiwa)
c. Conclusion drawing/verification.55
6. Keabsahan Data
Keabsahan data merupakan konsep penting yang di perbaharui dari
konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas). Untuk menetapkan
keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan, pelaksanaan teknik
pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu, maka peneliti
menempuh cara-cara sebagai berikut: trianggulasi sumber, diskusi teman
sejawat, dan perpanjangan pengamatan.
Trianggulasi sumber digunakan untuk menguji kredibilitas data
dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa
sumber. Diskusi teman sejawat digunakan dalam rangka lebih menangkap ide-

54
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2009, 334.
55
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, 3.
29

ide yang dikemukakan informan, serta mendapat arahan dari Dosen


Pembimbing Skripsi (DPS). Perpanjangan pengamatan berarti peneliti
kembali kelapangan dan melekukan penelitian lagi demi terbentuknya
keakraban, dan rasa saling percaya sehingga tidak ada informasi yang
disembunyikan lagi, demi terselesainya penelitian yang dilakukan peneliti.
Pengecekan ini dilakukan setelah data-data terkumpul dan sebelum
peneliti menulis laporan hasil penelitian yang diperoleh dengan mengecek
data yang telah didapat dari hasil interview dan mengamati serta melihat
dokumen yang ada, didiskusikan dengan teman sejawat, dan selanjutnya
melakukan perpanjangan pengamatan. Dengan ini data yang didapat dari
penelitian dapat diujikan keabsahannya dan dapat dipertanggung jawabkan.
7. Tahap-Tahap Penelitian
Secara lebih jelasnya rancangan penelitian yang peneliti laksanakan
adalah sebagai berikut:
a. Tahap Pra Lapangan
1) Pengajuan judul
2) Penyusunan rancangan penelitian
3) Memilih lapangan penelitian
4) Menyiapkan perlengkapan penelitian
b. Tahap Pekerjaan Lapangan
1) Persiapan diri
2) Menyusun rancangan penelitian
3) Mengumpulkan data
c. Tahap Analisis Data
d. Penulisan Laporan
I. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Untuk mempermudah dalam pembahasannya, proposal skripsi yang
berjudul “Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Pendidikan
Agama Islam Di Kelas VIII SMPI Al-Magrobi Sawaran Kulon Kedungjajang
Lumajang Tahun Pelajaran 2010/2011”, maka perlu diberi gambaran singkat yang
dirumuskan dalam sistematika pembahasan sebagai berikut:
30

Bab pertama yaitu pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah,


fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep dan
sistematika pembahasan.
Bab kedua kajian pustaka, yang berisi tentang penelitian terdahulu dan
kajian teoritik tentang pengertian motivasi belajar, dan Pendidikan Agama Islam
serta penerapannya.
Bab ketiga metode penelitian, yang berisi tentang pendekatan dan jenis
penelitian, lokasi penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, analisis data,
keabsahan data dan tahap-tahap penelitian.
Bab keempat penyajian dan analisis data, yang berisi tentang gambaran
obyek penelitian, penyajian dan analisis data, serta pembahasan temuan.
Bab kelima penutup, yang berisi tentang kesimpulan dari semua hasil
penelitian baik secara teoritis maupun empiris, dan saran-saran untuk perbaikan
dan kemajuan SMPI Al-Magrobi Sawaran Kulon Kedungjajang Lumajang.
31

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Pius. t.t. Kamus Saku Bahasa Indonesia. Surabaya: ARKOLA.

Afifuddin. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Pustaka Setia.

Ahmadi, Abu. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pustaka Setia.

Anwar, Desi. 2002. Kamus Bahasa Indonesia. Surabaya: Amelia.

Ardiansyah, andre. t.t. Ejaan Yang Disempurnakan. Surabaya: Pustaka Agung


Harapan.

Arifin, Bambang Syamsul. 2008. Psikologi Agama. Bandung: Pustaka Setia.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Asnawi. 2004. “Peranan Motivasi Belajar Terhadap Aktifitas Belajar Siswa Di


Madrasah Aliyah Nurul Hasan Dadapan Kecamatan Grujukan Kabupaten
Bondowoso Tahun Pelajaran 2004-2005”. Skripsi. Jember: STAIN Jember.

Subkhi, Imam Budaeri. 2005. “Pengaruh Profesionalisme Guru Terhadap


Motivasi Belajar Siswa Di Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMP)
Terbuka Nahdlatuth Thalabah Desa Kesilir Kecamatan Wuluhan Kabupaten
Jember Tahun Pelajaran 2005/2006”. Skripsi. Jember: STAIN Jember.

Budiningsih, Asri. 2005. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Dalyono, M. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Dep. Pend. Dan Kebudayaan. 1089. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.

Giblin, Les. 2007. Skill With Poeple. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Hanafiah, Nanang. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika


Aditama.

Herabudin. 2009. Administrasi & Supervisi Pendidikan. Bandung: CV. Pustaka


Setia.

http://kamusbahasaindonesia.org/peningkatan/html (Maret, 2011).


32

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2137403-pengertian-pendidikan-
agama-islam/html (April, 2011).

LP3M. 2011. Panduan Penulisan Karya Ilmiah Program Sarjana S-1 Program
Studi Pendidikan Agama Islam. Wonorejo Lumajang: STAI Syarifuddin.

Muhaimin. t.t. Ilmu Pendidikan Islam. Surabaya: Karya Abditama Aksara.

Purwanto, M. Ngalim. 1997 Ilmu Pendidikan Teoretis Dan Praktis. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Ramayulis. 2008. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran Edisi Revisi. Jakarta: PT Rineka


Cipta.

Roqib, Moh. 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: LkiS.

Samani, Muchlas. 2000. Panduan Menejemen Sekolah. Jakarta: Departemen


Pendidikan Nasional.

Seifert, Kelvin. 2007. Manajemen Pembelajaran Dan Instruksi Pendidikan.


jogjakarta: IRCISod.

Shaleh, Abdul Rahman. 2008. Psikologi. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Agustin, Titin Sri. 2006. “Pengaruh Metode Mengajar Guru Terhadap Motivasi
Belajar Siswa MTs Al-Hidayah Mangli Kaliwates Jember Tahun Ajaran
2005/2006”. Skripsi. Jember: STAIN Jember.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

. 2009.Metode Penelitian Kuantitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Tim Dosen FIP-IKIP Malang. 2003. Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan.


Surabaya: Usaha Nasional.

Uno, Hamzah B. 2007. Teori Motivasi Dan Pengukurannya. Jakarta: PT Bumi.

Zuhairini. 1983. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya: Usaha Nasional.

You might also like