You are on page 1of 55

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Pendidikan tenaga kesehatan merupakan bagian integral dari
Pembangunan Nasional Bidang Kesehatan yang diarahkan untuk mendukung
upaya pencapaian derajat kesehatan masyarakat secara optimal. Dalam kaitan
ini pendidikan tenaga kesehatan diselenggarakan untuk memperoleh tenaga
kesehatan yang bermutu yang mampu mengemban tugas untuk mewujudkan
perubahan, pertumbuhan dan pembangunan dalam rangka memenuhi
kebutuhan pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat.
Salah satu institusi pendidikan yang menyediakan tenaga kesehatan
adalah Universitas Negeri Gorontalo yang menghasilkan tenaga kesehatan
dibidang Farmasi tingkat ahli madya yang mampu bekerja dalam sistem
pelayanan kesehatan secara terpadu. Oleh karena itu keluaran universitas ini
harus terampil, terlatih dan dapat mengembangkan diri baik secara pribadi
maupun sebagai tenaga kesehatan yang profesional berdasarkan nilai – nilai
yang dapat menunjang upaya pembangunan dibidang kesehatan.
Untuk menghasilkan tenaga kesehatan dibidang Farmasi yang
memenuhi kualitas tersebut, maka penyelenggaraan pendidikan terutama
proses belajar mengajar harus ditingkatkan secara terus menerus.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk memberikan bekal pengalaman
kepada peserta didik adalah mengikutsertakan mahasiswa dalam Praktek Kerja
Lapangan yang disingkat dengan PKL. Hal ini dipilih karena Praktek Kerja
Lapangan dianggap cara terbaik untuk menerapkan pengetahuan dan
keterampilan yang diperolehnya selama mengikuti pendidikan.
Dewasa ini, kebutuhan memperoleh ilmu pengetahuan informasi
sangat meningkat dan semua ini dikarenakan oleh persaingan manusia atau
kelompok/instansi yang sangat ketat demi kemajuan usahanya, sehingga hal
ini berdampak terhadap beban mahasiswa karena mereka dituntut untuk
menggali informasi dari berbagai sumber dan memiliki keterampilan. Oleh

Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Motilango Page 1


karena itu dilaksanakannya PKL untuk dapat menambah pengetahuan
dibidang pekerjaan Farmasi, pengalaman serta keprofesionalan dalam
melakukan suatu bidang pekerjaan.
Selain itu, pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan merupakan sarana
pengenalan lapangan kerja bagi mahasiswa farmasi karena karena secara
langsung dapat melihat, mengetahui, menerima dan menyerap teknologi
kesehatan yang ada di masyarakat, sehingga hal tersebut menjadi orientasi
bagi mahasiswa farmasi sebelum langsung bekerja di masyarakat.

I.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan


Adapun tujuan dilaksanakannya Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini
adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan, memperluas, dan memantapkan keterampilan peserta didik
sebagai bekal memasuki lapangan kerja yang sesuai dengan kebutuhan
program pendidikan yang ditetapkan.
2. Mengenal kegiatan penyelenggaraan program kesehatan masyarakat secara
menyeluruh baik ditinjau dari aspek administrasi, teknis maupun sosial
budaya.
3. Memberikan kesempatan kerja secara terpadu dalam melaksanakan
kegiataan pelayanan kesehatan khususnya dibidang Farmasi di Rumah
Sakit dan Apotek.
4. Memperoleh masukan dan umpan balik, guna memperbaiki dan
mengembangkan serta meningkatkan penyelenggaraan pendidikan
Universitas Negeri Gorontalo untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
5. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mensosialisasikan
diri pada lingkungan kerja yang sebenarnya.

Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Motilango Page 2


I.3 Tujuan Pembuatan Laporan
Tujuan pembuatan laporan antara lain :
1. Sebagai bukti melaksanakan Praktek Kerja lapangan (PKL) pada Apotek
Motilango.
2. Sebagai laporan dari hasil Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang telah
dilaksanakan secara tertulis.
3. Sebagai pedoman untuk pembuatan karya tulis selanjutnya.
4. Mengumpulkan data, guna kepentingan jurusan dan khususnya penulis
sendiri serta untuk menunjang peningkatan pengetahuan mahasiswa.

BAB II

Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Motilango Page 3


TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Uraian Umum Apotek


II.1.1 Definisi Apotek
Berikut adalah beberapa definisi apotek :
 Menurut Peraturan Menteri No.1332/Menkes/SK/X/2002, yang
menyatakan bahwa apotek adalah salah satu tempat tertentu, tempat
dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan
farmasi dan perbekalan farmasi kepada masyarakat. (Anonim,
Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, 2002).
 Menurut UU no 41 tahun 90 pasal 1 ayat 2, apotek adalah tempat
dilakukannya pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan
bentuk, pencampuran, penyimpanan dan penyerahan sediaan
farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya
 Menurut PP no. 51 tahun 2009 pasal 1 ayat 13 Apotek adalah sarana
pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh
apoteker.
 Menurut PP No. 26 tahun 1965 tentang apotek Pasal 1. Yang
dimaksud dengan apotik dalam Peraturan Pemerintah ini ialah suatu
tempat tertentu, dimana dilakukan usaha-usaha dalam bidang
farmasi dan pekerjaan kefarmasian.

II.1.2 Peraturan Perundang-Undangan di Bidang Apotek


Peraturan perundang-undangan perapotekan di Indonesia telah
beberapa kali mengalami perubahan. Dimulai dengan berlakunya
Peraturan Pemerintah (PP) No.26 tahun 1965 tentang pengelolaan
dan perizinan Apotek, kemudian disempurnakan dalam Peraturan
Pemerintah No.25 tahun 1980, beserta petunjuk pelaksanaannya
dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.26. tahun 1981 dan Surat
Keputusan Menteri Kesehatan No.178 tentang ketentuan dan tata cara
pengelolaan apotek. Peraturan yang terakhir berlaku sampai sekarang

Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Motilango Page 4


adalah Keputusan Menteri Kesehatan No.1332/Menkes/SK/X/2002
yang memberikan beberapa keleluasaan kepada apotek untuk dapat
meningkatkan derajat kesehatan yang optimal.
Ketentuan-ketentuan umum yang berlaku tentang perapotekan
sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No.1332/Menkes/SK/X/2002
adalah sebagai berikut :
a. Apoteker adalah sarjana Farmasi yang telah lulus dan telah
mengucapkan sumpah jabatan apoteker, mereka yang berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan berhak
melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai Apoteker.
b. Surat Izin Apotek (SIA) adalah Surat Izin yang diberikan oleh
menteri kepada apoteker atau apoteker bekerja sama dengan
Pemilik Sarana Apotek (PSA) untuk menyelenggarakan apotek
disuatu tempat tertentu.
c. Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah apoteker yang telah
diberi Surat Izin apotek
d. Apoteker pendamping adalah apoteker yang bekerja di apotek
disamping Apoteker Pengelola Apotek dan atau menggantikannya
pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek.
e. Apoteker pengganti adalah apoteker yang menggantikan Apoteker
Pengelola Apotek selama Apoteker Pengelola Apotek tersebut
tidak berada ditempat lebih dari 3 bulan secara terus menerus, telah
memiliki Surat Izin Kerja dan tidak bertindak sebagai Apoteker
Pengelola Apotek lain.
f. Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan
Perundang - undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan
kefarmasian sebagai Asisten Apoteker.
g. Resep adalah Permintaan tertulis dari Dokter, Dokter Gigi, dan
Dokter Hewan kepada Apoteker Pengelola Apotek (APA) untuk
menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku.

Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Motilango Page 5


h. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat asli Indonesia, alat
kesehatan dan kosmetika.
i. Alat Kesehatan adalah Instrumen, Aparatus, mesin, Implan yang
tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah,
mendiagnosis, menyembuhkan, dan meringankan penyakit,
merawat orang sakit serta pemulihan kesehatan manusia, dan atau
membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
j. Perbekalan Kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang
diperlukan untuk menyelenggarakan semua peralatan yang
dipergunakan untuk melaksanakan pengelolaan Apotek. (Anonim,
Ketentuan dan Tata cara Pemberian Izin Apotek, 2002)
Dalam melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek,
Apoteker Pengelola Apotek dibantu oleh Asisten Apoteker yang
telah memiliki Surat Izin Kerja. Keputusan Menteri Kesehatan No.
679/MENKES/SK/V/2003, tentang peraturan registrasi dan izin
kerja Asisten Apoteker :
a. Asisten Apoteker adalah tenaga kesehatan yang berijazah
Sekolah Asisten Apoteker atau Sekolah Menengah Farmasi,
Akademi Farmasi, dan Jurusan Farmasi Politeknik
Kesehatan, Akademi Analisis Farmasi dan Makanan, Jurusan
Analisis Farmasi serta Makanan Politeknik Kesehatan sesuai
dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
b. Surat Izin Asisten Apoteker adalah bukti tertulis atas
kewenangan yang diberikan kepada pemegang Ijazah Sekolah
Asisten Apoteker atau Sekolah Menengah Farmasi, Akademi
Farmasi dan Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan, Akademi
Analisis Farmasi dan Makanan, Jurusan Analisis Farmasi serta
Makanan Politeknik Kesehatan untuk menjalankan Pekerjaan
Kefarmasian sebagai Asisten Apoteker.

Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Motilango Page 6


c. Surat Izin Asisten Apoteker adalah bukti tertulis yang diberikan
kepada pemegang Surat Izin Asisten Apoteker untuk
melakukan pekerjaan kefarmasian disarana kefarmasian.
d. Sarana Kefarmasian adalah tempat yang digunakan untuk
melakukan pekerjaan kefarmasian antara lain Industri Farmasi
termasuk obat Tradisional dan kosmetika, Instalasi Farmasi,
Apotek, dan toko obat.
(Anonim, Izin Kerja Asisten Apoteker, 2003)

II.1.3 Sarana dan Prasarana


Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh
apoteker untuk memperoleh informasi dan konseling. Lingkungan
apotek harus dijaga kebersihannya. Apotek harus bebas dari hewan
pengerat, serangga. Apotek memiliki suplai listrik yang konstan,
terutama untuk lemari pendingin.
Apotek harus memiliki:
1. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien.
2. Tempat untuk mendisplai informasi bagi pasien, termasuk
penempatan brosur/ materi informasi.
3. Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi
dengan meja dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatan
medikasi pasien.
4. Ruang racikan.
5. Tempat pencucian alat.
Perabotan apotek harus tertata rapi, lengkap dengan rak-rak
penyimpanan obat dan barang-barang lain yang tersusun dengan rapi,
terlindung dari debu, kelembaban dan cahaya yang berlebihan serta
diletakkan pada kondisi ruangan dengan temperatur yang telah
ditetapkan.

Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Motilango Page 7


II.2 Organisasi
II.2.1 Jenis Organisasi
Dalam suatu perusahaan terhadap organisasi formil dan
biasanya terdapat pula hubungan atau sambungan yang informal, yang
disebut organisasi informal.
Organisasi formil dalam suatu perusahaan dapat diketahui
jelas, dan ditetapkan oleh pimpinannya secara tertulis. Penggarisan
dari pimpinan menentukan wewenang dan tanggung jawab masing-
masing, yang menetapkan kepada siapa wajib lapor dan kepada siapa
dilakukan pengawasan serta bubungan yang satu dengan yang lain.
Adanya organisasi informal dapat pula berpengaruh terhadap
organisasi formil. Kedua macam organisasi perlu diketahui oleh
pimpinan perusahaan, karena seatu kelancaran suatu pekerjaan dapat
kadang-kadang lebih mudah dilaksanakan melalui organisasi informal.
Jenis Organisasi Formil
Ada 5 jenis organisasi formil yaitu :
1. Organisasi Lini
Susunan organisasi secara garis atau langsung ini
merupakan sususnan yang tertua. Disebut pula organisasi militer
sebab dalam kerangkanya, organisasi ini mengutamakan disiplin
dan sifat esensinya adalah sistem militer.
Susunan organisasi lini ini, garis-garis arah dan garis-garis
instruksinya adalah vertical.
Contoh susunan organisasi garis adalah seperti berikut :

Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Motilango Page 8


DIREKTUR

Kepala Bagian Kepala Bagian Kepala Bagian Kepala Bagian


Resep dan Penjualan Bekas Amd./Keuang Pembelian
Pro an

Pekerja Pekerja Pekerja Pekerja

Dalam susunan garis tersebut di atas merupakan susunan


garis murni, terdapat hanya satu garis pada tiap bawahan, dan
merupakan bawahan sepenuhnya dari seorang boss atasnya, jadi
merupakan one man one boss system. Artinya sebagai pimpinan ia
menerima laporan dari orang yang berada dibawah pimpinannya,
dan ia hanya melapor pada seorang saja yang merupakan
atasannya. Maka itu setiap pejabat harus mempunyai sifat all
round.
Keuntungan susunan organisasi tersebut ialah tiap pejabat
dapat cepat bertindak dan tidak mungkin terjadi back passing.
Kerugian ialah didalam organisasi ini tidak terdapat leadership
khusus.
Organisasi garis hanya sesuai bagi perusahaan yang :
1. Relative masih kecil dan relative stabil
2. Terdapat pimpinan dan pejabat yang mumpuni
3. Mengutamakan wewenang sepenuhnya.

2. Organisasi Fungsional
Dalam organisasi ini digunakan tenaga ahli untuk
memimpin dan melayani para pelaksana. Pekerja disini
bertanggung jawab kepada beberapa atasan. Masing-masing

Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Motilango Page 9


pengawas mengawasi pekerja menurut keahliannya masing-
masing. Kepemimpinan didasarkan atas keahlian secara kolektif.
Di sini kerena tiap pemimpin keahlianya terbatas, maka masing-
masing ahli berkuasa penuh atas keahliannya.
Contoh organisasi fungsional adalah sebagai berikut :

Direktur Umum

Apoteker A Apoteker B Apoteker C Apoteker D


Fungsi Profesi Fungsi Penjualan Fungsi Keuangan Fungsi Personil
Bebas

Pekerja Pekerja Pekerja Pekerja

Keuntungan sistem ini adalah digunakan tenaga yang


berpengatahuan dan khusus di dalam bidannya, ia dapat member
pimpinan dan petunjuk yang baik kepada para kepala pekerja
(mandor). Kerugiannya ialah dapat menjadi lemah, karena banyak
kepala, terutama bila koordinasinya kurang baik. Organisasi ini
terdapat pada perusahaan yang telah berkembang dan memerlukan
keahlian khusus.

3. Organisasi Lini dan Fungsional


Organisasi ini merupakan campuran dari organisasi lini dan
fungsional. Pada dasarnya organisasi ini adalah organisasi garis
dengan ditambah tenaga-tenaga ahli yang mempunyai kekuasaan
memerintah dan memimpin.
Contoh organisasi lini dan fungsional adalah :

Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Motilango Page 10


Direktur Umum

Pengawas

Ahli Ahli
Processing Produksi

Mandor
Pelaksanaan

4. Organisasi Lini dan Staf


Organisasi ini merupakan modifikasi dari organisasi lini
dan fungsional. Tenaga ahli disini tidak mempunyai wewenang
membimbing dan mengarahkan secara langsung, fungsi mereka
terutama merupakan penasehat. Tenaga ahli ini tidak mempunyai
peranan memberi pengarahan atau menggerakkan maupun dalam
melaksanakan karena mereka tidak langsung berhubungan dengan
tenaga pelaksana.
Organisasi seperti ini secara murni hanya dapat diterapkan
pada perusahaan yang relative masih kecil. Pada perusahaan yang
lebih besar orang-orang staf ahli dapat juga berhubungan langsung
dengan pelaksana, meskipun sifatnya tetap sebagai saran bukan
sebagai perintah.
Contoh organisasi lini dan staf ialah :

Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Motilango Page 11


Direktur Umum

Staf Ahli Staf Ahli Staf Ahli Staf Ahli

Pengawas

Staf Ahli Mandor pelaksana Staf Ahli

Dalam organisasi ini tugas pimpinan dibantu oleh tenaga-


tenaga ahli didalam bidangnya (ahli hokum, tehnik, akuntan dan
sebagainya), tetapi tanggung jawab penuh tetap pada pimpinan
pelaksana (eksekutif)

5. Organisasi Lini-Staf- dan Fungsional


Organisasi ini merupakan campuran antara organisasi lini,
staf, dan fungsional, tetapi titk beratnya adalah organisasi lini.
Orang-orang ahli di sini ada tenaga ahli yang hanya sebagai
penasehat, tetapi ada tenaga ahli yang ikut memimpin dan
bertanggung jawab di dalam pelaksanaan khusus sesuai dengan
keahliannya.
Contoh organisasi ini secara sederhana dilukiskan sebagai
berikut :

Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Motilango Page 12


Direktur Umum

Staf ahli Staf Ahli

Pengawas

Tenaga Ahli Tenaga Ahli


Mandor Pelaksana

Pembuatan struktur organisasi, apapun bentuk ataupun dasar


yang akan dipergunakan,hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan
perusahaan. Dasar yang bisa dipilih adalah lini, lini dan staf, maupun
fungsional. Struktur organisasi yang sudah dibuat hekdaknya disetrai
dengan pembuatan deskripsi jabatan, yang berisi tugas kewajiban apa
yang harus dijalankan, wewenang apa yang dimiliki dan pertanggung
jawab yang harus diberikan untuk masing-masing jabatan. Pembuatan
ini untuk mencegah kesimpangsiuran pelaksanaan tugas dan untuk
menjamin keseimbangan antara tugas, wewenang dan pertanggung
jawab tadi.

II.3 Personalia
Sesuai ketentuan perundangan yang berlaku apotek harus dikelola
oleh seorang apoteker yang profesional. Dalam pengelolaan apotek, apoteker
senantiasa harus memiliki kemampuan menyediakan dan memberikan
pelayanan yang baik, mengambil keputusan yang tepat, mampu
berkomunikasi antar profesi, menempatkan diri sebagai pimpinan dalam

Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Motilango Page 13


situasi multidisipliner, kemampuan mengelola SDM secara efektif, selalu
belajar sepanjang karier dan membantu memberi pendidikan dan memberi
peluang untuk meningkatkan pengetahuan.

II.4 Tugas dan Fungsi Apotek


Tugas dan fungsi Apotek menurut pasal 2 Peraturan Pemerintah
No.25 Tahun 1980, yaitu:
a. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan
sumpah jabatan.
b. Sarana Farmasi yang telah melakukan peracikan, perubahan bentuk,
pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan baku obat.
c. Sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus mendistribusikan obat
secara luas dan merata.
(Soekamto.S, Aspek Hukum Apotek dan Apoteker, 1990).

II.5 Kegiatan-Kegiatan Di Apotek


II.5.1 Perencanaan
Tujuan perencanaan pengadaan obat publik dan perbekalan
kesehatan adalah untuk menetapkan jenis dan jumlah obat sesuai
dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar
termasuk program kesehatan yang telah ditetapkan. Dalam
perencananan tentunya harus diakukan pemilihan obat berdasarkan
kriteria, misalnya yang telah ditentukan oleh WHO yaitu :
a. Memiliki relevansi pada pencegahan dan pengobatan penyakit
b. Menunjukkan efikasi dan keamanan
c. Menunjukkan kinerja yang bervariasi terhadap penyakit yang
dihadapi
d. Memadai dalam hal kualitas, termasuk di dalamnya bioavaibilitas
dan stabilits
e. Memiliki resiko manfaat-biaya yang dapat diterima pasien dalam
biaya perawatan

Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Motilango Page 14


f. Diarahkan pada obat yang telah dikenal luas, memiliki profil
farmakokinetik yang baik dan memungkinkan untuk diproduksi
dan diperoleh di dalam negeri
Adapun metode perencanaan den seleksi perbekalan farmasi
menggunakan 2 pola yaitu :
1. Metode Konsumsi
Metode ini dibuat dan didasarkan atas analisa data
konsumsi obat / perbekalan farmasi periode tahun sebelumnya.
Metode ini dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang
dibutuhkan seperti :
1. Alokasi dana.
2. Daftar obat.
3. Stok awal.
4. Penerimaan.
5. Pengeluaran.
6. Sisa stok.
7. Obat hilang/ rusak, kadaluwarsa.
8. Kekosongan obat.
9. Pemakaian rata-rata/ pergerakan obat pertahun.
10. Lead time.
11. Stok pengaman.
12. Perkembangan pola kunjungan
Kemudian data dimasukkan ke form perencanaan dan
mengolah data sehingga diperoleh data kebutuhan obat sesuai
dengan metode yang dipakai.
2. Metode Morbiditas
Metode morbiditas merupakan metode yang
memprediksikan jumlah obat yang dibutuhkan untuk mengobati
penyakit spesifik secara teoritik. Dengan menetapkan pola
morbiditas penyakit dan menghitung frekuensi kejadian masing-
masing penyakit per tahun untuk seluruh populasi dan kelompok

Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Motilango Page 15


umur. Digunakan untuk kasus penyakit yang prevelansinya tinggi
serta menghitung perkiraan jumlah obat dan jenis obat untuk setiap
diagnosa yang sesuai dengan standar pengobatan. Prosedur yang
dilakukan misalnya adalah menentukan jumlah penduduk yang
akan dilayani, menentukan jumlah kunjungan kasus berdasarkan
frekuensi penyakit, menyediakan standar/pedoman pengobatan
yang digunakan, menghitung perkiraan kebutuhan obat, dan
penyesuaian dengan alokasi dana yang tersedia.
Data yang di butuhkan adalah :
1. Perkiraan jumlah populasi.
2. Komposisi demografi dari populasi yang akan diklasifikasikan
berdasarkan jenis kelamin untuk umur antara:
 0 – 4 tahun.
 5 – 14 tahun.
 15 – 44 tahun.
 ≥ 45 tahun.
3. Menetapkan pola morbiditas penyakit berdasarkan kelompok
umur penyakit.
4. Frekuensi kejadian masing-masing penyakit pertahun untuk
seluruh populasi pada kelompok umur yang ada.
5. Menghitung perkiraan jumlah obat X jenis obat untuk setiap
diagnosa, yang dibandingkan dengan standar pengobatan.
6. Untuk menghitung jenis, jumlah, dosis, frekuensi dan lama
pemberian obat dapat dipergunakan pedoman pengobatan yang
ada.
3. Metode Kombinasi
Karena adanya keterbatasan pada kedua metode konsumsi
dan morbiditas, maka kedua metode tersebut dapat digabungkan.
Dengan kombinasi ini diharapkan dapat meminimalkan kekurangan
dari masing-masing metode.

Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Motilango Page 16


Setelah metode perencanaan ditetapkan maka kemudian
dianalisis dengan menggunakan analisis ABC (preto) atau VEN.
A. Analisis Pareto ( ABC )
Merupakan analisa yang didasarkan atas nilai ekonomis
barang, atau berdasarkan pada berbagai observasi dalam
inventori management, yang paling banyak di temukan adalah
tingkat konsumsi pertahun hanya di wakili oleh relatif sejumlah
kecil item dimana barang-barang persediaan dikategorikan
dalam golongan A, B, dan C.
a. Kolompok A, jenis obat yang jumlah nilai rencana
pengadaan menghabiskan dana 70% dari jumlah dana total
persediaan.
b. Kolompok B, jenis obat yang jumlah nilai rencana
pengadaan menghabiskan dana 20% dari jumlah dana total
persediaan.
c. Kolompok C, jenis obat yang jumlah nilai rencana
pengadaan menghabiskan dana 10% dari jumlah dana total
persediaan.
B. Analisis VEN
Merupakan analisis yang digunakan pada anggaran terbatas
karena dapat membantu memperkecil penyimpangan pada
proses pengadaan perbekalan farmasi. Klasifikasi barang
persediaan menjadi golongan VEN ditentukan oleh factor makro
(misalnya PP / data epidemiologi wilayah) dan factor mikro
(misalnya jenis pelayanan kesehatan yang tersedia). Semua jenis
obat yang tercantum dalam daftar obat dikelompokkan kedalam
3 kategori yaitu :
a. V ( Vital ), dalah obat-obat yang termasuk dalam potensial
live saving drugs, mempunyai efek samping withdrawl secara
signifikan ( pemberian harus teratur dan penghentiannya

Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Motilango Page 17


tidak tiba-tiba ) atau sangat penting dalam penyediaan
peyanan kesehatan dasar.
b. E ( Esensial ), merupakan obat-obat yang efektif untuk
mengurangi kesakitan, namun demikian sangat signifikan
untuk bermacam-macam penyakit tapi tidak vital secara
absolute ( penting tapi tidak vital ) untuk penyediaan sistm
kesehatan dasar.
c. NE ( Non-Esensial ), merupakan obat-obat yang digunakan
untuk penyakit minor atau penyakit tertentu yang efikasinya
masih diragukan, termasuk terhitung mempunyai biaya tinggi
untuk memperoleh keuntungan terapetik.

II.5.2 Pengadaan
Pengadaan perbekalan farmasi umumnya dibatasi oleh
ketersediaan obat dan total biaya kesehatan. Merupakan kegiatan untuk
merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan. Sehubungan
dengan hal tersebut, kegiatan ini menyangkut kapan obat harus dibeli,
berapa banyak jumlahnya, dan kemungkinan pengadaan darurat pada
keadaan mendesak. Proses pengadaan yang efektif harus :
a. Pengadaan obat yang tepat dengan jumlah yang tepat
b. Memungkinkan pembelian dengan harga murah
c. Menjamin bawa semua obat yang memenuhi standar kualitas
d. Mengatur waktu pengiriman
e. Supplier yang digunakan harus resmi agar dapat menjaga mutu
pelayanan dan kualitas.
f. Mengatur jadwal pembelian
g. Mencapai hal-hal di atas dengan cara seefisin mungkin.

Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Motilango Page 18


Metode pengadaan ada empat yaitu :
1. Open tender ( tender terbuka )
Tender formal yang mengundang perusahaan atau perwakilan
lokal atau perwakilan dunia yang patuh terhadap syarat-syarat yang
ada pada tender tersebut
2. Restricted tender ( tender terbatas )
Memasukan satu penawaran tertutup atau tender selektif dimana
pemasok harus menyetujui dimuka dan mempertimbangkan
kepatuhan kepada GMPs, kinerja masa lalu dan kemampuan
keuangan
3. Negotiated competitive (kerjasama dengan supplier/kontrak
perjanjian)
Pembeli mendekati satu jumlah pemasok terpilih yang berkaitan
dengan kesepakatan harga
4. Direct procurement (pembelian secara langsung)
Paling sederhana tetapi harga yang diperoleh mahal karena
pembelian  hanya dari satu pemasok tunggal
Dalam pengadaan obat terbagi lagi menjadi 2 sub tahapan yaitu:
1. Penerimaan
Merupakan suatu rangkaian kegiatan pada penerimaan
obat baik dari pemasok maupun dari Unit Pengelola Obat/
Gudang Farmasi Kabupaten/ Kota atau dari suatu unit
pelayanan kesehatan kepada unit pelayanan kesehatan
lainnya dalam rangka memenuhi permintaan obat dari yang
bersangkutan.
2. Penyimpanan
Dalam penyimpanan obat di apotek menggunakan
metode FIFO dan FEFO. Perlu di ingat dalam penyimpanan
obat harus berdasarkan abjad dan sesuai sediaan. Untuk obat-
obat narkotik harus dipisah sesuai dengan persyaratan (harus

Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Motilango Page 19


di lemari terpisah dengan double pintu serta tertempel
didinding).
Metode First In First Out (FIFO) adalah metode
penilaian persediaan yang menganggap barang yang pertama
kali masuk diasumsikan keluar pertama kali pula. Metode ini
perhitungannya sangat sederhana baik sistem fisik maupun
sistem perpetual akan menghasilkan penilaian persediaan
yang sama.             
Metode First Exp First Out (LIFO) adalah metode
penilaian persediaan yang pertama kadaluarsa diasumsikan
akan keluar atau dijual pertama kali.

II.5.3 Distribusi
Tujuan utama manajemen distribusi adalah untuk menjaga
supplai yang baik dari obat dan dapat menyeiakan fasilitas, disamping
itu menjamin sumber daya yang ada untuk digunakan sacara efektif.
System distribusi yang baik adalah system yang mengefektifkan biaya.
System distribusi yang berjalan baik harus :
a. Menjaga supplai obat yang konstan
b. Menjaga agar obat tetap dalam kondisi yang baik
c. Meminimalkan kehilangan obat Karena rusak dan kadaluarsa
d. Kerasionalan obat pada penyimpanan
e. Menggunakan transportasi yang tersedia seefisien mungkin
f. Mengurangi pencurian dan penipuan
g. Menyediakan informasi untuk kebutuhan forecasting.
Sistem distribusi obat adalah suatu proses penyerahan obat
sejak setelah sediaan disiapkan untuk diberikan kepada penderita.
Sistem pendistribusian obat yang dibuat harus mempertimbangkan
efisiensi penggunaan sarana, personel, waktu dan mencegah kesalahan
atau kekeliruan. Sistem ini melibatkan sejumlah prosedur, personel dan
fasilitas.

Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Motilango Page 20


II.5.3.1 Pelayanan Resep
Resep obat adalah permintaan tertulis dari dokter,
dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker untuk
menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Apotek wajib
melayani resep dokter, dokter gigi dan dokter hewan.
Pelayanan resep sepenuhnya atas tanggung jawab apoteker
tulis dalam resep, apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter
untuk pengelola apotek.  Dalam hal pasien tidak mampu
menebus obat yang dipilih sebagai obat alternatif.  
Apoteker wajib memberi informasi yang berkaitan
dengan penggunaan obat yang diserahkan kepada pasien. 
Informasi meliputi cara penggunaan obat, dosis dan frekuensi
pemakaian, lamanya obat digunakan indikasi, kontra indikasi,
kemungkinan efek samping dan hal-hal lain yang
diperhatikan pasien.  Apabila apoteker menganggap dalam
resep terdapat kekeliruan atau penulisan resep yang tidak
tepat, harus diberitahukan kepada dokter penulis resep.  Bila
karena pertimbangannya dokter tetap pada pendiriannya,
dokter wajib membubuhkan tanda tangan atas resep.  Salinan
resep harus ditanda tangani oleh apoteker.

a) Skrining Resep
Apoteker melakukan skrining resep meliputi :
1. Persyaratan Administratif :
- Nama, SIP dan alamat dokter
- Tanggal penulisan resep
- Tanda tangan/paraf dokter penulis resep
- Nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan
pasien
- Cara pemakaian yang jelas
- Informasi lainnya

Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Motilango Page 21


2. Kesesuaian farmasetik : bentuk sediaan, dosis, potensi,
stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian
3. Pertimbangan klinis : adanya alergi, efek samping,
interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan
lain lain). Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya
dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan
memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya
bila perlu menggunakan persetujuan setelah
pemberitahuan.
b) Penyiapan obat.
1. Peracikan.
Merupakan kegiatan menyiapkan menimbang,
mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada
wadah. Dalam melaksanakan peracikan obat harus
dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan
dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket
yang benar.
2. Etiket.
Etiket harus jelas dan dapat dibaca.
3. Kemasan Obat yang Diserahkan
Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan
yang cocok sehingga terjaga kualitasnya.
c) Penyerahan Obat
Sebelum obat diserahkan pada pasien harus
dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara
obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh
apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling
kepada pasien.
1. Informasi Obat.
Apoteker harus memberikan informasi yang
benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias,

Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Motilango Page 22


etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada pasien
sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian obat,
cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan,
aktivitas serta makanan dan minuman yang harus
dihindari selama terapi.
2. Konseling.
Apoteker harus memberikan konseling,
mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan
perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat
memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang
bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan
atau penggunaan obat yang salah. Untuk penderita
penyakit tertentu seperti kardiovaskular, diabetes,
TBC,asma dan penyakit kronis lainnya, apoteker
harus memberikan konseling secara berkelanjutan.
3. Monitoring Penggunaan Obat.
Setelah penyerahan obat kepada pasien,
apoteker harus melaksanakan pemantauan
penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu
seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan
penyakit kronis lainnya.
4. Promosi dan Edukasi.
Dalam rangka pemberdayaan masyarakat,
apoteker harus memberikan edukasi apabila
masyarakat ingin mengobati diri sendiri
(swamedikasi) untuk penyakit ringan dengan
memilihkan obat yang sesuai dan apoteker harus
berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi.
Apoteker ikut membantu diseminasi informasi, antara
lain dengan penyebaran leaflet / brosur, poster,
penyuluhan, dan lain lainnya.

Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Motilango Page 23


II.5.4 Pengendalian
Pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk
memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan
strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi
kelebihan dan kekurangan/ kekososngan obat di unit-unit pelayanan.

II.5.5 Penghapusan
Penghapusan merupakan kegaiatan penyelesaian terhadap
perbekalan farmasi yang tidak terpakai karena kadaluarsa, rusak, mutu
tidak memenuhi standar dengan cara membuat usulan penghapusan
perbekalan farmasi kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur yang
berlaku. Adapun kegiatan penghapusan adalah sebagai berikut :
 Inventarisasi beserta alasan penghapusan
 Pembentukan Panitia Pemeriksaan Obat (SK
Bupati/Walikota)
 Menyusun Berita Acara Pemeriksaan
 Melaporkan kepada yang berwenang/pemilik
 Ka Dinkes >> SK panitia Pelaksana Penghapusan
 Pelaksanaan Penghapusan >> BA Pelaksanaan
Berikut adalah tata cara pemusnahan
 Enkapsulasi
 Inersiasi
 Dikubur
 Pembuangan pada saluran air kotor/sewer
 Dibakar dalam wadah terbuka
 Insenerisasi
 Dekomposisi kimia

II.5.6 Pencatatan

Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Motilango Page 24


Pencatatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk
memonitor transaki perbekalan farmasi yang keluar dan masuk di
Apotek. Adanya pencatatan akan memudahkan petugas untuk
melakukan penelusuran bila terjadi adanya mutu obat yang sub standar
dan harus ditarik dari peredaran. Pencatatan dapat dilakukan dengan
menggunakan bentuk digital maupun manual. Kartu yang umum
digunakan untuk melakukan pencatatan adalah Kartu Stok dan Stok
Induk.
Fungsi :
a. Kartu stok digunakan untuk mencatat mutasi perbekalan farmasi
(penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak atau kadaluarsa).
b. Tiap lembar kartu stok hanya diperuntukkan mencatat data mutasi
1 (satu) jenis perbekalan farmasi yang berasal dari 1 (satu) sumber
anggaran.
c. Data pada kartu stok digunakan untuk menyusun laporan,
perencanaan pengadaan distribusi dan sebagai pembanding
terhadap keadaan fisik perbekalan farmasi dalam tempat
penyimpanannya.

II.5.7 Pelaporan
Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan
administrasi perbekalan farmasi, tenaga dan perlengkapan kesehatan
yang disajikan kepada pihak yang berkepentingan.
Tujuan :
- Tersedianya datayang akurat sebagai bahan evaluasi
- Tersedianya informasi yang akurat
- Tersedianya arrsip yang memudahkan penelusuran surat dan laporan
- Tersedianya data yang lengkap untuk membuat perencanaan.

Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Motilango Page 25


II.5.8 Evaluasi
Evaluasi adalah serangkaian prosedur untuk menilai suatu
program dan memperoleh informasi tentang keberhasilan pencapaian
tujuan, kegiatan, hasil dan dampak serta biayanya.
Evaluasi bermanfaat untuk :
 Menetapkan masalah yang ditemui dalam program yang sedang
berjalan
 Mencari usaha-usaha untuk memperbaikinya
 Mencari kegiatan-kegiatan inovatif
 Meningkatkan efektifitas program, manajemen dan administrasi
 Kesesuaian tuntutan tanggung jawab
Untuk mengukur sampai seberapa jauh tujuan atau sasaran
telah berhasil dicapai maka diguanakn Indikator
Indikator Pengelolaan Obat Di Kabupaten/Kota
1. Alokasi Dana Pengadaan obat
2. Prosentase Alokasi dana pengadaan obat
3. Biaya Obat per penduduk
4. Ketersediaan obat sesuai kebutuhan
5. Pengadaan Obat esensial
6. Pengadaan obat generik
7. Biaya obat per kunjungan resep
8. Kesesuaian item obat yang tersedia dengan DOEN
9. Kesesuaian Ketersediaan obat dengan pola penyakit
10. Tingkat Ketersediaan obat
11. Ketepatan perencanaan
12. Prosentase dan nilai obat rusak atau kadaluwarsa
13. Ketepatan Distribusi obat
14. Prosentase penyimpangan jumlah obat yang didistribusikan

Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Motilango Page 26


Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Motilango Page 27
Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Motilango Page 28
BAB III
URAIAN KHUSUS

III.1 Kegiatan-Kegiatan Di Apotek


Apotek Motilango adalah salah satu sarana kesehatan yang berfungsi
untuk melayani resep baik dari pasien umum, askes, jamsostek dan
jamkesda. Apotek ini dipimpin oleh seorang apoteker dimana tugas dan
tanggung jawabnya adalah mengawasi, memastikan, dan bertanggung jawab
terhadap semua kegiatan di dalam apotek sesuai dengan prosedur yang
berlaku. Aktivitasnya meliputi pengelolaan perbekalan farmasi atau sistem
manajemen perbekalan farmasi yaitu suatu siklus kegiatan yang dimulai dari
perencanaan sampai evaluasi yang saling terkait antara satu dengan yang
lain. Kegiatannya mencakup perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan pelaporan,
penghapusan, monitoring dan evaluasi.

Perencanaan Seleksi

pengadaan

System penerimaan Pemeriksaan


pengelolaan obat
di bawah tanggung
jawab apoteker
penyimpanan

distribusi

peggunaan

evaluasi
Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Motilango Page 29
III.I.1 Perencanaan
Tahap perencanaan merupakan suatu tahap yang penting dalam
menentukan keberhasilan tahap selanjutnya, sebab tahap perencanaan
berguna untuk menyesuaikan antara kebutuhan pengadaan perbekalan
dengan dana yang tersedia untuk menunjang pelayanan kesehatan di
apotik.
Tujuan perencanaan pengadaan obat publik dan perbekalan
kesehatan adalah untuk menetapkan jenis dan jumlah obat sesuai
dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar
termasuk program kesehatan yang telah ditetapkan.
Pada tahap ini Apotek Motilango mengadakan perencanaan
kebutuhan obat dengan menerapkan pola metode konsumsi yang
didasarkan pada kebutuhan pasien akan obat, yaitu kebutuhan obat
bulan lalu atau obat – obat yang sering diresepkan oleh dokter.
Perencanaan akan diawali dengan pemilihan obat yang merujuk
kepada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN), Daftar Plafon Harga
Obat (DPHO) Askes dan Jaminan Sosial Tenga Kerja (Jamsostek). Di
Apotek ini, perencanaan dengan metode konsumsi tidak lagi
dilakukan dengan menggunakan analisa baik secara VEN maupun
ABC.
Awal dari perencanaan dimulai dengan membuat SP ( Surat
Permintaan ) yaitu lembar yang berisi permintaan bulan berikutnya
ditandatangani oleh apoteker penanggung jawab Apotek. SP ini
kemudian akan diberikan ke PBF.
Adapun tahapan-tahapan pemesanan barang di Apotek
Motilango Kota Gorontalo , meliputi :
1. Pembuatan surat permintaan ( SP ) oleh pihak Apotek Motilango.
2. Diserahkan ke penanggungjawab Apotek yaitu Bpk. Salman, S.Si,
M.si, Apt

Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Motilango Page 30


3. Apabila SP tersebut disetujui kemudian diserahkan ke PBF.
4. Kemudian PBF akan mengirimkan barang sesuai dengan
permintaan, disertai dengan faktur.
Untuk mencegah terjadinya kekosongan obat akibat delay time
dan peningkatan permintaan atau kelebihan kebutuhan obat dari
pasien, perencanaan permintaan akan dilebihkan 10 % dari permintaan
pokok untuk menghindari jika ada kelebihan dalam kebutuhan obat
pasien.
Untuk obat-obat narkotika, menggunakan surat pesanan khusus
Narkotika dan hanya dipesan kepada PT. Kimia Farma yang
ditandatangani oleh apoteker pengelola apotek. Setiap surat pesanan
narkotika hanya berlaku untuk 1 item obat, sedangkan untuk obat
psikotropika menggunakan surat pesanan biasa dan pemesanannya
boleh dilakukan oleh PBF yang menyediakan obat tersebut.

III.I.2 Pengadaan
Pengadaan perbekalan farmasi umumnya dibatasi oleh
ketersediaan obat dan total biaya kesehatan. Merupakan kegiatan
untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan. Sehubungan
dengan hal tersebut, kegiatan ini menyangkut kapan obat harus dibeli,
berapa banyak jumlahnya, dan kemungkinan pengadaan darurat pada
keadaan mendesak. Tujuan dari pengadaan itu sendiri adalah untuk
mendapatkan perbekalan farmasi dengan harga yang layak, dengan
mutu yang baik, pengiriman barang terjamin dan tepat waktu, proses
berjalan lancar dan tidak memerlukan tenaga serta waktu berlebihan.
Di Apotik Motilango, pengadaan tidak dilakukan setiap bulan
atau setiap tahun, namun disesuaikan dengan kondisi stok barang. Jika
stok obat sudah mulai berkurang maka akan dilakukan perencanaan.
Biasanya perencanaan yang diikuti dengan pengadaan dilakukan
maksimal 3 kali dalam sebulan baik melalui PBF ( untuk cito dapat

Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Motilango Page 31


langsung menelfon pihak PBF ), kredit 30 hari, atau menunggu
salesman.
Untuk beberapa jenis obat yang bahan aktifnya memiliki masa
kadaluarsa relative pendek harus diperhatikan waktu pengadaannya
sehingga harus dihindari pengadaan dalam jumlah yang besar.
Dalam pengadaan obat terbagi lagi menjadi 2 subtahapan yaitu:
1. Penerimaan
Merupakan suatu rangkaian kegiatan pada penerimaan obat
dari pemasok kepada Apotek dalam rangka memenuhi permintaan
obat dari yang bersangkutan. Di Apotik Motilango, penerimaan
barang dilakukan oleh petugas yang bertanggungjawab. Untuk
menjamin perbekalan farmasi yang diterima sesuai kontrak baik
spesifikasi mutu, jumlah maupun waktu kedatangan maka sebelum
menerima barang, pihak apotek akan memeriksa barang yang
datang apakah sesuai dengan permintaan. Pemeriksaan yang
dilakukan meliputi :
a. Organoleptis barang / wujud luarnya (barang yang diterima
dalam keadaan baik).
b. Kesesuaian barang dengan faktur.
c. Jenis dan jumlah barang.
d. Harga satuan dan harga total.
e. Masa pembayaran atau jatuh tempo
f. Tanggal kadaluarsa dan no Batch.
2. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegaiatan menyimpan dan
memelihara dengan cara menempatkan perbekalan farmasi yang
diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian serta
gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat.
Tujuan penyimpanan adalah:
a. Memelihara mutu obat
b. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab

Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Motilango Page 32


c. Menjaga ketersediaan
d. Memudahkan pencarian dan pengawasan
Di Apotek Motilango, metode penyimpanan dilakukan
berdasarkan :
 Kelas terapi,
 Jenis sediaan / sediaan khusus
 Menurut bentuk sediaan,
 Alfabetis,
 Untuk obat-obat narkotik harus dipisah sesuai dengan
persyaratan (harus di lemari terpisah dengan double pintu serta
tertempel didinding).

Pengaturan Tata Ruang di Apotek Motilango


Untuk mendapatkan kemudahan dalam penyimpanan,
penyusunan, pencarian dan pengawasan perbekalan farmasi di
dalam Apotik, maka diatur tata ruang baik gudang penyimpanan
maupun rak obat dengan baik. Faktor-faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam merancang bangunan gudang adalah
sebagai berikut :
a. Kemudahan bergerak
Gudang menggunakan sistem satu lantai, tidak menggunakan
sekat-sekat karena akan membatasi pengaturan ruangan.
Berdasarkan arah arus penerimaan dan pengeluaran perbekalan
farmasi, ruang gudang ditata berdasarkan sistem arus garis
lurus.
b. Sirkulasi udara yang baik
Sirkulasi udara yang baik akan memaksimalkan umur hidup
dari perbekalan farmasi. Gudang penyimpanan tidak terdapat
AC, namum terdapat dua pintu kaca yang lebar dan ventilasi
sehingga mengefektifkan sirkulasi dan penyinaran.

Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Motilango Page 33


c. Rak dan Pallet
Penempatan rak yang tepat dan penggunaan pallet akan dapat
meningkatkan sirkulasi udara dan perputaran stok perbekalan
farmasi. Keuntungan penggunaan pallet:
 Sirkulasi udara dari bawah dan perlindungan terhadap
banjir
 Peningkatan efisiensi penanganan stok
 Dapat menampung sediaan farmasi lebih banyak.
 Pallet lebih murah dari pada rak.
d. Kondisi penyimpanan khusus
 Narkotika dan bahan berbahaya disimpan di lemari khusus
dan selalu terkunci.
 Sediaan supositoria, insulin, dan vaksin disimpan dalam
lemari pendingin.
 Obat-obat golongan kemoterapautika disimpan tersendiri
pada lemari pendingin.

Penyusunan stok perbekalan farmasi di Apotek Motilango


Untuk memudahkan pengendalian stok maka dilakukan langkah-
langkah sebagai berikut.
1. Dengan menerapkan prinsip FEFO (First Exp First Out) dimana
barang yang waktu kadaluarsanya lebih cepat maka itu yang
akan dikeluarkan atau didistribusikan terlebih dahulu, dan
menerapkan prinsip FIFO (First In First Out) yaitu barang yang
pertama diterima maka itu yang akan dikeluarkan atau
didistribusikan terlebih dahulu.
2. Meletakkan sediaan dalam rak depan tanpa di susun sehingga
terlihat lebih luas dan mudah untuk diambil.

Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Motilango Page 34


3. Untuk cairan misalnya Ringer Laktat, Glukosa, Natrium
Klorida dan sebagainya di simpan di gudang penyimpanan dan
disusun tidak lebih dari 8 dos. Untuk mempermudah
pengambilan cairan, maka petugas mengambil 3 atau 4 dos dan
diletakkan di samping ruang peracikan.
4. Memisahkan sediaan farmasi berdasarkan jenis baik untuk
sediaan oral, topical, injeksi, antibiotic, obat-obat Askes, atau
umum.
5. Dilakukan rotasi stok agar perbekalan terasebut tidak selalu
berada dibelakang sehingga dapat dimanfaatkan sebelum masa
kadaluarsa habis.
Selain penyimpanan sediaan farmasi, resep-resep yang
masuk di Apotek juga disimpan berdasarkan peraturan yang
berlaku. Sebelum resep disimpan, maka obat-obat dalam resep
akan dimasukkan ke dalam daftar yang kemudian akan diserahkan
pada pihak yang bersangkutan misalnya PT.ASKES.
Setelah itu resep akan disimpan dalam gudang
penyimpanan yang disusun berdasarkan tanggal resep diterima.
Sedangkan untuk resep narkotika akan dipisahkan dari resep –
resep umum dan disusun tersendiri. Jika telah 3 tahun
penyimpanan maka resep akan dimusnahkan dengan cara dibakar.

III.I.3 Distribusi
Distribusi adalah kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi
kepada pasien untuk pelayanan individu, dalam proses terapi bagi
pasien rawat inap dan rawat jalan, serta untuk menunjang pelayanan
medis.
Tujuan utama manajemen distribusi adalah untuk menjaga
supplai yang baik dari obat dan dapat menyediakan fasilitas,
disamping itu menjamin sumber daya yang ada untuk digunakan
sacara efektif.

Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Motilango Page 35


Dalam kegiatan distribusi obat termasuk didalamnya yaitu:
Penjualan Obat
Apotek Motilango melayani penjualan obat baik obat bebas,
bebas terbatas maupun OWA (Obat Wajib Apotik). Berdasarkan
Surat Keputusan Mentri Kesehatan NO.280/1980 pasal 24 yang
menyatakan bahwa harga obat dengan jasa apotek ditekan serendah
mungkin berdasarkan struktur harga yang ditetapkan oleh Mentri
Kesehatan.
Struktur harga yang ditetapkan oleh Gabungan Pengusaha
farmasi (GPF) dan disetujui oleh pemerintah yaitu harga eceran
tertinggi kepada konsumen yang tidak boleh dicampuri oleh pedagang
eceran.
Harga jual apotek dibedakan atas obat generic dan obat generic
bermerek yang dijual umum :
 Harga Jual untuk Obat Generik di Apotek Motilango :
HJ = HO X 1,1 P X 1,2 L
 Harga jual Obat Generik Bermerek di Apotek Motilango :
HJ = HO X 1,1 P X 1,175 L
Dimana :
HJ = Harga Jual
HO = Harga Obat
P = Pajak
L = Laba

Pelayanan Resep
Dalam pelayanannya, Apotik Motilango merupakan salah satu
apotik yang melayani beberapa resep yaitu resep umum, Askes,

Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Motilango Page 36


Inhealth, Jamsostek dan jamkesda dimana pelayanan ini berjalan 24
jam dalam seminggu penuh tanpa terkecuali.
Jam kerja di apotek ini dibagi menjadi 3 shift yaitu :
 Shift pagi : pukul 08.00 – 16.00
 Shift sore : pukul 16.00 – 22.00
 Shift malam : pukul 22.00 – 08.00
Dimana ketiga shift ini dilakukan secara bergantian sesuai
jadwal oleh 8 karyawan di Apotik.
1. ASKES pegawai negeri
Untuk ASKES pegawai negeri ini pelayanan diberikan kepada
pasien yang berstatus PNS. Misalnya dalam satu keluarga asuransi
dimiliki oleh 4 anggota keluarga.
2. JAMSOSTEK
JAMSOSTEK adalah singkatan dari jaminan sosial tenaga
kerja, dan merupakan program publik yang memberikan
perlindungan bagi tenaga kerja untuk mengatasi resiko ekonomi
tertentu dan penyelenggaraannya menggunakan mekanisme
asuransi sosial. Peserta Jamsostek adalah pegawai swasta yang
perusahaanya bekerja sama dengan PT.Jamsostek
3. JAMKESDA
JAMKESDA adalah singkatan dari jaminan kesehatan daerah,
yaitu salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin
seluruh masyarakat daerah agar dapat memenuhi kebutuhan dasar
hidupnya yang layak terutama dalam kesehatan. Program ini
merupakan program pemerintah bagi masyarakat tidak mampu
yang dikelola oleh PT ASKES yang meliputi Kabupaten
Bonebolango, Kabupaten Gorontalo Utara, Kabupaten Bolmong
Utara, dan Kabupaten Bolmong Selatan.
4. INHEALTH
Sesuai Keputusan Menteri Keuangan nomor KEP-
38/KM.10/2009 tentang Pemberian Izin Usaha di Bidang Asuransi

Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Motilango Page 37


Jiwa Kepada PT Asuransi Jiwa Inhealth Indonesia, INHEALTH
adalah salah satu anak cabang dari PT ASKES, yang merupakan
badan usaha dibidang swasta. Inhealth memiliki 6 pruduk yaitu
Platinum, Diamon, Gold, Silver, Blue, dan Alba. Untuk Platinum
dan Diomon berlaku secara Internasional, Gold dan Silver berlaku
secara Nasional, sedangkan Blue dan Alba berlaku secara Lokal.
5. Pasien Umum
Merupakan pelayanan terhadap pasien bukan asuransi. Dimana
semua biaya pengobatan ditanggung oleh pasien.
Keempat asuransi ini mendapatkan keringanan dalam hal
pengobatan khususnya dari obat-obat yang diresepkan. Namun,
keringanan ini hanya untuk obat-obat yang termasuk dalam Daftar
Plafon Harga Obat ( DPHO ). Jika dalam resep tidak terdapat obat
yang masuk dalam DPHO maka itu akan menjadi tanggungan
pasien.
Alur pelayanan pasien ASKES yaitu :
 Pasien datang ke apotik dengan membawa resep
 Petugas apotek ( apoteker & tenaga tekhnis farmasi )
menganalisa resep dan apakah obat tersebut masuk dalam
DPHO. Jika ada obat yang di luar DPHO maka akan
dikonfirmasikan lebih dahulu ke pasien mengenai harga obat,
apakah pasien sanggup membayar seluruhnya atau mengambil
setengahnya.
 Untuk persyaratannya pasien cukup menyerahkan kartu askes,
surat rujukan, dan jaminan. Jika pasien belum memiliki surat
jaminan (baik jaminan sementara atau jaminan ruangan) maka
pasien harus menmbayar sejumlah obat yang diresepkan
dengan disertai nota jaminan dari apotik. Jika pihak pasien
telah memiliki surat jaminan pihak apotik akan mengembalikan
bayaran pasien sesuai dengan harga askes. Di lingkungan
apotek Motilango, hal seperti di atas dinamakan “Titip Uang”

Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Motilango Page 38


 Untuk pasien gawat darurat, petugas akan menyerahkan obat
terlebih dahulu.ketimbang persyaratan yang telah disebutkan di
atas.
 Bagi peserta Jamsostek dan Jamkesda, bahan habis pakai
(BHP) diberikan langsung ke pasien. Sedangkan untuk peserta
Askes diberikan dalam salinan resep (apograf) yang akan
ditebus di Rumah Sakit.
 Dalam penyerahan obat diberikan informasi tentang
penggunaan obat oleh petugas kepada pasien.
 Untuk pasien rawat inap distribusi obat dilakukan dengan
menyiapkan obat kepada pasien dalam satu unit dosis untuk 3
hari ( 3 X 24 jam ) yang siap dikonsumsi sedangkan untuk
cairan infuse diberikan 3 botol untuk 1 hari. Untuk pasien
rawat jalan obat diberikan dalam satu unit dosis untuk 1 bulan.

a) Skrining Resep
Apoteker melakukan skrining resep meliputi :
1. Persyaratan Administratif :
- Nama, SIP dan alamat dokter
- Tanggal penulisan resep
- Tanda tangan/paraf dokter penulis resep
- Nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan
pasien
- Cara pemakaian yang jelas
- Informasi lainnya
2. Kesesuaian farmasetik : bentuk sediaan, dosis, potensi,
stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian
3. Pertimbangan klinis : adanya alergi, efek samping,
interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain
lain). Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya
dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan

Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Motilango Page 39


memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila
perlu menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan.

Jika telah lengkap, resep kemudian diteliti dan dianalisa


apakah terdapat obat yang berinteraksi sinergis atau antagonis
sehingga menimbulkan hasil terapi yang tidak efektif.
Apabila ditemukan obat yang berinteraksi saling
menghambat maka akan dianalisis penanganannya dengan cepat
dan tepat, biasanya dibantu dengan beberapa literatuir yang telah
disediakan di apotek misalnya ISO dan MIMS.
Misalnya dalam resep tercantum obat ranitidin dan
omeprazol. Kedua obat ini memiliki efek yang sama yaitu
menetralkan asam lambung, jika diberikan secara bersamaan akan
saling menghambat kerja masing-masing obat sehingga tidak
mencapai hasil terapi. Penanganan yang tepat dalam hal ini adalah
dengan mengatur waktu minum dari obat tersebut agar tidak
dikonsumsi secara bersamaan. Hal ini akan ditulis jelas dalam
etiket dan diinformasikan kepada pasien ketika obat diserahkan.
b) Penyiapan obat.
1. Peracikan.
Dalam melaksanakan peracikan obat dibuat suatu
prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan
jumlah obat serta penulisan etiket yang benar. Peracikan
yang dilakukan di apotek Motilango meliputi Peracikan
kapsul, puyer, salep dan pencampuran sirup kering
(antibiotik).
2. Etiket.
Etiket ditulis secara jelas dan dapat dibaca.
3. Kemasan Obat yang Diserahkan

Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Motilango Page 40


Obat dikemas dengan rapi dalam kemasan plastic
obat yang cocok sehingga terjaga kualitasnya dan
disatukan dengan klep agar tidak tercecer.

4. Penyerahan Obat.
Sebelum obat diserahkan pada pasien maka
dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara
obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh petugas
disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada
pasien.
5. Informasi Obat.
Petugas memberikan informasi yang benar, jelas dan
mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan
terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya
meliputi: cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat,
jangka waktu pengobatan aktivitas serta makanan dan
minuman yang harus dihindari selama terapi.

III.1.4 Pengendalian
Pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk
memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan
strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi
kelebihan dan kekurangan/ kekososngan.
Persediaan obat di Apotik Motilango cukup terkendali karena
itemya cukup, dan menejemnya juga bagus sehingga persediaan dapat
dengan mudah dikendalikan oleh petugas.

II.1.5 Penghapusan
Untuk obat-obat yang masa kadaluarsanya tinggal 3 bulan,
langsung dikembalikan ke PBF, sedangkan obat-obat yang masa

Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Motilango Page 41


kadaluarsanya telah habis langsung dikembalikan ke Dinas Kesehatan.
Singkatnya, kegiatan penghapusan di apotek motilango dilakukan di
Dinas Kesehatan Kota Gorontalo.

II.1.6 Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk
memonitor transaki perbekalan farmasi yang keluar dan masuk
dilingkungan Apotik. Untuk sistem pencatatan di Apotek Motilango
ini dilakukan pencatatan dikartu stok dan dengan menggunakan
system komputerisasi. Untuk pencatatan dikartu stok khusus untuk
obat-obat narkotik dan psikotropika.
Sistem pelaporan di apotek ini dilakukan setiap bulan yang
dibuat oleh apoteker penanggung jawab apotek. Laporan yang biasa
dibuat adalah laporan keuangan serta laporan narkotik dan
psikotropik.

II.1.7 Evaluasi
Evaluasi adalah serangkaian prosedur untuk menilai suatu
program dan memperoleh informasi tentang keberhasilan pencapaian
tujuan, kegiatan, hasil dan dampak serta biayanya. Evaluasi ini
dilakukan setiap bulan.

Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Motilango Page 42


BAB IV
PEMBAHASAN

IV.1 Profil Apotek


IV.1.1 Sejarah
Apotek motilango didirikan pada tahun 1999, dengan bentuk
koperasi karyawan (KOPKAR) karena apotek ini merupakan
kerjasama antar 5 orang karyawan PT asuransi kesehatan. Apotek
Motilango mengadakan perjanjian kerjasama dengan PT Askes,
Pemerintah Daerah (Jamkesda), dan PT Jamsostek dalam
pengambilan obat untuk pasien.
Apotek pertama berlokasi di Jalan Aloe Saboe lama
berdekatan dengan Rumah Sakit Daerah Gorontalo. Namun pada
tahun 2004, setelah rumah sakit dipindahkan ke jalan taman
pendidikan, apotek pun dipindahkan di bangunan yang baru. Pada
tahun 2008, kantor Askes direnovasi sehingga kantor Askes untuk
sementara berada dibangunan yang sama dengan Apotek Motilango.
Namun karena telah selesai direnovasi, kantor Askes pun kembali
difungsikan.
Pada awal didirikan apotek motilango telah memilki Surat Izin
Tempat Usaha (SITU), dan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP).
Apotek motilango mengalami perkembangan dari tahun ketahun dan
telah memiliki Surat Izin Apotek (SIA). Sekarang ini seluruh saham
apotek motilango telah dimiliki satu orang yaitu kepala PT asuransi
kesehatan dr. Burhanudin umar. Selain itu apotik motilango juga

Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Motilango Page 43


mengadakan kerja sama dengan perusahaan INHEALTH dan dokter
untuk resep pribadi.
Apotek Motilango memiliki sarana dan prasarana yang
lengkap, bersih dan nyaman. Lingkungan Apotek Motilango selalu
terjaga kebersihannya serta memiliki suplai listrik yang konstan,
terutama untuk lemari pendingin. Selain itu memiliki:
1. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien.
2. Tempat untuk mendisplai informasi bagi pasien, termasuk
penempatan brosur/ materi informasi.
3. Ruang racikan.
4. Tempat pencucian alat.
5. Perabotan apotek yang tertata rapi, lengkap dengan rak-rak
penyimpanan obat dan barang-barang lain yang tersusun dengan
rapi, terlindung dari debu, kelembaban dan cahaya yang
berlebihan serta diletakkan pada kondisi ruangan dengan
temperatur yang telah ditetapkan.

Untuk kebersihan Apotek Motilango diperiksa langsung oleh


Dinas Kesehatan kota Gorontalo.

IV.1.2 Personalia dan Struktur Organisasi Apotek


Apotek Motilango memiliki 8 (delapan) orang petugas dan 1
(satu) orang apoteker penanggung jawab. Dimana tugas dan
tanggung jawab dari kedelapan orang petugas meliputi :
 Pengadaan Obat : 1 orang
 Administrasi keuangan : 1 orang
 Pelaporan resep Askes, Jamsostek dan Jamkesda : 1 orang
 Pelayanan resep : 5 orang.
Apotek ini memiliki petugas yang telah memiliki pengalaman
bertahun tahun bekerja diapotek, bahkan selama pelaksanaan PKL

Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Motilango Page 44


kami akui petugas disini memiliki pengetahuan mengenai obat yang
lebih luas dibandingkan kami sebagai mahasiswa farmasi.
Selain mendapat bimbingan dari apoteker, petugas apotek
motilango juga memberikan bimbingan dan pelatihan demi
meningkatkan pelayanan apotek. Jadi sebagian besar telah
mengetahui dan bisa melakukan pelayanan resep dengan baik.
Untuk mencegah tumpang tindih kewajiban serta wewenang
petugas maka dengan adanya suatu struktur organisasi sebuah
Apotek akan memperjelas posisi hubungan antar elemen orang.

Apoteker Pengelola Pemilik Sarana


Apotek Apotek
Apotek

Administrasi
Apotek

Pelaksana Umum
Apotek

Petugas Petugas Petugas Petugas


Pelayanan Pelaporan Administrasi Pengadaan
Resep Resep Keuangan Obat

1. Apoteker Pengelola Apotek


Tugas, kewajiban dan wewenang :
a) Memimpin semua kegiatan apotek, antara lain mengelola kegiatan
kefarmasian serta membina karyawan apotek.
b) Secara aktif berusaha sesuai dengan bidang tugasnya untuk
meningkatkan dan mengembangkan hasil usaha apotek.

Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Motilango Page 45


c) Mengatur dan mengawasi penyimpanan serta kelengkapan
terutama diruang peracikan.
d) Membina serta memberi petunjuk teknis Farmasi kepada
bawahannya terutama dalam memberikan informasi kepada pasien.

2. Administrasi
Tugas dan kewajiban :
a) Membuat laporan – laporan, pembukuan dan surat menyurat.
b) Membuat laporan keuangan.

3. Petugas Pengelola Resep


Tugas dan kewajiban :
Membuat laporan obat dalam resep baik resep asuransi kesehatan
(Askes), Jaminan Kesehatan Daerah (jamkesda, Jaminan Kesehatan
Tenaga Kerja (Jamsostek) kemudian melaporkannya diinstansi terkait
untuk pengembalian obat – obatan tersebut.

4. Petugas Pengadaan Obat


Tugas dan kewajiban :
Bertugas melakukan pengadaan obat yang dipesan dari Pedagang
Besar Farmasi (PBF) dengan membuat surat pesanan untuk seluruh obat
yang diketahui oleh apoteker pengelola apotek.

IV.1.3 Audit dan Inspeksi


Audit adalah suatu penilaian sistematis untuk menentukan
apakah aktivitas dan hasil-hasil yang berhubungan sesuai dengan
pengaturan yang telah direncanakan dan apakah pengaturan tersebut
diterapkan secara efektif dan sesuai untuk mencapai kebijakan dan
tujuan organisasi. Sedangkan inspeksi adalah suatu kegiatan

Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Motilango Page 46


penilaian terhadap suatu produk, apakah produk itu baik atau rusak
ataupun untuk penentuan apakah suatu lot dapat diterima atau tidak
berdasarkan metode & standar yang sudah ditentukan. Audit dan
Inspeksi di Apotek Motilango yang dilakukan oleh balai POM Kota
Gorontalo dilakukan 3 bulan sekali, untuk memeriksa beberapa
produk obat, terutama obat narkotik dan psikotropik mengenai
penyimpanan, penerimaan dan pengeluaran obat narkotika dan
psikotropika. Selain itu dilakukan pemeriksaan terhadap obat-obat
expired date apakah ada yang terjual atau mengenai pemusnahannya.

IV.2 Masalah Yang Ditemukan Di Apotek


1. Perencanaan
Perencanaan merupakan langkah awal pengelolaan perbekalan
farmasi diapotek motilango. Adapun masalah yang ditemukan dalam
perencaanan obat adalah:
Karena hanya menggunakan satu metode perencanaan yaitu metode
konsumsi sehingga ketersediaan obat diapotek kadang-kadang tidak
efektif dan efisien. Selama pelaksaan PKL pada bulan Januari sampai
Februari banyak ditemukan pasien yang tidak dapat terpenuhi kebutuhan
obatnya disebabkan oleh kekosongan obat. Dimana pada bulan tersebut
merupakan musim hujan, sehingga pasien banyak menderita penyakit
influenza, batuk, demam, penyakit kulit, masuk angin dan sebagainya.
Contoh obat yang sering kosong selama masa PKL adalah : Viks Inhaler,
Salep Betason, Salep Mikonazole, Tolak Angin cair, Sanmol, dan
sebagainya. Untuk memecahkan masalah ini sebaiknya diterapkan pula
metode pola penyakit sehingga tidak terjadi kekosongan obat dan
kebutuhan pasien dapat terpenuhi.

2. Pengadaan
Pengadaan merupakan bentuk realisasi dari perencanaan yang telah
dibuat.

Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Motilango Page 47


 Kekosongan obat yang sering terjadi disebabkan oleh keterlambatan
pengiriman dari pihak distributor/ supplier. Jadi meskipun perencanaan
telah disusun dengan baik saat stok telah berkurang atau habis tetap
saja kekosongan obat terus terjadi. Untuk mengatasi masalah ini, pihak
apotek sebaiknya harus lebih sering menghubungi pihak distributor
agar masalah kekosongan obat dapat teratasi. Selain itu sebaiknya
menambah (minimal 2) supplier/distributor, sehingga jika salah satu
supplier tidak dapat memenuhi pesanan maka salah satu supplier dapat
menutupi masalah tersebut.
 Untuk obat obat kemoterapi seperti Paxsus pengadaannya hanya
sedikit walaupun pemesanannya dalam jumlah banyak dan sering
mengalami keterlambatan. Jadi dalam hal ini bukan disebabkan
kelalaian atau kesengajaan dari pihak apotek melainkan karena
keterlambatan dari pihak distributor. Biasanya dua minggu sebelum
pasien akan menjalani kemoterapi dokter menulis resep untuk pasien
yang diserahkan diapotek, tapi kadang obat tersebut datang terlambat
bahkan sampai lewat satu minggu dari jadwal kemoterapi.
Untuk mengatasi hal tersebut sebaiknya pihak apotek menelpon
langsung pihak distributor untuk menghindari kekosongan obat.

3. Pelayanan Resep/ obat


Masalah pelayanan resep sebagaian besar terjadi pada siang hari
yaitu:
 Banyaknya pasien menyebabkan antrian yang panjang saat menunggu
petugas menyiapkan obat. Sehingga seringkali pasien marah. Perasaan
marah sering diekspresikan lewat suara yang keras, dan merintah agar
ia didahulukan obatnya dari orang yang lebih dulu datang.
Untuk memecahkan masalah tersebut pasien diberitahukan secara
baik-baik agar menunggu dengan sabar, pihak apotek akan
mendahulukan resep yang lebih dahulu diserahkan ke petugas.

Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Motilango Page 48


 Banyaknya pasien menyebabkan pelayanan obat tidak efektif.
Contohnya bahan habis pakai untuk peserta Jamkesda kadang-kadang
tidak sempat diberikan. Untuk mengatasi hal tersebut kita harus lebih
teliti dalam pelayanan obat meskipun berhadapan dengan banyak
pasien.
 Beberapa pasien tidak ingin diberikan informasi mengenai regimen
obatnya. Ia merasa telah mengetahui cara pakai dan penggunaan obat
tersebut, kebanyakan hal ini terjadi pada pasien rawat jalan. Untuk
mengatasi hal tersebut pemberian informasi obat diupayakan sesingkat
dan sejelas mungkin sehingga walaupun banyak pasien pemberian
informasi obat tetap dilaksanakan secara efektif dan efisien.
 Beberapa pasien yang marah karena salah satu obatnya tidak masuk
dalam DPHO untuk askes sehingga mereka harus membayar obatnya
tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut sebagai calon tenaga teknis
kefarmasian kita harus memberitahukan secara baik-baik dengan
memperlihatkan buku DPHO sehingga pasien merasa yakin dengan
penjelasan yang diberikan, serta perlu dilakukan sosialisasi tentang
DPHO dari pihak ASKES kepada peserta ASKES.
 Banyak pasien yang belum paham mengenai obat generic dan generic
bermerek yang sebenarnya efek terapinya sama. Tapi kadang-kadang
pasien mempermasalahkan nama dagang dan bentuk atau warna dari
sediaan. Contonya obat sanadril, pasien meminta obat yang
kemasannya berwarna merah tapi yang tersedia diapotek berwarna
ungu, padahal obatnya sama hanya beda warna kemasan. Selain itu ada
juga pasien yang mempermasalahkan bentuk obat, contohnya obat
CTM. Mereka meminta tablet yang bentuknya panjang sedangkan
yang tersedia diapotek hanya bentuk yang bulat yang sebenarnya
obatnya sama hanya berbeda bentuk.
Untuk mengatasi hal tersebut pasien diberitahukan bahwa
meskipun obatnya berbeda warna ataupun bentuk tapi jika zat aktinya
sama maka indikasinya juga sama, hanya berbeda pada bentuk dan

Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Motilango Page 49


pengemasannya. Tapi ada beberapa pasien yang tetap pada
pendiriannya dan akan mencari obat tersebut diapotek lain.

BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
1. Apotek Motilango merupakan salah satu sarana kesehatan yang resep
melayani pasien umum, Askes, Jamkesda, Jamsostek dan Inhealth.
2. Pengelolaan resep di Apotek Motilango ditangani berdasarkan peraturan
yang berlaku, mulai dari penerimaan sampai penyerahan obat kepasien.
Selain itu apotek ini juga memberikan pelayanan informasi obat kepada
pasien yang membutuhkan.
3. Pengelolaan perbekalan farmasi di Apotek Motilango dilakukan dengan
baik dari tahap perencanaan sampai tahap evaluasi.

V.2 Saran
1V.2.1 Untuk Apotek
1. Pelayanan resep/ obat sebaiknya lebih ditingkatkan baik dari segi
pruduk yang disediakan maupun pelayanannya kepada pasien
2. Memberikan informasi obat secara efektif dan efisisen.
3. Pemberian etiket obat perlu diperhatikan khususnya obat-obat yang
diminum saat makan atau bersama makan. Selain tulisan “sebelum
makan/ setelah makan”, sebaiknya di etiket harus dicantumkan
tulisan “saat makan/ bersama makan”

Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Motilango Page 50


4. Perlu dipasang larangan “Dilarang merokok” di Apotek, karena hal
ini dapat mengganggu dan membahayakan pasien lain dan petugas
yang melayani obat pasien.
IV.2.2 Untuk Peserta PKL
1. Meningkatkan pengetahuan tentang obat dan keterampilan
dispensing obat agar kebutuhan pasien akan obat dapat terpenuhi
secara efekti dan efisien.
2. Bersifat asertif ketika berhadapan dengan pasien yang suka marah-
marah.
DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. 2008. Manajemen Farmasi. Gadjah mada Universiti Press:


Yogyakarta.

Anonim, 2002. Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta.

Anonim, 2003. Izin Kerja Asisten Apoteker. Jakarta

Depkes RI, Buku Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi Di Rumah Sakit.

Depkes RI, Buku Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi Di Apotek.

Siregar, C.J.P. 2003. Farmasi Rumah Sakit. Penerbit Buku Kedokteran : Jakarta

Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Motilango Page 51


Soekamto.S, 1999. Aspek Hukum Apotek dan Apoteker. Jakarta

LAMPIRAN GAMBAR

1. Apotek Motilango Tampak Depan

2. Bagian dalam Apotek Motilango

Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Motilango Page 52


3. Ruang Peracikan

Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Motilango Page 53


4. Lemari Penyimpanan Obat Apotek Motilango

Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Motilango Page 54


5. Lemari Penyimpanan Obat Narkotik

Laporan Praktek Kerja Lapangan di Apotek Motilango Page 55

You might also like