Professional Documents
Culture Documents
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
………………………………………………………………………… i
DAFTAR
ISI………………………………………………………………………………….
ii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang………………………………………………
……. 1
B. Permasalahan……..
……………………………………………… 2
C. Tujuan Penelitian ….
……………………………………………... 3
D. Kegunaan Hasil Penelitian ....
………………………………….... 3
A. Hasil Pengembangan
Model.......................................................... 24
B. Hasil Validasi dan
Perbaikan……………………………………. 52
C. Hasil Uji Coba
Efektivitas………………………………………. 55
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………………………..
58
LAMPIRAN………………………………………………………………………
…………. 63
5
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Uraian
Halaman
1 DAFTAR PERTANYAAN
64
2 A CONCEPTION OF ISLAMIC EDUCATION
65
3 THE ISLAMIC CONCEPT OF KNOWLEDGE
67
4 AL-FARABI’S PERSPECTIVES ON THE GOALS OF ISLAMIC
EDUCATION
69
5 EDUCATION SYSTEM IN MOSLEM SOCIETIES 71
6 PEDAGOGICAL PRINCIPLES OF ISLAMIC EDUCATION 73
BAB I
PENDAHULUAN
dalam bahan ajar. Dengan demikian, tenaga pengajar akan dapat mengurangi
aktivitas untuk menjelaskan sehingga memiliki banyak waktu untuk membimbing
pemelajar dalam melakukan aktivitas pembelajaran. Kedua, bahan ajar
berkedudukan sebagai alat atau sarana untuk mencapai standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Ketiga, bahan ajar juga merupakan wujud pelayanan satuan
pendidikan terhadap peserta didik. Peserta didik berhadapan dengan bahan yang
terdokumentasi dan berhubungan dengan informasi yang konsisten sehingga bagi
peserta didik yang cepat belajar, akan dapat mengoptimalkan kemampuannya
dengan mempelajari bahan ajar tersebut. Sebaliknya, bagi peserta didik yang
lambat belajar, akan dapat mempelajari bahan ajar secara berulang-ulang. Dengan
demikian, optimalisasi pelayanan belajar terhadap peserta didik dapat
terselenggara dengan baik melalui penggunaan bahan ajar.
B. Rumusan Masalah
Untuk menunjang proses pembelajaran yang efektif dan efisien baik yang
berlangsung secara face to face di dalam ruang kelas maupun untuk kebutuhan
pembelajaran mandiri, maka perlu didukung dengan rancangan dan
pengembangan bahan ajar yang dapat mengintegrasikan kemampuan kognisi,
afeksi, dan psikomototik. Oleh karena itu, yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bahan ajar berbasis media apa saja yang digunakan dalam pembelajaran
bahasa Inggris di UIN Alauddin?
2. Bagaimana mengembangkan model bahan ajar bahasa Inggris berbasis
teknologi informasi dan komunikasi?
3. Bagaimana efektivitas model bahan ajar bahasa Inggris yang
mengintegrasikan teknologi informasi dan komunikasi?
C. Tujuan Penelitian
8
b. Bagi mahasiswa, penerapan model bahan ajar bahasa Inggris berbasis TIK
akan memberikan suasana kebebasan untuk berkreasi dan mengembangkan
diri baik dalam lingkup ruang kelas maupun secara asynchronous.
c. Bagi tenaga pendidik, hasil penelitian ini akan dapat memberikan
kontribusi besar untuk menfasilitasi penggunaan TIK dalam proses
pembelajaran.
d. Bagi para Pejabat akademik di lingkungan UIN Alauddin, hasil penelitian
ini diharapkan menjadi masukan untuk dijadikan sebagai salah satu bahan
pertimbangan dalam mengambil kebijakan, terutama yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran berbasis TIK.
e. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan akan memacu untuk
mengadakan penelitian lebih lanjut baik penelitian yang sejenis maupun
menggunakan model pengembangan bahan ajar bahasa Inggris berbasis
TIK ini untuk diteliti dalam penelitian action research.
10
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Konsep Pengembangan
Pengembangan adalah salah satu domain teknologi pembelajaran yang
berfungsi sebagai proses penerjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik.3
Kawasan pengembangan mencakup banyak variasi teknologi yang digunakan
dalam pembelajaran yang dapat diorganisasi ke dalam empat kategori, yakni (1)
teknologi cetak yang menyediakan landasan untuk kategori yang lain, (2)
teknologi audio visual, (3) teknologi yang berasaskan komputer, dan (4) teknologi
terpadu. Dalam kawasan pengembangan terdapat keterkaitan yang kompleks
antara teknologi dan teori yang mendorong baik desain pesan maupun strategi
pembelajaran. Pada dasarnya kawasan pengembangan dapat dijelaskan melalui;
(1) pesan yang memberikan informasi, (2) strategi pembelajaran, dan (3)
manifestasi fisik dari teknologi perangkat keras, perangkat lunak, dan bahan
pembelajaran.
Dalam melakukan kegiatan pengembangan, beberapa pertimbangan
penting yang perlu dipahami mencakup (1) mengidentifikasi tujuan pembelajaran
(standar kompetensi), (2) melakukan analisis pembelajaran, (3) menganalisis
peserta didik dan konteks, (4) menulis tujuan instruksional khusus (kompetensi
dasar), (5) mengembangkan instrument asesmen, (6) mengembangkan strategi
pembelajaran, (7) mengembangkan dan menyeleksi materi pembelajaran, (8)
mendesain dan melakukan evaluasi formatif, (9) melakukan revisi, dan (10)
3
Barbara Seels, dan Rita Richey, The Defination And Domain Of The Field. (Association For
Educational Communication And Technonology. Washington DC, 1994), hal. 35.
11
conditioning dari Ivan Pavlov, Connectionism dari Thorndike, dan teori operant
conditioning dari Skinner. Pertama, teori classical conditioning didasarkan atas
reaksi sistem tak terkontrol di dalam diri seseorang dan reaksi emosional yang
dikontrol oleh sistem syaraf otonom serta gerak reflek setelah menerima stimulus
dari luar.6
Kedua, teori connectionism, menekankan pada jaringan asosiasi atau
hubungan antara stimulus dan respon yang kemudian disebut S-R bond theory.
Dalam hubungan antara stimulus dan respon ini dipengaruhi oleh beberapa faktor,
sehingga Thorndike merumuskan tiga hukum belajar, yakni; (1) law of readiness,
yaitu bahwa belajar akan terjadi bila ada kesiapan pada diri individu, (2 law of
excercise, yaitu bahwa hubungan antara stimulus dan respon dalam proses belajar
akan diperkuat atau diperlemah oleh tingkat intensitas dan durasi dari
pengulangan hubungan atau latihan yang dilakukan, (3) law of efect, yaitu bahwa
hubungan antara stimulus dan respon akan semakin kuat bila sebuah respon
menghasilkan efek yang menyenangkan. Sebaliknya, apabila respon kurang
menyenangkan, maka hubungan antara stimulus dan respon akan melemah.7
Ketiga, teori operant conditioning, mengatakan bahwa perilaku dalam
proses belajar terbentuk oleh sejauh mana konsekuensi yang ditimbulkan. Jika
konsekuensinya menyenangkan, maka akan terjadi positive reinforcement berupa
atau reward akan membuat perilaku yang sama terulang lagi, sebaliknya apabila
konsekuensinya tidak menyenangkan yaitu negative reinforcement atau
punishment akan membuat perilaku dihindari.8
Teori-teori Kognitif tentang Belajar. Teori belajar kognitif justru
memberikan tanggapan langsung bahwa belajar bukan hanya dapat diamati
melalui perubahan perilaku, melainkan juga perubahan struktur mental internal
seseorang yang memberikan kapasitas padanya untuk menunjukkan perubahan
perilaku. Struktur mental yang dimaksud mencakup pengetahuan, keyakinan,
keterampilan, harapan, dan mekanisme lainnya dalam otak peserta didik. Teori-
6
Anita Woolfolk, Educational Psychology. (Boston: Pearson Education Inc, 2004), pp. 20-203
7
Paul Eggen dan D. Kauchak, Educational Psychology Windows on Classrooms (USA: Prentice
Hall Inc, 1997), pp. 198-199.
8
Ibid, pp. 204-205
14
teori belajar kognitivisme terdiri atas teori cognitive field, teori schema, dan
information-processing theory. Pertama, teori belajar cognitive field menjelaskan
bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah termasuk mental sehingga yang
paling berperan adalah motivasi baik berupa ekternal dan motivasi internal.
Kedua, teori schema, beranggapan bahwa schema yang telah menjadi
bagian yang sudah terbentuk dalam diri anak akan berguna dalam mengingat
pengalaman yang diperoleh melalui beberapa proses seperti menyeleksi,
mengambil intisari, dan menginterpretasi yang kemudian dapat dimodifikasi
melalui aktivitas yang merujuk pada penambahan, penyesuaian, dan
restrukturisasi. Ketiga, information-processing theory menjelaskan bahwa belajar
adalah suatu upaya untuk memproses, memperoleh, dan menyimpan informasi
melalui short term memory (memory jangka pendek) dan long term memory
(memori jangka panjang).9
Teori-teori Konstruktivis tentang Belajar. Teori konstruktivis
dikembangkan oleh Piaget dengan nama individual cognitive constructivist theory
dan Vygotsky dalam teorinya yang disebut socialcultural constructivist theory.
Piaget telah terkenal dengan teorinya mengenai tahapan dalam perkembangan
kognisi. Piaget menemukan bahwa anak-anak berpikir dan beralasan secara
berbeda pada periode yang berbeda dalam kehidupan mereka. Dia percaya bahwa
semua anak secara kualitatif melewati empat tahap perkembangan seperti umur 0 -
2 tahun adalah tahapan pengembangan sensory-motor stage, tahap perkembangan
sensori motor, umur 2 sampai 7 tahun adalah tahapan preoperational stage, umur
7 – 11 tahun adalah tahap concrete operation. Setiap tahap mempunyai tugas
kognitif yang harus diselesaikan. Pada tahap sensori motor, susunan mental anak
hanya dapat menerima dan menguasai objek yang kongkrit. Penguasaan terhadap
simbol terjadi hingga anak itu berada pada tingkat preoperational. Sedangkan
pada tahap konkrit, anak-anak belajar menguasai pengelompokkan, hubungan,
angka-angka, dan alasan dari mana semuanya itu diperoleh. Tahap terakhir adalah
tahap penguasaan pikiran.
Pertumbuhan intektual melibatkan tiga proses fundamental; asimilasi,
9
James P. Byrnes, Cognitive Development and Learning in Instructional Contexts (Boston:
Allyn and Bacon, 1996), pp. 24-25
15
10
Jean Piaget. Approach to Learning and the Development of the Intelect dalam Robert M.W.
Travers, Essentials of Learning. Fourth Edition (New York : Macmillan Publishing Co., Inc.
1977), p 147-154
11
Vigotsky. Thought and Language. Combridge. (The Mitt Press. London, 1977) p 23
12
Conny Semiawan, “Perkembangan Anak Usia Dini”, Makalah dalam Seminar Pendidikan
Nasional Anak Usia Dini (Jakarta: Ditjen PLS dan Pemuda Depdiknas dengan UNJ, 9 - 11
Oktober. 2004), p. 8
16
Bahan ajar memiliki istilah yang berbeda-beda diberikan oleh para ahli.
Istilah yang banyak digunakan dalam kajian desain instruksional adalah
instructional materials (bahan pembelajaran) yang mencakup seluruh bentuk-
bentuk pembelajaran seperti petunjuk bagi instruktur, modul peserta didik,
Overhead Transparancies (OHP), videotapes, format multimedia berbasis
computer, dan web pages untuk pendidikan jarak jauh.13 Dalam hubungannya
dengan integrasi teknologi ke dalam pembelajaran, bahan ajar juga disebut
materials yang biasa dibedakan dengan tools (peralatan), dan devices (perangkat,
alat). Peralatan adalah hardware dan software yang digunakan bersama untuk
menciptakan video training yang disimpan atau diekspor melalui materi. Materi
adalah webstrem (digital), video cassette (analog), dan DVD (digital) yang
digunakan untuk menyimpan video training yang dinonton melalui perangkat.
Sedangkan, perangkat adalah computer dengan web browser dan quicktime player
(digital), VCR (analog), DVD player (digital), dan computer DVD Rom (digital)
yang digunakan untuk mengakses materi.14
Bahan ajar juga disebut learning materials (materi ajar) yang mencakup
alat bantu visual seperti handout, slides/overheads, yang terdiri atas teks, diagram,
gambar dan foto, plus media lain seperti audio, video, dan animasi. 15 Selain itu,
bahan ajar juga dikenal dengan istilah teaching materials (bahan ajar) yang
dipandang sebagai materi yang disediakan untuk kebutuhan pembelajaran yang
mencakup buku teks, video dan audio tapes, software computer, dan alat bantu
visual.16 Jadi, yang dimaksud dengan bahan ajar di sini adalah seperangkat materi
yang disusun secara sistematis untuk kebutuhan pembelajaran baik bersifat bahan
cetak (printed material) maupun yang berwujud audio, visual, video, multimedia,
dan materi yang berbasis web.
13
Walter Dick, Lou Carey, and James O. Carey, Opcit. Hal. 7.
14
Antony Karl Betrus dalam Alan Januszewski dan Michael Molenda, Educational technology: A
Definition with Commentary (New York: Lawrence Erlbaum Associates, 2008), p. 225.
15
Christopher Butcher, Clara Davies, dan Melissa Highton, From Module Outline to Effective
Teaching (New York: Routledge, 2006) p.130.
16
Doshisha Kenji Kitao and Doshisha S. Kathleen Kitao, Selecting and Developing Teaching/
Learning Materials, 2009, p. 4, (http://iteslj.org/Articles/Kitao-Materials.html).
17
17
Wikipedia, Information Technology, 2009, p. 1
(http://en.wikipedia.org/wiki/Information_technology).
18
Heinich, R., Molenda, M., Russell, J. D., & Smaldino, S. E. (Instructional media and
technologies for learning. Seventh edition. Upper Saddle River, New Jersey: Pearson
Education), 2002. Hal. 5.
19
Leigh Zeitz, Technology Integration Plan, unpublished paper UIN: USA, 2005. Hal. 16.
18
(ESP)
Secara tekstual dan structural ESP terdiri dari tiga huruf masing-masing
‘E’ yaitu English, ‘S’ yaitu Spesific, dan ‘P’ yaitu Purpose.22 Dalam Bahasa
dan Tujuan. Kemudian frase tersebut dalam Bahasa Indonesia diartikan menjadi
Bahasa Inggris untuk Tujuan Khusus. Berdasarkan definisi tekstual tersebut, ESP
1. Pengertian
20
Wikipedia (http://en.wikipedia.org/wiki/Blog) 2007, hal 1.
21
Opcit. 32
22
Ian Martin, An Invitation to ESP (Singapore: SEAMEO, 1992), p.16.
19
English For Specific Purposes (ESP) atau Bahasa Inggris untuk tujuan
khusus adalah suatu pendekatan baru dalam pengajaran dan penggunaan Bahasa
Inggris untuk bidang dan kajian khusus yang sesuai dengan kebutuhan bidang
ilmu dan profesi pengguna Bahasa Inggris tersebut. Bidang ilmu dan profesi
tersebut misalnya Bahasa Inggris untuk ilmu hukum, kedokteran, teknik mesin,
“It (here ESP) is generally used to refer to the teaching and learning of a foreign
berbeda dengan General English (GE) misalnya. Tujuan ESP adalah agar
mahasiswa mampu menguasai Bahasa Inggris pada bidang yang mereka pelajari.
Misalnya mahasiswa kimia, maka mereka harus memahami Bahasa Inggris untuk
kimia, atau jika mereka mahasiswa teknik, mereka harus mengetahui Bahasa
Inggris untuk teknik, atau jika mereka bekerja di perhotelan, maka mereka harus
tertentu pada bidang ilmu dan profesi tertentu. Tujuan ini umumnya dipahami
sebagai manfaat dalam peran Bahasa Inggirs itu sebaga alat komuniksi baik lisan
maupun tulisan. Maka dari itu, ESP sebaiknya dilihat sebagai pendekatan, konsep
dan metode yang memang berbeda dengan Bahasa Inggris umum (General
23
Paulina Robinson, English For Specific Purposes (Oxford: Pergamon Press, Ltd, 1990),
p.5.
20
berbeda. Materi ESP mengacu pada kebutuhan mahasiswa (students’ needs) dan
pengguna lulusan itu sendiri. Hal senada juga dikatakan oleh Mc Donough
tentang definisi dan konsep ESP. Dia berpepndapat “ESP courses are those
where the syllabus and materials are determined in all essentials by prior
pengguna lulusan karena mahasiswa baik ketika mereka kuliah maupun ketika
mereka akan bekerja materi ajar atau bahan ajar harus sesuai dengan
kebutuhannya. Jadi pendekatan ESP adalah pendekatan dari bawah ke atas (button
up approach ).
Dengan uraian di atas, hal ini dapat disimpulkan bahwa ESP adalah bukan
suatu produk baru, tetapi sebuah pendekatan dalam pembelajaran Bahasa Inggris
yang berbeda dengan Bahasa Inggris umum. ESP merujuk pada pembelajaran
bidang ilmu dan pekerjaan. Materi ESP berbasis dan dikembangkan berdasarkan
analisis kebutuhan.
Inggris umum (General English). Karakeristik ini tentu juga berbeda secara jelas
dan signifikan dengan pembelajaran Bahasa Inggris yang lain seperti seperti
dalam Kristen Gatehouse, Key Issues in English for Specific Purposes (ESP)
untuk memenuhi kebutuhan pembelajar, b) substansi dan isi ESP dikaitkan dengan
tema dan topik pada bidang ilmu tertentu, jenis pekerjaan atau aktivitas tertentu,
c) berpusat pada bentuk kebahasaan yang sesuai dengan aktivitas dan bidang ilmu
atau pekerjaan seperti sintaksis, leksikal, wacana, semantik, dan sebagainya, dan
Robinson selanjutnya mengatakan bahwa ada tiga ciri utama ESP yang
Dalam konteks ini, pembelajar belajar Bahasa Inggris bukan karena alasan ingin
tahu bahasa itu sebagai bahasa dan budaya yang terkandung di dalamnya, tetapi
pembelajar belajar ESP karena memiliki tujuan khusus, tertentu dan spesifik
dalam bdang akademik dan profesi yang satu dengan yang lainnya. 2) Substansi
bidang akademik maupun profesi. 3) ESP lebih ditujukan pada pembelajar dewasa
dari pada anak atau remaja. Hal ini logis karena ESP umumnya diajarkan pada
tingkatan akademik menengah dan tinggi dan profesional atau tempat kerja.26
tipikal dari ESP. Mereka lebih lanjut mengatakan bahwa krakteristik absolut dari
ESP adalah:
ESP is designed to meet needs of the learners; ESP makes use of the
underlying methodology and activities of the disciplines it serves; ESP is
centered on the language (grammar, lexis, register), skills, discourse, and
genre appropriate to these activities.
Dari kutipan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa ada tiga hal yang
berkaitan dengan ESP. Pertama, ESP harus disain dan dirancang untuk memenuhi
26
Paulina.C. Robinson, ESP Today: A Practioner’s Guide. (New York: Prentice Hall.
1991). p. 2-3
27
Evens-Dudley Tony dan Maggie Jo st.John . Developments in ESP: A multi-
disciplinary approach. (Cambridge: Cambridge University Press. 1998), p.4-5.
23
ilmu yang ditargetkan atau dipelajari dan diajarkan. Ini artinya bahwa metode dan
bidang ilmu, pekerjaan, dan profesi yang mencerminkan variasi dan beragamnya
yang sesuai dengan aktivitas. Dalam hal ini cakupan kebahasaan dalam ESP baik
dalam tataran, grammar, leksikal dan register dalam hal tertentu berbeda dengan
Di samping itu, ciri fundamental lain dari ESP masih menurut Evens dan
penting yang harus dipertimbangkan. Dalam konteks akademik dan profesi atau
profesi yang satu dengan yang lain. Ada bidang akademik atau profesi yang
juga bidang akademik atau profesi yang dominan dengan keterampilan menulis.
28
Hoadley- Maidment, 1980 dalam McDonough. ESP in Perspectives: A Practical
Guide. (London: Collin Educational Publishing,1984).p.38.
24
juga menunjukkan esensi lain dari ESP bila dibandingkan dengan GE atau ESL
situasi pembelajaran khusus dan metode mengajar yang berbeda dengan Bahasa
Inggris umum , b) ESP kelihatannya lebih sesuai dan cocok bagi pembelajar
dewasa baik pada akademik tinggkat tinggi maupun profesi atau tempat kerja
profesional, namun ESP mungkin juga dapat digunakan bagi pembelajar tingkat
menengah, c) biasanya ESP dirancang dan didesain untuk mahasiswa dengan level
tingkat menengah dan tinggi, namun demikian sebagian pembelajaran ESP juga
Dari uraian di atas, ada dua hal penting yang dapat ditarik sebagai
fundamental artinya ciri tersebut merupakan wajib dan harus ada dan digunakan
dalam pengembangan pembelajaran ESP dan bersifat final dan tetap. Kedua,
karakteristik yang bersifat optional atau lebih tepatnya dapat dikategorikan dengan
menggunakan kata ’seharusnya’ atau kata atau frase ”lebih baik atau lebih
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan
(research and development) yang dapat didefinisi sebagai “a process used to
develop and validate educational products atau suatu proses untuk
mengembangkan dan menvalidasi produk pendidikan”.29 Penelitian ini dikatakan
penelitian dan pengembangan (research and development) karena meliputi
kegiatan penelitian dan pengembangan model bahan ajar berbasis TIK.
Pelaksanaan penelitian mencakup kajian konseptual tentang bahan ajar
bahasa Inggris, studi lapangan mengenai bahan ajar berbasis TIK, dan studi
tentang kebijakan universitas mengenai pentingnya integrasi teknologi ke dalam
pembelajaran. Ketiga kegiatan tersebut masuk dalam penelitian pendahuluan yang
menjadi pijakan dalam pengembangan model bahan ajar berbasis TIK. Hasil yang
diperoleh melalui penelitian awal kemudian dianalisis dan dijadikan bahan
pertimbangan dalam mengembangkan model bahan ajar berbasis TIK. Sesuai
dengan jenis penelitian yang dilaksanakan yaitu penelitian dan pengembangan
(research and development), maka metode yang digunakan juga merupakan
perpaduan antara metode penelitian dan metode pengembangan. Penggabungan
kedua istilah ini lebih sering dikenal dengan sebutan metode penelitian dan
pengembangan.
B. Prosedur Penelitian
Proses penelitian dan pengembangan meliputi sepuluh langkah, yaitu: (1)
mengumpulkan riset dan hasil penelitian; (2) perencanaan; (3) mengembangkan
bentuk produk awal; (4) pengujian lapangan pendahuluan; (5) revisi produk
29
W.R. Borg . & Gall, M.D.. Educationnal Research. (London: Longman, 1983), hal. 772
26
utama; (6) uji lapangan utama; (7) revisi produk operasional; (8) uji lapangan
operasional; (9) revisi produk akhir; (10) penyebaran dan implementasi.30
Namun, mengingat keterbatasan waktu, tenaga, dan dana, kesepuluh
langkah tersebut disederhanakan menjadi tiga langkah, yaitu: (1) penelitian
pendahuluan, (2) penyusunan model, dan (3) validasi model31. Pertama, penelitian
Pendahuluan dilakukan dalam bentuk studi kepustakaan dan survei pendahuluan.
Langkah ini sering dikenal dengan sebutan analisis kebutuhan (need assessment).
Survei pendahuluan dilakukan untuk mengkaji kondisi riil bahan ajar bahasa
Inggris yang digunakan. Kedua, dengan mendasarkan pada hasil penelitian
pendahuluan, maka dirumuskan dan diadaptasikan model bahan ajar berbasis TIK
yang dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran. Hasil
pengembangan model ini dalam bentuk bahan ajar bahasa Inggris berupa modul
berbasis weblog, youtube, dan podcasting. Ketiga, validasi model yang dilakukan
dalam research and development (R &D) ini adalah validasi ahli. Validasi ini
dilakukan dengan meminta beberapa praktisi dan pakar TIK dan Ahli Bahasa
Inggris untuk memberikan pertimbangan, penilaian dan masukan pada model
pembelajaran bahasa Inggris yang telah dikembangkan.
D. Keabsahan Data
Mengingat data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data
kualitatif, maka uji validitas data yang dilakukan lebih banyak ditekankan pada uji
validitas data kualitatif. Adapun langkah yang ditempuh dalam mengembangkan
validitas (kesahihan) data penelitian adalah: (1) trianggulasi; (2) reviu informan;
(3) Penyusunan data base; dan (3) kehadiran peneliti ke tengah lokasi penelitian.
Trianggulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi data dan
trianggulasi metode.33 Reviu informan merupakan upaya pengembangan validitas
data yang dilakukan dengan cara mengkomunikasikan unit-unit laporan yang telah
disusun kepada informannya, khususnya yang dipandang sebagai informan pokok
(key informan).34 Data base merupakan kumpulan formal bukti data yang
diperoleh dari berbagai sumber data yang dapat berupa catatan, dokumen,
rekaman, bahan tabulasi dan narasi.35 Sedangkan, dalam pelaksanaan penelitian
ini, peneliti secara langsung hadir ke lokasi penelitian untuk melakukan
pengumpulan data.
36
Julia Branner, Mixing Methods: Qualitative and Quantitative Research (USA: Ashgate
Publishing Company, 1995), p.11
37
M.B.Miles dan A.M. Huberman, Qualitative Data Analysis : A Sourcebook of New Methods
(London New Delhi : Sage Publications, 1984), pp. 21-23.
29
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
itu dalam pembahasan hasil pengembangan model ini terlebih dahulu akan
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, khususnya dalam mata kuliah English for
Specific Purposes.
1. Analisis Kebutuhan
Bahan ajar English for Specific Purpose pada Jurusan Bahasa Inggris
Tahun 2008. Mata kuliah ini dirancang dalam rangka membekali dan
samping itu, mata kuliah English for Specific Purposes diarahkan untuk
yang mencakup aspek reading, writing, listening, and speaking, begitu pula
pemahamannya kepada Islam dan pendidikan Islam. Untuk memahami lebih jauh
tentang aspek-aspek ruang lingkup dan kawasan mata kuliah ini, berikut diuraikan
standard kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator, dan topik-topik inti
yang yang menjadi pokok kajian sebagai mana dalam Silabus Mata Kuliah
Semester : VI
Course Description:
The English for Specific Purposes is designed for students to upgrade and update
assists the students in reading, writing, listening, and speaking skills, as well as
Competence Standard:
Based Competence:
Indicators
Core Topics
Reference
kebutuhan pembelajar. (b) substansi dan isi ESP dikaitkan dengan tema dan topik
pada bidang ilmu tertentu, jenis pekerjaan atau aktivitas tertentu, (c) berpusat pada
bentuk kebahasaan yang sesuai dengan aktivitas dan bidang ilmu atau pekerjaan
seperti sintaksis, leksikal, wacana, semantik, dan sebagainya, dan d) ESP berbeda
dengan General English, maka dapat dikatakan bahwa bahan ajar yang tersedia
sebagai mana ditunjukkan dalam silabus tersebut baru memenuhi sebagian dari
Tidak dapat dipungkiri bahwa materi yang tersedia saat ini seperti yang
pengembangan bahan ajar ESP harus diarahkn pada disiplin dan bidang
keilmuan. Oleh karena itu, substansi dan isi ESP dikaitkan dengan tema dan topik
pada bidang ilmu tertentu, jenis pekerjaan atau aktivitas tertentu. Di sini, ESP
harus diarahkan pada bidang keilmuan ketarbiayaan dan keguruan yang dipayungi
34
oleh kontks keUINnan. Dengan kata lain, ESP yang dikembangkan pada jurusan
ESP juga harus berpusat pada bentuk kebahasaan yang sesuai dengan
aktivitas dan bidang keilmuan atau pekerjaan. Secara linguistik, bentuk bahasa
yang paling terkecil dapat dianalisis secara komprehensif melalui fonetik dan
bunyi dan fonem. Pada level kosa kata dengan segala kategori dan struktur
level kalimat yang mencakup frasa dan klausa dikaji secara mendalam melalui
bidang keilmuan sintaksis. Di samping itu, receptive skills seperti listening dan
reading serta productive skills seperti speaking dan writing merupakan bagian
dilihat dari cakupan materinya dan fokus keterampilan yang hendak dicapai.
Bahasa Inggris umum boleh mengambil materi yang tidak sesuai dengan bidang
silabus ESP yang telah disajikan sebeumnya lebih berorientasi pada bahasa
Inggris umum dari pada masuk dalam kategori ESP. Artinya materi bahasa ESP
saat ini belum sesuai dengan kebutuhan mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris
Semster VI.
35
Kompetensi Dasar (KD) yang hendak dicapai oleh peserta didik dalam
tujuan dan membuat indikator seperti yang terdapat pada Kurikulum Berbasis
keterampilan berpikir peserta didik menurut tingkat atau level pengetahuan mulai
dari yang terrendah sampai yang tertinggi sebagai mana dideskrepsikan di bawah
ini.
evaluasi
Keterampilan Berpikir Tingkat sintesis
Tinggi
analisis
aplikasi
pemahaman
Pengetahuan
BLOOM TAKSONOMI
Pengetahuan Peserta didik yang bekerja pada tingkat ini hanya berkisar pada
mengingat atau menghafal informasi dari yang konkrit ke
informasi yang abstrak.
Pemahaman Pada tingkat ini, peserta didik mampu mengerti dan membuat
rangkaian dari sesuatu yang dikomunikasikan. Artinya, peserta
didik mampu menerjemahkan, menginterpretasi, dan
meramalkan kemungkinan dalam berkomunikasi.
Aplikasi Peserta didik dapat menerapkan konsep yang sesuai dan
abstraksi dari suatu masalah atau situasi sekalipun tidak
diminta untuk melakukannya.
Analisis Peserta didik dapat memilah dan membagi materi ke dalam
beberapa bagian dan mampu mendefinisikan hubungan antara
bagian-bagian tersebut
Sintesis Peserta didik menciptakan produk, menggabungkan bagian-
bagian dari pengalaman sebelumnya dengan bagian yang baru
untuk menciptakan keseluruhan bagian.
Evaluasi Peserta didik memberikan keputusan terhadap nilai dari suatu
materi pembelajaran, argumen, atau pandangan yang
berkenaan dengan sesuatu yang diketahui, dipahami,
dilakukan, dianalisis, dan dihasilkan.
38
Nwlink, Bloom's Taxonomy of Learning Domains, 2010, hal, 2-4
(http://www.nwlink.com/~donclark/hrd/bloom.html)
37
saui nsi
nathapalkhim aa hampussaaai nn menciptakan
mengevaluasi
m ee nm
m n geaear sappeinen atnaeglaeil eushrti
evnm
atas, maka standar kompetensi dan kompetensi dasar yang didesain dalam silabus
di untuk mata kuliah English for Specific Purpose masih berada pada tingkat
perpikir rendah atau berada pada tinkat kedua dalam desain Anderson. Hal ini
tingkat pendidikan tinggi dan perlu diarahkan pada kompetensi yang lebih tinggi
atau pada level penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi menurut taksonomi
Bloom.
suara (audio), visual, dan gambar bergerak. Visual sendiri dapat dibedakan
menjadi tiga bagian yaitu gambar, garis, dan simbol yang merupakan suatu
38
kontinu dari bentuk yang dapat ditangkap dengan indera penglihatan. Disamping
itu Bretz juga membedakan antara media siar (telecomunication) dan media rekam
(recording) sehingga terdapat delapan klasifikasi media yaitu (1) media audio
visual gerak, (2) media audio visual tak bergerak, (3) media audio semi gerak, (4)
media visual gerak, (5) media visual tak bergerak, (6) media semi gerak, (7)
rangsangan yang dapat ditimbulkan dari pada medianya sendiri, yaitu: kesesuaian
yaitu objek, model, suara langsung, rekaman audio media cetak, pembelajaran
terprogram, papan tulis, media transparansi, filem rankai, filem, filem bingkai,
bergerak, filem bersuara, dan mesin belajar. Ketujuh kelompok media ini
stimulus belajar
minat belajar
perilaku belajar
kondisi eksternal
cara berfikir
39
alih ilmu
prestasi, dan
umpan balik
komputer, multimedia, Internet & Intranet. Mereka juga menambahkan salah satu
”perjalanan lapangan”, field trip, semacam piknik atau perjalanan wisata. Field
trip merupakan berdarwa wisata di luar ruangan kelas untuk mengkaji proses
kenyataan, orang, dan barang atau sesuatu objek yang dapat diintegrasikan dengan
kurikulum atau proses pembelajaran. Dilihat dari segi harga, field trip merupakan
”media” pembelajaran yang paling murah dan dapat membawa dampak yang
digunakan dalam menyajikan materi pembelajaran pada mata kuliah ESP adalah
media visual lebih khusus pada media cetak karena hanya mengandalkan buku
paket dan pembelajaran face to face yang hanya berlangsung dengan setting ruang
dalam mata kuliah English for Specific Purpose (ESP) pada Jurusan Pendidikan
Semester VI masih mengandalkan buku teks dan cenderung cocok dengan level
bahkan menjadikan ESP sebagai mata kuliah yang diremehkan dan tidak
terkait dengan proses pengembangan bahan ajar, yaitu aspek analysis, tujuan, dan
evaluasi. Hal ini sesuai dengan model desain yang dikembangkan oleh Dick &
Carey yang menjadi rujukan dalam mengembangkan bahan ajar ESP berbasis
Web Blog.
prasyarat dan karakteristik peserta didik (4) menyusun kompetensi atau kinerja
instruksional, (7) menyusun bahan ajar yang sesuai (8) melakukan evaluasi
b. Analisis Instruksional
asiswa) akan mampu memahami konsep pendidikan Islam, institusi, dan organisasi serta menerapkan dalam interaksi asin
Menformulasi
mengemukakan konsep, sistem, ide ke dalam
dan aspek pendidikan paragraph
Islam (1.3) dan
membandingkan
memposting (2.3)
sistem
Merekonstruksi
pendidikan ide menjadi pandangan baru (4.3)
memberikan contoh tentang
Menspesifikasi
organisasiide-ide
dan insititusi
dan memposting
(1.2)mengaitkan
ke dalam
antara
Webpendidikan
blogMerespon
(2.2)baratpandangan
dan Timur (3.1)
kolega terhadap hasil kajian (4.2)
45
mendeskrepsikan konsepmenyimpukan
ilmu pengetahuan
hasil bacaan
(1.1) dan memberi respon (2.1) Memposting hasil kajian secara online
(4.1)
B. Tujuan Instruksinal 2
Diberikan bacaan dan pertanyaan yang
1. Mahasiswa akan mampu
yang berhubungan dengan kontribusi
membandingkan konsep pendidikan
pendidikan Islam dan Barat dalam
Islam dan barat, kontribusinya dalam
membangun peradaban manusia (KN),
pengembangan sain dan teknologi
mahasiswa menyimak dan menganalisis
termasuk mutu pendidikan yang
bahan bacaan (PR), klasifikasi dan
dihasilkan
kategorisasi (KR).
e. Mengembangkan Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam bahan ajar English for Specific Purpose
ini terdiri atas dua komponen, yakni instumen online dan face to face. Instrumen
online digunakan untuk mengukur kemampuan penguasan bacaan dan writing,
sedangkan instrument face to face hanya untuk mengukur kemampuan listening
and speaking. Semua pertanyaan yang diajukan untuk menguji penguasan materi
bacaan didesain dalam bentuk essay yang diangkat dari bahan bacaan. Artinya
jika mahasiswa tidak membaca bahan yang diberikan, maka proses mengonstruksi
ide tidak akan sejalan dengan isi bacaan. Berikut ini diberikan contoh pertanyaan
dari beberapa topic.
Essay
Islam and the West have
different point of view about
THE ISLAMIC knowledge. The term
CONCEPT OF knowledge in Islam is called
KNOWLEDGE 'ilm that refers to all-embracing
term covering theory, action
and education. Knowledge in
the Western world means
information about something,
divine or corporeal. Muslims
claim that no other religion or
ideology has so much
emphasized the importance of
'ilm. The West, however, has
successfully used the
knowledge to establish
civilization. What do you think
about the application of
knowledge in the Moslem
world and the West right now?
Include data as well as
scientific reason to support
your argument.
Essay
Report to UNESCO of the
International Commission on
AL-FARABI’S Education for the Twenty-first
PERSPECTIVES ON Century that education
THE GOALS OF throughout life is based upon
ISLAMIC four pillars: learning to know,
EDUCATION learning to do, learning to live
together, and learning to be.
Explain your point of view,
how UNESCO’s four pillars of
50
yang mencakup kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup yang dalam
alamnya sudah termasuk media, materi, metode, dan asesmen. Namun secara
mikro srategi pembelajaran mrujuk paa metode yang menyangkut cara atau
strategi untuk digunakan dalam mencapai tujun yng diinginkan. Pada bagian ini
Pendahuluan
Deskripsi Singkat
52
5. TIK: Mahasiswa mampu mengkaji isi bacaan dan mengritisi dalam bentuk
tertulis melalui Web-blog dan lisan secara face to face
Penyajian
Uraian :
Memberikan bahan bacaan mengenai institusi pendidikan Islam, publikasi, dan
kondisi sain teknologi dalam masyarakat Islam, mahsiswa membaca dan mengkaji
bacaan tersebut kemudian menjawab pertanyaan dengan menulis respon pada
kolom komentar. Bagi mahasiswa lain membaca posting tersebut dan memberikan
tanggapan terhadap posting tersebut. Masing-masig mahasiswa memiliki satu kali
posting utama dan satu kali posting komentar untuk menanggapi komentar dari
mahasiswa lainnya.
Contoh :
53
Pertanyaan
Some people said that conception of education does not have any roots in
Islam. If there is a term, it is limited only for implying that Islamic
education omits secular knowledge. The other might assume that it is
shorthand for hatred teaching of western civilization. How do you think
this opinion? Write at least three reasons to support your argument. You
may agree or disagree with those.
Response:
Penutup
1. Tes Formatif
a. Pra-tes: Tes ini akan diberikan sebelum diberikan bahan bacaan guna untuk
mengukur pengetahuan dasar yang dimiliki mahasiswa Tes ini akan
memasukkan seluruh materi yang akan disajikan dalam pembelajaran.
b. Pos-tes, yakni tes yang diberikan sesudah mahasiswa mengikuti seluruh
rangkaian pembelajaran. Tes ini dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana
tingkat penguasaan materi yang sudah diberikan.
c. Tes profisiensi dengan mengumpulkan portofolio yang dilakukan oleh
mahasiswa. Tes ini dimaksudkan untuk melihat langsung tulisan yang
dihasilakan oleh mahasiswa.
2. Umpan Balik
Setiap tuisan atau posting mahasiswa akan terihat lengakp dengan tanggal
posting mereka dan diberikan umpan balik baik secara online maupun dalam
pertemuan face to face.
3. Tindak Lanjut
Alat bantu ingatan : web Blog http://englishforspesificpurpose.blogspot.com/
Situs ini harus dibaca setiap saat karena terdapat eberapa petunjuk dan informasi
tentang tugas dan kegiatan pembelajaran.
56
Video http://englishforspesificpurpose.blogspot.com
Internet
Tape, kaset
Audio
h. Evaluasi
evaluasi sumatif adalah evaluasi yang bertujuan untuk member judgement apakah
model ini dapat digunakan untuk pembelajaran English for Specific Purpose atau
tidak. Namun evaluasi sumatif tidak termasuk dalam pengembangan ini. Untuk
lebih jelasnya akan dibahas melalui hasil validasi dan perbaikan sebagai berikut.
57
for Specific Purpose, dilakukan validasi dalam bentuk: (a) diskusi/seminar dengan
para dosen pada Jurusan Pendidikan bahasa Inggris dalam berbagai kesempatan.
Diskusi ini dilaksanakan dengan dosen pendidikan Bahasa Inggris baik yang
Jakarta. Masukan yang didapat dari kegiatan diskusi dengan para dosen dapat
warna-warni.
Warnet.
58
tampilan seperti sekarang ini. Begitu pula dengan tugas yang diberikan baik
membaca dan menulis dapat dilakukan melalui online dengan hanya menilai dari
segi tulisan mahasiswa. Artinya ketika maasiswa menulis posting utama dan
2. Validasi Pakar
adalah:
b) Dr. Alek Abdullah sebagai pakar dalam bidang English for Spesific
Purpose.
Masukan dan penilaian dari kedua pakar dapat dirangkum dalam uraian
berikut.
a) Secara umum, bahan ajar ini dinilai baik dan merupakan terobosan baru
tinggi Islam. Oleh karena itu disarankan agar pengembangan bahan ajar ini
tidak hanya dilakukan pada mata kuliah ESP mainkan untuk mata kuiah-
bahasa Inggris yang ada di lingkungan UIN Alauddin Makassar saat ini.
Masukan dari pakar tersebut cukup baik dan sangat bermanfaat untuk
Masukan lain, selain masukan tersebut berupa koreksi yang bersiifat redaksional,
Uji coba efektivitas bahan ajar ESP berbasis ICT ini dilakukan pada
Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Tariyah dan Keguruan UIN Alauddin
Makassar. Dalam pengembangan bahan ajar ESP ini dilakukan Uji coba pada
menggunakan bahan ajar berbasis ICT sedangkan pada kelompok 5 dan 6 diberi
eksperimen yang menggunakan bahan ajar berbasis ICT tampak lebih aktif
mahasiswa lebih tampak dalam diskusi, baik diskusi kelompok maupun diskusi
juga tampak pada hasil atau dampak dari proses pembelajaran tersebut.
terdorong semangatnya untuk belajar, lebih berminat pada mata kuliah ESP dan
timbul rasa ingin tahu untuk mempelajari atau mengakaji berbagai peristiwa
secara online.
portofolio yang dibuat mahasiswa. Portofolio dari kedua kelas tersebut dinilai
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pelaksanaan penelitian ini berusaha mengembangkan bahan ajar English for Specific
Purpose berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dapat disimpulkan sebagai berikut.
konvensional dengan bahan ajar visual dalam bentuk materi cetak kurang efektif, dan
bahkan dapat dikatakan tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Kondisi ini bukan hanya
2. Penggunaan bahan ajar English for Specific Purpose dengan berbasis teknologi informasi
sesuai dengan konsep low order and high order thinking karena mengakomodasi
3. Penggunaan bahan ajar English for Specific Purpose dengan berbasis teknologi informasi
dan komunikasi lebih efektif dibanding dengan penggunaan metode konvensional, baik
dilihat dari proses maupun hasil pembelajaran. Hasil unjuk kerja melalui portofolio
menunjukkan tingkat yang berbeda secara signifikan antara kelompok eksperiment dan
kelompok control.
4. Dalam pembelajaran yang menggunakan bahan ajar berbasis TIK tampak lebih aktif,
kreatif dan merasa senang dalam proses pembelajarannya serta dapat meningkatkan
minat, gairah belajar, rasa ingin tahu, dan memungkinkan mahasiswa untuk menemukan
63
sendiri berbagai sumber belajar secara online. Kondisi semacam ini tidak didapatkan
B. Saran
Dengan mendasarkan hasil penelitian tentang pengembangan bahan ajar English for
Specific Purpose berbasis teknologi informasi dan komunikasi dapat diajukan beberap saran.
dengan penyediaan segala sarana dan prasarana, atau fasiitas khususnya jaringan
Internet dan listrik yang memadai. Pengadaan facilitas jug harus dibrengi
diharapkan
kreativitas mahasiswa
dalam bidang ilmu lainnya juga diharapkan dapat mengmbangkan web blog
sendiri atau menggunakan web blog yang sudah dikembangkan sebagai media
berlangsung di dalam ruang kelas yang hanya terbatas menurut ukuran waktu
DAFTAR PUSTAKA
Davies, Christopher Butcher Clara, dan Melissa Highton. 2006. From Module
Outline to Effective Teaching . Routledge. New York.
Dick, W And Carey, L.2005. The Sistematic Desain Of Instruktional. Allyn And Bacon, Boston.
Eggen, Paul dan D. Kauchak. 1977. Educational Psychology Windows on Classrooms Prentice
Hall Inc. USA.
Gredler, Margaret Bell. 1986. Learning and Instruction Theory Into Practice.,
McMillan Publishing Company. New York.
Heinich, R., Molenda, M., Russell, J. D., & Smaldino, S. E. 2002. Instructional media and
technologies for learning. Seventh edition. Pearson Education.Upper Saddle River, New
Jersey.
Kitao, Doshisha Kenji and Doshisha S. Kathleen Kitao. 2009. Selecting and Developing Teaching/
Learning Materials. (http://iteslj.org/Articles/Kitao-Materials.html).
Piaget, Jean. 1977. Approach to Learning and the Development of the Intelect, dalam Robert
M.W. Travers, Essentials of Learning. Fourth Edition . Macmillan Publishing Co.,
Inc.New York.
Robert K. Yin, Case Study Research : Design and Methods, Baverly Hills,
London New Delhi: Sage Publications, 1987.
Sells,B.B. dan Richey,R.C. 1994. The Defination And Domain Of The Field.
Association For Educational Communication And Technonology.
Washington DC.
Vigotsky,L. 1987. Thought and Language. Combridge. The Mitt Press. London.
Zeitz, Leigh. 2005. Technology Integration Plan, unpublished paper UIN. USA.
Lampiran 1
DAFTAR PERTANYAAN
Petunjuk:
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut berdasarkan kondisi riil yang terjadi dalam pelaksanaan
pembelajaran
1. a. Apakah Bapak/ Ibu menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam
pelaksanaan pembelajaran?
b.
…………………………………………………………………………………………………
………………………………………………
5. a. Hambatan apa yang Bapak/Ibu hadapi dalam mengintegrasikan TIK ke dalam pembelajaran?
b.
………………………………………………………………………………………………………
……………………………………….
69