You are on page 1of 6

PENGARUH PEMBENAH TANAH tERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN AIR TANAMAN KEDELAI' (Glycine max L.

) PADA REGOSOL Effect of Soil Conditioner on Water Use Efficiency of Soybean (Glycine Max L.) Grown in Regosol

Lisa Indriani', Sukardi Wisnubroto2f M. Dradjad3 Program Studi llmu Tanah

Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada

ABSTRACT

An experiment on the effect of soil conditioner on water use efficiency of soybean grown in Regosol was conducted in greenhouse and Soil Physics and Chemistry Laboratory, Soil Science Departement, Agriculture Faculty, Gadjah Mada University. The experiment started in May 1997 until November 1997. Completely Randomized Design with two factors, soil conditioner and watering frequency, was used. The first

. factor: soil conditioner with two kinds of soil conditioner e.g. spent mushroom substrates (SMS) with concentration of 0.5 %, 1.0 %, 2.0 % and polyvinyl alcohol (PVA) solution with concentration of 0.05 %, 0.1 %,0.2 %, and untreated as control. The second factor; watering interval of all treatments were 3, 5, or 7 days.

The objective of the experiment was to examine and compare the effect of applying spent mushroom substrates and polyvinyl alcohol as soil conditioner on soybean water use efficiency.

The result showed that soil conditioner improved soil physical properties related to the soil capability to keep soil moisture available for plants. Significant interaction between the use of soil conditioner and watering frequency was noted with respect to plant water use and yield water use efficiencies. Soil conditioner increased water use efficiency, but no significant differences of water use and yield-water use efficiencies between the two materials of soil conditioner disregarding what frequent watering was given. Concentration 1 % spent mushroom substrates coupled with watering at three day interval led to better efficiency in both plant water use and yield water yse.

Keywords: polyvinyl alcohol -- spent mushroom substrates -- water

use efficIency

PENGANTAR

Limbah Jamur Merang sebagai Pembenah Tanah

Limbah jamur merang merupakan limbah organik yang dapat dimanfaatkan sebagai rembenah tanah karena bahan organik ini selain dapat memperbaiki sifat kimia, biologi tanah juga memperbaiki sifat

1.Swasta

2. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

fisik tanah, sehingga diharapkan meningkatkan efisiensi penggunaan air tanaman.

Allison (1973) mengemukakan bahwa pengaruh bahan organik terhadap sifat fisik tanah adalah melalui peranannya dalam pembentukan dan pemantapan agregat. Di dalam tanah humus membentuk ikatan senyawa organik-mineral, terutama dengan mineral lempung. Pembentukan senyawa organik-mineral ialah dengan jalan: jernbatan kation, ikatan hidrogen, kakas van der waals, dan jerapan anion (Hillel, 1980).

Polivinil Alkohol sebagai Pembenah Tanah

Polivinil alkohol (PVA) merupakan salah satu polielektrolit sintetis yang digunakan untuk meningkatkan agregasi dan memantapkan struktur tanah, merupakan polimer non ionik, berantai panjang, hidrofilik (mudah bereaksi dengan air) dan megandung gugus OH. Bentuk fisik PYA adalah tepung halus berwarna putih. Polimer tak terionisasi ini dapat terikat dengan zarah-zarah tanah melalui ikatan Hidrogen atau kakas van der waals (De Boodt, 1979). Ikatan dengan jembatan H terjadi an tara gugus OH dari bahan' polimer dengan -0- (Oksigen) pad a zarah tanah (De Boodt, 1972).

Rumus bangun PVAyaitu:

1-12 H H2 H H2 H

! ! ! ! ! !

---<:----<:---c:---<:---c:---<:-_.

OH

OH

OH

Hasil penelitian Blavia dkk. (1971) cit. Stefanson (1973) menunjukkan bahwa PYA memperlihatkan efektifitasnya sebagai pemantap pada permukaaan tanah dan tingkat hidrolisis PYA tidak merubah kemantapan permukaan zarah tanah. Kondisi tersebut dapat mempengaruhi kemampuan tanah dalam mengikat dan menyediakan air tanah bagi tanaman.

Efisiensi Penggunaan Air Tanaman Kedelai Penggunaan Air Tanaman Kedelai

Penggunaan air harian tanaman kedelai sangat bervariasi tergantung faktor-faktor seperti musim, luas kanopi tanaman, air tersedia, energi radiasi, temperatur, kelembaban udara dan keeepatan angin. Doorenbos dan Pruitt (1977) mengemukakan bahwa penggunaan air tanaman kedelai per periode tanam antara 400-700 mm dengan laju penggunaan air rata-rata 5 em per minggu.

Kebutuhan air untuk evapotranspirasi berubah untuk tiap fase pertumbuhan tanaman. Doorenbos dan Pruitt (1977) mengemukakan kebutuhan evapotranspirasi tanaman kedelai: pad a fase pertumbuhan awal 30-40 %, fase vegetatif 70-80 %, fase pembungaan dan pem-

bentukan 100-115 %, fase pengisian polong 70-80 % dan fase pematangan hingga panen 40-50 % dari kebutuhan air tanaman per hari.

Efisiensi penggunaan air tanaman kedelai .

Konsep efisiensi iri.gasi .dapat diperhitungkan dari pemasukan air dan keluaran yang dihasilkan, Menurut Hillel (1979) efisiensi penggunaan air (Water Use Efficiency atau WUE) untuk tanaman adalah berat kering tanaman yang dapat dihasilkan per unit pemakaian air. Sedangkan efisiensi penggunaan air hasil tanaman (Yield Water Use Efficiency atau YWUE) yaitu banyaknyahasil tanaman yang didapatkan per unit pemakaian air (Palaniappan, 1988 dan Asley, 1983) dan dinyatakan dalam persamaan:

YWUE = ..L... x 100%

wu

YWUE= Efisiensi penggunaan air hasil tanaman (%)

y Hasil tanaman (g)

, . wu = Penggunaan air (g)

CARA PENELITJAN

Metode Penelitian

Pereo~aan menggunakan Raneangan Aeak Lengkap (RAL) dengan 2 f~ktor yaitu faktor I: pembenah tanah (C) yang terdiri atas 7 maeam, yalt':l ~1, C2, C3, C4, S:5, C6, C7. Faktor II: Frekuensi pemberian air (F) terdm atas 3 aras, yaitu F1, F2, F3. Sehingga diperoleh 21 kombinasi perlakuan. Setiap perlakuan memiliki 3 ulangan.

Faktor I: Pembenah tanah (C) Cl = (kontrol)

C2 = 0,50 %LJM/berat tanah kering mutlak (63,21 g/10000 g tanah) C3 = 1,00 % LJM/berat tanah keringmutlak (126,42 g/10000 g tanah) C4 = 2,00 % LJM/berat tanah kering mutlak (252,84 g/10000 g tanah) C5= larutan 0,05 % PYA

C6= larutan 0,10 % PYA

C7 = larutan 0,20 % PYA

Faktor II: Frekuensi Pemberian air Fl = x ml 13 hari

F2 = Y ml 15 hari

F3 = z ml 17 hari

. Tana~a~ kedelai yang digunakan dalam pereobaan ini adalah vanetas Willis yqng berumur pendek, diasumsikan kebutuhan airnya 500 mm/selama pertumbuhan tanaman setara 353,5 ml/hari. Pemberian air disesuaikan kebutuhan air per hari tanaman kedelai pada setiap fase pertumbuhannya yaitu 40 % usia 1-20 hari, 80 % usia 21-35 hari, 120 % usia 36-70 hari, 80 % usia 71-80 hari dan 45 % usia 80-90 hari.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu limbah jamur merang (LJM), polivinil alkohol (PVA), regosol yang diambil dari Desa Trihardjo Kabupaten Sleman, dan tanaman kedelai (Glycine max ( L.) Merr.) sebagai tanaman indikator. Alat yang digunakan antara lain termometer tanah, termohidrometer, dan seperangkat alat dan bahan analisis sifat kimia dan fisika tanah di laboratorium.

Parameter utama yang diamati yaitu: volume air yang diberikan selama pertumbuhan tanaman (penggunaan air) dan volume air atusannya, kebutuhan airtanaman (evapotranspirasi), hasil tanaman berupa be rat kering biji kedelai, berat kering total tanaman kedelai. Parameter pendukung yang diamati yaitu sifat fisik tanah dan data agroklimatologi.

Pelaksanaan Penelitian

Perlakuan dengan limbah jamur merang sebagai pembenah tanah. Limbah jamur merang (LJM) dikering anginkan, kemudian dihaluskan dengan mesin penggiling jaringan, kemudian dilakukan penyaringan dengan saringan berdiameter lubang 1 min. SerbukLJM dicampur hingga homogen lantas ditetapkan kadar lengasnya.

Selanjutnya tanah yang telah disiapkan dicampur dengan serbuk LJM sesuai perlakuan. Campuran tanah dan serbuk LJM kemudian dimasukkan ke dalam pot sesuai perlakuan, kemudian diinkubasikan selama 2 minggu.

Perlakuan dengan pembenah tanah PYA. Sebelum tanah disemprot dengan PYA, dilakukan pembasahan tanah awal (Pre wetting). Pembasahan awal dilakukan dengan menyemprotkan air pada tanah secara merata sebanyak 7,5 % be rat tanah. Polivinil alkohol (PVA) diberikan dengan menyemprotkan secara merata pada seluruh permukaan tanah sebanyak 1510 ml yang ditetapkan bercfasarkan kadar Iengas tanah pada kapasitas lapang dikurangi lengas yang ditambahkan pada pembasahan awal.

Analisis sifat fisik dan kimia tanah

a. Berat jenis (Bj) dengan metode piknometer (Soekodarmodjo dkk.,1985).

b. Berat volume (BV) ditetapkan dengan metode gravimetri (Soekodarmodjo dkk.,1985).

c. Lengas tanah pF 0; 2,54; dan 4,25 ditetapkan dengan metode piring tekan, Pori pengatusan tanah (pori makro) dihitung dari selisih Iengas tanah pada pF 0 dan pF 2,54. Volume lengas tersedia (pori mikro) dihitung dari selisih lengas tanah pada pF 2,54 dan pF 4,25 (Soekodarmodjo dkk.,1985).

d. Porositas total tanah dihitung dari penetapan berat volume dan be rat jenis tanah (Soekodarmodjo dkk.,1985).

e. N-total ditetapkan dengan metode Kjeldahl (Soekodarmodjo dkk.,1985).

f. Analisis C-total tanah ditetapkandengan m:etode pembakaran (destruksi) basah. C-totallimbah jamur me rang ditetapkan dengan metode destruksi kering (Soekodarmodjo dkk.,1985).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tanah Regosol dengan Pemberian Pembenah Tanah Limbah Jamur Merang atau PoliviniI Alkohol

Tabell. Karakteristik tanah Regosol dan limbah jamur merang sebelum perlakuan

No. Karakteristik Tanah regosol ... Limbah jamur
Tekstur: merang
1
- Lempung (%) 13,28
- Debu (%) 15,78
- Pasir (%) 70,94
- Klasifikasi (USDA,1994) Geluh berpasir
2 Berat [enis (gram/ em") 2,62
Berat Volume (gram/ ern") 1,39
3 Pori Total (%) 46,94
4 Kadar lengas (%):
- pF 0 25,59
- pF 2,54 14,37
laF 42 2,00 29,00
adarlengas kering udara (%)
5 pH:
-H2O 6,42 .. 8,67
-KCl 5,72 8,04
6 BO (%) 1,48 87,30
C-organik (%) 0,86 50,64
7 N total (%) 0,13 1,04
8 KTK (me/100 g tanah) 12,50 24,00
9 Ca (me/100 g tanah) 0,60 3,14
10 Mg (me/100 g tanah) 0,66 0,72
11 K (me/100 g tanah) 0,73 0,83
12 P tersedia (me/100 g tanah) 14,0
Keterangan: - = tidak dianalisis 116

/iGKU::>/illV.::> II. \1.1, lVlt::' 1.::J::J::J

Tabel 1 memperlihatkan karakteristika regosol dan limbah ja~':lr merang yang digunakan dalam pereobaan. Sedangkan karakteristik tanah pereobaan (regosol) dengan perlakuan pembenah tanah disajikan pada Tabe12. Untuk pH, BO, C-organik, N,.KTK, K, Ca, Mg, P ta~ah memperlihatkan peningkatan dengan peningkatan ar~s 'p~mbenan limbah jamur merang (LJM), sedangkan pembenan pohvm~l alkohol (PYA) larutan 0,2 % (C7) sekalipun memperlihatkan karakteristik yang nisbi mendekati perlakuan kontrol (Cl).

Tabel 2. Karakteristik tanah dengan perlakuan pembenah tanah

No ·~M"~ r CI =+ C2 --'-C3

I Berat Jenis (gram/em") 2,53 'I 2,5 \ \2,44

8erat Volume (gram/em") 1,25 1,23 I 1,22

2 Pori Total (%) 50,59 'I 50,99 50,00

3 Kadar len gas (%): \

_ pF ° 57,46 60,18 64,06 .

_ pF 2,54 22,38 I 22,54 23,22 .

4 ~H :;,2 :::: \ 8,27 ::::

_ KCI 5,65 5,97

5 I 60 (%) 2,57 \' 2,95

C-organik (%) 1.49 1,71

~ ~~~a:~:o:oo g tanah) :~:li~ I :yt~

9 Ca (me/I 00 g tanah) 2,73 4,85

10 Mg(me/IOOgtallah) 0.76 \ I,ll

11 K (mel I 00 g tanah) 0,38 1.18

12 P tersedia(me/IOO tanah) 20,10 17,01

60,13 32,89
23,87 19,85
9,27 9,16
7,38 6,65
6,56 5.86
3,24 2,69
1,88 1,56
0,15 0.12
12,53 13,00
11,77 10.50
4,04 2,82
1,08 0,90
2,09 0,59
21,67 17,62 Keterangan:

CI = (kontrol)

C2 = 0,50 % LJM/berat tanah kering mutlak C3 = 1,00 % LJM/berat tanah kering mutlak C4 = 2,00 % LJM/berat tanah kering mutlak C7 = larutan 0,20 % PYA

Pengaruh Pernbenah Tanah dan Frekuensi Pernberian Air terhadap Kebutuhan Air Tanarnan Kedelai

Pada Tabel 3 terlihat bahwa makin besar jumlah pembenah LJM yang diberikan maka makin tinggi kebutuhan air tanaman, sebahknya penambahan konsentrasi pembenah PYA justru menu.runka~ kebutuhan air tanaman. LJM sebagai pembenah tanah orgamk alami yang bahan asalnya ~ampura!, je~ami, pu.puk k~ndang dan kapur memiliki daya serap air yang tmggi, selain ItU hasil perombakan q~ juga meningkatkan porositas tanah karena mampu mernperbaiki agregasi dan struktur tanah. Penambahan LJM. menmgkatka~ aIr· tersedia yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup tanaman. Sebaliknya pembenah PYA menyebabkan terbentuk~ya agregat-agregat makro tanah yang nisbi lebih padat sehmgga porositas tanah berkurang. Kondisi tersebut menurunkan kemampuan tanah

mengikat air yang berarti berkurangnya air tersedia untuk memenuhi

kebutuhan air tanaman. .

Dari Tabel 3 terlihat bahwa kebutuhan air tanaman tertinggi yaitu pada perlakuan LJM 2 % dengan fre.kuensi pemberian air x nil/5 hari (C4F2) yang disebabkan karena makin besamya jumlah bahanorganik (LJM) yang mampu mengikat air dengan baik ditunjang dengan I?ember~~n air 5 hari sekali dal~m jumlah sekali~us banyak dan masih dapat diikat oleh tanah menunJang evapotranspirasi yang lebih tinggi.

Tabel 3. ~enga.ruh interaksi pembenah tanah (C) dan frekuensi pembe-

nan air (F) terhadap kebutuhan air tanaman kedelai (rnl)

Pembenah FREKUENSI
Rata-rata
Fl F2 F3
Cl 26272 ale 27580 ab 24405 d:l 26085,7
C2 25489 ed 22951 de 21957 e 23465,7
C3 27054 ab 28036 a 22470 ed 25853,3
C4 27702 ab 28061 a 22994 ed 26252,3
C5 27217 ab 27849 ab 22270 ed 25778,7
C6 26676 ab 27377 ab 22426 ed 25493,0
C7 26818 ab 26933 ab 21442 e 25064,3
Rata-rata 26746,9 26969,6 22566,3 + Keterangan :

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sarna tidak menunjukkan bed a nyata menurut 0,05.

Pengaruh Pembenah Tanah terhadap Produksi Hasil dan Bahan Kering Tanarnan Kedelai

Tabe14 dan Tabel 5 memperlihatkan bahwa pembenah tanah rnempengaruhi produksi berat kering total tanaman maupun hasil tan~man. ~embenah. LJM 2 % ~emperlihatkan pengaruh paling baik, terl~hat dan produksi berat kermg total tanaman maupun berat kering hasil tanaman yang diperoleh paling tinggi masing-masing 25,156 gram dan 1~,677 gram .. LJM selain memperbaiki sifat fisik tanah khususnya por.osltas tan~h Juga memperbaiki sifat biologis dan kimia tanah, sehmgga menmgkatkan produktivitas tanah.

Frekuensi pemberia.n air juga memperlihatkan pengaruh yang nyata terhadap berat kenng total tanaman maupun berat kering hasil tanama~. Frekuensi pem~erian air Fl (x ml/3 hari) meningkatkan produksi tanaman dan hasil tanaman. Tabe19 dan 10 memperlihatkan b~hwa perlakuan Fl menunjukkan berat kering tanaman Iebih tinggi dibandingkan perlakuan F2 (y ml/5 hari) ataupun F3 (z ml/7 hari), hal

ini menerangkan bahwa produksi berat kering tanaman dipengaruhi ketersediaan air, apabila Iaktor-faktor lain tidak mernbatasi produksi bahan kering meningkat jika air tersedia juga meningkat.

Tabel 4. Pengaruh interaksi pembenah tanah (C) dan frekuensi pemberian air (F) terhadap produksi berat kering total tanaman (gram)

FREKUENSI
Pembenah Rata-rata
Fl F2 F3
Cl 17,794 e-g 16,667 e-h 16,215 f-i 16,892
C2 22,533 a-d 16,429 e-i 12,008 k 16,990
C3 24,133 ab 19,274 d-f 15,343 g-j 19,583
C4 25,156 a 19,799 c-e 17,072 e-h 20,676
C5 21,673 b-d 19,796 c-e 13,174 i-k 18,214
C6 22,785 a-c 18,255 e-g 14,276 h-k 18,439
C7 22,437 a-d 17,862 e-g 12,827 jk 17,709
Rata-rata 22,359 18,297 14,416 + Keterangan:

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sarna tidak rnenunjukkan beda nyata rnenurut 0,05 dalarn DMRT.

Notasi e-g di dalarn tabel berarti e hingga g

Tabel5. Pengaruh interaksi pembenah t~ah (C) da~ frekue.nsi pemberian air (F) terhadap produksi berat kenng hasil tanaman (gram)

FREKUENSI
Pembenah Rata-rata
Fl F2 F3
Cl 11,330- d-g 10,743 d-g 11,254 d-g 11,109
C2 15,383 ab 11,088 d-g 7,583 h 11,351
C3 16,323 a 13,104 b-d 10,127 e-h 13,185
C4 16,677 a 12,953 b-e 11,257 d-g 13,629
C5 14,475 a-c 13,442 b-d 8,929 gh 12,282
C6 15,697 ab 12,366 c-f 9,969 f-h 12,677
C7 15,353 ab 12,496 c-f 8,519 gh 12,123
Rata-rata 15,034 12,313 9,663 + Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak rnenunjukkan beda nyata rnenurut 0,05 dalarn DMRT.

Notasi d-g di dalarn tabel berarti d hingga g

LIsa ITm' un" c;, ",., s: c:U.O"" usi rr;"'ur;,,",, 1U"""

Pen~aruh Pembenah Tanah dan Frekuensi Pemberian Air terhadar. Efislensi Penggunaan Air dan Efisiensi Penggunaan Air Hastl Tanaman Kedelai

Pengaruh interaksi pembenah tanah dan frekuensi pemberian air meningkatkan efisiensi penggunaan air tanaman dan efisierisi pen~gunaan air hasil tanaman (Tabel6 dan TabeI7). Perlakuan dengan pembenah tanah menunjukkan nilai efisiensi yang lebih tinggi dibanding perlakuan tanah tanpa pembenah (Cl) dan efisiensi paling tinggi pad a percobaan ini ditunjukkan oleh perlakuan dengan pembenah limbah jamur merang 2 % dengan frekuensi pemberian air x ml/3 hari (C4Fl), pad a perlakuan ini limbah jamur merang yang diberikan cukup untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah disamping itu pemberian air yang cukup dan sering menjaga tanaman terus mendapatkan cukup air untuk hidupnya sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik dan berproduksi lebih tinggi.

Tabel-6. Pengaruh interaksi pembenah tanah (C) Jan frekuensi pemberian air terhadap efisensi penggunaan air (%) tanaman kedelai

FREKUENSI
Pembenah Rata-rata
Fl F2 F3
Cl 0,0565 e-h 0,0550 e-h 0,0580 d-g 0,0371
C2 0,0710 a-c 0,0545 e-h 0,0430 i 0,0374
C3 0,0763 ab 0,0640 c-e 0,0550 e-h 0,0438
C4 0,0793 a 0,0653 b-e 0,0613 c-f 0,0453
C5 0,0687 a-d 0,0653 b-e 0,0473 g-i 0,0408
C6 0,0720 a-c 0,0603 c-f 0,0515 f-i 0,0421
C7 0,0710 a-c 0,0590 d-g 0,0460 hi 0,0402
-
Rata-rata 0,0475 0,0407 0,0347 + Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sarna tidak rnenunjukkan beda nyata rnenurut 0,05.

Notasi e-h di dalarn tabel berarti e hingga h

Pengaruh interaksi antara pembenah tanah dengan frekuensi pemberian air memperlihatkan efisiensi penggunaan air yang tertinggi untuk tanaman kedelai maupun hasil tanaman kedelai adalah perlakuan LJM 2 % 'dan frekuensi pemberian air x ml/3 hari (C4Fl), ditunjukkan pada Tabel 6 dan Tabel 7. Akan tetapai perlakuan pembenah tanah LJM 1 % (C3) dengan frekuensi pemberian air x ml/3 hari paling baik untuk diaplikasikan, mengingat produksi hasil tanaman dan efisiensi penggunaan air hasil tanaman antara C4 dan C3 nisbi tidak berbeda nyata, sedangkan perlakuan C3 lebih hemat menggunakan pembenah tanah dibandingkan perlakuan C4 (LJM 2 %).

AGROSAINS 12 (2), Mei 1999 ,

Tabel 7. Pengaruh interaksi pembenah tanah (C) dan frekuensi pemberian air terhadap efisensi penggunaan air (%) hasil tanaman kedelai

FREKUENSI
Pembenah Rata-rata
Fl F2 F3
Cl 0,0353 d-g 0,0355 d-g 0,0404 b-f 0,0371
C2 0,0486 ab 0,0367 c-g 0,0269 g 0,0374
C3 0,0516 a 0,0434 a-d 0,0364 c-g 0,0438
C4 0,0527 a 0,0428 a-d 0,0404 b-f 0,0453
C5 0,0458 a-c 0,0445 a-d 0.0321 e-g 0,0408
C6 0,0496 ab 0,0409 b-e 0,0358 c-g 0,0421
C7 0,0485 ab 0,0413 b-e 0,0306 fg 0,0401
Rata-rata 0,0474 0,0407 0,0346 + Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak men unjukkan beda nyata menu rut 0,05.

Notasi d-g di dalam tabel berarti d hingga g

DAFTAR PUSTAKA

Allison, P.E., 1973. Soil Organik Matter and Its Role in Crop Production. Elsevier sc. Publ. Co., Amsterdam. 637 p.

Asley, D. A, 1983. Crop Water Relations. John Wiley & Sons Inc., New York, Chichester, Brisbane, Toronto, Singapore. 389-422 p.

Buckman, H.O. and N.C. Brady, 1984. Ilmu Tanah (terjemahan Soegiman).

Bhratara karya Aksara, Jakarta. 788 hal.

De Boodt, M., 1979. Soil Conditioning for Better Soil Management Under Adverse Conditions. Laboratorium Voor Bodemfysika Fakuteituan de Landbowwetenschapen Ryksuniversiteit Gent Belgium, Belgium.

De Boodt, M., 1986. Soil Structure. Belgian-Indonesian Coorperation Project JTA 9a (44), Soil Physics Laboratory. Dept. Of Soil Science, Faculty of Agriculture. UGM, Yogyakarta.

Doorenbos, J. and A H. Kassam, 1979. Yield Response to Water. FAO, Rome. Doorenbos, J. and W. O. Pruitt, 1977. Crop Water Requirements. FAO, Rome. Foth, H.O., 1984. Fundamental of Soil Science. 7th ed. John Wiley and Sons Inc.,

New York-Chichester-Brisbone- Toronto-Singapore. 435p.

Hillel, D., 1980. Fundamental of Soil Physics. Academic Press Inc., London LTD. 413p.

You might also like