You are on page 1of 10

1

Analisa SWOT adalah sebuah bentuk analisa situasi dan kondisi yang bersifat deskriptif (memberi gambaran). Analisa ini
menempatkan situasi dan kondisi sebagai sebagai faktor masukan, yang kemudian dikelompokkan menurut kontribusinya
masing-masing. Satu hal yang harus diingat baik-baik oleh para pengguna analisa SWOT, bahwa analisa SWOT adalah semata-
mata sebuah alat analisa yang ditujukan untuk menggambarkan situasi yang sedang dihadapi atau yang mungkin akan dihadapi
oleh organisasi, dan bukan sebuah alat analisa ajaib yang mampu memberikan jalan keluar yang cespleng bagi masalah-masalah
yang dihadapi oleh organisasi.
Analisa ini terbagi atas empat komponen dasar yaitu :
1. Strength (S), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari organisasi atau program pada saat ini.
2. Weakness (W), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan dari organisasi atau program pada saat ini.
3. Opportunity (O), adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang diluar organisasi dan memberikan peluang
berkembang bagi organisasi dimasa depan.
4. Threat (T), adalah situasi yang merupakan ancaman bagi organisasi yang datang dari luar organisasi dan dapat
mengancam eksistensi organisasi dimasa depan.
Selain empat komponen dasar ini, analisa SWOT, dalam proses penganalisaannya akan berkembang menjadi beberapa
Subkomponen yang jumlahnya tergantung pada kondisi organisasi. Sebenarnya masing-masing subkomponen adalah
pengejawantahan dari masing-masing komponen, seperti Komponen Strength mungkin memiliki 12 subkomponen, Komponen
Weakness mungkin memiliki 8 subkomponen dan seterusnya.
Jenis-Jenis Analisis SWOT
1. Model Kuantitatif
Sebuah asumsi dasar dari model ini adalah kondisi yang berpasangan antara S dan W, serta O dan T. Kondisi berpasangan ini
terjadi karena diasumsikan bahwa dalam setiap kekuatan selalu ada kelemahan yang tersembunyi dan dari setiap kesempatan
yang terbuka selalu ada ancaman yang harus diwaspadai. Ini berarti setiap satu rumusan Strength (S), harus selalu memiliki satu
pasangan Weakness (W) dan setiap satu rumusan Opportunity (O) harus memiliki satu pasangan satu Threath (T).
Kemudian setelah masing-masing komponen dirumuskan dan dipasangkan, langkah selanjutnya adalah melakukan proses
penilaian. Penilaian dilakukan dengan cara memberikan skor pada masing -masing subkomponen, dimana satu subkomponen
dibandingkan dengan subkomponen yang lain dalam komponen yang sama atau mengikuti lajur vertikal. Subkomponen yang
lebih menentukan dalam jalannya organisasi, diberikan skor yang lebih besar. Standar penilaian dibuat berdasarkan kesepakatan
bersama untuk mengurangi kadar subyektifitas penilaian.
2. Model Kualitatif
Urut-urutan dalam membuat Analisa SWOT kualitatif, tidak berbeda jauh dengan urut-urutan model kuantitatif, perbedaan besar
diantara keduanya adalah pada saat pembuatan subkomponen dari masing-masing komponen. Apabila pada model kuantitatif
setiap subkomponen S memiliki pasangan subkomponen W, dan satu subkomponen O memiliki pasangan satu subkomponen T,
maka dalam model kualitatif hal ini tidak terjadi. Selain itu, SubKomponen pada masing-masing komponen (S-W-O-T) adalah
berdiri bebas dan tidak memiliki hubungan satu sama lain. Ini berarti model kualitatif tidak dapat dibuatkan Diagram Cartesian,
karena mungkin saja misalnya, SubKomponen S ada sebanyak 10 buah, sementara subkomponen W hanya 6 buah.
Sebagai alat analisa, analisa SWOT berfungsi sebagai panduan pembuatan peta. Ketika telah berhasil membuat peta, langkah
tidak boleh berhenti karena peta tidak menunjukkan kemana harus pergi, tetapi peta dapat menggambarkan banyak jalan yang
dapat ditempuh jika ingin mencapai tujuan tertentu. Peta baru akan berguna jika tujuan telah ditetapkan. Bagaimana menetapkan
tujuan adalah bahasan selanjutnya yaitu membangun visi-misi organisasi atau program.
ANALISA SWOT dalam usaha

Analisa ini biasanya dikenal dengan nama analisa SWOT ( Strenght – Weakness – Opportunities – Threats ). Analisa ini adalah
salah satu bagian terpenting dalam kegiatan berbisnis karena salah satu fungsi dari analisa ini dapat mengetahui kekuatan dan
kelemahan posisi usaha anda saat ini.
Analisa SWOT adalah suatu analisa yang membuat anda mampu menganalisas karakteristik usaha dan lingkungan yang mungkin
saja akan sangat berpengaruh dalam pengambilan kebijakan-kebijakan dalam usaha anda.
Analisan SWOT tentu saja selain menganalisa kekuatan dan kelemahan usaha anda juga, menganalisa kekuatan dan kelemahan
pesaing usaha anda.
Strength (Kekuatan) : dengan mengetahui kekuatan anda, anda seharusnya mampu meningkatkan lebih baik lagi kekuatan usaha
anda, mungkin saja dengan membuat cirri khas dari usaha anda yang akan membuat usaha anda dapat dibedakan dengan usaha
sejenis yang sudah mulai tumbuh.
Weakness (Kelemahan) : Faktor ini sebaiknya dianalisa dengan baik dan perlu dipikirkan gimana caranya untuk dikurangi atau
syukur-syukur bisa diatasi lebih tuntas sehingga posisi usaha anda aman dari pesaing anda.
Opportunities (Peluang) : Tentu banyak peluang-peluang atau kesempatan yang bisa anda kembangkan dalam usaha anda, baik
mengembangkan lebih banyak produk ataupun mengekspansi ke pasar yang lebih luas. Juga mungkin adanya peluang dengan
hadirnya teknologi-teknologi yang lebih membuat usaha anda makin maju dari sebelumnya.
Threats (Ancaman) : factor ini juga perlu anda perhatikan dalam pengembangan usaha anda. Salah-salah malah bisa membuat
usaha anda gulung tikar. Seperti adanya inflasi ekonomi, kebijakan ekonomi pemerintah yang berkaitan dengan ekonomi seperti
pajak, tariff bea masuk, juga mungkin dengan adanya perubahan selera konsumen yang sudah sangat jauh berbeda dengan tahun-
tahun sebelumnya.
2

Kelemahan Sistem Perekonomian Kapitalis


Sistem kapitalis sebagai pengganti sistem komunis memberikan dampak yang sangat buruk bagi perkembangan perekonomian
dunia. Kapitalis berasal dari kata capital, secara sederhana dapat diartikan sebagai ‘modal’. Didalam sistem kapitalis, kekuasaan
tertinggi dipegang oleh pemilik modal, dimana dalam perekonomian modern pemilik modal dalam suatu perusahaan merupakan
para pemegang saham.
Pemegang saham sebagai pemegang kekuasaan tertinggi disebuah perusahaan akan melimpahkan kekuasaan tersebut kepada top
manajemen yang diangkat melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Tidak jarang dalam suatu perusahaan pemegang
saham terbesar atau mayoritas dapat merangkap sebagai top manajemen.
Hal ini secara tidak lansung akan meyebabkan top manajemen bekerja untuk kepentingan pemegang saham dan bukan untuk
kepentingan karyawan atau buruh yang juga merupakan bagian dari perusahaan, karena mereka diangkat dan diberhentikan oleh
pemegang saham melalui RUPS. Situasi ini akan mendorong top manajemen menjadikan karyawan atau buruh sebagai ‘sapi
perahan’ dalam mencapai tujuannya, yang mana ini merupakan inti dari ilmu manajemen.
Kelemahan Sebagai Sistem Dalam Perusahaan Modern
Apa kepentingan pemegang saham? Jawabanya tentu saja keuntungan yang terus meningkat yang akan diikuti oleh meningkatnya
harga saham dan dividen. Didalam sistem yang berlaku sekarang peningkatan keuntungan perusahaan hanya dapat dinikmati oleh
para pemegang saham dan tidak mempunyai dampak yang signifikan terhadap kesejahteraan karyawan atau buruh. Banyak
perusahaan yang memperoleh keuntungan dan terus meningkat setiap bulan, triwulan, semester dan tahunan. Apakah peningkatan
keuntungan ini akan diikuti oleh peningkatan atau kenaikan gaji karyawan atau buruh? Tentu saja jawabanya tidak. Apalagi di
Indonesia, dimana kebanyakan karyawan dan buruh bukan merupakan pegawai tetap dan hanya dikontrak enam bulan atau
setahun. Apakah mereka akan merasakan manfaat dari peningkatan keuntungan perusahaan? Sekali lagi tentu saja tidak.
Sistem kapitalis jika diibaratkan seperti tubuh manusia, dimana rasa sakit yang diderita oleh satu jari tangan maka akan
meyebabkan rasa sakit secara lahir dan batin diseluruh tubu. Bandingkan jika jari tersebut disematkan cincing berlian, apakah
bagian tubuh yang lain akan merasakan efeknya secara langsung? Apakah mata yang setiap saat menjaga jari agar tidak luka,
terbakar dan sebagainya akan merasakan efeknya? Apakah hidung yang setiap saat memelihara jari melalui indra penciuman
akan merasakan efeknya? Apakah mulut yang merupakan alat untuk memasukan sumber energi bagi jari akan merasakan
efeknya? Demikian juga dengan bagian tubuh lainnya.
Sistem kapitalis merupakan suatu sistem yang saling terintegrasi secara global. Dimana kejadian krisis disuatu perusahaan atau
negara lainnya yang mempunyai keterkaitan secara lansung maupun tidak lansung dengan perusahaan atau negara kita, mau tidak
mau sebagai bagian dari sistem kapitalis akan merasakan efek domino yang sangat berarti. Disatu sisi keuntungan yang mereka
peroleh tidak akan memberikan dampak yang berarti, dengan kata lain efek kerugian yang diterima suatu masyarakat dengan
sistem kapitalis tidak sebanding dengan efek keuntungan yang akan diterima.
Ilustrasi diatas menggambarkan bagaimana tidak adilnya sistem kapitalis memperlakukan pemegang saham dan karyawan atau
buruh yang merupakan bagian dari suatu perusahaan. Keuntungan hanya dirasakan oleh pemegang saham, sedangkan kerugian
akan dirasakan oleh semua bagian dari perusahaan, tidak terkecuali karyawan atau buruh. Lalu bagaimanakah sistem yang adil?
Menurut penulis, sistem yang adil adalah menjadikan karyawan atau buruh sebagai pemegang saham tunggal. Secara perlahan
sistem ini akan menjadikan satu perusahaan akan dimiliki dan oleh karyawan. Dalam hal ini masyarakat diluar bagian internal
perusahaan dilarang memiliki saham perusahaan, hal ini secara tidak lansung akan mengurangi ketergantungan suatu perusahaan
secara global karena jalur penghubung antara perusahaan dengan dunia luar secara global melalui kepemilikan saham sudah
terputus.
Kelemahan Sebagai Sistem Dalam Lembaga Keuangan Perbankan
Kelemahan mendasar berikutnya dari sistem kapitalis adalah sistem bunga. Sistem kapitalis memposisikan uang sebagai sesuatu
yang mempunyai nilai berdasarkan waktu, jadi uang akan mempunyai nilai yang berbeda karena perbedaan waktu. Keadaan ini
akan memaksa lembaga keuangan khususnya perbankan memberikan pertolongan finansial dengan mengharapkan imbalan
bunga, sehingga bunga dapat didefinisikan sebagai ‘tiada pertolongan tanpa imbalan’. Hal ini bertolak belakang sekali dengan
prinsip seorang muslim, karena Islam merupakan agama terbesar di Indonesia, dimana pertolongan diberikan dengan ikhlas dan
biarlah Allah SWT yang membalas dengan cara-Nya.
Disadari atau tidak bunga merupakan salah satu faktor utama penyebab krisis moneter tahun 1997 dan krisis keuangan global saat
ini. Semua instansi keuangan, baik bank maupun non bank menarik dana dari masyarakat dengan iming-iming bunga dan
menyalurkannya kembali kepada masyarakat dengan memperoleh imbalan berupa bunga. Keserakahan akan mendorong lembaga
keuangan untuk menyalurkan dana kepada pihak manapun secara besar-besaran, akibanya terjadi kredit macet yang berdampak
besar terhadap lembaga itu sendiri. Di Indonesia ini terjadi sebelum krisis dan memacu terjadinya krisis moneter, sedangkan di
Amerika Serikat ini memacu terjadinya krisis kredit perumahan yang menyebabkan terjadinya krisis keuangan global. Disatu sisi
jika pemerintah atau bank sentral melakukan regulasi ketat akan berdampak buruk juga bagi perekonomian karena akan terjadi
fenomena yang disebut credit crunch. Dimana lembaga keuangan enggan menyalurkan kredit karena regulasi ketat sehingga roda
perekonomian tidak berjalan, khususnya sektor riil yang menyerap banyak tenaga kerja.
Bayangkan, suatu sistem yang memberikan alternatif ‘maju kena mundur kena’ inilah yang berlaku sekarang. Betapa bodohnya
kita, menciptakan suatu sistem yang sedemikian rupa tanpa ada pemecahan untuk mengatasinya. Lalu apa solusinya? Solusinya
tidak akan mudah, karena bukan pekerjaan mudah untuk merubah suatu sistem yang sudah berlaku berabad-abad lamanya. Secara
perlahan dan pasti, sistem bunga dapat dihilangkan, langkah pertama pisahkan antara kredit konsumsi dan kredit produktif.
Sebagai ganti bunga untuk kredit konsumsi dapat ditarik ‘sumbangan’ yang merupakan keikhlasan dari nasabah tanpa paksaan.
Hal ini dapat terjadi jika dikomunikasikan dengan baik. Persoalnya, lembaga keuangan bukanlah yayasan yang hidup dari
sumbangan dan ada cost of money, apakah cost of money dapat di-cover oleh ‘sumbangan’? Tentu saja bisa! Komunikasi dua arah
3

yang baik akan menjadikan kreditur dan debitur sebagai rekan kerja dan saling menguntungkan. Pengganti bunga dari kredit
produktif tentu saja bagi hasil, seperti konsep perekonomian syariah.
Kelemahan Dalam Sistem Nilai Tukar
Sitem kapitalis sebagai suatu sistem yang mayoritas diterapkan dibanyak negara, termasuk Indonesia, menempatkan uang sebagai
sesuatu nilai yang berbeda karena perbedaan waktu, tempat, kekuatan daya beli masyarakat, dan sebagainya. Perbedaan ini akan
mendorong para spekulan untuk mengambil keuntungan yang sebesar-besarnya tanpa peduli terhadap nasib orang banyak.
Pada umumnya terdapat dua sistem nilai tukar, yaitu sistem nilai tukar tetap dan sistem nilai tukar mengambang. Sistem nilai
tukar tetap mengharuskan pemerintah memelihara cadangan devisa agar nilai tukar tetap stabil dan berada pada posisi yang
diharapkan, sedangkan sistem nilai tukar mengambang, kekuatan permintaan dan penawaran di pasar valuta asing (valas) akan
menentukan nilai suatu mata uang terhadaap mata uang lainnya.
Kedua sistem tersebut masih diterapkan dibeberapa negara. Sebenarnya Indonesia pada masa orde baru menggunakan sistem nilai
tukar tetap, walaupun secara teori sistem yang digunakan adalah sistem nilai tukar mengambang terkendali, karena pemerintah
menentukan batas atas dan batas bawah nilai tukar rupiah terhadap mata uang lainnya dan pemerintah dapat melakukan intervensi
untuk mendorong nilai tukar rupiah keposisi yang diharapkan. Pasca krisis moneter, karena pemerintah melaui Bank Indonesia
sudah tidak mampu melawan serangan para spekulan dan menjaga agar nilai tukar rupiah tetap stabil, mendorong Indonesia
menerapkan sistem nilai tukar mengambang.
Kedua sistem tersebut memiliki kelemahan, karena nilai tukar suatu mata uang dapat digunakan oleh beberapa pihak yang tidak
bertanggung jawab untuk memperoleh keuntungan, baik keuntungan secara ekonomi maupun non ekonomi, karena kedua sistem
tersebut sangat rentan terhadap faktor-faktor diluar ekonomi yang tidak dapat dikendalikan oleh para pelaku ekonomi.
Sebagai contoh, suatu negara x menggunakan sistem nilai tukar tetap, pihak yang ingin meruntuhkan pemerintahan negara x dan
memiliki finansial yang kuat dapat menyerang nilai tukar negara x dengan cara membeli mata uang asing dengan menggunakan
mata uang negara x secara besar-besaran dan terus menerus, akibatnya pemerintahan negara x akan kesulitan mempertahankan
nilai tukarnya pada posisi yang diharapkan, karena serangan pihak tersebut dilakukan secara mendadak dan terus menerus karena
tujuannya untuk meruntuhkan pemerintahan negara x tersebut, sehingga cadangan devisa negara x tersebut lama kelamaan akan
terkuras secara drastis atau bahkan habis dan minus karena sudah berhutang kenegara lain. Sejarah mencatat, fenomena ini
menyebabkan Soeharto harus rela mundur dari kursi presiden Indonesia yang telah didudukinya selama 32 tahun.
Hal tersebut juga dapat berlaku terhadap negara yang menggunakan sistem nilai tukar mengambang, Ulah para spekulan yang
memiliki finansial yang kuat dapat mendorong nilai tukar suatu mata uang keposisi yang mereka harapkan untuk memperoleh
keuntungan. Misalnya, Indonesia dengan sistem nilai tukar mengambang, dan ada pihak yang ingin menciptakan kekacauan di
Indonesia, dapat menggunakan rupiah untuk mewujudkan ambisinya tersebut dengan cara membeli dollar secara besar-besaran
dan terus-menerus menggunakan rupiah yang akan mendorong rupiah melemah, dengan catatan pihak lain selaku pelaku di pasar
valas mendukung hal ini, akibatnya BI akan kesulitan menjaga kestabilan nilai rupiah dan inflasi akan meningkat karena bahan
baku yang digunakan untuk memproduksi barang dan jasa dibeli dalam dollar.
Peningkatan inflasi akan diikuti oleh peninggkatan suku bunga untuk menarik dana masyarakat melalui tabungan dan deposito
guna mengurangi jumlah uang beredar dimasyarakat yang akan mengurangi laju inflasi dan mendorong rupiah keposisi yang
diharapkan (rupiah menguat terhadap dollar). Disisi lain, peningkatan suku bunga akan menyebabkan pelaku ekonomi enggan
untuk memohon kredit dan lebih cendrung untuk menginvestasikan dananya di bank, akibatnya sektor riil tidak berjalan,
pengangguran tidak terserap, sehingga tingkat kriminalitas tinggi, kemiskinan meningkat, dan banyak lagi efek domino-nya.
Apa solusi untuk ini semua? Jawabnya adalah kebersamaan, hilangkan keserakahan dan mau berbagi untuk kepentingan semua.
Tahap awal yang bisa dilakukan mungkin dengan cara meniru Uni Eropa dengan memberlakukan satu mata uang tunggal, hal ini
juga bisa dicoba untuk kawasan ASEAN, selanjutnya secara bertahap dikawasan Asia-Pasifik dan akhirnya dunia diharapkan
dapat menggunakan mata uang tunggal. Selama ini, faktor utama yang menyebabkan perbedaan nilai uang suatu negara dengan
negara lain, karena negara-negara maju dan kaya enggan untuk berbagi dengan negara miskin dan mengambil keuntungan dari
sistem yang mereka ciptakan sendiri.
Koperasi sebagai suatu sistem ekonomi, mempunyai kedudukan (politik) yang cukup kuat karena memiliki cantolan
konstitusional, yaitu berpegang pada Pasal 33 UUD 1945, khususnya Ayat 1 yang menyebutkan bahwa “Perekonomian disusun
sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan”. Dalam Penjelasan UUD 1945 itu dikatakan bahwa bangun usaha yang
paling cocok dengan asas kekeluargaan itu adalah Koperasi. Tafsiran itu sering pula dikemukakan oleh Mohammad Hatta, yang
sering disebut sebagai perumus pasal tersebut. Pada Penjelasan konstitusi tersebut juga dikatakan, bahwa sistem ekonomi
Indonesia didasarkan pada asas Demokrasi Ekonomi, di mana produksi dilakukan oleh semua dan untuk semua yang wujudnya
dapat ditafsirkan sebagai Koperasi.
Dalam wacana sistem ekonomi dunia, Koperasi disebut juga sebagai the third way, atau “jalan ketiga”, istilah yang akhir-akhir ini
dipopulerkan oleh sosiolog Inggris, Anthony Giddens, yaitu sebagai “jalan tengah” antara kapitalisme dan sosialisme.
Koperasi diperkenalkan di Indonesia oleh R. Aria Wiriatmadja di Purwokerto, Jawa Tengah pada tahun 1896. Ia mendirikan
Koperasi kredit dengan tujuan membantu rakyatnya yang terjerat hutang dengan rentenir. R. Aria Wiriatmadja atau Tirto
Adisuryo, yang kemudian dibantu pengembangannya oleh pejabat Belanda dan akhirnya menjadi program resmi pemerintah.
Seorang pejabat pemerintah Belanda, yang kemudian menjadi sarjana ekonomi, Booke, juga menaruh perhatian terhadap
Koperasi. Atas dasar tesisnya, tentang dualisme sosial budaya masyarakat Indonesia antara sektor modern dan sektor tradisional,
ia berkesimpulan bahwa sistem usaha Koperasi lebih cocok bagi kaum pribumi daripada bentuk badan-badan usaha kapitalis.
Pandangan ini agaknya disetujui oleh pemerintah Hindia Belanda sehingga pemerintah kolonial itu mengadopsi kebijakan
pembinaan Koperasi.
Meski Koperasi tersebut berkembang pesat hingga tahun 1933-an, pemerintah Kolonial Belanda khawatir Koperasi akan
4

dijadikan tempat pusat perlawanan, namun Koperasi menjamur kembali hingga pada masa pendudukan Jepang dan kemerdekaan.
Pada tanggal 12 Juli 1947, pergerakan Koperasi di Indonesia mengadakan Kongres Koperasi yang pertama di Tasikmalaya. Hari
ini kemudian ditetapkan sebagai Hari Koperasi Indonesia.
Bung Hatta meneruskan tradisi pemikiran ekonomi sebelumnya. Ketertarikannya kepada sistem Koperasi agaknya adalah karena
pengaruh kunjungannya ke negara-negara Skandinavia, khususnya Denmark, pada akhir tahun 1930-an. Walaupun ia sering
mengaitkan Koperasi dengan nilai dan lembaga tradisional gotong-royong, namun persepsinya tentang Koperasi adalah sebuah
organisasi ekonomi modern yang berkembang di Eropa Barat. Ia pernah juga membedakan antara “Koperasi sosial” yang
berdasarkan asas gotong royong, dengan “Koperasi ekonomi” yang berdasarkan asas-asas ekonomi pasar yang rasional dan
kompetitif.
Bagi Bung Hatta, Koperasi bukanlah sebuah lembaga yang antipasar atau nonpasar dalam masyarakat tradisional. Koperasi,
baginya adalah sebuah lembaga self-help lapisan masyarakat yang lemah atau rakyat kecil untuk bisa mengendalikan pasar.
Karena itu Koperasi harus bisa bekerja dalam sistem pasar, dengan cara menerapkan prinsip efisiensi. Koperasi juga bukan
sebuah komunitas tertutup, tetapi terbuka, dengan melayani non-anggota, walaupun dengan maksud untuk menarik mereka
menjadi anggota Koperasi, setelah merasakan manfaat berhubungan dengan Koperasi. Dengan cara itulah sistem Koperasi akan
mentransformasikan sistem ekonomi kapitalis yang tidak ramah terhadap pelaku ekonomi kecil melalui persaingan bebas
(kompetisi), menjadi sistem yang lebih bersandar kepada kerja sama atau Koperasi, tanpa menghancurkan pasar yang kompetitif
itu sendiri.
Dewasa ini, di dunia ada dua macam model Koperasi. Pertama, adalah Koperasi yang dibina oleh pemerintah dalam kerangka
sistem sosialis. Kedua, adalah Koperasi yang dibiarkan berkembang di pasar oleh masyarakat sendiri, tanpa bantuan pemerintah.
Jika badan usaha milik negara merupakan usaha skala besar, maka Koperasi mewadahi usaha-usaha kecil, walaupun jika telah
bergabung dalam Koperasi menjadi badan usaha skala besar juga. Di negara-negara kapitalis, baik di Eropa Barat, Amerika Utara
dan Australia, Koperasi juga menjadi wadah usaha kecil dan konsumen berpendapatan rendah. Di Jepang, Koperasi telah menjadi
wadah perekonomian pedesaan yang berbasis pertanian.
Di Indonesia, Bung Hatta sendiri menganjurkan didirikannya tiga macam Koperasi. Pertama, adalah Koperasi konsumsi yang
terutama melayani kebutuhan kaum buruh dan pegawai. Kedua, adalah Koperasi produksi yang merupakan wadah kaum petani
(termasuk peternak atau nelayan). Ketiga, adalah Koperasi kredit yang melayani pedagang kecil dan pengusaha kecil guna
memenuhi kebutuhan modal. Bung Hatta juga menganjurkan pengorganisasian industri kecil dan Koperasi produksi, guna
memenuhi kebutuhan bahan baku dan pemasaran hasil.
Menurut Bung Hatta, tujuan Koperasi bukanlah mencari laba yang sebesar-besarnya, melainkan melayani kebutuhan bersama dan
wadah partisipasi pelaku ekonomi skala kecil. Tapi, ini tidak berarti, bahwa Koperasi itu identik dengan usaha skala kecil.
Koperasi bisa pula membangun usaha skala besar berdasarkan modal yang bisa dikumpulkan dari anggotanya, baik anggota
Koperasi primer maupun anggota Koperasi sekunder. Contohnya adalah industri tekstil yang dibangun oleh GKBI (Gabungan
Koperasi Batik Indonesia) dan berbagai Koperasi batik primer.
Karena kedudukannya yang cukup kuat dalam konstitusi, maka tidak sebuah pemerintahpun berani meninggalkan kebijakan dan
program pembinaan Koperasi. Semua partai politik, dari dulu hingga kini, dari Masyumi hingga PKI, mencantumkan Koperasi
sebagai program utama. Hanya saja kantor menteri negara dan departemen Koperasi baru lahir di masa Orde Baru pada akhir
dasarwarsa 1970-an. Karena itu, gagasan sekarang untuk menghapuskan departemen Koperasi dan pembinaan usaha kecil dan
menengah, bukan hal yang mengejutkan, karena sebelum Orde Baru tidak dikenal kantor menteri negara atau departemen
Koperasi. Bahkan, kabinet-kabinet yang dipimpin oleh Bung Hatta sendiri pun tidak ada departemen atau menteri negara yang
khusus membina Koperasi.
Pasang-surut Koperasi di Indonesia
Koperasi di Indonesia dalam perkembangannya mengalami pasang dan surut. Sebuah pertanyaan sederhana namun membutuhkan
jawaban njelimet, terlontar dari seorang peserta. “Mengapa jarang dijumpai ada Koperasi yang bertumbuh menjadi usaha besar
yang menggurita, layaknya pelaku ekonomi lain, yakni swasta (konglomerat) dan BUMN? Mengapa gerakan ini hanya berkutat
dari persoalan yang satu ke persoalan lain, dan cenderung stagnan alias berjalan di tempat? Mengapa Koperasi sulit berkembang
di tengah “habitat” alamnya di Indonesia?” Inilah sederet pertanyaan yang perlu dijadikan bahan perenungan.
Padahal, upaya pemerintah untuk “memberdayakan” Koperasi seolah tidak pernah habis. Bahkan, bila dinilai, mungkin amat
memanjakan. Berbagai paket program bantuan dari pemerintah seperti kredit program: KKop, Kredit Usaha Tani (KUT),
pengalihan saham (satu persen) dari perusahaan besar ke Koperasi, skim program KUK dari bank dan Kredit Ketahanan Pangan
(KKP) yang merupakan kredit komersial dari perbankan, juga “paket program” dari Permodalan Nasional Madani (PNM), terus
mengalir untuk memberdayakan gerakan ekonomi kerakyatan ini. Tak hanya bantuan program, ada institusi khusus yang
menangani di luar Dekopin, yaitu Menteri Negara Urusan Koperasi dan PKM (Pengusaha Kecil Menengah), yang seharusnya
memacu gerakan ini untuk terus maju. Namun, kenyataannya, Koperasi masih saja melekat dengan stigma ekonomi marjinal,
pelaku bisnis yang perlu dikasihani, pelaku bisnis “pupuk bawang”, pelaku bisnis tak profesional.
Masalah tersebut tidak bisa dilepaskan dari substansi Koperasi yang berhubungan dengan semangat. Dalam konteks ini adalah
semangat kekeluargaan dan kegotongroyongan. Jadi, bila Koperasi dianggap kecil, tidak berperan, dan merupakan kumpulan
serba lemah, itu terjadi karena adanya pola pikir yang menciptakan demikian.
Singkatnya, Koperasi adalah untuk yang kecil-kecil, sementara yang menengah bahkan besar, untuk kalangan swasta dan
BUMN. Di sinilah terjadinya penciptaan paradigma yang salah. Hal ini mungkin terjadi akibat gerakan Koperasi terlalu sarat
berbagai embel-embel, sehingga ia seperti orang kerdil yang menggendong sekarung beras di pundaknya. Koperasi adalah “badan
usaha”, juga “perkumpulan orang” termasuk yang “berwatak sosial”. Definisi yang melekat jadi memberatkan, yakni “organisasi
sosial yang berbisnis” atau “lembaga ekonomi yang mengemban fungsi sosial.”
5

Berbagai istilah apa pun yang melekat, sama saja, semua memberatkan gerakan Koperasi dalam menjalankan visi dan misi
bisnisnya. Mengapa tidak disebut badan usaha misalnya, sama dengan pelaku ekonomi-bisnis lainnya, yakni kalangan swasta dan
BUMN, sehingga ketiganya memiliki kedudukan dan potensi sejajar. Padahal, persaingan yang terjadi di lapangan demikian
ketat, tak hanya sekadar pembelian embel-embel. Hanya kompetisi ketat semacam itulah yang membuat mereka bisa menjadi
pengusaha besar yang tangguh dan profesional. Para pemain ini akan disaring secara alami, mana yang efisien dalam
menjalankan bisnis dan mereka yang akan tetap eksis.
Koperasi yang selama ini diidentikkan dengan hal-hal yang kecil, pinggiran dan akhirnya menyebabkan fungsinya tidak berjalan
optimal. Memang pertumbuhan Koperasi cukup fantastis, di mana di akhir tahun 1999 hanya berjumlah 52.000-an, maka di akhir
tahun 2000 sudah mencapai hampir 90.000-an dan di tahun 2007 ini terdapat ——– Koperasi di Indonesia. Namun, dari jumlah
yang demikian besar itu, kontribusinya bagi pertumbuhan mesin ekonomi belum terlalu signifikan. Koperasi masih cenderung
menempati ekonomi pinggiran (pemasok dan produksi), lebih dari itu, sudah dikuasai swasta dan BUMN. Karena itu, tidak aneh
bila kontribusi Koperasi terhadap GDP (gross domestic product) baru sekitar satu sampai dua persen, itu adalah akibat frame of
mind yang salah.
Di Indonesia, beberapa Koperasi sebenarnya sudah bisa dikatakan memiliki unit usaha besar dan beragam serta tumbuh menjadi
raksasa bisnis berskala besar. Beberapa Koperasi telah tumbuh menjadi konglomerat ekonomi Indonesia, yang tentunya tidak
kalah jika dibandingkan dengan perusahaan swasta atau BUMN yang sudah menggurita, namun kini banyak yang sakit. Omzet
mereka mencapai milyaran rupiah setiap bulan. Konglomerat yang dimaksud di sini memiliki pengertian: Koperasi yang
bersangkutan sudah merambah dan menangani berbagai bidang usaha yang menguasai hajat hidup orang banyak dan merangsek
ke berbagai bidang usaha-bisnis komersial.
Teori Kewirausahaan

Sebelum memaparkan teori kewirausahaan, terlebih dahulu saya mengulas pengertian “teori”. Maksudnya sekalian menyegarkan
ingatan saya sendiri sih, kan semester ini mengajar metodologi penelitian juga hehehe. Kita biasanya menggunakan teori untuk
menjelaskan sebuah fenomena. Fenomena yang akan dijelaskan disini adalah kehadiran entrepreneurship yang mempunyai
kontribusi besar dalam pengembangan ekonomi. Teori tersebut terdiri dari konsep dan konstruk, nah lho apa ya beda kedua
istilah tersebut? :) . Teori adalah “sekumpulan konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang saling berhubungan” yang
menunjukkan pandangan sistematis terhadap sebuah fenomena dengan merinci hubungan antar variabel, dengan tujuan untuk
menerangkan dan memprediksi fenomena. Mari kita lihat beberapa teori yang menjelaskan dan memprediksi fenomena mengenai
kewirausahaan.
Salah satu solusi yang ditawarkan pemerintah untuk mengurangi angka pengangguran adalah menciptakan lapangan
kerja yang bersifat padat karya. Namun, kalangan terdidik cenderung menghindari pilihan pekerjaan ini karena
preferensi mereka terhadap pekerjaan kantoran lebih tinggi. Preferensi yang lebih tinggi didasarkan pada
perhitungan biaya yang telah mereka keluarkan selama menempuh pendidikan dan mengharapkan tingkat
pengembalian (rate of return) yang sebanding. Menurut pengamat pendidikan, Darmaningtyas (2008) ada
kecenderungan, semakin tinggi tingkat pendidikan semakin besar keingi nan mendapat pekerjaan yang aman. Mereka
tak berani ambil pekerjaan berisiko seperti berwirausaha. Pilihan status pekerjaan utama para lulusan perguruan tinggi
adalah sebagai karyawan atau buruh, dalam artian bekerja pada orang lain atau instansi atau perusahaan secara tetap
dengan menerima upah atau gaji rutin. Hasil Sakernas semester pertama 2007 menunjukkan tiga dari empat lu lusan
perguruan tinggi memilih status tersebut. Hanya sedikit (5 persen) yang memiliki jiwa kewirausahaan, yaitu yang
membuka usaha dengan mempekerjakan buruh atau karyawan yang dibayar tetap. Kecilnya minat berwirausaha di
kalangan lulusan perguruan tinggi sangat disayangkan. Harusnya, melihat kenyataan bahwa lapangan kerja yang ada
tidak memungkinkan untuk menyerap seluruh lulusan perguruan tinggi di Indonesia, para lulusan perguruan tinggi
mulai memilih berwirausaha sebagai pilihan karirnya. Upaya untuk mendorong hal ini mulai terlihat dilakukan oleh
kalangan institusi pendidikan, termasuk perguruan tinggi. Kurikulum yang telah memasukkan pelajaran atau mata kuliah
kewirausahaan telah marak. Namun demikian, hasilnya masih belum terlihat. Para lulusan perguruan tinggimasih saja
enggan untuk langsung terjun sebagai wiraus ahawan, dibuktikan dengan angka pengangguran terdidik yang ternyata
malah meningkat. Dengan demikian, perlu adanya penelitian yang mendalam untuk mencari tahu faktor-faktor apa saja
yang dapat mendorong lulusan perguruan tinggi menga mbil wirausaha sebagai pilihan karirnya. Apakah mata kuliah
kewirausahaan memang efektif untuk menghasilkan wirausahawan baru. Oleh karena itu penelitian ini akan mencoba
mengungkap bagaimana pelaksana an pendidikan kewirausahaan yang telah dijalankan di Fakultas Ekonomi Unpa
Bandung, bagaimana pilihan kari r berwirausaha di kalangan mahasiswa di Fakultas Ekonomi Unpa Bandung, dan
hubungan antara keduanya dengan mempertimbangkan karakteristik gender dan latar belakang pekerjaan orang tua.

Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan


Mungkin kita pernah mendengar bahwa keluarga yang kaya akan memunculkan anak-anak yang kaya karena mereka terbiasa
kaya. Begitu pula ada yang menganggap bahwa seseorang menjadi pengusaha karena memang bapak-ibunya, kakek-neneknya,
dan sebagian besar keluarganya adlah keturunan pengusaha. Anggapan seperti ini menurut hemat penulis merupakan pemikiran
yang keliru. Tidak bisa dipungkiri memang, ada banyak pengusaha yang lahir dari keluarga atau keturunan pengusaha. Tetapi
bukan berarti diturunkan secara genetis. Mungkin hal ini terjadi karena aspek lingkungan pengusaha yang cukup kuat
mempengaruhi jiwa orang tersebut untuk menjadi pengusaha. Menjadi wirausaha (entrepreneur) tentu saja merupakan hak azasi
semua kita. Jangan karena mentang-mentang kita tidak punya turunan pengusaha sehingga menutup peluang untuk menjadi
wirausaha. Langkah awal yang kita lakukan apabila berminat terjun ke dunia wirausaha adalah menumbuhkan jiwa
6

kewirausahaan di diri kita. Banyak cara yang dapat dilakukan misalnya:


1. Melalui pendidikan formal. Kini berbagai lembaga pendidikan baik menengah maupun tinggi menyajikan berbagai program
atau paling tidak mata kuliah kewirausahaan
2. Melalui seminar-seminar kewirausahaan. Berbagai seminar kewirausahaan seringkali diselenggarakan dengan mengundang
pakar dan praktisi kewirausahaan sehingga melalui media ini kita akan membangun jiwa kewirausahaan di diri kita
3. Melalui pelatihan. Berbagai simulasi usaha biasanya diberikan melalui pelatihan baik yang dilakukan dalam ruangan (indoor)
maupun di luar ruangan outdoor). Melalui pelatihan ini, keberanian dan ketanggapan kita terhadap dinamika perubahan
linghkungan akan diuji dan selalu diperbaiki dan dikembabngkan
4. Otodidak. Melalui berbagai media kita bisa menumbuhkan semangat berwirausaha. Misalnya melalui biografi pengusaha
sukses (sucess story), media televisi, radio majalah koran dan berbagai media yang dapat kita akses untuk
menumbuhkembangkan jiwa wirausaha yang ada di diri kita. Melalui berbagai media tersebut ternyata setiap orangdapat
mempelajari dan menumbuhkan jiwa wirausaha. Pertanyaannya, aspek-aspek kejiwaan apa saja yang mencirikan bahwa
seseorang dikatakan memilki jiwa wirausaha ?

Pendidikan anak usia dini merupakan bagian yang penting untuk menyiapkan sumber daya manusia (SDM) di masa datang dan
pendidikan yang tepat akan menjadi landasan bagi anak untuk memasuki pendidikan selanjutnya. Masa usia dini adalah masa
keemasan (golden age) bagi perkembangan kecerdasan setiap insan manusia. Dari perkembangan otak manusia, maka tahap
perkembangan otak pada anak usia dini menempati posisi yang paling vital yakni mencapai 80% perkembangan otak. Saat
orangtua dihadapkan kepada interaksi dengan mereka, itulah jalan kita, sebagai orangtua untuk mendukung perkembangan
kecerdasannya.

Melihat dari perkembangan otak anak yang sangat pesat pada usia dini, sebaiknya sebagai orangtua berusaha
memaksimalkan kemampuan dan kecerdasan anak dengan proses belajar sejak dini. Proses belajar bagi anak, dapat dilakukan
sejak anak ada dalam kandungan. Hasil belajar anak yang terbaik adalah kematangan pribadi anak tersebut, sehingga anak
kelak dapat menghadapi kehidupan mandirinya dengan baik.

Menumbuhkan jiwa kewirausahaan pada diri anak adalah salah satu cara untuk dapat mengajarkan anak menjadi
pribadi yang tangguh, mandiri dan mempunyai kecerdasan finansial. Jiwa kewirausahaan bisa ditanamkan oleh para orangtua
ketika anak-anak mereka dalam usia dini. Kewirausahaan hendaknya jangan dipahami hanya sekedar kemampuan membuka
usaha sendiri. Namun lebih dari itu, kewirausahaan haruslah dimaknai sebagai momentun untuk mengubah mentalitas, pola
pikir dan perubahan sosial budaya ke hal yang lebih matang dan baik.

Menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan kepada anak sejak dini, akan membentuk individu yang memiliki
beberapa ketrampilan, antara lain: 1.Managerial skill (ketrampilan manajerial), 2.Conceptual skill (merumuskan tujuan),
3.Human skill (keterampilan memahami, mengerti, berkomunikasi dan berelasi), 4.Decision making skill (keterampilan
merumuskan masalah dan mengambil keputusan), 5.Time managerial skill (keterampilan mengatur dan menggunakan waktu).

Wirausahawan sejati itu sangat dipengaruhi oleh masa kecilnya, kalau masa kecil selalu dimanja, selalu
dimudahkan urusan, selalu ditolong, maka akan tercipta individu yang tidak berdaya. Bagi orangtua, tanamkanlah kepada anak-
anak jiwa wirausaha semenjak usia dini, latih anak-anak untuk bertanggungjawab terhadap apa yang dilakukan.

Kata Kata Bijak


Wirausaha
Sungguh mengagumkan apa yang dapat dilakukan oleh sebuah senyum, sebuah lekukan kecil yang dapat menyelesaikan masalah.
Orang-orang  yang suka, merendahkan orang lain biasanya hidup dalam kepalsuan.

Satu orang yang memilki komitmen, lebih baik dari pada seratus orang yang hanya memiliki niat.
TEORI KEWIRAUSAHAAN: PERSPEKTIF SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI

Entrepreneurship merupakan kemungkinan untuk mendapatkan dorongan khusnya pada nilai-nilai social budaya
masyarakat manusia, agama (kepercayaan), adat istiadat yang dapat mempengaruhi perilaku individu dalam masyarakat.
Pengusaha social adalah individu dengan inovasi untuk masyarakat pada masalah social yang paling terkini. Mereka ambisius
dan gigih dalam menanggulangi masalah social dan menawarkan ide-ide baru untuk perubahan. Juga memecahkan masalah
dengan mengubah system, menyebarkan solusi dan membujuk seluruh masyarakat mamengambil lompatan baru.
Setiap pengusaha social menyajikan ide-ide yang mudah dimengerti dan melibatkan dukungan yang luas untuk
memaksimalkan jumlah orang local yang akan diberdayakan.
Pengusaha social bertindak sebagai agen perubahan bagi masyarakat, memanfaatkan peluang, perbaikan system,
memunculkan pendekat baru, dan menciptakan solusi untuk mengubah masyarakat.
Sosiologi memfokuskan pada teori yang ditujukan ada peran, norma-norma social, legitimasi, serta mobilitas social. Dalam
memahami kewirausahaan dalam masyarakat.
7

Supaya menjadi seorang wirausahawan mandiri, berbagai jenis modal mesti dimiliki.  Ada 3 jenis modal utama yang menjadi
syaratnya: (1) sumber daya internal yang merupakan bagian dari pribadi calon wirausahawan misalnya ketrampilan, kepintaran,
kecerdasan,  kemampuan menganalisa dan menghitung risiko, keberanian atau visi jauh ke depan.  (2) sumber daya eksternal,
misalnya uang yang cukup untuk membiayai modal usaha dan modal kerja, social network dan jalur demand/supply, dan lain
sebagainya.   (3) faktor X, misalnya kesempatan dan keberuntungan. Seorang calon usahawan harus menghitung dengan seksama
apakah ke-3 sumber daya ini ia miliki sebagai modal. Jika faktor-faktor itu dimilikinya, maka ia akan merasa optimis dan
keputusan untuk membuat mimpi itu menjadi tunas-tunas kenyataan sebagai wirausahawan mandiri boleh mulai dipertimbangkan
Wirausaha merupakan hasil belajar sehingga meskipun jiwa wirausaha mungkin juga diperoleh sejak lahir (bakat), namun jika
tidak diasah melalui belajar dan dimotivasi dalam proses pembelajaran, sulit dapat diwujudkan. Untuk mempertajam minat dan
kemampuan wirausahawan perlu ditumbuhkembangkan melalui proses pembelajaran. Di sinilah letak dan pentingnya pendidikan
wirausahawan dalam pendidikan.

Sebagai disiplin ilmu, kewirausahaan bisa diajarkan lewat sistem terstruktur, salah satu hasil penting dan utama praktis
pendidikan. Lembaga pendidikan tidak dapat memberikan pekerjaan, tetapi bisa memastikan agar hasil didik mampu
menciptakan pekerjaan.

Selain pendidikan kewirausahaan di sekolah atau melalui lembaga pendidikan formal, upaya menciptakan pengusaha atau calon
wirausaha dapat pula melalui lembaga pendidikan nonformal serta pelatihan yang dilaksanakan dalam periode waktu tertentu
oleh suatu lembaga.
Pendidikan nonformal adalah pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah, baik di lembaga maupun tidak. Penyelenggaraan
kegiatan pendidikan nonformal lebih terbuka, tidak terikat, dan tidak terpusat. Program pendidikan nonformal dapat merupakan
lanjutan atau pengayaan dari bagian program sekolah, pengembangan dari program sekolah, dan program yang setara dengan
pendidikan sekolah.
menerangkan mengapa berbagai kelompok social (kelompok ras, suku, agama, dan kelas social) menunjukkan tanggapan yang
berbeda-beda atas peluang usaha. Mereka meneliti faktor-faktor sosial budaya yang menerangkan p-erbedaan
kewirausahaan antara berbagai kelompok itu. Hagen mengemukakan teori bahwa dalam kelompok itu orang didorong
menjadi wirausaha karena sebagai kelompok mereka dipandand rendah oleh kelompok elite dalam masyarakatnya.
Kelompok yang makin direndahkan kedudukan sosialnya makin besar kecenderungan kewirausahaannya.
1. Teori psikologis
Perintis teori psikologi adalah David McCleland, ia menalarkan adanya hubungan antara perilaku kewirausahaan
dengan kebutuhan untuk berprestasi (need for achievement atau nAch). Selanjutnya secara empiris ia menemukan korelasi
positif antara kuatnya nAch dan perilaku wirausaha yang berhasil. nAch terbentuk pada masa kanak-kanak dan antaranya
ditentukan oleh bacaan untuk Sekolah Dasar. Ini berarti itu harus ditanamkan sejak dini. Namun motif berprestasi bisa
ditingkatkan melalui latihan pada orang dewasa.
1. Mengembangkan Kemempuan yang Positif
Setiap individu selalu menginginkan kehidupannya yang selalu meningkat. Untuk mengarahkan diri ada tiga
komponen utama yang perlu diperhatikan :

a. Mencakup masalah tujuan, keinginan dan harapan


Kebanyakan orang sulit menentukan tujuan dalam hidupnya. Menentukan tujuan akan terasa lebih mudah apabila
dikaitkan dengan keinginan dan harapan – harapannya, sehingga tujuan tersebut dapat dikelompokkan dalam
kategori – kategori.

b. Ketrampilan – ketrampilan yang menunjang sesuai kebutuhan – kebutuhannya. Untuk meningkatkan diri individu
perlu mengetahui ketrampilan – ketrampilan apa yang dipunyai yang dapat menunjang keberhasilan di masa
datang.
Karakteristik pribadi (yang mencakup ciri sifat dan minat) dan keinginan pribadi yang ingin dipenuhiSatu hal dari individu yang
sangat berperan dalam meningkatkan kemampuan diri adalah sikap. Sikap akan berpengaruh baik dalam mempertahankan tujuan
yang akan dicapai ataupun cara – cara untuk mencapainya. Sikap yang positif akan membuat individu percaya dan merasa dirinya
mampu melakukan hal – hal yang ingin dilakukan. Dengan kepercayaan diri yang tinggi, individu tidak akan menyerah terhadap
tantangan atau hambatan yang menghadang
Sekolah merupakan lingkungan kedua bagi anak, peranan guru sangat besar dalam mengembangkan
kemampuan berpikir anak. Pada anak menginjak masa remaja berpikir kreatif lebih menekankan munculnya gagasan –
gagasan baru, mengembangkan daya imajinasinya.
Pada lingkungan kerja, seseorang yang mendapatkan pekerjaan sesuai dengan minatnya akan lebih bergairah
bekerja, lebih mendorong untuk mengembangkan kemampuannya serta mewujudkan kreativitasnya.
Untuk mendukung perkembangan tersebut diperlukan beberapa hal antara lain :
1. Mempunyai pendidikan yang mendukung kreativitas
2. Mempunyai keberanian kreatif, menolak sesuatu yang baku untuk menciptakan yang baru
3. Mempunyai peluang untuk menciptakan kreativitas
4. Mempunyai motivasi intelektual yang tinggi
5. Mempunyai kemampuan kognitif
8

6. Sikap yang bebas, mandiri dan percaya diri

SISTEM EKONOMI

A. PENGERTIAN
Sistem ekonomi adalah kumpulan dari aturan-aturan atau kebijakan-kebijakan yang saling berkaitan dalam
upaya memenuhi kebutuhan untuk mencapai kemakmuran. Sistem ekonomi tersebut digunakan oleh suatu negara untuk
mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya baik kepada individu maupun organisasi di negara tersebut. Perbedaan
mendasar antara sebuah sistem ekonomi dengan sistem ekonomi lainnya adalah bagaimana cara sistem itu mengatur
faktor produksinya. Dalam beberapa sistem, seorang individu boleh memiliki semua faktor produksi. Sementara dalam
sistem lainnya, semua faktor tersebut di pegang oleh pemerintah. Kebanyakan sistem ekonomi di dunia berada di antara
dua sistem ekstrim tersebut.
Selain faktor produksi, sistem ekonomi juga dapat dibedakan dari cara sistem tersebut mengatur produksi dan
alokasi. Sebuah sistem ekonomi terencana (planned economies) memberikan hak kepada pemerintah untuk mengatur
faktor-faktor produksi dan alokasi hasil produksi. Sementara pada sistem ekonomi pasar (market economic), pasar lah
yang mengatur faktor-faktor produksi dan alokasi barang dan jasa melalui penawaran dan permintaan. Sistem ekonomi
tradisional adalah sistem ekonomi di mana kegiatan ekonominya yang masih sangat sederhana dimana faktor produksi
dan alokasi barang begitu sederhana.
B. SISTEM EKONOMI TERENCANA
Ada dua bentuk utama perekonomian terencana, yaitu komunisme dan sosialisme. Sebagai wujud pemikiran
Karl Marx, komunisme adalah sistem yang mengharuskan pemerintah memiliki dan menggunakan seluruh faktor
produksi. Namun, lanjutnya, kepemilikan pemerintah atas faktor-faktor produksi tersebut hanyalah sementara; Ketika
perekonomian masyarakat dianggap telah matang, pemerintah harus memberikan hak atas faktor-faktor produksi itu
kepada para buruh.
Uni Soviet dan banyak negara Eropa Timur lainnya menggunakan sistem ekonomi ini hingga akhir abad ke-
20. Namun saat ini, hanya Kuba, Korea Utara, Vietnam, dan RRC yang menggunakan sistem ini. Negara-negara itu
pun tidak sepenuhnya mengatur faktor produksi. China, misalnya, mulai melonggarkan peraturan dan memperbolehkan
perusahaan swasta mengontrol faktor produksinya sendiri. Adapun uraian dua jenis sistem ekonomi terencana adalah :
1. Sistem Ekonomi Komunisme
Komunisme adalah suatu sistem perekonomian dimana peran pemerintah sebagai pengatur seluruh sumber-sumber
kegiatan perekonomian. Setiap orang tidak diperbolehkan memiliki kekayaan pribadi, sehingga nasib seseorang
bisa ditentukan oleh pemerintah. Semua unit bisnis mulai dari yang kecil sampai yang besar dimiliki oleh
pemerintahdengan tujuan pemerataan ekonomi dan kebersamaan. Namun tujuan sistem komunis tersebut belum
pernah sampai ke tahap yang maju. Komunisme adalah salah satu ideologi di dunia, selain kapitalisme dan
ideologi lainnya. Komunisme lahir sebagai reaksi terhadap kapitalisme di abad ke-19, yang mana mereka itu
mementingkan individu pemilik dan mengesampingkan buruh.
Istilah komunisme sering dicampuradukkan dengan Marxisme. Komunisme adalah ideologi yang digunakan partai
komunis di seluruh dunia. Racikan ideologi ini berasal dari pemikiran Lenin sehingga dapat pula disebut
"Marxisme-Leninisme". Dalam komunisme perubahan sosial harus dimulai dari peran Partai Komunis. Logika
secara ringkasnya, perubahan sosial dimulai dari buruh atau yang lebih dikenal dengan proletar, namun
pengorganisasian Buruh hanya dapat berhasil jika bernaung di bawah dominasi partai. Partai membutuhkan peran
Politbiro sebagai think-tank. Dapat diringkas perubahan sosial hanya bisa berhasil jika dicetuskan oleh Politbiro.
Inilah yang menyebabkan komunisme menjadi "tumpul" dan tidak lagi diminati. Komunisme sebagai anti
kapitalisme menggunakan sistem sosialisme sebagai alat kekuasaan, dimana kepemilikan modal atas individu
sangat dibatasi. Prinsip semua adalah milik rakyat dan dikuasai oleh negara untuk kemakmuran rakyat secara
merata. Komunisme sangat membatasi demokrasi pada rakyatnya, dan karenanya komunisme juga disebut anti
liberalisme.
Secara umum komunisme sangat membatasi agama pada rakyatnya, dengan prinsip agama dianggap candu yang
membuat orang berangan-angan yang membatasi rakyatnya dari pemikiran yang rasional dan nyata. Dalam
pandangan laissez-faire, kewajiban negara bukanlah melakukan intervensi untuk menstabilkan distribusi kekayaan
atau untuk menjadikan sebuah negara makmur untuk melindungi rakyatnya dari kemiskinan, melainkan bersandar
pada sumbangan dan sistem pasar. Laissez faire juga menyatakan bahwa pemerintah tidak boleh memberi hak
khusus dalam bisnis. Misalnya, penganut dari laissez-faire mendukung ide yang menyatakan bahwa pemerintah
tidak boleh membuat monopoli legal atau menggunakan kekuasaan dan paksaan untuk merusak monopoli de
facto. Pendukung dari laissez-faire juga mendukung ide perdagangan bebas dalam artian negara tidak boleh
melakukan proteksi, seperti tarif dan subsidi, di wilayah ekonominya.
Pada masa awal dari teori ekonomi Eropa dan Amerika, kebijakan laissez-faire terbentuk konflik dengan
merkantilisme, yang telah menjadi sistem dominan di Britania raya, Spanyol, Perancis dan negara Eropa lainnya
pada masa kejayaannya. Istilah laissez-faire sering digunakan bergantian dengan istilah "pasar bebas". Beberapa
menggunakan laissez-faire untuk merujuk pada perilaku "biarkan terjadi, biarkan lewat" dalam hal-hal di luar ilmu
ekonomi.
2. Sistem Ekonomi Sosilalisme
9

Sistem ini ada ditengah negara menguasai industri yang penting buat rakyat seperti pertambangan, perbangkan,
kereta api, baja, dsb. dan ada pula perusahaan milik private. Tidak ada negara yang betul-betul menganut satu
sistem ekonomi yang murni saat ini. Sistem ekonomi sosialisme sebenarnya cukup sederhana, berpijak pada
konsep Karl Mark tentang penghapusan kepemilikan hak pribadi, prinsip ekonomi sosialisme menekankan agar
status kepemilikan swasta dihapuskan dalam beberapa komoditas penting dan menjadi kebutuhan masyarakat
banyak. Sosialisme adalah suatu sistem perekonomian yang memberikan kebebasan yang cukup besar kepada
setiap orang untuk melaksanakan kegiatan ekonomi tetapi dengan campur tangan pemerintah. Pemerintah masuk
ke dalam perekonomian untuk mengatur tata kehidupan perekonomian negara serta jenis-jenis perekonomianyang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara seperti air, listrik, telekomunikasi, gas, dan lain
sebagainya.
Dalam sistem ekonomi sosialisme mekanisme pasar dalam hal permintaan dan penawaran terhadap harga dan
kuantitas masih berlaku pemerintah mengatur berbagai hal dalam ekonomi untuk menjamin kesejahteraan seluruh
masyarakat.
Kapitalis
Kapitalisme sebagai sistem ekonomi muncul pada abad 16, yang didorong dengan munculnya industri
sandang di Inggris. Perkembangan industri sandang di Inggris didukung oleh bahan baku wool yang diproduksi di
dalam negeri. Kapitalisme berkembang ketika tejadi revolusi industri di Inggris yang ditandai peralihan dari dominasi
modal perdagangan di atas modal bagi industri menuju ke arah dominasi modal industri atas modal perdagangan
( Hudiyanto, 2002, hal 20 ). Proses terjadi cepat dan akhirnya muncullah Adam Smith (1776) yang dikenal sebagai
bapak kapitalisme. Jiwa kapitalisme terlihat jelas pada egoisme, bebas menumpuk harta kekayaan, mengembangkan
dan membelanjakan.
Adapun ciri dari sistem ekonomi kapitalis tersebut adalah :
 Kebebasan memiliki harta secara perorangan
Hak milik perorangan merupakan elemen penting kapitalisme. Dalam paham kapitalisme tidak berlaku istilah hak
milik berfungsi sosial. Pemberian hak milik secara mutlak akan menciptakan  perilaku individu untuk
menggunakan semaksimal mungkin  sumber daya yang dimiliki dan berdampak pada distribusi pendapatan
masyarakat.
 Persaingan bebas(Free competition)
Persaingan bisa terjadi antar produsen dalam menghasilkan produk, persaingan bisa terjadi antara penyalur
produk, persaingan bisa terjadi antar karyawan untuk mendapatkan pekerjaan, persaingan bisa terjadi antar
pemilik modal dan seterusnya.
 Kebebasan penuh
Kapitalisme identik dengan kebebasan (liberalisme/ laisses faire) , yang dianggap sebagai iklim yang paling sesuai
dengan sendi kapitalisme. Liberalisme adalah suatu paham yang berpendapat dan bercita-cita bahwa manusia
dilahirkan di dunia mempunyai hak untuk bebas seperti yang diinginkannya.
 Mementingkan diri sendiri
Aktivitas individu diyakini tidak akan membawa kekacauan, bahkan sebaliknya akan membawa kemakmuran
bangsa-bangsa. Adam Smith  mengatakan “Bukan berkat kemurahan hati tukang daging, tukang pembuat bir dan
tukang roti kita dapat makan siang, akan tetapi karena mereka memperhatikan kepentingan pribadi mereka. Kita
bicarakan bukan kepada rasa kemanusiaan mereka melainkan cinta mereka kepada diri mereka sendiri”
(Heilbroner, 1982)
 Harga sebagai penentu (Price system)
Paham serba bebas (laissez faire)  akan tercipta keseimbangan baru yang  mampu membawa kepada kemakmuran
masyarakat. Apabila terjadai kelebihan faktor produksi, maka akan tidak terserap oleh pasar sehingga akan terjadi
pengurangan faktor produksi tersebut karena mekanisme pasar dan sebaliknya. Kondisi semacam ini akan dapat
memunculkan tingkat efektifitas dan efisiensi yang tinggi.
 Campur tangan pemerintah minimum
Doktrin laissez faire sistem ekonomi merupakan orde alamiah  (natural orde) yang tunduk pada hukum alam
(natural law).  Campur tangan pemerintah dalam bidang ekonomi  akan menghambat proses pengaturan diri (self
regulation). Dampak Posisitip Sistem Ekonomi Kapitalis adalah
a. Mendorong aktivitas ekonomi secara signifikan
b. Persaingan bebas akan mewujudkan produksi dan harga ke tingkat wajar dan rasional
c. Mendorong motivasi pelaku ekonomi mencapai prestasi terbaik
Dampak negatip dari sistem ekonomi kapitalis adalah :
a. Penumpukan harta, distribusi kekayaan tidak merata
b. Individualisme
c. Distorsi pada nilai-nilai moral
d. Pertentangan antar kelas misalnya majikan dan buruh

Kapitalisme, dalam arti klasik laissez-faire, tidak pernah ada di dunia ini. Kapitalisme tampil menjadi citra
karismatik merupakan modifikasi yang terus menerus selama beberapa waktu. Kehebatan kapitalisme diperkuat
dengan kegagalan sosialisme.
10

Akhir-akhir ini upaya untuk mendukung liberalisme mendekati model neoklasik laissez-faire dengan
pengurangan intervensi pemerintah makin intensif. Pemikiran dan kebijakan untuk mengarah kepada hal tersebut,
bukan hanya dilakukan di negara industri Barat, tetapi juga pada sebagian besar negara dunia ketiga bahkan negara-
negara yang dulunya menganut paham komunis.
Depresi besar (great depresión) yang melanda dunia pada dasa warsa 1930-an  telah menyapu bersih
kapitalisme laissez-faire terutama tidak perlunya campur tangan pemerintah dalam bidang ekonomi. Kenyataan ini
menunjukkan bahwa ekonomi tidak dapat mengoreksi dirinya sendiri. Kondisi ini mengharuskan campur tangan
pemerintah agar tidak terjadi depresi dalam periode yang sangat panjang.
Kegiatan selalu mempertimbangkan keadaan pasar.

You might also like