Professional Documents
Culture Documents
A. PENDAHULUAN
Trauma mata oleh benda tumpul merupakan peritiwa yang sering terjadi. Kerusakan
jaringan yang terjadi akibat trauma demikian bervariasi mulai dari yang ringan hingga berat
bahkan sampai kebutaan. Untuk mnegetahui kelainan yang ditimbulakan perlu diadakan
pemeriksaan yang cermat, terdiri atas anamnesis dan pemeriksaan. Trauma dapat menyebabkan
kerusakan pada bola mata yang dapat mengakibatkan atau memberikan penyulit sehingga
mengganggu fungsi penglihatan. Oleh karena itu memerlukan perawatan yang tepat untuk
mencegah terjadinya penyulit yang lebih berat yang akan mengakibatkan kebutaan. Trauma
tumpul merupakan peristiwa yang sering terjadi. Meski mata merupakan organ yang sangat
terlindung dalam orbita, kelopak dan jaringan lemak retrobulbar selain terdapatnya refleks
memejam atau mengedip, mata masih sering mengalami cedera dari dunia luar. Cedera yang
dapat terjadi antara lain ::(1,2,3,4)
1. Benda asing yang menempel di bawah kelopak mata atas atau pada pemukaan mata,
terutama pada kornea.
2. Trauma tumpul
3. Trauma tembus bola mata
Untuk mengetahui kelainan yang ditimbulkan akibat trauma perlu diadakan pemeriksaan
yang cermat, yang terdiri atas anamnesis dan pemeriksaan. Sehingga kita dapat mengetahui
jaringan mata mana yang mengenai trauma tersebut. Hifema merupakan keadaan dimana terjadi
perdarahan pada bilik mata depan dapat terjadi akibat trauma tumpul pada mata. Darah ini
berasal dari iris atau badan siliar yang robek. Menurut Duke Elder (1954), hifema disebabkan
oleh robekan pada segmen anterior bola mata yang kemudian dengan cepat akan berhenti dan
darah akan diabsorbsi dengan cepat. Hal ini disebut dengan hifema primer. Bila oleh karena
sesuatu sebab misalnya adanya gerakan badan yang berlebihan, maka timbul perdarahan
sekunder atau hifema sekunder yang pengaruhnya akan lebih hebat karena perdarahan lebih
sukar hilang. (1,3,5,6)
B. ANATOMI
Hifema atau adanya darah pada daerah bilik mata depan dapat terjadi akibat trauma
tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar. Yang merupakan tanda untuk
mengidentifikasi terjadinya perdarahan pada mata penderita. Bilik mata depan (BMD) secara
anatomi ruang yang dibatasi oleh kornea dan iris.Daerah dapat terjadi hifema oleh karena trauma
tumpul yang memberikan kerusakan pada struktur di depan BMD maupun di belakangnya.
(1,3,4,5,6,7)
Dikutip dari kepustakaan (6) : gambaran anatomi mata tampak anterior dan potongan sagital.
C. DIAGNOSIS
1. Pemeriksaan visus
2. Slit lamp ; melihat struktur bola mata, apakah adanya ruptur atau tidak
3. Tes fluoresensi
4. Bed-rest (3-7 hari) untuk mencegah risiko terjadinya komplikasi dari yang ringan hingga
berat seperti terjadinya hypema sekunder nantinya.
Dikutip dari kepustakaan (6) : tampak hifema pada segmen inferior BMD
D. PENATALAKSANAAN
Pengobatan dengan merawat pasien dengan tidur di tempat tidur yang ditinggikan 30
derajat pada kepala, diberikan koagulasi dan mata yang ditutup. Pada anak yang gelisah , dapat
diberikan obat penenang. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi perdarahan sekunder oleh karena
gerakan badan pasien. Parasintesis atau mengeluarkan darah dari bilik mata depan dilakukan
pada pasien dengan hifema bila terlihat tanda-tanda imbibisi kornea, glaukoma sekunder, hifema
penuh dan berwarna hitam atau bila setelah 5 hari tidak terlihat tanda-tanda hifema akan
berkurang. Perdarahan ini dapat terjadi pada hari ke-3 atau sampai dengan hari ke-7 setelah
trauma. Tetes mata steroid dapat diberikan jangka pendek bersama dengan dilatasi pupil. Steroid
dapat menurunkan risiko perdarahan ulang. Beberapa penelitian mengisyaratkan bahwa
penggunaan asam aminokaproat oral untuk menstabilkan pembentukkan pembekuan darah dan
menurunkan risiko perdarahan ulang. Dosisnya adalah 100 mg/kg setiap 4 jam sampai
maksimum 30 g/h selama 5 hari. Apabila timbul glaukoma, maka penatalaksanaan mencakup
pemberian timolol 0,25% atau 0,5% dua kali sehari. Hifema harus dievakuasi secara bedah
apabila tekanan intraokuler tetap tinggi (>35 mmHg selama 7 hari atau 50 mmHg selama 5 hari.
(1,2,4,5,7)
E. KOMPLIKASI
Komplikasi tersering adalah peningkatan tekanan intraokuler (> 35 mmHg selama 7 hari
atau 50 mmHg selama 5 hari) oleh karena terjadinya perdarahan sekunder yang cenderung lebih
berat dibandingkan dengan yang pertama. Istirahat sangat penting untuk mencegah terjadinya
perdarahan kedua ini. Peningkatan tekanan biasanya memberi respon terhadap terapi medis
namun kadang membutuhkan intervensi bedah. Bila hifema telah membaik, mata harus diperiksa
untuk mencari komplikasi lain akibat trauma tumpul. (1,2,3,7)
F. PROGNOSIS
1. Ilyas, Sidarta., Trauma Mata : Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga. FK-UI, Jakarta, 2004. Hal
: 259,264-5.
2. James, Bruce., Trauma : Oftamologi edisi kesembilan. Erlangga, Jakarta, 2006. Hal :
177,181,182,184.
3. Ilyas, Sidarta., Trauma Tumpul Mata : Ilmu Penyakit Mata. Sagung Seto, Jakarta, 2002.
Hal : 263-6.
4. Vaughan, Daniel,G., Trauma : Oftamologi Umum edisi ke-14. Widya Medika, Jakarta,
2000. Hal: 380,384.