Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga.
apabila seseorang telah memasuki usia remaja atau dewasa mampu memenuhi
sangat bermanfaat dalam menentukan apa yang kita konsumsi setiap harinya. Dengan
adanya pengetahuan gizi pada seseorang, maka kita dapat menyesuaikan tingkat
kebutuhan zat gizi yang sesuai dengan banyak kalori yang kita perlukan setiap
harinya dalam melakukan aktivitas dan produktivitas kita sehari-hari sehingga dapat
Hal ini didukung oleh pendapat Berg dalam Suhardjo (1989) yang
menyatakan bahwa salah satu penyebab timbulnya gangguan gizi adalah kurangnya
pengetahuan gizi. Solusi yang dapat dilakukan melalui suatu proses belajar mengajar
tentang pangan, bagaimana tubuh menggunakan zat besi dan bagaimana zat besi
memanfaatkan kemajuan teknologi. Pengetahuan tentang gizi dapat kita peroleh dari
berbagai media seperti media massa, media cetak dan media elektronik untuk
memenuhi rasa ingin tahu kita tentang gizi. Dengan kata lain, kemajuan teknologi,
kesehatan, koran, internet, dan lain sebagainya berperan aktif dalam meningkatkan
(1999) yang mengatakan bahwa pengetahuan gizi seseorang didukung oleh latar
belakang pendidikannya.
Menurut Hong yang dikutip oleh Santoso (2004) mengemukakan bahwa pola
makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai macam dan
jumlah makanan yang dimakan tiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas
suatu daerah.
Pola makan mengandung aspek budaya, etnik, agama, sosial dan ekonomi.
Karena itu unsur kenikmatan, kesantaian, nilai-nilai, tabu, dan sebagainya juga terkait
teratur, sering jajan, sering tidak makan pagi dan sama sekali tidak makan siang.
menjadi tampak jelas. Di kota besar sering kita lihat kelompok-kelompok mahasiswa
mengandung kadar lemak maupun kalori tinggi, sehingga apabila dikonsumsi setiap
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Darlina (2004), 89% mahasiswa
putri dan 92% mahasiswa putra suka mengkonsumsi mie instant sebagai makanan
pengganti pada saat-saat tertentu seperti waktu pagi dan malam hari. Sebagian
mahasiswa USU memberi alasan mengkonsumsi mie instant karena harga yang relatif
instant tersebut dapat menimbulkan masalah gizi, mengingat mie instant termasuk
makanan yang mengenyangkan dan cepat menimbulkan rasa puas sehingga dapat
melengkapi gizinya.
partisipasi kehidupan sosial mereka, dan aktifitas mahasiswa yang pada akhirnya
Biasanya mahasiswa lebih suka makanan yang serba instant yang berasal dari luar
rumah seperti fast food. Fast food biasanya mengandung zat gizi yang terbatas atau
folat dan serat. Selain itu, kandungan lemak dan natrium cukup tinggi pada berbagai
fast food.
hubungan pola konsumsi dengan status gizi mahasiswa yang tinggal di asrama putra
telah memiliki status gizi normal, tetapi masih ada yang mengalami kekurangan
Pada umumnya tidak makan pagi atau sarapan juga merupakan kebiasaan
mahasiswa. Padahal sarapan sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi orang dewasa,
makan pagi dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan saat
nekerja dan meningkatkan produktivitas kerjanya. Bagi anak sekolah, makan pagi
bahwa anak-anak dan orang dewasa yang makan pagi secara rutin dan dengan
produktif sepanjang pagi dan siang. Mereka juga mempunyai kecepatan reaksi dan
Pola konsumsi pangan atau pola makan merupakan informasi tentang jenis
dan jumlah pangan yang dikonsumsi oleh seseorang atau kelompok orang pada waktu
faktor ekonomi dan harga, serta faktor sosio-budaya dan religi (Baliwati, 2004).
terhadap konsumsi pangan, terutama pada golongan miskin. Hal ini disebabkan
memenuhi kebutuhan makanan. Dua peubah ekonomi yang cukup dominan sebagai
determinan konsumsi pangan adalah pendapatan keluarga dan harga (baik harga
untuk membeli pangan dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik. Sebaliknya,
adalah harga pangan dan harga nonpangan. Perubahan harga dapat berpengaruh
berkurangnya daya beli yang berarti pendapatan riil berkurang. Keadaan ini
terhadap pemilihan bahan makanan yang digunakan untuk dikonsumsi. Aspek sosio-
budaya pangan adalah fungsi pangan masyarakat yang berkembang sesuai sengan
yang bersangkutan. Budaya mengajarkan orang tentang cara bertingkah laku dan
berusaha dalam memenuhi kebutuhan dasar biologi. Orang dapat menentukan apa
yang akan digunakan sebagai makanan, untuk siapa, dan dalam keadaan yang
seseorang boleh atau tidak boleh memakan suatu makanan (tabu). Oleh kareana itu,
Banyak sekali penemuan para peneliti yang menyatakan bahwa faktor sosio-
budaya sangat berperan dalam proses konsumsi pangan dan terjadinya masalah gizi di
dijumpai banyak pola pantangan, takhayul, dan larangan pada beragam kebudayaan
dan daerah yang berlainan. Suatu pantangan yang berdasarkan agama (Islam) disebut
haram hukumnya, dan individu yang melanggar pantangan tersebut berdosa. Hal ini
jasmani atau rohani bagi pemakannya atau peminumnya. Sementara, pantangan atau
nasihat-nasihat yang dianggap baik dan tidak baik yang lambat laun menjadi
kebiasaan (adat), terlebih dalam suatu masyarakat yang masih sederhana. Biasanya,
pangan pantangan ini ditujukan untuk anak kecil, ibu hamil dan ibu menyusui.
Pangan yang menjadi pantangan anak kecil adalah ikan, terutama ikan asin karena
dapat menyebabkan cacingan, sakit mata atau sakit kulit. Kacang-kacangan juga tidak
Gizi seimbang adalah susunan hidangan sehari-hari yang mengandung zat gizi
dalam jumlah dan kualitas yang sesuai dengan kebutuhan tubuh untuk dapat hidup
sehat secara optimal. Zat-zat gizi yang dibutuhkan untuk hidup sehat adalah
kekurangan zat gizi pada jenis makanan yang satu akan dilengkapi oleh keunggulan
susunan zat gizi jenis makanan lain, sehingga diperoleh masukan zat gizi yang
seimbang. Jadi, untuk mencapai masukan zat gizi yang seimbang tidak mungkin
dipenuhi hanya oleh satu jenis makanan, melainkan harus terdiri dari aneka ragam
(Anonim, 2004).
menjadi tiga golongan. Ketiga golongan tersebut digambarkan dalam bentuk kerucut
sedangkan bagian atas menggambarkan sumber zat pembangun yang sangat relatif
paling sedikit dimakan setiap hari. Ketiga golongan bahan makanan tersebut adalah :
gandum; sagu; umbi-umbian seperti ubi singkong dan talas; pisang yang
dibeberapa bagian di Indonesia juga dimakan sebagai makanan pokok serta hasil
2. Sumber zat pengatur : berupa sayuran dan buah, sayuran diutamakan yang
berwarna hijau dan kuning jingga, seperti bayam, daun singkong, daun katuk,
jingga, kaya serat, dan yang berasa asam, seperti pepaya, mangga, nenas, nangka
3. Sumber zat pembangun : sumber protein hewani seperti daging, ayam, telur, susu
dan keju; serta sumber protein nabati seperti kacang-kacangan berupa kacang
kedelai, kacang tanah, kacang hijau, kacang merah, dan kacang tolo; serta hasil
menggunakan sumber lemak murni, seperti minyak goreng, margarin, mentega, serta
sumber karbohidrat murni: seperti gula pasir, gula merah, madu dan sirop. PUGS
(Almatsier, 2006).
2.3.1. Energi
energi berasal dari makanan yang diperlukan untuk menutupi pengeluaran energi
seseorang bila ia mempunyai ukuran dan komposisi tubuh dengan tingkat aktivitas
aktivitas fisik yang dibutuhkan secara sosial dan ekonomi. Kebutuhan energi total
orang dewasa diperlukan untuk: (1) metabolisme basal; (2) aktivitas fisik, dan (3)
Sumber energi berkonsentrasi tinggi adalah bahan makanan sumber lemak, seperti
karbohidrat seperti padi-padian, umbi-umbian, dan gula. Semua makanan yang dibuat
Kekurangan energi terjadi bila konsumsi energi melalui makanan kurang dari
energi yang dikeluarkan. Akibatnya, berat badan kurang dari berat badan seharusnnya
(ideal). Bila terjadi pada bayi dan anak-anak akan menghambat pertumbuhan dan
pada orang dewasa menyebabkan penurunan berat badan dan kerusakan jaringan
melebihi energi yang dikeluarkan. Kelebihan energi ini akan diubah menjadi lemak
tubuh, akibatnya terjadi berat badan lebih atau kegemukan. Kegemukan bisa
disebabkan oleh kebanyakan makan, dalam hal karbohidrat, lemak, maupun protein,
2.3.2. Protein
Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar
tubuh sesudah air. Terdapat berbagai fungsi protein dalam tubuh antara lain untuk
Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik, dalam jumlah
maupun mutu, seperti telur, susu, daging, unggas, ikan, dan kerang. Sumber protein
nabati adalah kacang kedelai dan hasilnya, seperti tempe dan tahu, serta kacang-
kacangan lainnya. Padi-padian dan hasilnya relatif rendah dalam protein, tetapi
karena dimakan dalam jumlah banyak, memberi sumbangan besar terhadap konsumsi
protein sehari. Menurut Biro Pusat Statistik tahun 1999, rata-rata 51,4% konsumsi
Kekurangan protein murni pada stadium berat menyebabkan kwashiorkor pada anak-
anak dibawah lima tahun. Kekurangan protein sering ditemukan secara bersamaan
dan mengeluarkan kelebihan nitrogen. Batas yang dianjurkan untuk konsumsi protein
adalah dua kali Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk protein (Almatsier, 2001).
Secara alami komposisi zat gizi setiap jenis makanan memiliki keunggulan
kurang vitamin dan mineral. Sedangkan beberapa makanan lain kaya vitamin C tetapi
maka akan timbul ketidakseimbangan antara masukan dan kebutuhan zat gizi yang
diperlukan untuk hidup sehat dan produktif. Dengan mengonsumsi makanan sehari-
hari yang beranekaragam, kekurangan zat gizi pada jenis makanan yang satu akan
dilengkapi oleh keunggulan susunan zat gizi jenis makanan lain, sehingga diperoleh
tentang porsi makanan yang mengandung karbohidrat hanya 29 orang (35,37%) yang
sesuai dengan anjuran PUGS yaitu 50-60% atau setara dengan 3-4 piring nasi
Sebanyak 42 orang (51,22%) siswi yang mempunyai tindakan tentang gizi seimbang
tergolong sedang. Hal ini dapat dilihat dari sebagian besar siswi (74,39%) lebih
memilih makanan jenis bakso atau mie instant (makanan fast food) yang tidak sesuai
mempertahankan status gizi dan kesehatan yang optimal. Ketiga belas pesan dasar
besar terhadap kesehatan. Sebab zat gizi tertentu, yang tidak terkandung dalam satu
jenis bahan makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari bahan makanan yang
terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur bagi
tenaga atau energi, agar dapat hidup dan melaksanakan kegiatannya sehari-hari.
karbohidrat, protein dan lemak. Kecukupan energi bagi seseorang ditandai oleh berat
kompleks, atau setara dengan 3-4 piring nasi. Apabila energi yang diperoleh melebihi
60% berasal dari karbohidrat kompleks, maka biasanya kebutuhan protein, vitamin
serta menambah lezatnya hidangan. Konsumsi lemak dan minyak paling sedikit 10%
dari kebutuhan energi dan tidak lebih dari 25% dari kebutuhan energi. Lemak dan
menimbulkan penyakit anemia gizi. Anemia gizi dapat diderita oleh semua golongan
umur, terutama ibu hamil, anak balita, anak sekolah, dan tenaga kerja wanita. Karena
itu, mengkonsumsi makanan sumber zat besi perlu diperbanyak. Bahan makanan
sumber zat besi antara lain adalah semua sayuran berwarna hijau, kacang-kacangan,
Air Susu Ibu (ASI) mampu memenuhi kebutuhan gizi bayi untuk tumbuh
kembang dan menjadi sehat sampai ia berumur 6 bulan. Kolostrum, yakni ASI yang
bulan. ASI saja tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan gizi bayi.
Makan pagi atau sarapan sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi orang
dewasa, makan pagi dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan
saat bekerja dan meningkatkan produktivitas kerjanya. Bagi anak sekolah, makan
Air minum harus bersih dan bebas kuman. Oleh karena itu, air minum harus
terlebih dulu dididihkan. Cairan yang dikonsumsi seseorang, terutama air minum,
sekurang-kurangnya dua liter atau setara dengan delapan gelas setiap harinya, agar
Kegiatan fisik dan olah raga, yang tidak seimbang dengan energi yang
dikonsumsi dapat mengakibatkan berat badan lebih atau berat badan kurang bagi
kegiatan fisik dan olah raga selalu seimbang dengan masukan energi yang diperoleh
mampu mengendalikan diri. Kehilangan kendali diri sering menjadi pencetus tindak
Makanan yang aman adalah makanan yang tidak tercemar, tidak mengandung
mikroorganisme atau bakteri, tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya, telah
diolah dengan tata cara yang benar sehingga fisik dan zat gizinya tidak rusak, serta
kelayakan makanan tersebut untuk bisa dimakan atau tidak. Sedangkan keterangan
Menurut Supariasa (2002), status gizi adalah suatu keadaan seseorang sebagai
akibat dari keseimbangan antara zat-zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan
penggunaan zat-zat tersebut oleh tubuh untuk pertambahan produksi energi dan
proses tubuh. Status gizi optimal akan tercapai apabila kebutuhan zat gizi optimal
terpenuhi.
Keadaan gizi dapat berupa gizi kurang, gizi baik atau normal maupun gizi
lebih. Kekurangan salah satu zat gizi dapat menimbulkan konsekuensi berupa
Kekurangan zat besi dapat menurunkan prestasi kerja dan prestasi belajar, selain
turunnya daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi. Karena itu untuk mencapai
derajat kesehatan yang optimal mutlak diperlukan sejumlah zat gizi yang harus
didapatkan dari makanan dalam jumlah sesuai dengan yang dianjurkan setiap hari.
Untuk dapat memenuhi kebutuhan akan zat gizi, diperlukan konsumsi makanan yang
seimbang baik jumlah maupun kualitasnya. Faktor gaya hidup dan pola makan yang
terlanjur salah merupakan penyebab defisiensi unsur gizi tertentu yang sering terjadi.
Selain itu, polusi, stres berkepanjangan, sakit keras, baru sembuh dari sakit dan
minuman keras adalah faktor lain yang memepengaruhi penyerapan zat gizi dalam
produktivitas kerja. Oleh karena itu, pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan
badan yang ideal atau normal. Laporan FAO/WHO/UNU tahun 1985 menyatakan
bahwa batasan berat badan normal dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass
Index (BMI). Di Indonesia istilah Body Mass Index diterjemahkan menjadi Indeks
Massa Tubuh (IMT). IMT merupakan cara sederhana untuk memantau status gizi
orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat
Tabel 2.1. Status Gizi Berdasarkan Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT)
Kategori IMT
Kekuranga berat badan tingkat berat < 17,0
Kurus
Kekuranga berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4
Normal > 18,5 – 25,0
Kelebihan berat badan tingkat ringan > 25,0 – 27,0
Gemuk
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
Sumber: Depkes, 1994
masing zat gizi esensial yang harus dipenuhi dari makanan mancakup hampir semua
orang sehat untuk mencegah defisiensi zat gizi. AKG dipengaruhi oleh umur, jenis
Angka kecukupan gizi (energi dan protein) rata-rata yang dianjurkan untuk
Tabel 2.2. Angka Kecukupan Gizi Rata-rata yang Dianjurkan (Per Orang
Per Hari)
Kelompok Berat Badan Tinggi Badan Energi Protein
Umur (Kg) (cm) (Kkal) (g)
Pria
16-18 55 160 2600 65
19-29 56 165 2550 60
Wanita
16-18 50 154 2200 50
19-29 52 156 1900 50
Sumber: Irianto, 2007
Pola makan :
Pengetahuan - Jenis makanan
Gizi - Frekuensi makan Status Gizi
- Jumlah konsumsi energi dan
protein
pengetahuan gizi sangat berperan dalam menunjang pola makan seseorang yang
dilihat dari jenis makanan, frekuensi makan dan jumlah konsumsi makanan (energi