Professional Documents
Culture Documents
Departemen Perindustrian
Sekolah Tinggi Manajemen Industri
Teknik Kimia Industri 2008
1. Kinetika Molekul Cairan dan Padatan
Zat dapat berada dalam tiga wujud, yaitu padat (solid), cair (liquid), dan gas.
Yang akan dibahas kali ini adalah zat yang berbentuk padatan dan cairan.
Wujud zat tergantung pada suhu. Seperti pada air, pada suhu 100 0C berwujud
gas, di bawah suhu itu berwujud cair, dan pada suhu 0 0C berwujud es (padat).
Hubungan ketiga macam wujud zat apat digambarkan sebagai berikut:
Menguap, mendidih
Menyublim Gas
mengembun
Perbedaan utama antara wujud terkondensasi (cair dan padat) dan wujud gas
terletak pada jarak antara molekulnya. Dalam cairan molekul-molekulnya saling
berdekatan sehingga hanya tersisa sedikit ruang kosong. Jadi cairn lebih sulit
dimampatkan daripada gas dan jauh lebih rapat pada kondisi normal. Molekul-
molekul dalam cairan terikat melalui satu atau lebih gaya tarik. Cairan juga memiliki
volume tertentu, karena molekul-molekul dalam cairan tidak saling memisah karena
adanya gaya tarik tersebut. Tetapi molekul tersebut dapat bertukar tempat dengan
bebas, sehingga cairan dapat mengalir, dapat dituang, dan memiliki bentuk seperti
wadahnya.
Dalam padatan, molekul-molekul terikat dengan kaku pada tempatnya tanpa
bebas bergerak. Padatan mempunyai ruang kosong lebih sedikit dibandingkan cairan.
Jadi padatan hampir tidak dapat dimampatkan dan memiliki bentuk dan volume
tertentu. Dengan sedikit pengecualian (salah satu yang terpenting adalah air),
kerapatan padatan lebih tingi daripada kerapatan cairan untuk zat tertentu.
Wujud Materi Volume/Bentuk Kerapatan Ketermampatan Gerak Molekul
Mengambil bentuk
Sangat Sangat bebas
Gas dan volume Rendah
termampatkan bergerak
wadahnya
Memiliki volume
Meluncur satu
tertentu tetapi Sedikit
Cairan Tinggi terhadap yang lain
mengambil bentuk termampatkan
dengan bebas
wadahnya
Memiliki volume dan Hampir tak Bergetar di tempat
Padatan Tinggi
bentuk tertentu termampatkan tertentu
Tabel 1 Ciri Khas Gas, Cairan, dan Padatan
2. Gaya Antarmolekul
Gaya tarik di antara molekul-molekul, disebut gaya antarmolekul
(intermolecular forces). Gaya ini yang menentukan keberadaan materi cairan dan
padatan. Ketika suhu gas turun, energi kinetik rata-rata molekulnya turun. Akhirnya
pada suhu yang cukup rendah, molekul-molekul itu tidak lagi memiliki cukup energi
untuk memisahkan diri dari tarikan molekul lainnya. Pada titik ini, molekul-molekul
mengelompok untuk membentuk tetes-tetes cairan yang kecil. Secara singkat
perubahan wujud dapat dilihat pada gambar 1.
Berbeda dengan gaya antarmolekul, gaya intramolekul (intramolecular
forces) yaitu gaya yang mengikat atom-atom dalam molekul. Gaya intramolekul
menstabilkan molekul masing-masing, sedangkan gaya antarmolekul terutama
menyebabkan sifat-sifat materi dalam jumlah besar, misalnya titik leleh, titik lebur.
Umumnya, gaya antarmolekul jauh lebih lemah daripada gaya intermolekul.
Jadi biasanya diperlukan energi yang jauh lebih kecil untuk menguapkan cairan
daripada untuk memutuskan ikatan dalam molekul cairan. Sebagai contoh, diperlukan
sekitar 41 kJ energi untuk menguapkan 1 mol air pada titik didihnya; namun
dibutuhkan 930 kJ energi untuk memutuskan dua ikatan O–H dalam 1 mol molekul
air. Pada titik didih, energi yang cukup harus diberikan untuk mengatasi gaya raik-
menarik antarmolekul untuk dapat memasuki fasa uap. Asas yang sama juga dapat
diterapkan untuk titik leleh zat. Secara umum titik leleh zat naik dengan
meningkatnya kekuatan gaya antarmolekul.
Untuk memahami sifat-sifat materi cairan dan padatan, terlebih dahulu harus
memahami berbagai jenis gaya antarmolekul. Gaya dipol-dipol, gaya dipol-dipol
terinduksi, dan gaya dispersi mencakup dalam gaya yang sering disebut sebagai gaya
van der Waals. Ion dan dipol saling tarik-menarik dengan gaya elektrostatik yang
disebut gaya ion-dipol; gaya ini bukanlah gaya van der Waals. Ikatan Hidrogen
merupakan nteraksi dipol-dipol yang cukup kuat. Bergantung pada wujud fisik zat
(yaitu, gas, cair, padat), sifat ikatan kimia, dan jenis-jenis unsur yang ada, lebih dari
satu jenis interaksi yang mungkin menyumbang pada gaya tarik-menarik total antara
molekul.
3. Wujud Cair
Reaksi kimia yang penting dan menarik banyak terjadi dalam air dan pelarut
cair lainnya. Sifat cairan seperti viskositas dan tegangan permukaan dapat dikaitkan
dengan gaya antarmolekul.
Tegangan Permukaan
Molekul-molekul dalam suatu cairan ditarik ke segala arah oleh gaya
antarmolekul; tidak ada kecenderungan untuk ditarik ke arah tertentu. Tetapi molekul-
molekul pada permukaan ditarik ke bawah dan ke samping oleh molekul-molekul
lainnya, tetapi tidak ke atas ke luar permukaan. Jadi tarik-menarik antarmolekul ini
cenderung menarik molekul-molekul ke dalam cairan dan menyebabkan permukaan
menegang seperti lapisan tipis elastis.
Ukuran gaya elastis pada permukaan cairan adalah tegangan permukaan.
Tegangan permukaan (surface tension) adalah jumlah energi yang dibutuhkan untuk
menarik atau memperluas permukaan sebesar satu satuan luas. Wujud dari tegangan
permukaan adalah aksi kapiler. Aksi kapiler disebabkan oleh dua jenis gaya, yaitu
kohesi adalah tarik-menarik antarmolekul-molekul yang sama, dan adhesi adalah
tarik-menarik antara molekul-molekul yang berbeda. Tegangan permukaan juga yang
menyebabkan cairan cenderung membentuk tetesan bulat atau membentuk permukaan
melengkung, atau meniskus, bila cairan bersentuhan dengan suatu wadah. Baik dalam
hal tetesan maupun meniskus, permukaan melengkung yang terbentukk itu
mempunyai luas yang sekecil mungkin pada suasana itu dan karena itu meminimalkan
energi permukaan.
Viskositas
Viskositas (viscosity) adalah ukuran hambatan suatu fluida untuk mengalir.
Makin besar viskositas, makin lambat aliran cairan. Viskositas cairan cairan biasanya
turun dengan meningkatnya suhu.
Cairan yang mempunyai gaya antarmolekul yang kuat memiliki viskositas
yang lebih besar dibandingkan cairan yang memiliki gaya antarmolekul yang lemah.
Seperti air, gliserol dapat membentuk ikatan hidrogen. Setiap molekul gliserol
memiliki tiga gugus –OH yang dapat turut serta dalam ikatan hidrogen dengan
molkeul gliserol yang lain. Selain itu, karena bentuknya, molekul-molekul ini
memiliki kecenderungan besar untuk menyangkut daripada menggelicir antara
molekul satu dan yang lain seperti molekul dalam cairan yang kurang kental. Interaksi
ini menyumbang pada tingginya nilai viskositas.
H H
Air memiliki dua pasang elektron bebas pada atom oksigen. Walaupun banyak
senyawa mampu membentuk ikatan hidrogen antarmolekul, namun pada molekul air,
setiap atom oksigen dapat membentuk dua ikatan hidrogen, sama dengan jumlah
electrón bebas pada atom bebas pada oksigen. Jadi molekul air saling berikatan dalam
statu jeringan tiga dimensi yang luas di mana setiap atom oksigen Kira-kira terikat
secara tetrahedral dengan empat atom hidrogen, dua dengan ikatan ikatan kovalen dan
dua dengan ikatan hidrogen. Kesamaan jumlah atom hidrogen dan pasangan elektron
bebas ini bukan merupakan ciri khas NH3 atau HF atau molekul lainnya yang dapat
membentuk ikatan hidrogen. Akibatnya molekul-molekul lain dapat membentuk
cincin atau rantai tapi bukan struktur tiga dimensi.
Sedangkan struktur tiga dimensi es yang sangat teratur mencegah molekul-
molekul untuk terlalu dekat satu sama lain. Pada titik leleh, sejumlah molekul air
mempunyai cukup energi kinetik untuk membebaskan diri dari ikatan hidrogen
antarmolekul. Molekul-molekul ini menjadi terperangkap dalam rongga-rongga
struktur tiga dimensi, yang terpecah-pecah menjadi kumpulan-kumpulan yang lebih
kecil. Hasilnya adalah lebih banyak molekul per satuan volume dalam air cair
daripada dalam es. Jadi karena kerapatan = massa/volume, keapatan air lebih besar
daripada kerapat es. Dengan pemanasan lebih lanjut, lebih banyak molekul air yang
terbebaskan dari ikatan hidrogen antarmolekul, sehingga hanya sedikit di atas titik
leleh kerapatan air cenderung untuk naik dengan meningkatnya suhu. Tentu, pada saat
yang sama, air akan memuai akibat pemanasan, yang menghasilkan penurunan
kerapatan. Dari 0oC hingga 4oC, penjebakan yang lebih dominan dan air menjadi
semakin rapat. Tetapi di atas 4oC, pemuaian termal mendominasi dan kerapatan air
turun dengan naiknya suhu.
Cairan dalam wadah tertutup pada akhirnya membentuk kesetimbangan
dinamis antara penguapan dan pengembunan. Tekanan uap di atas cairan pada kondisi
ini adalah tekanan uap kesetimbangan, yang sering disebut secara ringkas sebagai
tekanan uap. Pada titik didih, tekanan uap cairan sama dengan tekanan luar. Kalor
penguapan molar cairan adalah energi yang dibutuhkan untuk menguapkan 1 mol
cairan.
4. Struktur Kristal
Padatan dapat dibagi menjadi dua kelompok: kristal dan amorf. Es merupakan
padatan kristal (crystalline solid) yang memiliki keteraturan yang kaku dan
menjangkau-jauh; atom-atomnya, molekul-molekulnya tau ion-ionnya menempati
tempat tertentu. Susunan atom, molekul, atau ion dalam padatan kristal adalah
sedemikian rupa sehingga gaya tarik-menarik antarmolekul neto pada keadaan
maksimumnya. Gaya yang menyebabkan kestabilan kristal dapat berupa gaya ion,
ikatan kovalen, gaya van der Waals, ikatan hidrogen, atau kombinasi gaya-gaya ini.
Padatan amorf seperti gelas tidak memiliki susunan yang tertata dengan baik dan
keteraturan molekul yang menjangkau-jauh. Ter dan kaca merupakan zat padat amorf.
Tidak seperti zat padat pada kristal, zat amorf tidak mempunyai titik-titik leleh
tertentu yang tepat. Sebaliknya zat amorf melunak secara bertahap bila dipanasi dan
meleleh dalam suatu jangka temperatur.
Satuan struktur dasar yang berulang pada padatan kristal disebut sel satuan
(unit cell). Setiap bola dalam struktur padatan kristal mewakili satu atom, ion, atau
molekul yang disenut titik kisi (lattice point). Dalam banyak kristal, titik kisi tidak
sungguh-sungguh mengandung satu atom, ion, atau molekul, melainkan beberapa
atom, ion, molekul yang secara identik tersusun di sekitar setiap titik kisi. Namun
dapat disederhanakan bahwa setiap titik kisi ditempati oleh satu atom. Setiap padatan
kristal dapat digambarkan sebagai salah satu dari tujuh jenis sel satuan. Secara
khusus bentuk sel satuan kubus adalah sederhana karena semua sisi dan semua
sudutnya adalah sama. Setiap satuan sel yang berulang dalam seluruh ruang tiga
dimensi, membentuk struktur kisi yang mencirikan suatu padatan kristal.
Kristal Ionik
Kristal ionik mengandung ion-ion yang terikat oleh ikatan ionik. Struktur
kristal ionik bergantung pada muatan kation dan anion dan pada jari-jarinya.
Padatan ionik memiliki titik leleh yang tinggi, suatu tanda kuatnya gaya kohesi
yang mengikat ion-ion itu. Padatan ini tidak menghantarkan listrik karena ion-ion itu
tetap pada posisinya. Tetapi dalam keadaan leleh (yaitu, ketika padatan itu dilelehkan)
atau dilarutkan dalam air, ion-ion tersebut bebas bergerak dan menghasilkan cairan
yang dapat menghantarkan listrik.
Kristal Molekular
Kristal molekular terdiri atas atom-atom atau molekul-molekul yang terikat
oleh gaya van der Waals dan/atau ikatan hidrogen. Suatu contoh kristal molekular
adalah padatan belerang dioksida (SO2), yang gaya tarik utamanya adalah interaksi
dipol-dipol.
Secara umum, kecuali dalam es, molekul-molekul dalam kristal molekular
tersusun sedekat yang dimungkinkan oleh ukuran dan bentuknya. Karena gaya van
der Waals dan ikatan hidrogen secara umum cukup lemah dibandingkan dengan ikatan
kovalen dan ionik, kristal molekular lebih diputuskan daripada kristal ionik dan kristal
koalen, dan sebagian besar kristal molekular meleleh di bawah 200oC.
Kristal Kovalen
Dalam kristal kovalen (kadang-kadang disebut kristal jaringan kovalen), atom-
atom yang terikat sepenuhnya oleh ikatan kovalen dalam jaringan tiga dimensi yang
luas. Tidak ada molekul yang terpisah, seperti dalam kasus padatan molekul. Contoh
terkenal adalah dua alotrop karbon: intan dan grafit. Dalam intan setiap atom karbon
terikat secara tetrahedral yang terikat dengan empat atom yang lain. Ikatan kovalen
yang kuat dalam tiga dimensi menyumbang pada kekerasan intan yang tidak umum
(intan merupakan material terkeras yang pernah dikenal) dan titik leleh yang tinggi
(3550oC). Dalam grafit, atom karbon tersusun dalam cincin beranggota enam.
Lapisan-lapisan pada grafit terjaga oleh gaya van der Waals. Ikatan kovalen dalam
grafit menjelaskan kekerasannya; tetapi, karena lapisan-lapisan tersebut dapat
bergeser satu terhadap yang lain, grafit juga terasa licin bila disentuh dan efektif
sebagai pelumas. Grafit juga digunakan dalam pensil dan pita untuk printer komputer
dan mesin tik.
Jenis lain kristal kovalen adalah kuarsa (SiO2). Susunan atom-atom silikon
dalam kuarsa serupa dengan susunan atom-atom karbon dalam intan, tetapi dalam
kuarsa terdapat atom oksigen di antara setiap pasang atom Si. Karena Si dan O
mempunyai keelektronegatifan yang berbeda, ikatan Si–O adalah polar. Walaupun
demikian, SiO2 serupa dengan intan dalam banyak hal, seperti kekerasannya dan titik
lelehnya yang tinggi (1610oC)
Kristal Logam
Pada batas tertentu, struktur kristal logam merupakan yang paling sederhana
untuk dibahas, karena setiap titk kisi dalam kristal ditempati oleh atom logam yang
sama. Ikatan dalam logam cukup berbeda dari ikatan dalam jenis-jenis kristal lainnya.
Dalam logam elektron-elektron ikatan tersebar (terdelokalisasi) di seluruh kristal.
Pada kenyataannya, atom-atom logam dalam kristal dapat dibayangkan sebagai
sekumpulan ion-ion positif yang tercelup dalam suatu lautan elektron valensi yang
terdelokalisasi. Gaya kohesi kuat yang dihasilkan dari delokalisasi menyebabkan
kekuatan logam, yang meningkat dengan bertambahnya jumlah elektron yang tersedia
untuk bertambahnya ikatan. Sebagai contoh, titik leleh Natrium dengan satu elektron
valensi, adal 97,6oC, sedangkan titik leleh Aluminium dengan tiga elektron valensi,
adalah 660oC. Mobilitas elektron yang terdelokalisasi membuat logam menjadi
penghantar kalor dan listrik yang baik.
6. Perubahan Fasa
Setiap wujud materi sering disebut fasa (phase), yang merupakan bagian
homogen suatu sistem yang bersentuhan dengan bagian sistem yang lain tetapi
dipisahkan dengan batas yang jelas. Perubahan fasa (phase change), yaitu peralihan
dari satu fasa ke fasa yang lain, terjadi bila energi (biasanya dalam bentuk kalor)
ditambahkan atau dilepaskan. Perubahan fasa merupakan perubahan fisis yang
dicirikan dengan perubahan dalam keteraturan molekul; molekul-molekul dalam
wujud padat memiliki keteraturan tertinggi, dan molekul-molekul dalam fasa gas
memiliki keacakan tertinggi. Hubungan antara perubahan energi dan kenaikan atau
penurunan keteraturan molekul akan membantu untuk memahami sifat perubahan
fasa.
Menurut teori molekul kinetik, dengan ditambahkannya energi kalor ke dalam
suatu zat, energi itu digunakan untuk mengalahkan gaya-gaya tarik yang mengikat
partikel-partikel. Makin tinggi temperaturnya, makin besar energi kinetik partikel-
partikel. Pada titik-titik perubahan keadaan, banyak energi terlibat meskipun
temperatur tetap konstan. Juga, jika perubahan disertai dengan penambahan volume,
diperlukan energi untuk mendorong udara.
Setiap zat memiliki suhu kritis, yang di atas suhu tersebut wujud gas tidak
dapat dibuat menjadi cair.
Hubungan antara ketiga fasa untuk zat tunggal disajikan oleh diagram fasa, di
mana setiap daerah mewakili fasa murni dan batas daerah menunjukkan suhu dan
tekanan saat kedua fasa berada dalam kesetimbangan. Pada titik tripel, ketiga fasa
berada dalam kesetimbangan.
Daftar Pustaka
Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi ketiga Jilid 1. Jakarta
: Erlangga
Keenan, Charles W. , dkk 1980. Kimia Untuk Universitas edisi keenam. Jakarta :
Erlangga
Nuryati, Leila. 2001. Pengantar Kimia Anorganik 1. Bogor : Pusdiklat Deperindag
SMAKBO