Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
NIM : 060100070
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
umumnya, hasil akhir untuk pasien skizofrenik wanita adalah lebih baik daripada
hasil akhir untuk pasien skizofrenik laki-laki.1
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Defenisi
Skizofrenia ditandai adanya distorsi pikiran dan persepsi yang mendasar dan khas,
dan adanya afek yang tidak wajar atau tumpul.1
4
d. Waham-waham menetap jenis lain yang menurut budayanya dianggap
tidak wajar serta sama sekali mustahil, seperti misalnya mengenai identitas
keagamaan atau politik, atau kekuatan dan kemampuan manusia super
(misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan
makhluk asing dari dunia lain).
e. Halusinasi yang menetap dalam setiap modalitas, apakah disertai baik oleh
waham yang mengambang/melayang maupun yang setengah berbentuk
tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun oleh ide-ide berlebihan yang
menetap atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau
berbulan-bulan terus-menerus.
f. Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan yang berakibat
inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme.
g. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah, sikap tubuh tertentu,
atau fleksibilitas serea, negativisme, mutisme, dan stupor.
h. Simtom negatif, seperti sikap apatis, pembicaraan terhenti, dan respons
emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan
penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial, tetapi
harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau
medikasi neuroleptika.
i. Suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
dari beberapa aspek perilaku perorangan, bermanifestasi sebagai hilangnya
minat, tak bertujuan, sikap malas, sikap berdiam diri, dan penarikan diri
secara sosial.
5
2.3. Penatalaksanaan Skizofrenia
Indikasi utama untuk perawatan di rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik,
menstabilkan medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau
membunuh, dan perilaku yang sangat kacau atau tidak sesuai, termasuk
ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar, seperti makanan, pakaian,
dan tempat berlindung. Tujuan utama perawatan di Rumah Sakit yang harus
ditegakkan adalah ikatan efektif antara pasien dan sistem pendukung
masyarakat.2,4,5,6,8
6
rumah sakit untuk periode waktu yang lama dan dapat memperbaiki kualitas
kehidupan sehari-hari pasien.2,4,5,6,8
2.3.2. Farmakoterapi
Obat antipsikotik terdiri dari dua kelas mayor: antagonis reseptor dopamin
(misalnya chlorpromazine, haloperidol) dan SDAs (misalnya risperidon) dan
Clozapin.4
7
dicoba. Akan tetapi reaksi yang tidak menyenangkan dari pasien pada
pemberian dosis pertama obat antipsikotik berhubungan erat dengan
ketidaktaatan dan respon yang jelek ke depannya.
4. Pada umumnya, penggunaan lebih dari satu obat antipsikotik pada saat
yang bersamaan jarang, jika pernah, atas indikasi. Akan tetapi, pada terapi
yang khusus pasien resisten kombinasi obat antipsikotik dengan obat yang
lain, sebagai contoh, carbamazepin (tegretol) bisa diindikasikan.
5. Pasien harus diberikan terapi rumatan dengan dosis minimal yang efektif.
Dosis rumatan lebih rendah dibandingkan dengan dosis selama kontrol
simtom selama episode psikotik.
a. Klorpromazin
b. Flufenazin
c. Tioridazin
d. Haloperidol
e. Dan lain-lain
a. Klozapin
b. Olanzapin
8
c. Risperidon
d. Quetapin
e. Aripiprazol
f. Dan lain-lain
Strategi pengobatan tergantung pada fase penyakit apakah akut atau kronis. Fase
akut biasanya ditandai oleh gejala psikotik (yang baru dialami atau yang kambuh)
yang perlu segera diatasi. Tujuan pengobatan di sini adalah mengurangi gejala
psikotik yang parah. Dengan fenotiazin biasanya waham dan halusinasi hilang
dalam waktu dua sampai tiga minggu. Biarpun masih ada waham dan halusinasi,
9
penderita tidak begitu terpengaruh lagi dan menjadi lebih kooperatif, mau ikut
serta dalam kegiatan lingkungannya dan mau turut terapi kerja.7
10
karena pengalaman yang buruk dengan pengobatan akan mengurangi
ketaatberobatan (compliance) atau kesetiaberobatan (adherence). Dianjurkan
untuk menggunakan antipsikotik atipik atau antipsikotik tipikal tetapi dengan
dosis yang rendah.7
1. Fase akut
2. Fase stabilisasi
3. Fase stabil
11
a. Lama: tidak terbatas
b. Simtom positif sudah minimal atau tidak dijumpai lagi, dan simtom
negatif masih dominan pada gambaran klinik individu
Terapi ini dapat secara langsung membantu dan berguna bagi pasien selama terapi
farmakologis. Disamping gejala personal dari skizofrenia, beberapa gejala
skizofrenia yang paling terlihat adalah menyangkut hubungan pasien dengan
orang lain, termasuk kontak mata yang buruk, keterlambatan respon yang tidak
lazim, ekspresi wajah yang aneh, tidak adanya spontanitas dalam situasi sosial,
dan persepsi yang tidak akurat atau tidak adanya persepsi emosi terhadap orang
lain. Perilaku tersebut secara spesifik dipusatkan di dalam latihan keterampilan
perilaku. Latihan keterampilan perilaku melibatkan penggunaan kaset video orang
lain dan pasien, permainan-simulasi (role playing) dalam terapi, dan pekerjaan
rumah tentang keterampilan yang telah dilakukan.
12
singkat tetapi intensif (setiap hari). Pusat dari terapi harus pada situasi segera dan
harus termasuk mengidentifikasi dan menghindari situasi yang kemungkinan
menimbulkan kesulitan. Jika masalah memang timbul pada pasien di dalam
keluarga, pusat terapi harus pada pemecahan masalah secara cepat.2,4,5,6,8
13
Terapi perilaku kognitif telah digunakan pada pasien skizofrenia untuk
meningkatkan distorsi kognitif, menurunkan distractibility, dan mengoreksi
penyimpangan tilikan (judgment).
Jenis terapi yang diteliti adalah psikoterapi suportif dan psikoterapi berorientasi-
tilikan. Suatu konsep penting dalam psikoterapi bagi seorang pasien skizofrenia
adalah perkembangan suatu hubungan terapetik yang dialami pasien secara aman
adalah kritis. Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayainya ahli
terapi, jarak emosional antara ahli terapi dan pasien, dan keikhlasan ahli terapi
seperti yang diinterpretasikan oleh pasien. 2,4,5,6,8
Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang ditemukan di
dalam pengobatan pasien nonpsikotik. Menegakkan hubungan seringkali sulit
dilakukan; pasien skizofrenia seringkali kesepian dan menolak terhadap
keakraban dan kepercayaan dan kemungkinan bersikap curiga, cemas,
bermusuhan, atau teregresi jika seseorang berusaha mendekati. Pengamatan yang
cermat dari jarak jauh dan rahasia, perintah sederhana, kesabaran, ketulusan hati,
dan kepekaan terhadap kaidah sosial adalah lebih disukai daripada informalitas
yang prematur dan penggunaan nama pertama yang merendahkan diri.
Kehangatan atau profesi persahabatan yang berlebihan adalah tidak tepat dan
kemungkinan dirasakan sebagai usaha untuk suapan, manipulasi, atau eksploitasi.
Dalam konteks hubungan professional, fleksibilitas adalah penting dalam
menegakkan hubungan kerja dengan pasien. Ahli terapi mungkin harus makan
dengan pasien, duduk di lantai, berjalan-jalan, makan di restoran, menerima dan
member hadiah, bermain tenis meja, mengingat hari ulang tahun pasien, atau
hanya duduk diam bersama pasien. Tujuan utama adalah untuk menyampaikan
gagasan bahwa ahli terapi dapat dipercaya, ingin memahami pasien, dan akan
mencoba melakukannya, dan memiliki kepercayaan tentang kemampuan pasien
sebagai manusia, tidak peduli betapa terganggunya, bermusuhannya, atau
kacaunya pasien pada suatu saat. Mandred Bleuler menyatakan bahwa sikap
14
terapetik yang benar terhadap pasien skizofrenia adalah dengan menerima mereka,
bukannya mengamati mereka sebagai orang yang tidak dapat dipahami dan
berbeda dengan ahli terapi. 2,4,5,6,8
Cara kerja elektro konvulsi belum diketahui dengan jelas. Dapat dikatakan bahwa
terapi konvulsi dapat memperpendek serangan skizofrenia dan mempermudah
kontak dengan penderita. Akan tetapi terapi ini tidak dapat mencegah serangan
yang akan datang.7
Terapi elektro konvulsi baik hasilnya pada jenis katatonik terutama stupor.
Terhadap terapi skizofrenia simpleks efeknya mengecewakan: bila gejala hanya
ringan lantas diberi terapi elektro konvulsi, kadang-kadang gejala menjadi lebih
berat.7
BAB III
3.1. Kesimpulan
15
sosial), terapi berorientasi keluarga, terapi kelompok, terapi perilaku kognitif,
psikoterapi individual; terapi elektro konvulsi.
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
http://www.usu.ac.id/id/files/pidato/ppgb/2007/ppgb_2007_bahagia_loebis
.pdf ( tanggal 1 Agustus 2010 ).
2. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Skizofrenia. Dalam: Kaplan, HI,
Sadock BJ, Grebb JA, editor. Kaplan dan sadock sinopsis psikiatri ilmu
pengetahuan perilaku psikiatri klinis – edisi ketujuh jilid satu. 685 – 729.
16
3. Maslim R. Skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan waham. Dalam:
Maslim R, editor. Diagnosis gangguan jiwa, rujukan ringkas dari PPDGJ –
III. Jakarta: Bagian ilmu kedokteran jiwa FK – Unika Atmajaya; 2001. h.
46 – 47.
4. Sadock BJ, Sadock VA. Treatment. In: Sadock BJ, Sadock VA, editors.
Kaplan and sadock’s concise textbook of clinical psychiatry – 2nd ed.
Philadelphia: Lippincott William and Wilkins; 150 – 153.
8. Sadock BJ, Sadock VA. Treatment. In: Sadock BJ, Sadock VA, editors.
Kaplan and sadock’s synopsis of psychiatry behavioral sciences/clinical
psychiatry – 10th ed. Philadelphia: Lippincott William and Wilkins, a
Wolters Kluwer Business; 2007. 488 -497.
17